PENGGUNAAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS)
BERBASIS INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA
KONSEP CAHAYA
(Pra Eksperimen di MTS Serpong)
SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
R e s t u I k a A m a l i a NIM 108016300007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
i
ABSTRAK
Restu Ika Amalia (108016300007). Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berbasis Inkuiri Terstruktur Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Cahaya. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan LKS berbasis inkuiri terstruktur terhadap hasil belajar fisika pada konsep cahaya. Penelitian ini dilakukan di MTs Serpong pada kelas VIII-1. Penelitian ini dilakukan selama 3 kali pertemuan ditambah pretest dan posttest, dimulai pada tanggal 22 Oktober sampai 12 November tahun 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif evaluatif pendekatan eksploratif dengan desain penelitian One Group pretest posttest design dan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Instrumen yang digunakan berupa test objektif pilihan ganda sebanyak 25 butir soal digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji N-gain terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 0,6266 berada pada kategori sedang dan 76,48% siswa mendapatkan nilai lebih
dari KKM yang di tentukan sekolah (≥70). LKS berbasis inkuiri terstruktur telah
melalui uji validitas isi oleh pembimbing I, II, dan konsultan ahli yang menyatakan LKS berbasis inkuiri terstruktur memenuhi syarat penyusunan LKS yaitu didaktik, konstruksi, dan teknis. Instrument non test menggunakan lembar observasi meliputi lembar aktivitas siswa selama pembelajaran mencapai persentase rata-rata sebesar 85,17%, lembar kemampuan guru mengelola pembelajaran mencapai persentase rata-rata sebesar 95,83% keduanya berada pada kategori tinggi yaitu baik sekali. Respon positif siswa terhadap mata pelajaran fisika sebesar 73,52% dan persentase respon 8 guru terhadap LKS berbasis inkuiri terstruktur berdasarkan syarat pembuatan LKS mencapai 84,83% berada pada kategori baik sekali
ii
On Light Concept. Thesis Program Physical Education Department of Special Education Faculty of Natural Sciences and Teaching, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014
This study aims to determine the use of inquiry-based LKS structured the learning outcomes of physics on the concept of light. This research was conducted in Serpong MTs in class VIII-1. This study was conducted during three meetings plus pretest and posttest, starting on 22 October to 12 November 2013. The research method used is descriptive evaluative approach to exploratory research design one group pretest posttest design and purposive sampling techniques. Instruments used in the form of multiple choice objective test of 25 items was used to determine the learning outcome. Based on the analysis using N-gain test occurs improving student learning outcomes at 0.6266 in middle category and
76.48% of students score more than the specified school KKM (≥70). LKS-based
structured inquiry has tested the validity of the content by the supervisor I, II, and technical experts who stated LKS inquiry-based structured qualify LKS namely didactic preparation, construction, and technical. Instrument non test using observation sheet include student activity sheets for learning achieve an average percentage of 85.17%, sheets teachers' ability to manage learning reaches an average percentage of 95.83% both at the high category is excellent. The positive response of students to the physics of 73.52% and the percentage of responses 8 teachers to LKS inquiry-based structured based on the requirements of making LKS reached 84.83% in the excellent category
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirraahim
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi, yang berjudul “efektifitas LKS berbasis problem solvingterhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd). Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada baginda Rasulullah SAW yang membawa umatnya ke jalan yang diridhai Allah.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA. PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc selaku ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Iwan Permana Suwarna M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika.
4. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd selaku pembimbing I yang bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis, terimakasih atas kritiknya, kerendahan hati, keterbukaan pikiran dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini, semoga Allah SWT membalas budi baik ibu.
iv
7. Bapak Ahmad Najib, S.Pd.I selaku Kepala sekolah MTs Serpong dan seluruh
dewan guru MTs Serpong. Terima kasih atas semua motivasi, dan semangatnya.
8. Ayahanda Badri Sadian dan Ibunda Yuliana, yang kasih sayangnya tak
terbatas dan tak lekang oleh waktu, segala puji dan syukur hanya kepada
Allah SWT atas karunia yang Allah berikan melalui ibu dan bapak. Do’a,
didikan, nasehat, dan semangat yang diberikan senantiasa menjadi pengobat rasa lelah dan pemicu untuk senantiasa melakukan yang terbaik dan berusaha meraih yang terbaik untuk membuat ibu dan bapak bangga. Adik-adikku tercinta Rizki Ardian, dan Fikri Alfian, terimakasih atas segala do’a, cinta, harapan, motivasi dan semangat yang diberikan.
9. Dinda Setiadi Rahman, S.Pd.I yang terus-menerus melimpahkan rasa cinta kasih dan semangatnya sehingga menjadi kekuatan bagi penulis untuk meraih impian.
