• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS MOODLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP CAHAYA DI SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN E-LEARNING BERBASIS MOODLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP CAHAYA DI SMP."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian... 10

E. Hipotesis Penelitian... 11

F. Definisi Operasional... 11

BAB II. E-LEARNING, MOODLE, PENGUASAAN KONSEP, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DAN DESKRIPSI MATERI A. E-Learning... 14

B. Penguasaan Konsep... 20

C. Keterampilan Berpikir Kritis... 23

D. Mata Pelajaran IPA SMP/MTs... 26

E. Deskripsi Konsep Cahaya dalam e-learning... 27

F. Uraian Materi Cahaya SMP... 33

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 45

A. Jenis Penelitian... 45

B. Desain Penelitian... 45

C. Populasi dan Sampel... 46

D. Instrumen Penelitian... 46

E. Prosedur Penelitian... 55

F. Teknik Analisis Data... 58

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 63

A. Hasil Penelitian... 63

1. Penguasaan Konsep... 63

2. Keterampilan Berpikir Kritis... 67

(2)

B. Pembahasan... 72 1. Peningkatan penguasaan konsep siswa... 72 2. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis siswa... 74 3. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika

menggunakan e-learning berbasis Moodle... 75 4. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran konsep cahaya

Menggunakan e-learning berbasis Moodle... 76

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 78 B. Saran... 79

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Indikator Keterampilan berpikir kritis dalam konsep cahaya... 25

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 46

Tabel 3.2. Kriteria Indeks Kemudahan Soal ... 49

Tabel 3.3. Kriteria Indeks Daya Pembeda ... 50

Tabel 3.4. Kategori Validitas Butir Soal ... 51

Tabel 3.5. Kategori Reliabilitas Tes ... 53

Tabel 3.6. Klasifikasi N-Gain ... 60

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Alur proses pembelajaran berbasis web ... 18

Gambar 2.2. Garis besar program e-learning berbasis Moodle ... 30

Gambar 2.3. Cahaya merambat lurus ... 33

Gambar 2.4. Gambar umbra dan penumra ... 34

Gambar 2.5. Pembentukan bayangan pada cermin cekung ... 36

Gambar 2.6. Pembentukan bayangan pada cermin cembung ... 37

Gambar 2.7. Jalannya sinar pada kaca planparalel ... 38

Gambar 2.8. Jalannya sinar pada prisma ... 39

Gambar 2.9. Lensa cembung bersifat konvergen ... 40

Gambar 2.10 Pembentukan bayangan pada lensa cembung jika benda di ruang 3 ... 41

Gambar 2.11. Melukis bayangan pada lensa cembung jika benda di ruang 2 ... 41

Gambar 2.12. Melukis bayangan pada lensa cembung jika benda di ruang 1 ... 41

Gambar 2.13. Lensa cekung bersifat divergen ... 42

Gambar 2.14. Melukis bayangan pada lensa cekung ... 43

Gambar 2.15. Peristiwa dispersi ... 44

Gambar 3.1. Alur penelitian ... 59

Gambar 4.1. Perbandingan persentase skor rata-rata tes awal, tes akhir dan N-Gain penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 63

Gambar 4.2. Perbandingan skor rata-rata penguasaan konsep untuk setiap label konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 64

(5)

Gambar 4.4. Perbandingan persentase skor rata-rata tes awal,

tes akhir dan N-Gain keterampilan berpikir kritis

kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 68

Gambar 4.5. Perbandingan persentase skor rata-rata

Keterampilan Berpikir Kritis untuk setiap indikator... 69

Gambar 4.6. Perbandingan N-Gain keterampilan berpikir kritis

untuk setiap indikator antara kelas eksperimen dan

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A: Perangkat Pembelajaran ... 84

Lampiran B: Instrumen Penelitian ... 127

Lampiran C: Hasil ujicoba dan Pendapat Ahli ... 141

Lampiran D: Data tes dan N-gain... 161

Lampiran E: Analisis Angket dan Observasi... 182

Lampiran F: Uji Statistik ... 186

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan

teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam, perkembangan pesat

dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan

dibidang fisika material melalui penemuan piranti elektronika yang mampu

memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang

mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada

manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya

alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan

secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang fisika.

Pada tingkat SMP/MTs, fisika dipandang penting untuk diajarkan karena

merupakan bagian dari IPA yang mempelajari aspek fisis yang memfokuskan diri

pada benda tak hidup mulai dari benda tak hidup yang dikenal dalam kehidupan

sehari-hari seperti air, tanah, udara, batuan dan logam, sampai dengan

benda-benda di luar bumi dalam susunan tata surya dan sistem galaksi di alam semesta.

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, terdapat beberapa

pertimbangan pentingnya diajarkan ilmu fisika. Pertama, selain memberikan bekal

ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana

untuk menumbuhkan kemampuan berfikir yang berguna untuk memecahkan

(8)

pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk

memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan

teknologi.

Pentingnya peranan fisika tersebut mengharuskan guru untuk mempersiapkan

siswanya dalam proses pembentukan dan pengembangan kemampuan dalam

bidang sains, khususnya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan memasuki

dunia teknologi dan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang aktif. Siswa

sebagai penerus kelangsungan hidup bangsa harus dibentuk dan dipersiapkan

untuk memahami berbagai konsep, prinsip, proses sains, dan aplikasinya melalui

pengalaman belajar langsung yang pada akhirnya diharapkan dapat

mengaplikasikan sains dalam situasi dunia nyata. Jadi proses belajar siswa harus

dirancang dalam suasana yang menarik, menyenangkan, dan mendorong siswa

untuk dapat belajar secara mandiri.

Namun realita di lapangan memperlihatkan kondisi yang jauh dari harapan

kurikulum, pembelajaran fisika di kelas terkesan kaku, siswa lebih diperlakukan

sebagai objek pembelajaran, siswa tidak terlibat langsung dalam konteks

pembelajaran yang sesungguhnya sehingga penyampaian materi cenderung

monoton. Pembelajaran lebih bermakna jika dalam prosesnya siswa merupakan

subjek dalam pembelajaran dan orientasi proses berada di pihak siswa.

Berdasarkan hasil penelitian dari pusat kurikulum (Kaswan, 2004), ternyata

metode ceramah dengan guru menulis di papan tulis merupakan metode yang

paling sering digunakan. Hal ini menyebabkan isi mata pelajaran fisika dianggap

(9)

perlu dipikirkan penerapan pembelajaran yang lebih melibatkan siswa pada proses

belajar.

