• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

TINJAUAN PUSTAKA

Dasar Etika Bisnis Islam

Etika dalam menjalankan bisnis dipandang seperti akhlak dalam menjaga sikap di kehidupan sehari-hari. Etika pada ekonomi Islam adalah mempelajari aspek kemaslahatan dan manfaat bagi menjalankan kegiatan ekonomi dimana amal perbuatan manusia sangat diperhatikan (Fauzia dan Riyadi 2014). Nilai ketuhanan juga menjadi acuaan dalam menjalankan ekonomi Islam. Keyakinan tersebut membuat ekonomi Islam tidak bebas menentukan langkah karena

orientasi terhadap waktu tidak hanya menjalankan kehidupan di dunia saja tetapi memikirkan kehidupan di akhirat (Ridwan 2004).

Fauzia dan Riyadi (2014) menjelaskan pembangunan ekonomi Islam didasarkan pada prinsip tauhid dan etika yang mengacu pada maqashid al-syariah. Ekonomi Islam membentuk perilaku sosial-ekonomi yang sesuai dengan fitrah dan dapat diterima oleh akal manusia dengan dalil yang berasal dari Al Qur‟an dan Hadis. Hasil yang diperoleh harus berupa hani (lurus) dan berada ditengah-tengah (equilibrium). Menurut Ridwan (2004) nilai etika dalam membangun ekonomi Islam terdiri atas lima nilai dasar, yaitu:

1. Nilai Tauhid (Ketuhanan)

Tauhid merupakan fundamental atau landasan landasan dalam setiap kehidupan.Segala perilaku seperti bidang agama, ekonomi, sosial, maupun politik.Segala kegiatan seperti kegiatan ekonomi, produksi, konsumsi, dan distribusi, dikerjakan sebagai bentuk ibadah untuk mendapatkan pahala. Dengan demikian, tujuan dalam menjalankan pekerjaan akan mendapatkan keuntungan jangka pendek berupa kehidupan dunia dan keuntungan jangka panjang yang berorientasi pada akhirat.

2. ‘Adl (Keadilan)

Adil merupakan salah satu sifat Allah SWT.Al Qur‟an menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk berlaku adil.

“… Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah dengan cara yang adil. Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang berbuat adil. (QS. Al Maidah-42)

Adil dalam arti tidak menzalimi dan tidak dizalimi. Nilai dasar pada ekonomi adalah tidak mengambil keuntungan untuk diri sendiri tanpa memikirkan orang lain. Tanpa adanya keadilan maka tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan rasa kecemburuan dan anarki sosial.

3. Nubuwwah (Kenabian)

Allah SWT memberikan pelajaran mengenai syariat-Nya dengan mengutus para rasul pilihan.Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang ditugaskan untuk membimbing dan menerangkan kepada manusia terhadap menjalani kehidupan. Sifat-sifat Nabi Muhammad SAW, siddiq (benar),

amanah (dapat dipercaya), tabligh (mengajak), dan fathonah (cerdas dan berwawasan luas), dapat menjadi contoh dalam berperilaku ketika menjalankan kegiatan ekonomi.

4. Khalifah (Kepemimpinan atau Pemerintahan)

Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi pemimpin bagi makhluk-makhluk lain. Tugas untuk menjaga keharmonisan antar manusia dengan sesama makhluk disebut dengan muamalah. Pola interaksi harus diatur dengan nilai-nilai Islam dan berujung pada peribadatan. Pemerintah ditugaskan untuk memegang peran penting dalam pelaksanaan sistem ekonomi Islam sehingga tidak terjadi pelanggaran terhadap hak-hak manusia. Hasil dari pelaksanaan ini berguna untuk kesejahteraan bersama.

5. Ma’ad (Hasil Akhir-Kembali)

Hasil dari prinsip ini adalah menunjukkan bahwa akhir dari proses ekonomi akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Allah SWT melarang umat-Nya hanya memikirkan kehidupan dunia tanpa memikirkan kepentingan akhirat. Dengan mempertimbangan dua kehidupan, perilaku bisnis dalam Islam diharapkan dapat keuntungan di dunia dan keuntungan menabung pahala untuk akhirat.