10. Teman-teman Jurusan Pendidikan Fisika angkatan 2008, Mulia, Mere, Amel,
Lulu, Sifa, Uci, Rahmi, Ammie, Witri, Retno, Angga, Titin, Dede, Safrina, Fera, Kahfi, Soleh, Wilda, Ifa, Rohim, Tajudin, Upi, Dinda, Bunyanah, Hilpan, Deni, Piki, Ema, dan Mela selalu semangat kawan-kawan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis ... 7
1. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 7
a. Pengertian LKS ... 7
b. Tujuan Penggunaan LKS ... 7
c. Fungsi LKS ... 8
d. Manfaat Penggunaan LKS ... 8
e. Teknik Penyusunan LKS ... 9
f. Jenis-jenis LKS ...10
2. Pendekatan Inkuiri ...14
a. Pengertian Pendekatan Inkuiri ...14
b. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran Inkuiri ...14
3. Pendekatan Inkuiri Terstruktur ...15
vi
b. Tahapan-Tahapan Inkuiri Terstruktur ...16
c. Kelebihan Dan Kekurangan Pendekatan Inkuiri Terstruktur ...17
4. LKS Berbasis Inkuiri Terstruktur ...18
5. Belajar dan Hasil Belajar ...19
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ...19
b. Pengertian Hasil Belajar ...20
6. Konsep Cahaya ...24
a. Pengertian Cahaya ...24
b. Pemantulan Cahaya ...25
c. Cermin ...25
d. Pembiasan Cahaya ...27
e. Lensa ...28
B. Kajian Penelitian yang Relevan ...29
C. Kerangka Berpikir ...30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ...32
B. Metode Penelitian ...32
C. Desain Penelitian ...33
D. Populasi dan Sampel Penelitian ...33
1. Populasi ...33
2. Sampel ...34
E. Prosedur Penelitian ...34
F. Teknik Pegumpulan Data ...35
1. Data Non Tes ...35
2. Data Tes ...36
G. Instrumen Penelitian ...36
1. Instrumen Non Tes ...36
2. Instrumen Tes ...39
H. Teknik Analisis Data ...44
vii
2. Data Test ...45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...47
1. Lembar Judgment Expert ...47
2. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran ...47
3. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ...48
4. Kemampuan Siswa Menggunakan LKS ...50
5. Respon Siswa Terhadap Mata Pel;ajaran Fisika ...50
6. Penilaian Guru Terhadap LKS Berbasis Inkuiri Terstruktur ...51
7. Peningkatan Hasil Belajar ...53
a. Hasil pretest ...53
b. Hasil Posttest ...54
c. Hasil Uji Normalitas ...55
d. Hasil Uji N-Gain ...55
e. Rekapitulasi ... 56
B. Pembahasan Hasil Penelitian ...57
1. Analisis Lembar Judgment Expert ...57
2. Analisis Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran ...58
3. Analisis Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran ...59
4. Analisis Kemampuan Siswa Menggunakan LKS ...60
5. Analisis Respon Siswa Terhadap Mata Pelajaran Fisika ...60
6. Analisis Penilaian Guru Terhadap LKS Berbasis Inkuiri Terstruktur ...62
7. Analisis Peningkatan Hasil Belajar Siswa ...63
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...65
B. Saran ...65
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tahapan-Tahapan Inkuiri Terstruktur ... 16
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 33
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Kuosioner Siswa ... 37
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ... 37
Tabel 3.4 Kriteria Validitas ... 40
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen ... 40
Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 41
Tabel 3.7 Klasifikasi Taraf Kesukaran ... 42
Tabel 3.8 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 42
Tabel 3.9 Interpretasi Daya Pembeda Soal ... 44
Tabel 3.10 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal ... 44
Tabel 3.11 Interpretasi Skor ... 45
Tabel 3.12 Kategori N-Gain ... 46
Tabel 4.1 Persentase Tanggapan Lembar Judgment Expert ... 47
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran ... 48
Tabel 4.3 Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 49
Tabel 4.4 Kemampuan Siswa Menggunakan LKS ... 50
Tabel 4.5 Hasil Respon Siswa Terhadap Mata Pelajaran Fisika ... 51
Tabel 4.6 Hasil Respon Guru Terhadap LKS Berbasis Inkuiri Terstruktur ... 52
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest ... 53
Tabel 4.8 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Preetest ... 53
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest ... 54
Tabel 4.10 Ukuran Pemusatan dan penyebaran Data posttest ... 54
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Chi Square ... 55
Tabel 4.12 Kategorisasi N-Gain ... 56
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A. Perangkat Pembelajaran ... 71
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 72
2. LKS Berbasis Inkuiri Terstruktur ... 90
Lampiran B. Analisis Data Hasil Penelitian ... 115
1. Tabel Kisi-Kisi Instrumen ... 116
2. Kisi-Kisi Instrumen ... 117
3. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes ... 135
b. Validitas ... 134
c. Reliabilitas ... 135
d. Daya Pembeda ... 143
e. Tingkat Kesukaran ... 145
8. Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 155
9. Tabel Kisi-Kisi Instrumen Valid ... 156
10.Instrumen Valid ... 157
11.Instrumen Non Tes ... 161
a. Penelitian Pendahuluan ... 160
1) Quosioner Respon siswa ... 161
2) Wawancara Guru ... 161
b. Lembar Observasi ... 164
1) Lembar Judgment Expert ... 163
2) Lembar Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran ... 165
3) Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 168
4) Kemampuan Siswa Menggunakan LKS ... 171
5) Respon Siswa Terhadap Mata Pelajaran Fisika ... 173
6) Penilaian Guru Terhadap LKS Berbasis Inkuiri Terstruktur .... 174
12.Rekapitulasi Penelitian Pendahuluan ... 176
x
b. Data Hasil wawancara ... 181
Lampiran C. Analisis Data Hasil Penelitian ... 190
1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 191
2. Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 194
3. Hasil Belajar ... 195
a. Hasil pretest ... 195
b. Hasil posttest... 197
c. Hasil Uji Normalitas Chi Square ... 199
d. Hasil N-Gain ... 202
4. Hasil Penilaian LKS Berbasis Inkuiri Terstruktur ... 206
5. Hasil Respon Siswa Terhadap Mata Pelajaran Fisika ... 207
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Salah satu pokok masalah dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), khususnya untuk mata pelajaran fisika yaitu rendahnya hasil belajar siswa.1 Ada banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa baik faktor dari siswa maupun dari luar. Salah satunya adalah pembelajaran fisika berpusat pada guru (teacher center) yaitu pembelajaran lebih didominasi oleh guru, siswa hanya menerima dan menyimak pembelajaran fisika tanpa dilibatkan secara langsung dalam proses belajar.2 Akhirnya siswa merasa pembelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan. Siswa tidak diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya berdasarkan pengalaman belajar yang diperoleh baik berupa hasil kerja praktek, demonstrasi, maupun eksperimen. Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah kurangnya peran guru dalam mengembangkan dan memanfaatkan bahan ajar. Seharusnya guru mampu mengembangkan bahan ajar yang inovatif, variatif, kreatif, dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Agar kompetensi siswa dapat tercapai dan siswa lebih aktif dan makin termotivasi dalam belajar. Hal ini sesuai dengan Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Peraturan tersebut mengatur tentang berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan
1
Eko Nurani Setiawan, Pengaruh Model Problem Posing Tipe Semi Terstruktur Dalam
Pembelajaran Fisika Kelas XI IPA Di SMAN 3 Jember, Jurnal Pembelajaran Fisika Vol 1 No 3 (Desember 2012): h. 261
2
Prayekti. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Tentang Konsep Pesawat Sederhana Dalam Pembelajaran IPA Di Kelas 5 Sekolah Dasar, dari:
kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan bahan ajar.3 Dengan demikian guru diharapkan dapat mengembangkan bahan ajar salah satunya adalah Lembar Kerja Siswa (LKS).
Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran. LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, yang mengacu pada dasar yang harus dicapai.4 Penggunaan LKS tidak hanya bermanfaat bagi siswa tapi juga bermanfaat bagi guru untuk mempermudah penyampaian materi yang rumit dengan panduan langkah-langkah yang sistematis.5 Menurut hasil wawancara dengan guru-guru di 6 SMPN dan 6 MTs se Kota Tangerang Selatan Sekarang ini banyak sekali LKS yang diterbitkan oleh penerbit yang tidak relevan dengan kebutuhan siswa dan isinya pun tidak sesuai dengan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), tujuan dan Indikator yang dicapai oleh siswa dalam pembelajaran. Hal ini terlihat isi dari LKS hanya rangkuman materi dan rumus-rumus praktis yang menuntut siswa hanya sekedar menghafal saja tanpa harus mengetahui makna yang dicapai. Namun faktanya guru lebih mengandalkan LKS buatan penerbit dalam kegiatan pembelajaran. Seharusnya guru mampu merancang LKS untuk kegiatan pembelajaran agar sesuai dengan konsep yang diajarkan karena banyak LKS yang menggunakan satu model pembelajaran untuk diterapkan pada semua konsep, padahal tidak semua konsep cocok untuk model pembelajaran tertentu.
