• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Individu

Bab ini mendeskripsikan profil rumah tangga petani padi sawah dan rumah tangga petani padi ladang di kabupaten karawang yang disurvey dalam penelitian ini. Sebagaimana yang telah dikemukakan, responden terdiri dari 120 responden suami dan istri yang terdiri dari 30 rumah tangga petani padi sawah dan 30 rumah tangga petani padi ladang.

Usia

Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41- 60) dan usia lanjut (>60). Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat dari Tabel 4 berikut. Tabel ini menjelaskan usia responden dalam penelitian ini. Responden rumah tangga petani padi sawah paling muda berusia 37 tahun untuk responden laki-laki dan 34 tahun untuk responden perempuan, usia yang paling tua yaitu 73 tahun untuk responden laki-laki dan 68 tahun untuk responden perempuan. Sedangkan rumah tangga petani padi ladang paling muda berusia 33 tahun untuk responden laki-laki dan 30 tahun untuk reponden perempuan, usia paling tua yaitu 80 tahun untuk responden laki-laki dan 68 tahun untuk responden perempuan.

Tabel 4 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia Kelompok

(umur)

Rumah tangga petani padi sawah Rumah tangga petani padi

ladang

Suami Istri Suami Istri

n (%) n (%) n (%) n (%)

18-40 3 10 8 27 6 20 11 36

41-60 25 84 21 70 18 60 16 54

> 61 2 6 1 3 6 20 3 10

Total 30 100 30 100 30 100 30 100

Persentase usia responden laki-laki dan perempuan terbanyak antara usia 41-60 tahun sebanyak 84% responden laki-laki dan 70% responden perempuan untuk rumahtanggga padi sawah. Sedangkan untuk padi ladang sebesar 60% responden laki-laki dan 54 responden perempuan yang terkelompok dalam ketegori dewasa madya. Tingginya partisipasi responden pada kategori ini sesuai dengan tugas salah satu perkembangan pada masa kini yaitu berusaha mencapai dan mempertahankan suatu tingkat kehidupan ekonomi, serta menstabilkan perekonomian rumah tangga melalui sektor usaha tersebut. Menurut ketentuan BPS (2009) ternyata persentase umur yang melebihi 61 tahun dalam rumah tangga petani padi sawah sebesar 6% dan 3% sedangkan dalam rumah tangga petani padi ladang sebesar 20% dan 10%. Keterlibatan kategori umur tersebut dikarenakan tidak memiliki keterampilan lainnya selain bertani.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yaitu jenjang terakhir sekolah formal responden yang pernah ditamatkan atau tidak tamat. Berdasarkan tabel terlihat bahwa persentase terbesar rumah tangga petani padi sawah 24% untuk responden laki-laki (suami) berpendidikan SMP dan 47% untuk responden perempuan (istri) berpendidikan SD. Persentase terendah responden tidak pernah mengikuti bangku pendidikan masing-masing 3% untuk responden laki-laki (suami) dan 3% untuk responden perempuan (istri). Sedangkan persentase terbesar rumah tangga petani padi ladang 50% untuk responden laki-laki (suami) berpendidikan SD dan 47% untuk responden perempuan (istri) berpendidikan SD. Persentase terendah responden tidak pernah mengenyam bangku pendidikan masing-masing 14% untuk responden laki-laki (suami) dan 34% untuk responden perempuan (istri).

Tabel 5 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan Rumah tangga petani

padi sawah

Rumah tangga petani padi ladang

Suami Istri Suami Istri

n (%) n (%) n (%) n (%) Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD SMP SMA Diploma Perguruan Tinggi Total 1 3 1 3 4 14 6 20 6 20 14 47 10 34 4 14 5 17 3 10 2 6 2 6 2 6 0 0 30 100 30 100 4 14 10 34 5 17 4 14 15 50 14 47 4 14 2 5 2 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30 100 30 100

Sumber: Data primer, diolah.

