DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Masalah... 9
C. Tujuan Penelitian... 10
D. Manfaat Penelitian... 10
E. Hipotesis Penelitian... 11
F. Definisi Operasional... 11
BAB II. E-LEARNING, MOODLE, PENGUASAAN KONSEP, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DAN DESKRIPSI MATERI A. E-Learning... 14
B. Penguasaan Konsep... 20
C. Keterampilan Berpikir Kritis... 23
D. Mata Pelajaran IPA SMP/MTs... 26
E. Deskripsi Konsep Cahaya dalam e-learning... 27
F. Uraian Materi Cahaya SMP... 33
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 45
A. Jenis Penelitian... 45
B. Desain Penelitian... 45
C. Populasi dan Sampel... 46
D. Instrumen Penelitian... 46
E. Prosedur Penelitian... 55
F. Teknik Analisis Data... 58
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 63
A. Hasil Penelitian... 63
1. Penguasaan Konsep... 63
2. Keterampilan Berpikir Kritis... 67
B. Pembahasan... 72 1. Peningkatan penguasaan konsep siswa... 72 2. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis siswa... 74 3. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika
menggunakan e-learning berbasis Moodle... 75 4. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran konsep cahaya
Menggunakan e-learning berbasis Moodle... 76
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... 78 B. Saran... 79
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Indikator Keterampilan berpikir kritis dalam konsep cahaya... 25
Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 46
Tabel 3.2. Kriteria Indeks Kemudahan Soal ... 49
Tabel 3.3. Kriteria Indeks Daya Pembeda ... 50
Tabel 3.4. Kategori Validitas Butir Soal ... 51
Tabel 3.5. Kategori Reliabilitas Tes ... 53
Tabel 3.6. Klasifikasi N-Gain ... 60
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Alur proses pembelajaran berbasis web ... 18
Gambar 2.2. Garis besar program e-learning berbasis Moodle ... 30
Gambar 2.3. Cahaya merambat lurus ... 33
Gambar 2.4. Gambar umbra dan penumra ... 34
Gambar 2.5. Pembentukan bayangan pada cermin cekung ... 36
Gambar 2.6. Pembentukan bayangan pada cermin cembung ... 37
Gambar 2.7. Jalannya sinar pada kaca planparalel ... 38
Gambar 2.8. Jalannya sinar pada prisma ... 39
Gambar 2.9. Lensa cembung bersifat konvergen ... 40
Gambar 2.10 Pembentukan bayangan pada lensa cembung jika benda di ruang 3 ... 41
Gambar 2.11. Melukis bayangan pada lensa cembung jika benda di ruang 2 ... 41
Gambar 2.12. Melukis bayangan pada lensa cembung jika benda di ruang 1 ... 41
Gambar 2.13. Lensa cekung bersifat divergen ... 42
Gambar 2.14. Melukis bayangan pada lensa cekung ... 43
Gambar 2.15. Peristiwa dispersi ... 44
Gambar 3.1. Alur penelitian ... 59
Gambar 4.1. Perbandingan persentase skor rata-rata tes awal, tes akhir dan N-Gain penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 63
Gambar 4.2. Perbandingan skor rata-rata penguasaan konsep untuk setiap label konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 64
Gambar 4.4. Perbandingan persentase skor rata-rata tes awal,
tes akhir dan N-Gain keterampilan berpikir kritis
kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 68
Gambar 4.5. Perbandingan persentase skor rata-rata
Keterampilan Berpikir Kritis untuk setiap indikator... 69
Gambar 4.6. Perbandingan N-Gain keterampilan berpikir kritis
untuk setiap indikator antara kelas eksperimen dan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A: Perangkat Pembelajaran ... 84
Lampiran B: Instrumen Penelitian ... 127
Lampiran C: Hasil ujicoba dan Pendapat Ahli ... 141
Lampiran D: Data tes dan N-gain... 161
Lampiran E: Analisis Angket dan Observasi... 182
Lampiran F: Uji Statistik ... 186
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan
teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam, perkembangan pesat
dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan
dibidang fisika material melalui penemuan piranti elektronika yang mampu
memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang
mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada
manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan
secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang fisika.
Pada tingkat SMP/MTs, fisika dipandang penting untuk diajarkan karena
merupakan bagian dari IPA yang mempelajari aspek fisis yang memfokuskan diri
pada benda tak hidup mulai dari benda tak hidup yang dikenal dalam kehidupan
sehari-hari seperti air, tanah, udara, batuan dan logam, sampai dengan
benda-benda di luar bumi dalam susunan tata surya dan sistem galaksi di alam semesta.
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, terdapat beberapa
pertimbangan pentingnya diajarkan ilmu fisika. Pertama, selain memberikan bekal
ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana
untuk menumbuhkan kemampuan berfikir yang berguna untuk memecahkan
pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk
memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan
teknologi.
Pentingnya peranan fisika tersebut mengharuskan guru untuk mempersiapkan
siswanya dalam proses pembentukan dan pengembangan kemampuan dalam
bidang sains, khususnya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan memasuki
dunia teknologi dan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang aktif. Siswa
sebagai penerus kelangsungan hidup bangsa harus dibentuk dan dipersiapkan
untuk memahami berbagai konsep, prinsip, proses sains, dan aplikasinya melalui
pengalaman belajar langsung yang pada akhirnya diharapkan dapat
mengaplikasikan sains dalam situasi dunia nyata. Jadi proses belajar siswa harus
dirancang dalam suasana yang menarik, menyenangkan, dan mendorong siswa
untuk dapat belajar secara mandiri.
Namun realita di lapangan memperlihatkan kondisi yang jauh dari harapan
kurikulum, pembelajaran fisika di kelas terkesan kaku, siswa lebih diperlakukan
sebagai objek pembelajaran, siswa tidak terlibat langsung dalam konteks
pembelajaran yang sesungguhnya sehingga penyampaian materi cenderung
monoton. Pembelajaran lebih bermakna jika dalam prosesnya siswa merupakan
subjek dalam pembelajaran dan orientasi proses berada di pihak siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dari pusat kurikulum (Kaswan, 2004), ternyata
metode ceramah dengan guru menulis di papan tulis merupakan metode yang
paling sering digunakan. Hal ini menyebabkan isi mata pelajaran fisika dianggap
perlu dipikirkan penerapan pembelajaran yang lebih melibatkan siswa pada proses
belajar.
