ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI DODOL
DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
DESY ARISANDY
090304024
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI DODOL
DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
OLEH: DESY ARISANDY
090304024 AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh, Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS
NIP. 194608021973011001 NIP. 196309281998031001 DR. Ir. Rahmanta Ginting, MSi
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
DESY ARISANDY (090304024/AGRIBISNIS) dengan judul penelitian “ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI DODOL DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”. Studi kasus Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Prof. Dr.Ir. Kelin Tarigan, MS. dan Bapak DR. Ir. Rahmanta Ginting, MSi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh biaya produksi terhadap besar penerimaan per kilogram dodol, untuk menganalisis hubungan jumlah produksi terhadap besar pendapatan per kilogram dodol, untuk menganalisis komposisi biaya per kilogram dodol yang dihasilkan, dan untuk menganalisis perbedaan pendapatan agroindustri dodol berdasarkan skala usahanya di Kabupaten Serdang Bedagai.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda, analisis korelasi pearson, dan uji beda rata-rata Independent Samples T Test dengan menggunakan alat bantu SPSS. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Besar sampel yang akan diambil dihitung dengan menggunakan rumus Slovin. Teknik pengambilan sampel dengan metode Stratified Random Sampling dengan besar sampel 44 yang terdiri dari 32 sampel untuk skala rumah tangga dan 12 sampel untuk skala kecil. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli tahun 2013.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil estimasi dapat diperoleh nilai determinasi (R2) sebesar 0,814. Hal ini berarti 81,4 % variasi yang terjadi pada variabel biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya pengemasan, biaya bahan bakar dan biaya penunjang menjelaskan penerimaan per kilogram dodol, sedangkan 19,6 % lagi dipengaruhi oleh variabel lain. Ada hubungan yang sangat erat antara jumlah produksi/tahun dengan pendapatan/kg dodol yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,898. Komposisi biaya/kg dodol yang paling tinggi adalah biaya bahan baku, untuk dodol biasa komposisi biaya bahan baku 73,85%, dodol durian 77,47%, san dodol pandan 73,67%, sisanya adalah komposisi biaya-biaya produksi lainnya. Ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan agroindustri dodol skala rumah tangga dengan agroindustri dodol skala kecil, hal ini dilihat dari nilai t hitung –(13,104) > t-tabel (1,681), dan signifikansi 0,000 < 0,05.
RIWAYAT HIDUP
DESY ARISANDY, lahir di Laut Tador pada tanggal 1 Desember 1991. Merupakan anak dari Bapak Basri dan Ibu Rusmiah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar di SDN. 010225 Laut Tador, Kabupaten
Batu Bara dan tamat tahun 2003.
2. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMPN. 2 Sei Suka,
Kabupaten Batu Bara dan tamat tahun 2006.
3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas di SMAN. 1 Tebing Tinggi dan
tamat tahun 2009.
4. Tahun 2009 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bulan Mei s/d Juli 2013 melakukan penelitian skripsi di Kecamatan Perbaungan
dan Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Batu Bara. Bulan Juli 2013
mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bandar Pinang Kebun,
Kecamatan Bintang Bayu, Kabupaten Serdang Bedagai.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI DODOL DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”. Studi kasus Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Tujuan dari
penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh
gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr.Ir. Kelin Tarigan, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak DR. Ir. Rahmanta Ginting, MSi selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan waktu untuk membimbing penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS. selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
5. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini yang telah
Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda
Basri dan Ibunda Rusmiah atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan kepada penulis selama menjalani masa
pendidikan. Tak lupa terima kasih kepada adik-adik tersayang, Novita Sari dan Riky Afandy atas semangat dan motivasi yang diberikan.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman di Program Studi
Agribisnis Stambuk 2009 yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dalam
penyusunannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, September 2013
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
Identifikasi Masalah ... 5
Tujuan Penelitian ... 5
Kegunaan Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA
Hipotesis Penelitian ... 19
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20
Metode Pengambilan Sampel ... 21
Metode Pengumpulan Data ... 23
Metode Analisis Data ... 23
Defenisi dan Batasan Operasional ... 28
Defenisi ... 28
Batasan Operasional ... 29
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian ... 30
Luas dan Letak Geografis ... 30
Keadaan Penduduk ... 32
Tata Guna Lahan ... 37
Karakteristik Sampel ... 35
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Besar Penerimaan Per Kilogram Dodol ... 42
Hubungan Jumlah Produksi Per Tahun Dengan Besar Pendapatan Per Kilogram Dodol ... 46
Komposisi Biaya Per Kilogram Dodol ... 48
Perbedaan Pendapatan Agroindustri Dodol Skala Rumah Tangga dengan Skala Kecil ... 51
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 54
Saran ... 55
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Populasi pengusaha dodol di Kabupaten Serdang Bedagai 2012 20
2. Populasi pengusaha dodol di Kabupaten Serdang Bedagai 2013 21
3. Besar sampel pengusaha dodol berdasarkan skala usaha 23
4. Pedoman Penilaian Koefisien Korelasi 27
5. Distribusi Penduduk Desa Bengkel Berdasarkan Agama 33
6. Distribusi Penduduk Desa Bengkel Berdasarkan Pekerjaan 33
7. Distribusi Penduduk Desa Sei Sijenggi Berdasarkan Agama 34
8. Distribusi Penduduk Desa Sei Sijenggi Berdasarkan Pekerjaan 34
9. Distribusi Penduduk Desa Pematang Sijonam Berdasarkan Agama 35
10. Distribusi Penduduk Desa Pematang Sijonam Berdasarkan Pekerjaan 35
11. Distribusi Penduduk Desa Sei Buluh Berdasarkan Agama 36
12. Distribusi Penduduk Desa Sei Buluh Berdasarkan Pekerjaan 37
13. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Bengkel 37
14. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Pematang Sijonam 37
15. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Sei Buluh 39
16. Karakteristik Sampel Agroindustri Dodol 39
17. Tingkat Pendidikan Terakhir Sampel Agroindustri Dodol 41
18. Hasil Regresi Biaya Produksi PerKilogram Dodol Dengan 42 Penerimaan Per Kilogram Dodol
19. Hasil Pengujian Hubungan Junlah Produksi Dodol Per Tahun 46 Dengan Pendapatan Per Kilogram Dodol
20. Komposisi Biaya Per Kilogram Dodol Biasa 48
22. Komposisi Biaya Per Kilogram Dodol Pandan 50
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
1. Karakteristik Sampel Agroindustri Dodol
2. Total Produksi Dodol Biasa, Durian dan Pandan Per Tahun
3. Biaya Penyusutab Dalam Agroindustri Dodol
4. Total Biaya Penyustan Agroindustri Dodol Berdasarkan Cita Rasa
5. Biaya Tenaga Kerja
6. Total Biaya Tenaga Kerja
7. Biaya Listrik, Air, dan Telfon
8. Biaya Pajak Buni dan Bangunan
9. Biaya Bahan Baku Agroindustri Dodol
10. Biaya Pengemasan
11. Biaya Bahan Bakar Agroindustri Dodol Berdasarkan Cita Rasa
12. Penerimaan Agroindustri Dodol
13. Rata-Rata Penerimaan Agroindustri Dodol Seluruh Cita Rasa
14. Total Biaya Produksi Dodol Berdasarkan Cita Rasa
15. Pendapatan Agroindustri Dodol Berdasarkan Cita Rasa
16. Penggunaan Tenaga Kerja Agroindustri Dodol
17. Upah TKDK Agroindustri Dodol Per Tahun
ABSTRAK
DESY ARISANDY (090304024/AGRIBISNIS) dengan judul penelitian “ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI DODOL DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”. Studi kasus Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Prof. Dr.Ir. Kelin Tarigan, MS. dan Bapak DR. Ir. Rahmanta Ginting, MSi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh biaya produksi terhadap besar penerimaan per kilogram dodol, untuk menganalisis hubungan jumlah produksi terhadap besar pendapatan per kilogram dodol, untuk menganalisis komposisi biaya per kilogram dodol yang dihasilkan, dan untuk menganalisis perbedaan pendapatan agroindustri dodol berdasarkan skala usahanya di Kabupaten Serdang Bedagai.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda, analisis korelasi pearson, dan uji beda rata-rata Independent Samples T Test dengan menggunakan alat bantu SPSS. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Besar sampel yang akan diambil dihitung dengan menggunakan rumus Slovin. Teknik pengambilan sampel dengan metode Stratified Random Sampling dengan besar sampel 44 yang terdiri dari 32 sampel untuk skala rumah tangga dan 12 sampel untuk skala kecil. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli tahun 2013.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil estimasi dapat diperoleh nilai determinasi (R2) sebesar 0,814. Hal ini berarti 81,4 % variasi yang terjadi pada variabel biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya pengemasan, biaya bahan bakar dan biaya penunjang menjelaskan penerimaan per kilogram dodol, sedangkan 19,6 % lagi dipengaruhi oleh variabel lain. Ada hubungan yang sangat erat antara jumlah produksi/tahun dengan pendapatan/kg dodol yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,898. Komposisi biaya/kg dodol yang paling tinggi adalah biaya bahan baku, untuk dodol biasa komposisi biaya bahan baku 73,85%, dodol durian 77,47%, san dodol pandan 73,67%, sisanya adalah komposisi biaya-biaya produksi lainnya. Ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan agroindustri dodol skala rumah tangga dengan agroindustri dodol skala kecil, hal ini dilihat dari nilai t hitung –(13,104) > t-tabel (1,681), dan signifikansi 0,000 < 0,05.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada tahap awal pembangunan, ekspor setiap negara didominasi oleh hasil–hasil
pertanian. Tetapi permintaan komoditas pertanian cenderung menurun dan diganti
oleh produk olahan yang harganya relatif lebih tinggi, bahkan lebih stabil. Oleh
karena itu agroindustri perlu dikembangkan untuk meningkatkan basis pasar
ekspor melalui diversifikasi produk, dan meningkatkan nilai tambah devisa
melalui substitusi terhadap produk ekspor olahan (Soekartawi, 1994).