Banyak upaya yang telah dilakukan pihak terkait untuk menghadirkan

pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa dalam pembelajaran di kelas.

Diantaranya dengan menerapkan variasi beberapa model/metode/pendekatan

pembelajaran sampai melengkapi sarana pembelajaran yang berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK). Pada pembelajaran fisika, pemanfaatan

teknologi komputer dalam menghadirkan pembelajaran fisika yang lebih

menyenangkan, mudah dipahami, dan lebih membuat siswa aktif sangat

memungkinkan untuk dilaksanakan. Melalui berbagai tampilan teks, suara,

gambar, film, video, animasi, simulasi, membuat konsep-konsep yang semula

abstrak, dan sulit dipelajari menjadi relatif lebih mudah.

Menghadirkan konteks di kelas dapat dilakukan secara virtual melalui media

pembelajaran berbasis teknologi komputer. Penggunaan komputer untuk

menciptakan alat bantu merupakan bentuk aplikasi multimedia interaktif

misalnya, tidak lagi menjadi suatu yang mahal dan sulit dilakukan. Dukungan

perangkat lunak yang melimpah dan mudah didapatkan, telah menjadi tantangan

tersendiri bagi praktisi pendidikan, diantaranya penulis sendiri, untuk

memanfaatkan teknologi dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. English

(2002) menyarankan agar akses terhadap teknologi dalam lingkungan

pembelajaran ditingkatkan, dan jika sumber-sumber teknologi telah tersedia,

kekuatan dan kemampuannya harus dieksploitasi untuk kepentingan pendidikan.

(10)

fisika berbasis TIK. Perlengkapan laboratorium komputer lengkap, infokus

tersedia di tiap-tiap kelas, jaringan internet yang dapat diakses siswa di sekolah,

didukung dengan adanya sebagian siswa yang telah memiliki laptop pribadi dan

modem, bahkan untuk kelas VII mulai tahun ajaran 2010/2011 masing-masing

siswa sudah memiliki laptop (satu siswa satu laptop), membuat pembelajaran

berbasis TIK direncanakan dapat berjalan sesuai harapan.

Tetapi dukungan sarana pembelajaran berbasis TIK saja belumlah cukup

untuk membuat program pembelajaran fisika berbantuan komputer di SMP “Y”

tanpa masalah. Dari hasil studi kasus di lapangan, terdapat beberapa keluhan guru

diantaranya; (1) belum semua guru mahir dalam mendukung pembelajaran

berbasis TIK, (2) sulitnya mendapatkan perangkat lunak pembelajaran

(courseware) fisika gratis yang bermutu dan sesuai dengan kondisi yang ada di

sekolah, (3) Guru merasakan kesulitan dalam membuat bahan ajar fisika berbasis

TIK, (4) belum diberdayakannya web sekolah untuk mendukung pembelajaran

berbasis TIK secara terpadu sehingga guru harus mengembangkan pembelajaran

berbasis TIK secara individu.

Belum maksimalnya proses Pembelajaran fisika juga dapat dilihat dari

data hasil Ujian Nasional tahun pelajaran 2008/2009 yang menunjukkan bahwa

terdapat 14% siswa berada di bawah rata-rata kelulusan minimal 5,50. Hal ini

memprihatinkan mengingat SMP “Y” merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI) yang menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lainnya.

Jadi secara umum dari proses pembelajaran fisika berbasis TIK di SMP

“Y” belum memenuhi fungsi dan tujuan pembelajaran fisika, untuk itu perlu

(11)

tersebut adalah dengan menerapkan Learning Management System berbasis

Moodle.

Moodle (Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment)

merupakan Software yang open source untuk melakukan pembelajaran mandiri

dengan tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Beberapa fasilitas yang disediakan

oleh Moodle antara lain: modul bacaan, modul penugasan, modul chatt, modul

forum, modul pilihan, modul kuis, dan sebagainya (Prakoso, 2005). Moodle dapat

dijalankan menggunakan komputer dengan memakai program linux maupun

Window.

Manfaat dari pengunaan LMS menggunakan Moodle secara online sangat

penting, diantaranya adalah mengatasi keterbatasan frekuensi tatap muka antara

siswa dengan guru. Dengan adanya bahan pembelajaran secara online tersebut

siswa dapat belajar secara mandiri dan tidak terlalu menggantungkan belajar dari

catatan saja. Bahan pembelajaran dapat dibuat dengan berbagai bentuk antara lain

bahan pembelajaran yang ditulis dalam bentuk buku seperti modul dan bahan

pembelajaran yang ditampilkan ke dalam media audio visual melalui jaringan

internet dan atau intranet.

Beberapa pertimbangan pemilihan materi cahaya dalam penelitian ini

adalah pertama rata-rata hasil belajar siswa pada konsep cahaya di SMP “Y”

belum memuaskan. Kedua, karakteristik materi yang bersifat abstrak sehingga

sulit dipahami dengan nalar akibatnya siswa-siswi cenderung menghapal. Ketiga,

karakteristik isi materi yang hampir sama sehingga membingungkan dan sulit

(12)

memahaminya sehingga diperlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam

pembelajarannya agar materi dapat masuk di akal.

Untuk memahami konsep-konsep abstrak, secara umum dibutuhkan

kemampuan penalaran yang tinggi. Kemampuan penalaran tingkat tinggi siswa

perlu dibiasakan dengan cara belajar yang menuntut penggunaan penalaran.

Dengan terlatih menggunakan kemampuan penalarannya maka dalam proses

memahami konsep-konsep fisika siswa tidak hanya menggunakan pengalaman

empiris, tetapi juga terbiasa memahami konsep melalui penalaran. Agar siswa

terbisa menggunakan penalarannya sehingga dapat mencapai penalaran tingkat

tinggi, dibutuhkan suatu model, metode dan media pembelajaran yang dapat

digunakan untuk mempermudah memahami dan menguasai konsep fisika dengan

baik.

Keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti keterampilan berpikir kritis

perlu dikembangkan dalam diri siswa karena melalui keterampilan berpikir kritis,

siswa dapat lebih mudah memahami konsep, peka terhadap masalah yang terjadi

sehingga dapat memahami dan menyelesaikan masalah, dan mampu

mengaplikasikan konsep dalam situasi yang berbeda (Scriven dan Paul, 2007

dalam Sutarno, 2010). Pendidikan perlu mengembangkan potensi peserta didik

agar mampu mengembangkan keterampilan hidup diantaranya berpikir kritis agar

peserta didik memiliki kemampuan bersikap dan berprilaku adaptif dalam

menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari secara efektif.