Banyak upaya yang telah dilakukan pihak terkait untuk menghadirkan
pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa dalam pembelajaran di kelas.
Diantaranya dengan menerapkan variasi beberapa model/metode/pendekatan
pembelajaran sampai melengkapi sarana pembelajaran yang berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK). Pada pembelajaran fisika, pemanfaatan
teknologi komputer dalam menghadirkan pembelajaran fisika yang lebih
menyenangkan, mudah dipahami, dan lebih membuat siswa aktif sangat
memungkinkan untuk dilaksanakan. Melalui berbagai tampilan teks, suara,
gambar, film, video, animasi, simulasi, membuat konsep-konsep yang semula
abstrak, dan sulit dipelajari menjadi relatif lebih mudah.
Menghadirkan konteks di kelas dapat dilakukan secara virtual melalui media
pembelajaran berbasis teknologi komputer. Penggunaan komputer untuk
menciptakan alat bantu merupakan bentuk aplikasi multimedia interaktif
misalnya, tidak lagi menjadi suatu yang mahal dan sulit dilakukan. Dukungan
perangkat lunak yang melimpah dan mudah didapatkan, telah menjadi tantangan
tersendiri bagi praktisi pendidikan, diantaranya penulis sendiri, untuk
memanfaatkan teknologi dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. English
(2002) menyarankan agar akses terhadap teknologi dalam lingkungan
pembelajaran ditingkatkan, dan jika sumber-sumber teknologi telah tersedia,
kekuatan dan kemampuannya harus dieksploitasi untuk kepentingan pendidikan.
fisika berbasis TIK. Perlengkapan laboratorium komputer lengkap, infokus
tersedia di tiap-tiap kelas, jaringan internet yang dapat diakses siswa di sekolah,
didukung dengan adanya sebagian siswa yang telah memiliki laptop pribadi dan
modem, bahkan untuk kelas VII mulai tahun ajaran 2010/2011 masing-masing
siswa sudah memiliki laptop (satu siswa satu laptop), membuat pembelajaran
berbasis TIK direncanakan dapat berjalan sesuai harapan.
Tetapi dukungan sarana pembelajaran berbasis TIK saja belumlah cukup
untuk membuat program pembelajaran fisika berbantuan komputer di SMP “Y”
tanpa masalah. Dari hasil studi kasus di lapangan, terdapat beberapa keluhan guru
diantaranya; (1) belum semua guru mahir dalam mendukung pembelajaran
berbasis TIK, (2) sulitnya mendapatkan perangkat lunak pembelajaran
(courseware) fisika gratis yang bermutu dan sesuai dengan kondisi yang ada di
sekolah, (3) Guru merasakan kesulitan dalam membuat bahan ajar fisika berbasis
TIK, (4) belum diberdayakannya web sekolah untuk mendukung pembelajaran
berbasis TIK secara terpadu sehingga guru harus mengembangkan pembelajaran
berbasis TIK secara individu.
Belum maksimalnya proses Pembelajaran fisika juga dapat dilihat dari
data hasil Ujian Nasional tahun pelajaran 2008/2009 yang menunjukkan bahwa
terdapat 14% siswa berada di bawah rata-rata kelulusan minimal 5,50. Hal ini
memprihatinkan mengingat SMP “Y” merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) yang menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lainnya.
Jadi secara umum dari proses pembelajaran fisika berbasis TIK di SMP
“Y” belum memenuhi fungsi dan tujuan pembelajaran fisika, untuk itu perlu
tersebut adalah dengan menerapkan Learning Management System berbasis
Moodle.
Moodle (Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment)
merupakan Software yang open source untuk melakukan pembelajaran mandiri
dengan tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Beberapa fasilitas yang disediakan
oleh Moodle antara lain: modul bacaan, modul penugasan, modul chatt, modul
forum, modul pilihan, modul kuis, dan sebagainya (Prakoso, 2005). Moodle dapat
dijalankan menggunakan komputer dengan memakai program linux maupun
Window.
Manfaat dari pengunaan LMS menggunakan Moodle secara online sangat
penting, diantaranya adalah mengatasi keterbatasan frekuensi tatap muka antara
siswa dengan guru. Dengan adanya bahan pembelajaran secara online tersebut
siswa dapat belajar secara mandiri dan tidak terlalu menggantungkan belajar dari
catatan saja. Bahan pembelajaran dapat dibuat dengan berbagai bentuk antara lain
bahan pembelajaran yang ditulis dalam bentuk buku seperti modul dan bahan
pembelajaran yang ditampilkan ke dalam media audio visual melalui jaringan
internet dan atau intranet.
Beberapa pertimbangan pemilihan materi cahaya dalam penelitian ini
adalah pertama rata-rata hasil belajar siswa pada konsep cahaya di SMP “Y”
belum memuaskan. Kedua, karakteristik materi yang bersifat abstrak sehingga
sulit dipahami dengan nalar akibatnya siswa-siswi cenderung menghapal. Ketiga,
karakteristik isi materi yang hampir sama sehingga membingungkan dan sulit
memahaminya sehingga diperlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam
pembelajarannya agar materi dapat masuk di akal.
Untuk memahami konsep-konsep abstrak, secara umum dibutuhkan
kemampuan penalaran yang tinggi. Kemampuan penalaran tingkat tinggi siswa
perlu dibiasakan dengan cara belajar yang menuntut penggunaan penalaran.
