• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis wilayah Kabupaten Karawang berada di bagian utara Provinsi Jawa Barat yang terletak antara 107002 - 107040’ Bujur Timut dan 5056 - 6034’ Lintang Selatan. Dengan luas wilayah 1 735.27 km2 atau 3.73% dari luas Provinsi Jawa Barat, Karawang merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan subur di Jawa Barat, sehingga sebagian besar lahannya digunakan pertanian. Suhu rata-rata di Kabupaten Karawang adalah 270C dengan kelembapan 80%. Kabupaten Karawang mempunyai batas wilayah secara administratif adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Subang

3. Sebelah tenggara berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

4. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor

5. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bekasi.

Pada tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Karawang mencapai 2 206 620 dengan kepadatan penduduk 1 250.36 per km2. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian. Secara administratif Kabupaten Karawang terbagi menjadi 30 kecamatan dengan jumlah desa 297 dan kelurahan 12. Luas wilayah Kabupaten Karawang 1 753.27 km2 175 327 hektar dengan kepadatan penduduk 1 248 jiwa tiap km2. Jumlah rumah tangga di Kabupaten Karawang pada tahun 2012 mencapai 591 898 rumah tangga. Berdasarkan sensus pertanian tahun 2003, banyaknya rumah tangga pertanian di Kabupaten Karawang adalah 133 292 rumah tangga yang terbagi menjadi rumah tangga palawija, padi, hortikultura, dan perkebunan, untuk rumah tangga padi sebanyak 90 792 rumah tangga.

Secara topogafi daerah Kabupaten Karawang termasuk daerah yang relatif datar dan rendah, wilayah ini termasuk daerah dataran yang relatif rendah di mana mempunyai variasi ketinggian wilayah antara 0 – 1279 m di atas permukaan laut dengan kemiringan wilayah 0 – 20, 2 – 150, 15 – 400, dan diatas 400. Karawang Utara dan Tengah didominasi oleh dataran rendah yang merupakan daerah

pemukiman dan persawahan yang telah dilengkapi dengan pengairan dan sistem irigasi teknis. Sedangkan bagian selatan merupakan daerah yang banyak dijumpai perbukitan dengan ketinggian 100-250 meter dpl. Karena itu, daerah karawang sebelah selatan merupakan daerah pengembangan komoditas perkebunan dan kehutanan. Keragaman kemiringan berkisar 0-40%, dengan tingkat kemiringan datar mendominasi sebagian besar wilayah Kabupaten karawang. Sekitar 94% memiliki tingkat kemiringan lereng maksimum 8% dan 83% berkisar pada kisaran lereng 0-3%. Kabupaten Karawang memiliki rata-rata hujan 163.35 mm/bulan dan jumlah hari hujan 6.97 per bulan.

Kondisi Pertanian Kabupaten Karawang

Sebagai salah satu sentra beras nasional, mata pencaharian penduduk di Kabupaten Karawang bergerak dibidang pertanian, khususnya tanaman pangan yaitu padi. Sebesar 11% dari total keseluruhan mata pencaharian penduduk di Kabupaten Karawang adalah bercocok tanam. Mata pencaharian penduduk Kabupaten Karawang dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini:

Tabel 2 Mata pencaharian penduduk Kabupaten Karawang

Sumber: Badan Pusat Statistik, Kabupaten Karawang (2011).

Potensi suaatu daerah dapat dilihat dari pola penggunaan lahan yang didaerah penelitian. Pola pengggunaan lahan juga dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi dari masyarakatnya. Penggunaan lahan di Kabupaten Karawang dapat dibedakan menjadi lahan sawah dan lahan kering, dimana lahan sawah dibedakan menjadi lahan berpengairan teknis, setengah teknis dan berpengairan sederhana. Sedangkan untuk lahan kering terdiri dari lahan untuk bangunan dan halaman sekitarnya, tegal/kebun/ladang/huma, padang rumput, tambak, kolam/tebet/empang, lahan yang sementara tidak diusahakan, lahan untuk tanaman kayu-kayuan dan perkebunan negara/swasta. Luas seluruh lahan di Kabupaten Karawang adalah 175 327 ha dengan perincian sebagai berikut; lahan sawah seluas 97 529 ha dan lahan kering seluas 77 798 ha. Dari jumlah tersebut sebesar 28.33% digunakan untuk bangunan dan halaman sekitarnya. Penggunaan lahan di Kabupaten Karawang dapat dilihat pada Tabel 3.

Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Pertanian 174 520 11

Perdagangan 291 092 19

Industri 186 023 12

Seluruh lapangan usaha 880 087 58

Tabel 3 Penggunaan lahan di Kabupaten Karawang tahun 2012

Penggunaan lahan Luas (ha)

Lahan sawah

Irigasi teknis 80 513

Irigasi ½ teknis 3 709

Irigasi sederhana 2 687

Tadah hujan 3 017

Lahan bukan sawah

Tegal/kebun 9 039

Ladang/huma 1 835

Sementara tidak diusahakan 195

Hutan rakyat 4 705

Tambak 9 180

Kolam/empang/tebat 438

Perkebunan 470

Lain-lain 14 461

Lahan bukan pertanian

Pekarangan/lahan untuk bangunan 23 498

Padang rumput 100

Rawa-rawa 176

Total 154 023

Dinas: Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Kab. Karawang tahun 2012.

Tabel 3 menyajikan luas penggunaan lahan sesuai dengan fungsi lahan tahun 2011. Dapat dilihat bahwa luas lahan sawah masih mendominasi sehingga mayoritas lahan yang digunakan untuk pertanian. Karena itu, banyak penduduk di Kabupaten Karawang yang bekerja di bidang pertanian 60%. Sedangkan lahan untuk padi non sawah tidak terlalu luas, namun dari sisi pemberian teknologi, lahan sawah banyak mendapat teknologi atau inovasi daripada lahan non sawah.

Gambaran Umum Usahatani Padi

Teknik cocok tanam yang dibahas adalah cocok tanam padi sawah karena padi merupakan tanaman pertanian utama pada lahan sawah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam budidaya tanaman padi sawah. Rangkaian kegiatan dimulai dari penyemaian, pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan dan penyulaman dan kegiatan akhir pemanenan. Secara umum, teknik budidaya padi sawah yang dilakukan oleh petani daerah responden adalah sama.

Usahatani Padi Sawah

1. Penyemaian

Penyemaian dilakukan selama 25 hari sebelum masa tanam. Penyemaian merupakan tindakan menebar benih padi untuk keperluan penanaman dilahan yang telah dipersiapkan. Tindakan ini dapat dilakukan petani sebelum mulai

mengolah sawah, dengan mengambil sebagian dari lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanam, hal ini dilakukan agar memudahkan memindahan bibit dan tetap segar. Cara pengolahan tanah untuk keperluan penyemaian sama dengan pengolahan tanah sawah yang akan ditanami. Sebagai langkah awal, tanah diolah sampai keadaannya seperti lahan yang siap ditanami. Langkah selanjutnya benih disebar pada lahan yang telah disiapkan.

2. Pengolahan lahan

Persiapan dan pengolahan lahan terdiri dari beberapa tahapan, antara lain: pembersihan, pencangkulan, pembajakan, dan perataan. Pada tahap pembersihan, pembersihan galengan sawah dan saluran air atau parit. Galengan sawah dibersihkan dari rerumputan, diperbaiki, dan dibuat agak tinggi. Saluran air atau parit yang menuju ke sawah dibersihkan agar dapat memperlancar arus air serta menekan jumlah biji gulma yang terbawa masuk ke dalam petakan. Setelah pembersihan selesai, dilanjutkan dengan pencangkulan, yaitu dengan memperbaiki pematang serta mencangkul sudut-sudut petak sawah yang sulit dikerjakan oleh bajak dan untuk memperlancar pekerjaan bajak atau traktor. Setelah pencangkulan selesai, maka dilanjutkan dengan pembajakan. Proses ini petani bisa menyewa traktor bagi yang belum mempunyai traktor untuk mempercepat pengerjaan. Tiap hektar lahan, petani membayar sewa antara Rp 500 000 - Rp 700 000. Setelah pembajakan selesai, maka tanah kemudian diratakan dan diberi tanda garis-garis untuk tempat menanam benih padi saat penanaman.

3. Penanaman

Penanaman bisa dilakukan setelah benih disemai 20 - 30 hari. Proses penanaman biasa disebut tandur. Petani padi sawah di Kabupaten Karawang melakukan penanaman dengan sistem borongan, biaya tergantung jarak tanam yang diinginkan petani. Jika jarak tanam biasa, yakni 25 cm x 25 cm biaya yang dikeluarkan adalah Rp 500 000 - Rp 650 000, sedangkan jika jarak tanamnya menggunakan sistem legowo, maka biaya mencapai Rp 700 000 per hektar lahannya. Meskipun secara teori sistem tanam secara legowo dapat menghasilkan produksi lebih tinggi, tetapi petani di Kabupaten Karawang lebih sering menggunakan sistem dengan jarak tanam biasa.