Pengembangan keterampilan berpikir kritis dalam proses pembelajaran

(13)

yang tepat adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan

keterampilan berpikir siswa.

Salah satu solusi yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan

keterampilan berpikir kompleks adalah melalui visualisasi konsep-konsep fisika

yang dikemas dalam bentuk multimedia interaktif yang dapat disajikan secara

ofline ataupun online menggunakan teknologi internet. Secara umum manfaat

yang dapat diperoleh dari penggunaan multimedia interaktif pada pembelajaran

diantaranya adalah proses pembelajaran dapat berjalan lebih menarik, lebih

interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, proses belajar mengajar dapat

dilakukan dimana dan kapan saja, serta kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan

(Heinich, 1996).

Pemanfaatan web dalam pembelajaran sudah banyak dilakukan dalam

rangka memperkaya sumber belajar yang dapat diakses siswa/mahasiswa di luar

perkuliahan. Banyak penelitian yang telah dilakukan berhubungan dengan fasilitas

pembelajaran melalui web sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran/perkuliahan

tatap muka antara lain penelitian yang dilakukan oleh Kayler & Weller (2007),

Gulberg (2007), dan Matusov, Hayes, & Pluta (2005). Dalam penelitian mereka,

fasilitas web digunakan bertujuan memberikan materi pendalaman yang isinya

dapat berupa soal beserta solusinya, materi pelajaran, virtual praktikum, ujian,

tugas, dan diskusi. Mereka menyatakan bahwa mahasiswa yang sering melakukan

log on pada web memiliki hasil belajar di atas rata-rata, tetapi tidak dapat

memantau apakah hasil belajar itu memang dipengaruhi oleh seringnya

(14)

online, jenis pertanyaan yang menarik mendapat respon lebih baik dari

mahasiswa.

Mendesain pembelajaran berbantuan web juga telah banyak diteliti oleh

para peneliti antara lain oleh Chang et all, (2006), Capus et all, (2006) dan Liu

(2005). Desain pengajaran yang mereka buat berisi latihan-latihan dan

penyelesaiannya dengan tujuan agar mahasiswa lebih aktif dan termotivasi belajar

lebih banyak di luar kelas.

Mubarrak (2009), telah melakukan penelitian penerapan model

pembelajaran berbasis web pada konsep fluida dinamis. Dalam penelitian tersebut

ditemukan bahwa pembelajaran berbasis web pada materi fluida dinamis dapat

meningkatkan pengusaan konsep dan keterampilan generik sains siswa SMA baik

ditinjau secara keseluruhan maupun ditinjau sesuai tingkat kemampuan siswa

(rendah, sedang, tinggi).

Sutarno (2010) telah melakukan penelitian dengan mengaplikasikan model

pembelajarfan berbasis web untuk meningkatkan pengetahuan konsep,

keterampilan generik sains dan berpikir kritis mahasiswa dalam materi Medan

Magnet. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa Pembelajaran medan magnet

menggunakan online interactive multimedia dapat lebih meningkatkan

penguasaan konsep, keterampilan generik sain dan keterampilan berpikir kritis

mahasiswa.

Perbedaan prinsip antara penelitian ini dengan penelitian e-learning

berbasis web sebelumnya adalah 1) Penggunaan Courseware, pada penelitian ini

courseware yang digunakan adalah Learning Management Sistem berbasis

(15)

modul, kuis, chatting, dalam sebuah sistem terpadu, 2) Sarana pembelajaran, pada

penelitian ini siswa sudah menggunakan laptop sehingga siswa dapat belajar

dimana saja dan kapan saja. 3) tempat penelitian, penelitian ini dilaksanakan pada

RSBI dengan karakteristik siswa yang sangat berbeda dengan sekolah pada

umumnya. 4) Subyek penelitian, penelitian sebelumnya di lakukan pada

Perguruan tinggi atau SMA, sedangkan penelitian ini di lakukan di SMP.

Berdasarkan kenyataan tersebut dicoba menerapkan e-learning berbasis

Moodle untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis

siswa pada konsep cahaya di SMP.

B. Masalah

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diungkapkan pada latar belakang,

maka perlu adanya upaya memperbaiki proses belajar berbasis TIK di SMP “Y”

untuk meningkatkan penguasaan konsep yang mengembangkan keterampilan

berpikir kritis siswa dalam pembelajaran fisika. Oleh karena itu, permasalahan

utama dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan e-learning berbasis Moodle

dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis

siswa pada konsep Cahaya dibandingkan dengan pembelajaran konvensional?”

Rumusan masalah di atas kemudian dipaparkan dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perbandingan peningkatan penguasaan konsep antara siswa yang

mendapat penerapan e-learning berbasis Moodle dengan siswa yang

(16)

2. Bagaimana perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kritis antara

siswa yang mendapat penerapan e-learning berbasis Moodle dengan siswa

yang mendapat pembelajaran konvensional?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan e-learning berbasis Moodle?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi pembelajaran fisika pada

konsep cahaya dengan memanfaatkan e-learning berbasis Moodle seta menjajaki

penggunaannya di SMP untuk melihat pengaruhnya terhadap peningkatan

penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, penerapan pembelajaran menggunakan e-learning berbasis

Moodle dapat melatih siswa untuk belajar, kreatif, inovatif, dan dapat

melatih siswa menjadi pembelajar mandiri yang dapat mengikuti

perkembangan kemajuan teknologi pendidikan.

2. Bagi guru, penerapan pembelajaran mengggunakan e-learning berbasis

Moodle dalam pembelajaran fisika dapat menjadi alternatif dalam

mengembangkan pembelajaran fisika berbantuan komputer ditengah

kesibukan dan keterbatasan waktu yang tidak memungkinkan guru berada

di kelas.