Ekonomi Islam juga menjelaskan mengenai karakteristik yang mencakup ajaran ekonomi Islam itu sendiri. Aspek yang diterangkan dalam karakteristik ini berupa aspek normatif-idealis-deduktif dan hitoris-empiris-induktif. Adapun karakteristik ekonomi Islam menurut Fauzia dan Riyadi (2014) antara lain:

1. Rabbaniyah Mashdar (Bersumber dari Tuhan)

Sumber ajaran ekonomi Islam berasal dari ajaran Allah SWT.Tujuan Allah SWT dalam memberikan “pengajaran” yang terkait dengan kegiatan ekonomi umat-Nya adalah dengan memperkecil kesengjangan di antara masyarakat. Sehingga umat-Nya bisa hidup dengan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.

2. Rabbaniyah al Hadf (Bertujuan untuk Tuhan)

Segala aktivitas ekonomi Islam merupakan ibadah yang diwujudkan dalam hubungan antarmanusia untuk membina hubungan dengan Allah SWT. Pemikiran tentang ibadah tidak hanya melakukan di wilayah masjid atau

musholah tetapi dalam kegiatan ekonomi seperti transaksi di pasar, perkantoran, pasar modal, dan perbankan. Allah SWT menerangkan bahwa segala bentuk aktivitas ekonomi yang dilakukan harus sesuai dengan ketentuan-Nya tanpa menzalimi orang lain.

Suatu aktivitas ekonomi yang dilakukan dengan cara yang tidak baik maka akan berdampak pada amalan ibadah yang seseorang kerjakan sekalipun dia adalah ulama yang dikatakan bagus dalam hal beragama.

3. Al Raqabah al Mazdujah (Pengontrolan di Dalam dan di Luar)

Pengawasan adalah hal melekat ketika menjalankan ekonomi Islam bagi semua yang terlibat di dalamnya. Awal mula pada pegawasan harus ada pada pengawasan diri sendiri setelah itu pengawasan dari pihak luar seperti pihak instansi ataupun lembaga. Adanya sistem pengawasan untuk membenahi kerusakan dan kecurangan yang ada di pasar.

4. Al Jam’u bayna al Tsabat wa al Murunah (Penggabungan Antara yang Tetap dan Lunak)

Hal ini terkait dengan hukum yang ada di dalam ekonomi Islam. Umat Muslim diperintahkan untuk melakukan aktivitas ekonomi sebebas-bebasnya selama tidak bertentangan dengan larangan yang telah diperintahkan-Nya. Al Qur‟an secara pasti menyebutkan kegiatan ekonomi seperti perjudian, menjual barang haram, dan aktivitas ekonomi lain yang tidak benar.

5. Al Tawazun bayna al Maslahah al Fard wa al Jama’ah (Keseimbangan Antara Kemaslahatan Individu dan Masyarakat)

Melakukan aktivitas ekonomi harus seimbang antara kemaslahatan individu dengan masyarakat. Tujuan yang diupayakan agar membentuk harmonisasi kehidupan sehingga kesejahteraan dapat tercapai. Kesejahteraan tidak dapat direalisasikan begitu saja tanpa mencapai kesejahteraan masing-masing individu di dalam suatu golongan. Allah SWT tidak akan mengubah suatu masyarakat sebelum setiap individu merubah keadaannya sendiri.

6. Al Tawazun bayna al Madiyah wa al Rukhiyah (Keseimbangan Antara Materi dan Spiritual)

Allah SWT tidak melarang manusia untuk memperoleh dan memanfaatkan rezeki yang ada. Aspek materi yang dibutuhkan manusia harus sesuai dengan

kehidupan sehari-hari, tidak kekurangan dan tidak melebih-lebihkan. Ketika seseorang sudah memenuhi kebutuhan materi secara berlebihan maka itu sudah menyalahi aturan Allah SWT dan sensitif pada jurang kesenjangan dengan orang miskin. Sifat seperti ini suka disamakan dengan sifat mubazir. 7. Al Waqi’iyah (Realistis)

Sistem ekonomi yang ada memang sangat realiatis karena sesuai dengan kondisi nyata masyarakat. Dukungan usaha kecil dalam ekonomi Islam dapat mendorong pendapatan masyarakat. Segala sistem yang ada juga membuat ekonomi Islam mudah beradaptasi dengan catatan menghilangkan unsur haram. Ajaran-ajaran mengenai keharaman dalam ekonomi Islam merupakan sebab yang berakibat pada kerugian orang lain.

8. Al Alamiyyah (Universal)

Pelajaran mengenai ekonomi Islam bisa diterapkan oleh siapapun dan kapanpun. Ekonomi Islam mempunyai sistem yang bersifat universal. Harapan dari terciptanya tujuan ekonomi Islam yaitu win-win solution yang dapat dianalisis dengan tersebar kemaslahatan di antara manusia dan menghindari kerusakan di muka bumi.