4. Pemupukan

Pemupukan dilakukan untuk menyediakan nutrisi untuk tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Secara umum, ada tiga jenis pupuk yang dipakai oleh petani yaitu pupuk urea, pupuk SP-36, dan pupuk majemuk (NPK). Pupuk jenis KCI sangat jarang diaplikasikan petani ke sawah mereka.

5. Penyiangan dan penyulaman

Penyiangan bertujuan untuk membersihkan padi dari tanaman gulma, sedangkan penyulaman bertujuan untuk mengganti benih padi yang mati setelah ditanam. Petani umumnya tidak mengeluarkan biaya untuk melakukan peyiangan dan peyulaman. Hal itu dikarenakan buruh tani yang memanen padi tersebutlah yang akan melakukan penyiangan, dengan konsekuensi pemanenan tidak boleh dilakukan oleh buruh tani lain. Intensitas kegiatan penyulaman dilakukan sebanyak satu sampai duakali tergantung banyak sedikitnya gulma yang tumbuh. 6. Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan 6-10 kali. Hama yang sering menyerang yaitu wereng, penggerek batang, dan siput. Penyemprotan hama yang sering ditemukan menyerang tanaman padi sawah adalah penggerek batang padi,

walang sangit, wereng dan belalang. Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan para petani adalah dengan menggunakan pestisida untuk lahan seluas satu hektar petani hanya membutuhkan dua orang tenaga kerja dan dalam waktu satu hari pemyemprotan tersebut dapat diselesaikan

7. Panen

Panen hasil padi yang berkualitas tidak hanya diperoleh dari penanganan budidaya yang baik saja, tetapi juga didukung oleh penanganan panennnya. Waktu yang tepat untuk memungut hasil ditetapkan oleh kadar air yang dikandung oleh butir-butir yang terdapat pada bulir. Kadar air yang dikandung oleh butir gabah yang terdapat pada bulir di waktu pemungutan hasil umumnya sekitar 26%. Untuk keperluan pengukuran tersebut petani tidak mempunyai alat atau kemampuan mengetahui secara pasti kapan waktu untuk memetik hasil produksinya.

Usahatani Padi Ladang

Usahatani padi ladang dilakukan sekali sampai dua kali dalam setahun. Kegiatan berusahatani padi ladang Kabupaten Karawang dilakukan mulai dari kegiatan persiapan lahan dengan mengolah lahan pada saat datangnya musim hujan antara bulan Oktober atau November tergantung perkiraan petani berdasarkan pengalamannya sampai dengan masa panen sekitar bulan Maret atau April. Kegiatan berusahatani padi ladang umumnya dilakukan dengan sistem tumpangsari atau monokultur.

Varietas tanaman padi ladang yang digunakan petani adalah kebanyakan jenis situbageuntis dan kadang-kadang juga petani menggunakan jenis ciherang yang sebenarnya merupakan varietas padi sawah. Berdasarkan pengalaman petani, varietas jenis dapat menghasilkan produksi yang lebih tinggi jika ditanam di lahan kering daripada varietas lainnya. Dan jenis ciherang juga dianggap sesuai dengan kondisi tanah dan iklim di Kabupaten Karawang oleh petani.

1. Pengolahan lahan

Penentuan waktu yang paling tepat untuk mengolah tanah dilakukan petani berdasarkan pengalaman dari masa tanam sebelumnya. Berdasarkan pengalaman tersebut jika petani memperkirakan bahwa musim hujan akan berlangsung secara merata pada bulan tertentu, maka sekitar dua minggu hingga satu bulan sebelum bulan tersebut merupakan saat yang paling tepat untuk melakukan pengolahan lahan. Pengolahan tanah dilakukan petani padi responden dengan cara mencangkul dan menggunakan hewan ternak. Selain itu, tidak ada petani responden padi ladang yang menggunakan traktor atau mesin pembajak karena biaya penggunaan mesin traktor yang sangat tinggi. Penggunaan hewan ternak dan mencangkul menggunakan tenaga kerja dalam dan luar keluarga. Pada pengolahan pertama mencangkul atau menggunakan hewan ternak sedemikian serupa sehingga tanahnya terbalik, yaitu yang semula bagian tanah diatas atau permukaan menjadi di bagian bawah dan sebaliknya yang semula tanah dibagian bawah menjadi berada dibagian atas. Pengolahan ini dimaksudkan untuk mematikan dan membusukkan rerumputan yang semula terdapat di permukaan tanah dan kemudian akan terbenam ke bagian bawah tanah. Pembalikan tanah bagian bawah ke atas bertujuan untuk menyejukkan tanah memberikan kesempatan bagi tanah untuk melepaskan racun-racun yang sangat mungkin terbentuk dalam tanah. Keadaan ini dibiarkan selama dua minggu rerumputan yang terbenam dianggap

sudah membusuk atau melapuk dan racun-racun yang ada sudah menguap ke udara.

