• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pristiyanto et al (2012) mengungkapkanyang termasuk dalam kriteria keberhasilan suatu BMT dalam mengembangkan usahanya adalah pembuktian dari perkembangan tiga faktor. Pertama pertumbuhan permodalan, yaitu terdiri dari permodalan (dari pihak sendiri), permodalan (dari pihak luar), dan total asset yang diperoleh. Kedua adalah keanggotaan.Ketiga dilihat dari perolehan pembiayaan perusahaan.

Simpanan Anggota (Modal Sendiri)

Menurut UU no 12. Tahun 1967, sumber permodalan untuk badan usaha seperti koperasi adalah simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan khusus. Simpanan pokok diartikan sebagai sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok awal pada KJKS BMT Sidogiri pada tahun 2006 sebesar 401 juta rupiah. Peningkatan yang dapat dilihat pada tabel 6 menunjukkan simpanan pokok terus bertambah hingga pada bulan Mei tahun 2014 sebesar 11.6 miliar rupiah.

Tabel 6 Simpanan Anggota KJKS BMT UGT Sidogiri Tahun Simpanan Anggota Jumlah (Rp Miliar) Pokok

(Rp Miliar) (Rp Miliar) Wajib (Rp Miliar) Khusus

2006 401 000 000 24 060 000 3 290 420 000 3 715 480 000 2007 716 000 000 49 870 000 5 981 580 000 6 747 450 000 2008 911 000 000 72 860 000 11 051 620 000 12 035 480 000 2009 1 509 000 000 135 790 000 17 722 840 000 19 423 830 000 2010 2 461 000 000 246 000 000 30 868 580 000 33 575 680 000 2011 3 689 000 000 405 790 000 43 279 250 000 47 374 040 000 2012 5 552 000 000 666 240 000 79 545 020 000 85 763 260 000 2013 8 848 000 000 1 150 240 000 162 795 810 000 164 434 550 000 2014 11 600 000 000 1 624 000 000 231 243 750 000 244 467 750 000 Sumber: Annual Report KJKS BMT UGT Sidogiri 2014

Simpanan wajib berarti sejumlah uang yang wajib dibayarkan anggota dalam jangka waktu setiap bulan. Tabel 6 menunjukkan simpanan wajib anggota mengalamai peningkatan setiap tahunnya. Total simpanan wajib anggota sampai bulan Oktober 2014 sebesar 1.6 miliar rupiah. Terakhir, simpanan khusus ini merupakan simpanan yang jumlah dan waktu pembayarannya tidak ditentukan. Perbedaan dari dua simpanan yang lain adalah simpanan ini dapat diambil sewaktu-waktu. Hingga bulan Oktober 2014 total simpanan khusus adalah 231.2 miliar rupiah. Jadi, total ketiga simpanan anggota sebesar 224.5 miliar rupiah terhitung sampai akhir bulan Oktober 2014.

Tabungan Anggota atau Calon Anggota (Pihak Luar)

KJKS BMT UGT Sidogiri memiliki jumlah tabungan dan deposito sebesar 703.3 miliar rupiah berdasarkan bulan Mei 2014. Jenis tabungan yang ditawarkan oleh KJKS BMT UGT Sidogiri terdapat sembilan bentuk, yaitu ada Mudharabah Umum (tabuangan umum), Peduli Murid atau Siswa, Idul Fitri, Walimah, Ziarah atau Wisata, Haji Al Haromain, Umroh Al Hasanah, dan Tabungan Lembaga Pendidikan. Selain itu, KJKS BMT UGT Sidogiri menawarkan produk Mudharabah Berjangka atau biasa disebut dengan deposito. Tabel 7 menunjukkan jumlah simpanan deposito anggota atau calon anggota sebesar 163.8 miliar rupiah sampai akhir Mei 2014.