Manajemen Strategik

Manajemen strategik menurut Hubeis dan Najib (2014) adalah suatu pendekatan holistik (tingkat korporasi, bisnis, dan operasional) dalam mengambil keputusan manajerial yang dapat membantu identifikasi isu pokok dan masalah kompleks, pemberian alternatif tindakan yang mungkin diambil, penyusunan rekomendasi ke depan (misalnya koordinasi, pengembangan, fleksibilitas, dan respon) dalam menjawab keputusan strategi (apa, siapa, bagaimana, dan mengapa).

Praktik yang terjadi di lapangan, proses tersebut melibatkan hal-hal kreatif, fleksibel, optimis, dan penuh imajinasi atas fase-fase redefinisi, revisi, reformasi, kerja ulang, dan daur ulang yang berbasis data dan informasi kualitatif dan kuantitatif pada kondisi tidak pasti untuk beradaptasi dengan cepat dalam lingkungan yang kompleks dan berubah-ubah. Terdapat tiga tahapan utama

menurut Hubeis dan Najib (2014) yang masing-masing saling terikat satu sama lain dan tidak boleh dilewatkan satupun.

1. Perumusan Strategi

Pertama melakukan analisis lingkungan internal, analisis lingkungan eksternal, mengembangkan visi dan misi yang jelas, menyusun sasaran dan tujuan perusahaan, merumuskan pilihan-pilihan strategik dan memilih strategi yang tepat, menentukan pengendalian

2. Implementasi Strategi

Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan perencanaan strategis.Melakuakan penetapan tujuan tahunan, perumusan kebijakan, memotivasi pekerja, dan alokasi sumber daya

3. Evaluasi Strategi

Pertama, meninjau kembali permasalahan eksternal dan internal yang terjadi saat ini, apakah terjadi perubahan pada saat strategi dirumuskan.Kedua, adanya pengukuran kemampuan atau kinerja perusahaan dengan memastikan kembali, apakah sesuai dengan standar yang telah diciptakan.Ketiga, melakukan perbaikan-perbaikan untuk perkembangan perusahaan.Terakhir, membantu untuk mengembangkan model di masa mendatang.

Analisis Lingkungan Internal

Analisis faktor internal mempunyai hubungan yang terkait dengan dua variabel, kekuatan dan kelemahan, berguna untuk proses penentuan strategi lingkungan internal perusahaan. Variabel kekuatan merupakan kondisi internal positif yang memberikan keuntungan dari pesaing kepada perusahaan. Kondisi negatif pada internal yang dapat menghambat atau menghalangi perusahaan dalam menjalankan misi, visi, dan tujuan adalah variabel kelemahan (Hubeis dan Najib 2014).

Perusahaan pada umumnya memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dalam menyajikan produk-produk dari perusahaan lain. Banyaknya ragamyang ditawarkan kepada konsumen termasuk dalam keunikan yang menjadi keunggulan

dibandingkan dengan pesaingnya. Hal ini yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam mengidentifikasi faktor-faktor penentu daya saing yang dapat menghasilkan keberhasilan dalam persaingan yang dihadapi oleh pihak industri. David (2009) membagi bidang fungsional bisnis dalam analisis lingkungan internal, yaitu: 1. Manajemen

Manajemen merupakan tingkatan sistem pengaturan organisasi yang mencakup sistem produksi, distribusi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan keuangan. Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas besar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukan staf, dan pengendalian.

2. Pemasaran

Pemasaran berupa proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan, dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan terhadap produk dan jasa. Terdapat sembilan dasar fungsi pemasaran yaitu analisis pelanggan, membeli persediaan, menjual produk atau jasa, merencanakan produk dan jasa, menetapkan harga, distribusi, riset pemasaran, analisis peluang, dan tanggung jawab sosial.

3. Keuangan atau Akunting

Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing perusahaan dan daya tarik bagi investor. Menetapkan kekuatan dan kelemahan keuangan amat penting untuk merumuskan strategi secara efektif. Fungsi keuangan atau akunting terdiri dari keputusan investasi, keputusan finansial, dan keputusan deviden.

4. Produksi atau Operasi

Fungsi produksi atau operasi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang mengubah masukan menjadi barang atau jasa. Manajemen produksi dan operasi menangani masukan, pengubahan, dan keluaran yang bervariasi antar industri dan pasar. Fungsi produksiatau operasi terdiri dari proses, kapasitas, sediaan, tenaga kerja dan mutu.