3. Bagi sekolah, diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dalam rangka

(17)

4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak

untuk menindaklanjuti penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Peningkatan penguasaan konsep siswa yang mengikuti pembelajaran Cahaya

menggunakan e-learning berbasis Moodle lebih tinggi dibanding dengan

siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis siswa yang mengikuti

pembelajaran Cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap definisi operasional,

maka perlu dirumuskan pengertiannya sebagai berikut:

1. E-learning berbasis Moodle dalam penelitian ini adalah pembelajaran fisika

interaktif yang dikemas dalam bentuk e-learning dan dipublikasi melalui web

yang dikembangkan menggunakan LMS berbasis Moodle yang memungkinkan

siswa dapat belajar secara mandiri, mendownload materi pelajaran, melihat

tugas, mengerjakan kuis, dan chatting secara online melalui jaringan internet.

E-learning dapat diakses siswa pada saat jam pelajaran maupun diluar jam

pelajaran yang disediakan di www.fisikaupi.org. Untuk melihat keterlaksanaan

(18)

kegiatan online, chatting, berdiskusi dalam forum diskusi, mengikuti kuis

online, download materi.

2. Pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai model yang biasa digunakan

oleh guru fisika di SMP “Y” Pangkalpinang. Pembelajaran konvensional ini

didominasi metode ceramah, menggunakan slide powerpoint dengan bantuan

ilustrasi gambar statis. Pada pembelajaran guru lebih aktif sebagai sumber

informasi, sementara siswa cendrung pasif dalam menerima materi pelajaran.

Adapun langkah-langkah pembelajaran konvensional dalam pembelajaran ini

diawali infomasi dari guru, menampilkan slide powerpoint untuk menjelaskan

sebuah konsep, siswa mencatat materi yang dijelaskan guru, guru memeriksa

pemahaman siswa, selanjutnya guru memberikan soal untuk dikerjakan siswa,

dan diakhiri dengan pemberian tugas dalam bentuk pekerjaan rumah. Untuk

melihat keterlaksanaan pembelajaran konvensional ini digunakan lembar

observasi pembelajaran meliputi:

a) Lembar kegiatan guru seperti menyampaikan tujuan, memotivasi siwa,

mengajukan dan menjawab pertanyaan, membimbing siswa dan lain-lain.

b) Lembar kegiatan siswa meliputi, memperhatikan penjelasan guru, menjawab

dan mengajukan pertanyaan, berdiskusi, dan lain-lain.

3. Penguasaan konsep dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam

memahami konsep cahaya baik secara teori maupun penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari (Dahar, 1996). Indikator penguasaan konsep pada

penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom yang dibatasi

pada tingkatan domain (C1) pengetahuan, seperti: menyebutkan,

(19)

menguraikan, merumuskan, memberi contoh, menjelaskan,

menginterpretasikan grafik, menginterpretasikan tabel/gambar; (C3) aplikasi,

seperti: menghitung, menentukan, membuktikan. Penguasaan konsep diukur

dengan menggunakan tes penguasaan konsep dalam bentuk pilihan ganda.

4. Keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini didefinisikan sebagai

kemampuan berpikir kompleks yang dimiliki siswa. Dari 12 indikator

keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (1996), yang dapat dilatih melalui

e-learning berbasis Moodle pada topik cahaya adalah: (1) Mengobservasi dan

mempertimbangkan hasil observasi; (2) Membuat deduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi; (3) Membuat induksi dan

mempertimbangkan induksi. Keterampilan berpikir kritis diukur dengan

menggunakan tes keterampilan berpikir kritis yang standar (Cornel Critical

Thinking Test) (Ennis, 2005).

5. Tanggapan siswa pada penelitian ini adalah pendapat siswa setelah mengikuti

pembelajaran menggunakan e-learning berbasis Moodle yang dijaring melalui

angket tanggapan siswa berisi pernyataan-pernyataan yang akan diisi siswa

dengan beberapa pilihan (Sangat setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak

(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi yang difokuskan

pada penggunaan e-learning berbasis Moodle pada pembelajaran Cahaya dengan

tujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis

siswa SMP. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran Cahaya

menggunakan e-learning berbasis Moodle, sedangkan variabel terikatnya adalah

penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen. Menurut Suryabrata

(1983: 29), penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan

saling berhubungan sebab akibat dengan membandingkan hasil dari kelompok

yang dikenakan perlakuan (eksperimen) dengan satu atau lebih kelompok kontrol

yang tidak dikenai kondisi yang diperlukan.

Penelitian ini membutuhkan dua kelas yaitu satu kelas sebagai kelas

kontrol dan kelas lainnya dijadikan kelas eksperimen. Kelas eksperimen adalah

kelas yang pembelajaran fisikanya menggunakan e-learning berbasis Moodle.

Sedangkan kelas kontrol dalam penelitian ini adalah kelas yang pembelajaran

fisikanya konvensional. Desain penelitian berbentuk Pre-test Post-test Control

(21)

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

Eksperimen

X1 : Perlakuan dengan penerapan e-Learning berbasis Moodle. X2 : Pembelajaran konvensional dengan powerpoint

O1 : Tes Awal

O2 : tes Akhir (Ningrat, K. 1993)

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri “Y”

Pangkalpinang yang terdiri 6 kelas. Penelitian ini menggunakan dua kelas, Yaitu

kelas ekperimen dan kelas kontrol, sehingga pengambilan sampel dilakukan

secara acak dengan teknik cluster random sampling.

Pada penelitian ini dari 6 kelas yang ada diambil saatu kelas eksperimen

secara acak dengan menggunakan teknik pengundian yang jatuh pada kelas

V111B dan kelas kontrol jatuh pada V111A.

D. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berisi komponen-komponen

yang terdiri dari kompetensi dasar, indikator, materi pokok, kegiatan

pembelajaran, alat, sumber, metode, dan evaluasi yang disusun dalam skenario

(22)

b. Sofware Pembelajaran (Courseware)

Sofware pembelajaran (Courseware) dalam penelitian ini menggunakan

courseware pembelajaran fisika konsep cahaya yang dikembangkan sesuai dengan

SK dan KD pada KTSP SMP “Y” yang berisi SK, KD, Tujuan pembelajaran,

materi (berupa teks pembelajaran, gambar, animasi yang berhubungan dengan

materi cahaya), kuis, jawaban, dan sistem penilaian.