Tingkat pendidikan dalam pengambilan sampel dikategorikan menjadi tiga yaitu rendah untuk tidak sekolah atau tamat SD, sedang untuk tamat SMP atau sederajat, dan tinggi untuk tamat SMA atau sederajat dan perguruan tinggi. Berdasarkan Gambar 2 dapat terlihat bahwa persentase tingkat pendidikan petani padi sawah yang dikategorikan tinggi antara laki-laki (suami) dan perempuan

(istri) yakni masing-masing 26% dan 16%, sedangkan persentase tingkat pendidikan yang dikategorikan rendah, laki-laki memiliki persentase lebih kecil daripada perempuan. Persentase tingkat pendidikan petani padi ladang yang dikategorikan tinggi antara laki-laki (suami) dan perempuan (istri) yakni masing- masing 15% dan 0%, sedangkan persentase tingkat pendidikan yang dikategorikan rendah laki-laki memiliki persentase lebih kecil daripada perempuan.

Dari Gambar 2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan rumah tangga petani padi sawah baik suami maupun istri lebih baik daripada tingkat pendidikan rumah tangga petani padi ladang. Hal ini disebabkan karena daerah tempat tinggal petani padi sawah lebih mudah mendapatkan akses pendidikan dibandingkan dengan daerah tempat tinggal petani padi ladang. Selain itu dilihat dari gambar menunjukkan bahwa tingkat pendidikan perempuan rendah. Hal tersebut dikarenakan masih terdapat subordinasi yang memposisikan tingkat pendidikan formal perempuan lebih rendah dibanding laki-laki, terlihat dengan adanya pernyataan petani perempuan yang menegaskan bahwa perempuan tidak perlu menempuh pendidikan formal yang lebih tinggi karena tugas utama perempuan setelah menikah hanya mengurusi rumah tangga.

Gambar 2 Persentase tingkat pendidikan responden suami padi sawah (□) istri padi sawah (□) suami padi ladang (□) dan istri padi ladang (□)

Tingkat Pengalaman Bertani

Pada penelitian ini, tingkat pengalaman bertani yaitu banyaknya pengalaman bertani padi sawah maupun padi ladang dilihat dari lamanya (dalam tahun) mereka memulai memutuskan dan melaksanakan bertani. Tingkat pengalaman tersebut dikategorikan menjadi tiga yaitu rendah jika skornya < 17

tahun, sedang jika skornya berkisar antara ≥ 17 < 34 tahun dan tinggi jika skornya

≥ 34 ≤50 tahun. Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden rumah tangga petani padi sawah menempati kategori tingkat pengalaman bertani rendah 50%. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden perempuan (istri) memiliki tingkat pengalaman bertani yang masih rendah yakni sebesar 80%, sedangkan sebagian responden laki-laki memiliki tingkat pengalaman bertani sedang yakni 47%. Hal ini menunjukkan bahwa responden perempuan untuk rumah tangga petani padi lahan sawah lebih rendah daripada responden laki-laki (suami).

Tabel 6 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pengalaman bertani padi sawah dan padi ladang

Tingkat pengalaman bertani

Rumah tangga petani padi sawah

Rumah tangga petani padi ladang

Suami Istri Suami Istri

n (%) n (%) n (%) n (%)

Rendah 6 20 24 80 4 14 3 10

Sedang 14 47 5 17 16 54 19 63

Tinggi 10 33 1 3 10 3 8 27

Total 30 100 30 100 30 100 30 100

Sumber: Data primer, diolah.

Selain itu, dapat terlihat juga bahwa sebagian besar responden rumah tangga petani padi ladang menempati kategori tingkat pengalaman bertani sedang 58%. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden perempuan (istri) memiliki tingkat pengalaman bertani sedang yakni sebesar 63%. Hal ini menunjukkan bahwa responden suami maupun istri dalam bertani padi ladang memiliki tingkat pengalaman bertani yang hamper sama yakni peran keduannya berpengaruh terhadap usahatani padi ladang.