Berdasarkan hasil observasi ke 6 SMPN dan 6 MTs di Kota Tangerang
Panduan Bahan Ajar, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas tahun 2008. h.1 4
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: Diva Press (Anggota IKAPI), 2011), hlm 205
5
Mahrizal, Pengaruh LKS Berbasis Reasoning And Problem Solving Terhadap Hasil
3
penerbit. Adapun respon siswa terhadap LKS yang digunakan disekolah masing-masing adalah 37,26% siswa mengatakan LKS yang selama ini digunakan mudah dipahami dengan alasan materi LKS lengkap, rumusnya pun lengkap,dan beberapa jawaban soal hanya memindahkan dari materi. Namun 62,74% siswa berpendapat LKS yang digunakan saat ini sulit dipahami dengan alasan materinya kurang lengkap, terlalu banyak rumus, penyajian LKS kurang menarik, soal latihan yang terlalu sulit, bahasa LKS sulit dipahami, dan 0,14% siswa jarang memakai LKS tersebut karena gurunya pun tidak pernah menggunakannya. Hal inilah yang akan mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa.
LKS yang baik adalah LKS yang mampu merangsang siswa untuk belajar lebih aktif. Karena fungsi LKS adalah sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran guru, namun lebih mengaktifkan siswa. Serta dapat
mempermudah siswa dalam memahami materi yang diberikan.6 Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru- guru di 12 sekolah yang di observasi menyatakan bahwa isi LKS harus sesuai dengan standar kompetensi, Kompetensi dasar, dan indikator, lebih banyak kegiatan pembelajaran siswa daripada materi yang telalu banyak, soal-soal evaluasi yang bervariasi karena siswa dapat memahami materi fisika melalui soal latihan, serta dianjurkan LKS tersebut dirancang atau disusun oleh guru itu sendiri karena lebih memahami karakter para siswanya sehingga membuat siswa lebih mudah memahami LKS yang digunakan.
Salah satu upaya agar LKS yang dibuat dapat meningkatkan hasil belajar, penulis mencoba membuat LKS yang berintegrasi dengan model pembelajaran yaitu LKS berbasis inkuiri terstruktur. LKS inkuiri terstruktur adalah LKS yang disusun berdasarkan sintaks pembelajaran inkuiri terstruktur. LKS berbasis inkuiri terstruktur diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa karena belajar dengan menggunakan inkuiri terstruktur siswa aktif dalam kegiatan
pembelajarannya dan lebih memahami suatu konsep sebab mengalami sendiri
dalam proses penemuannya, sehinggadalam proses pembelajaran siswa tidak
6
menghayal melainkan berhadapan langsung dengan dunia nyata sehingga siswa dapat menyerap pelajaran secara maksimal.7
Tidak semua materi fisika dapat dipelajari dengan belajar menggunakan inkuiri terstruktur. Artinya materi yang diambil harus disesuaikan dengan silabus bersifat konkret, dan cukup sulit untuk dipelajari siswa. salah satu yang mewakili karakteristik tersebut adalah cahaya. Bab tersebut mempelajari tentang sifat-sifat cahaya yang terdiri dari cahaya dapat merambat lurus, cahaya dapat dipantulkan, dan cahaya dapat dibiaskan. Materi tersebut akan sulit dipahami oleh siswa jika hanya sekedar membayangkan. Terlebih lagi bagi siswa yang kurang memiliki kemampuan berimajinasi. Kegiatan eksperimen perlu dilakukan agar materi tersebut dapat dipahami oleh siswa melalui proses inkuiri terstruktur.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin menerapakan penggunaan LKS berbasis inkuiri terstruktur pada pembelajaran fisika. Serta mengetahui peningkatan terhadap hasil belajar fisika siswa. untuk mendapatkan jawaban yang telah diuraikan di atas, maka penulis melakukan penelitian dan menuliskanya
dalam skripsi yag berjudul: “PENGGUNAAN LEMBAR KEGIATAN SISWA
(LKS) BERBASIS INKUIRI TERSTUKTUR UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA KONSEP CAHAYA”.
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah pada penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Hasil belajar fisika siswa yang masih sangat rendah.
2. Pembelajaran fisika masih berpusat pada guru (teacher centered)
3. Pembelajaran fisika masih bersifat menghafal.
4. Guru cenderung menggunakan LKS dari penerbit
5. LKS yang digunakan tidak sesuai dengan indikator dan karakteristik konsep
6. LKS yang digunakan kurang lengkap dan sulit dipahami.
7
5
C Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar fisika yang diukur hanya mencakup ranah kognitif berdasarkan
taksonomi Bloom pada tingkatan C1 (mengingat), C2 (memahami),
C3 (menerapkan), dan C4 (menganalisis).
2. Konsep fisika yang digunakan adalah cahaya. Konsep fisika tersebut
merupakan konsep yang memiliki karakteristik materi yang sesuai dengan pembelajaran inkuiri terstuktur.
D Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini rumusan masalahnya sebagai berikut: “Bagaimana penggunaan lembar kegiatan siswa (LKS) berbasis pendekatan inkuiri terstuktur terhadap
hasil belajar siswa?”. Secara operasional rumusan masalah di atas dapat
dijabarkan ke dalam pertanyaan di bawah ini:
1. Bagaimana penilaian LKS berbasis pendekatan inkuiri terstuktur berdasarkan
syarat penyusunan LKS?
2. Bagaimana aktifitas siswa dan kemampuan guru selama kegiatan
pembelajaran fisika menggunakan LKS berbasis pendekatan inkuiri terstuktur?
3. Bagaimana kemampuan siswa memahami konsep dan peningkatan hasil
belajar siswa setelah menggunakan LKS berbasis pendekatan inkuiri terstuktur?
4. Bagaimana respon siswa terhadap pelajaran fisika setelah menggunakan LKS
berbasis pendekatan inkuiri terstuktur?
5. Bagaimana penilaian guru terhadap LKS berbasis inkuiri terstruktur
E Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan LKS berbasis pendekatan inkuiri terstuktur terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada konsep cahaya.
F Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain sebagai berikut:
1. Bagi siswa, yaitu dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa khususnya pada konsep cahaya.
2. Bagi guru, yaitu dapat memberikan informasi bahwa penggunaan LKS
berbasis inkuiri terstuktur merupakan salah satu solusi dalam meningkatkan hasil belajar.
7 belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa secara aktif baik kegiatan pengamatan, eksperimen, dan pengajuan pertanyaan9. LKS merupakan salah satu jenis alat bantu atau perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang berupa lembaran kertas berisi informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh siswa.10 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa LKS adalah salah satu alat pembelajaran berupa lembaran kertas informasi maupun tugas, berfungsi sebagai pelengkap yang memuat berbagai kegiatan pengamatan, eksperimen, maupun pengajuan pertanyaan.
b. Tujuan penggunaan LKS
Penyusunan LKS dalam pembelajaran memiliki tujuan tertentu. Tujuan penyusunan lembar kegiatan siswa menurut Belawati dalam Andi Prastowo adalah sebagai berikut:11
1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan
materi yang diberikan.
8
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), h.. 203
9
Trianto, Mengembangkan Model pembelajaran Tematik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), h 212
10
Wiwit A, Pengembangan Lembar Kerja Siswa ( LKS) dalam pembelajaran Matematika, dari : www.woedpress.com/2007/11/isi-LKS-berbasis-web.doc. 17/01/2012. h..5.
11
2) Menyajikan tugas–tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan.
3) Melatih kemandirian belajar siswa.
4) Memudahkan guru dalam memberikan tugas kepada siswa.
Tujuan penyusunan LKS berbasis inkuiri terstruktur ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika melalui proses inkuiri terstruktur agar menumbuhkan kemandirian pada siswa.
c. Fungsi LKS
Penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar dapat membantu siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik pada mata pelajaran IPA Fisika. Hal ini karena LKS memiliki fungsi sebagai berikut:12
1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran guru, namun lebih
mengaktifkan siswa.
2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang
diberikan.
3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.
4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa.
d. Manfaat penggunaan LKS
Manfaat penggunaan LKS adalah :13
1) Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran
2) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep
3) Melatih siswa dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses
4) Mengevaluasi keberhasilan proses belajar mengajar
5) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran
6) Membantu siswa untuk menambah informasi tentag konsep yang dipelajari
melalui kegiatan belajar yang sistematis.
12
Andi Prastowo, op.cit, h. 205 13
9
7) Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui
kegiatan belajar.
e. Teknik Penyusunan LKS
Dalam menyusun LKS terdapat prosedur yang harus dilakukan agara LKS dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Langkah-langkah penyusunan LKS adalah sebagai berikut:14
1) Melakukan analisis kurikulum; standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, dan materi pembelajaran, serta alokasi waktu.
2) Menganalisis silabus dan memilih alternatif kegiatan belajar yang paling sesuai dengan hasil analisis SK, KD, dan indikator.
3) Menganalisis RPP dan menentukan langkah-langkah kegiatan belajar
(Pembukaan, Inti: eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan Penutup).
Untuk mengembangkan LKS ada langkah–langkah yang dapat diikuti
yaitu:15
1) Mengkaji materi yang akan dipelajari siswa yaitu dari kompetensi dasar, indikator hasil belajarnya, dan sistematika keilmuannya.
2) Mengidentifikasi jenis keterampilan proses yang akan dikembangkan pada
saat mempelajari materi tersebut.
3) Menentukan bentuk LKS yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
4) Merancang kegiatan yang akan ditampilkan pada LKS sesuai dengan
keterampilan proses yang akan dikembangkan.
5) Mengubah rancangan menjadi LKS dengan tata letak yang menarik, mudah dibaca dan digunakan.
6) Menguji coba LKS apakah sudah dapat digunakan siswa untuk melihat
kekurangan–kekurangannya.
7) Merevisi kembali LKS.
14Slamet Suyanto,dkk, “ Lembar Kerja Siswa”, makalah disampaikan pada acara Pembekalan
guru daerah terluar, terluar, dan tertinggal di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta tanggal 26 Nopember-6 Desember 2011.
15
Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu sebagai berikut:16
1) Syarat Didaktik, mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa.
2) Syarat Konstruksi, berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan
kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS.
3) Syarat Teknik, menekankan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar dan
penampilannya dalam LKS.
f. Jenis-jenis LKS
Ada dua jenis LKS untuk pembelajaran IPA yakni LKS untuk eksperimen dan LKS non eksperimen atau lembar kerja diskusi.17
1) LKS eksperimen
LKS untuk eksperimen berupa lembar kerja yang memuat petunjuk
praktikum yang menggunakan alat dan bahan – bahan. Sistematika Penulisan
terdiri dari:
a) Pengantar, Pengantar LKS berisi uraian singkat yang mengetengahkan bahan
pelajaran (berupa konsep-konsep IPA) yang dicakup dalam kegiatan praktikum.
b) Tujuan, memuat tujuan yang berkaitan dengan permasalahan yang
diungkapkan di pengantar.
c) Alat dan bahan, memuat alat dan bahan yang diperlukan.
d) Langkah kegiatan, merupakan instruksi untuk melakukan kegiatan yang
mempermudah siswa melakukan praktikum, langkah kerja ini dibuat secara
16
Endang Widjajanti, “Kualitas Lembar Kerja Siswa”, Makalah ini disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat dengan judul “Pelatihan Penyusunan Lks Mata Pelajaran Kimia Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bagi Guru SMK/MAK di Ruang Sidang Kimia FMIPA UNY pada tanggal 22Agustus 2008.
17
11
sistematis. Bila perlu menggunakan nomor urut dan menambah tampilan sketsa gambar.
e) Tabel pengamatan, dapat berupa tabel–tabel data untuk mencatat data hasil pengamatan yang diperoleh dari praktikum.
f) Pertanyaan, berupa pertanyaan yang jawabannya dapat membantu siswa
mendapatkan konsep yang dikembangkan atau untuk mendapatkan kesimpulan.
2) LKS non eksperimen
LKS non eksperimen berupa lembar kegiatan yang memuat teks yang menuntun siswa melakukan kegiatan diskusi suatu materi pelajaran. Kegiatan menggunakan lembar kegiatan ini dikenal dengan istilah DART dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang berhubungan langsung dengan teks atau wacana. Ada dua jenis DART yaitu model reconstruction dan model analysis.
(1) Bentuk LKS reconstruction DART
Bentuk LKS ini terdiri dari:
(a) Text completion (melengkapi teks)
Pada bentuk LKS untuk kegiatan melengkapi teks harus disajikan teks sains atau wacana yang berisi konsep-konsep sains. Pada bagian–bagian tertentu dari teks dikosongkan untuk diisi oleh siswa sehingga menghasilkan teks sains yang bermakna.