2. Instrumen Pengumpulan data

Dalam penelitian ini digunakan empat jenis instrumen pengumpulan data

yaitu, tes pemahaman konsep, tes keterampilan berpikir kritis, lembar observasi,

dan angket.

a. Tes Penguasaan Konsep

Tes ini dikonstruksi dalam bentuk tes objektif model pilihan ganda dengan

jumlah pilihan (option) sebanyak empat yang berjumlah 15 butir soal. Setiap soal

dibuat untuk menguji pnguasaan siswa terhadap konsep-konsep yang tercakup

dalam materi Cahaya. Dengan demikian tes ini bersifat konseptual. Tes ini

dilakukan dua kali, yaitu pada saat sebelum proses pembelajaran (tes awal), yang

bertujuan untuk melihat penguasaan konsep awal siswa dan pada saat setelah

proses pembelajaran dilaksanakan (tes akhir), yang bertujuan mengukur

penguasaan konsep siswa setelah implementasi model pembelajaran. Dari hasil tes

awal dan tes akhir ini selanjutnya dapat ditentukan peningkatan penguasaan

(23)

b. Tes keterampilan berpikir kritis

Tes keterampilan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tes standar yaitu Cornell Critical Thinking Tes Level X Fifth Edition

(Ennis, 2005) sebanyak 76 butir soal. Tes dilakukan dua kali, yaitu untuk tes awal,

yang bertujuan untuk melihat keterampilan berpikir kritis awal siswa dan untuk

tes akhir, yang bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa

setelah implementasi e-learning berbasis Moodle.

c. Lembar observasi keterlaksanaan RPP

Lembar observasi ditujukan sebagai pedoman untuk melakukan observasi

keterlaksanaan RPP pada kelas ekperimen dan kelas kontrol yang meliputi

keterlaksanaan kegiatan pendahuluan, keterlaksanaan kegiatan inti, keterlaksanaan

kegiatan penutup.

d. Angket

Angket digunakan untuk menjaring tanggapan siswa terhadap penerapan

e-learning berbasis Moodle dalam pembelajaran konsep Cahaya. Angket ini

menggunakan skala P.likert, setiap siswa diminta untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk pertanyaan positif maka

dikaitkan dengan nilai SS = 5, S = 4, KS = 3, TS = 2 dan STS = 1 dan sebaliknya

untuk pertanyaan negatif maka dikaitkan dengan nilai SS = 1, S = 2, KS = 3, TS =

(24)

3. Analisis Instrumen

Untuk mengetahui kualitas soal dilakukan analisis butir soal yang meliputi

tingkat kemudahan, daya pembeda, validitas dan reliabilitas. Item soal yang tidak

memenuhi salah satu kriteria (kualitas rendah) maka soal tersebut direvisi.

a. Tingkat kemudahan soal

Uji tingkat kemudahan dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal

tergolong sukar, sedang, atau mudah, dengan menggunakan persamaan 3.1

(Arikunto, 2007):

P =

� ...(3.1)

Dengan P adalah indek kemudahan, B adalah banyaknya siswa yang menjawab

soal dengan benar, dan J adalah jumlah seluruh siswa peserta tes. Indeks

kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kriteria Indeks Kemudahan Soal

P Klasifikasi

0,0 ≤ TK < 0,3

0,3 ≤ TK < 0,7

0,7 ≤ TK < 1,0

Soal sukar

Soal sedang

Soal mudah

Dari 15 butir soal Penguasaan konsep yang dipakai, sebanyak 5 soal (33%)

(25)

b. Daya pembeda soal

Uji daya pembeda dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal

mampu membedakan antara siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah.

Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan 3.2 (Arikunto,

2007):

ID =

� - � ...(3.2)

Dengan ID merupakan indeks daya pembeda, BA adalah banyak peserta tes

kelompok atas yang menjawab soal dengan benar, BB adalah banyaknya peserta

tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar, JA merupakan banyaknya

peserta tes kelompok atas, dan JB adalah banyaknya peserta tes kelompok bawah.

Tabel 3.3. Kriteria Indeks Daya Pembeda (ID)

ID Kualifikasi

Dari 15 butir soal Penguasaan konsep yang dipakai, 3 soal (20%) kategori Cukup,

11 soal (73,3%) kategori Baik dan 1 soal (6,6%) kategori Baik sekali.

c. Uji Validitas Butir Soal

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal

terhadap skor total untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada

(26)

besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk

korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus

korelasi.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product

Moment Pearson (Arikunto, 2008):

 

karena dalam menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat

mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan

adanya hubungan kebalikan antara dua variabel sedangkan koefisien positif

menunjukkan adanya hubungan sejajar antara dua variabel (Arikunto, 2008).

Interpretasi besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.4. Kategori Validitas Butir Soal

(27)

Dari hasi ujicoba 30 butir tes penguasaan konsep, didapat nilai validitas tes

penguasaan konsep dihasilkan 15 butir soal yang berada dalam kategori valid

yang kemudian digunakan untuk tes penguasaan konsep cahaya dan 15 butir soal

yang tidak valid dibuang.

d. Uji Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang

dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dan satu pengukuran ke

pengukuran lainnya (Supranata, 2004). Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf

reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap dan

dihitung dengan koefisien reliabilitas. Dalam penelitian ini untuk menghitung

reliabilitas tes berbentuk pilihan ganda digunakan rumus Sperman Brown:

(Arikunto, 2008).

r11 = koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan

r½½ = koefisein korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Harga diari r½½ dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi

Product Moment Pearson seperti pada persamaan 3.3.

(28)

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = skor item ganjil

Y = skor item genap

N = jumlah sampel

Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes dapat dilihat pada tabel 3.4

(Arikunto, 2008).

Tabel 3.5. Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

0,800 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,600 < r11 ≤ 0,80 Tinggi

0,400 < r11 ≤ 0,60 Cukup

0,200 < r11 ≤ 0,40 Rendah

0,00 < r11 ≤ 0,20 Sangat Rendah

Dari hasil ujicoba reliabilitas tes penguasaan konsep didapati nilai reliabilitas tes

penguasaan konsep sebesar 0,74 (kategori Tinggi).

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu: (1) Studi

pendahuluan, (2) Studi literatur, (3) tahap persiapan, (4) tahap pelaksanaan, dan

(5) pengolahan dan analisis data. Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang akan

(29)

1. Studi pendahuluan

Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan

pembelajaran IPA di sekolah yang akan diteliti berkaitan dengan media/model

pembelajaran yang digunakan dan permasalahan yang dihadapi guru dan siswa.

Studi pendahuluan ini dilaksanakan dengan cara mengamati kegiatan

pembelajaran IPA di dalam kelas dan mewawancarai guru dan siswa. Selanjutnya,

temuan tersebut digunakan sebagai pertimbangan untuk mengembangkan

pembelajaran Cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle.