5. Penelitian dan Pengembangan

Istilah penelitian dan pengembangan digunakan untuk menggambarkan beragam kegiatan. Dalam beberapa institusi, para ilmuwan melakukan

penelitian dan pengembangan dasar di laboratorium dan berkonsentrasi pada masalah teoritis, sementara di perusahaan para ahli melakukan pengembangan prodik dengan berkonsentrasi pada peningkatan kualitas produk.

6. Sistem Informasi

Sistem infomasi bertujuan untuk memperbaiki prestasi perusahaan dengan memperbaiki mutu keputusan menejerial. Sistem informasi manajemen yang efektif mengumpulkan, memberi kode, menyimpan, mensintesa dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat menjawab pertanyaan operasional dan strategis yang penting. Sistem informasi komputer yang efektif memanfaatkan perangkat keras komputer, perangkat lunak, model untuk analisis, dan database.

Analisis Lingkungan Eksternal

Manfaat dari mengetahui analisis eksternal pada perusahaan untuk menghadapi kompetisi pada pasar agar perusahaan dapat bersiap dalam penyusunan strategi. Faktor-faktor eksternal terdiri dari lingkungan secara langsung ataupun secara langsung. Secara langsung ada politik dan hukum yang merupakan identifikasi peraturan perusahaan, penentuan upah, perpajakan, dan keputusan kebijakan. Faktor ekonomi juga menjadi faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan dimana indikator dalam kesehatan perusahan seperti tingkat inflasi, tingkat suku bunga, surplus atau defisit, dan produk domestik bruto. Perusahaan juga membutuhkan faktor sosial yang biasanya dikembangkan melalui kondisi ekologis, kultural, pendidikan serta kondisi etnis. Faktor teknologi, ancaman pendatang baru, kekuatan tawar-menawar pemasok, dan pengaruh kekuatan stakeholders merupakan faktor lainnya yang termasuk faktor-faktor eksternal.

Faktor internal pertama menurut Rangkuti (2013) adalah keuangan perusahaan yang dibuktikan dari sehat atau tidaknya laporan keuangan perusahan yang telah dicapai dalam jangka waktu yang ditentukan. Keuangan perusahaan akan menunjukkan tingkat profitabilitas dan tingkat resiko. Kedua adalah sumber daya manusia yang berpotensi mampu menjaga keadaan perusahaan untuk

mencapai kondisi tertentu.Struktur organisasi merupakan faktor ketiga dalam menunjang internal perusahaan. Perusahaan membutuhkan fundamental yang kuat sehingga bisa memiliki hubungan satu sama lain yang terorganisir secara rapih. David (2009) membagi kekuatan eksternal menjadi lima kategori umum yaitu kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, budaya, demografi dan lingkungan, kekuatan politik pemerintah dan hukum, kekuatan teknologi, dan kekuatan persaingan.

Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI)

Analisis internal mengarah kepada pemahaman mengenai sumber daya yang dimiliki perusahaan.Indikator penunjang pada analisis ini menggunakan indikator kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses). Aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dengan baik dan jenis sumber daya yang memiliki keunikkan dapat dikategorikan sebagai indikator kekuatan. Sedangkan untuk kegiatan yang tidak baik serta keterbatasan sumber daya dapat dijadikan indikator kelemahan.

Alat analisis dalam menentukan faktor-faktor internal perusahaan menggunakan Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation). Hasil yang diharapkan dari matriks tersebut adalah perumusan strategi yang ringkas dan mengevaluasi faktor internal berupa indikator kekuatan dan indikator kelemahan.Angka yang muncul pada hasil berupa keperluan yang diharapkan. David (2009) menyatakan tersebut lima langkah dalam mengembangkan matriks IFE, yaitu:

1. Menentukan daftar lingkungan faktor-faktor internal penting pada kolom 1 yang termasuk indikator kekuatan dan kelemahan.

2. Melakukan pembobotan pada setiap faktor dengan skor 0.0 (tidak penting) sampai dengan 1.0 (sangat penting). Bobot ini mengindikasikan signifikansi relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Bobot yang sesuai dengan dapat ditentukan dengan membandingkan pesaing yang berhasil dan yang tidak berhasil. Jumlah total seluruh bobot yang diberikan pada faktor tersebut haruslah sama dengan 1.0.

