• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Biaya Produksi Dengan Besar Penerimaan Per Kilogram Dodol Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk melihat pengaruh biaya produksi per kilogram dodol yang mencakup biaya bahan baku (X1), biaya tenaga kerja (X2), biaya penyusutan (X3), biaya pengemasan (X4), biaya bahan bakar (X5), dan biaya penunjang (X6) terhadap penerimaan per kilogram dodol (Y). Pada Tabel 18 dapat dilihat hasil regresi linear berganda dari penerimaan per kilogram dodol dengan biaya-biaya produksi per kilogram dodol tersebut.

Tabel 18. Hasil Regresi Biaya Produksi Per Kilogram Dodol Dengan Penerimaan Per Kilogram Dodol

Variabel Koefisien t-hitung Signifikansi

Regresi constanta 23656,384 7,260 0,000 Bahan baku 0,456 2,312 0,026** Tenaga kerja 2,044 4,274 0,000** Penyusutan -14,121 - 6,240 0,000** Pengemasan -5,797 -1,165 0,251* Bahan bakar 2,604 0,547 0,588* Penunjang -6,553 -2,501 0,017** R-Square = 0,814 F-hitung = 27,045 Sig F = 0,000 Keterangan : * = tidak nyata ** = nyata

Sumber : Diolah dari hasil analisis regresi pada lampiran 19

Dari nilai koefisien korelasi pada Tabel 18, maka persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Nilai konstanta pada model regresi tersebut adalah sebesar 23656,384. Nilai koefisien determinasi (R2) = 0,814 atau 81,4%. Ini berarti bahwa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya pengemasan, biaya bahan bakar dan biaya penunjang per kilogram dodol mampu menjelaskan penerimaan per kilogram dodol sebesar 81,4% sedangkan sisanya 19,6% lagi dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model.

Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa nilai F-hitung adalah 27,045 dan nilai dari F-tabel adalah 2,35, berarti F-hitung > F-tabel dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya secara serempak biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya pengemasan, biaya bahan bakar dan biaya penunjang per kilogram dodol mempengaruhi penerimaan per kilogram dodol. Dengan kata lain ada pengaruh yang nyata antara biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya pengemasan, biaya bahan bakar dan biaya penunjang terhadap penerimaan per kilogram dodol.

Secara parsial biaya bahan baku per kilogram berpengaruh nyata terhadap penerimaan per kilogram dodol. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung

dan signifikansi dari biaya bahan baku. Dimana nilai t-hitungnya adalah 2,312 > t-tabel yaitu 1,681 dan nilai sig 0,026 < 0,05. Nilai koefisien regresi dari

biaya bahan baku adalah 0,456. Hal ini menunjukkan jika biaya bahan baku per kg dodol bertambah Rp.1 maka penerimaan per kilogram dodol akan bertambah sebesar Rp.0,456. Ini terjadi karena penambahan biaya bahan baku akan menambah jumlah produksi dodol, ketika produksi bertambah maka penerimaan juga akan bertambah.

Secara parsial biaya tenaga kerja per kilogram berpengaruh nyata terhadap penerimaan per kilogram dodol. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung dan signifikansi dari biaya tenaga kerja. Dimana nilai t-hitungnya adalah 4,274 > t-tabel yaitu 1,681 dan nilai sig 0,000 < 0,05. Nilai koefisien regresi dari biaya tenaga kerja adalah 2,044. Hal ini menunjukkan jika upah tenaga kerja per kg dodol bertambah Rp.1 maka penerimaan per kilogram dodol akan bertambah sebesar Rp.2,044. Sama halnya dengan biaya bahan baku, bertambahnya upah tenaga kerja berarti terjadi penambahan tenaga kerja. Penambahan tenaga kerja akan menambah jumlah produksi dodol dan akhirnya akan menambah penerimaan.

Secara parsial biaya penyusutan per kilogram berpengaruh nyata terhadap penerimaan per kilogram dodol. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung dan signifikansi dari biaya penyusutan. Dimana nilai t-hitungnya adalah –(6,240) > t-tabel yaitu 1,681 dan nilai sig 0,000 < 0,05. Nilai koefisien regresi dari biaya penyusutan adalah -14,121. Hal ini menunjukkan jika biaya penyusutan per kg dodol bertambah Rp.1 maka penerimaan per kilogram dodol akan berkurang sebesar Rp.14,121. Ini terjadi dikarenakan penambahan biaya penyusutan menghasilkan peningkatan produksi yang semakin mengecil yang mengakibatkan biaya rata-rata meningkat dan penerimaan berkurang.