Soekartawi (1999) menyatakan bahwa komponen pengolahan hasil pertanian
menjadi penting karena beberapa pertimbangan. Pertimbangan tersebut antara lain
mampu meningkatkan nilai tambah, meningkatkan kualitas hasil, meningkatkan
penyerapan tenaga kerja, meningkatkan keterampilan produsen, dan
meningkatkan pendapatan produsen. Dari beberapa penelitian menunjukkan
bahwa pengolahan hasil yang baik yang dilakukan produsen dapat meningkatkan
nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses. Konsekuensi logis dari hasil
olahan yang lebih baik akan menyebabkan total penerimaan yang lebih tinggi.
Bila keadaan memungkinkan sebaiknya petani mengolah sendiri hasil
pertaniannya untuk mendapatkan kualitas hasil yang lebih baik yang harganya
lebih tinggi dan akhirnya juga akan mendatangkan total penerimaan atau total
keuntungan yang lebih besar.
Permasalahan yang terjadi sekarang ini adalah rendahnya kemampuan masyarakat
kita memanfaatkan sumber daya yang ada dan menangkap peluang bisnis yang
dijadikan peluang bisnis, apalagi negara kita memiliki begitu banyak hasil
pertanian yang dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan melalui industri
pengolahan.
Begitu banyaknya makanan–makanan import yang masuk ke Indonesia
menyebabkan makanan tradisional dalam negeri mulai dilupakan. Sebenarnya
makanan dalam negeri sendiri tidak kalah cita rasanya dibandingkan makanan
import tersebut. Pandangan masyarakat yang menganggap makanan–makanan
import lebih baik dan lebih berkualitas dibandingkan makanan tradisional dalam
negeri harus diubah. Caranya dengan meningkatkan kualitas makanan melalui
manajemen yang baik, seperti penganekaragaman jenis dan cita rasa, daya tahan
makanan, dan kemasan yang lebih menarik sehingga tampilannya lebih modern.
Jika masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada dan
menjadikannya sebagai suatu bisnis yang berbasis agroindustri, maka akan
tercipta nilai tambah yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan
produsen.
Ketan mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan dalam rangka
menunjang kebutuhan bahan pangan di Indonesia mengingat kebutuhan ketan
sebagai bahan baku berbagai macam makanan. Ketan merupakan komoditi
pertanian dari salah satu macam beras yang jika ditinjau dari segi nilai gizi
didominasi oleh pati dan juga mengandung protein, vitamin, mineral dan air.
Hasil pengolahan lebih lanjut dari beras ketan diantaranya berupa tepung ketan.
gula-gula, pudding, dodol, jenang, produk saus, tepung pembungkus ayam
goreng.
Salah satu produk olahan dari ketan yang terkenal adalah dodol. Dodol merupakan
makanan tradisional yang cukup popular di beberapa daerah di Indonesia. Salah
satu daerah yang terkenal dengan produk dodolnya adalah Kabupaten Serdang
Bedagai. Usaha dodol di daerah ini masih berskala rumah tangga hingga skala
kecil.
Tersedianya bahan baku pembuatan dodol yaitu tepung ketan, gula aren dan
santan kelapa, seharusnya dapat dimanfaatkan lebih baik lagi melalui kegiatan
agroindustri yang pada akhirnya akan memberikan pendapatan bagi masyarakat.
Dodol yang pada awalnya digunakan pada perayaan hari besar seperti idul fitri,
perkawinan dan sebagainya, sekarang ini sudah mulai dipasarkan secara meluas.
Dodol biasanya dijadikan buah tangan oleh para wisatawan domestik terutama
yang melintas di sepanjang jalan besar Medan–Tebing Tinggi.
Dodol telah menjadi ciri khas di Kabupaten Serdang Bedagai. Banyak wisatawan
domestik yang datang ke daerah ini untuk membeli buah tangan sehingga
permintaan dodol akan tetap ada. Dalam perkembangannya, produk dodol
memiliki variasi rasa yang beragam seperti rasa vanili/biasa, rasa pandan, rasa
nenas, rasa mangga, rasa durian, atau rasa kacang. Umumnya produk dodol ini
dikemas dalam kemasan plastik biasa kemudian dikemas kembali dalam kemasan
plastik yang lebih tebal dan diklem dengan hekter. Walaupun demikian, masih ada
yang dikemas dengan menggunakan ”upe” (bagian permukaan dari kulit batang
ditimbang sesuai keinginan pembeli dan dibungkus dengan plastik biasa
(Anonimous, 2011).
Usaha dodol secara keseluruhan masih dikelola secara perorangan dan proses
produksinya masih bersifat tradisional, mulai dari penyiapan bahan baku sampai
pengemasan. Hal ini menyebabkan kapasitas produksinya rendah, ongkos
produksi tinggi dan produksinya kurang higienis. Sedangkan untuk dapat
menembus pasar ekspor dan bisa bersaing dengan produk jenis makanan ringan
lainnya dibutuhkan kualitas produk yang terjamin, ongkos produksi lebih rendah
dan ketahanan produk yang lebih lama (Anonimous, 2011).
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa industri pengolahan dapat
meningkatkan pendapatan produsen, maka usaha pembuatan dodol yang
merupakan industri pengolahan hasil pertanian, juga mampu meningkatkan
pendapatan produsennya namun ongkos produksi masih relatif tinggi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan analisis
yang terkait dengan pendapatan yang diperoleh dari agroindustri dodol di
Kabupaten Serdang Bedagai. Termasuk didalamnya analisis mengenai pengaruh
biaya produksi terhadap penerimaan per kilogram dodol, hubungan jumlah
produksi dengan pendapatan per kilogram dodol, hingga ke perbedaan pendapatan
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
didapat adalah :
1. Bagaimana pengaruh biaya produksi terhadap besar penerimaan per kilogram
dodol?
2. Bagaimana hubungan jumlah produksi terhadap besar pendapatan per kilogram
dodol?
