• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Gender dan Keseteraan Gender pada Usahatani Padi Sawah dan Padi Ladang di Kabupaten Karawang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Gender dan Keseteraan Gender pada Usahatani Padi Sawah dan Padi Ladang di Kabupaten Karawang"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

KABUPATEN KARAWANG

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Gender dan Kesetaraan Gender pada Usahatani Padi Sawah dan Padi Ladang di Kabupaten Karawang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Nurjaman

(4)

Sawah dan Padi Ladang di Kabupaten Karawang. Dibimbing oleh SITI JAHROH

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan, peranan perempuan, dan indeks kesetaraan dan keadilan gender (IKKG), (2) menganalisis hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat akses, kontrol, partisipasi dan manfaat dari pelaksanaan usahatani padi sawah dan padi ladang, (3) menganalisis hubungan antara karakteristik rumah tangga dengan tingkat akses, kontrol, partisipasi dan manfaat dari pelaksanaan usahatani padi sawah dan padi ladang. Penelitian ini dilakukan bulan April 2013 dengan 120 responden petani yang berlokasi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, tabulasi silang, IKKG dan uji Spearman. Penelitian ini menunjukkan bahwa pembagian kerja dalam kegiatan usahatani untuk padi sawah masih didominasi oleh laki-laki sedangkan untuk padi ladang pembagian kerjanya seimbang. Selain itu, peranan perempuan dalam padi sawah dan padi ladang pada tahapan kegiatan penanaman, penyiangan dan penyulaman memiliki peranan yang sama karena ketiga tahapan kegiatan tersebut masih tergolong kegiatan ringan. IKKG menjelaskan tingkat pendidikan responden, jumlah tenaga kerja yang digunakan dan pola pengambilan keputusan dalam usahatani. Hasil uji Spearman untuk karakteristik individu padi sawah berhubungan dengan tingkat akses laki dan perempuan, tingkat kontrol laki-laki, manfaat laki-laki. Karakteristik individu padi ladang berhubungan signifikan dengan tingkat akses laki-laki dan perempuan, tingkat kontrol laki-laki dan perempuan, manfaat perempuan. Namun, karakteristik rumah tangga padi sawah dan padi ladang tidak berhubungan dengan tingkat akses, kontrol, partisipasi dan manfaat.

Kata Kunci: perempuan dan laki-laki, analisis deskriptif, IKKG, uji Spearman, bias gender

ABSTRACT

NURJAMAN. Gender Analysis and Gender Equality in Irrigated Rice Farming and Rainfed Rice Farming in the District Karawang. Supervised by SITI JAHROH

(5)

replanting activities both irrigated and rainfed rice farming. IKKG explains the level of respondent educations, total labor and the decision-making in rice farming. The Spearman test showed that the individual characteristics were correlated significantly with the access level of men and women, control level of women and benefits of men in the case irrigated rice farming. In terms of rainfed rice farming, individual characteristics were correlated significantly with the access level of men and women, control level of men and women and benefits of women. However, the household characteristics were not correlated significantly with the level of access, control, participation and benefits in both irrigated and rainfed rice farming.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

NURJAMAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

ANALISIS GENDER DAN KESETERAAN GENDER PADA

USAHATANI PADI SAWAH DAN PADI LADANG DI

(8)
(9)
(10)

Judul Skripsi : Analisis Gender dan Keseteraan Gender pada Usahatani Padi Sawah dan Padi Ladang di Kabupaten Karawang

Nama : Nurjaman

NIM : H34090044

Disetujui oleh

Siti Jahroh, PhD Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(11)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah gender usahatani, dengan judul Analisis Gender dan Kesetaraan Gender pada Usahatani Padi Sawah dan Padi Ladang di Kabupaten Karawang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Siti Jahroh, PhD selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membimbing dalam proses penelitian ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ir. Zainal M dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang dan Ir Kadarisman selaku Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kelautan, Ibu Encih beserta staf Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kelautan, serta Bapak Husen beserta staf penyuluh pertanian, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Perkembangan Penelitian Gender di Indonesia 7

Tinjauan Empiris Penelitian Gender 8

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Pengertian Rumah Tangga Pertanian 10

Gender dan Kesetaraan Gender 10

Peranan Gender 11

Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender 12

Analisis Gender 13

Teknik Penelitian Gender 14

Pembagian Pekerjaan dalam Rumah Tangga Petani 14

Pola Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga 15

Akses dan Kontrol terhadap Sumber Daya Manfaat 16

Kerangka Pemikiran Operasional 17

Hipotesis Penelitian 19

Definisi Operasional 19

METODE PENELITIAN 21

Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Jenis dan Sumber Data 21

Metode Penelitian Data 21

Analisis Data 22

Analisis Deskriptif 22

Analisis Kuantitatif 22

Analisis Korelasi 23

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24

Kondisi Pertanian Kabupaten Karawang 25

Gambara Umum Usahatani Padi 26

(13)

Usia 30

Tingkat Pendidikan 31

Tingkat Pengalaman Bertani 32

Motivasi Usaha 33

Karakteristik Rumah Tangga 34

Luas Lahan yang Digarap 34

Status Kepemilikan Lahan 35

Status Ekonomi Rumah Tangga 36

Akses Kontrol Partisipasi dan Manfaat dari Pelaksanaan Usahatani Padi

Sawah dan Padi Ladang 36

Akses Petani Padi Laki-laki dan Petani Perempuan 36

Kontrol Petani Padi Laki-laki dan Petani Perempuan 38

Partisipasi Petani Padi Laki-laki dan Petani Perempuan 40

Manfaat Petani padi Laki-laki dan Petani Perempuan 41

Pembagian Kerja antara Laki-laki dan Perempuan dalam Kegiatan

Usahatani Padi Sawah dan Padi Ladang 42

Peranan Perempuan dalam Usahatani Padi Sawah dan Padi Ladang 45

Indeks Kesetaraan dan Keadilan Gender 48

Analisis Gender dalam Usahatani Padi Sawah dan Padi Ladang di

Kabupaten Karawang 53

Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keseteraan dan Keadilan

Gender Padi Sawah 53

Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Keseteraan dan Keadilan

Gender Padi Ladang 57

Hubungan antara Karakteristik Rumah Tangga dengan Keseteraan dan

Keadilan Gender Padi Sawah 60

Hubungan antara Karakteristik Rumah Tangga dengan Keseteraan dan

Keadilan Gender Padi Ladang 62

Keberhasilan Usahatani Padi Sawah dan Padi Ladang 64

SIMPULAN DAN SARAN 65

Simpulan 65

Saran 66

DAFTAR PUSTAKA 67

LAMPIRAN 69

(14)

DAFTAR TABEL

1 Data luas lahan sawah dan ladang hasil metode cluster 22

2 Mata pencaharian penduduk Kabupaten Karawang 25

3 Penggunaan lahan di Kabupaten Karawang tahun 2012 26

4 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia 31

5 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan 30 6 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pengalaman bertani

padi sawah dan padi ladang 33

7 Jumlah dan persentase responden menurut kombinasi motivasi usaha

padi sawah dan padi ladang 33

8 Jumlah dan persentase responden menurut status ekonomi rumah tangga

padi sawah dan padi ladang 36

9 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat akses terhadap

pelaksanaan usahatani padi sawah tahun 2013 37

10 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat akses terhadap

pelaksanaan usahatani padi ladang tahun 2013 38

11 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kontrol

terhadap pelaksanaan usahatani padi sawah tahun 2013 38

12 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kontrol terhadap

pelaksanaan usahatani padi ladang tahun 2013 39

13 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi

terhadap pelaksanaan usahatani padi sawah tahun 2013 40

14 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi

terhadap pelaksanaan usahatani padi ladang tahun 2013 40

15 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat menikmati

manfaat terhadap pelaksanaan usahatani padi sawah tahun 2013 41 16 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat menikmati

manfaat terhadap pelaksanaan usahatani padi ladang tahun 2013 41 17 Pembagian kerja usahatani padi sawah pada musim tanam pertama

di Desa Tegalsari dan Desa Pagadungan tahun 2013 43

18 Pembagian kerja usahatani padi ladang pada musim pertama

di Desa Mulyasejati dan Desa Tamanmekar tahun 2013 44

19 Pengambilan keputusan dalam berbagai tahapan kegiatan produksi

usahatani padi 48

20 Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan responden rumah tangga petani

pada berbagai tahap pekerjaan 49

21 Besarnya IKKG tingkat pendidikan responden 51

22 Besarnya IKKG jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan responden

pada berbagai jenis pekerjaan 52

23 Besarnya IKKG proses pengambilan keputusan dalam berbagai

kegiatan usahatani 52

24 Persentase responden menurut karakteristik individu dengan tingkat

akses dan kontrol padi sawah tahun 2013 54

25 Persentase responden menurut karakteristik individu dengan tingkat

akses dan kontrol padi ladang tahun 2013 57

(15)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran operasional 18

2 Persentase tingkat pendidikan responden 32

3 Persentase luas lahan rumah tangga petani padi sawah tahun 2013 34 4 Persentase luas lahan rumah tangga petani padi ladang tahun 2013 34

