• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu aktivitas dalam mengalirkan barang dari petani sampai ke konsumen akhir yang didalamnya terdapat banyak kegiatan produktif untuk menciptakan nilai tambah (bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan) dengan tujuan memenuhi kepuasan konsumen. Kegiatan produktif untuk menciptakan nilai tambah dapat dilakukan oleh lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan aktivitas pemasaran dalam menyalurkan jasa dan produk pertanian kepada konsumen akhir serta memiliki jaringan dan koneksitas dengan badan usaha atau individu lainnya (Limbong dan Sitorus 1985).

Sistem tataniaga manggis di Desa Cikalong Kecamatan Sodonghilir dimulai dari petani sampai eksportir dengan melibatkan lembaga tataniaga. Lembaga tataniaga tersebut sangat membantu petani dalam memasarkan hasil panen manggis mereka. Lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga tesebut meliputi pedagang pengumpul kebun, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul besar dan eksportir. Semua lembaga tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda dalam hal tataniaga. Masing-masing peranan lembaga tersebut dalam tataniaga adalah sebagai berikut:

1. Petani manggis merupakan lembaga yang berperan sebagai produsen dalam kegiatan produksi manggis.

2. Pedagang pengumpul kebun merupakan lembaga yang berperan sebagai pengumpul manggis bagi petani yang secara langsung membeli buah manggis yang masih berada di kebun dan yang memiliki lokasi kebun yang berpencar-pencar dan jauh dari akses tempat jual beli atau elos pedagang pengumpul desa dan pedagang pengumpul besar. Jangkauan area perdagangan lembaga ini hanya beberapa kampung saja dalam desa. 3. Pedagang pengumpul desa merupakan lembaga perseorangan yang

berperan sebagai pengumpul manggis dari petani dan pedagang lainnya dengan jangkauan area perdagangannya mencakup dalam desa dan luar desa Cikalong.

4. Pedagang pengumpul besar atau bandar merupakan lembaga perseorangan yang berperan sebagai penghubung antara petani dan lembaga tataniaga lainnya dengan ekportir (PT Manggis Elok Utama). Jangkauan area perdagangannya meliputi dalam kabupaten dan luar Kabupaten Tasikmalaya.

5. Ekportir merupakan lembaga tataniaga yang berperan sebagai penyalur perdagangan manggis ke luar negeri. Jangkauan area perdagangannya seluruh Indonesia.

Sistem tataniaga manggis yang terjadi di Desa Cikalong umumnya menggunakan prinsip kepercayaan, kekeluargaan dan langganan atau mitra bisnis yang sudah terjalin cukup lama, dimana antar pelaku sistem tataniaga masih memiliki hubungan kekerabatan serta sudah lama bermitra sebagai langganan

tetap. Sistem tataniaga manggis di Desa Cikalong terbentuk dua tujuan tataniaga yaitu tujuan tataniaga luar negeri dan tujuan tataniaga dalam negeri. Untuk tataniaga tujuan luar negeri atau ekspor lebih detailanya dapat dilihat skema tataniaga manggis dilokasi penelitian pada Gambar 6.

Gambar 6 Saluran pemasaran buah manggis Keterangan :

Saluran 1 Saluran 2 Saluran 3 Saluran 4

Pada penelitian ini dilakukan analisis tataniaga terhadap alur tataniaga manggis di Desa Cikalong Kecamatan Sodonghilir. Pola saluran tataniaga manggis dengan tujuan ekspor adalah sebagai berikut:

1. Pola Saluran 1 : Petani  Pedagang pengumpul Kebun  Pedagang pengumpul Desa  Pedagang Pengumpul Besar  Eksportir  Konsumen Luar Negeri

2. Pola Saluran 2 : Petani  Pengumpul Kebun Pedagang Pengumpul Besar  Eksportir  Konsumen Luar Negeri

3. Pola Saluran 3 : Petani  Pengumpul Desa  Pedagang Pengumpul Besar  Eksportir  Konsumen Luar Negeri

4. Pola Saluran 4 : Petani  Pedagang Pengumpul Besar  Eksportir Konsumen Luar Negeri

Gambar 6 memperlihatkan aliran distribusi manggis tiap saluran mulai daripetani sampai konsumen akhir. Seluruh hasil panen manggis dari petani responden sebesar 8 797.5 kg didistribusikan melalui masing-masing saluran tataniaga. Manggis yang dijual ke pedagang pengumpul kebun sebesar 77.5 persen, pedagang pengumpul desa 16 persen, dan langsung ke pedagang pengumpul besar yang berada di Puspahiang sebesar 5.5 persen. Dari persentase tersebut, petani cenderung lebih suka menjual manggis kepada pedagang pengumpul kebun. Hal ini terlihat pada skema tataniaga (Gambar 6) aliran

Petani = 18 Eksportir Pedagang Pengumpul Besar Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Pengumpul Kebun Saluran 1 (22%) 2210kg Saluran 2 (55.5%) 4887.5kg Saluran 3 (16%) 900kg Saluran 4 (5.5%) 800kg

manggis lebih banyak dijual melalui pedagang pengumpul kebun sebesar 77.5 persen.

