• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Observasi Pola Komunikasi Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunarungu Di SDLB-B Frobel Montessori

BAB II TINJAUAN TEORI

HASIL PENERAPAN POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID

C. Hasil Observasi Pola Komunikasi Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunarungu Di SDLB-B Frobel Montessori

Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 19 Mei 2013 di ketahui bahwa pola komunikasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dikatagorikan lancar, hal ini dapat di tunjukkan dengan adanya proses kegiatan belajar mengajar, adanya interaksi yang aktif antara Guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan juga adanya hubungan yang erat antara Guru dan siswa waktu di dalam kelas maupun di luar kelas.

Dalam pelaksanaan strategi Pembelajaran, Aktif, Kreatif, Efektif, dan menyenangkan (PAKEM) dan Contextual Teaching and Learning (CTL) guru melakukan langkah-langkah pembelajaran Pendidikan Agama Islam.:

16

Wawancara dengan Nur Eni Setiawati, S.Pd (Guru Pendidikan Agama Islam) pada tanggal 19 Mei 2013 diruang Guru pada pukul 10.00-11-00

Berdasarkan observasi yang peneliti temui dilapangan pada tanggal 23 Mei, hari senin, jam 11.00-12.30 yang dibimbing oleh Nur Eni Setiawati, S.Pd (guru Pendidikan Agama Islam) terlihat bahwa siswa tunarungu kelas III sedang melaksanakan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada bab sholat wajib dengan penggunaan strategi CTL (Contextual Teaching and Learning) yang mana pada waktu itu proses pembelajarannya siswa dibawa ke musholah untuk melaksanakan praktek sholat mahgrib dan subuh serta siswa laki-laki praktek sholat untuk menjadi imam.

Peneliti mengamati dengan adanya penggunaan strategi tersebut bahwa siswa-siswi tunarungu tampak senang karena dengan strategi CTL dan PAKEM anak tunarungu dapat melakukan secara langsung atau secara nyata dengan penggunaan strategi PAKEM dan CTL siswa tunarungu dapat memahami bagaimana tata cara sholat yang benar dan dapat dilakukan 5 waktu setiap harinya.

Observasi dilakukan selama kurang lebih satu bulan. Observasi pertama adalah observasi terhadap kondisi obyektif kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif siswa kelas III SDLB B Fobel Montessori. Peneliti mengadakan observasi terhadap 5 orang siswa dan upaya yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan bahasa reseptif dan ekspresif siswa kelas III SDLB B Fobel Montessori.

a. Deskripsi Siswa kelas III SDLB B Fobel Montessori.

Hasil observasi yang terhadap lima siswa beragama Islam dapat direkam atau dihimpun adalah sebagai berikut:

1) Subjek penelitian kesatu

Subjek penelitian kesatu bernama Muslim Haris, usia 10 tahun, laki-laki jenis ketunarunguan berat dan kemampuan bahasa reseptifnya sebagai berikut:

a) Mampu memahami perintah-perintah guru. Hal ini dapat dilihat pada kalimat-kalimat perintah yang diucapkan guru. Subjek dapat

melakukan, misalnya pada kalimat : (1) tolong ambilkan buku di lemari ,minum; (2) simpan tasmu di meja, dan lain-lain.

b) Mampu memahami pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Kemampuan ini dapat dilihat dari kalimat-kalimat pertanyaan yang diberikan oleh guru,misalnya pada kalimat : (1) siapa yang membawa spidol?; (2) apakah kamu sudah sarapan? Dan lain-lain. Subjek dapat menjawab dengan benar setiap kalimat pertanyaan yang dikemukakan guru.

c) Mampu mengoreksi setiap kesalahan yang diucakan oleh urunya, contoh: (1) guru mengatakan, selamat sore anak-anak, subyek langsung mengatakan bahwa bukan “sore” tetapi “pagi”; (2) guru mengatakan hari ini adalah “Rabu”, subjek mengatakan salah,hari ini “kamis”; (3) guru mengatakan bahwa baju ini warnanya “merah”, subjek mengatakan bukan, itu warna “hijau”, dan lain -lain.