5 Persentase status kepemilikan lahan tahun 2013 35

DAFTAR LAMPIRAN

1 Persentase responden menurut karakteristik individu dengan tingkat

partisipasi dan manfaat padi sawah tahun 2013 69

2 Persentase responden menurut karakteristik individu dengan tingkat

partisipasi dan manfaat padi ladang tahun 2013 69

3 Persentase responden menurut karakteristik rumah tangga dengan tingkat

partisipasi dan manfaat padi sawah tahun 2013 70

4 Persentase responden menurut karakteristik rumah tangga dengan tingkat

partisipasi dan manfaat padi ladang tahun 2013 70

5 Perbandingan peranan wanita dalam tahapan usahatani rumah tangga padi

sawah dan padi ladang tahun 2013 71

6 Hasil uji Spearmanantara karakteristik individu padi sawah dengan

keseteraan dan keadilan gender 71

7 Hasil uji Spearman antara karakteristik individu padi sawah dengan

keseteraan dan keadilan gender 72

8 Hasil uji Spearmanantara karakteristik individu padi ladang dengan

keseteraan dan keadilan gender 72

9 Hasil uji Spearmanantara karakteristik individu padi ladang dengan

keseteraan dan keadilan gender 73

10 Hasil uji Spearmanantara karakteristik rumah tangga padi sawah dengan

keseteraan dan keadilan gender 73

11 Hasil uji Spearmanantara karakteristik rumah tangga padi sawah dengan

keseteraan dan keadilan gender 74

12 Hasil uji Spearmanantara karakteristik rumah tangga padi ladang dengan

keseteraan dan keadilan gender 74

13 Hasil uji Spearman antara karakteristik rumah tangga padi ladang dengan

keseteraan dan keadilan gender 75

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam perjalanan sejarah pembangunan pertanian di Indonesia, sumber daya manusia (SDM) laki-laki dan perempuan dinyatakan sebagai sumber daya insani pembangunan yang partisipasinya sangat diharapkan untuk mewujudkan kesejahteraan rumah tangga pertanian di pedesaan. Namun demikian, sejarah juga mencatat bahwa kebijakan pembangunan pertanian yang selama ini dinyatakan bersifat netral, tetapi dalam implementasinya sering terjadi ketimpangan gender yang selanjutnya mengarah kepada ketidakadilan gender. Ketimpangan gender mengacu pada keadaan di mana salah satu pihak antara laki-laki dan perempuan lebih baik kondisinya dibandingkan pihak lainnya. Ketidakadilan gender mengacu kepada situasi di mana salah satu pihak gender telah dirugikan. Sebagai contoh ialah kondisi tingkat pendidikan kepala rumah tangga yang berusaha di bidang pertanian rata-rata pendidikan mereka masih rendah, tetapi persentase tingkat pendidikan perempuan yang rendah lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.

Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani di daerah pedesaan. Perempuan jarang sekali dilibatkan dalam program pembangunan pertanian yang mengarah kepada pengurangan kemiskinan, perluasan kesempatan sosial, dan memberikan sumbangan kepada kinerja ekonomi. Selain itu, kondisi kehidupan petani di pedesaan mempunyai beberapa permasalahan seperti tingkat pendidikan rendah, tingkat keterampilan masih terbatas, tingkat pendapatan rendah, dan adanya sikap mental yang kurang mendukung dan masalah-masalah lainnya. Permasalahan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat petani pedesaan yang satu sama lain saling terkait.

Permasalahan kondisi di daerah pedesaan melibatkan partisipasi perempuan dalam pembangunan pertanian mutlak sangat diperlukan, karena sebagai modal dasar pembangunan. “Untuk mensejajarkan tenaga kerja perempuan dalam konsep-konsep kerja bukan semata-mata masalah mengejar kepentingan dari segi ekonomis atau peningkatan pendapatan, akan tetapi untuk bertujuan untuk meningkatkan partisipasi atau peranan perempuan dalam masyarakat” (Listiani 2002). Perempuan pada dasarnya dalam rumah tangga sering sekali berperan ganda. Hal itu dicerminkan oleh perannya sebagai ibu rumah tangga, yang melakukan pekerjaan rumah tangga, mengurus dan membimbing anak, mengurus suami, serta pekerjaan produktif yang tidak langsung mendapatkan pendapatan karena pekerjaan tersebut memungkinkan anggota keluarga lainnya untuk mendapatkan penghasilan secara langsung. Peranan kedua adalah sebagai pencari nafkah pokok atau tambahan untuk kebutuhan rumah tangga keluarga. Peranan ganda tersebut berlaku juga terhadap rumah tangga pada pelaksanaan usahatani padi.

(17)

karena tuntutan ekonomi seperti status ekonomi rumah tangga petani dan luas lahan yang digarap oleh rumah tangga petani sehingga menyebabkan penghasilan rumah tangga petani yang tidak sesuai dengan kebutuhan sehari-hari. Kondisi perekonomian keluarga yang lemah dan serba kekurangan memaksa perempuan ikut bekerja membantu suaminya dalam rangka mendapatkan penghasilan.

“Mengingat mayoritas mata pencaharian penduduk desa adalah bertani maka kebanyakan perempuan yang ikut bekerja membantu suaminya pada akhirnya bekerja pula di bidang pertanian” (Komariyah 2003:1).

Pelaksanaan usahatani padi yang melibatkan berbagai aktivitas dari persiapan lahan sampai dengan kegiatan pasca panen sangat berpotensi terjadinya bias gender. Pada berbagai kegiatan usahatani mungkin mengharuskan perempuan diberikan kesempatan khusus untuk menjamin kesamaan akses terhadap manfaat. Karena sebagian orang memiliki kesempatan yang lebih baik untuk memanfaatkan kesempatan yang ada. Maka harus mempertimbangkan berbagai hambatan yang ada agar mereka dapat berpartisipasi secara bersamaan. Mosse (2003) menyatakan bahwa memang saat ini masih terjadi diskriminasi terhadap fungsi perempuan dalam mengembangkan pertanian. Perempuan dianggap lemah dan kurang kompeten untuk bekerja di lapangan sehingga pada akhirnya standar upah yang diberikan pun jauh lebih kecil dibawah petani laki-laki padahal jam kerja dan fungsinya tidak jauh berbeda.

Keterlibatan perempuan dalam usahatani padi dapat dipengaruhi oleh isu-isu gender dalam usahatani padi yakni nilai budaya setempat dan ketidakadilan dalam memperoleh informasi. Nilai-nilai budaya patriarki yang kuat pada masyarakat pedesaan membuat perempuan di pedesaan kurang berperan aktif dalam pelaksanaann usahatani. Budaya patriarki yang seluruh keputusannya diambil oleh pihak laki-laki (suami) dapat menghasilkan ketidakadilan dalam mendapatkan informasi terkait pelaksanaan usahatani padi. Sebagai contoh ketika tahapan pelaksanaan usahatani penanaman, penyiangan dan penyulaman yang biasa dikerjakan oleh perempuan. Akan tetapi, informasi yang terkait dalam ketiga tahapan tersebut malah diberikan kepada laki-laki (suami) dalam rumah tangga petani. Selain itu, keterlibatan perempuan juga dipengaruhi oleh pola pekerjaan laki-laki di luar usahatani. Laki-laki dalam rumah tangga lebih memilih bekerja di luar usahatani yakni sektor perdagangan dan industri karena penghasilan yang didapat lebih besar daripada di sektor pertanian. Hal ini membuat kesempatan atau peluang perempuan lebih besar untuk terlibat dalam pelaksanaan usahatani padi.

“Memang pada kenyataannya, berdasarkan data lapangan usaha sebagian penduduk Karawang bekerja di sektor pertanian dan sektor perdagangan yang masing-masing menyerap pekerja sebanyak 29.19% dan 26.67%. Sektor lainnya juga relatif besar menyerap pekerja adalah sektor industri pengolahan 24.80%” (BPS 2009).