Dengan terlatih menggunakan kemampuan penalarannya maka dalam proses
memahami konsep-konsep fisika siswa tidak hanya menggunakan pengalaman
empiris, tetapi juga terbiasa memahami konsep melalui penalaran. Agar siswa
terbisa menggunakan penalarannya sehingga dapat mencapai penalaran tingkat
tinggi, dibutuhkan suatu model, metode dan media pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mempermudah memahami dan menguasai konsep fisika dengan
baik.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti keterampilan berpikir kritis
perlu dikembangkan dalam diri siswa karena melalui keterampilan berpikir kritis,
siswa dapat lebih mudah memahami konsep, peka terhadap masalah yang terjadi
sehingga dapat memahami dan menyelesaikan masalah, dan mampu
mengaplikasikan konsep dalam situasi yang berbeda (Scriven dan Paul, 2007
dalam Sutarno, 2010). Pendidikan perlu mengembangkan potensi peserta didik
agar mampu mengembangkan keterampilan hidup diantaranya berpikir kritis agar
peserta didik memiliki kemampuan bersikap dan berprilaku adaptif dalam
menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari secara efektif.
Pengembangan keterampilan berpikir kritis dalam proses pembelajaran
yang tepat adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan
keterampilan berpikir siswa.
Salah satu solusi yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan
keterampilan berpikir kompleks adalah melalui visualisasi konsep-konsep fisika
yang dikemas dalam bentuk multimedia interaktif yang dapat disajikan secara
ofline ataupun online menggunakan teknologi internet. Secara umum manfaat
yang dapat diperoleh dari penggunaan multimedia interaktif pada pembelajaran
diantaranya adalah proses pembelajaran dapat berjalan lebih menarik, lebih
interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, proses belajar mengajar dapat
dilakukan dimana dan kapan saja, serta kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
(Heinich, 1996).
Pemanfaatan web dalam pembelajaran sudah banyak dilakukan dalam
rangka memperkaya sumber belajar yang dapat diakses siswa/mahasiswa di luar
perkuliahan. Banyak penelitian yang telah dilakukan berhubungan dengan fasilitas
pembelajaran melalui web sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran/perkuliahan
tatap muka antara lain penelitian yang dilakukan oleh Kayler & Weller (2007),
Gulberg (2007), dan Matusov, Hayes, & Pluta (2005). Dalam penelitian mereka,
fasilitas web digunakan bertujuan memberikan materi pendalaman yang isinya
dapat berupa soal beserta solusinya, materi pelajaran, virtual praktikum, ujian,
tugas, dan diskusi. Mereka menyatakan bahwa mahasiswa yang sering melakukan
log on pada web memiliki hasil belajar di atas rata-rata, tetapi tidak dapat
memantau apakah hasil belajar itu memang dipengaruhi oleh seringnya
online, jenis pertanyaan yang menarik mendapat respon lebih baik dari
mahasiswa.
Mendesain pembelajaran berbantuan web juga telah banyak diteliti oleh
para peneliti antara lain oleh Chang et all, (2006), Capus et all, (2006) dan Liu
(2005). Desain pengajaran yang mereka buat berisi latihan-latihan dan
penyelesaiannya dengan tujuan agar mahasiswa lebih aktif dan termotivasi belajar
lebih banyak di luar kelas.
Mubarrak (2009), telah melakukan penelitian penerapan model
pembelajaran berbasis web pada konsep fluida dinamis. Dalam penelitian tersebut
ditemukan bahwa pembelajaran berbasis web pada materi fluida dinamis dapat
meningkatkan pengusaan konsep dan keterampilan generik sains siswa SMA baik
ditinjau secara keseluruhan maupun ditinjau sesuai tingkat kemampuan siswa
(rendah, sedang, tinggi).
Sutarno (2010) telah melakukan penelitian dengan mengaplikasikan model
pembelajarfan berbasis web untuk meningkatkan pengetahuan konsep,
keterampilan generik sains dan berpikir kritis mahasiswa dalam materi Medan
Magnet. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa Pembelajaran medan magnet
menggunakan online interactive multimedia dapat lebih meningkatkan
penguasaan konsep, keterampilan generik sain dan keterampilan berpikir kritis
mahasiswa.
Perbedaan prinsip antara penelitian ini dengan penelitian e-learning
berbasis web sebelumnya adalah 1) Penggunaan Courseware, pada penelitian ini
courseware yang digunakan adalah Learning Management Sistem berbasis
modul, kuis, chatting, dalam sebuah sistem terpadu, 2) Sarana pembelajaran, pada
penelitian ini siswa sudah menggunakan laptop sehingga siswa dapat belajar
dimana saja dan kapan saja. 3) tempat penelitian, penelitian ini dilaksanakan pada
RSBI dengan karakteristik siswa yang sangat berbeda dengan sekolah pada
umumnya. 4) Subyek penelitian, penelitian sebelumnya di lakukan pada
Perguruan tinggi atau SMA, sedangkan penelitian ini di lakukan di SMP.
Berdasarkan kenyataan tersebut dicoba menerapkan e-learning berbasis
Moodle untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis
siswa pada konsep cahaya di SMP.
B. Masalah
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diungkapkan pada latar belakang,
maka perlu adanya upaya memperbaiki proses belajar berbasis TIK di SMP “Y”
untuk meningkatkan penguasaan konsep yang mengembangkan keterampilan
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran fisika. Oleh karena itu, permasalahan
utama dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan e-learning berbasis Moodle
dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis
siswa pada konsep Cahaya dibandingkan dengan pembelajaran konvensional?”
Rumusan masalah di atas kemudian dipaparkan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana perbandingan peningkatan penguasaan konsep antara siswa yang
mendapat penerapan e-learning berbasis Moodle dengan siswa yang
2. Bagaimana perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kritis antara
siswa yang mendapat penerapan e-learning berbasis Moodle dengan siswa
yang mendapat pembelajaran konvensional?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan e-learning berbasis Moodle?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi pembelajaran fisika pada
konsep cahaya dengan memanfaatkan e-learning berbasis Moodle seta menjajaki
penggunaannya di SMP untuk melihat pengaruhnya terhadap peningkatan
penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa, penerapan pembelajaran menggunakan e-learning berbasis
Moodle dapat melatih siswa untuk belajar, kreatif, inovatif, dan dapat
melatih siswa menjadi pembelajar mandiri yang dapat mengikuti
perkembangan kemajuan teknologi pendidikan.