d) Mampu membaca kata atau kalimat sederhana . contoh : (1) guru menunjukkan tulisan arab kata “Bismillahirrahmanirrahim”, lalu menyuruh subjek membaca; (2) guru menunjukkan tulisan kata “Muslim sholat maghrib berjamaah”, lalu menyuruh subjek membaca; (3) guru menunjukkan tulisan arab kata “Alhamdulillahirrobbil „alamin”, lalu menyuruh subjek membaca; dan lain-lain.

e) Mampu menulis kata dan kalimat sederhana. Kemampuan ini dapat dilihat dari akta dan kalimat yang dituliskan subjek,misalnya : (1) subjek dapat menulis hari, tanggal, bulan dan tahun; (2) subjek dapat menulis apa yang didiktekan guru; (4) subjek dapat menulis namanya sendiri, teman, guru dan keluarganya.

Dalam penelitian ini peneliti melihat perkembangan bahasa reseptif Muslim cukup baik/positif. Ada banyak pertanyaan yang diajukan kepada subjek dan subjek dapat menjawab pertanyaan tersebut. Misalnya : “ Muslim siapa yang menulis di buku ini?” Ia

menjawab,”Muslim”; guru bertanya, “dimana Nazeyla?” Muslim menjawab, “Nazeyla belum dating,mungkin Nazeyla sakit”. Kemudian guru menyuruh untuk mengambil beberapa bola berwarna merah dari keranjang bola, Muslim dapat melakukannya. Demikian juga, ketika guru menyuruh mengambilkan beberapa warna bola lainnya. Setelah itu guru meminta tolong Muslim memberikan tiga bola yang berwarna hijau kepada Rusman, dan Muslim melakukan. 2) Subjek penelitian kedua

Subjek penelitian kesatu bernama Rusman Kamil, usia 10 tahun, laki-laki jenis ketunarunguan berat dan kemampuan bahasa reseptifnya sebagai berikut:

a) Mamahami setiap sapaan dan pertanyaan sederhana. Kemampuan ini dapat dilihat dari sapaan dan klaimat-kalimat pertanyaan yang di lontarkan guru.misalnya pada kalimat: (1) Selamat pagi Rusman, selamat pagi ibu, jawab Rusman; (2) Rusman dimana Ibu Nani? Rusman menunjukkan kearah pintu, yang mau mengatakan bahwa ibu Nani ke luar; (3) Rusman hari ini kamu membawa apa? Rusman menunjukkan mainannya; (4) Rusman mainan kamu berbentuk apa? Rusman menjawab, berbentuk robot. Anak dapat menjawab pertanyaan sederhana yang diajukan kepadanya.

b) Mampu memahami perintah-perintah sederhana. Hal ini dapat dilihat dalam kalimat perintah berikut ini : (1) Rusman silakan duduk; (2) Rusman ambil bukumu; (3) ayo berdoa, ayo makan, ayominum, ayo berdiri, ayo pulang,ayo pergi.

c) Mampu menulis kata dan kalimat sederhana. Kemampuan ini dapat dilihat dari dan kalimat yang dituliskan subyek, misalnya : (1) Rusman dapat menulis hari, tanggal, bulan dan tahun; (2) Rusman dapat menulis namanya sendiri, orang tua, teman dan guru; (3) Rusman dapat menulis percakapan dari papan tulis dan lain-lain. d) Mampu memahami pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh

yang diberikan oleh guru,misalnya pada kalimat : (1) siapa yang membawa spidol?; (2) apakah kamu sudah sarapan? Dan lain-lain. Subjek dapat menjawab dengan benar setiap kalimat pertanyaan yang dikemukakan guru.

e) Mampu mengoreksi setiap kesalahan yang diucakan leh urunya, contoh: (1) guru mengatakan, selamat sore anak-anak, subyek langsung mengatakan bahwa bukan “sore” tetapi “pagi”; (2) guru mengatakan hari ini adalah “Rabu”, subjek mengatakan salah,hari ini “kamis”; (3) guru mengatakan bahwa baju ini warnanya “merah”, subjek mengatakan bukan, itu warna “hijau”, dan lain -lain.