Motivasi Usaha

Berdasarkan Tabel 7 dibawah ini menyajikan data mengenai motivasi petani padi sawah maupun padi ladang. Motivasi usaha dilihat dari alasan yang mendorong petani dalam mengelola usahatani padi, dibedakan kedalam tiga kategori yakni rendah survival strategi yaitu strategi bertahan hidup, sedang jika motivasinya mencakup menyekolahkan anak, tinggi jika mencapai akumulasi untuk perkembangan usaha.

Tabel 7 Jumlah dan persentase responden menurut kombinasi motivasi usaha padi sawah dan padi ladang

Kombinasi motivasi usaha

Rumah tangga petani padi sawah

Rumah tangga petani padi ladang

Suami Istri Suami Istri

n (%) n (%) n (%) n (%) Pendapatan untuk bertahan hidup 10 34 8 27 18 59 16 34 Menyekolahkan anak 7 24 9 30 8 27 12 20 Mengembangkan usaha 13 44 13 43 4 14 2 6 Total n 30 100 30 100 30 100 30 100

Sumber: data primer, diolah.

Berdasarkan Tabel 7 memperlihatkan bahwa persentase mayoritas motivasi berusahatani yaitu untuk mengembangkan usaha bertaninya dengan membuka

atau membeli lahan sawah lainnya. Hal ini diduga sesuai dengan latar belakang usaha rumah tangga petani yakni usaha turun-temurun. Karena petani-petani sawah di daerah karawang orangtuanya memang sudah berdomisili lama dan berprofesi sebagai petani. Mayoritas persentase motivasi petani perempuan dan laki-laki yaitu mengembangkan usaha. Sedangkan untuk rumah tangga petani padi ladang terlihat bahwa persentase mayoritas motivasi berusahatani yaitu pendapatan untuk bertahan hidup dan pendapatan yang mencakup untuk kebutuhan. Hal ini diduga sesuai dengan latar belakang usaha rumah tangga petani tersebut yakni petani tergolong petani subsiten yang hanya mempunyai lahan sekitar < 0.5 ha. Lebih lanjut, mayoritas persentase motivasi petani perempuan dan laki-laki yaitu pendapatan untuk bertahan hidup.

Karakteristik Rumah Tangga

Karakteristik rumah tangga adalah identitas dan sumber daya yang dimiliki rumah tangga yang hidup bersama seatap dan sedapur, menyatu karena ikatan perkawinan dan kekerabatan. Karakteristiknya terdiri dari luas lahan yang digarap, status kepemilikan lahan, dan status ekonomi rumah tangga.

Luas Lahan yang Digarap

Luasan lahan yang digarap ialah besarnya lahan yang sedang digarap oleh petani saat ini. Luas lahan yaitu luas lahan (ha) yang digunakan untuk menanam padi sawah dan padi ladang. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha. Taraf hidup masyarakat petani pada umumnya rendah dan tergolong pada masyarakat miskin.

Lahan bagi masyarakat pedesaan sangatlah penting karena merupakan faktor produksi, sehingga lahan dapat menggambarkan keadaan sosial ekonomi penduduk desa. Peneliti mengkategorikan luas lahan menjadi tiga, yaitu menurut Sajogyo (1992) menyatakan bahwa dimana kategori luas lahan garapan sempit jika lahan yang dimilikinya < 0.5 ha (< 5 000 m2) sedangkan lahan sedang jika berada diantara 0.5 ha sampai 1 ha (5 000-10 000 m2) dan lahan luas jika memiliki >10 000 m2. Kepemilikan lahan menentukan status sosial seseorang. Petani dengan lahan garapan yang luas biasanya tingkat ekonominya lebih tinggi daripada petani yang berlahan sempit. Berikut persentase luasan lahan yang digarap oleh responden rumah tangga:

Gambar 3 Persentase luas lahan rumah tangga Gambar 4 Persentase luas lahan rumah petani padi sawah tahun 2013 tangga padi ladang tahun 2013