2. Bagi guru, penerapan pembelajaran mengggunakan e-learning berbasis
Moodle dalam pembelajaran fisika dapat menjadi alternatif dalam
mengembangkan pembelajaran fisika berbantuan komputer ditengah
kesibukan dan keterbatasan waktu yang tidak memungkinkan guru berada
di kelas.
3. Bagi sekolah, diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dalam rangka
4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak
untuk menindaklanjuti penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Peningkatan penguasaan konsep siswa yang mengikuti pembelajaran Cahaya
menggunakan e-learning berbasis Moodle lebih tinggi dibanding dengan
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
2. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis siswa yang mengikuti
pembelajaran Cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap definisi operasional,
maka perlu dirumuskan pengertiannya sebagai berikut:
1. E-learning berbasis Moodle dalam penelitian ini adalah pembelajaran fisika
interaktif yang dikemas dalam bentuk e-learning dan dipublikasi melalui web
yang dikembangkan menggunakan LMS berbasis Moodle yang memungkinkan
siswa dapat belajar secara mandiri, mendownload materi pelajaran, melihat
tugas, mengerjakan kuis, dan chatting secara online melalui jaringan internet.
E-learning dapat diakses siswa pada saat jam pelajaran maupun diluar jam
pelajaran yang disediakan di www.fisikaupi.org. Untuk melihat keterlaksanaan
kegiatan online, chatting, berdiskusi dalam forum diskusi, mengikuti kuis
online, download materi.
2. Pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai model yang biasa digunakan
oleh guru fisika di SMP “Y” Pangkalpinang. Pembelajaran konvensional ini
didominasi metode ceramah, menggunakan slide powerpoint dengan bantuan
ilustrasi gambar statis. Pada pembelajaran guru lebih aktif sebagai sumber
informasi, sementara siswa cendrung pasif dalam menerima materi pelajaran.
Adapun langkah-langkah pembelajaran konvensional dalam pembelajaran ini
diawali infomasi dari guru, menampilkan slide powerpoint untuk menjelaskan
sebuah konsep, siswa mencatat materi yang dijelaskan guru, guru memeriksa
pemahaman siswa, selanjutnya guru memberikan soal untuk dikerjakan siswa,
dan diakhiri dengan pemberian tugas dalam bentuk pekerjaan rumah. Untuk
melihat keterlaksanaan pembelajaran konvensional ini digunakan lembar
observasi pembelajaran meliputi:
a) Lembar kegiatan guru seperti menyampaikan tujuan, memotivasi siwa,
mengajukan dan menjawab pertanyaan, membimbing siswa dan lain-lain.
b) Lembar kegiatan siswa meliputi, memperhatikan penjelasan guru, menjawab
dan mengajukan pertanyaan, berdiskusi, dan lain-lain.
3. Penguasaan konsep dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam
memahami konsep cahaya baik secara teori maupun penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari (Dahar, 1996). Indikator penguasaan konsep pada
penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom yang dibatasi
pada tingkatan domain (C1) pengetahuan, seperti: menyebutkan,
menguraikan, merumuskan, memberi contoh, menjelaskan,
menginterpretasikan grafik, menginterpretasikan tabel/gambar; (C3) aplikasi,
seperti: menghitung, menentukan, membuktikan. Penguasaan konsep diukur
dengan menggunakan tes penguasaan konsep dalam bentuk pilihan ganda.
4. Keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
kemampuan berpikir kompleks yang dimiliki siswa. Dari 12 indikator
keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (1996), yang dapat dilatih melalui
e-learning berbasis Moodle pada topik cahaya adalah: (1) Mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi; (2) Membuat deduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi; (3) Membuat induksi dan
mempertimbangkan induksi. Keterampilan berpikir kritis diukur dengan
menggunakan tes keterampilan berpikir kritis yang standar (Cornel Critical
Thinking Test) (Ennis, 2005).
5. Tanggapan siswa pada penelitian ini adalah pendapat siswa setelah mengikuti
pembelajaran menggunakan e-learning berbasis Moodle yang dijaring melalui
angket tanggapan siswa berisi pernyataan-pernyataan yang akan diisi siswa
dengan beberapa pilihan (Sangat setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi yang difokuskan
pada penggunaan e-learning berbasis Moodle pada pembelajaran Cahaya dengan
tujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis
siswa SMP. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran Cahaya
menggunakan e-learning berbasis Moodle, sedangkan variabel terikatnya adalah
penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen. Menurut Suryabrata
(1983: 29), penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan
saling berhubungan sebab akibat dengan membandingkan hasil dari kelompok
yang dikenakan perlakuan (eksperimen) dengan satu atau lebih kelompok kontrol
yang tidak dikenai kondisi yang diperlukan.
Penelitian ini membutuhkan dua kelas yaitu satu kelas sebagai kelas
kontrol dan kelas lainnya dijadikan kelas eksperimen. Kelas eksperimen adalah
kelas yang pembelajaran fisikanya menggunakan e-learning berbasis Moodle.
Sedangkan kelas kontrol dalam penelitian ini adalah kelas yang pembelajaran
fisikanya konvensional. Desain penelitian berbentuk Pre-test Post-test Control
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
Eksperimen
X1 : Perlakuan dengan penerapan e-Learning berbasis Moodle. X2 : Pembelajaran konvensional dengan powerpoint
O1 : Tes Awal
O2 : tes Akhir (Ningrat, K. 1993)
C. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri “Y”
Pangkalpinang yang terdiri 6 kelas. Penelitian ini menggunakan dua kelas, Yaitu
kelas ekperimen dan kelas kontrol, sehingga pengambilan sampel dilakukan
secara acak dengan teknik cluster random sampling.
Pada penelitian ini dari 6 kelas yang ada diambil saatu kelas eksperimen
secara acak dengan menggunakan teknik pengundian yang jatuh pada kelas
V111B dan kelas kontrol jatuh pada V111A.
D. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pembelajaran
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berisi komponen-komponen
yang terdiri dari kompetensi dasar, indikator, materi pokok, kegiatan
pembelajaran, alat, sumber, metode, dan evaluasi yang disusun dalam skenario
b. Sofware Pembelajaran (Courseware)
Sofware pembelajaran (Courseware) dalam penelitian ini menggunakan
courseware pembelajaran fisika konsep cahaya yang dikembangkan sesuai dengan
SK dan KD pada KTSP SMP “Y” yang berisi SK, KD, Tujuan pembelajaran,
materi (berupa teks pembelajaran, gambar, animasi yang berhubungan dengan
materi cahaya), kuis, jawaban, dan sistem penilaian.
2. Instrumen Pengumpulan data
Dalam penelitian ini digunakan empat jenis instrumen pengumpulan data
yaitu, tes pemahaman konsep, tes keterampilan berpikir kritis, lembar observasi,
dan angket.
a. Tes Penguasaan Konsep
Tes ini dikonstruksi dalam bentuk tes objektif model pilihan ganda dengan
jumlah pilihan (option) sebanyak empat yang berjumlah 15 butir soal. Setiap soal
dibuat untuk menguji pnguasaan siswa terhadap konsep-konsep yang tercakup
dalam materi Cahaya. Dengan demikian tes ini bersifat konseptual. Tes ini
dilakukan dua kali, yaitu pada saat sebelum proses pembelajaran (tes awal), yang
bertujuan untuk melihat penguasaan konsep awal siswa dan pada saat setelah
proses pembelajaran dilaksanakan (tes akhir), yang bertujuan mengukur
penguasaan konsep siswa setelah implementasi model pembelajaran. Dari hasil tes
awal dan tes akhir ini selanjutnya dapat ditentukan peningkatan penguasaan
b. Tes keterampilan berpikir kritis
Tes keterampilan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes standar yaitu Cornell Critical Thinking Tes Level X Fifth Edition
(Ennis, 2005) sebanyak 76 butir soal. Tes dilakukan dua kali, yaitu untuk tes awal,
yang bertujuan untuk melihat keterampilan berpikir kritis awal siswa dan untuk
tes akhir, yang bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa
setelah implementasi e-learning berbasis Moodle.
c. Lembar observasi keterlaksanaan RPP
Lembar observasi ditujukan sebagai pedoman untuk melakukan observasi
keterlaksanaan RPP pada kelas ekperimen dan kelas kontrol yang meliputi
keterlaksanaan kegiatan pendahuluan, keterlaksanaan kegiatan inti, keterlaksanaan
kegiatan penutup.
d. Angket
Angket digunakan untuk menjaring tanggapan siswa terhadap penerapan
e-learning berbasis Moodle dalam pembelajaran konsep Cahaya. Angket ini
menggunakan skala P.likert, setiap siswa diminta untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS)
Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk pertanyaan positif maka
dikaitkan dengan nilai SS = 5, S = 4, KS = 3, TS = 2 dan STS = 1 dan sebaliknya
untuk pertanyaan negatif maka dikaitkan dengan nilai SS = 1, S = 2, KS = 3, TS =
3. Analisis Instrumen
Untuk mengetahui kualitas soal dilakukan analisis butir soal yang meliputi
tingkat kemudahan, daya pembeda, validitas dan reliabilitas. Item soal yang tidak
memenuhi salah satu kriteria (kualitas rendah) maka soal tersebut direvisi.
a. Tingkat kemudahan soal
Uji tingkat kemudahan dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal
tergolong sukar, sedang, atau mudah, dengan menggunakan persamaan 3.1
(Arikunto, 2007):
P =
� ...(3.1)
Dengan P adalah indek kemudahan, B adalah banyaknya siswa yang menjawab
soal dengan benar, dan J adalah jumlah seluruh siswa peserta tes. Indeks
kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.2. Kriteria Indeks Kemudahan Soal
P Klasifikasi
0,0 ≤ TK < 0,3
0,3 ≤ TK < 0,7
0,7 ≤ TK < 1,0
Soal sukar
Soal sedang
Soal mudah
Dari 15 butir soal Penguasaan konsep yang dipakai, sebanyak 5 soal (33%)
b. Daya pembeda soal
Uji daya pembeda dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal
mampu membedakan antara siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah.
Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan 3.2 (Arikunto,
2007):
ID =
� - � ...(3.2)
Dengan ID merupakan indeks daya pembeda, BA adalah banyak peserta tes
kelompok atas yang menjawab soal dengan benar, BB adalah banyaknya peserta
tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar, JA merupakan banyaknya
peserta tes kelompok atas, dan JB adalah banyaknya peserta tes kelompok bawah.
Tabel 3.3. Kriteria Indeks Daya Pembeda (ID)
ID Kualifikasi
Dari 15 butir soal Penguasaan konsep yang dipakai, 3 soal (20%) kategori Cukup,
11 soal (73,3%) kategori Baik dan 1 soal (6,6%) kategori Baik sekali.
c. Uji Validitas Butir Soal
Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal
terhadap skor total untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada
besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk
korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus
korelasi.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product
Moment Pearson (Arikunto, 2008):
karena dalam menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat
mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan
adanya hubungan kebalikan antara dua variabel sedangkan koefisien positif
menunjukkan adanya hubungan sejajar antara dua variabel (Arikunto, 2008).
Interpretasi besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.4. Kategori Validitas Butir Soal
Dari hasi ujicoba 30 butir tes penguasaan konsep, didapat nilai validitas tes
penguasaan konsep dihasilkan 15 butir soal yang berada dalam kategori valid
yang kemudian digunakan untuk tes penguasaan konsep cahaya dan 15 butir soal
yang tidak valid dibuang.
d. Uji Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang
dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dan satu pengukuran ke
pengukuran lainnya (Supranata, 2004). Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf
reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap dan
dihitung dengan koefisien reliabilitas. Dalam penelitian ini untuk menghitung
reliabilitas tes berbentuk pilihan ganda digunakan rumus Sperman Brown:
(Arikunto, 2008).
r11 = koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan
r½½ = koefisein korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Harga diari r½½ dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi
Product Moment Pearson seperti pada persamaan 3.3.
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = skor item ganjil
Y = skor item genap
N = jumlah sampel
Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes dapat dilihat pada tabel 3.4
(Arikunto, 2008).