(18)

perempuan karena adanya anggapan perempuan adalah warga kelas dua. Perempuan dipinggirkan dari berbagai jenis kegiatan pertanian yang lebih memerlukan keterampilan yang biasanya lebih banyak dimiliki laki-laki. Selain itu, perkembangan teknologi telah menyebabkan apa yang semula dikerjakan secara manual oleh perempuan diambil alih oleh mesin seperti peran ani-ani dan sabit kini telah digantikan oleh mesin yang dikendalikan oleh laki-laki. Kenyataan ini diperkuat dengan pendapat Raharjo (1999) menyatakan bahwa perempuan tidak diberi kesempatan terhadap akses teknik-teknik pertanian modern, karena adanya semacam kepercayaan bahwa perempuan tidak dapat menangani mesin-mesin modern. Hal ini ternyata berimplikasi jauh terhadap hal yang ditangani perempuan menjadi kurang canggih, kurang prestisius, dan juga menjadi kurang penting. Dari uraian isu-isu gender, isu terkait peranan laki-laki dan perempuan dalam usahatani padi menarik untuk dikaji lebih lanjut.

Salah satu sentra usahatani padi yang mendapatkan program pengembangan pembangunan dalam pelaksanaan usahatani padi sawah maupun padi ladang ialah Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. (Deptan 2012). Kabupaten Karawang menjadi salah satu daerah pengembangan padi sawah dan padi ladang. Mata pencaharian utama penduduk di Kabupaten Karawang yaitu berusahatani padi. Menurut data yang peneliti dapatkan dari beberapa sumber terpercaya di lokasi penelitian, sebagian besar petani laki-laki bekerja pada komoditi padi, sedangkan perempuan sudah jarang yang membantu suami mereka pada pengelolaan komoditi pertanian secara langsung. Akan tetapi, peranan perempuan padi ladang lebih banyak terlibat dalam usahatani padi bila dibandingkan dengan peranan perempuan padi sawah.

Perumusan Masalah

Semakin berkurangnya lahan pertanian di Kabupaten Karawang, terutama di daerah pinggiran perkotaan yang disebabkan oleh terjadinya konversi penggunaan lahan usahatani menjadi lahan di luar usahatani padi. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan pola kerja antara laki-laki ataupun perempuan terhadap usahatani padi maupun pekerjaan di luar usahatani yakni rumah tangga petani pemilik menjadi petani penggarap, sehingga akan menimbulkan tekanan ekonomi bagi rumah tangga petani. Petani laki-laki menggangap bahwa kegiatan usahatani padi sawah maupun padi ladang tidak menguntungkan lagi. Perubahan pola kerja dan konversi lahan terhadap laki-laki dan perempuan akan menimbulkan ketimpangan dan ketidakadilan gender dalam pelaksanaan kegiatan usahatani padi.

Dalam pelaksanaan usahatani padi melibatkan beberapa aktivitas dari persiapan pengolahan lahan sampai dengan kegiatan pasca panen sangat berpotensi terjadinya bias gender. Pendekatan gender dalam pembangunan usahatani adalah pendekatan pembangunan yang mengintegrasikan kebijakan dan strategi program peningkatan peran perempuan ke dalam kebijakan dan strategi pembangunan di berbagai bidang dan sektor pertanian. Dengan demikian,

(19)

adanya upaya yang dapat merugikan pihak laki-laki dan perempuan” (Witjaksono 2002).

Pada umumnya kegiatan fisik dalam usahatani produksi pertanian dibagi menurut garis gender, walaupun dalam berbagai kondisi terdapat keragaman yang berkaitan dengan norma-norma lokal. Misalnya Koentjaraningrat (1994) menyatakan bahwa “dikalangan masyarakat Jawa seorang suami adalah kepala keluarga, namun tidak berarti bahwa istri memiliki status lebih rendah karena ia bertanggung jawab kepada anak laki-laki. Berbeda dengan pengamatan etnis Sunda, sebagai masyarakat patrilineal dengan hierarki yang kuat”. Di daerah Bugis, ternyata terdapat norma yang cukup kuat bahwa perempuan sama sekali tidak diperbolehkan bekerja di sawah, kecuali mengawasi pada saat panen. Sedang di Sumatera Barat yang menganut budaya matrilineal di mana perempuan sebagai penguasa dan kepala atas keluarga, ternyata terdapat norma laki-laki sebagai kepala keluarga dan pengurus rumah tangga, sedang perempuan sebagai pelaksana. Kenyataannya secara fisik perempuan di daerah ini melakukan hampir semua kegiatan usahatani, bahkan banyak perempuan yang melakukan kegiatan mencangkul yang secara umum merupakan peran gender laki-laki.

Berdasarkan lapangan usaha, pada tahun 2009 sebagian besar penduduk karawang bekerja di sektor pertanian dan sektor perdagangan yang masing-masing menyerap pekerja sebanyak 29.19% dan 26.67%. Sektor lainnya juga relatif besar menyerap pekerja adalah sektor industri pengolahan 19.80%, jasa-jasa 13.09% serta sektor bangunan yang menyerap sekitar 4.66% (BPS 2009). Pola usahatani masih merupakan kegiatan utama bagi masyarakat pedesaan di Kabupaten Karawang, akan tetapi sebagian besar petani yang terlibat dalam kegiatan masih dianggap sebagai produsen dari kegiatan usaha berskala kecil. Kegiatan pertanian melibatkan sebanyak 53.29% laki-laki dan 46.71% perempuan (BP4K 2012). Dibandingkan antar jenis kelamin, penduduk laki-laki mendominasi jenis pekerjaan di sektor pertanian dan sektor bangunan, peran perempuan relatif besar dibandingkan dengan penduduk laki-laki di sektor perdagangan, sedangkan di sektor industri peran laki-laki dan perempuan relatif seimbang.

Data mengenai lapangan usaha tersebut menunjukkan bahwa perempuan memainkan peranan penting dalam proses produksi pertanian, baik dalam pertanian subsisten maupun komersil. Perempuan adalah pemain kunci dalam kelangsungan pembangunan ekonomi. Faktor perbedaan peran dan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan menyebabkan kurangnya pengetahuan perempuan dalam hal kegiatan produksi dan pemasaran karena tidak dilibatkan dalam aktivitas tersebut. Keterlibatan peran perempuan dalam usahatani terbatas pada kegiatan tanam dan panen serta pembagian kerja yang tidak teratur membuat pelaksanaan usahatani padi sawah dan padi ladang menjadi berkurang saat pelaksanaan usahatani.

(20)

kapital sosial maka alokasi waktu digunakan untuk pekerjaan keluarga, sedangkan laki-laki sebagai pencari nafkah keluarga. Jika substitusi waktu dalam keadaan sempurna, misalnya karena opportunity cost tidak sama dengan nol (positif) dan terdapat anggota lain yang mampu mengambil alih pekerjaan keluarga maka kaum perempuan berkontribusi secara langsung dalam pendapatan keluarga sebagai pencari nafkah (Sukarni 1999).

Sajogyo (2003) menyatakan bahwa “perempuan pedesaan merupakan sumber daya manusia yang cukup nyata berpartisipasi, khususnya dalam memenuhi fungsi ekonomi keluarga dan rumah tangga bersama dengan laki-laki”. Perempuan di pedesaan sudah diketahui secara umum tidak hanya mengurusi rumah tangga sehari-hari saja, tetapi tenaga dan pikirannya juga terlibat dalam berbagai kegiatan usahatani dan non usahatani, baik yang sifatnya komersial maupun sosial. Akan tetapi, pada kenyataannya terjadi kesenjangan gender berupa perbedaan akses laki-laki dan perempuan dalam kegiatan usahatani padi sehingga hal tersebut berdampak pada lemahnya kontrol, manfaat, dan partisipasi perempuan dalam kegiatan usahatani secara keseluruhan. Selain itu, akses yang lebih baik terhadap sumber daya juga dapat memberikan kesempatan kepada perempuan untuk berkontribusi dalam kegiatan ekonomi produktif maupun dalam pengambil keputusan dalam kegiatan usahatani padi. Hal ini disebabkan karena kondisi dan posisi yang kurang menguntungkan dibanding dengan laki-laki seperti peluang dan kesempatan yang terbatas dalam mengakses dan mengontrol sumber daya.

Hal yang menarik adalah ketika perempuan ikut serta dalam kegiatan usahatani guna meningkatkan produktifitas usahatani padi dalam rumah tangga. Analisis sosial yang memfokuskan perhatian pada relasi antara pria dan wanita dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakat secara lebih luas, yaitu terkait peran dan fungsinya masing-masing. Dengan demikian nampak bahwa analisis seharusnya dilakukan secara seimbang terhadap kedua pihak tersebut. Dari analisis gender yang telah dilakukan beberapa peneliti nampak bahwa pembahasan lebih difokuskan pada perempuan saja. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa fenomena ketimpangan gender yang terjadi dalam rumah tangga dan masyarakat lebih banyak dialami kaum perempuan. Dalam penelitian ini, difokuskan untuk kedua pihak yaitu laki-laki dan perempuan secara seimbang dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan pendapatan usahatani khususnya usahatani padi sawah. Atas dasar itu, maka perlu diadakan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis gender dan kesetaraan gender pada usahatani padi sawah dan padi ladang di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.