Tabel 7 Tabungan Anggota atau Calon Anggota

Tahun Simpanan atau Tabungan (Rp Miliar) Jumlah Tabungan

(Rp Miliar) (Rp Miliar) Deposito

2006 13 554 062 324 4 400 273 650 17 954 830 744 2007 24 647 116 352 6 529 431 000 31 176 547 352 2008 50 880 841 030 11 721 652 527 62 602 493 556 2009 74 888 307 674 17 361 381 000 92 249 688 674 2010 124 357 680 450 26 616 799 500 150 947 479 950 2011 214 263 276 544 50 957 948 700 265 221 225 244 2012 358 285 324 967 91 908 170 600 450 193 495 567 2013 518 069 841 227 146 395 453 409 664 465 294 636 2014 539 551 329 667 163 816 835 192 703 368 164 859 Sumber: Annual Report KJKS BMT UGT Sidogiri 2014

Perkembangan Asset (kekayaan)

Penilaian terhadap aset suatu perusahaan di dalam manajemen merupakan penilaian yang perlu dicermati karena menjadi dasar pengukuran prestasi keuangan suatu perusahaan. Ukuran ini menjadi pembanding prestasi sesuatu perusahaan dengan prestasi perusahaan yang lain dalam hal yang sama, apakah lebih baik atau tidak, sehingga dapat menjadi dasar keputusan manajemen untuk mempertahankan atau meningkatkannya (Hubeis dan Najib 2014).

Gambar 5 Peningkatan Aset KJKS BMT UGT Sidogiri Sumber: Annual Report KJKS BMT UGT Sidogiri 2014 0.000 500.000 1000.000 1500.000 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Oct-14

Asset

Asset

Aset yang diperoleh KJKS BMT UGT Sidogiri sampai akhir bulan Oktober 2014 sebesar 1.3 triliun rupiah. Pertumbuhan dari bulan Oktober 2013 sampai Oktober 2014 sebesar 389.3 miliar rupiah.Aset dapat pula berwujud maupun tidak berwujud. Peningkatan aset menunjukan tren yang meningkat. Pada tahun 2006 jumlah aset sebesar 30.4 miliar rupiah, pada tahun 2008 aset BMT bertambah menjadi 89.4 miliar rupiah, dan hingga akhir bulan Mei 2014 aset menjadi 1.178 triliun rupiah (Gambar 5).

Pembiayaan Anggota atau Calon Anggota

Pembiayaan yang ada di KJKS BMT UGT Sidogiri merupakan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Qord al Hasan, Rahn, Ijarah, dan Hawalah. Gambar 6 menunjukkan total pembiayaan pada akhir Mei 736.3 miliar rupiah. Pembiayaan dilakukan untuk nasabah yang memerlukan dana. Pembiayaan memberikan hasil yang digunakan untuk penyaluran dana lainnya yang dilakukan oleh BMT. Sebelum menyalurkandana melalui pembiayaan, BMT perlu melakukan analisis pembiayaan yang sesuai lingkungan masyarakat yang menerima pinjaman. Sifat pembiayaan bukan merupakan utang piutang, tetapi merupakan investasi yang diberikan BMT kepada nasabah dalam melakukan usaha.

Gambar 6 Grafik Perkembangan Pembiayaan KJKS BMT UGT Sidogiri Sumber: Laporan Keuangan KJKS BMT Sidogiri 2014

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Lingkungan Internal KJKS BMT UGT Sidogiri

1. Manajemen

KJKS BMT UGT Sidogiri dipimpin oleh Bpk. Abd Majid selaku pimpinan perusahaan.Beliau yang mengelola BMT dengan berwewenang dan penanggung jawab BMT. Bpk Abs Majid dibantu oleh direktur bisnis, direktur keuangan, dan direktur kepatuhan. Terdapat empat fungsi aktivitas manajemen yaitu planning, organizing, controlling, dan leading (Ridwan 2004) agar mencapai tujuan BMT.

Planning, yaitu penetapan tujuan utama dalam mendirikan BMT yaitu meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota khususnya adalah masyarakat umum dan menjauhkan masyarakat dari peminjaman uang kepada renternir. Selain itu BMT ingin mewujudkan aktivitas santri yang dalam mengembangkan ekonomi syariah dengan landasan sesuai ajaran Islam.Penetapan segmentasi pasar BMT adalah masyarakat pedesaan dan para wali murid yang menitipkan anaknya di Pondok Pesantren Sidogiri khususnya wilayah Jawa Timur dan Madura.