3. Bagaimana komposisi biaya per kilogram dodol yang dihasilkan?
4. Bagaimana perbedaan pendapatan usaha dodol menurut skala usahanya?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh biaya produksi dengan besar penerimaan per
kilogram dodol di daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis hubungan jumlah produksi terhadap besar pendapatan per
kilogram dodol di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis komposisi biaya per kilogram dodol yang dihasilkan di
daerah penelitian.
4. Untuk menganalisis perbedaan pendapatan usaha dodol menurut skala
usahanya.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai sumber masukan dan informasi bagi para pengusaha dodol dalam
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam
pengambilan kebijakan dan pengembangan usaha dodol.
TINJAUAN PUSTAKA
Agroindustri
Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga
menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya
menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada
pemakai akhir (Statistik Industri, 2009).
Soekartawi (2000) mengatakan bahwa agroindustri dapat diartikan dalam 2 hal,
yaitu :
• Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. Studi agroindustri pada konteks ini adalah menekankan pada food processing management dalam suatu perusahaan produk olahan yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian. Menurut FAO (Hicks, 1996) suatu industri
yang menggunakan bahan baku dari pertanian dengan jumlah minimal 20%
dari jumlah bahan bakuyang digunakan adalah agroindustri.
• Agroindustri diartikan sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut
mencapai tahapan pembangunan industri.
Statistik industri (2009) menjelaskan bahwa perusahaan atau usaha industri adalah
suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan
menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu
biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut.
Perusahaan industri pengolahan dibagi dalam 4 golongan, yaitu sebagai berikut :
a. Industri besar tenaga kerja 100 orang atau lebih
b. Industri sedang tenaga kerja 20 – 99 orang
c. Industri kecil tenaga kerja 5 – 19 orang
d. Industri rumah tangga tenaga kerja 1 – 4 orang
Dalam perusahaan agroindustri skala kecil, pemilik bertindak apa saja, mulai dari
pembelian bahan baku, pengolahan dan bahkan sampai menjual hasil olahan
agroindustri. Dalam agroindustri skala kecil, tidak jelas adanya pembagian tugas
(Soekartawi, 2000).
Dodol
Dodol merupakan suatu olahan pangan yang dibuat dari campuran tepung ketan,
gula, dan santan kelapa, yang didihkan sehingga menjadi kental dan berminyak
tidak lekat, dan jika telah dingin menjadi padat, lunak dan dapat diiris. Dodol
memiliki warna coklat, rasa manis dan gurih yang khas. Komponen utama dodol
ialah tepung ketan, sebagai pendukung utama tekstur dodol (Haryadi, 2008).
Menurut Redaksi Agromedia (2007), cara membuat dodol adalah sebagai berikut :
• Cuci beras ketan dengan air hingga bersih, kemudian rendam dalam air bersih selama tiga jam. Tujuan perendaman agar beras menjadi lunak dan mudah
digiling.
• Masukkan tepung beras kedalam ember penampungan. Tambahkan air, kemudian aduk hingga merata dan menjadi adonan. Air yang digunakan sekitar
lima liter untuk tujuh liter tepung.
• Parut kelapa, peras, kemudian ambil santannya. Campur santan dengan enam liter air.
• Masak santan bersama gula merah sambil terus diaduk–aduk hingga gula meleleh dan santan mendidih.
• Masukkan adonan tepung beras kedalam wajan yang berisi santan dan gula merah. Tambahkan garam dan aduk terus menerus selama lima jam.
• Angkat dodol setelah warnanya berubah menjadi coklat tua (pekat) dan terlihat mengilat.
• Masukkan dodol ke ember–ember penampungan. Dinginkan selama sekitar satu jam. Timbang sesuai ukuran yang diinginkan kemudian dinginkan
kembali. Dodol siap dikemas.
Tepung Ketan
Padi ketan yaitu jenis tanaman padi yang hasilnya bukan sebagai makanan pokok
sehari–hari. Beras ketan umumnya dibuat tepung sebagai bahan pembuat
panganan atau makanan ringan. Dengan demikian padi ketan tidak dikonsumsi
langsung sebagai makanan pokok sebagaimana beras (Yandianto, 2003).
Tepung beras ketan mengandung amilosa kurang dari 0.5% pada patinya dan
sejumlah α-amilase yang tidak dapat diabaikan. Tepung beras ketan berbeda
dengan tepung beras lainnya dalam hal ketahanan terhadap pelepasan air dari
penyimpanan beku (thawing). Tepung beras ketan dan patinya mempunyai ciri paling baik diantara pati–pati dan tepung padian lainnya, karena pastanya lebih
tahan pada perlakuan beku–leleh dari pada tepung–tepung ataupun pati–pati
lainnya. Perilaku ini kemungkinan besar karena kandungan amilosa yang sangat
sedikit (Haryadi, 2008).
Gula
Gula yang digunakan dalam pembuatan dodol tradisional umumnya adalah gula
aren yang umum dikenal sebagai gula merah. Syarat gula merah yang digunakan
dalam pembuatan dodol yaitu cokelat, kering dan tidak kotor. Fungsi gula merah
dalam pembuatan dodol ini yaitu memberikan aroma, rasa manis, mempercepat
kekentalan, warna cokelat pada dodol, sebagai pengawet, membantu lapisan keras
atau tekstur dodol (Hatta, 2012).
Santan Kelapa
Sebagai tanaman tropis, kelapa telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia untuk minyak goreng atau dibuat santan sebagai bahan campuran
berbagai masakan/produk pangan. Santan murni secara alami mengandung sekitar
54% air, 35% lemak dan 11% padatan tanpa lemak (karbohidrat ± 6%, protein ±
4% dan padatan lain) yang dikategorikan sebagai emulsi minyak dalam air. Selain
itu, santan juga mengandung vitamin C, B-6, thiamin, niasin, folat dan sejumlah
mineral seperti kalsium, seng, magnesium, besi, fosfor (Kulinologi, 2013).
Santan dari buah kelapa diperoleh dengan cara pemarutan dan memerasnya
dengan air. Santan yang digunakan dalam pembuatan dodol terdiri dari 2 macam
penambah cita rasa dan aroma. Santal kental penting dalam pembuatan dodol
karena banyak mengandung lemak sehingga dihasilkan dodol yang mempunyai
cita rasa yang lezat dan membentuk tekstur kalis. Santan encer berfungsi untuk
mencairkan tepung, sehingga terbentuk adonan dan untuk melarutkan gula
(Hatta, 2012).
Landasan Teori Teori Biaya Produksi
Pengolahan hasil menjadi penting karena mampu meningkatkan pendapatan
produsen. Menurut Rahim dan Hastuti (2008), penerimaan adalah perkalian antara
produksi dengan harga jual dan pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan
semua biaya.
Rosyidi (2006) menyatakan bahwa tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk
mendapatkan laba semaksimal mungkin. Maka persoalan biaya produksi sangat
penting diketahui karena laba merupakan selisih antara penerimaan dan biaya
(selisih antara revenue dan cost). Biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pengusaha untuk dapat menghasilkan output. Produksi dapat
dilaksanakan apabila tersedia faktor–faktor produksi. Sudah barang tentu pula
bahwa semua faktor produksi itu tidak dapat diperoleh dengan cuma–cuma
melainkan harus dibeli karena tidak ada satu faktor produksi pun yang merupakan
barang bebas, semuanya adalah barang ekonomi yang jumlah atau tersedianya
adalah langka sehingga untuk mendapatkannya tentu harus dilakukan
pengorbanan dengan cara pembelian. Jelasnya, biaya produksi adalah nilai semua
Case dan Fair (2007) menyatakan bahwa biaya total (total cost) disusun oleh biaya tetap dan biaya variabel. Fixed cost adalah biaya untuk fixed resources. Dengan demikian, karena perusahaan tidak dapat mengubah- ubah jumlah sumber
itu dalam proses produksinya, fixed cost itu pun akan tetap saja besarnya tidak perduli berapa pun jumlah output yang dihasilkan, misalnya sewa, asuransi, biaya
pemeliharaan, biaya penyusutan barang–barang modal, gaji, dan sebagainya.