(b) Diagram Completion (melengkapi diagram atau menyempurnakan gambar) Pada bentuk LKS ini disajikan gambar yang belum lengkap, kemudian siswa melengkapinya baik oleh tanda panah, tulisan atau gambar. Gambar atau diagram harus jelas sehingga memudahkan siswa melengkapinya.
(c) Tabel Completion (melengkapi tabel)
Pada bentuk LKS ini disajikan tabel yang belum lengkap, dan data-data yang akan dimasukan kedalam tabel. Selanjutnya ada perintah agar siswa mengisi tabel dengan data-data yang ada sesuai dengan konsep yang sesuai dengan topiknya.
Pada LKS ini disajikan beberapa fakta atau kejadian misalnya dalam bentuk gambar. Selain itu tertera pertanyaan–pertanyaan yang memancing siswa untuk melakukan keterampilan prediksi.
(e) Completion Activites With Disordered Text (menyempurnakan teks yang tidak teratur)
(f) Diagram Cut And Paste (potong dan tempelkan gambar)
Pada LKS ini disajikan beberapa bentuk potongan berisi gambar atau tulisan dan ada perintah yang mengajak siswa untuk memotongnya. Kemudian menyusunnya kembali sesuai dengan konsep yang ditanyakan, agar potongan-potongan menjadi susunan yang bermakna dapat disajikan suatu bagan yang dapat membantu siswa menemukan konsep yang sedang dipelajari.
(g) Scrambel ( mengacak)
Pada LKS bentuk ini disajikan beberapa kata atau huruf acak, selajutnya ada instraksi agar siswa menyusun kata – kata atau huruf – huruf tersebut menjadi
sesuatu yang bermakna. Huruf atau kata –kata sebaiknya ditempatkan dalam
suatu kotak atau lingkaran dan sajian yang menarik. Selain itu ada instruksi agar siswa menyusun huruf – huruf menjadi kata – kata, sedangkan kata-kata menjadi suatu kalimat.
(2) Bentuk LKS analisis D.A.R.T
Bentuk LKS ini terdiri dari:
(a) Underlaying (menggaris bawahi)
Pada LKS ini disajikan suatu teks. Selanjutnya tertera perintah agar siswa membaca teks dan memberi garis bawah pada kata-kata penting atau kata kunci. Setelah memberi garis bawah pada kunci selanjutnya siswa dapat diarahkan untuk mengembangkan kata-kata kunci yang didapat menjadi suatu teks lain atau bagian.
(b) Labelling (memberi label)
13
instruksi yang meminta siswa untuk memberikan label pada gambar–gambar
yang belum memiliki nama tetapi harus sesuai dengan konsep atau materinya. (c) Segmenting (memotong / menggolongkan)
Pada LKS bentuk ini disajikan suatu teks atau kumpulan gambar. Selanjutnya tertera perintah agar siswa memotong atau menggolongkan teks atau gambar yang sejenis. Setelah itu kegiatan dapat dikembangkan lagi misalnya hasil potongan disusun kembali menjadi suatu teks atau susunan gambar yang bermakna.
(d) Bentuk LKS recording dapat berupa Diagramatic Representation, Tabulator, Question, dan Summary.
(e) Diagramatic representation (membuat diagram)
Pada LKS bentuk ini disajikan instruksi yang mengajak siswa membuat diagram dalam bentuk gambar, grafik, diagram alur proses atau bagan. agar diagram yang terbentuk sesuai dengan konsep yang diminta, pada LKS
diberikan data atau komponen–komponen diagram.
(f) Tabulator (membuat daftar yang tersusun)
Pada LKS bentuk ini disajikan data suatu konsep yang tidak teratur, biasanya data dalam bentuk kuantitatif. Selanjutnya ada instruksi yang mengarahkan siswa agar membuat tabulator dengan terarah.
(g) Question (membuat pertanyaan-pertanyaan)
Pada LKS ini disajikan suatu teks atau wacana, dan instruksi yang meminta
siswa untuk membuat pertanyaan–pertanyaan yang jawabannya dapat diambil
dari teks yang tersedia.
(h) Summary (membuat rangkuman)
2. Pendekatan Inkuiri
a. Pengertian Pendekatan Inkuiri
Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipercayakan.18 Piaget menyatakan bahwa inkuiri adalah teknik yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lainnya. Inkuiri sebagai teknik pengajaran mengandung arti bahwa dalam proses kegiatan mengajar berlangsung harus dapat mendorong dan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam belajar.19 Inkuiri adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa merumuskan masalah sendiri, merancang eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.20
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan inkuiri adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan dapat menjadikan siswa belajar aktif dengan cara menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah melalui proses merumuskan masalah sendiri, merancang eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.
b. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran Inkuiri
Dalam Standard For Science Teacher Preparation terdapat 3 tingkatan inkuiri, yakni:21
18
Wina Sanjaya, M.Pd, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h. 194
19
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 108-109
20
Moh Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode
“Discovery dan “Inquiry”, ( Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987), h. 127
21
15
1) Discovery/Structured Inquiry (Inkuiri Terstruktur)
Dalam tingkatan ini tindakan utama guru ialah mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil. 2) Guided Inquiry
Tahap guided inquiry mengacu pada tindakan utama guru ialah
mengajukan permasalahan, siswa menentukan proses dan penyelesaian masalah. Siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan ajar, guru hanya berperan sebagai fasilitator.
3) Open Inquiry
Tindakan utama pada open inquiry ialah guru memaparkan konteks penyelesaian masalah kemudian siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.
3. Pendekatan Inkuiri Terstruktur a. Pengertian Inkuiri Terstruktur
Inkuiri terstruktur atau discovery inquiry adalah salah satu model pembelajaran inkuiri dimana guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam model ini guru memberikan bimbingan terhadap siswa, sedangkan siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya, model inkuiri terstruktur ini digunakan siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan model inkuiri. Dengan metode ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada model ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar
mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.22
22
Inkuiri terstruktur masih memegang peranan guru dalam menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur. Sedangkan analisis hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa. Inkuiri terstruktur menuntut siswa mengikuti dengan seksama setiap langkah kerja dalam kegiatan hands-on yang telah disusun oleh guru melalui lembar kerja siswa (LKS) jenis guided worksheet activity.23
Inkuiri terstruktur merupakan salah satu pendekatan inkuiri dimana guru menyediakan tujuan, petunjuk dan prosedur kegiatan tetapi tidak memberitahukan hasil. Siswa diharapkan menemukan sendiri hubungan antar variabel ataupun
menggeneralisasikan data. Menurut Zulfiani dalam tingkatan discovery/structured
inquiry tindakan utama guru adalah mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil.24
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan inkuiri terstruktur adalah kegiatan pembelajaran dimana guru menyediakan bimbingan atau petunjuk sedangkan siswa menganalisis hasil dan kesimpulan.
b. Tahapan-Tahapan Inkuiri Terstruktur
Tahap pelaksanaan pendekatan inkuiri terstruktur terdiri dari empat fase, yaitu penyajian masalah, berhipotesi, melakukan percobaan, mengkomunikasikan hasil percobaan.25
Nengsih Juanengsih, Perbandingan Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dan Inkuiri Terstruktur Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Kerja Ilmiah Siswa Kelas X Pada Konsep Bioteknologi, Metamorfosa, Jurnal Pendidikan IPA, Vol. 1, h.28.