3. Memberi peringkat antara 1 sampai 5 pada setiap faktor eksternal utama untuk menunjukkan efektifitas strategi perusahaan dalam merespon faktor tersebut, dimana skor 5 (sangat bagus), skor 4 (bagus), skor 3 (diatas rata-rata), skor 2 (rata-rata), dan skor 1 (dibawah rata-rata).

4. Mengalikan bobot dari setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor bobotnya.

5. Menjumlahkan skor rata-rata untuk setiap variabel untuk menentukan skor bobot total untuk perusahaan.

Tabel 4 Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) Faktor-faktor strategi

eksternal Bobot (a) Rating (b) (axb) Skor Kekuatan Kekuatan 1 Kekuatan 2 Kekuatan 3 Kekuatan 4 0.0 sampai 1.0 1 sampai 5 1 sampai 5 1 sampai 5 1 sampai 5 Kelemahan Kelemahan 1 Kelemahan 2 Kelemahan 3 Kelemahan 4 1 sampai 5 1 sampai 5 1 sampai 5 1 sampai 5

Total 1,00 Minimal 1.00 Maksimal 4.00 Sumber: David 2009

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation) berguna dalam mengevaluasi dan meringkas semua informasi yang memungkinkan untuk penyusunan strategi. Perusahaan juga dapat melihat kecenderungan dan perubahan lingkungan yang memungkinkan terjadi. Analisis faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tabel 5 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Faktor-faktor strategi

eksternal Bobot (a) Rating (b) (axb) Skor Peluang Peluang 1 Peluang 2 Peluang 3 Peluang 4 0.0 sampai 1.0 1 sampai 5 1 sampai 5 1 sampai 5 1 sampai 5 Ancaman Ancaman 1 Ancaman 2 Ancaman 3 Ancaman 4 1 sampai 5 1 sampai 5 1 sampai 5 1 sampai 5

Total 1.00 Minimal 1.00 Maksimal 4.00 Sumber: David 2009

David (2009) menyatakan ada lima langkah dalam mengembangkan matriks EFE, yaitu:

1. Membuat daftar faktor eksternal utama yang terdiri dari peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan pada kolom 1.

2. Melakukan pembobotan pada setiap faktor dengan skor 0.0 (tidak penting) sampai dengan 1.0 (sangat penting). Bobot ini mengindikasikan signifikansi relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Bobot yang sesuai dengan dapat ditentukan dengan cara membandingkan pesaing yang berhasil dan yang tidak berhasil. Jumlah total seluruh bobot yang diberikan pada faktor tersebut haruslah sama dengan 1.0.

3. Memberi peringkat antara 1 sampai 5 pada setiap faktor eksternal utama untuk menunjukkan efektifitas strategi perusahaan dalam merespon faktor tersebut, dimana skor 5 (sangat bagus), skor 4 (bagus), skor 3 (diatas rata-rata), skor 2 (rata-rata), dan skor 1 (dibawah rata-rata).

4. Mengalikan bobot dari setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor bobotnya.

5. Menjumlahkan skor rata-rata untuk setiap variabel untuk menentukan skor bobot total untuk perusahaan

Matriks Internal Eksternal (IE)

Matriks IE memposisikan berbagai divisi dari suatu organisasi kedalam tampilan sembilan sel, seperti yang ditampilkan pada gambar 1 (David 2009):

S KO RBO B OT T O T AL E FE

SKOR BOBOT TOTAL IFE

Kuat Sedang Lemah

3.00-4.00 2.00-2.99 1.00-1.99 Tinggi I II III 3.00-4.00 Sedang IV V VI 2.00-2.99 Rendah VII VIII IX 1.00-1.99

Gambar 1Matriks Internal Eksternal Sumber: David 2009

Matriks IE ini menempatkan berbagai divisi dari organisasi dalam diagram skematis sehingga keduanya disebut matriks portofolio. Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis yang lebih detail.Ukuran dari setiap bobot menggambarkan presentase kontribusi penjualan dari setiap divisi dan presentase kontribusi laba dari setiap divisi dari matriks IE. Diagram dapat mengidentifikasi sembilan sel dimana dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama (Rangkuti 2013):

1. Growth Strategy (Strategi Pertumbuhan) merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1, 2, dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7 dan 8). Streteginya yaitu strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan produk) atau integratif (integrasi kedepan, integrasi ke belakang, dan integrasi horizontal). 2. Stability Strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah strategi

yang telah ditetapkan. Strategi yang paling banyak digunakan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