Sedangkan variable cost merupakan biaya untuk pembelian variable resources. Besarnya variable cost akan berubah–ubah seiring dengan berubahnya jumlah
output yang dihasilkan. Biaya variabel akan naik jika jumlah output yang
dihasilkan bertambah dan akan turun jika jumlah output yang dihasilkan
berkurang (Rosyidi, 2006).
Menurut Case & Fair (2007), dalam membahas biaya tetap harus dibedakan antara
biaya tetap total (TFC) dan biaya tetap rata–rata (AFC). Biaya tetap total (TFC)
adalah biaya yang tidak berubah sesuai output, meskipun outputnya nol.
Sedangkan biaya tetap rata–rata (AFC) adalah biaya tetap untuk setiap satuan
output yang dihasilkan, yang didapat dari pembagian biaya tetap total (TFC)
dengan jumlah unit output (q). Sewaktu output meningkat, biaya tetap rata–rata
turun karena kita membagi angka yang tetap dengan kuantitas yang lebih besar
dan lebih besar lagi.
Biaya Variabel Total (TVC) adalah jumlah biaya yang beragam sesuai tingkat
output yang dihasilkan. Untuk memproduksi output lebih banyak, suatu
perusahaan menggunakan input yang lebih banyak pula. Biaya output tambahan
banyak biayanya. Rosyidi (2006) menyatakan bahwa biaya variabel rata–rata atau
AVC adalah besarnya biaya variabel untuk setiap satuan output yang dihasilkan.
AVC ini diperoleh dengan cara membagi biaya variabel dengan jumlah output.
Adapun biaya total produksi atau lebih dikenal total cost (TC) merupakan keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen berkaitan dengan proses
produksi sebagai aktivitas utama untuk menghasilkan suatu produk. Dalam jangka
pendek total cost sangat ditentukan oleh input–input produksi baik secara
kuantitas maupun kualitas (Sarnowo et al, 2011). Sedangkan biaya rata–rata (Average cost =AC) menurut Putong (2020) adalah rata–rata biaya total yang dikeluarkan oleh perusahaan, baik yang bersifat tetap maupun yang bersifat
variabel. Dimana AC = TC/q atau AC = AFC + AVC.
Regresi Linear Berganda
Persamaan matematika yang memungkinkan kita meramalkan nilai–nilai peubah
tak bebas dari nilai – nilai satu atau lebih peubah bebas disebut persamaan regresi
(Hamang, 2005). Menurut Soleh (2005) secara umum regresi linear terdiri dari
dua, yaitu regresi linear sederhana dengan satu variabel bebas dan satu variabel
terikat. Dan regresi linear berganda dengan beberapa variabel bebas dan satu
variabel terikat. Analisis regresi linear merupakan metode statistik yang paling
jamak dipergunakan dalam penelitian–penelitian sosial, terutama penelitian
ekonomi. Program computer yang paling banyak digunakan adalah SPSS
(Statistical Package For Service Solutions).
Model regresi yang digunakan untuk menyatakan pengaruh beberapa variabel
Wibowo (2012) menyatakan bahwa dalam penggunaan analisis ini ada beberapa
hal yang bisa dibuktikan seperti bentuk dan arah hubungan yang terjadi antara
variabel independen dan variabel dependen, serta dapat mengetahui nilai estimasi
atau prediksi nilai dari masing–masing variabel independen terhadap variabel
dependennya jika suatu kondisi terjadi. Kondisi tersebut adalah naik turunnya
nilai masing–masing variabel independen itu sendiri yang disajikan dalam model
regresi.
Korelasi
Korelasi adalah pengukuran hubungan antara dua peubah X dan Y. Analisis
korelasi mencoba mengukur kekuatan hubungan antara dua peubah melalui
sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi. Koefisien korelasi linear
didefenisikan sebagai ukuran hubungan linear antara dua peubah X dan Y, dan
dilambangkan dengan “r” (Hamang, 2005). Menurut Wibowo (2012), pada
korelasi hubungan yang dibentuk adalah hubungan yang sejajar, rekrusif dimana
rxy akan sama dengan ryx.
Nilai korelasi berada pada rentang 0 sampai 1 atau 0 sampai -1. Tanda positif dan
negatif menunjukkan arah hubungan. Tanda positif menunjukkan arah perubahan
yang sama. Jika 1 variabel naik, variabel yang lain juga naik. Tanda negatif
menunjukkan arah perubahan yang berlawanan. Jika suatu variabel naik, variabel
yang lain malah turun (Trihendradi, 2005).
Jika nilai yang diperoleh semakin dekat ke angka 1 itu berarti hubungan semakin
kuat dan arah hubungan tersebut adalah searah. Sebaliknya jika nilai yang
hubungan tersebut adalah berkebalikan. Jika nilai yang diperoleh adalah nol
berarti tidak terdapat hubungan antara kedua variabel (Wibowo, 2012).
Uji Beda Rata – Rata Independent Sample T Test
Independent-Sample T Test digunakan untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok. Test ini biasanya digunakan untuk menguji pengaruh satu variabel
independent terhadap satu atau lebih variabel dependent (Trihendradi, 2011).
Kerangka Pemikiran
Agroindustri adalah suatu kegiatan yang mengolah bahan yang dihasilkan dari
usaha pertanian dalam arti luas, baik dari pertanian pangan maupun non pangan,
peternakan ataupun perikanan. Usaha agroindustri dapat dibagi menjadi beberapa
skala usaha, yaitu skala rumah tangga, skala kecil, skala menengah dan skala
besar. Di daerah penelitian yaitu Kabupaten Serdang Bedagai, agroindustri dodol
yang dilakukan masih berskala rumah tangga hingga skala kecil.
Dalam kegiatan pengolahan diperlukan berbagai sumber daya yang merupakan
input dalam proses produksi, yang pada akhirnya akan menghasilkan output.
Begitu pula dalam agroindustri dodol yang juga memerlukan bermacam–macam
input seperti bahan baku utama, bahan penunjang, tenaga kerja, peralatan, dll.
Sumberdaya (input) yang diperlukan dalam proses pengolahan tidak di dapatkan
secara cuma–cuma tetapi harus dibeli. Pembelian input memerlukan uang. Uang
yang dikeluarkan untuk pembelian input disebut biaya produksi. Besarnya biaya
produksi dari masing–masing skala usaha akan berbeda. Hal ini dikarenakan
yang digunakan juga berbeda. Semakin besar skala usahanya maka akan semakin
besar total biaya produksi yang dikeluarkan.
Setiap jenis input yang diperlukan dalam proses pengolahan dodol memerlukan
besar biaya yang berbeda – beda. Misalnya, besar biaya untuk bahan baku akan
berbeda dengan besar biaya untuk tenaga kerja atau peralatan. Hal ini akan
menimbulkan adanya komposisi biaya untuk setiap jenis input dalam pengolahan.
Banyaknya dodol yang dihasilkan dari industri pengolahan baik itu skala rumah
tangga maupun skala kecil, dikaitkan dengan harga jual akan menghasilkan
penerimaan bagi pengusaha. Penerimaan merupakan pendapatan kotor karena
masih terdapat biaya produksi didalamnya. Setelah penerimaan tersebut dikurangi
dengan biaya produksi maka diperoleh pendapatan bersih dari usaha dodol.
Didalam agroindustri dodol, tenaga kerja yang digunakan bukan hanya berasal
dari luar keluarga atau orang lain, tetapi ada juga peran serta anggota keluarga
dalam kegiatan usaha tersebut. Oleh karena itu, upah atau gaji untuk tenaga kerja
dalam keluarga juga harus diperhitungkan. Pendapatan usaha dodol ditambah
dengan upah tenaga kerja dalam keluarga disebut dengan pendapatan keluarga
dari usaha dodol.