24
Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.121
25
17
Berhipotesis Guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk memberikan pendapat dalam bentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan
Guru memberi kesempatan kepada
setiap kelompok untuk
menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
Membuat Kesimpulan Guru membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan
c. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inkuiri Terstruktur.
Menurut Suryosubroto dalam Henik Ismawati, ada beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri terstruktur, antara lain:26
1) Menerapkan pengetahuan dalam situasi yang berbeda.
2) Mendapatkan kemampuan untuk belajar dan menerapkan materi pengetahuan
3) Mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sehari-hari
4) Memperoleh dan menganalisa informasi menjadi lebih terampil
Kekurangan dari pendekatan inkuiri terstruktur adalah:27
1) Diharuskan adanya persiapan mental
26
Henik Ismawati, Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Sains Fisika Melalui Pembelajaran Inkuiri Terstruktur Untuk Sub-Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya. Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. 2007.
27
2) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas yang besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori.
3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewaka siswa
yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri terstruktur ini.
4. LKS berbasis Inkuiri Terstruktur
LKS berbasis inkuiri terstruktur pada penelitian ini adalah LKS yang disusun berdasarkan tahap-tahap pembelajaran inkuiri terstruktur yaitu menyajikan masalah atau pertanyaan, berhipotesis, melakukan percobaan, mengkomunikasikan hasil percobaan, dan membuat kesimpulan. LKS ini di dalam penyusunannya sesuai dengan persyaratan penyusunan LKS yang dikemukakan oleh Hendro Darmodjo dan Jenny R.E yaitu didaktik, konstruksi, dan teknik.28 Dikembangkan berdasarkan pendapat Popy kamila yaitu mengkaji materi yang akan dipelajari siswa, mengidentifikasi jenis keterampilan proses yang akan dikembangkan pada saat mempelajari materi tersebut, menentukan bentuk LKS yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, merancang kegiatan yang akan ditampilkan pada LKS sesuai dengan keterampilan proses yang akan dikembangkan, mengubah rancangan menjadi LKS dengan tata letak yang menarik, mudah dibaca dan digunakan, menguji coba LKS apakah sudah dapat
digunakan siswa untuk melihat kekurangan–kekurangannya, merevisi kembali
LKS.29 LKS inkuiri terstruktur merupakan LKS yang secara rinci menjelaskan kegiatan praktikum yang akan dilaksanakan. LKS inkuiri terstruktur sudah tercantum judul dan tujuan praktikum, alat dan bahan, serta langkah kerja
28
Endang Widjajanti, “Kualitas Lembar Kerja Siswa”, Makalah ini disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat dengan judul “PELATIHAN PENYUSUNAN LKS MATA PELAJARAN KIMIA BERDASARKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PEN DIDIKAN BAGI GURU SMK/MAK di Ruang Sidang Kimia FMIPA UNY pada tanggal 22 Agustus 2008.
29
19
praktikum. Siswa hanya dituntut untuk menuliskan hasil dan kesimpula kegiatan praktikum.30
Penggunaan LKS berbasis inkuiri terstruktur ini dapat membantu guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yaitu menemukan suatu konsep fisika dengan proses memecahkan masalah. hal ini dikarenakan LKS ini sesuai dengan tahap pembelajaran inkuiri terstruktur. menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, serta terdapat gambar-gambar yang menarik untuk mempermudah siswa dalam memahami materi serta arahan yang ditulis secara lisan yang kurang dipahami apabila diarahkan menggunakan tulisan. LKS ini disusun berdasarkan langkah-langkah pembuatan LKS sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, hanya dikembangkan dengan menerapkan karakteristik inkuiri terstruktur yang mengarahkan siswa untuk menemukan suatu konsep fisika.
5. Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Definisi belajar menurut Oemar Hamalik yaitu bahwa belajar merupakan modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman dan belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.31 Ratna Wilis Dahar mengutip pendapat Gage bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat
pengalamannya.32 Menurut Ausubel yang dikutip Ratna Wilis Dahar
mengungkapkan bahwa belajar adalah belajar bermakna yang merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.33 Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga
30
Annis Novitsania “Perbedaan Keterampilan Proses Sains Antara Siswa Yang Menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) Inkuiri Terstruktur Dengan Lembar Kerja Siswa (LKS)Inkuiri
Terbimbing Pada Konsep Fotosintesis.” Skripsi pada Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, 2013. h.32, tidak dipublikasikan.
31
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi aksara, 2010), cetakan kesepuluh, h. 27-28
32
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, ( Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 1996), Cetakan kedua, h. 11
33
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.34
Belajar merupakan proses yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri seseorang. Proses belajar dengan perubahan memiliki keterkaitan yaitu belajar sebagai proses dan perubahan sebagai sebagai bukti dari hasil yang di proses.35 Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua kesuksesan aktivitas dan kehidupan adalah hasil dari belajar.36
Berdasarkan pendapat tentang belajar peneliti mengambil kesimpulan bahwa belajar adalah sebuah proses perkembangan hidup manusia yang ditandai dengan perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman yang diperoleh menyangkut ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dalam proses kegiatan belajar mengajar, dan hasil belajar tersebut dapat berbentuk kognitif, afektif, dan psikomotorik yang penilaiannya melalui tes.37 Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu mengenai aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap yang terlihat pada perubahan tingkah laku dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.38 Menurut Dimyati dan Mujiono hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar, dan tindak mengajar, sehingga pengertian hasil belajar dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi guru dan dari sisi siswa. Dari sisi guru mengajar diakhiri oleh proses evaluasi hasil
34
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit, h. 13 35
Tengku Zahara Djaafar, Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar, (Jakarta: Universitas Negeri Padang, 2001), h. 82
36
Abu Ahmadi Dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 2004), h. 127
37
Maisaroh dan Rostrieningsih, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi Di Smk Negeri 1 Bogor, jurnal ekonomi dan pendidikan, Vol 8, 2010, h. 162
38
21
belajar dan dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya dan puncak proses belajar.39
Berdasarkan pendapat tentang hasil belajar peneliti mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah proses akhir dari suatu kegiatan belajar untuk mengukur perubahan perilaku yang terdapat pada diri siswa berdasarkan aspek keterampilan, pengetahuan, dan sikap.