Tabel 3.5. Kategori Reliabilitas Tes
Batasan Kategori
0,800 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,600 < r11 ≤ 0,80 Tinggi
0,400 < r11 ≤ 0,60 Cukup
0,200 < r11 ≤ 0,40 Rendah
0,00 < r11 ≤ 0,20 Sangat Rendah
Dari hasil ujicoba reliabilitas tes penguasaan konsep didapati nilai reliabilitas tes
penguasaan konsep sebesar 0,74 (kategori Tinggi).
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu: (1) Studi
pendahuluan, (2) Studi literatur, (3) tahap persiapan, (4) tahap pelaksanaan, dan
(5) pengolahan dan analisis data. Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang akan
1. Studi pendahuluan
Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan
pembelajaran IPA di sekolah yang akan diteliti berkaitan dengan media/model
pembelajaran yang digunakan dan permasalahan yang dihadapi guru dan siswa.
Studi pendahuluan ini dilaksanakan dengan cara mengamati kegiatan
pembelajaran IPA di dalam kelas dan mewawancarai guru dan siswa. Selanjutnya,
temuan tersebut digunakan sebagai pertimbangan untuk mengembangkan
pembelajaran Cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle.
2. Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk mencari teori-teori yang bekaitan dengan
penggunaan e-learning berbasis Moodle, penguasaan konsep, keterampilan
berpikir kritis dan materi pada konsep cahaya SMP. Studi ini juga dilakukan
untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya. Selanjutnya, hasil studi
literatur ini digunakan sebagai landasan untuk mengembangkan e-learning dan
website pembelajaran berbasis Moodle.
3. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini, terbagi dalam dua langkah besar yaitu kegiatan
pengembangan RPP dan instrumen, pembuatan e-learning, pembuatan website.
a. Pengembangan RPP dan instrumen penelitian
Dalam tahap ini RPP yang dikembangkan adalah RPP untuk kelas
ekperimen yang menerapkan pembelajaran berbasis web dengan penggunaan
e-learning Berbasis Moodle. Sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan RPP
menggunakan media powerpoint dalam pembelajarannya. RPP untuk kelas
ekperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran A.
Instrumen penelitian yang dibuat berupa tes tertulis untuk mengukur
penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis, lembar observasi, dan angket
tanggapan siswa. Instrumen penelitian yang digunakan dapat dilihat pada
lampiran B.
b. Pembuatan Modul e-learning
E-learning yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa modul
pembelajaran konsep Cahaya yang dikembangkan menggunakan bahasa program
HTML. Bahasa program HTML dipilih mengingat aplikasi ini dapat memuat
tulisan, gambar, seta dapat menjalankan animasi dan simulasi dalam lembar yang
sama sehingga memungkinkan untuk membuat modul bacaan dan LKS.
Langkah-langkah membuat modul e-learning sebagai berikut:
1) Membuat garis besar program Media (GBPM), dalam kegiatan ini berisi
identifikasi terhadap program. Melalui identifikasi program tersebut dapat
ditentukan: judul, sasaran, tujuan dan pokok-pokok materi yang akan
dituangkan dalam e-learning.
2) Membuat flowchart. Flowcart adalah alur program yang dibuat mulai dari
menu, isi, hingga link ke lembar berisi materi terkait.
3) Membuat Storyboard. Storiboard adalah uraian yang berisi teks, gambar,
animasi, simulasi dari masing-masing alur dalam flowcart. Satu kolom dalam
4) Mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk melengkapi sajian modul
e-learning. Bahan-bahan yang disiapkan antara lain: materi pelajaran, animasi,
gambar, dan simulasi.
5) Programming. Programming adalah merangkaikan semua bahan-bahan yang
ada dan sesuai dengan tuntutan modul pelajaran yang diharapkan. Kegiatan ini
berakhir dengan dihasilkannya modul e-learning dalam bentuk HTML.
6) Finishing. Pada kegiatan ini dilakukan reviu dan uji keterbacaan program
sesuai dengan target yang diharapkan.
c. Pembuatan Web
Modul e-learning yang dikembangkan sebelumnya akan dipublikasikan
dan disampaikan pada siswa melalui web. Dalam web inilah siswa dapat
mendownload, atau membuka Modul e-learning, chatting, mengerjakan quis,
menanggapi permasalahan melalui forum diskusi, atau mengumpulkan tugas
berupa file yang di upload ke dalam web.
Langkah-langkah pembuatan wesite adalah:
1) Membeli hosting account dan domain account yang akan diguanakan sebagai
alamat URL website. Alamat URL yang digunakan dalam penelitian ini adalah
http://fisikaupi.org/
2) Melakukan instalasi Moodle pada hosting account melalui cpanel.
3) Melakukan editing tampilan dan fasilitas yang diinginkan dalam web sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Fasilitas pendukung yang digunakan dalam web
4) Meng-upload modul e-learning yang telah dibuat sebelumnya ke dalam web
dan mengembangkan skenario pembelajaran dalam website.
5) E-learning berbasis Moodle pada konsep cahaya SMP siap diujicobakan.
d. Ujicoba soal tes dan e-learning berbasis Moodle
Setelah soal tes dan e-learning berbasis Moodle yang telah dibuat disetujui
oleh pembimbing, soal tes dan e-learning berbasis Moodle tersebut kemudian
dinilai (di-judgement) oleh 2 orang dosen ahli. Hasil penilaian dari expert
judgement dapat dilihat pada lampiran C. Hasil penilaian dan pertimbangan
kemudian dijadikan bahan acuan dalam proses perbaikan butir soal dan e-learning
berbasis Moodle yang akan digunakan dalam penelitian. Setelah selesai proses
perbaikan dan persetujuan dosen pembimbing, soal tes dan e-learning yang
digunakan siap diujicobakan di lapangan.
Ujicoba soal tes, keterbacaan e-learning, dan kemudahan mengakses
website Berbasis Moodle, dilakukan pada siswa kelas 3 di salah satu SMP RSBI di
propinsi Bangka Belitung tahun ajaran 2010/2011. Hasil uji coba berupa saran dan
masukan dari siswa ini dijadikan bahan pertimbangan untuk perbaikan kembali.