Secara parsial biaya pengemasan per kilogram tidak berpengaruh nyata terhadap penerimaan per kilogram dodol. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung

dan signifikansi dari biaya pengemasan. Dimana nilai t-hitungnya adalah –(1,615) < t-tabel yaitu 1,681 dan nilai sig 0,251 > 0,05. Nilai koefisien regresi

dari biaya pengemasan adalah -5,797. Hal ini menunjukkan jika biaya pengemasan/kg dodol bertambah Rp.1 maka penerimaan per kilogram dodol akan berkurang sebesar Rp.5,797.

Secara parsial biaya bahan bakar per kilogram tidak berpengaruh nyata terhadap penerimaan per kilogram dodol. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung

dan signifikansi dari biaya bahan bakar. Dimana nilai t-hitungnya adalah 0,547 < t-tabel yaitu 1,681 dan nilai sig 0,588 > 0,05. Nilai koefisien regresi dari

biaya bahan bakar adalah 2,604. Hal ini menunjukkan jika biaya bahan bakar per kg dodol bertambah Rp.1 maka penerimaan per kilogram dodol akan bertambah sebesar Rp.2,604. Ini terjadi karena penambahan biaya bahan bakar akan menambah jumlah produksi dodol, ketika produksi bertambah maka penerimaan juga akan bertambah.

Secara parsial biaya penunjang per kilogram berpengaruh nyata terhadap penerimaan per kilogram dodol. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung dan signifikansi dari biaya penunjang. Dimana nilai t-hitungnya adalah –(2,501) > t-tabel yaitu 1,681 dan nilai sig 0,017 < 0,05. Nilai koefisien regresi dari biaya penunjang adalah -6,553. Hal ini menunjukkan jika biaya penunjang per kg dodol bertambah Rp.1 maka penerimaan per kilogram dodol akan berkurang sebesar Rp.6,553. Jika biaya penunjang bertambah namun produksi tetap, maka penerimaan akan berkurang.

Hubungan Jumlah Produksi Per Tahun Dengan Besar Pendapatan Per Kilogram Dodol

Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan antara jumlah produksi dodol per tahun dengan besar pendapatan per kilogram dodol yang meliputi nilai koefisien korelasinya dan arah hubungannya. Arah hubungan dapat dilihat dari tanda nilai koefisien korelasi, apakah positif atau negatif.

Data jumlah produksi dodol per tahun merupakan jumlah produksi dodol seluruh cita rasa yang meliputi dodol biasa, dodol pandan dan dodol durian. Sedangkan pendapatan per kilogram dodol merupakan rata-rata pendapatan per kilogram dari dodol biasa, dodol pandan dan dodol durian. Pada Tabel 19 dapat dilihat hasil korelasi antara jumlah produksi dodol/tahun dengan besar pendapatan/ kg dodol.

Tabel 19. Hasil Pengujian Hubungan Junlah Produksi Dodol Per Tahun Dengan Pendapatan Per Kilogram Dodol

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Jumlah produksi 819.4091 653.00380 44

Pendapatan/kg 8,914.4016 1,912.52583 44

Correlations

Jumlah produksi Pendapatan/kg

Jumlah produksi Pearson Correlation 1 .898**

Sig. (2-tailed) .000

N 44 44

Pendapatan/kg Pearson Correlation .898** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 44 44

Dari Tabel Descriptive Statistic dapat dilihat bahwa variabel yang dikorelasikan adalah jumlah produksi per tahun dengan pendapatan per kilogram dodol dengan jumlah sampel (N) sebanyak 44. Rata-rata untuk jumlah produksi dodol per tahun adalah 819,4091 dan rata-rata besar pendapatan per kilogram dodol adalah Rp. 8.914,4016.

Dari Tabel Correlation dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi (r) antara jumlah produksi dodol per tahun dengan pendapatan per kilogram dodol adalah 0,898. Menurut Sugiyono dan Nugroho, nilai r sebesar 0,898 menunjukkan bahwa hubungan jumlah produksi dodol per tahun dengan pendapatan per kilogram dodol sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif (+) artinya jika jumlah produksi dodol per tahun meningkat maka pendapatan per kilogram dodol juga akan meningkat dan sebaliknya jika jumlah produksi dodol per tahun menurun maka pendapatan per kilogram dodol juga akan menurun. Hal ini dikarenakan semakin banyak dodol yang diproduksi per tahun, maka biaya-biaya tetap per kilogram dodol akan semakin kecil seperti biaya penyusutan, biaya tenaga kerja pengemasan dan menjaga kios, biaya air, listrik dan telfon serta biaya PBB. Berkurangnya biaya tetap per kilogram akan berimbas kepada peningkatan pendapatan per kilogram dodol, dikarenakan pendapatan merupakan hasil pengurangan dari penerimaan dengan biaya produksi.