Gagne dalam Dahar, mengemukakan lima macam hasil belajar yaitu:40
1) Keterampilan intelektual, yang merupakan penampilan yang ditunjukan oleh
siswa tentang operasi-operasi intelektual yang dilakukannya seperti memecahkan masalah, menyusun eksperimen, dan memberikan nilai-nilai sains.
2) Strategi kognitif, penampilan siswa yang ditunjukkan secara kompleks dalam
situasi baru, dimana diberikan sedikit bimbingan dalam memilih dan menerapkan aturan-aturan dan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.
3) Sikap, sekumpulan sikap yang dapat ditujukan oleh perilaku yang
mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan sains.
4) Informasi verbal, informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah. Selain itu, informasi verbal dapat diperoleh dari ucapan orang, membaca, radio, televisi, dan media lainnya.
5) Keterampilan motorik, tidak hanya kegiatan fisik melainkan kegiatan motorik
yang digabungkan dengan keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis, memainkan sebuah instrumen musik atau instrumen dalam pelajaran sains.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
39
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka cipta, 2006), cet-3, h. 250-251
40
belajar dari Benyamin Bloom yang sudah direvisi membaginya menjadi tiga ranah, yakni:41
1) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan karya.
2) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3) Ranah psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuaan perceptual, keharmonisan atau
ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif, dan interatif.
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang sudah direvisi, yaitu:42
1) Mengingat, merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari
memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang
berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful
learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih
kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil
kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.
41
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003).h.162
42
23
2) Memahami, berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai
sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami atau mengerti
berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan
membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika
seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih objek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari objek yang diperbandingkan.
3) Menerapkan, menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi
pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi
kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan
(implementing).
4) Menganalisis, merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan mengorganisasikan (organizing).
5) Mengevaluasi, berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Evaluasi
meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek
pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.
6) Menciptakan, mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara
bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.
6. Konsep Cahaya
Cahaya merupakan konsep yang membutuhkan ketelitian dan kemampuan matematis dalam mempelajarinya, karena pada konsep ini banyak terdapat hitungan yang rumit. Pada konsep cahaya siswa dituntut untuk mampu menerjemahkan gambar dan mengaplikasikan gambar tersebut ke dalam rumus. Cahaya merupakan konsep yang memiliki tingkat kesulitan sedang hal ini ditinjau berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat di dalam materi cahaya mencapai ranah kognitif C3 yaitu menerapkan.
a. Pengertian Cahaya
25
membelok (bias) apabila melewati dua medium yang berbeda kepadatan molekulnya, dan cahaya dapat dipusatkan (difokuskan) oleh lensa.43
Benda-benda disekitar kita dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu sumber cahaya dan benda gelap. Sumber cahaya adalah benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri, sedangkan benda gelap adalah benda yang tidak dapat memancarkan cahaya sendiri. Ketika cahaya mengenai benda gelap yang tidak menerima cahaya, akan terbentuk bayang-bayang. Bayang-bayang yang tidak menerima cahaya sama sekali disebut umbra, sedangkan bayang-bayang yang menerima sedikit cahaya disebut penumbra.
b. Pemantulan Cahaya
Hukum Snellius tentang pemantulan cahaya menyatakan bahwa:44
1) Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar.
2) Sudut datang, dan sudut pantul cahaya sama besar.
Pemantulan ada dua macam, yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur. Pemantulan teratur adalah pemantulan yang terjadi karena berkas sinar datang jatuh pada permukaan yang halus atau rata. Sedangkan pemantulan baur adalah pemantulan cahaya ke segala arah yang terjadi karena berkas sinar datang jatuh pada permukaan kasar atau tidak rata.45
c. Cermin
Cermin adalah benda padat yang salah satu sisinya halus dan mengkilap yang dilapisi almagam perak sehingga memantulkan seluruh cahaya yang datang. cermin dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) Cermin Datar
Pemantulan pada cermin datar, sifat-sifat bayangan yag dibentuk oleh cermin datar adalah sebagai berikut:46
43
Purwoko, dkk. IPA Terpadu SMP Kelas VIII. (Jakarta: Penerbit Yudhistira, 2009). h. 212 44
Saeful Karim,dkk, Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar, ( Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008). h. 279
45
Ibid, h. 278 46
a) Bayangannya maya
b) Bayangannya sama tegak dengan bendanya
c) Bayangannya sama besar dengan bendanya.
d) Bayangannya sama tinggi dengan bendanya
2) Cermin Cekung
Cermin cekung bersifat konvergen (mengumpulkan sinar). Cermin cekung disebut juga cermin positif karena jari-jari cermin berada di depan cermin. Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung ada tiga macam, yaitu:47
a) Sinar datang yang sejajar sumbu utama dipatulkan melalui titik fokus.
b) Sinar datang yang melalui titik fokus, dipantulkan sejajar sumbu utama.
c) Sinar datang yang melalui titik pusat kelengkungan dipantulkan
kembali ke titik pusat kelengkungan itu.
47
27
3) Cermin Cembung
Cermin cembung bersifat divergen (menyebarkan sinar). Titik fokusnya bernilai negatif (-). Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung ada tiga macam, yaitu:48
a) Sinar datang yang sejajar sumbu utama dipatulkan seolah-olah dari titik
fokus.
b) Sinar datang yang menuju titik fokus, dipantulkan sejajar sumbu utama.
c) Sinar datang yang menuju pusat kelengkungan dipantulkan seolah-olah
dari titik pusat kelengkungan itu.
d. Pembiasan Cahaya
Pembiasan cahaya adalah pembelokkan arah rambat cahaya pada saat cahaya menembus dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Hukum Snellius
tentang pembiasan menyatakan bahwa:49
1) Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
48
Ibid, h. 287-288
49
2) Jika sinar datang dari medium yang kurang rapat menuju medium yang lebih rapat, sinar akan dibiaskan mendekati garis normal. Jika sinar datang dari medium yang lebih rapat menuju medium yang kurang rapat, sinar akan dibiaskan menjauhi garis normal.
e. Lensa
Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang batas dengan salah satu atau keduanya berupa bidang lengkung. Ada dua macam lensa, yaitu lensa cembung dan lensa cekung.