Berdasarkan Gambar 3 dan 4 diatas bahwa luas lahan dibagi menjadi dua yakni luas lahan petani untuk menanam padi sawah dan luas lahan petani untuk

menanam padi ladang. Luas lahan rumah tangga petani padi sawah yang digarap dapat digolongkan menjadi tiga yaitu petani yang menggarap lahan seluas < 0.5 ha disebut petani sempit sebanyak 8% dan petani padi sawah yang menggarap lahan seluas 0.5-1 ha disebut petani menengah sebanyak 16% dan petani padi sawah yang menggarap lahan seluas > 1 ha disebut petani besar sebanyak 76%. Sedangkan luas lahan rumah tangga padi ladang yang digarap yaitu petani yang menggarap lahan seluas < 0.5 ha sebanyak 40% dan petani menengah menggarap sebanyak 36% dan petani yang menggarap lahan seluas > 1 ha sebanyak 14%. Dapat disimpulkan bahwa luas lahan padi sawah yang digarap petani padi rata- rata sebesar > 1 ha, sedangkan luas lahan padi ladang yang digarap petani padi rata-rata sebesar < 0.5 ha sehingga petani padi sawah di Karawang dapat dikatakan tergolong petani besar dan untuk etani padi ladang di daerah Karawang dapat dikatakan tergolong petani sempit.

Status Kepemilikan Lahan

Selain luas lahan yang dimiliki oleh petani, pengelompokam petani juga dilakukan berdasarkan usaha yang mereka lakukan dalam pertanian. Petani di Indonesia dapat dikelompok menjadi tiga yaitu:

1. Petani pemilik adalah petani yang mempunyai hak atas lahan atau disewakan kepada orang lain dengan usaha tertentu. Pemilik lahan dalam penelitian ini bertempat tinggal di daerah karawang, bukan bertempat tinggal di luar karawang

2. Petani pemilik dan penggarap adalah petani yang mempunyai hak atas lahan sekaligus menggarap lahan sendiri

3. Petani penggarap adalah petani yang mengusahakan lahan orang lain atas dasar bagi hasil.

4. Buruh tani adalah orang menyewa tenaga kerja dibidang pertanian dalam usahanya mendapat upah.

Status kepemilikan lahan untuk 60 rumah tangga petani, masing-masing 30 rumah tangga petani padi sawah dan 30 rumah tangga petani padi ladang yang menjadi responden sampel di daerah Karawang kondisinya sangat beragam. Persentase tertinggi untuk padi sawah 40% berstatus pemilik, untuk padi ladang 60% berstatus penggarap dan persentase terendah untuk padi sawah 10% berstatus buruhtani, untuk padi ladang 0% berstatus pemilik dan penggarap. Berikut persentase status kepemilikan lahan responden sampel daerah Karawang.

Gambar 5 Persentase status kepemilikan lahan tahun 2013

Status kepemilikan lahan di rumah tangga petani padi sawah sampel hampir rata-rata sebagai pemilik dan pemilik sekaligus penggarap. Status petani pemilik

dikarenakan kebanyakan pemberian warisan dari orangtua yang dahulunya sudah memiliki hamparan lahan sawah yang luas. Sedangkan untuk status pemilik sekaligus penggarap biasanya petani menerapkan sistem bagi hasil antara pemilik dan penggarap. Sistem bagi hasil tergantung kesepakatan antara pemilik dan penggarap biasanya 1/8 atau 1/7 istilah disana satu ceblokan. Semua biaya produksi ditanggung pemilik lahan, buruhtani hanya modal tenaga saja. Hasil terkadang berbentuk uang kadang juga berbentuk gabah kering panen. Sedangkan status kepemilikan lahan di rumah rangga petani padi ladang rata-rata sebagai petani penggarap karena lahan yang mereka garap atau olah merupakan lahan yang dikuasai oleh perusahaan, mereka boleh memakai lahan tersebut tanpa harus membayar biaya sewa lahan kepada perusahaan yang mempunyai hak atas lahan tersebut.