Jika nilai signifkansi < 0,05 maka terjadi hubungan yang signifikan antara kedua variabel, sebaliknya jika nilai signifikan > 0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Nilai signifikansi antara jumlah produksi dodol per tahun dan pendapatan per kilogram dodol adalah 0,000 yang berarti lebih kecil

dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi hubungan yang signifikan antara jumlah produksi dodol per tahun dengan pendapatan per kilogram dodol. Dengan demikian Hipotesis kedua yang menyatakan “ada hubungan yang signifikan antara jumlah produksi dengan besar pendapatan per kilogram dodol” diterima.

Komposisi Biaya Per Kilogram Dodol

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk dapat menghasilkan output. Dalam agroindustri dodol di daerah penelitian ada beberapa biaya produksi yang harus dikeluarkan pelaku agroindustri yang mencakup biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya variabel (Variabel Cost). Biaya tetap agroindustri dodol meliputi biaya penyusutan, biaya tenaga kerja pengemasan/menjaga kios, dan biaya penunjang seperti biaya listrik, air dan telfon serta biaya pajak PBB. Biaya variabel agroindustri dodol meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja pengolahan, biaya pengemasan dan biaya bahan bakar. Besarnya biaya-biaya produksi per kilogram dodol untuk semua cita rasa, baik dodol biasa, dodol durian, dan dodol pandan adalah sama, kecuali besar biaya bahan baku per kilogramnya.

Tabel 20. Komposisi Biaya Per Kilogram Dodol Biasa

No. Jenis Biaya Nilai Rata-rata/Kg Persentase (%)

1. Bahan baku 16.377,27 73,85 2. Tenaga Kerja 3.996,85 18,02 3. Penyusutan 264,56 1,19 4. Pengemasan 668,48 3,01 5. Bahan bakar 591,97 2,67 6. Penunjang 278,15 1,26 Total 22.177,28 100

Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa biaya yang paling banyak dikeluarkan untuk menghasilkan satu kilogram dodol biasa adalah biaya bahan baku yaitu sebesar Rp.16.377,27/Kg dengan persentase 73,85% dari total seluruh biaya produksi. Diurutan kedua adalah biaya tenaga kerja yaitu Rp. 3.996,85/Kg dengan persentase 18,02% dari total seluruh biaya produksi. Selanjutnya adalah biaya pengemasan yaitu Rp. 668,48/kg dengan persentase 3,01%., biaya bahan bakar

yaitu Rp. 591,97/Kg dengan persentase 2,67%, biaya penunjang yaitu Rp. 278,15/Kg dengan persentase 1,26%, dan yang paling rendah adalah biaya

penyusutan yaitu Rp. 264,56/Kg dengan persentase 1,26% dari total seluruh biaya produksi per kilogram dodol biasa.

Tabel 21. Komposisi Biaya Per Kilogram Dodol Durian

No. Jenis Biaya Nilai Rata-rata/Kg Persentase (%)

1. Bahan baku 19.940,15 77,47 2. Tenaga Kerja 3.996,85 15,53 3. Penyusutan 264,56 1,03 4. Pengemasan 668,48 2,60 5. Bahan bakar 591,97 2,29 6. Penunjang 278,15 1,08 Total 25.740,16 100

Sumber : Diolah Dari Data Primer Pada Lampiran 4,6, 9, dan 10.

Dari Tabel 21 dapat dilihat bahwa biaya yang paling banyak dikeluarkan untuk menghasilkan satu kilogram dodol durian adalah biaya bahan baku yaitu sebesar Rp. 19.940,15/Kg dengan persentase 77,47% dari total seluruh biaya produksi. Diurutan kedua adalah biaya tenaga kerja yaitu Rp. 3.996,85/Kg dengan persentase 15,53% dari total seluruh biaya produksi. Selanjutnya adalah biaya pengemasan yaitu Rp. 668,48/kg dengan persentase 2,60%., biaya bahan bakar

Rp. 278,15/Kg dengan persentase 1,08%, dan yang paling rendah adalah biaya penyusutan yaitu Rp. 264,56/Kg dengan persentase 1,03% dari total seluruh biaya produksi per kilogram dodol durian.