Besarnya biaya produksi yang dikeluarkan dapat mempengaruhi besar penerimaan
per kilogram dodol. Untuk itu perlu diketahui apakah pengaruh tersebut signifikan
atau tidak. Disisi lain besar penerimaan per kilogram dodol ada hubungannya
dengan jumlah produksi dan perlu diketahui seberapa kuat hubungan tersebut.
Selain itu, adanya perbedaan besar biaya produksi dan jumlah produksi antara
dodol dari setiap skala usaha tersebut berbeda pula. Untuk itu perlu diketahui
apakah perbedaan pendapatan tersebut signifikan atau tidak. Skema kerangka
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang dibuat, maka diajukan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Ada pengaruh yang signifikan antara biaya produksi dengan besar penerimaan
per kilogram dodol.
2. Ada hubungan yang signifikan antara jumlah produksi dengan besar
pendapatan per kilogram dodol.
3. Komposisi biaya bahan baku lebih besar dari pada komposisi biaya lainnya.
4. Ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan usaha dodol skala rumah
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive atau secara sengaja yaitu di Kabupaten Serdang Bedagai. Daerah ini dipilih karena merupakan salah satu
daerah penghasil dodol yang terkenal. Dodol merupakan produk agroindustri yang
diunggulkan di daerah ini. Bahkan produknya sudah dikenal hingga keluar kota.
Industri pengolahan dodol di daerah ini berkembang pesat, hal ini dapat dilihat
dari semakin banyaknya kios–kios dodol yang berdiri disepanjang jalan besar di
daerah penelitian. Masyarakat yang melakukan agroindustri dodol di daerah ini
jumlahnya terbilang banyak.
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Serdang
Bedagai, agroindustri dodol hanya terdapat di dua kecamatan, yaitu Kecamatan
Perbaungan dan Kecamatan Teluk Mengkudu. Hampir seluruh populasi usaha
dodol yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai terdapat di Kecamatan Perbaungan
dan sebagian kecilnya berada di Kecamatan Teluk Mengkudu. Banyaknya jumlah
usaha dodol yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat dari Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Pengusaha Dodol di Kabupaten Serdang Bedagai 2012 No. Kecamatan Alamat Desa Jumlah Unit Usaha 1 Perbaungan Bengkel 75
Sei Sijenggi 5
Kota Galuh 2
Pematang Sijonam 1
2 Teluk Mengkudu Sei Buluh 2
Jumlah Populasi 85
Setelah dilakukan pra survey lebih lanjut ke daerah penelitian, dengan
berpedoman pada data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan di dapatkan
populasi usaha dodol berdasarkan skala usahanya. Pembagian skala usaha
dilakukan berdasarkan kriteria yang ditetapkan statistik industri (2009). Jumlah
populasi usaha dodol berdasarkan skala usahanya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Populasi Pengusaha Dodol di Kabupaten Serdang Bedagai 2013 No. Kecamatan Alamat Desa Skala RT Skala Kecil Total 1 Perbaungan Bengkel 57 18 75
Sei Sijenggi 2 - 2
Pematang Sijonam - 1 1
2 Teluk Mengkudu Sei Buluh - 2 2
Jumlah Populasi 59 21 80 Sumber : Data Primer, 2013
Dari tabel 2dapat dilihat bahwa terjadi perubahan jumlah populasi usaha dodol di
Kabupaten Serdang Bedagai. Pada tahun 2013 jumlah usaha dodol di desa Sei
Sijenggi hanya tinggal 2 (dua) unit dari 5 (lima) unit usaha di tahun 2012. Hal ini
dikarenakan 3 unit usaha tidak berproduksi lagi. Sedangkan di Kota Galuh,
menurut perangkat desa setempat tidak terdapat usaha pengolahan dodol.
Metode Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah stratified random sampling karena populasi usaha dodol dibagi berdasarkan skala usahanya. Dalam strategi ini populasi dikategorikan dalam kelompok–kelompok yang mewakili
Jumlah seluruh populasi usaha dodol di Kabupaten Serdang Bedagai baik skala
rumah tangga maupun skala kecil sebanyak 80 unit usaha. Besar sampel usaha
dodol yang akan diambil dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan
rumus Slovin dengan galat penduga 10%. Dibawah ini adalah cara
menghitungnya.
n = �
� (�)2 + 1
Keterangan :
n : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
d : Galat penduga (10%)
Maka didapat besar sampel penelitian sebagai berikut :
n = 80 unit usaha 80 (0.1)2 + 1
n = 80 unit usaha 1.8
n = 44.4 = 44 unit usaha
Jadi, besar sampel pengusaha dodol yang akan diteliti sebanyak 44 unit usaha.
Tahap selanjutnya, dari 44 unit usaha yang akan dijadikan sampel, maka akan di
Tabel 3. Besar Sampel Pengusaha Dodol Berdasarkan Skala Usaha
No. Skala Usaha Populasi (unit) Sampel (unit) 1 Rumah Tangga 59 59/80 x 44 = 32.45 = 32
2 Kecil 21 21/80 x 44 = 11.55 = 12
Jumlah 80 44 Sumber : Data Primer, 2013
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada para responden
dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari instansi – instansi terkait diantaranya Badan Pusat Statistik, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, buku – buku yang mendukung penelitian, dan
lain-lain.
Metode Analisis Data
Identifikasi masalah 1 akan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda. Data diolah dengan menggunakan program SPSS dengan meregresikan
data biaya produksi per kilogram dengan penerimaan per kilogram dodol. Biaya
produksi dalam usaha dodol meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, penyusutan,
pengemasan, bahan bakar dan biaya penunjang. Dibawah ini adalah rumus–rumus
yang digunakan untuk memperoleh besar biaya produksi dan penerimaan.
Untuk memperoleh besar biaya produksi digunakan rumus sebagai berikut.
TC = FC + VC
Keterangan :
FC = Fixed cost atau biaya tetap
VC = Variable cost atau biaya variabel.
Selanjutnya, untuk memperoleh pendapatan digunakan rumus sebagai berikut.
Pd = TR – TC
Keterangan :
Pd = Pendapatan
TR = Total revenue atau total penerimaan
TC = Total cost atau total biaya
Total penerimaan (TR) diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
TR = P x Q
Keterangan :
P = Harga dodol/kg
Q = Jumlah produksi dodol
Setelah data biaya produksi dan penerimaan per kilogram dodol diperoleh,
selanjutnya dilakukan analisis regresi linear berganda. Persamaannya di notasikan
sebagai berikut :
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + ε
Keterangan :
Y = Penerimaan per kilogram dodol
a = Nilai konstanta
b1 s/d b6 = Koefisien regresi
x1 = Biaya bahan baku/Kg
x3 = Biaya penyusutan/Kg
x4 = Biaya pengemasan/Kg
x5 = Biaya bahan bakar/Kg
x6 = Biaya penunjang/Kg
ε = Std. eror
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Nilai t hitung
Jika t hitung < t tabel atau Sig > 0.05 ; H0 diterima dan H1 ditolak
Jika t hitung > t tabel atau Sig < 0.05 ; H0 ditolak dan H1 diterima
H0: Biaya bahan baku, biaya tanaga kerja , biaya penyusutan, biaya pengemasan,
biaya bahan bakar dan biaya penunjang secara parsial tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan per kilogram dodol.
H1: Biaya bahan baku, biaya tanaga kerja , biaya penyusutan, biaya pengemasan,
biaya bahan bakar dan biaya penunjang secara parsial memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap penerimaan per kilogram dodol.
2. Nilai F hitung
Jika F hitung > F tabel atau Sig < 0.05 ; H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika F hitung < F tabel atau Sig > 0.05 ; H0 diterima dan H1 ditolak.
H0 : Biaya bahan baku, biaya tanaga kerja , biaya penyusutan, biaya pengemasan,
biaya bahan bakar dan biaya penunjang secara serempak tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan per kilogram dodol.