Penelitian ini menggunakan analisis gender dan kesetaraan gender yang dapat memperkecil ketimpangan gender sehingga memungkinkan peran perempuan untuk berpartisipasi dan diuntungkan oleh proses pembangunan pertanian. Rumusan masalah penelitian ini adalah analisis gender dan keseteraan gender pada usahatani padi sawah dan padi ladang di Kabupaten Karawang karenanya secara rinci pertanyaan penelitian meliputi:

(21)

2. Bagaimana hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat dari pelaksanaan usahatani padi sawah dan padi ladang?

3. Bagaimana hubungan antara karakteristik rumah tangga dengan tingkat akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat dari pelaksanaan usahatani padi sawah dan padi ladang?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan penelitian adalah:

1. Menganalisis pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan, peranan perempuan, dan kesempatan perempuan pada pelaksanaan usahatani dalam indeks kesetaraan dan keadilan gender.

2. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat dari pelaksanaan usahatani padi sawah dan padi ladang.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik rumah tangga dengan tingkat akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat dari pelaksanaan usahatani padi sawah dan padi ladang.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi petani, kelompok tani, lembaga-lembaga terkait serta pembaca. Bagi kelompok tani maupun lembaga terkait, penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan serta menjadi bahan referensi dalam menganalisis gender dan kesetaraan gender dalam pelaksanaan usahatani padi sawah dan padi ladang. Kemudian bagi petani padi sawah dan padi ladang diharapkan dapat membantu menangani ketimpangan gender yang dihadapi serta dapat memberikan alternatif kesetaraan dan keadilan gender yang sesuai dengan kondisi petani. Kemudian bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu yang bermanfaat dan dapat digunakan sebagai masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Studi mengenai analisis gender telah dilakukan sejak waktu yang lama, yakni sejak tahun 1980-an. Konsep gender biasanya melekat pada komoditi hortikultura seperti penelitian yang berjudul analisis gender dalam budidaya dan pengolahan hasil tanaman obat dan penelitian serta penelitian kesetaraan dan keadilan gender dalam usahatani bawang merah. Namun ada beberapa penelitian yang mengkaji analisis gender pada usahatani komoditi pangan yaitu padi. Dalam penelitian tersebut tidak ditemukan penjabaran secara mendalam mengenai analisis gender pada usahatani padi karena keterbatasan akses informasi.

Perkembangan Penelitian Gender di Indonesia

Gender suatu keyakinan dan kontruksi sosial yang berkembang di dalam masyarakat melalui proses sosialisasi secara turun-temurun. Dalam perkembangannya konstruksi gender ini menghasilkan ketidakadilan gender yang dialami oleh perempuan. Penelitian gender awal nampak bahwa pembahasan lebih banyak difokuskan pada perempuan saja. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa fenomena ketimpangan gender yang terjadi dalam rumah tangga dan masyarakat lebih banyak dialami oleh perempuan. Padahal secara teori analisis gender memfokuskan pada relasi antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakat secara luas. Relasi laki-laki dan perempuan yang dipayungi konstruksi sosial, nilai-nilai, dan adat istiadat secara faktual menghasilkan ketidakadilan. Meskipun kedudukan peranan laki-laki dan perempuan sama dalam hukum dan pemerintahan sudah dijamin dalam

Undang-Undang, namun dalam prakteknya masih mengalami hambatan. “Keberadaannya

di dalam kehidupan keluarga perempuan tetap dianggap sebagai “menteri

keuangan” sedang laki-laki sebagai “kepala rumah tangga” pengambil keputusan

utama, dan wanita hanyalah sebagai ibu rumah tangga” (Harjanti 1991). Fokus penelitian gender akhir-akhir ini dilakukan secara seimbang, difokuskan untuk kedua belah pihak yaitu laki-laki dan perempuan secara seimbang dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga.

(23)

Tinjauan Empiris Penelitian Gender

Unggul (2005) melakukan penelitian tentang “Tingkat Kesetaraan Gender pada Usahatani Padi di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan perempuan dalam melaksanaan usahatani, menentukan indeks kesetaraan gender tenaga kerja pada pelaksanaan usahatani dan mengetahui peran perempuan dalam memutuskan untuk melepaskan lahan pertanian dan mengganti pilihan di luar usahatani di Kecamatan Mlati. Hasil analisis pelaksanaan usahatani padi mulai tahapan pengolahan lahan hingga pemetikan hasil memungkinkan terserapnya tenaga kerja laki-laki dan perempuan. Adanya kultur masyarakat menempatkan perempuan dengan perspektif tertentu mengakibatkan terjadinya bias gender. Keadaan ini menjadikan jenis pekerjaan tertentu hanya diperuntukkan untuk jenis kelamin tertentu atau sebagian porsi pekerjaan lebih baik untuk jenis kelamin tertentu. Pengolahan lahan pertanian didominasi hanya tenaga kerja laki-laki. Untuk menyiangi dan pemupukan melibatkan tenaga kerja laki-laki masing-masing 66.7% dan 71.3%, sedangkan perempuan hanya 33.3% dan 28.6%. Keadaan ini didasarkan pada pemahaman atas tenaga kerja laki-laki yang lebih kuat, sehingga sangat tepat untuk keperluan mencangkul ataupun mengoperasikan traktor. Demikian halnya untuk pekerjaan penyiangan dan pemupukan yang menggangap laki-laki lebih punya kecepatan dan kelincahan sehingga pekerjaan diduga akan lebih cepat diselesaikan. Sebaliknya kegiatan penanaman dan pemanenan didominasi tenaga kerja perempuan yang mencapai masing-masing 92.4% dan 86.67%, sedangkan tenaga kerja laki-laki hanya 7.6% dan 13.3%.

(24)

berwenang hanya 18.5%. Hal ini menunjukkan bahwa dominasi laki-laki dalam pengambilan keputusan untuk beralih usaha dari pertanian ke usaha non pertanian. Penelitian terkait “Analisis Pengambilan Keputusan dalam Perspektif Gender di Kabupaten Muna dan Buton Sulawesi Tenggara” oleh Julian (2002), bertujuan untuk mengembangkan lima variasi pola pengambilan keputusan yakni pengambilan keputusan hanya oleh istri saja, keputusan hanya oleh suami saja, keputusan oleh suami dan istri dengan dominan istri, keputusan oleh suami dan istri bersama dengan dominasi suami dan pengambian keputusan bersama setara. Penelitian ini menggunakan analisis distribusi dan alokasi kekuasaan di dalam dan diluar rumah tangga yang membantu untuk mengerti status sosial dalam keluarga dan masyarakat luas. Hasil analisisnya ialah aktivitas perempuan dalam subsistem usahatani tanaman pangan di lahan kering ternyata mempunyai peran yang cukup besar, khususnya dalam pemilihan bibit, kegiatan tanam, penyiangan, pemeliharaan, panen, dan pemasaran. Sedangkan dalam usahatani ternak perempuan sangat berperan dalam pemberian pakan dan mengkandangkan ternak. Untuk tanaman perkebunan yang umumnya kurang produktif perempuan memiliki kegiatan peran yang cukup besar mulai dari kegiatan panen, pasca panen dan pemasaran. Sebagai tenaga kerja, ternyata perempuan tani memiliki peran yang cukup besar dalam sistem usahatani, walaupun memiliki pengetahuan dan keterampilan yang terbatas bila dibandingkan dengan laki-laki dan dapat bersaing dengan tenaga kerja laki-laki. Alokasi waktu harian kegiatan produktif laki-laki lebih banyak dari pada perempuan disebabkan karena perempuan lebih banyak terlibat dalam kegiatan reproduktif yang menyita waktu seperti memasak, mengarnbil air dan merawat anak. Tingginya kegiatan produktif laki-laki sejalan dengan semakin luasnya lahan garapan. Laki-laki dan perempuan memiliki peran masing-masing dalam pembagian tugas. Keputusan dalam hal biaya produksi usahatani, penentuan jenis tanaman yang akan ditanam dan di panen diputuskan bersama oleh suami istri.

(25)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini disusun melalui kerangka pemikiran, yang berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Berikut adalah kerangka pemikiran teoritis yang akan dijelaskan secara terperinci.