Lembaga dan Saluran Pemasaran 1

Lembaga pemasaran pada saluran 1 terdiri dari Petani  Pedagang pengumpul Kebun  Pedagang pengumpul Desa  Pedagang Pengumpul Besar  Eksportir  Konsumen Luar Negeri. Dari 18 petani responden terdapat 4 petani responden yang terlibat dalam saluran pemasaran 1 ini yaitu dengan persentase sebesar 22 persen. Petani pada saluran satu lebih memilih menjual buah manggisnya kepada pengumpul kebun dengan harga Rp10 000 per Kg, dengan didasari alasan kemudahan dalam melakukan transaksi karena petani tidak melakukan proses pemetikan atau pengangkutan buah manggis, hal ini karena pedagang pengumpul kebun yang melakukan pemetikan secara langsung dari kebun petani manggis. Pada transaksi ini terkadang ada salah satu yang dirugikan baik petani itu sendiri ataupun pedagang pengumpul kebun ini dikarenakan pedagang pengumpul kebun melakukan pembelian buah manggis dengan cara menaksir berapa banyaknya buah manggis yang terdapat dipohon sehingga faktor cuaca dan alam akan sangat mempengaruhi hasil panen yang didapatkan oleh pedagang pengumpul kebun dari pohon petani manggis, sedangkan kerugian yang biasanya terjadi kepada petani adalah ketika harga buah manggis mengalami fluktuasi.

Pedagang pengumpul kebun melakukan pembelian buah manggis dari kebun petani dengan harga Rp10 000/kg. Harga yang ditetapkan oleh pedagang pengumpul kebun cenderung paling rendah dibanding lembaga tataniaga yang lain hal ini dikarenakan resiko kerugian yang akan dialami pedagang pengumpul kebun cukup tinggi, selain resiko yang cukup tinggi, faktor biaya operasional juga menjadi alasan rendahnya harga beli pedagang pengumpul kebun yang disebabkan oleh biaya pemetikan sebesar Rp1 000/kg dan biaya pengangkutan Rp500 /kg serta biaya sortasi Rp350/kg. Pedagang pengumpul kebun pada saluran 1 ini melakukan penjualan buah manggisnya kepada pedagang pengumpul desa dengan harga Rp16 000/kg.

Pedagang pengumpul desa pada saluran satu membeli buah manggis dari pedagang pengumpul kebun dengan harga beli sebesar Rp16 000/kg. Selisih harga beli dengan harga jual yang didapatkan oleh pedagang pengumpul desa sebesar Rp4 000/kg dengan kata lain pedagang pengumpul desa menjual buah manggis kepada pedagang pengumpul besar dengan harga Rp20 000/kg. Pada saluran 1 ini pedagang pengumpul desa hanya mengeluarkan biaya sortasi dan pengangkutan sehingga margin yang diambil tidak sebesar pedagang pengumpul kebun yang akan lebih banyak mengalami resiko kerugian.

Pedagang pengumpul besar merupakan satu-satunya penghubung antara petani dan lembaga-lembaga tataniaga lainnya dengan eksportir. Hal ini dikarenakan eksportir hanya melakukan pembelian dengan kapasitas minimal 35 ton/hari untuk satu pedagang pengumpul besar, sehingga eksportir hanya bermitra dengan pedagang pengumpul besar saja dengan sistem tanam modal minimal Rp100 000 000 sampai dengan Rp2 000 000 000 /bandar. Untuk penjualan buah manggisnya, pedagang pengumpul besar mempunyai margin sebesar Rp5 000/kg. Eksportir melakukan pembelian buah manggis hanya dari pedagang pengumpul besar saja. PT Manggis Elok Utama merupakan salah satu eksportir

buah manggis yang memasarkan manggis ke luar negeri yaitu Negara China sebagai tujuan utamanya. PT Manggis Elok Utama menjual manggis untuk ekspor ke China dengan harga Rp35 000 per Kg sehingga margin yang didapatkan oleh eksportir sebesar Rp10 000 per kg. Margin yang didapatkan oleh eksportir diimbangi dengan biaya yang dikeluarkan oleh eksportir meliputi biaya sortasi sebesar Rp350/kg, biaya pengangkutan atau pengkapalan sebesar Rp28 000 000 per box atau kontainer, serta biaya logistik pengemasan Rp4 000 per kg yang terdiri dari keranjang, kertas, busa dan label. Untuk sekali pengiriman barang eksportir sebanyak 250 box atau kontainer, satu kontainer kapasitasnya sebanyak 18 ton buah manggis.