Hasil uji coba keterbacaan dan kemudahan akses web dapat dilihat pada lampiran
C. Hasil ujicoba butir soal digunakan untuk menentukan validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran, dan daya pembeda butir tes. Pengolahan data hasil ujicoba
butir soal dapat dilihat pada lampiran C. Berdasarkan hasil pengolahan data,
sebanyak 15 soal penguasaan konsep yang memenuhi kriteria. Sedangkan untuk
tes keterampilan berpikir kritis menggunakan tes standar jadi hanya perlu di
4. Tahap Implementasi
Produk e-learning berbasis Moodle yang dihasilkan kemudian
diimplementasikan pada pembelajaran Cahaya di SMP “Y” Pangkalpinang.
Adapun prosedur yang ditempuh pada tahap ini yaitu: (1) Melaksanakan tes awal
penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis siswa. (2) Melaksanakan kegiatan
pembelajaran konsep Cahaya. Pada setiap kegiatan pembelajaran dilakukan
observasi untuk memperoleh gambaran pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan
memperoleh informasi mengenai kendala yang terjadi. (3) penilaian hasil belajar
(tes akhir) penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis siswa serta menyebar
angket tanggapan siswa. (4) Analisis dan interpretasi data.
Prosedur penelitian secara garis besar ditunjukkan melalui diagram alir
pada gambar 3.1.
F. Teknik Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan terhadap skor
tes awal dan skor tes akhir siswa dalam tes penguasaan konsep, keterampilan
berpikir kritis, serta terhadap angket tanggapan siswa. Pengolahan dan analisis
data yang dilakukan meliputi:
1. Penghitungan N-Gain
Gain dalam penelitian ini merupakan perubahan kemampuan yang dimiliki
siswa setelah mengikuti pembelajaran pada konsep cahaya. Gain yang diperoleh
dinormalisasi oleh selisih antara skor maksimal dengan skor tes awal. Perubahan
Gb. 3.1. Alur Penelitian Masalah
Studi Pendahuluan
Studi Penguasaan Konsep
Konsep Cahaya Studi Keterampilan
berpikir kritis
Postes Angket Postes
Data
N-Gain = � −� �
���� −� � x 100
Nilai N-Gain yang diperoleh digunakan untuk melihat perbedaan peningkatan
penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti
pembelajaran Cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle dan pembelajaran
konvensional. Nilai N-Gain dikelompokkan dalam kategori tinggi, sedang dan
rendah seperti disajikan pada tabel 3.2
Tabel 3.6. Klasifikasi N-Gain
Kategori Perolehan N-gain Keterangan
0,70 > N-Gain 0,30 ≤ N-Gain ≤ 0,70
N-Gain < 0,30
Tinggi
Sedang
Rendah
2. Uji Prasarat
a. Uji normalitas
Normalitas gain merupakan prasarat kebanyakan prosedur statistika
inferential. Pada penelitian ini normalitas gain dieksplorasi menggunakan uji
normalitas Kormogorov-Smirnof melalui SPSS 16 dengan taraf signifikansi α =
0,05. Hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:
Ho : data berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H1 : data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal
Dalam pengujian hipotesis, ktriteria untuk menolak atau tidak menolak Ho
b. Uji Homogenitas Varian Data
Uji Homogenitas Varians gain dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dilakukan untuk melihat apakah data-data nilai yang didapat dari kedua
kelompok ini memiliki kesamaan varians atau tidak. Apabila nilai dari sig > α
maka H1 diterima, atau Ho ditolak dengan kata lain bahwa varians untuk kedua
data tersebut adalah homogen.
3. Uji Perbandingan Dua Rerata
Uji statistik parametrik dilakukan jika gain kedua kelompok terdistribusi
normal dan memiliki varians yang homogen. Untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan uji-t dengan sampel kecil (n < 30) pada tingkat signifikansi 0,05
dengan tes satu ekor, rumus yang digunakan ialah:
dengan M1 adalah rata-rata skor gain kelompok eksperimen , M2 adalah rata-rata
skor gain kelompok kontrol, N1 sama dengan N2 adalah jumlah siswa, s21 adalah
varians skor kelompok eksperimen, dan s22 adalah varians skor kelompok kontrol.
Hipotesis yang diajukan diterima jika thitung > ttabel.
Uji statistik non-parametrik yang akan digunakan jika asumsi parametrik
tidak terpenuhi adalah uji Mann-Whitney U. Pengambilan keputusannya yaitu
4. Analisis data angket
Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif
dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif
kategori sangat setuju (SS) diberi skor 5, setuju (S) diberi skor 4, kurang setju
(KS) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (STS)
diberi skor 1. Sebaliknya untuk pernyataan negatif kategori STS diberi skor
tertinggi, makin menuju ke SS skor yang diberikan berangsur-angsur menurun.
Setelah diubah ke dalam bentuk skala kuantitatif, tanggapan siswa dianalisis
dengan menghitung prosentase rata-rata keseluruhan aspek tanggapan siswa yang
kemudian dikonversi kedalam kriteria sebagai berikut: 0% ≤ sangat tidak baik <
20%; 20% ≤ kurang baik < 40%; 40% ≤ cukup < 60%; 60% ≤ Baik < 80%; 80% ≤
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang penerapan
pembelajaran fisika konsep cahaya menggunakan e-learning berbasis moodle
untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa
SMP dapat disimpulkan bahwa:
1. Peningkatan penguasaan konsep siswa yang mengikuti pembelajaran fisika
konsep cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle secara signifikan
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran
fisika konsep cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle tidak berbeda
secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
3. Siswa memberikan tanggapan sangat baik terhadap penerapan pembelajaran
fisika konsep cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle. Siswa
menunjukkan perasaan senang, aktif mengikuti kusi online, dan menyukai
modul e-learning yang dapat dipelajari kapan saja sesuai dengan keinginan
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan
e-learning berbasis Moodle untuk meningkatkan penguasaan konsep dan
keterampilan berpikir pada konsep cahaya SMP, peneliti menyarankan:
1. Pada penelitian selanjutnya, untuk melihat pengaruh penggunaan e-learning
terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa hendaknya dilakukan
penelitian dengan selang waktu yang relatif lebih lama dan terdiri dari
beberapa Kompetensi Dasar.
2. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan untuk indikator-indikator keterampilan
berpikir kritis lainnya yang memungkinkan dapat dikembangkan melalui
e-learning berbasis moodle.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan
menggunakan metode “Discovery” dan “Inquiry” bagian I. Jakarta:
Depdikbud.
ANTA. (2003). Definition of key terms used in e-learning (version 1.00).
Retrieved 7 October, 2005, from http://www.flexiblelearning.net.au/guides/ keyterms.pdf
Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Reineka Cipta.
_________ . (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad, N. (2004). Media Pembelajaran Jakarta: PT Grafindo Persada.
Balacheff, N. Dan Kaput, J. J. (1996). “Computer-Based Learning Environments
in Mathematics”, dalam Elliot. (1996), Communication in Mathematics K-12 and Beyond. Reston, VA: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Berg, Euwe van den (ED). (1991). Miskonsepsi fisika dan Remidiasi. Universitas Kristen Satya wacana UKSW-FPMIPA. Salatiga: Yogyakarta.
Brown, I.T.J. (2002). Individual and Technological Factors Affecting Perceived Ease of Use of Web-Based Learning Technologies in A Developing Country. Electronic Journal of Information System in Developing Countries.
Capus, L, Curvat, F, Leclair, O and Tourigny, N. (2006). A Web environment to encourage students to do exercises outside the classrom: A case study. Dalam Educational Technology & Society [online], Vol 9 (3), 9 Halaman. Tersedia:
http://www.ifets.info [9 februari 2008]
Chang, KE, Sung, Ty, Hou, HT. (2006). Web-based tools for Designing and Developing Teaching Materials for Integration of Information Technology into Instruction. Educational Technology & Society [online], Vol 9 (4), 10 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]
Cheng, K.K., et al. (2004) Using an online homework system enhances students’
learning of physics concepts in an introdutory physics course. Journal American Association of Physic Teacher, Vol 72 (11).
Clark, R. (2002). Six Principles of effective e-learning: what works and why. The
www.elearningguild.com/”title=”http://www.elearningguild.com/”target=
_blank”http://www.elearningguild.com.
Costa, A.L. (1985). Goals for a critical thinking curriculum. Developing mind: A Resource Book for Teaching Thinking. ASCD: Alexandria, Virginia.
Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2006). Lampiran Permendiknas No 22 Tahun 2006. Jakarta: Depdiknas.
Devi, P.K. (2001). Pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis melalui kegiatan eksperimen dan non eksperimen. Proceeding National Seminar On Science and Mathematics Education. Bandung: UPI
English, L. D. (2002). “Priority Themes and Issues in Internaational Research in
Mathematics Education”, dalam L. D. English. (2002), Handbook of
International Research in Mathematics Educational. New Jersey: Lawrence Erlbraum Associates, Publishers.
Ennis, (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall, Uper Saddle river.
Ennis, H. Robert. (2005). Cornell Critical Thinking Test Level X Fifth Edition. http//www.Critical Thingking.com.
Exline. (2004). Workshop: Inquiry-based Learning. [online]. Tersedia: http: //www.thirteen.org/edonline/concept2class/inquiry/index_sub2.html.
Gilbert, & Jones, M. G. (2001). E-learning is e-normous. Electric Perspectives, 26(3), 66-82.
Gulberg, K. & Pilkington, R. (2007). Tutor Roles in Facilitating Reflection on Practice Through Online Discussion. Educational Technology & Society [online], Vol 10 (1), 12 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]
Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http:// lists.asu.edu/cgi-bin/waA2=ind9903&L=aera-d&P=R6855.
ILRT. (2005). Institute for learning & research technology of Bristol University. Retrieved 7 October 2005, from http://www.ilrt.bris.ac.uk/projects/elearning
Jujun, S & Sumantri, S. (1984). Ilmu dalam Perspektif (Sebuah kumpulan karangan tentang hakekat Ilmu). Jakarta: Gramedia.
Karim, S. dkk. (2008). Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar Kelas VIII SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Kayler, M & Weller, K., (2007). Pedagogy, Self-Assessment, and Online Disccussion groups. Educational Technology & Society [online], Vol 10 (1), 12 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]
Lawson, AE. (1979). A teo of teaching for conceptual understanding, rational thought and creativity, in ae. Lawson (ed). 1980. Aets. Yearbook the psicology of teaching for thinking ang creatifity. Ohio: Clearing House. 104-149.
Mubarrak, L. (2009). Model pembelajaran berbasis web pada materi fluida dinamis untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains siswa. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.
Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.
Liu TC., (2005). Web-Based Cognitive Apprenticeship Model for Improving
Pre-service Teachers’ Performances and Attitudes towards Instructional Planing:
Design and Field Experiment. Educational Technology & Society [online], Vol 8 (2), 12 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]
Mudrikah, Ahmad. (2006). Penggunaan Model Pembelajaran Konsep Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik dan keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan.
Matusov, E, Hayes, P. & Pluta, L. (2005). “Using Discussion Webs to Develop an
Academic Community of Learners.” Educational Technology & Society [online], Vol 8 (2), 23 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]
Nasution. S. (1985). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bina Aksara.
Ningrat, K. (1993). Metodelogi Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
Rosenberg, M. J. (2001). E-learning: Strategies for delivering knowledge in the digital age. New York: McGraw-Hill.
Slameto, (2003) Belajar dan Faktor-faktor mempengaruhinya, Jakarta, PT Rineka Cipta.
Smaldino, S.E., et. All (2005). Instructional Technology and Media For Learning. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Sohn, B. (2005). E-learning and primary and secondary education in Korea. Korea Education & Research Information Service, 2(3), 6-9.
Surjono, Herman. (2006). Development and evaluation of an adaptive hypermedia system based on multiple student characteristics. Unpublished doctoral dissertation. Southern Cross University.
Suryabarata, S. (1983). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: UGM.