Fungi organizing dilakukan dengan mendesain struktur organisasi dalam kegiatan berbisnis pada BMT. Sebagai pempimpin pengelola BMT, tugas direktur utama adalah pemimpin kegiatan BMT sehari-hari, menjadi penanggung jawab utama, dan pemegang hasil keputusan tertinggi. Direktur utama mebawahi tiga direktur yaitu direktur bisnis yang bertugas sebagai melatih karyawan dalam menambah jumlah anggota serta mengecek FDR, NPF, dan DPK kantor cabang. Bagian kedua adalah direktur keuangan yang bertugas mengawasi 3 manajer, yaitu manajer keuangan, manajer akutansi dan IT, serta manajer investasi. Terakhir adalah direktur kepatuhan yang bertugas menentukan SOP, pengelolaan karyawan, persiapan logistik ketika di lapangan, dan menaggulangi, menindak, serta memeriksa kegiatan kantor cabang.

Leading, dilakukan dengan penetapan SOP bagi karyawan, penyeleksian karyawan untuk perekrutan, memberikan insentif atau gaji sesuai hasil pekerjaannya untuk meningkatkan motivasi karyawan, mengadakan pelatihan

bagi karyawan, mengikutsertakan perwakilan karyawan untuk menghadiri seminar, dan mengadakan studi banding ke pihak perbankan, BPRS, dan BMT lain. Fungsi controlling, dilakukan dengan memantau seluruh kegiatan dan mengadakan rapat untuk mengevaluasi seluruh kegiatan.

2. Pemasaran

Kegiatan BMT yang diidentifikasi menggunakan bauran pemasaran berupa indikator 4P (Product, Price, Promotion, Place). Produk pada BMT dibagi menjadi tiga jenis ada produk pembiayaan (meliputi mudharobah, musyarakah, murabahah, qord al Hasan, rahn, ijaroh, dan hawalah), produk simpanan (tabungan mudharobah, peduli murid, idul fitri, walimah, wisata, haji al Haromain, umroh, tabungan pendidikan, dan deposito), dan produk jasa. Price pada BMT hanya membebankan biaya 10 ribu rupiah untuk pembukaan awal tabungan dan untuk bagi hasilnya sesuai dengan akad-akad yang sudah ditentukan. Indikator promotion adalah penyebaran brosur-brosur ke pasar dan kepada para pebisnis usaha mikro dan kecil serta mengadakan undian berhadiah. Indikator place, fokus pada wilayah Jawa Timur dan Madura. Penempatan kantor cabang biasanya berdampingan dengan pasar atau wilayah yang berpotensi.

3. Keuangan atau Akunting

Akuntansi dapat menentukan bagaimana kinerja BMT sehingga menjadi daya tarik bagi pihak investor. Keperluan lainnya adalah untuk memantau aktivitas bisnis. Pencatatan akutansi yang dilakukan oleh pihak KJKS BMT UGT Sidogiri mengikuti akutansi dari pihak perbankan.Sistem akutansi yang dibentuk menggunakan tahapan percobaan kemudian belajar dan konsultasi kepada bank hingga menjadi ahli dalam perhitungan aktiva atau pasiva.

4. Penelitian dan Pengembangan

Penelitian yang dilakukan guna menunjang hasil BMT dalam menambah kualitas dan kuantitas BMT. Penelitian berguna untuk menentukan keinginan masyarakat terhadap BMT dan hal apa saja yang diinginkan BMT dalam membentuk produk baru agar masyarakat tertarik dengan KJKS BMT UGT Sidogiri.

BMT akan memiliki kerja yang efektif ketika ada sistem informasi yang mendukung kinerja perusahaan. Sistem informasi didukung dengan penggunaan perangkat lunak (software) dengan memanfaatkan sistem Linux dimana perangkat ini sangat mudah dikembangkan dan tidak membutuhkan biaya banyak seperti penggunaan windows. Linux juga dapat diakses dengan Microsoft excel, word, dll. Perangkat keras (hardware) seperti komputer, televisi, mesin fotocopy, dan perangkat lainnya juga menjadi aspek kinerja BMT dalam menjalankan usaha. Email dan web BMT turut aktif dalam menyebar luaskan informasi tentang BMT. Perangkat lainnya adalah sinyal pendektesi kegiatan BMT untuk memantau kinerja antar cabang dan pusat.Sinyal menunjukkan BMT tersebut sedang melakukan transaksi yang dikerjakan.