Status Ekonomi Rumah tangga

Status ekonomi rumah tangga dalam penelitian ini digolongkan menjadi tiga pengukuran dilakukan dengan menghitung pendapatan rumah tangga per bulan, oleh karenanya rentang pengukuran disesuaikan yaitu tergolong sangat miskin jika pendapatan rumah tangga perbulan < Rp 1 068 000, miskin jika pendapatan rumah tangga per bulan ≥ Rp 1 068 000 < Rp 2 136 000 dan tidak miskin jika pendapatan rumah tangga per bulan ≥ Rp 2 136 000 dengan mengasumsikan rata-rata anggota rumah tangga sebanyak empat orang.

Tabel 8 Jumlah dan persentase responden menurut status ekonomi rumah tangga padi sawah dan padi ladang

Status ekonomi rumah tangga

Rumah tangga petani padi sawah

Rumah tangga petani padi ladang

Total n (%) n (%) n (%) < Rp 1 068 000 3 (10) 14 (47) 17 (28) ≥ Rp 1 068 000 < Rp 2 136 000 7 (24) 13 (43) 20 (34) ≥ Rp 2 136 000 20 (66) 3 (10) 23 (38) Total 30 (100) 30 (100) 60 (100)

Sumber: Data primer, diolah.

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa mayoritas status ekonomi rumah tangga padi sawah dan padi ladang tergolong tidak miskin. Mayoritas status ekonomi rumah tangga padi ladang menempati kategori sangat miskin yakni mencapai angka 47% sedangkan mayoritas rumah tangga petani padi sawah menempati kategori tidak miskin sebesar 66%.

Akses Kontrol Partisipasi dan Manfaat dari Pelaksanaan Usahatani Padi Sawah dan Padi Ladang

Akses Petani Padi Laki-laki dan Petani Perempuan

Berdasarkan Tabel 9 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden termasuk ke dalam kategori tingkat akses tinggi dalam melaksanakan kegiatan usahatani padi sawah yakni sebesar 68.3%. Sebagian besar persentase responden

perempuan maupun laki-laki masuk ke dalam tingkat akses tinggi, yakni sebesar 63.34% dan 73.4%.

Tabel 9 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat akses terhadap pelaksanaan usahatani padi sawah tahun 2013

Tingkat Akses Laki-laki perempuan Total

n (%) n (%) n (%)

Rendah 0 (0.0) 1 (3.4) 1 (1.7)

Sedang 8 (26.6) 10 (33.4) 18 (30.0)

Tinggi 22 (73.4) 19 (63.3) 41 (68.3)

Total n (%) 30 (100.0) 30 (100.0) 60 (100.0)

Sumber: Data primer, diolah.

Walaupun demikian, baik responden laki-laki maupun perempuan mengalami kemudahan dalam mendapatkan atau mengakses seluruh kegiatan dalam melaksanakan usahatani padi sawah tersebut. Berikut beberapa pernyataan dari beberapa responden:

“…. Pernah jang sasakali ibu mah mupuk, ngan teu sawios si bapak nu ….” M, perempuan, 46 tahun (pertanyaan tentang kesempatan dalam memupuk lahan padi sawah) artinya pernah dek ibu pupuk tapi enggak seseering yang dilakukin sama bapak

“…. Ahh da bapak mah sok ngilu wae jangmun aya kumpul

mah, asa daek daa . . . . R, 54 tahun) (pertanyaan tentang kesempatan dalam mengikuti pelatihan penyuluh) artinya ahh da bapak mah suka ikut-ikut dekk, kalau ada kumpul. Asa ada waktu mah kaalau enggk capek

Dari beberapa pertanyaan responden laki-laki dan perempuan tersebut menggambarkan kemudahan dalam melaksanakan usahatani padi sawah. Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa sebagian besar responden termasuk ke dalam kategori tingkat akses tinggi (68.3%) yakni dengan persentase responden perempuan (63.3%) maupun respoden laki-laki (73.4%) sama-sama masuk dalam kategori tinggi, makat tingkat kesetaraan akses dari komponen melaksanakan usahatani padi sawah dapat dikatakan setara.