Lembaga dan Saluran Pemasaran 2

Lembaga pemasaran pada saluran 2 terdiri dari Petani  Pedagang pengumpul Kebun  Pedagang Pengumpul Besar  Eksportir  Konsumen Luar Negeri. Dari 18 petani responden terdapat 10 petani responden yang terlibat dalam saluran pemasaran 2 ini yaitu dengan persentase sebesar 55.5 persen. Lembaga pada saluran pemasaran 2 ini hampir sama dengan saluran 1 yang membedakannya adalah tidak adanya peran lembaga dari pedagang pengumpul desa, hal ini dikarenakan pedagang pengumpul kebun yang melakukan pembelian manggis dari petani dengan harga Rp10 000/kg, kemudian melakukan penjualannya langsung melalui pedagang pengumpul besar yang berada di Puspahiang dengan harga Rp20 000/kg. Saluran ini terjadi berdasarkan dari beberapa alasan pedagang pengumpul kebun yaitu dari segi faktor harga beli pedagang pengumpul besar yang relatif lebih tinggi dibandingkan harga beli pedagang pengumpul desa selisih dari harga belinya sebesar Rp4 000/kg lebih rendah dibanding harga pembelian dari pedagang pengumpul besar yaitu mencapai Rp20 000/kg sedangkan harga beli dari pedagang pengumpul desa sebesar Rp16 000/kg sehingga pedagang pengumpul kebun relatif lebih banyak melakukan penjualannya langsung kepada pedagang pengumpul besar yang berada di Puspahiang hal ini karena pedagang pengumpul kebun mendapatkan margin yang cukup besar.

Lembaga dan Saluran Pemasaran 3

Lembaga pemasaran pada saluran 3 terdiri dari Petani  Pedagang pengumpul Desa Pedagang Pengumpul Besar  Eksportir  Konsumen Luar Negeri. Dari 18 petani responden terdapat 3 petani responden yang terlibat dalam saluran pemasaran 3 ini yaitu dengan persentase sebesar 16 persen. Petani pada saluran tiga ini cenderung lebih faham dan mengetahui informasi terhadap situasi fluktuasi harga manggis sehingga buah manggisnya tidak dijual dengan sistem tebasan atau borongan kepada pedagang pengumpul kebun akan tetapi menjual buah manggisnya kepada pedagang pengumpul desa dengan harga Rp16 000/kg selisih Rp6 000/kg dibandingkan dengan harga dari pedagang pengumpul kebun.

Pedagang pengumpul desa melakukan pembelian buah manggis dari petani dengan harga Rp16 000/kg kemudian melakukan penjualan buah manggis kepada pedagang pengumpul besar yang berada di Puspahiang dengan harga Rp 20 000/kg. Margin yang didapatkan oleh pedagang pengumpul desa hanya Rp4

000/kg, hal ini karena pedagang pengumpul desa tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya pada biaya fungsi-fungsi pemasaran.

Pedagang pengumpul besar melakukan pembelian buah manggis dari pedagang pengumpul desa dengan harga Rp20 000/kg kemudian menjualnya kembali kepada eksportir dengan harga Rp25 000/kg. Pedagang pengumpul besar ini merupakan satu-satunya penghubung antara petani dan lembaga-lembaga tataniaga lainnya dengan eksportir. Hal ini dikarenakan eksportir hanya melakukan pembelian dengan kapasitas minimal 35 ton/hari untuk satu pedagang pengumpul besar, sehingga eksportir hanya bermitra dengan pedagang pengumpul besar saja dengan sistem tanam modal minimal Rp100 000 000 sampai dengan Rp2 000 000 000 /bandar. Untuk penjualan buah manggisnya, pedagang pengumpul besar mempunyai margin sebesar Rp5 000/kg.