1) Lensa Cembung
Lensa cembung adalah sebuah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal dibandingkan dengan bagian pinggirnya. Lensa cembung memiliki sifat dapat mengumpulkan cahaya (konvergen) dan titik fokus lensa bernilai positif (+). Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung ada tiga macam, yaitu:50
a) Sinar yang datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus. b) Sinar yang datang melalui titik pusat lensa akan diteruskan
c) Sinar yang datang melalui titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama.
2) Lensa cekung
Lensa cekung memiliki sifat menyebarkan cahaya (divergen) dan fokusnya bernilai negatif (-). Sinar-sinar istimewa pada lensa cekung juga ada tiga macam. Sinar-sinar istimewa tersebut adalah:51
50
Diana Puspita, Alam Sekitar IPA Terpadu, ( Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009). h. 239
51
29
a) Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah dari titik fokus. b) Sinar yang datang melalui titik pusat lensa akan diteruska
c) Sinar yang datang seolah-olah menuju ke titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama.
B Kajian Penelitian Relevan
Penelitian penerapan inkuiri terstruktur serta penggunaan LKS pada pembelajaran telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya:
Penelitian yang dilakukan oleh Adhitya Wahyu Sutomo dan Suparwoto
dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Dengan Pendekatan Inkuiri
Terstruktur Untuk Menuntaskan Aspek Psikomotor Siswa Kelas XI Di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta”, didapatkan hasil bahwa penerapan LKS dengan pendekatan inkuiri terstruktur dapat diimplementasikan dengan baik dan dapat
menuntaskan aspek psikomotor siswa.52
Penelitian yang dilakukan oleh Anita Maryati dengan judul “Hasil Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Eksperimen Dan Non-Eksperimen Berbasis Inkuiri Terstruktur Pada Subpokok Materi Pergeseran Kesetimbangan
Kimia”. Didapatkan hasil keterlaksanaan praktikum menggunakan LKS
eksperimen berbasis inkuiri terstruktur mencapai 89,6% tergolong kategori sangat baik dan hasil keterlaksanan praktikum menggunakan LKS Non eksperimen berbasis inkuiri terstruktur mencapai 95,7%.53
52
Adhitya dan Suparwoto, Pengembangan Lembar Kerja Siswa Dengan Pendekatan Inkuiri Terstruktur Untuk Menuntaskan Aspek Psikomotor Siswa Kelas XI Di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta, e Journal universitas Negeri Yogyakarta.Vol 2 nomor 5, 2013
53
Anita Maryati “Hasil Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Eksperimen Dan
Penelitian yang dilakukan oleh Munajat Sudirman dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Wujud Zat Yang Bernuansa Nilai”. Didapatkan hasil nilai pada kelompok eksperimen sebesar 5,82 sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 6,61. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran inkuiri terstruktur mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa.54
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Jamilah Mufarihhah dengan judul “Pengaruh Model Inkuiri Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa Pada
Konsep Bunyi”. Didapatkan hasil bahwa kelas yang menggunakan model inkuiri terstruktur lebih unggul dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model direct interaction. Hal tersebut terlihat dari rerata skor posttest 70,20, dan kelas yang diterapkan model direct interaction memiliki rerata skor posttest sebesar 62,83.55
C Kerangka Berpikir
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah terutama pembelajaran IPA adalah rendahnya hasil belajar siswa. banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. salah satunya adalah guru masih mendominasi pembelajaran IPA dengan pengajaran klasikal menggunakan metode ceramah dan kegiatannya lebih berpusat pada guru atau teacher center. Sehingga dalam pembelajaran siswa kurang aktif dan mandiri.
Guru banyak menggunakan LKS dalam membantu proses pembelajaran. Namun guru lebih mengandalkan LKS yang berasal dari penerbit yang tidak relevan dengan kebutuhan siswa serta isinya tidak sesuai dengan indikator yang harus dicapai oleh siswa. kebanyakan LKS yang beredar bermuatan rumus-rumus
Kimia”Skripsi pada Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, 2012. h.i, tidak dipublikasikan.
54
Munajat Sudirman “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Wujud Zat Yang Bernuansa Nilai” Skripsi pada Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, 2012. h.i, tidak dipublikasikan.
55 Nur Jamilah Mufarrihah “Pengaruh Model Inkuiri Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa
31
praktis dan isinya hanya berupa rangkuman dari suatu materi pelajaran, sehingga mengarahkan siswa hanya menghafal. Selain itu siswa cenderung langsung mengerjakan soal-soal latihan tanpa memahami isi dan makna materi terlebih dahulu. Ini yang menyebabkan rendahnya hasil belajar IPA Fisika siswa.
LKS berbasis inkuiri terstruktur diharapkan dapat mengatasi masalah yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa. LKS ini terintegrasi dengan model inkuiri terstruktur. LKS ini dapat membantu siswa dalam proses penemuan dengan bimbingan dari guru melalui perantara LKS. LKS inkuiri terstruktur terlebih dahulu menampilkan suatu masalah berupa fenomena yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari siswa. selanjutnya siswa berhipotesis, melakukan percobaan, mengkomunikasikan hasil percobaan, dan membuat kesimpulan. LKS inkuiri terstruktur diharapkan dapat merubah pola pembelajaran dari teacher center menjadi student center sehingga siswa yang akan lebih aktif dalam proses pembelajaran dan pada akhirnya hasil belajar siswa dapat meningkat. Kerangka berpikir ini dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Rendahnya hasil belajar siswa
Pembelajaran siswa kurang aktif dan mandiri
Pembelajaran berpusat pada guru (teacher center)
LKS yang digunakan guru tidak sesuai dengan indikator.
LKS berbasis inkuiri terstruktur
32
A
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini terdiri dari penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mengetahui pendapat terhadap penggunaan LKS dan untuk mengetahui kriteria LKS yang baik dan benar menurut guru IPA. Penelitian pendahuluan dilakukan di 12 sekolah yang berada di Tangerang Selatan yang mempunyai akreditasi A berdasarkan BAN (Badan Akreditasi Nasional). Sekolah tersebut terdiri dari 6 SMP Negeri dan 6 MTs, yaitu SMPN 1, SMPN 2, SMPN 3, SMPN 10, SMPN 11, SMPN 12, MTs Serpong, MTsN Pamulang, MTs Soebono Mantofani, MTs Yaspina, MTs Khazanah Kebajikan, MTs Nur Sholihat. Penelitian selanjutnya yaitu untuk menguji penggunaan LKS yang telah didesain untuk meningkatkan hasil belajar, dilaksanakan di MTs Serpong pada kelas VIII semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan November 2013.
B
Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan LKS berbasis inkuiri terstuktur, oleh karena itujenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif evaluatif yang menggunakan pendekatan metode eksploratif. Deskriptif evaluatif adalah metode yang merupakan pendekatan yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.56 Pendekatan eksploratif adalah pendekatan
56