H1: Biaya bahan baku, biaya tanaga kerja , biaya penyusutan, biaya pengemasan,
biaya bahan bakar dan biaya penunjang secara serempak memiliki pengaruh
Untuk Identifikasi masalah 2 dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi
Pearson. Data diolah dengan menggunakan program SPSS dengan
mengkorelasikan jumlah produksi dengan pendapatan per kilogram dodol. Hasil
dan kesimpulan dari analisis dapat diketahui dengan berpedoman pada kriteria
sebagai berikut.
1. Pengujian hipotesis
Jika sig > 0.05 maka Ho diterima, H1 ditolak.
Jika sig < 0.05 maka H1 diterima, H0 ditolak.
H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah produksi dengan
pendapatan per kilogram dodol.
H1 : Ada hubungan yang signifikan antara jumlah produksi dengan pendapatan
per kilogram dodol.
2. Nilai dari derajat keeratan
Menurut Supranto (1995), koefisien korelasi (r) dapat diperoleh dengan rumus
sebagai berikut.
�= �Σ����− Σ��Σ��
��Σ��2−(Σ��)2��Σ��2−(Σ��)2
Keterangan :
r = koefisien korelasi
n = besar sampel
Xi = jumlah produksi sampel ke-i
Sugiyono (2001) dalam Nugroho (2011) menggolongkan pedoman dalam menilai
koefisien korelasi sebagai berikut
Tabel 4. Pedoman Penilaian Koefisien Korelasi
No Nilai Interval Kriteria
Untuk identifikasi masalah 3 akan dianalisis dengan cara sebagai berikut :
:����� ����� �
��
x 100%
Keterangan :
Total biaya X : Total biaya untuk kategori tertentu.
TC : Total biaya produksi dodol.
Untuk identifikasi masalah 4 akan dianalisis dengan uji beda rata-rata Independent Samples T Test. Data yang akan dianalisis beda rata-ratanya adalah pendapatan usaha dodol skala rumah tangga dan pendapatan usaha dodol skala kecil. Data
diolah dengan program SPSS. Secara matematis, untuk mendapatkan t hitung
digunakan rumus sebagai berikut.
X1 : Rata-rata pendapatan usaha dodol skala rumah tangga
n1 : Besar sampel usaha dodol skala rumah tangga
n2 : Besar sampel usaha dodol skala kecil
�12 : Varian dari usaha dodol skala rumah tangga
�22 : Varian dari usaha dodol skala kecil
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
Jika t hitung > t tabel atau sig < 0.05, maka H0 tolak dan H1 diterima
Jika t hitung < t tabel atau sig > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak
H0 : Tidak ada perbedaan pendapatan usaha dodol skala rumah tangga dengan
skala kecil.
H1 : Ada perbedaan pendapatan usaha dodol skala rumah tangga dengan skala
kecil.
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menjelaskan dan menghindari kesalah pahaman dalam penelitian, maka
dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
Defenisi
1. Agroindustri dodol adalah usaha pengolahan bahan baku berupa tepung ketan,
gula, dan kelapa (santan) menjadi dodol.
2. Pengusaha dodol adalah orang yang melakukan kegiatan pengolahan bahan
baku berupa tepung ketan, gula, dan kelapa (santan) menjadi dodol.
3. Biaya produksi adalah biaya – biaya yang dikeluarkan selama proses produksi
4. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung dengan jumlah
produksi dodol, seperti biaya penyusutan peralatan, penyusutan kios, biaya
listrik, air dan telefon, serta biaya pemasaran seperti biaya tenaga kerja penjaga
kios.
5. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya sangat dipengaruhi oleh jumlah
produksi dodol, seperti biaya bahan baku utama dan penunjang, biaya bahan
bakar, biaya tenaga kerja pengolahan, dan biaya kemasan.
6. Biaya penyusutan adalah biaya yang diperoleh dengan cara membagikan harga
beli produk dengan umur ekonomisnya.
7. Penerimaan adalah jumlah produksi dodol dikalikan dengan harga jual dodol
yang belum dikurangi dengan biaya produksi.
8. Pendapatan usaha dodol adalah hasil penjualan dodol yang diterima pengusaha
setelah dikurangi dengan biaya produksi.
9. Pendapatan keluarga adalah pendapatan usaha dodol ditambahkan dengan upah
TKDK yang bekerja dalam usaha tersebut. Pendapatan keluarga yang
dimaksud adalah pendapatan keluarga dari usaha dodol bukan dari usaha lain.
Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.
2. Cita rasa dodol yang dijadikan objek adalah dodol biasa, dodol durian, dodol
pandan.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai, tepatnya di Kecamatan
Perbaungan yaitu di desa Bengkel, desa Sei Sijenggi, dan desa Pematang Sijonam,
serta di Kecamatan Teluk Mengkudu yaitu di desa Sei Buluh.
Luas dan Letak Geografis Desa Bengkel
Desa Bengkel terletak di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai,
Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Desa Bengkel adalah 145 Ha yang terdiri
dari 5 dusun. Jumlah penduduk desa ini sebanyak 4.372 jiwa yang terbagi dalam
1.134 KK. Wilayah ini merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian dari
permukaan laut antara 0-10 m. Suhu udara rata-rata di daerah berkisar 23o-32oC
dengan curah hujan 250mm/tahun. Jarak desa Bengkel ke pusat pemerintahan
kecamatan adalah 5 km, sedangkan jarak ke ibu kota kabupaten adalah 18 km.
Adapun batas-batas desa Bengkel adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Suka Beras/Pematang Sijonam
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Karang Anyar Kecamatan Pegajahan
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Deli Muda Hilir
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pematang Sijonam/Kelurahan Tualang.
Desa Sei Sijenggi
Desa Sei Sijenggi terletak di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang
yang terdiri dari 4 dusun. Jumlah penduduk desa ini sebanyak 5.784 jiwa yang
terbagi dalam 1.513 KK. Wilayah ini merupakan daerah dataran rendah. Suhu
udara rata-rata di daerah berkisar 23o-32oC dengan curah hujan 250mm/tahun.
Jarak desa Sei Sijenggi ke pusat pemerintahan kecamatan adalah 9 km, sedangkan
jarak ke ibu kota kabupaten adalah 14 km.
Adapun batas-batas Desa Sei Sijenggi adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Suka Deli Muda Hilir
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bogang Besar
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sei Buluh
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bengkel
Desa Pematang Sijonam
Desa Pematang Sijonam terletak di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang
Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Desa Pematang Sijonam adalah
569 Ha yang terdiri dari 6 dusun. Jumlah penduduk desa ini sebanyak 4.200 jiwa
yang terbagi dalam 1.090 KK. Wilayah ini merupakan daerah dataran rendah.
Suhu udara rata-rata di daerah berkisar 23o-32oC dengan curah hujan
250mm/tahun. Jarak desa Pematang Sijonam ke pusat pemerintahan kecamatan
adalah 6 km, sedangkan jarak ke ibu kota kabupaten adalah 23 km.
Adapun batas-batas desa Pematang Sijonam adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lubuk Cemara/Kecamatan Pantai
Cermin.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kebun Melati Kecamatan Pegajahan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tualang.
Desa Sei Buluh
Desa Sei Buluh terletak di Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang
Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Desa Sei Buluh adalah 800,3 Ha
yang terdiri dari 10 dusun. Jumlah penduduk desa ini sebanyak 9.926 jiwa yang
terbagi dalam 2.580 KK. Wilayah ini merupakan daerah dataran rendah dengan
ketinggian dari permukaan laut ± 8m. Suhu udara rata-rata di daerah ini 31oC.
Jarak desa Sei Buluh ke pusat pemerintahan kecamatan adalah 12 km, sedangkan
jarak ke ibu kota kabupaten adalah 10 km.
Adapun batas-batas desa Sei Buluh adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan
- Sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN III Tanah Raja Kecamatan Sei
Rampah
- Sebelah Timur berbatasan dengan PT. Socfindo Mata Pao dan PTPN III Tanah
Raja
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan.