Lingkungan Eksternal KJKS BMT UGT Sidogiri

1. Kekuatan Ekonomi

Keadaan ekonomi anggota atau calon anggota KJKS BMT UGT Sidogiri menurut annual report menunjukkan perkembangan yang terus meningkat hingga akhir bulan Mei 2014.Sektor ekonomi yang berpengaruh karena adanya KJKS BMT UGT Sidogiri yaitu dari sisi, (1) Pertanian, Pertenakan, dan Nelayan (2) Perindustrian (3) Perdagangan (4) Jasa-jasa dan (5) lain-lain.

Tabel 8 Sektor Ekonomi Anggota atau Calon Anggota No Sektor Ekonomi Tahun 2013 (Rp Miliar) (%) (Rp Miliar) 2014 (%) 1 Pertanian, Pertenakan, dan Nelayan 145 481 834 599 21.16 170 612 470 001 23.17 2 Perindustrian 123 066 204 495 20.17 144 324 748 037 19.60 3 Perdagangan 262 959 828 788 44.80 308 383 696 316 41.88 4 Jasa-jasa 91 860 131 212 13.32 107 728 115 499 14.63 5 Lain-lain 4 520 799 349 0.55 5 301 725 438 0.72 Jumlah 627 888 798 444 100.0 736 350 755 292 100,0 Sumber: Annual Report KJKS BMT UGT Sidogiri 2014

Sektor pertanian, perternakan, dan nelayan merupakan sektor terbesar yang dirasakan oleh anggota atau calon anggota karena penggabungan tiga sektor ekonomi. Tabel 8 menunjukkan jumlah yang diperoleh sebesar 170.6 miliar rupiah. Pertumbuhan yang didirasakan oleh anggota atau calon anggota dari ketiga sektor tersebut sebesar 23.17%. Total dari lima sektor ekonomi yang paling dirasakan berpengaruh pada tahun 2014 sebesar 736.3 miliar rupiah.

2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan

Kegiatan sosial yang dilakukan BMT adalah pengadaan zakat, infak, wakaf, dan sedekah sebagai kegiatan maal. Total zakat yang dikelola oleh BMT sampai tahun 2013 sebesar 5.2 miliar rupiah. Kegiataan ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang berada di Provinsi Jawa Timur dan Madura, khususnya masyarakat yang tinggal di kawasan Sidogiri.

Koperasi BMT UGT Sidogiri lahir dari dan dibesarkan oleh kalangan pesantren yang risau dengan perkembangan masyarakat yang menjurus pada praktik ekonomi ribawi. Sedangkan, praktik ekonomi ribawai itu selain bertentangan dengan tuntunan syariat Islam, juga sangat memberatkan masyarakat ekonomi lemah yang hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka tidak mungkin mencapai kesejahteraan dengan sistem ribawi karena sistem tersebut sangat mencekik leher orang-orang miskin. Mereka pinjam 100 ribu rupiah kepada renternir, namun harus mengembalikan sebesar 130 ribu rupiah.Itu berarti mereka harus membayar riba sebesar 30% (KJKS BMT UGT Sidogiri 2014).

3. Kekuatan Politik, Pemerintah, dan Hukum

Aspek politik, pemerintahan dan hukum meliputi peraturan-peraturan, undang-undang dan kebijaksanaan pemerintah baik pada tingkat daerah, provinsi maupun nasional yang menentukan beroperasinya suatu perusahaan. Di negara berkembang seperti Indonesia, aspek politik, pemerintahan dan hukum, memiliki pengaruh riil terhadap keberhasilan dan kegagalan suatu bisnis melalui peluang dan ancaman yang ditimbulkan. Kementrian Koperasi dan UKM mengeluarkan keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 91 Tahun 2004 yang mengatur tentang Kegiatan Usaha Jasa Keuangan

Syariah oleh koperasi. Saat ini KJKS BMT UGT Sidogiri telah memiliki perizinan Tanda Daftar Usaha (TDP) 132626500100 dengan NPWP 02.082.190.6-624.000, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 517/099/424.061/2003, dan Badan Hukum No. 09/BH/KWK/.13/VII/2000. 4. Kekuatan Teknologi

Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan. Kemajuan teknologi menciptakan keunggulan pada suatu organisasi bisnis dan menjadi bagian terpenting dalam manajemen strategis. Teknologi ini sangat mempengaruhi kualitas maupun efisiensi waktu produksi dan biaya BMT. Teknologi KJKS BMT UGT Sidogiri pada media komunikasi dan informasi yang telah digunakan adalah telepon, telepon seluler, perangkat komputer, mesin fax, dan jaringan internet. Penggunaan media tersebut dapat memperlancar aktivitas pemasaran. Media informasi dan teknologi yang digunakan mampu meningkatkan penggunaan internet secara maksimal sebagai media iklan dan komputer sebagai perangkat pengelolaan operasional BMT. Perkembangan teknologi dan pemaksimalan teknologi yang dimiliki tersebut dapat dijadikan peluang agar membantu kegiatan operasional perusahaan.

5. Kekuatan Persaingan

Untuk memenangkan persaingan era pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang akan datang, salah satu yang harus dilakukan adalah memantaskan diri untuk menjadi pemenang. Bila tidak, maka dalam era persaingan pasar bebas tersebut, produk, jasa dan sumber daya manusia Indonesia dikhawatirkan akan kalah bersaing dengan negara-negara ASEAN.

Menurut Muhammad Syafii Antonio, ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk memantaskan diri menjadi pemenang dalam persaingan global era MEA 2015 mendatang yaitu melakukan inovasi produk, harga produk yang kompetitif, pengemasan produk yang menarik perhatian dan pengiriman barang yang dapat menjamin keselamatan serta dilindungi oleh asuransi.

KJKS BMT UGT Sidogiri peran strategis Koperasi BMT UGT Sidogiri adalah menjadi model dunia untuk kawasan ASEAN dalam bidang

pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin melalui Islamic micro finance (KJKS BMT UGT Sidogiri 2014). BMT sering dikunjungi oleh berbagai perusahaan ataupun akademisi untuk mengetahui bagaimana mengembangkan BMT hingga memiliki aset sebesar 1.339 triliun rupiah dan dikerjakan oleh lulusan pondok pesantren.

Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan

Identifikasi analisis lingkungan internal dilakukan terhadap tujuh faktor kekuatan dan enam faktor kelemahan dari hasil tiga belas faktor kunci sukses pada lingkungan internal.Selanjutnya melakukan penentuan yang menjadi faktor kekuatan dan faktor kelemahan bagi KJKS BMT UGT Sidogiri.Penentuan bobot mulai dari pengaruh tinggi sampai pengaruh rendah dan diberikan peringkat oleh reponden. Berikut adalah kekuatan–kekuatan yang dimiliki oleh KJKS BMT UGT Sidogiri berdasarkan pembobotan:

1. Telah memiliki badan hukum

Badan hukum menjadi penunjang BMT dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Kementrian Koperasi dan UKM mengeluarkan keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 91 Tahun 2004 yang mengatur tentang Kegiatan Usaha Jasa Keuangan Syariah oleh koperasi. Dengan adanya keputusan ini maka keberadaan BMT yang tadinya merupakan lembaga keuangan non-formal sekarang dapat berubah menjadi lembaga keuangan formal berbadan hukum koperasi dengan sebutan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS).

KJKS sebagai badan usaha yang para anggotanya berstatus sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan. Tujuannya adalah memperbaiki dan meningkatkan taraf ekonomi anggota. Aspek KJKS sebagai lembaga keuangan yang formal membedakan dengan koperasi. KJKS ini memiliki kegiatan tanwil yang bersinergi dengan kegiatan maal.

2. Keanggotaan yang terbuka dan sukarela.

BMT yang memiliki badan hukum seperti KJKS mengikuti peraturan koperasi umum dengan kesukarelaan sehingga pengelolaan MT harus bersifat

demokratis. Maksud dari sifat ini adalah seluruh kegiatan usaha yang dilakukan koperasi harus berdasarkan keputusan yang diambil melalui Rapat Anggota dengan sistem demokratis.

3. Sarana dan prasarana yang tersedia relatif mudah.

Sarana adalah fasilitas yang dapat menunjang hasil produksi sehingga BMT bisa meningkatkan pendapatan untuk memantau kegiatan cabang. Mulai dari kantor sebagai ruanagan untuk karyawan berkerja, komputer yang tersedia, kendaraan, televisi dan semua fasilitas penunjang BMT adalah kepemilikan pribadi. Sedangkan prasarana adalah strategi tempat kerja yang mudah diakses seperti kantor cabang yang dekat dengan lokasi pasar.