Sedangkan untuk kasus padi ladang dapat diketahui bahwa sebagian besar respondenya termasuk ke dalam ketegori tingkat akses rendah dalam melaksanakan kegiatan usahatni padi ladang yakni sebesar 66.7%. Sebagian besar persentase responden perempuan maupun laki-laki dalam tingkat kategori akses rendah masing-masing yakni 63.3% dan 63.4%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam berusahatani padi ladang kesempatan atau peluang untuk mendapatkan sarana produksi masih sulit, karena letak lahan padi ladang yang jauh dengan pasar atau took-toko pertanian.

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat akses terhadap pelaksanaan usahatani padi ladang tahun 2013

Tingkat Akses Laki-laki Perempuan Total

n (%) n (%) n (%)

Rendah 19 (63.4) 21 (63.3) 40 (66.7)

Sedang 7 (23.4) 8 (26.7) 15 (25.0)

Tinggi 4 (3.2) 0 (0.0 4 (7.3)

Total n (%) 30 (100.0 30 (100.0) 60 (100.0)

Sumber: Data primer, diolah.

Penelitian tentang usahatani padi sawah dan padi ladang ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Arkayanti (2012) terkait tingkat akses terhadap usahatani bawang merah. Arkayanti (2012) menemukan dalam studinya bahwa persentase jumlah suami yang menyatakan akses terhadap faktor-faktor produksi lebih tinggi daripada istri. Akses suami pada lahan pertanian, saluran perairan, alat-alat pertanian, dan pupuk lebih tinggi karena memang laki-laki adalah pencari nafkah utama keluarga. Sedangkan istri juga memiliki akses dan bekerja akan tetapi bukan sebagai pencari nafkah utama melaikan hanya membantu menambah penghasilan keluarga.

Dalam hal pinjam-meminjam uang (kredit), persentase istri lebih rendah daripada suami hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dari pihak istri mengenai ketentuan pengajuan pinjaman dari bank. Berbeda dengan masalah tenaga kerja, persentase jumlah istri yang menyatakan akses terhadap tenaga kerja lebih tinggi daripada suami. Hal ini dikarenakan yang bertugas menyiapkan dan menyediakan makanan serta minuman untuk tenaga kerja adalah perempuan atau istri karena tugas tersebut berkaitan dengan peranan perempuan dalam pekerjaan domestik.

Kontrol Petani Padi Laki-laki dan Petani Perempuan

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa sebagian besar responden masuk ke dalam kategori tingkat kontrol rendah dan sedang, yakni sebesar 41.2%. Sebagian besar persentase responden perempuan ke dalam tingkat kontrol rendah yakni sebesar 70%, laki-laki termasuk ke dalam tingkat kontrol sedang yakni sebesar berapa 60%.

Tabel 11 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kontrol terhadap pelaksanaan usahatani padi sawah tahun 2013

Tingkat Kontrol Laki-laki Perempuan Total

n (%) n (%) n (%)

Rendah 4 (6.6) 21 (70.0) 25 (41.2)

Sedang 18 (60.0) 7 (23.4) 25 (41.2)

Tinggi 8 (13.4) 2 (6.6) 10 (7.6)

Total n (%) 30 (100.0) 30 (100.0) 60 (100.0)

Dari beberapa pertanyaan yang diajukan memang antara laki-laki dan perempuan dalam hal pengambilan kontrol terhadap usahatani padi sawah yang memegang peranan adalah laki-laki. Mereka menggangap bahwa laki-laki merupakan kepala rumah tangga yang wajib untuk menafkahi keluargannya. Berdasarkan Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat kesetaraan kontrol dari pelaksanaan usahatani padi dapat dikatakan tidak setara. Karena terdapat tingkatan perbedaan persentase laki-laki dan perempuan yakni perempuan mayoritas tingkat kontrol rendah sedangkan laki-laki mayoritas tingkat kontrol sedang.

Sedangkan untuk tingkat kontrol petani padi ladang diketahui bahwa sebagian besar responden masuk ke dalam kategori tingkat kontrol rendah, yakni sebesar 27%. Sebagian besar persentase responden perempuan termasuk kedalam kategori tingkat kontrol rendah, yakni sebesar 70% dan laki-laki termasuk ke dalam kategori tingkat kontrol sedang, yakni sebesar 53.4%.