Keadaan Penduduk Desa Bengkel
Penduduk Desa Bengkel berjumlah 4.372 jiwa yang terbagi dalam 1.134 KK,
terdiri dari 2.162 jiwa laki-laki dan 2.210 jiwa perempuan. Penduduk desa ini
Tabel 5. Distribusi Penduduk Desa Bengkel Berdasarkan Agama
Agama Jumlah Penduduk Persentase (%)
Islam 4291 98,14
Protestan 23 0,53
Katolik 20 0,46
Budha 38 0,87
Total 4372 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Bengkel, 2012
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Bengkel terdiri dari berbagai
agama. Mayoritas penduduk desa ini menganut agama Islam (98,14%), kemudian
diikuti agama Protestan (0,53%), Katolik (0,46%), dan Budha (0.87%). Selain
berasal dari berbagai agama, penduduk Desa Bengkel juga terdiri dari mata
pencaharian yang berbeda-beda. Pada Tabel 6 dapat dilihat berbagai jenis
pekerjaan yang menjadi mata pencaharian penduduk Desa Bengkel.
Tabel 6. Distribusi Penduduk Desa Bengkel Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Penduduk Persentase (%)
PNS 72 4,85
Sumber : Kantor Kepala Desa Bengkel, 2012
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk Desa
Bengkel adalah wiraswasta (67,86%), kemudian karyawan (8,42%), Buruh
Desa Sei Sijenggi
Penduduk Desa Sei Sijenggi berjumlah 5.779 jiwa yang terbagi dalam 1.513 KK,
terdiri dari 2.981 jiwa laki-laki dan 2.798 jiwa perempuan. Penduduk desa ini
terdiri dari berbagai agama seperti yang terlihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Distribusi Penduduk Desa Sei Sijenggi Berdasarkan Agama
Agama Jumlah Penduduk Persentase (%)
Islam 5680 98,29
Protestan 58 1,00
Katolik 38 0,66
Budha 3 0,05
Total 5779 100
Sumber : Kantor Kepala Sei Sijenggi, 2012
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa Sei Sijenggi.
beragama islam (98,29%), kemudian diikuti oleh agama Protestan (1%), Katolik
(0,66%) dan Budha (0,05%). Selain terdiri dari berbagai agama, penduduk Desa
Sei Sijenggi juga memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam seperti yang
terlihat pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Distribusi Penduduk Desa Sei Sijenggi Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Penduduk Persentase (%)
PNS 40 1,34
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Sijenggi, 2012
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk Desa
(24,48%), karuawan (25,54%), petani (9,03%), jasa (2,455), PNS (1,34%).
ABRI/POLRI (0,54%) dan lain-lain (3,79%).
Desa Pematang Sijonam
Jumlah penduduk Desa Pematang Sijonam ada sebanyak 4.200 jiwa yang terbagi
dalam 1.090 KK, terdiri dari 2.127 jiwa laki-laki dan 2.073 jiwa perempuan.
Penduduk desa ini berasal dari berbagai agama seperti yang terlihat pada Tabel 9
berikut ini.
Tabel 9. Distribusi Penduduk Desa Pematang Sijonam Berdasarkan Agama
Agama Jumlah Penduduk Persentase (%)
Islam 3764 89,62
Protestan 436 10,38
Total 4200 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Sijonam, 2012
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Pematang Mayoritas beragama
islam yaitu sebanyak 89,62% dan selebihnya beragama protestan (10,38%). Selain
berasal dari berbagai agama, penduduk Desa Pematang Sijonam juga terdiri dari
mata pencaharian yang berbeda-beda seperti yang terlihat pada Tabel 10 berikut
ini.
Tabel 10. Distribusi Penduduk Desa Pematang Sijonam Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Penduduk Persentase (%)
PNS 25 0,72
Dari Tabel 10 diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Pematang sijonam
berprofesi sebagai buruh (42,10%) dan wiraswasta (42,07%). Sisanya berprofesi
sebagai petani (13,67%), bidang jasa (0,80%), PNS (0,72%), karyawan (0,43%)
dan TNI/POLRI (0,21%).
Desa Sei Buluh
Jumlah penduduk Desa Sei Buluh ada sebanyak 9926 jiwa yang terbagi dalam
2.580 KK yang terdiri dari 5.036 jiwa laki-laki dan 4.890 jiwa perempuan.
Penduduk desa ini terdiri dari berbagai agama seperti yang terlihat pada Tabel 11
berikut ini.
Tabel 11. Distribusi Penduduk Desa Sei Buluh Berdasarkan Agama
Agama Jumlah Penduduk Persentase (%)
Islam 9017 90,84
Protestan 731 7,37
Katolik 32 0,32
Budha 146 1,47
Total 9926 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2012
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa Sei Buluh beragama
islam (90,84%), selanjutnya diikuti oleh agama protestan (7,37%), budha (1,47%)
dan katolik (0,32%). Selain berasal dari agama yang berbeda, penduduk Desa Sei
Buluh juga terdiri dari mata pencaharian yang berbeda-beda pula, seperti yang
Tabel 12. Distribusi Penduduk Desa Sei Buluh Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Penduduk Persentase (%)
PNS 84 1,39
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2012
Dari Tabel 12 diketahui bahwa mayoritas penduduk desa Sei Buluh bekerja
sebagai wiraswasta (35,08%). Selebihnya bekerja sebagai petani (29,83%), buruh
tani (12,63%), karyawan (11,80%), pertukangan (6,07%), pemulung (1,40%),
PNS (1,39%), pensiunan (1,29%) dan ABRI (0,51%).
Tata Guna Lahan Desa Bengkel
Desa Bengkel yang memiliki lahan seluas 145 Ha digunakan untuk berbagai
kepentingan seperti yang terlihat di Tabel 13 berikut ini.
Tabel 13. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Bengkel
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
Sumber : Kantor Kepala Desa Bengkel, 2012
Dari Tabel 13 tersebut dapat dilihat bahwa 55,17% lahan di Desa Bengkel
untuk lahan pertokoan, 5,52% digunakan untuk ladang dan 2,07% untuk
perkuburan.
Desa Sei Sijenggi
Desa Sei Sijenggi dengan lahan seluas 292 Ha digunakan untuk berbagai
kepentingan seperti pemukiman, pertanian sawah dan non sawah, industri,
pertokoan dan lain-lain.
Desa Pematang Sijonam
Desa Pematang Sijonam yang memiliki lahan seluas 569 Ha digunakan untuk
berbagai kepentingan seperti yang terlihat pada Tabel 14 berikut ini.
Tabel 14. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Pematang Sijonam
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
Industri 4 0,70
Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Sijonam, 2012
Dari Tabel 14 diketahui bahwa mayoritas lahan di Desa Pematang Sijonam
digunakan untuk lahan persawahan (64,68%). Sisanya digunakan untuk
pemukiman dan lahan tidur (32,83%), ladang (1,67%), industri (0,70%), pasar
desa (0,09%) dan perkuburan (0,04%).
Desa Sei Buluh
Desa Sei Buluh yang memiliki lahan seluas 800,3 Ha digunakan untuk berbagai
Tabel 15. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Sei Buluh
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
Jalan Umum 0,3 0,04
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2012
Dari Tabel 15 diketahui bahwa mayoritas lahan di Desa Sei Buluh digunakan
untuk lahan sawah (79,97%). Sisanya digunakan untuk pemukiman (24,74%),
pekuburan (0,08%), bangunan umum (0,08%), ladang (0,06%), jalan umum
(0,04%) saluran irigasi (0,01%) dan lain-lain (0,01%).
Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, lama usaha,
jumlah produksi per tahun, jumlah tenaga kerja yang digunakan dan skala usaha.
Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini.
Tabel 16. Karakteristik Sampel Agroindustri Dodol
Uraian Rata-rata Rentang
Umur 44 tahun 28 – 65 tahun
Lama Usaha 13,82 tahun 2 – 33 tahun Jumlah Produksi 819,41 kuali 243 –2.430 kuali Jumlah Tenaga Kerja 4,64 orang 3 – 11 orang Sumber : Analisis Data Primer lampiran 1
Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa umur pelaku agroindustri dodol di daerah
penelitian berkisar antara 28-65 tahun, dengan rataan 44 tahun. Dari hasil
dari semua golongan umur angkatan kerja dan merupakan usaha turun temurun
yang diwariskan ke generasi berikutnya.