2. Studi literatur

Studi literatur dilakukan untuk mencari teori-teori yang bekaitan dengan

penggunaan e-learning berbasis Moodle, penguasaan konsep, keterampilan

berpikir kritis dan materi pada konsep cahaya SMP. Studi ini juga dilakukan

untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya. Selanjutnya, hasil studi

literatur ini digunakan sebagai landasan untuk mengembangkan e-learning dan

website pembelajaran berbasis Moodle.

3. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini, terbagi dalam dua langkah besar yaitu kegiatan

pengembangan RPP dan instrumen, pembuatan e-learning, pembuatan website.

a. Pengembangan RPP dan instrumen penelitian

Dalam tahap ini RPP yang dikembangkan adalah RPP untuk kelas

ekperimen yang menerapkan pembelajaran berbasis web dengan penggunaan

e-learning Berbasis Moodle. Sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan RPP

(30)

menggunakan media powerpoint dalam pembelajarannya. RPP untuk kelas

ekperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran A.

Instrumen penelitian yang dibuat berupa tes tertulis untuk mengukur

penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis, lembar observasi, dan angket

tanggapan siswa. Instrumen penelitian yang digunakan dapat dilihat pada

lampiran B.

b. Pembuatan Modul e-learning

E-learning yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa modul

pembelajaran konsep Cahaya yang dikembangkan menggunakan bahasa program

HTML. Bahasa program HTML dipilih mengingat aplikasi ini dapat memuat

tulisan, gambar, seta dapat menjalankan animasi dan simulasi dalam lembar yang

sama sehingga memungkinkan untuk membuat modul bacaan dan LKS.

Langkah-langkah membuat modul e-learning sebagai berikut:

1) Membuat garis besar program Media (GBPM), dalam kegiatan ini berisi

identifikasi terhadap program. Melalui identifikasi program tersebut dapat

ditentukan: judul, sasaran, tujuan dan pokok-pokok materi yang akan

dituangkan dalam e-learning.

2) Membuat flowchart. Flowcart adalah alur program yang dibuat mulai dari

menu, isi, hingga link ke lembar berisi materi terkait.

3) Membuat Storyboard. Storiboard adalah uraian yang berisi teks, gambar,

animasi, simulasi dari masing-masing alur dalam flowcart. Satu kolom dalam

(31)

4) Mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk melengkapi sajian modul

e-learning. Bahan-bahan yang disiapkan antara lain: materi pelajaran, animasi,

gambar, dan simulasi.

5) Programming. Programming adalah merangkaikan semua bahan-bahan yang

ada dan sesuai dengan tuntutan modul pelajaran yang diharapkan. Kegiatan ini

berakhir dengan dihasilkannya modul e-learning dalam bentuk HTML.

6) Finishing. Pada kegiatan ini dilakukan reviu dan uji keterbacaan program

sesuai dengan target yang diharapkan.

c. Pembuatan Web

Modul e-learning yang dikembangkan sebelumnya akan dipublikasikan

dan disampaikan pada siswa melalui web. Dalam web inilah siswa dapat

mendownload, atau membuka Modul e-learning, chatting, mengerjakan quis,

menanggapi permasalahan melalui forum diskusi, atau mengumpulkan tugas

berupa file yang di upload ke dalam web.

Langkah-langkah pembuatan wesite adalah:

1) Membeli hosting account dan domain account yang akan diguanakan sebagai

alamat URL website. Alamat URL yang digunakan dalam penelitian ini adalah

http://fisikaupi.org/

2) Melakukan instalasi Moodle pada hosting account melalui cpanel.

3) Melakukan editing tampilan dan fasilitas yang diinginkan dalam web sesuai

dengan tujuan pembelajaran. Fasilitas pendukung yang digunakan dalam web

(32)

4) Meng-upload modul e-learning yang telah dibuat sebelumnya ke dalam web

dan mengembangkan skenario pembelajaran dalam website.

5) E-learning berbasis Moodle pada konsep cahaya SMP siap diujicobakan.

d. Ujicoba soal tes dan e-learning berbasis Moodle

Setelah soal tes dan e-learning berbasis Moodle yang telah dibuat disetujui

oleh pembimbing, soal tes dan e-learning berbasis Moodle tersebut kemudian

dinilai (di-judgement) oleh 2 orang dosen ahli. Hasil penilaian dari expert

judgement dapat dilihat pada lampiran C. Hasil penilaian dan pertimbangan

kemudian dijadikan bahan acuan dalam proses perbaikan butir soal dan e-learning

berbasis Moodle yang akan digunakan dalam penelitian. Setelah selesai proses

perbaikan dan persetujuan dosen pembimbing, soal tes dan e-learning yang

digunakan siap diujicobakan di lapangan.

Ujicoba soal tes, keterbacaan e-learning, dan kemudahan mengakses

website Berbasis Moodle, dilakukan pada siswa kelas 3 di salah satu SMP RSBI di

propinsi Bangka Belitung tahun ajaran 2010/2011. Hasil uji coba berupa saran dan

masukan dari siswa ini dijadikan bahan pertimbangan untuk perbaikan kembali.

Hasil uji coba keterbacaan dan kemudahan akses web dapat dilihat pada lampiran

C. Hasil ujicoba butir soal digunakan untuk menentukan validitas, reliabilitas,

tingkat kesukaran, dan daya pembeda butir tes. Pengolahan data hasil ujicoba

butir soal dapat dilihat pada lampiran C. Berdasarkan hasil pengolahan data,

sebanyak 15 soal penguasaan konsep yang memenuhi kriteria. Sedangkan untuk

tes keterampilan berpikir kritis menggunakan tes standar jadi hanya perlu di

(33)

4. Tahap Implementasi

Produk e-learning berbasis Moodle yang dihasilkan kemudian

diimplementasikan pada pembelajaran Cahaya di SMP “Y” Pangkalpinang.

Adapun prosedur yang ditempuh pada tahap ini yaitu: (1) Melaksanakan tes awal

penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis siswa. (2) Melaksanakan kegiatan

pembelajaran konsep Cahaya. Pada setiap kegiatan pembelajaran dilakukan

observasi untuk memperoleh gambaran pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan

memperoleh informasi mengenai kendala yang terjadi. (3) penilaian hasil belajar

(tes akhir) penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis siswa serta menyebar

angket tanggapan siswa. (4) Analisis dan interpretasi data.