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kontrol terhadap pelaksanaan usahatani padi ladang tahun 2013

Tingkat kontrol Laki-laki Perempuan Total

n (%) n (%) n (%)

Rendah 6 (20.0) 21 (70.0) 27 (45.0)

Sedang 16 (53.4) 9 (30.0) 25 (41.6)

Tinggi 8 (26.6) 0 (0.0) 8 (3.4)

Total n (%) 30 (100.0) 30 (100.0) 60 (100.0

Sumber: Data primer, diolah.

Berdasarkan Tabel 12 bahwa tingkat kesetaraan kontrol padi ladang dari pelaksanaan usahatani padi dapat dikatakan tidak setara. Karena mayoritas persentase tingkat kontrol pelaksanaan usahatani padi ladang antara laki-laki dan perempuan berbeda.

Kontrol atau pengambilan keputusan terhadap pelaksanaan usahatani padi sawah dan padi ladang masih didominasi oleh laki-laki dibanding dengan perempuan. Pengambilan keputusan dihubungkan dengan produksi, yang mencakup pembelian sarana produksi, pembelian alat-alat, penanaman modal, penggunaan tenaga buruh, penjualan hasil, dan cara penjualan. Penenlitian ini sejalan dengan yang pernah dilakukan oleh Yanita (2010) dalam studinya analisis gender pada agribisnis paprika, disana dijelaskan bahwa Pengambilan keputusan yang terjadi dalam rumah tangga petani bawang merah dilakukan atas dasar musyawarah atau hasil diskusi dari responden suami dan istri. Jadi pengambilan keputusan dilakukan bersama akan tetapi ada keputusan yang didominasi oleh suami ada juga yang didominasi oleh istri. Namun demikian, ada juga pengambilan keputusan dalam rumah tangga di mana suami dan istri mengambil keputusan sama besar atau seimbang. Menurut responden suami dan responden istri, pengambilan keputusan dalam pengelolaan usahatani bawang merah didominasi oleh suami.

Pengetahuan yang dimiliki oleh suami dalam hal pertanian lebih banyak daripada pengetahuan yang dimiliki oleh istri dikarenakan keterlibatan suami

dalam kegiatan kemasyarakatan, khususnya penyuluh pertanian dan kelompok tani. Sehingga suami mendominasi pengambilan keputusan di bidang produktif karena suami dianggap lebih mengetahui tentang proses penanaman bawang merah. Pengetahuan ini terutama dalam hal pembelian peralatan dan perlengkapan produksi, penentuan jenis dan jumlah pupuk, penentuan jarak tanam, penentuan waktu dan penjualan hasil panen.

Partisipasi Petani Padi Laki-laki dan Petani Perempuan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seagian besar responden rumah tangga padi sawah masuk ke dalam kategori sedang yakni sebesar 38.3%. Sebagian besar persentase responden perempuan ke dalam tingkat partisipasi rendah yakni sebesar 46.6%, laki-laki termasuk ke dalam tingkat partisipasi sedang yakni sebesar berapa 43.4%.

Tabel 13 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi terhadap pelaksanaan usahatani padi sawah tahun 2013

Tingkat Partisipasi Laki-laki Perempuan Total

n (%) n (%) n (%)

Rendah 7 (23.4) 14 (46.6) 21 (35.0)

Sedang 13 (43.4) 10 (33.4) 23 (38.3)

Tinggi 10 (33.3) 6 (20.0) 16 (26.7)

Total n (%) 30 (100.0) 30 (100.0) 60 (100.0)

Sumber: Data primer, diolah.

Berdasarkan Tabel tersebut dapat dijelaskan juga bahwa tingkat kesetaraan partisipasi dari pelaksanaan usahatani padi dapat dikatakan tidak setara. Karena terdapat tingkatan perbedaan persentase laki-laki dan perempuan yakni perempuan mayoritas tingkat partisipasi rendah sedangkan laki-laki mayoritas tingkat kontrol sedang. Tingkat partisipasi petani padi ladang diketahui bahwa sebagian besar

Dokumen terkait