Dalam penelitian ini peneliti melihat perkembangan bahasa reseptif Rusman cukup baik/positif. Ada banyak pertanyaan yang diajukan kepada subjek dan subjek dapat menjawab pertanyaan tersebut. Misalnya : “ Rusman siapa yang menulis di buku ini?” Ia menjawab,”Rusman”; guru bertanya, “dimana Nazeyla?” Rusman menjawab, “Nazeyla ada dikelas”. Kemudian guru menyuruh untuk mengambil beberapa bola berwarna merah dari keranjang bola, Rusman dapat melakukannya. Demikian juga, ketika guru menyuruh mengambilkan beberapa warna bola lainnya. Setelah itu guru meminta tolong Rusman memberikan tiga bola yang berwarna hijau kepada Rusman, dan Rusman melakukan.

3) Subjek penelitian ketiga

Subjek penelitian kesatu bernama Umar Kamil, usia 10 tahun, laki-laki jenis ketunarunguan berat dan kemampuan bahasa reseptifnya sebagai berikut:

a) Mampu memahami perintah-perintah guru. Hal ini dapat dilihat pada kalimat-kalimat perintah yang diucapkan guru. Subjek dapat melakukan,misalnya pada kalimat : (1) tolong ambilkan buku di lemari ,minum; (2) simpan tasmu di meja, dan lain-lain.

b) Mampu memahami pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Kemampuan ini dapat dilihat dari kalimat-kalimat pertanyaan yang diberikan oleh guru,misalnya pada kalimat : (1) siapa yang membawa spidol?; (2) apakah kamu sudah sarapan? Dan lain-lain. Subjek dapat menjawab dengan benar setiap kalimat pertanyaan yang dikemukakan guru.

c) Mampu mengoreksi setiap kesalahan yang diucakan leh urunya, contoh: (1) guru mengatakan, selamat sore anak-anak, subyek langsung mengatakan bahwa bukan “sore” tetapi “pagi”; (2) guru mengatakan hari ini adalah “Rabu”, subjek mengatakan salah,hari ini “kamis”; (3) guru mengatakan bahwa baju ini warnanya “merah”, subjek mengatakan bukan, itu warna “hijau”, dan lain -lain.

d) Mampu membaca kata atau kalimat sederhana . contoh : (1) guru menunjukkan tulisan arab kata “Bismillahirrahmanirrahim”, lalu menyuruh subjek membaca; (2) guru menunjukkan tulisan kata “Muslim sholat maghrib berjamaah”, lalu menyuruh subjek membaca; (3) guru menunjukkan tulisan arab kata “Alhamdulillahirrobbil „alamin”, lalu menyuruh subjek membaca; dan lain-lain.

e) Mampu menulis kata dan kalimat sederhana. Kemampuan ini dapat dilihat dari akta dan kalimat yang dituliskan seubjek,misalnya : (1) subjek dapat menulis hari, tanggal, bulan dan tahun; (2) subjek dapat menulis apa yang didiktekan guru; (4) subjek dapat menulis namanya sendiri, teman, guru dan keluarganya.