3. Retrenchment Strategy (sel 3, 6, dan 9) adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan.

Analisis Matriks SWOT

Matriks SWOT menurut Hubeis dan Najib (2014) adalah alat untuk mencocokkan faktor-faktor penting untuk membantu manajer dalam mengembangkan empat tipe strategi, yaitu strategi S-O (Strengths-Opportunities), strategi W-O (Weaknesses-Opportunities), strategi S-T (Strengths-Threats), dan strategi W-T (Weaknesses-Threats). Mencocokkan faktor-faktor internal dan eksternal adalah hal yang sulit dalam mengembangkan matriks SWOT untuk menentukan alternatif strategi terbaik. Hubeis dan Najib (2014) menerangkat matriks SWOT menggambarkan pilihan alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan, yaitu:

1. Strategi S-O (Strengths-Opportunities atau Kekuatan-Peluang) adalah strategi yang digunakan perusahaan dengan memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan berbagai peluang yang ada. 2. Strategi W-O (Weaknesses-Opportunities atau Kelemahan-Peluang) adalah

strategi yang digunaka perusahaan yang meminimalisir kelemahan yang ada untuk menfaatkan berbagai peluang. Terkadang perusahaan mengalami kesulitan untuk memanfaatkan peluang karena adanya kelemahan dari pihak internal.

3. Strategi S-T (Strengths-Threats atau Kekuatan-Ancaman) adalah strategi yang digunakan perusahaan dengan memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan untuk mengurangi berbagai ancaman yang mungkin ada di sekitar perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan yang hebat belum tentu mendapatkan ancaman dari pihak luar.

4. Strategi W-T (Weaknesses-Threats atau Kelemahan-Ancaman) adalah strategi untuk mengurangi kelemahan guna meminimalisir ancaman yang ada.

Gambar 2 Matriks SWOT Sumber: Rangkuti 2013

Ada delapan langkah dalam menentukan strategi yang bentuk melalui Matriks SWOT, yaitu:

1. Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan. 2. Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan. 3. Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan. 4. Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan.

5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasil strategi S-O dalam sel yang ditentukan.

6. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasil strategi S-T dalam sel yang ditentukan.

7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasil strategi S-T dalam sel yang ditentukan.

8. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasil strategi W-T dalam sel yang ditentukan.

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Strengths (S) Weaknesses (W)

Opportunities (O)

Strategi S-O

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

Strategi W-O Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

Threats (T)

Strategi S-T

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

Strategi W-T Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Baitul Maal wa Tanwil (BMT)

Pengertian BMT

BMT merupakan kepanjangan dari Baitul Maal wal Tanwil atau dapat di tulis dengan baitul maal wa baitul tanwil. Secara harfiah baitul maal berarti rumah dana dan dan baitul tanwil berarti rumah usaha. Fungsi dari baitul maal sebagai pengumpulan sekaligus mentasyarufkan dana sosial sedangkan baitul tanwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba. Secara definisi yang menyeluruh, BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan dalam kegiatan sosial. Sebagai lembaga sosial, badan Lembaga Amil Zakat (LAZ), pengumpulan dan penyaluran dana zakat, infaq, wakaf, dan shadaqoh, yang dikelola BMT mampu berperan secara professional. Untuk peran sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan-pinjam (Ridwan 2011).

Fungsi BMT

Menurut Ridwan (2004) dalam rangka mencapai tujuannya, BMT berfungsi:

1. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong, dan mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalatdan daerah kerja sekitar.

2. Meningkatkan kualitas SDM anggota dan kelompok anggota mualamatmenjadi lebih professional dan menahami ekonomi Islam sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global.

3. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota.

4. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara agniya sebagai shohibul maal dengan du’afa sebagai mudhorib, terutama untuk dana-dana sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah, dll.

5. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara pemilik dana (shohibul maal), baik sebagai pemodal maupun penyimpan dengan pengguna dana (mudhorib) untuk mengembangkan usaha produktif.

Prinsip Utama BMT

Ridwan (2004) menjelaskan ada tujuh prinsip yang harus menjadi dasar menjalankan usaha dibidang BMT, berikut penjelasannya:

1. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan mengimplementasikannya pada prinsip-prinsip syariah dan muamalah Islam ke dalam kehidupan nyata.

2. Keterpaduan, yakni nilai-nilai spiritual dan moral menggerakkan dan mengarahkan etika bisnis yang dinamis, proaktif, progresif adil, dan berakhlak mulia.

3. Kekeluargaan, yakni mnegutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Semua pengelola, pengurus, dan anggota harus dibangun rasa

Dokumen terkait