Tabel 22. Komposisi Biaya Per Kilogram Dodol Pandan

No. Jenis Biaya Nilai Rata-rata/Kg Persentase (%)

1. Bahan baku 16.228,79 73,67 2. Tenaga Kerja 3.996,85 18,14 3. Penyusutan 264,56 1,20 4. Pengemasan 668,48 3,04 5. Bahan bakar 591,97 2,69 6. Penunjang 278,15 1,26 Total 22.028,8 100

Sumber : Diolah Dari Data Primer Pada Lampiran

Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa biaya yang paling banyak dikeluarkan untuk menghasilkan satu kilogram dodol pandan adalah biaya bahan baku yaitu sebesar Rp. 16.228,79/Kg dengan persentase 73,67% dari total seluruh biaya produksi. Diurutan kedua adalah biaya tenaga kerja yaitu Rp. 3.996,85/Kg dengan persentase 18,14% dari total seluruh biaya produksi. Selanjutnya adalah biaya pengemasan yaitu Rp. 668,48/kg dengan persentase 3,04%., biaya bahan bakar

yaitu Rp. 591,97/Kg dengan persentase 2,69%, biaya penunjang yaitu Rp. 278,15/Kg dengan persentase 1,26%, dan yang paling rendah adalah biaya

penyusutan yaitu Rp. 264,56/Kg dengan persentase 1,20% dari total seluruh biaya produksi per kilogram dodol pandan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komposisi biaya bahan baku per kilogram dodol, baik itu dodol biasa, dodol durian, maupun dodol pandan lebih besar dibandingkan komposisi biaya produksi lainnya. Dengan demikian hipotesis ketiga diterima.

Perbedaan Pendapatan Agroindustri Dodol Skala Rumah Tangga dengan Skala Kecil

Agroindustri dodol didaerah penelitian dapat dikelompokkan dalam dua skala usaha, yaitu skala rumah tangga dengan penggunaan tenaga kerja 1 sampai 4 orang dan skala kecil dengan penggunaan tenaga kerja 5 sampai 19 orang. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan/tahun agroindustri dodol skala rumah tangga dengan pendapatan/tahun agroindustri dodol skala kecil dilakukan uji beda rata-rata Independent Samples T Test. Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan bersih dari usaha dodol, bukan pendapatan keluarga dari usaha dodol.

Pendapatan keluarga dari usaha dodol adalah pendapatan bersih ditambah dengan upah Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) yang turut serta menyumbangkan tenaga dalam usaha agroindustri dodol tersebut. Rata-rata total pendapatan bersih agroindustri dodol per tahun adalah Rp.120,313,574.47 dapat dilihat pada lampiran 15 danrata-rata upah TKDK per tahun adalah Rp.5,792,727 dapat dilihat pada lampiran 17, maka didapat rata-rata pendapatan keluarga dari usaha dodol/tahun adalah Rp.126,106,301.74 dapat dilihat pada lampiran 18.

Tabel 23. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Agroindustri dodol Berdasarkan Skala Usahanya

Group Statistics

Skala N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pendapatan 1 32 5.0757E7 1.31069E7 2.31700E6

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pendapatan Equal variances assumed

43.399 .000 -20.893 42 .000 -2.55040E8 1.22071E7 -2.79675E8 -2.30405E8

Equal variances not assumed

-13.104 11.318 .000 -2.55040E8 1.94631E7 -2.97732E8 -2.12349E8

Dari Tabel Group Statistics dapat dilihat bahwa besar sampel untuk agroindustri dodol skala rumah tangga ada 32 sampel, dan untuk agroindustri dodol skala kecil ada 12 sampel. Nilai rata-rata untuk pendapatan agroindustri dodol skala rumah tangga adalah 5,075x107 dan nilai rata-rata untuk pendapatan agroindustri dodol skala kecil adalah 3,0580x108.

Dalam melakukan uji beda rata-rata, langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan apakah varian kedua kelompok sama atau berbeda. Caranya dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel, atau dapat juga dilihat dari nilai signifikansi. Jika F hitung < F tabel atau Sig > 0,05 berarti kedua kelompok

memiliki varian yang sama. Dan sebaliknya, jika F hitung > F tabel atau Sig < 0,05 berarti kedua kelompok memiliki varian yang tidak sama

Pada tabel Independent T Test diketahui bahwa nilai F hitung (43,399) > F tabel (4,07) dan nilai signifikansi 0,00 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok memiliki varian yang tidak sama. Setelah diketahui bahwa varian kedua

kelompok tidak sama, maka nilai yang dipakai adalah nilai pada kolom Equal variances not assumed. Nilai t hitung adalah –(13,104) dan nilai t tabel adalah 2,017, berarti t hitung > t tabel dan signifikansi 0,00 < 0,025 maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan agroindustri dodol skala rumah tangga dengan agroindustri dodol skala kecil. Dengan demikian hipotesis keempat diterima.

Dokumen terkait