Lamanya usaha agroindustri dodol yang dilakukan oleh sampel berkisar antara
2-33 tahun, dengan rataan 13,82 tahun. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
sabagian sampel sudah melakukan agroindustri dodol sejak lama dan sebagian
lainnya masih mulai merintis usaha tersebut.
Rata-rata jumlah produksi dodol per tahun adalah 891,41 kuali atau setara dengan
12.291,14 Kg. Produksi dodol terendah dari sampel adalah 243 kuali atau setara
dengan 3.645 Kg per tahun, dan produksi paling tinggi adalah 2.430 kuali atau
setara dengan 36.450 Kg per tahun.
Penggunaan tenaga kerja dalam agroindustri dodol berkisar antara 3-11 orang,
dengan rataan 4,64 orang. Agroindustri dodol didaerah penelitian masih
merupakan usaha berskala rumah tangga dan skala kecil. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah tenaga kerja yang digunakan. Oleh karena itu, usaha yang dijadikan
sampel penilitian diambil dari beberapa yang berskala rumah tangga dan beberapa
yang berskala kecil.
Tingkat Pendidikan terakhir pelaku usaha dodol di daerah penelitian beraneka
ragam mulai dari SD, SMP, SMA/STM/SMEA, D3 dan S1, seperti yang
Tabel 17. Tingkat Pendidikan Terakhir Sampel Agroindustri Dodol
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
SD 4 9,09
SMP 12 27,27
SMA/STM/SMEA 21 47,73
D3 2 4,55
S1 5 11,36
Total 44 100
Sumber : Analisis Data Primer lampiran 1
Dari Tabel 17 diketahui bahwa mayoritas sampel penelitian yaitu sebesar 47,73%
memiliki pendidikan terakhir SMA/STM/SMEA. Selebihnya memiliki pendidikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Biaya Produksi Dengan Besar Penerimaan Per Kilogram Dodol Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk melihat pengaruh biaya produksi
per kilogram dodol yang mencakup biaya bahan baku (X1), biaya tenaga kerja
(X2), biaya penyusutan (X3), biaya pengemasan (X4), biaya bahan bakar (X5),
dan biaya penunjang (X6) terhadap penerimaan per kilogram dodol (Y). Pada
Tabel 18 dapat dilihat hasil regresi linear berganda dari penerimaan per kilogram
dodol dengan biaya-biaya produksi per kilogram dodol tersebut.
Tabel 18. Hasil Regresi Biaya Produksi Per Kilogram Dodol Dengan Penerimaan Per Kilogram Dodol
Variabel Koefisien t-hitung Signifikansi
Regresi
Sumber : Diolah dari hasil analisis regresi pada lampiran 19
Dari nilai koefisien korelasi pada Tabel 18, maka persamaan regresi yang
diperoleh adalah sebagai berikut.
Nilai konstanta pada model regresi tersebut adalah sebesar 23656,384. Nilai
koefisien determinasi (R2) = 0,814 atau 81,4%. Ini berarti bahwa biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya pengemasan, biaya bahan bakar
dan biaya penunjang per kilogram dodol mampu menjelaskan penerimaan per
kilogram dodol sebesar 81,4% sedangkan sisanya 19,6% lagi dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model.
Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa nilai F-hitung adalah 27,045 dan nilai dari
F-tabel adalah 2,35, berarti F-hitung > F-tabel dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05.
Maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya secara serempak biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya pengemasan, biaya bahan bakar dan
biaya penunjang per kilogram dodol mempengaruhi penerimaan per kilogram
dodol. Dengan kata lain ada pengaruh yang nyata antara biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya pengemasan, biaya bahan bakar dan biaya
penunjang terhadap penerimaan per kilogram dodol.
Secara parsial biaya bahan baku per kilogram berpengaruh nyata terhadap
penerimaan per kilogram dodol. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung
dan signifikansi dari biaya bahan baku. Dimana nilai t-hitungnya adalah
2,312 > t-tabel yaitu 1,681 dan nilai sig 0,026 < 0,05. Nilai koefisien regresi dari
biaya bahan baku adalah 0,456. Hal ini menunjukkan jika biaya bahan baku per
kg dodol bertambah Rp.1 maka penerimaan per kilogram dodol akan bertambah
sebesar Rp.0,456. Ini terjadi karena penambahan biaya bahan baku akan
menambah jumlah produksi dodol, ketika produksi bertambah maka penerimaan
Secara parsial biaya tenaga kerja per kilogram berpengaruh nyata terhadap
penerimaan per kilogram dodol. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung
dan signifikansi dari biaya tenaga kerja. Dimana nilai t-hitungnya adalah 4,274 >
t-tabel yaitu 1,681 dan nilai sig 0,000 < 0,05. Nilai koefisien regresi dari biaya
tenaga kerja adalah 2,044. Hal ini menunjukkan jika upah tenaga kerja per kg
dodol bertambah Rp.1 maka penerimaan per kilogram dodol akan bertambah
sebesar Rp.2,044. Sama halnya dengan biaya bahan baku, bertambahnya upah
tenaga kerja berarti terjadi penambahan tenaga kerja. Penambahan tenaga kerja
akan menambah jumlah produksi dodol dan akhirnya akan menambah
penerimaan.
Secara parsial biaya penyusutan per kilogram berpengaruh nyata terhadap
penerimaan per kilogram dodol. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung
dan signifikansi dari biaya penyusutan. Dimana nilai t-hitungnya adalah –(6,240)
> t-tabel yaitu 1,681 dan nilai sig 0,000 < 0,05. Nilai koefisien regresi dari biaya
penyusutan adalah -14,121. Hal ini menunjukkan jika biaya penyusutan per kg
dodol bertambah Rp.1 maka penerimaan per kilogram dodol akan berkurang
sebesar Rp.14,121. Ini terjadi dikarenakan penambahan biaya penyusutan
menghasilkan peningkatan produksi yang semakin mengecil yang mengakibatkan
biaya rata-rata meningkat dan penerimaan berkurang.
Secara parsial biaya pengemasan per kilogram tidak berpengaruh nyata terhadap
penerimaan per kilogram dodol. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung
dan signifikansi dari biaya pengemasan. Dimana nilai t-hitungnya adalah
dari biaya pengemasan adalah -5,797. Hal ini menunjukkan jika biaya
pengemasan/kg dodol bertambah Rp.1 maka penerimaan per kilogram dodol akan
berkurang sebesar Rp.5,797.
Secara parsial biaya bahan bakar per kilogram tidak berpengaruh nyata terhadap
penerimaan per kilogram dodol. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung
dan signifikansi dari biaya bahan bakar. Dimana nilai t-hitungnya adalah
0,547 < t-tabel yaitu 1,681 dan nilai sig 0,588 > 0,05. Nilai koefisien regresi dari
biaya bahan bakar adalah 2,604. Hal ini menunjukkan jika biaya bahan bakar per
kg dodol bertambah Rp.1 maka penerimaan per kilogram dodol akan bertambah
sebesar Rp.2,604. Ini terjadi karena penambahan biaya bahan bakar akan
menambah jumlah produksi dodol, ketika produksi bertambah maka penerimaan
juga akan bertambah.
Secara parsial biaya penunjang per kilogram berpengaruh nyata terhadap
penerimaan per kilogram dodol. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung
dan signifikansi dari biaya penunjang. Dimana nilai t-hitungnya adalah –(2,501) >
t-tabel yaitu 1,681 dan nilai sig 0,017 < 0,05. Nilai koefisien regresi dari biaya
penunjang adalah -6,553. Hal ini menunjukkan jika biaya penunjang per kg dodol
bertambah Rp.1 maka penerimaan per kilogram dodol akan berkurang sebesar
Rp.6,553. Jika biaya penunjang bertambah namun produksi tetap, maka