4. Memiliki sistem informasi yang cukup baik.

Informasi diperlukan untuk melengkapi pengolahan data dengan tujuan megambil keputusan sekarang maupun yang akan datang. Syarat informasi adalah akurat, relavan, dan waktu keputusan. Data informasi yang disimpan oleh KJKS BMT UGT Sidogiri dengan menyimpan semua dalam berbentuk print-out.

5. BMT mandiri karena tumbuh dan berkembang dari-oleh-untuk masyarakat di sekitarnya sendiri.

Hubungan BMT kepada nasabah bersifat personal. Kedekatan pihak BMT dengan nasabah sangat dibutuhkan dalam hal kerja sama bagi hasil yang dilandasi kepercayaan nasabah. Kepercayaan dua arah yaitu dari pihak nasabah yang membutuhkan pinjaman dan BMT membutuhkan kepercayaan nasabah untuk pertumbuhan dan perkembangan BMT. Dengan demikian operasional BMT bisa mandiri dalam tumbuh dan berkembang.

6. Menerapkan sistem pelatihan berjangka sesuai dengan kebutuhan karyawan. Pelatihan kepada karyawan merupakan hal terpenting agar karyawan dapat menambah jumlah anggota atau calon anggota setiap tahunnya. Jika karyawan tidak dilatih dalam mencari anggota, maka BMT akan kesulitan dalam menambah aset. Pelatihan bertujuan untuk membuat karyawan mudah dalam mengajak anggota atau calon anggota secara tepat, melihat kondisi lapangan, serta memahami tentang akad-akad dalam bertransaksi.

Pengurus, pengelola, dan karyawan berasal dari rumah yang sama yaitu Pondok Pesantren Sidogiri. Mereka bekerja untuk membantu kegiatan pesantren. Pendekatan perorangan dilakukan ketika salah satu dari karyawan ada yang melakukan kesalahan. Saling menasihati dan menegur cara mereka berkerja agar BMT dapat memperbaiki kesalahan yang terjadi. Tidak ada kata perorangan, tetapi mereka satu kesatuan.

Berikut adalah kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh KJKS BMT UGT Sidogiri:

1. Peraturan pelaksanaan pengelolaan dana, termasuk SOP (standar operasi dan prosedur) yang belum lengkap.

Pengelolaan dana dan peraturan SOP pada BMT tidak sama seperti pengawasan yang dilakukan oleh Otositas Jasa Keuangan (OJK) kepada pihak bank. BMT belum memiliki badan atau lembaga pengawasan keuangan walau pun sudah berbadan hukum koperasi. Pembuatan skema cash-flow KJKS BMT UGT Sidogiri melakukan konsultasi dan diskusi dari pihak bank. Hal ini menunjukkan lembaga pengawas,

2. Kompetensi SDM yang lemah dalam bidang pengelolaan dana.

Sumber daya manusia BMT adalah lulusan dari Pondok Pesantren Sidogiri dan hanya 3% dari pihak luar. Dari total 1 147 karyawan BMT tidak menguasai bidang akuntansi ataupun manajemen.Mereka butuh pelatihan dan pengetahuan tambahan mengenai bidang tersebut karena tidak adanya pembelajaran umum yang diajarkan di pesantren.

3. Belum adanya kesepahaman dengan key stakeholders mengenai arah pengelolaan dana.

Pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan BMT dalam hal pengelolaan dana adalah kementrian koperasi. Instansi ini berkaitan langsung karena BMT Sidogiri menjadi bagian dari Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS).Pembukuan yang dikerjakan oleh BMT bukan berasal dari pihak Kemenkop melainkan BMT melihat pembukuan yang dikerjakan oleh pihak perbankan yang sesuai dengan PBI no 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Aset Bank Umum.

4. Internal control yang dimiliki BMT masih lemah (belum memiliki sistem pengelolaan risiko) yang handal.

KJKS BMT UGT Sidogiri harus memiliki pengawasan dalam pengelolaan risiko ketika adanya kemungkinan BMT sedang mengalami kerugian dalam mencapai tujuan dan sasaran. Peluang yang diambil oleh BMT terlebih dahulu harus diidentifikasi dalam pencapaian dan peningkatan kinerja yang dilihat dari sisi jangka pendek dan panjang.

5. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan teknis dalam bidang usaha yang dilakukan.

Karyawan rata-rata yang berasal dari lulusan pesantren masih terbatas dengan pengetahuan teknologi sehingga ketika pengelola KJKS BMT UGT Sidogiri membentuk unit usaha baru, mereka kesulitan dalam memulai awal usaha yang ingin dikelola dan memerlukan tambahan waktu untuk mempelajari usaha terlebih dahulu.

6. Produk pelayanan BMT masih terbatas

Keterbatasan produk BMT karena para pengurus dan pengelola tidak bisa mengeluarkan semua layanan produk kepada nasabah. Mereka harus mengkaji dan memahami landasan suatu produk berdasarkan Ushul Fiqh Islam. Pemantauan pada kondisi lingkungan sekitar dapat menjadi pertimbangan, apakah produk ini bisa diterima oleh masyarakat atau tidak.

Identifikasi Peluang dan Ancaman

Berdasarkan analisis lingkungan eksternal yang dilakukan terhadap faktor kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, budaya, demografi dan lingkungan, kekuatan politik pemerintah dan hukum, kekuatan teknologi, dan kekuatan persaingan, didapatkan empat belas faktor kunci sukses eksternal. Faktor kunci sukses eksternal tersebut kemudian ditentukan peluang dan ancaman.Peluang-peluang yang dimiliki KJKS BMT UGT Sidogiri:

1. Sistem lembaga keuangan mikro syariah tidak terimbas pada krisis moneter. Menurut Tambunan (2012) lembaga keuangan mikro syariah bertahan dari keadaan krisis ekonomi tahun 1998. Seperti halnya BMT yang merupakan

lembaga keuangan mikro syariah, BMT bisa tetap tumbuh karena tidak berpengaruh pada sistem ekonomi kapitalis.Sehingga banyak masyarakat yang mengunakan produk dari BMT.

2. Potensi daerah yang mendukung dalam pelaksanaan BMT.

Daerah Sidogiri dahulu tidak ada akses perbankan sehingga untuk menabung atau melakukan pinjaman masyarakat harus mengendari motor untuk ke perkotaan. Banyaknya masyarakat yang meminjam ke renternir dengan dampak kehilangan harta benda ketika tidak bisa mengembalikan pinjaman menjadi faktor pihak pesantren membuka BMT. Kepercayaan masyarakat kepada Pondok Pesantren Sidogiri menjadi faktor yang memengaruhi pelaksanaan BMT.

3. Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.

Adanya keuntungan dimana sebagian besar penduduk Indonesia memeluk agama Islam. Badan Pusat Statistik (2014) menunjukkan hasil sensus penduduk yang beragama Islam pada tahun 2010 terdapat 207 juta populasi. Pada dasarnya mereka paham bila melakukan yang tidak sesuai dengan perintah Allah akan mendapat dosa dan masuk neraka. Salah satunya dengan penjelasan mengenai haramnya riba dalam bertransaksi. Dengan pendekatan seperti itu, maka BMT bisa mengajak masyarakat yang beragama Islam untuk berpindah-alih dari riba menjadi bagi hasil.

4. Adanya kepercayaan masyarakat pada KJKS UGT BMT Sidogiri.

Masyarakat khususnya wilayah, Jawa Timur dan Madura, percaya dengan petinggi ulama atau kyai-kyai yang menjadi guru di Pondok Pesantren Sidogiri. Kepercayaan inilah yang menjadi aspek peluang mendirikan KJKS BMT UGT Sidogiri dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya wilayah Jawa Timur dan Madura, dalam membuka tabungan, melakukan peminjaman modal, dan ikut serta dalam membantu BMT ini menjadi kepercayaan masyarakat Indonesia.

5. Tidak hanya memberikan pelayanan terhadap anggota, melainkan juga berdakwah

Niat pendirian BMT oleh pihak pengelola dan pengurus adalah menginginkan ekonomi syariah dapat tumbuh pesat menggantikan posisi

ekonomi konvensional. Saat penyebaran brosur, pihak karyawan dilatih untuk

Dokumen terkait