Pengertian Rumah Tangga Pertanian

Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik serta biasanya tinggal bersama dan mengkonsumsi makanan yang berasal dari satu dapur, di mana biasanya kebutuhan sehari-hari anggotanya dikelola menjadi satu. Adapun yang dimaksud dengan rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang sekurang-kurangnya satu anggota rumah tangga melakukan kegiatan bertani atau berkebun, menanam tanaman, beternak, dan lain-lain dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual untuk memperoleh pendapatan ataupun keuntungan atas resiko sendiri. Dengan demikian, yang dimaksud dengan rumah tangga usahatani adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggotanya mengolah lahan pertanian, baik lahan sawah maupun lahan kering, membudidayakan tanaman pertanian, melakukan pengambilan hasil lahan pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dimanfaatkan sendiri atau dijual untuk memperoleh pendapatan ataupun keuntungan atas resiko sendiri (Pratiwi 2007).

Gender dan Kesetaraan Gender

Secara mendasar, gender berbeda dari jenis kelamin biologis, konsep gender berbeda dengan jenis kelamin. Handayani dan Sugiarti (2008) menyatakan bahwa jenis kelamin (seks) adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu. Lebih lanjut Handayani menjelaskan, seks berarti perbedaan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang secara kodrati memiliki fungsi-fungsi organisme yang berbeda. Secara biologis alat-alat biologis tersebut melekat pada laki-laki dan perempuan selamanya, fungsinya tidak dapat dipertukarkan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologi atau ketentuan Tuhan (kodrat).

(26)

tidak ditentukan antara keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, tetapi dibedakan atau dipilah-pilah menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

Mugniesyah (2006) menambahkan bahwa perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan ini terjadi melalui proses yang amat panjang. Melalui proses yang amat panjang inilah maka gender dianggap sebagai kodrat Tuhan yang tidak dapat diubah lagi. Perbedaan peran gender ini akan menimbulkan pembagian kerja yang berbeda pula antara laki-laki dan perempuan yang disebut dengan pembagian kerja gender. Pembagian kerja gender ini tercermin dalam tiga peran gender yaitu

reproduktif, produktif, dan sosial. Peran reproduktif adalah kegiatan yang berkaitan dengan melahirkan dan mempersiapkan keperluan keluarga tiap harinya. Peran produktif adalah kegiatan yang menghasilkan produksi barang atau jasa, untuk dikonsumsi sendiri atau dijual. Sedangkan peran sosial adalah yang mencakup kegiatan sosial dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat.

Mugniesyah (2006) menyatakan bahwa pengertian tentang keadilan gender (gender equity) merupakan keadilan perlakuan bagi laki-laki dan perempuan berdasar pada kebutuhan-kebutuhan mereka, mencakup setara atau perlakuan yang berbeda akan tetapi dalam koridor pertimbangan kesamaan dalam hak-hak, kewajiban, kesempatan-kesempatan, dan manfaat. Kesetaraan gender (gender equality) adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kebebasan untuk mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa pembatasan oleh seperangkat stereotype, prasangka, dan peran gender yang kaku.

Kesetaraan dan keadilan gender adalah suatu kondisi di mana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis. Kondisi ini dapat terwujud apabila terdapat perlakuan adil antara perempuan dan laki-laki. Penerapan kesetaraan dan keadilan gender harus memperhatikan masalah kontekstual dan situasional, bukan berdasarkan perhitungan secara matematis dan tidak bersifat universal. Wujud kesetaraan dan keadilan gender adalah:

a. Akses: Kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki pada sumber daya pembangunan..

b. Partisipasi: Perempuan dan laki-laki berpartisipasi yang sama dalam proses pengambilan keputusan.

c. Kontrol: Perempuan dan laki-laki mempunyai kekuasaan yang sama pada sumber daya pembangunan.

d. Manfaat: Pembangunan pertanian harus mempunyai manfaat yang sama bagi perempuan dan laki-laki.

Peranan Gender

(27)

Peranan gender adalah peranan yang dilakukan perempuan dan laki-laki sesuai status, lingkungan, budaya dan struktur masyarakatnya. Peranan gender menurut Prasodjo et al. (2003) mencakup:

1. Peranan Produktif (Peranan yang dikerjakan perempuan dan laki-laki untuk memperoleh bayaran atau upah secara tunai atau sejenisnya. Termasuk produksi pasar dengan suatu nilai tukar, dan produksi rumah tangga atau subsisten dengan nilai guna, tetapi juga suatu nilai tukar potensial, misalnya bekerja di sektor formal dan informal

2. Peranan reproduktif yakni peranan yang berhubungan dengan tanggung jawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharan dan reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan keluarga. Contoh: melahirkan, memelihara dan mengasuh anak, mengambil air, memasak, mencuci, membersihkan rumah, memperbaiki baju, dan sebagainya.

Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender

Perbedaan gender tidak akan menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketimpangan gender. Pada kenyataannya perbedaan gender tersebut telah melahirkan berbagai ketidakadilan terutama pada perempuan. Ketimpangan gender (permasalahan atau isu gender) dapat diartikan sebagai suatu kesenjangan antara kondisi normatif atau kondisi gender sebagaimana yang dicita-citakan dengan kondisi objektif atau kondisi gender sebagaimana adanya.

1. Stereotype

Stereotype adalah pelabelan terhadap suatu kelompok atau jenis pekerjaan tertentu. Stereotype adalah bentuk ketidakadilan, stereotype merupakan pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu, dan biasanya pelabelan ini selalu berakibat pada ketidakadilan, sehingga dinamakan pelabelan negatif. Hal ini disebabkan pelabelan yang sudah melekat pada laki-laki, misalnya laki-laki adalah manusia yang kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Perempuan distrereotipkan sebagai makhluk yang lembut, cantik, emosional, atau keibuaan.

Dengan adanya pelabelan tersebut tentu saja akan muncul banyak stereotype

yang dikonstruksi oleh masyarakat sebagai hasil hubungan sosial tentang perbedaan laki-laki dan perempuan. Karena itu perempuan identik dengan pekerjaan-pekerjaan di rumah, maka peluang perempuan untuk bekerja di luar rumah sangat terbatas, bahkan ada juga perempuan yang berpendidikan tidak pernah menerapkan pendidikannya untuk mengaktualisasikan diri. Akibat adanya

stereotype (pelabelan) ini banyak tindakan-tindakan yang seolah-olah sudah merupakan kodrat.

2. Kekerasan gender

(28)

3. Beban ganda

Beban ganda ialah ketimpangan beban pekerjaan yang ditanggung oleh salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya. Peran reproduksi perempuan seringkali dianggap peran yang statis dan permanen. Adanya pandangan bahwa perempuan harus mengerjakan pekerjaan domestik rumah, namun di sisi lain semakin meningkatnya jumlah perempuan yang bekerja di masyarakat. Karena itu upaya maksimal yang dilakukan oleh perempuan adalah mensubstitusikan pekerjaan domestik kepada perempuan lain, seperti rumah tangga atau anggota keluarga perempuan lainnya. Namun demikian, tanggungjawabnya masih berada di pundak perempuan, akibatnya mereka mengalami beban yang berlipat ganda.

4. Marginalisasi

Suatu tahapan pemisahan akibat perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan kemiskinan. Banyak cara yang dapat digunakan untuk menjauhi seseorang atau kelompok. Ketidakadilan ini bisa terjadi dari adanya kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, keyakinan tradisi dan kebiasaan atau asumsi ilmu pengetahuan. Seperti pada program swasembada pangan, banyak kaum perempuan yang termarginalisasi atau tersingkir karena tidak mendapatkan pekerjaan di sawah akibat masuknya teknologi baru yang tidak membutuhkan banyak tenaga perempuan.

5. Subordinasi

Anggapan bahwa peran yang dilakukan oleh salah satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain. Telah diketahui, nilai-nilai yang berlaku di masyarakat telah memisahkan dan memilah-milah peran gender laki-laki dan perempuan. Perempuan dianggap bertanggungjawab dan memiliki peran dalam urusan domestik atau reproduksi, sementara laki-laki dalam urusan publik atau produksi. Sepanjang penghargaan sosial terhadap peran domestik dan reproduksi berbeda dengan peran publik dan reproduksi, sepanjang itu pula ketidakadilan masih berlangsung.