4) Subjek penelitian keempat

Subjek penelitian kesatu bernama Sella Refis, usia 10 tahun, perempuan jenis ketunarunguan sedang dan kemampuan bahasa reseptifnya sebagai berikut:

a) Mampu memahami perintah-perintah guru. Hal ini dapat dilihat pada kalimat-kalimat perintah yang diucapkan guru. Subjek dapat melakukan,misalnya pada kalimat : (1) tolong ambilkan buku di lemari ,minum; (2) simpan tasmu di meja, dan lain-lain.

b) Mampu memahami pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Kemampua ini dapat dilihat dari kalimat-kalimat pertanyaan yang diberikan oleh guru,misalnya pada kalimat : (1) siapa yang membawa spidol?; (2) apakah kamu sudah sarapan? Dan lain-lain. Subjek dapat menjawab dengan benar setiap kalimat pertanyaan yang dikemukakan guru.

c) Mampu mengoreksi setiap kesalahan yang diucakan leh urunya, contoh: (1) guru mengatakan, selamat sore anak-anak, subyek langsung mengatakan bahwa bukan “sore” tetapi “pagi”; (2) guru mengatakan hari ini adalah “Rabu”, subjek mengatakan salah,hari ini “kamis”; (3) guru mengatakan bahwa baju ini warnanya “merah”, subjek mengatakan bukan, itu warna “hijau”, dan lain -lain.

d) Mampu membaca kata atau kalimat sederhana . contoh : (1) guru menunjukkan tulisan arab kata “Bismillahirrahmanirrahim”, lalu menyuruh subjek membaca; (2) guru menunjukkan tulisan kata “Muslim sholat maghrib berjamaah”, lalu menyuruh subjek membaca; (3) guru menunjukkan tulisan arab kata “Alhamdulillahirrobbil „alamin”, lalu menyuruh subjek membaca; dan lain-lain.

e) Mampu menulis kata dan kalimat sederhana. Kemampuan ini dapat dilihat dari akta dan kalimat yang dituliskan seubjek,misalnya : (1) subjek dapat menulis hari, tanggal, bulan dan tahun; (2) subjek dapat menulis apa yang didiktekan guru; (4) subjek dapat menulis namanya sendiri, teman, guru dan keluarganya.

5) Subjek penelitian kelima

Subjek penelitian kesatu bernama Nazeyla Qotrunnada, usia 11 tahun, perempuan jenis ketunarunguan sedang dan kemampuan bahasa reseptifnya sebagai berikut:

a) Mampu memahami perintah-perintah guru. Hal ini dapat dilihat pada kalimat-kalimat perintah yang diucapkan guru. Subjek dapat melakukan,misalnya pada kalimat : (1) tolong ambilkan buku di lemari ,minum; (2) simpan tasmu di meja, dan lain-lain.

b) Mampu memahami pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Kemampua ini dapat dilihat dari kalimat-kalimat pertanyaan yang diberikan oleh guru,misalnya pada kalimat : (1) siapa yang membawa spidol?; (2) apakah kamu sudah sarapan? Dan lain-lain. Subjek dapat menjawab dengan benar setiap kalimat pertanyaan yang dikemukakan guru.

c) Mampu mengoreksi setiap kesalahan yang diucakan leh urunya, contoh: (1) guru mengatakan, selamat sore anak-anak, subyek langsung mengatakan bahwa bukan “sore” tetapi “pagi”; (2) guru mengatakan hari ini adalah “Rabu”, subjek mengatakan salah,hari ini “kamis”; (3) guru mengatakan bahwa baju ini warnanya “merah”, subjek mengatakan bukan, itu warna “hijau”, dan lain -lain.

d) Mampu membaca kata atau kalimat sederhana . contoh : (1) guru menunjukkan tulisan arab kata “Bismillahirrahmanirrahim”, lalu menyuruh subjek membaca; (2) guru menunjukkan tulisan kata “Muslim sholat maghrib berjamaah”, lalu menyuruh subjek membaca; (3) guru menunjukkan tulisan arab kata “Alhamdulillahirrobbil „alamin”, lalu menyuruh subjek membaca; dan lain-lain.

e) Mampu menulis kata dan kalimat sederhana. Kemampuan ini dapat dilihat dari akta dan kalimat yang dituliskan seubjek,misalnya : (1) subjek dapat menulis hari, tanggal, bulan dan tahun; (2) subjek dapat menulis apa yang didiktekan guru; (4) subjek dapat menulis namanya sendiri, teman, guru dan keluarganya.