Prosedur penelitian secara garis besar ditunjukkan melalui diagram alir

pada gambar 3.1.

F. Teknik Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan terhadap skor

tes awal dan skor tes akhir siswa dalam tes penguasaan konsep, keterampilan

berpikir kritis, serta terhadap angket tanggapan siswa. Pengolahan dan analisis

data yang dilakukan meliputi:

1. Penghitungan N-Gain

Gain dalam penelitian ini merupakan perubahan kemampuan yang dimiliki

siswa setelah mengikuti pembelajaran pada konsep cahaya. Gain yang diperoleh

dinormalisasi oleh selisih antara skor maksimal dengan skor tes awal. Perubahan

(34)

Gb. 3.1. Alur Penelitian Masalah

Studi Pendahuluan

Studi Penguasaan Konsep

Konsep Cahaya Studi Keterampilan

berpikir kritis

Postes Angket Postes

Data

(35)

N-Gain = � −� �

���� −� � x 100

Nilai N-Gain yang diperoleh digunakan untuk melihat perbedaan peningkatan

penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis antara siswa yang mengikuti

pembelajaran Cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle dan pembelajaran

konvensional. Nilai N-Gain dikelompokkan dalam kategori tinggi, sedang dan

rendah seperti disajikan pada tabel 3.2

Tabel 3.6. Klasifikasi N-Gain

Kategori Perolehan N-gain Keterangan

0,70 > N-Gain 0,30 ≤ N-Gain ≤ 0,70

N-Gain < 0,30

Tinggi

Sedang

Rendah

2. Uji Prasarat

a. Uji normalitas

Normalitas gain merupakan prasarat kebanyakan prosedur statistika

inferential. Pada penelitian ini normalitas gain dieksplorasi menggunakan uji

normalitas Kormogorov-Smirnof melalui SPSS 16 dengan taraf signifikansi α =

0,05. Hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

Ho : data berasal dari populasi yang terdistribusi normal

H1 : data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal

Dalam pengujian hipotesis, ktriteria untuk menolak atau tidak menolak Ho

(36)

b. Uji Homogenitas Varian Data

Uji Homogenitas Varians gain dari kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol dilakukan untuk melihat apakah data-data nilai yang didapat dari kedua

kelompok ini memiliki kesamaan varians atau tidak. Apabila nilai dari sig > α

maka H1 diterima, atau Ho ditolak dengan kata lain bahwa varians untuk kedua

data tersebut adalah homogen.

3. Uji Perbandingan Dua Rerata

Uji statistik parametrik dilakukan jika gain kedua kelompok terdistribusi

normal dan memiliki varians yang homogen. Untuk menguji hipotesis dengan

menggunakan uji-t dengan sampel kecil (n < 30) pada tingkat signifikansi 0,05

dengan tes satu ekor, rumus yang digunakan ialah:



dengan M1 adalah rata-rata skor gain kelompok eksperimen , M2 adalah rata-rata

skor gain kelompok kontrol, N1 sama dengan N2 adalah jumlah siswa, s21 adalah

varians skor kelompok eksperimen, dan s22 adalah varians skor kelompok kontrol.

Hipotesis yang diajukan diterima jika thitung > ttabel.

Uji statistik non-parametrik yang akan digunakan jika asumsi parametrik

tidak terpenuhi adalah uji Mann-Whitney U. Pengambilan keputusannya yaitu

(37)

4. Analisis data angket

Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif

dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif

kategori sangat setuju (SS) diberi skor 5, setuju (S) diberi skor 4, kurang setju

(KS) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (STS)

diberi skor 1. Sebaliknya untuk pernyataan negatif kategori STS diberi skor

tertinggi, makin menuju ke SS skor yang diberikan berangsur-angsur menurun.

Setelah diubah ke dalam bentuk skala kuantitatif, tanggapan siswa dianalisis

dengan menghitung prosentase rata-rata keseluruhan aspek tanggapan siswa yang

kemudian dikonversi kedalam kriteria sebagai berikut: 0% ≤ sangat tidak baik <

20%; 20% ≤ kurang baik < 40%; 40% ≤ cukup < 60%; 60% ≤ Baik < 80%; 80% ≤

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang penerapan

pembelajaran fisika konsep cahaya menggunakan e-learning berbasis moodle

untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa

SMP dapat disimpulkan bahwa:

1. Peningkatan penguasaan konsep siswa yang mengikuti pembelajaran fisika

konsep cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle secara signifikan

lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional.

2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran

fisika konsep cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle tidak berbeda

secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional.

3. Siswa memberikan tanggapan sangat baik terhadap penerapan pembelajaran

fisika konsep cahaya menggunakan e-learning berbasis Moodle. Siswa

menunjukkan perasaan senang, aktif mengikuti kusi online, dan menyukai

modul e-learning yang dapat dipelajari kapan saja sesuai dengan keinginan

(39)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan

e-learning berbasis Moodle untuk meningkatkan penguasaan konsep dan

keterampilan berpikir pada konsep cahaya SMP, peneliti menyarankan:

1. Pada penelitian selanjutnya, untuk melihat pengaruh penggunaan e-learning

terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa hendaknya dilakukan

penelitian dengan selang waktu yang relatif lebih lama dan terdiri dari

beberapa Kompetensi Dasar.

2. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan untuk indikator-indikator keterampilan

berpikir kritis lainnya yang memungkinkan dapat dikembangkan melalui

e-learning berbasis moodle.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan

menggunakan metode “Discovery” dan “Inquiry” bagian I. Jakarta:

Depdikbud.

ANTA. (2003). Definition of key terms used in e-learning (version 1.00).

Retrieved 7 October, 2005, from http://www.flexiblelearning.net.au/guides/ keyterms.pdf

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Reineka Cipta.

_________ . (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, N. (2004). Media Pembelajaran Jakarta: PT Grafindo Persada.

Balacheff, N. Dan Kaput, J. J. (1996). “Computer-Based Learning Environments

in Mathematics”, dalam Elliot. (1996), Communication in Mathematics K-12 and Beyond. Reston, VA: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.

Berg, Euwe van den (ED). (1991). Miskonsepsi fisika dan Remidiasi. Universitas Kristen Satya wacana UKSW-FPMIPA. Salatiga: Yogyakarta.

Brown, I.T.J. (2002). Individual and Technological Factors Affecting Perceived Ease of Use of Web-Based Learning Technologies in A Developing Country. Electronic Journal of Information System in Developing Countries.