Analisis Gender

Suyatno (2010) menyatakan bahwa analisa gender adalah proses yang dibangun secara sistematis untuk mengidentifikasi dan memahami pembagian kerja atau peran laki-laki dan perempuan, akses dan kontrol terhadap sumber daya pembangunan, partisipasi dalam proses pembangunan dan manfaat yang mereka nikmati, pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang timpang, yang didalam pelaksanaannya memperhatikan faktor-faktor lainnya seperti kelas sosial, ras, dan suku bangsa. Menurut Yufita (2012) analisis gender merupakan bagian dari analisis sosial yang memberi pemahaman tentang saling hubungan antara laki-laki dan perempuan (hubungan gender) berkaitan dengan pengambilan keputusan, peran, alokasi sumber daya dan konflik serta memberi perhatian dan mempertimbangkan faktor yang membentuk atau mempengaruhinya seperti sejarah, agama, budaya, sosio-ekonomi dan budaya, kebijakan, situasi politik. Analisis ini umumya digunakan untuk menganalisis hal-hal yang bersumber pada struktur ketidakadilan yang ditimbulkan oleh perbedaan gender. Kemudian dari analisis tersebut akan menghasilkan kebutuhan strategis gender.

(29)

a. Profil kegiatan

Mengumpulkan data mengenai apa yang sebenarnya dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan, siapa yang mengerjakan apa dalam rumah tangga dan masyarakat (pembagian kerja atau peranan gender). Hal tersebut meliputi pekerjaan produktif, reproduktif dan kemasyarakatan.

b. Profil akses dan kontrol

Mempertimbangkan akses yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan terhadap sumber daya produktif, kontrol apa yang mereka punya dan siapa yang memperoleh keuntungan dari penggunaan sumber daya tersebut. Akses adalah peluang atau kesempatan untuk melakukan sesuatu, sedangkan kontrol adalah kemampuan untuk menguasai dan menentukan berbagai hal termasuk menutup atau membuka akses seseorang terhadap keterlibatannya dalam pembangunan. c. Analisis faktor-faktor kecenderungan

Menganalisis faktor dan kecenderungan yang menentukan pembagian kerja berdasarkan gender, hubungan gender serta akses dan kontrol terhadap sumber daya yang mungkin akan menentukan hasil dari suatu program.

d. Analisis daur program

Menggunakan semua data mengenai tiga poin diatas untuk setiap daur program.

Teknik Penelitian Gender

Teknik analisis gender adalah suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari usaha untuk mengetahui latar belakang dan sebab-sebab terjadinya kesenjangan dampak pada upaya pemecahan masalah dan menyampaikan cara untuk menghilangkan atau mengurangi adanya kesenjangan dan dalam rangka mencapai persamaan kedudukan dan peranan laki-laki dan perempuan. Handayani (2002) menyatakan bahwa teknik analisis gender adalah salah satu teknik yang digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan atau saling ketergantungan antara laki-laki

dan perempuan dalam proses pembangunan. Mugniesyah (2002)

mengelompokkan tiga tingkatan analisis berdasarkan level analisisnya, yaitu (1) tingkat keluarga atau rumah tangga yaitu dengan mempelajari pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam kegiatan produktif, reproduktif dan pengelolaan kelembagaan masyarakat serta curahan waktu dalam kegiatan tersebut, (2) tingkat masyarakat dengan melihat akses dan kontrol perempuan terhadap sumber daya yang mencakup informasi, kredit, teknologi, pendidikan, penyuluhan pertanian, sumber daya alam, peluang bekerja dan berusaha, dan (3) tingkat negara melalui kebijaksanaan yang melatar belakangi semua program atau intervensi pembangunan.

Pembagian Pekerjaan dalam Rumah Tangga Petani

(30)

dianggap tidak produktif. Hal ini justru disebabkan kerja rumah tangga bukan merupakan kerja upahan. Dengan demikian tidak diakui sebagai kerja.

Berubahnya peranan perempuan tersebut mengakibatkan bertambahnya tanggungjawab sebagai pencari nafkah sekaligus ibu rumah tangga. Hal tersebut yang akhirnya dikenal dengan istilah peran ganda perempuan. Peran ganda perempuan tidak semata-mata mengubah pandangan masyarakat terhadap perempuan lebih baik, kenyataan yang ada adalah bahwa perempuan yang bekerja di sektor publik sebagian besar berada di bawah laki-laki. Pada sisi lain, perempuan yang bekerja pada sektor publik masih menyisakan tanggungjawab lain yaitu keluarganya.

Profil pembagian kerja dalam kegiatan digunakan untuk melihat siapa melakukan kegiatan, berapa waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut. Mosher (1993) menyatakan bahwa peranan gender adalah peranan yang dilakukan perempuan dan laki-laki sesuai status, lingkungan, budaya dan struktur masyarakatnya. Peranan gender mencakup:

1. Kegiatan produktif yaitu kegiatan yang menyumbang pendapatan keluarga dalam bentuk uang atau barang, misalnya bertani, kerajinan tangan, dan lain-lain.

2. Kegiatan reproduktif yaitu kegiatan yang menjamin keberlangsungan hidup manusia dan keluarga, misalnya pekerjaan rumah tangga.

3. Kegiatan soisial yakni kegiatan yang tidak terbatas pada peraturan rumah tangga

Pola Pengambilan Keputusan dalam Rumah tangga

Pengambilan keputusan merupakan permulaan dari aktifitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individu, kelompok atau institusional, sehingga pengambilan keputusan manjadi aspek yang penting dalam suatu pengelolaan atau manajemen. Pola pengambilan keputusan dalam rumah tangga akan berpengaruh terhadap bagaimana terjadinya struktur dalam rumah tangga, lebih dalam lagi dapat melihat siapa yang paling berhak mengambil keputusan dalam rumah tangga atas dasar kekuasaanya. Kekuasaan dinyatakan sebagai kemampuan untuk mengambil keputusan yang dapat mempengaruhi kehidupan rumah tangga itu.

Pengaruh lingkungan luar rumah masyarakat pada umumnya bisa memperkaya dan dapat menambah wawasan perempuan yang diperkirakan dapat mengembangkan potensinya dalam pengambilan keputusan di berbagai bidang kehidupan dalam rumah tangga. Selain itu, faktor pendidikan perempuan serta kemampuan personal berupa pengalamannya bergaul dengan masyarakat luas menjadi hal yang menimbulkan potensi perempuan semakin besar dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga.

(31)

Perempuan sebagai pengambil keputusan dalam keluarga tidak lepas dari perannya dalam keluarga. Norma yang diakui menyatakan bahwa yang paling sering menentukan keputusan dalam keluarga adalah suami. Pada kenyatannya terdapat banyak variasi tentang pengambilan keputusan dalam keluarga. Terkadang memang perempuan tidak diikutsertakan, namun tidak menutup kemungkinan bahwa perempuan juga ikut dalam menentukan keputusan baik sendiri maupun bersama suami. Sajogyo (1993) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi perempuan dalam pengambilan keputusan adalah: proses sosialisasi, pendidikan, latar belakang perkawinan, kedudukan dalam masyarakat, dan pengaruh luar lainnya.

Akses dan Kontrol terhadap Sumber Daya Manfaat

Akses adalah peluang yang bisa diperoleh perempuan dan laki-laki untuk melakukan sesuatu, memiliki sesuatu dan menikmati sesuatu (kegiatan barang, jasa dan sebagainnya). Sedangkan kontrol adalah sejauh mana perempuan dan laki-laki mempunyai kekuasaan atau kemampuan dalam proses pengambilan keputusan dalam merencanakan, melakukan, memiliki atau menikmati sesuatu. Seseorang yang memiliki akses belum tentu memiliki kontrol. Sebaliknya kontrol mencirikan bahwa seseorang memiliki kekuasaan dalam menentukan sesuatu untuk diakses atau tidak.

Handayani dan Sugiarti (2001) menambahkan bahwa perbedaan gender berhubungan dengan akses dan kontrol terhadap sumber daya dan dalam hal ini perempuan terpengaruh lebih besar. Di dalam akses dan kontrol terhadap sumber daya juga perlu dilihat siapa yang mendapat manfaat dari sumber-sumber daya tersebut. Akses dan kontrol tersebut berkaitan dengan:

1. Lahan, umumnya perempuan secara adat mempunyai akses ke pertanian namun perempuan jarang memiliki hak hukum.

2. Sumber daya alam lainnya, seringkali perempuan memiliki pengetahuan setempat dan keahlian yang luas, namun proyek-proyek untuk pembangunan sumber daya alam dan konservasi seringkali mengabaikan perempuan. 3. Kredit dan kapital, pinjaman untuk laki-laki seringkali lebih besar dan lebih

berjangka panjang daripada yang diberikan untuk perempuan. Hal ini didasarkan pada asumsi tak tertulis bahwa pendapatan perempuan hanya sebagai tambahan dari hasil yang diperoleh dari kepala keluarga laki-laki. 4. Buruh, beban kerja, dan waktu, sebagian besar perempuan tidak memiliki

waktu yang banyak atau bahkan tidak memiliki waktu luang karena pada umumnya perempuan memiliki jam kerja lebih panjang sehingga beban kerja mereka lebih berat dan seringkali mereka adalah buruh kerja yang tidak dibayar.