Observasi terhadap pola komunikasi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam Guru dan siswa kelas III SDLB B Fobel Montessori dilakukan di dua tempat yaitu di kelas, selama berlangsungnya proses belajar mengajar dan di luar kelas, yaitu pada saat siswa istirahat.

Selama kurang lebih satu bulan, peneliti mengadakan observasi terhadap upaya guru dalam mengembangkan pola komunikasi pembelajaran terhadap siswa kelas III SDLB B Fobel Montessori. Guru yang mengajar siswa kelas III ini sebanyak lima orang. Semua guru berperan dalam setiap pemberian materi pembelajaran. Mereka secara bergantian memberi atau membahas materi yang ditentukan.ketika seorang guru mengajar, maka dua orang guru lainnya mendampingi anak, supaya anak sungguh-sungguh member perhatian terhadap pembelajaran yang dipelajari, dan satu orang guru menulis percakapan hari ini yang bersangkutan pada buku harian,menulis PR siswa di buku tugas siswa,menulis soal latihan yang harus dikerjakan siswa, dan memeriksa pekerjaan rumah siswa serta member catatan kepada orang tua.

Dari ketiga guru yang ada, peneliti hanya mengamati seorang guru yang telah ditunjuk oleh kepala sekolah yang menjadi sumber informasi bagi peneliti. Hasil pengamatan terhadap upaya yang dilakukan oleh Nur Eni Setiawati, SPd dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Proses belajar dimulai pukul 08.00 dan berakhir pukul 11.00. pembelajaran yang diberikan terdiri dari beberapa kegiatan yaitu, kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan awal meliputi : memberi salam dan menyapa siswa, berdoa dan latihan suara kegiatan inti meliputi : percakapan, pengolahan balon percakapan, membaca,

Tanya jawab, latihan artikulasi dan menulis. Kegiatan akhir meliputi : perbaikan dan bimbingan, pemberian PR dan berdoa.

Materi pembelajaran tidak dipersiapkan oleh Ibu Nur sebelumnya, karena materi berasal dari anak. Materi tersebut diangkat berdasarkan media yang dibawa anak dari rumah. Media yang dibawa berupa sajadah, peci, mukenah, sarung dan tasbih.

Anak-anak umumnya sudah datang sebelum pukul 08.00. maka sebelum pembelajaran dimulai anak-anak mengumpulkan PR mereka terlebih dahulu. Setelah itu anak menyimpan tasnya di sudut kelas. Ketika pembelajaran dimulai, masing-masing anak mengambil kursi dan diatur dalam bentuk setengah lingkaran, tanpa dilengkapi meja tulis. Kemudian Ibu Nur mulai mengajar dan duduk sejajar dengan siswa. Posisi ini sangat ideal, karena sesuai dengan prinsip keterarah wajahan. Dengan demikian, siswa dapat mengamati gerak bibir dan mimik muka Ibu Nur selama pelajaran berlangsung. Sedangkan guru pendamping, duduk disamping siswa atau di belakang siswa tugas guru pendamping ini adalah mendampingi siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan senantiasa mengajak siswa untuk memperhatikan guru yang sedang memberikan materi. Ketika semua siswa sudah dikondisikan untuk belajar, maka Ibu Nur pun memulai pembelajarannya dengan kegiatan awal yakni memberi salam kepada sesama guru dan siswa, lalu dilanjutkan dengan menyapa siswa melalui pertanyaan-pertanyaan sederhana seputar kegiatan yang telah dilakukan siswa dirumah. Contohnya sebagai berikut : siswa disuruh memperhatikan ujaran guru, lalu Ibu Nur mulai menyapa guru satu per satu dengan mengucapkan “Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu Nani”, dan sebelum ibu Nani membalas sapaan tersebut, anak-anak mengarahkan tangannya kepada ibu Nani. Setelah anak-anak mengarahkan tangannya kearah ibu Nani, maka ibu Nani mengatakan “Waalaikumsalam, selamat pagi semua,” anak-anak menjawab ”Assalamu’alaikum, selamat pagi ibu Nani” begitu seterusnya sampai semua guru mendapat giliran. Ini merupakan bagian