Capus, L, Curvat, F, Leclair, O and Tourigny, N. (2006). A Web environment to encourage students to do exercises outside the classrom: A case study. Dalam Educational Technology & Society [online], Vol 9 (3), 9 Halaman. Tersedia:

http://www.ifets.info [9 februari 2008]

Chang, KE, Sung, Ty, Hou, HT. (2006). Web-based tools for Designing and Developing Teaching Materials for Integration of Information Technology into Instruction. Educational Technology & Society [online], Vol 9 (4), 10 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]

Cheng, K.K., et al. (2004) Using an online homework system enhances students’

learning of physics concepts in an introdutory physics course. Journal American Association of Physic Teacher, Vol 72 (11).

Clark, R. (2002). Six Principles of effective e-learning: what works and why. The

(41)

www.elearningguild.com/”title=”http://www.elearningguild.com/”target=

_blank”http://www.elearningguild.com.

Costa, A.L. (1985). Goals for a critical thinking curriculum. Developing mind: A Resource Book for Teaching Thinking. ASCD: Alexandria, Virginia.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2006). Lampiran Permendiknas No 22 Tahun 2006. Jakarta: Depdiknas.

Devi, P.K. (2001). Pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis melalui kegiatan eksperimen dan non eksperimen. Proceeding National Seminar On Science and Mathematics Education. Bandung: UPI

English, L. D. (2002). “Priority Themes and Issues in Internaational Research in

Mathematics Education”, dalam L. D. English. (2002), Handbook of

International Research in Mathematics Educational. New Jersey: Lawrence Erlbraum Associates, Publishers.

Ennis, (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall, Uper Saddle river.

Ennis, H. Robert. (2005). Cornell Critical Thinking Test Level X Fifth Edition. http//www.Critical Thingking.com.

Exline. (2004). Workshop: Inquiry-based Learning. [online]. Tersedia: http: //www.thirteen.org/edonline/concept2class/inquiry/index_sub2.html.

Gilbert, & Jones, M. G. (2001). E-learning is e-normous. Electric Perspectives, 26(3), 66-82.

Gulberg, K. & Pilkington, R. (2007). Tutor Roles in Facilitating Reflection on Practice Through Online Discussion. Educational Technology & Society [online], Vol 10 (1), 12 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]

Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http:// lists.asu.edu/cgi-bin/waA2=ind9903&L=aera-d&P=R6855.

ILRT. (2005). Institute for learning & research technology of Bristol University. Retrieved 7 October 2005, from http://www.ilrt.bris.ac.uk/projects/elearning

(42)

Jujun, S & Sumantri, S. (1984). Ilmu dalam Perspektif (Sebuah kumpulan karangan tentang hakekat Ilmu). Jakarta: Gramedia.

Karim, S. dkk. (2008). Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar Kelas VIII SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Kayler, M & Weller, K., (2007). Pedagogy, Self-Assessment, and Online Disccussion groups. Educational Technology & Society [online], Vol 10 (1), 12 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]

Lawson, AE. (1979). A teo of teaching for conceptual understanding, rational thought and creativity, in ae. Lawson (ed). 1980. Aets. Yearbook the psicology of teaching for thinking ang creatifity. Ohio: Clearing House. 104-149.

Mubarrak, L. (2009). Model pembelajaran berbasis web pada materi fluida dinamis untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains siswa. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Liu TC., (2005). Web-Based Cognitive Apprenticeship Model for Improving

Pre-service Teachers’ Performances and Attitudes towards Instructional Planing:

Design and Field Experiment. Educational Technology & Society [online], Vol 8 (2), 12 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]

Mudrikah, Ahmad. (2006). Penggunaan Model Pembelajaran Konsep Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik dan keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis PPS UPI: tidak diterbitkan.

Matusov, E, Hayes, P. & Pluta, L. (2005). “Using Discussion Webs to Develop an

Academic Community of Learners.” Educational Technology & Society [online], Vol 8 (2), 23 Halaman. Tersedia: http://www.ifets.info [9 februari 2008]

Nasution. S. (1985). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bina Aksara.

Ningrat, K. (1993). Metodelogi Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Rosenberg, M. J. (2001). E-learning: Strategies for delivering knowledge in the digital age. New York: McGraw-Hill.

(43)

Slameto, (2003) Belajar dan Faktor-faktor mempengaruhinya, Jakarta, PT Rineka Cipta.

Smaldino, S.E., et. All (2005). Instructional Technology and Media For Learning. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Sohn, B. (2005). E-learning and primary and secondary education in Korea. Korea Education & Research Information Service, 2(3), 6-9.

Surjono, Herman. (2006). Development and evaluation of an adaptive hypermedia system based on multiple student characteristics. Unpublished doctoral dissertation. Southern Cross University.

Suryabarata, S. (1983). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: UGM.

Gambar

Tabel 2.1.     Indikator Keterampilan berpikir kritis dalam konsep cahaya... 25
Gambar 4.4. Perbandingan persentase skor rata-rata tes awal,
Tabel  3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2. Kriteria Indeks Kemudahan Soal
+5

Referensi

Dokumen terkait

© www.arithmetic4kids.com Sign up at: www.kizmath.com.

Predicators: (Constant), modal, bahan baku, tenaga kerjas. Dependent

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA MATERI TERMOKIMIA MELALUI PEMBELAJARAN GROUP DAN INDIVIDUAL PROBLEM SOLVING.. Universitas

Sehingga hipotesis pertama pada penelitian ini yang menyatakan bahwa diduga hasil belajar “Ilmu Gizi Olahraga” be rpengaruh pada pemilihan makanan atlet

Disarankan agar siswi kelas XI mengkonsumsi makanan yang tinggi akan kandungan zat gizi magnesium karena sebagian besar siswi kekurangan akan zat gizi tersebut serta adanya

Prediksi Respons Siswa dan Antisipasi Didaktis Pedagogis pada Media Denah Desain Didaktis dengan Kenyataan di Lapangan .... Nilai Proses Belajar Siswa Implementasi Desain

Promoter : orang-orang yang merespon dengan memberikan skor 9 atau 10 yang menandakan bahwa mereka antusias terhadap suatu produk dan.. melakukan pembelian kembali pada

Pengaruh film mata tertutup terhadap sikap mahasiswa tentang radikalisme ( survei komunitas video komunikasi untirta ) Hendika Sekti. Pratama 6662101747 Madiun, 26