Pengolahan kedua merupakan penyisiran tanah yaitu mengusahakan agar tanah yang sebelumnya merupakan bongkahan atau gumpalan-gumpalan besar dipecahkan dan diremukkan hingga sekecil-kecilnya. Bagian atas tanah juga diolah dengan mengunakan garpu atau garu sehingga lahan yang akan ditanam padi akan menjadi datar. Kemudian sekitar dua minggu setelah pengolahan kedua, dilakukan pengolahan ketiga yaitu kegiatan mencangkul tanah yang sebelumnya telah diremukkan dan diratakan pada pengolahan pertama dan kedua.

Pengolahan ketiga ini dilakukan sedemikian rupa sehingga arah dari pembajakan tanah pertama membentuk siku dengan arah dari pembajakan tanah kedua. Kemudian pada tahap pengolahan ini juga diusahakan sedimikian rupa sehingga bagian tengah dari lahan yang diolah sedikit lebih tinggi daripada bagian pinggir lahan dengan maksud agar bagian tengah lahan tidak tergenang air jika hujan turun secara berlebihan tetapi akan mengalir ke bagian pinggir lahan, sebab walaupun padi ladang sangat bergantung pada air hujan pada pertumbuhannya namun air yang berlebihan juga akan menyebabkan kerusakan pada pertumbuhan padi ladang. Untuk lahan yang permukaannya miring, terutama pada daerah berbukit, lahan dibuat terasering untuk mencegah pengendapan air dan membentuk parit-parit untuk mencegah erosi agar kesuburan tanah tetap terjaga. Biaya upah yang berlaku secara umum bagi para buruh tani untuk proses pengolahan lahan Rp 20 000 per hari dengan jam kerja selama 6 jam.

2. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan menggunakan alat tugal (aseuk) yang terbuat dari kayu untuk membuat lubang-lubang tanam pada kedalaman sekitar 2 - 5 cm pada lahan yang sebelumnya sudah diolah terlebih dahulu, kemudian ke dalam lubang dimasukkan sekitar 5 - 7 butir padi jenis Ciherang atau situbageuntis dengan jarak tanam pada umumnya kira-kira 20 cm x 20 cm hingga 30 cm x 30 cm. Setelah bulir ditugalkan ke dalam tiap-tiap lubang tanam kemudian ditutup kembali dengan maksud agar built yang ditugalkan tidak diganggu oleh burung atau binatang-binatang perusak atau pemakan bulir lainnya. Kebutuhan benih per hektar padi ladang yaitu 50-100 kg.

3. Pemupukan

Ketersediaan pupuk bagi petani menyebabkan penggunaan pupuk yang tidak optinal karena tidak sesuai dengan dosis pupuk ideal, bahkan sebagian besar petani tidak menggunakan pupuk sama sekali. Petani hanya memupuk 50-100 kg per hektar lahannya. Pemupukan dilakukan dua kali, yaitu pada saat umur padi 15 hari dan 45 hari.

4. Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit untuk padi ladang di Kabupaten Karawang hanya sebagai pencegahan. Hama yang biasa menyerang yaitu wereng dan keong, hal itu bisa diatasi dan dicegah dengan penyemprotan pestisida jenis insektisida, yang bisa dengan mudah didapatkan di kios tani terdekat. Hama keong yang sebenarnya sangat sulit untuk dihilangkan karena hama ini menyerang padi yang masih berusia muda dan menyerang pada saat malam hari. Pengendalian hama padi ladang yang menyita waktu dan biaya adalah untuk mengendalikan gulma (penyiangan). Petani harus melakukan sesering mungkin penyiangan terutama

awal masa penanaman, agar pertumbuhan gulma tidak menghambat pertumbuhan padi yang baru ditanam.

5. Panen

Umur panen bervariasi tergantung dari varietas dan lingkungan tumbuh. Panen sebaiknya dilakukan pada fase masak panen yang dicirikan dengan warna gabah yang sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga). Perontokan hasil panen biasanya petani disana masih tradisional yaitu perontokan menggunakan pengebotan (memukul-mukul batang padi pada papan). Cara ini sebenarnya akan mengakibatkan pengurangan hasil cukup besar.

Dokumen terkait