dari proses latihan bagi anak untuk membaca ujaran. Setelah semua guru disapa barulah menyapa siswa. Siswa disapa satu persatu. Contoh: “Assalamu’alaikum, selamat pagi Muslim”. Anak yang disebut namanya harus menunjukkan dirinya, dan teman-temannya juga harus mengarahkan tangannya ke arah anak yang namanya disebutkan. Anak yang disebut namanya harus membalas sapaan guru dengan mengatakan “Waalaikumsalam, selamat pagi ibu dan selamat pagi teman-teman.” Pagi itu Ibu Nur mengelabui anak-anak dengan mengatakan “selamat malam anak-anak” dan anak-anak dengan spontan mengatakan “ibu salah” dan serempak mengatakan “selamat pagi”. Setelah memberi salam selesai Ibu Nur menanyakan anak-anak satu persatu. Contoh : “Rusman apakah kamu sudah sarapan?” Rusman menjawab sudah ! tadi pagi sarapan apa? Rusman menjawab sesuai dengan apa yang mereka makan.

Kegiatan awal yang kedua adalah berdoa. Ibu Nur mengajak siswa mengatakan marilah berdoa. Setelah Ibu Nur mengajak mereka, anak-anak langsung mengambil sikap berdoa dan mengucapkan doa secara bersama-sama antara siswa dan guru. Ada yang bisa mengucapkan dan ada juga yang masih sebatas meniru.

Kegiatan awal yang ketiga adalah Ibu Nur mengajak siswa untuk latihan suara. Latihan suara dilakukan dengan meraba huruf vokal seperti “aaaaaaa…iiiiiiii…uuuuuu….eeeeee…ooooo…” dan dilanjutkan dengan

meraba huruf konsonan, seperti

“la…la…la…lo…lo…lo…ba…ba…ba….dst biasanya mereka melafal ini diikuti dengan gerakan. Contoh saat melafal huruf vocal “aaaaa……iiiiii…..dst” anak bersama guru melakukan gerakan seperti pesawat sedang terbang. Ketika melafal huruf “ba…ba…ba…” guru dan anak melakukan gerakan seperti bermain ciluba, atau menghentakan kaki ke lantai dan pada saat melafal huruf “ta…ta…ta…” tangan dipukul -pukulkan dipaha dan seterusnya.

Ibu Nur selalu memberikan penghargaan kepada setiap siswa yang mampu mengeluarkan suara. Tujuannya adalah untuk memotivasi siswa.

Motivasi yang diberikan berupa kata-kata pujian misalnya: Ibu Nur mengatakan bagus, hebat, atau sekedar menggambar bintang atau bunga ditangannya. Ibu Nur pandai mengajak siswa sehingga pada saat Ibu Nur mengajar anak-anak begitu antusias.

Setelah kegiatan awal usai maka dilanjutkan dengan kegiatan inti terdiri dari beberapa tahap antara lain:

a) Percakapan

Percakapan terjadi berdasarkan ungkapan spontan siswa. Materi percakapan diangkat berdasarkan pengalaman yang dialami dan dilihat oleh siswa, juga berdasarkan media atau benda yang dibawakan dari rumah. Pada saat memulai percakapan, Ibu Nur selaku pengajar selalu bertanya sekarang kita mau bicara tentang apa? biasanya siswa akan memberikan tanggapan dengan menceritakan pengalaman yang dialaminya atau menunjukkan benda atau media yang dibawakan. Ibu Nur menangkap dan membahas ungkapan siswa dan menuliskan dalam balon percakapan. Gambaran kegiatan tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Ibu Nur : hari ini kita mau bicara tentang apa?