5. Pekerjaan formal, akses perempuan terhadap peluang bekerja di sektor formal seringkali menunjukkan ketidaksetaraan kesempatan kerja antara laki-laki dan perempuan.

(32)

Kerangka Pemikiran Operasional

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini dilakukan untuk melihat analisis gender dan keseteraan gender pada usahatani padi sawah dan padi ladang di Kabupaten Karawang, khususnya karena terdapat teknologi atau inovasi dalam perkembangan usahatani padi sawah dan padi ladang. Selain itu, Kabupaten Karawang melibatkan sebanyak 46.71% perempuan bekerja di lahan pertanian. Teknologi usahatani padi sawah dan padi ladang merupakan salah satu teknik dalam pertanian di Kabupaten Karawang, dengan adanya teknologi ini dapat mempengaruhi perilaku gender dalam struktur masyarakat petaninya.

Pada masyarakat kebanyakan di Kabupaten Karawang, petani menerapkan pola sistem usahatani padi dengan padi sawah dan usahatani padi ladang. Di dalam pola ini sejumlah anggota rumah tangga usia kerja terlibat mencari nafkah pada usahatani padi padi sawah dan lahan usahatani padi ladang. Penggunaan padi sawah dan padi ladang untuk menanam padi dapat melahirkan permasalahan ketidakadilan yang ditimbulkan oleh peran gender dan perbedaan gender. Terkadang dengan adanya penggunan teknologi bukannya meningkatkan taraf kehidupan perempuan miskin, tetapi dapat menghasilkan gejala kemiskinan perempuan.

Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan rumah tangga petani usahatani padi berdasarkan keragaman nafkah yang dilakukan. Usahatani padi padi sawah maupun padi ladang dapat dikerjakan oleh laki-laki maupun perempuan. Pembagian kerja ini juga dipengaruhi oleh nilai feminitas perempuan yaitu berbagai hal yang berkaitan dengan karakteristik perempuan dalam bentuk yang ideal.

Akses dan kontrol terhadap sumber daya dan manfaat tersebut berpengaruh terhadap potensi perempuan dalam usahatani rumah tangga padi sawah dan padi ladang. Potensi tersebut termasuk kapasitas diri perempuan (pendidikan, ketrampilan, dan pengalaman) dan kapasitas relasi gender. Sedangkan yang termasuk dalam peluang perempuan dalam usahatani rumah tangga petani adalah pasar dan program pengembangan tanaman padi yang pada akhirnya dapat meningkatkan status perempuan dalam usahatani rumah tangga padi.

(33)

Gambar 1. Kerangka pemikiran operasional

Konsep gender

Pembangunan pertanian

Teknologi/inovasi padi sawah dan padi ladang

1. Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan 2. Peranan wanita dalam pelaksanaan usahatani padi 3. Menentukan indeks keseteraan dan keadilan gender

Gender dalam pelaksanaan usahatani padi terhadap keseteraan dan keadilan gender

Gender dalam usahatani padi ladang

Gender dalam usahatani padi sawah

 Karakterisik individu

terhadap kesetaraan dan keadilan gender

 Karakteristik rumah tangga terhadap keseteraan dan keadilan gender

 Karakterisik individu

terhadap kesetaraan dan keadilan gender

 Karakteristik rumah tangga terhadap keseteraan dan keadilan gender

(34)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Pembagian kerja antara padi sawah dan padi ladang yang tidak merata, peranan perempuan berbeda antara padi sawah dan padi ladang dan indeks kesetaraan dan keadilan gender bernilai setara.

2. Terdapat hubungan nyata atau signifikan antara karakteristik individu dengan tingkat akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat dari pelaksanaan usahatani padi

3. Terdapat hubungan nyata atau signifikan antara karakteristik rumah tangga dengan tingkat akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat daari pelaksanaan usahatani padi.

Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan unsur penelitian berupa petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur. Singarimbun dan Effendi (2008). Untuk membantu penelitian menggunakan variabel dan mengetahui bagaimana cara pengukuran variabel dalam penelitian ini, maka dikembangkan beberapa definisi operasional sebagai berikut:

1. Tingkat akses petani terhadap sumber daya usahatani padi (Y1) adalah kemudahan akses yang diperoleh oleh petani (laki-laki dan perempuan) terhadap beragam kegiatan aktivitas atau sumber daya pembudidaya padi dalam pelaksanaan usahatani padi, dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu: rendah, sedang, dan tinggi berturut-turut dengan total skor ≤ 22, 23-25 dan 26-28. Variabel ini diukur melalui 14 pertanyaan yang masing-masing dibedakan menjadi dua pilihan jawaban, yaitu ya (skor 2) dan tidak (skor 1). 2. Tingkat kontrol petani terhadap sumber daya usahatani padi (Y2) adalah

jumlah total skor yang diperoleh petani (laki-laki dan perempuan) pada proses pengambilan keputusan berkenaan dengan beragam aktivitas atau sumber daya dalam pelaksanaan usahatani padi, dibedakan ke dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi berturut-turut dengan total skor ≤ 18, 19-21 dan 22-24. Variabel ini diukur melalui 12 pertanyaan yang masing-masing dibedakan menjadi dua pilihan jawaban, yaitu ya (skor 2) dan tidak (skor 1).

(35)

(3) tinggi jika total skor dari 34-36. Hal ini menunjukkan partisipasi responden terhadap kegiatan peaksanaan usahatani padi.

4. Tingkat manfaat petani terhadap sumber daya usahatani padi (Y4) adalah jumlah pendapatan dalam bentuk rupiah yang diperoleh petani laki-laki dan petani perempuan pada budidaya usahatani padi. Dibedakan dalam tiga kategori rendah, sedang, dan tinggi, yaitu: berturut-turut ≤ 12, 13-15 dan 16-18. Variabel diukur melalui Sembilan pertanyaan yang masing-masing dibedakan menjadi dua pilihan jawaban yaitu ya (skor 2) dan tidak (skor 1). 5. Usia (X1) adalah umur seseorang yang dihitung dari tahun kelahirannya

hingga penelitian ini dilakukan dalam satuan tahun. Pengklasifikasikan didasarkan konsep teori perkembangan. Data usia diukur dalam skala rasio, untuk kepentingan pengolahan data dan analisis data digunakan skala ordinal dengan pengkategorian sebagai berikut:

(1) Muda (dewasa awal) : 18-40 tahun (2) Sedang (dewasa madya) : 40-61 tahun (3) Tua (usia lanjut) : > 61 tahun

6. Tingkat pendidikan formal (X3) adalah jenjang pendidikan formal terakhir atau sedang dijalani, diukur dengan menggunakan skala ordinal yang dibedakan menjadi: (a) Rendah, jika tidak sekolah atau tamat SD dan tamat SMP (b) Sedang, jika tamat SMA, dan (c) Tinggi, jika tamat diploma atau perguruan tinggi.

7. Tingkat pengalaman bertani (X4) adalah lamanya (tahun) dalam berbudidaya tanaman palawija (on farm) (dalam satu musim tanam) petani dihitung dari tahun responden mulai memutuskan dan melaksanakan bertani padi. Tingkat pengalaman tersebut diukur dengan skala ordinal yang dikategorikan menjadi rendah yaitu skornya < 17 tahun, sedang jika skornya

berkisar antara ≥ 17 < 34 tahun dan tinggijika skornya ≥ 34 ≤ 50 tahun.

8. Motivasi usaha (X7) adalah alasan yang mendorong petani dalam mengelola usahatani padi, di bedakan ke dalam tiga kategori yaitu: (a) rendah, survival

stategi yaitu strategi bertahan hidup, (b) sedang, consolidation yang mencakup menyekolahkan anak, dan (c) tinggi, jika mencapai akumulasi, untuk perkembangan usaha.

9. Luas lahan yang digarap (X9) adalah besarnya lahan yang sedang dikelola oleh petani pada saat ini. Hal ini akan diukur sebagai berikut:

1. Sempit : jika lahan garapan berkisar kurang dari 0.5 Ha 2. Menengah: jika lahan garapan berkisar antara 0.5-1 Ha 3. Luas : jika lahan garapan berkisar lebih dari > 1 Ha

10. Status kepemilikan lahan (X10) adalah pemilikan atas dasar milik yang hanya terbatas pada akses terhadap lahan berupa lahan pemilik, pemilik dan penggarap, penggarap dan buruh tani.