Anak-anak : menunjukkan peci, sajadah, mukenah dan tasbih yang bawa mereka.

Ibu Nur : oh….Nazeyla mempunyai mukenah baru

Sella : ada 2 mukenah (dengan menunjukkan jarinya yang mau mengatakan bahwa mukenah ada 2, termasuk mukenah miliknya)

Ibu Nur : ya……betul mukenahnya ada 2 Umar : ada warna putih dan biru

Rusman : mama Rusman mempunyai mukena.

Ibu Nur : ya…..perempuan kalau sholat memakai mukenah Muslim : saya sholat

Umar : sholat sholat

Nazeyla : penting

Sella : penting ya

Ibu Nur : ya…ibadah kepada Allah

Muslim : ibadah…… Allah…..

Ibu Nur : siapa yang menciptakan kita?

Umar : Allah

Ibu Nur : siapa yang menciptakan pohon?

Sella : Allah

Ibu Nur : siapa yang menciptakan ayah ibu?

Rusman : Allah

Ibu Nur : perlu tidak berterima kasih kepada Allah?

Nazeyla : perlu

Ibu Nur : berterima kasih kepada Allah dengan sholat. Nazeyla : sholat…..ya……sholat

Dalam proses percakapan, Ibu Nur berupaya agar seluruh siswa terlibat dalam percakapan. Setiap siswa mengungkapkan pengalaman, dan pikirannya secara lisan maupun isyarat kemudian menuliskannya dengan kalimat langsung. Ibu Nur membahaskan ungkapan pengalaman siswa dengan bahasa yang sederhana. Ibu Nur membahaskan juga setiap benda atau media yang dibawakan siswa, dengan mengolahnya dalam bentuk percakapan. Kemudian Ibu Nur meluaskan percakapan itu melalui balon percakapan, sehingga dalam sehari maksimal anak mempelajari dua sampai tiga kalimat. Selama percakapan berlangsung, guru memberikan penguatan bagi siswa yang aktif, dan siswa yang kurang aktif diberikan penguatan juga, tapi penguatan negatif. Demikian juga, bagi siswa yang memberikan respon yang kurang tepat. Selama melakukan percakapan siswa dikondisikan untuk benar-benar memperhatikan guru, karena tidak terjadi proses menulis di papan tulis. Jadi percakapan dilakukkan dengan lisan. Setelah proses percakapan selesai barulah ditulis dalam bentuk balon percakapan.

b) Balon Percakapan

Setelah proses percakapan lisan selesai maka Ibu Nur membuat balon percakapan. Balon percakapan dibuat untuk mengetahui apa saja yang dibicarakan dan siapa saja yang berperan dalam percakapan itu sehingga memudahkan siswa untuk memahami apa saja dan siapa saja yang menyampaikan pengalamannya.

Gambar pembuatan balon percakapan seperti dalam contoh berikut:

Muslim …….. berkata

Umar….. menambah

Setelah selesai maka balon percakapan dibahas dalam bentuk percakapan misalnya : Muslim berkata “Nazeyla membawa mukenah”. Umar menambah “ada warna putih dan biru”.

Setiap pembuatan balon percakapan Ibu Nur menggambarkan juga siswa yang telah ikut bagian dalam percakapan tersebut. Setelah itu Ibu Nur juga menggaris bawahi kosa kata baru yang telah dibahas bersama. Untuk menguatkan pemahaman siswa dengan kata-kata baru tersebut, maka dilakukan dramatisasi. Dramatisasi yang dilakukan dengan memeragakan, menunjukkan ataupun mengisyaratkan. Misalnya

Muslim

Nazeyla membawa mukenah

Umar