(36)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada petani padi di Kabupaten karawang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) atas dasar pertimbangan bahwa Kabupaten Karawang merupakan salah satu sentra padi terbesar di Jawa barat. Produksi padi di Kabupaten karawang sebesar 1 470 870 ton atau 11% dari total produksi padi Jawa Barat 2012. Adapun waktu penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai Juni 2013.

Jenis dan Sumber Data

Penelusuran dan pencarian informasi data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dengan penelusuran bahan pustaka berupa buku, hasil penelitian, website serta lembaga pemerintahan. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner yang dilakukan dengan wawancara responden yaitu petani padi sawah dan padi ladang. Kuesioner yang diberikan berupa pertanyaan terstruktur tertutup dan terbuka.

Data primer juga diperoleh langsung di tempat penelitian dan wawancara dengan petugas penyuluh pertanian. Data primer merupakan data mentah sehingga masih diperlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum menggunakannya untuk tujuan-tujuan tertentuyang sesuai dengan kebutuhan.

Metode Penentuan Data

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara bertahap dengan metode judgement, cluster, simple random sampling, dan snowball sampling.

Metode judgement digunakan untuk menentukan lokasi penelitian, yaitu Kabupaten Karawang berdasarkan pertimbangan bahwa Kabupaten Karawang adalah salah satu sentra padi di Jawa Barat. Metode cluster dan stratified

digunakan untuk mengelompokan kecamatan-kecamatan yang merupakan sentra padi sawah dan ladang di Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kecamatan yang terdapat lahan sawah dan lahan padi ladang.

(37)

Tabel 1 Data luas lahan sawah dan ladang hasil metode cluster

Kecamatan Luas lahan sawah (ha) Luas lahan ladang (ha)

Tempuran 6 480 -

Cilamaya Wetan 5 218 -

Ciampel 852 215

Pangkalan 2 341 450

Sumber: Badan Pusat Statistik (2012).

Metode cluster juga digunakan untuk membagi wilayah Kabupaten Karawang menjadi 2 bagian, yaitu Karawang Bagian Utara dan Karawang Bagian Selatan. Karawang Utara adalah daerah persawahan yang mayoritas dilengkapi dengan sistem irigasi teknis. Sedangkan Karawang Selatan adalah daerah yang didominasi oleh perbukitan sehingga budidaya padi di sana banyak yang berbasis padi ladang. Dengan metode sampling tersebut didapat empat kecamatan, yaitu Kecamatan Cilamaya Wetan, Tempuran, Ciampel, dan Pangkalan. Kecamatan Tempuran dan Cilamaya Wetan adalah sentra padi sawah, sedangkan Kecamatan Pangkalan dan Ciampel adalah dua kecamatan dengan luas lahan padi ladang terbesar.

Selanjutnya dari setiap kecamatan, dipilih satu desa dengan produksi dan produktivitas tertinggi. Dari desa tersebut masing-masing diambil secara acak 30 rumah tangga petani padi sawah dan 30 rumah tangga petani padi ladang. Sehingga jumlah total responden sebanyak 120 responden. Pemilihan sampel petani padi sawah dilakukan secara acak, sedangkan untuk padi ladang dilakukan secara snowball. Hal itu disebabkan karena data petani padi sawah telah tersedia di pemerintah desa maupun kelompok petani, sedangkan data mengenai petani padi ladang belum tersedia sehingga untuk padi ladang, penentuan sampel diambil berdasarkan informasi dari petani di daerah itu sendiri.

Analisis Data

Analisis Deskriptif

Metode deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran pada fenomena-fenomena, menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang akan dipecahkan (Nasir 2005). Analisis deskriptif biasanya disajikan dalam tabel, frekuensi, grafik, dan tabulasi silang. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam pelaksanaan usahatani padi sawah maupun padi ladang. Analisis deskriptif ini juga digunakan dalam menganalisis peranan perempuan dalam pelaksanaan usahatani padi sawah maupun padi ladang. Analisis deskriptif dilakukan berdasarkan penilaian objektif yang ada pada aktivitas usahatani padi dari pra produksi (persiapan) hingga pasca panen (pemasaran).

Analisis Kuantitatif

(38)

pembangunan, khususnya untuk sementara ini diarahkan di beberapa bidang pembangunan yaitu ekonomi, tenaga kerja, pertanian, pendidikan, kesehatan, KB, hukum, HAM dan politik, di wilayah dan waktu tertentu. Selain itu, IKKG adalah peluang atau risiko perempuan untuk berada atau mencapai status atau kedudukan tertentu dibanding dengan laki-laki. IKKG ialah adalah suatu indikator yang dapat dipakai untuk menilai suatu keberhasilan program pemberdayaan perempuan pada berbagai bidang pembangunan. Selain itu, IKKG didefinisikan sebagai peluang atau risiko perempuan untuk berada atau mencapai status atau kedudukan dibanding dengan laki-laki. Penilaian IKKG ini berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasil perolehan. Penilaian kriteria nilai IKKG sebagai berikut; jika nilai IKKG < 1 memperlihatkan bahwa masih adanya kesenjangan peran laki-laki dengan perempuan yang cukup signifikan, nilai IKKG = 1 mencerminkan bahwa kesetaraan dan keadilan gendernya penuh atau seimbang, nilai IKKG = 0 menunjukkan bahwa terdapat ketidaksetaraan atau kesenjangan penuh dan nilai IKKG > 1 menunjukkan bahwa adanya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan yang sangat signifikan (Unggul 2005). Untuk perhitungan IKKG dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Formulasi perhitungan IKKJ adalah = Ppr (100–Plk ) / [Plk (100–Ppr)]. Keterangan:

Ppr = persentase (Y=1) dalam kelompok perempuan Plk = persentase (Y=1) dalam kelompok laki-laki

Syarat : 0 < P x < 100 Jika Pp = 0 atau Plk = 100 maka IKKJ = 0 Pp = 100 atau Plk = 0 maka IKKJ tidak mempunyai nilai.

Analisis Korelasi

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis untuk memperoleh hasil dari masalah penelitian. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan teknis analisis korelasi. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan kuesioner. Pengolahan data dilakukan terlebih dahulu melakukan pengkodean. Kegiatan ini bertujuan untuk menyeragamkan data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis korelasi. Analisis korelasi menggunakan uji statistik yaitu uji korelsi crosstab dan uji rank Spearman melalui SPSS 13 for windows. Korelasi crosstab digunakan untuk menduga hubungan antara karakteristik individu dengan indikator keseteraan dan keadilan gender. Uji rank Spearman digunakan untuk mencari koefisien antara data ordinal atau interval dengan data ordinal lainnya. Dalam teknik ini setiap data dari variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai yang terbesar, misalnya rendah, sedang dan tinggi. Peringkat terkecil diberi nilai 1. Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) dan negatif (-) korelasi yang menghasilkan angka positif berarti hubungan kedua variabel bersifat searah, yang berarti jika variabel bebas besar berarti variabel terikat juga besar, korelasi yang menghasilkan angka negatif berarti hubungan kedua variabel tidak searah, yang berarti jika variabel bebas besar maka variabel terikat menjadi kecil. Rumus yang digunakan untuk mengetahui uji rank Spearman, yaitu:

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran operasional
Tabel 3 menyajikan luas penggunaan lahan sesuai dengan fungsi lahan
Tabel 4  Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia
Tabel 5  Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis indeks kesetaraan gender tenaga kerja serta menganalisis apakah ada perbedaan antara volume produksi yang meningkat dan tidak

Misalnya, di dalam masalah waris, Islam membagi harta waris menggunakan pola 2:1 untuk laki-laki dan perempuan, dalam konsep pemisahan ranah keadilan dan kesetaraan gender,

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis aktivitas kerja dan kontribusi peran perempuan dan laki-laki di bidang produktif, reproduktif dan sosial budaya dan (2)

Misalnya, di dalam masalah waris, Islam membagi harta waris menggunakan pola 2:1 untuk laki-laki dan perempuan, dalam konsep pemisahan ranah keadilan dan kesetaraan gender,

Materi yang memiliki nilai kesetaraan gender (terda- pat nilai: partisipasi laki-laki dan perempuan, kerja sama, keadilan bagi laki- laki dan perempuan,

Untuk melihat peranan gender terhadap kasus malnutrisi anak di Indonesia, perlu dilihat penerapan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan yang terjadi di dalam

Konsep dan ruang lingkup gender yang berkaitan dengan kedudukan, peran, hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan dalam dimensi kesetaraan dan keadilan

Dari perspektif konstruksi sosial dalam masyarakat, gender adalah sarana yang membedakan laki-laki dan Fatima Mernissi tentang Kesetaraan Gender dan Diskriminasi terhadap