Eksportir melakukan pembelian buah manggis dari pedagang pengumpul besar dengan harga Rp25 000/kg. Pada saluran pemasaran buah manggis yang berada di Kabupaten Tasikmalaya, eksportir hanya melakukan pembelian buah manggis dari pedagang pengumpul besar saja. PT Manggis Elok Utama merupakan salah satu eksportir buah manggis yang memasarkan manggis ke luar negeri yaitu Negara China sebagai tujuan utamanya. PT Manggis Elok Utama menjual manggis untuk ekspor ke China dengan harga Rp35 000 per Kg sehingga margin yang didapatkan oleh eksportir sebesar Rp10 000 per kg. Margin yang didapatkan oleh eksportir diimbangi dengan biaya yang dikeluarkan oleh eksportir meliputi biaya sortasi sebesar Rp350/kg, pengangkutan atau pengkapalan sebesar Rp28 000 000 per box atau kontainer, serta biaya logistik pengemasan Rp4 000 per kg. Untuk sekali pengiriman barang eksportir sebanyak 250 box atau kontainer, satu kontainer kapasitasnya sebanyak 18 ton buah manggis. Dalam saluran pemasaran ini, eksportir merupakan lembaga yang paling banyak mengeluarkan biaya untuk proses pemasarannya sehingga margin yang diambil cukup tinggi dengan dikalikan banyaknya kapasitas barang yang diekspor ke negara Cina.

Lembaga dan Saluran Pemasaran 4

Lembaga pemasaran pada saluran 4 terdiri dari Petani Pedagang Pengumpul Besar  Eksportir  Konsumen Luar Negeri. Dari 18 petani responden hanya terdapat 1petani responden yang terlibat dalam saluran pemasaran 4 ini yaitu dengan persentase sebesar 5.5 persen. Petani pada saluran empat ini merupakan petani yang sudah cukup mandiri atau mapan dari segi penghasilan atau pendapatannya sehingga cenderung lebih faham dan mengetahui informasi terhadap situasi fluktuasi harga manggis sehingga buah manggisnya tidak dijual dengan sistem tebasan atau borongan kepada pedagang pengumpul kebun akan tetapi menjual buah manggisnya secara langsung kepada pedagang pengumpul besar yang berada di Puspahiang dengan harga Rp20 000/kg selisih Rp4 000/kg dibandingkan dengan harga dari pedagang pengumpul desa. Petani responden pada saluran 4 ini memiliki kapasitas produksi buah manggis yang cukup tinggi dibandingkan petani-petani yang terdapat pada saluran 1, 2 dan 3, sehingga proses penjualannya pun melakukan sudah menggunakan kendaraan angkutan pribadi yaitu mobil pick-up.

Pedagang pengumpul besar pada saluran 4 ini melakukan pembelian buah manggis dari petani dengan harga Rp20 000/kg kemudian menjualnya kembali dengan harga Rp25 000/kg kepada eksportir sehingga margin yang didapatkan oleh pedagang pengumpul besar ini sebesar Rp5 000/kg. Pedagang pengumpul besar tidak melakukan pengangkutan atau proses penjemputan barang dari petani karena petani melakukan pengangkutan barangnya secara mandiri kepada pedagang pengumpul besar yang berada di Puspahiang. Pedagang pengumpul besar juga tidak melakukan pengangkutan atau pengiriman barang kepada eksportir karena eksportir yang akan melakukan penjemputan barang ke tempat pedagang pengumpul besar yang berada di Puspahiang dengan mobil box khusus berpendingin setelah proses sortasi dan pengemasan yang dilakukan dielos pedagang pengumpul besar dengan difasilitasi biaya serta logistik oleh eksportir.

Eksportir melakukan pembelian buah manggis dari pedagang pengumpul besar dengan harga Rp25 000/kg kemudian menjualnya kembali kepada buyer di negara Cina dengan harga Rp35 000/kg margin yang diperoleh eksportir sebesar Rp10 000/kg ini sebanding dengan banyaknya biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh eksportir untuk dapat menyampaikan produknya kepada konsumen akhir di negara Cina. Sama halnya dengan saluran pemasaran 1, 2, dan 3, biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh eksportir meliputi biaya pengangkutan atau penjemputan barang kepada pedagang pengumpul besar yang berada di Puspahiang dengan mobil box khusus berpendingin dan langsung dikirim ke negara Cina melalui pelabuhan Tanjung Priok, adapun proses sortasi dan pengemasan sepenuhnya diserahkan kepada pedagang pengumpul besar yang berada di Puspahiang akan tetapi dengan difasilitasi biaya serta logistik oleh eksportir sehingga eksportir tidak melakukan proses sortasi ulang dan pengemasan.

Analisis Fungsi Lembaga Pemasaran Buah Manggis

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam tataniaga manggis di lokasi penelitian memiliki fungsi-fungsi tataniaga untuk memperlancar tataniaga manggis dari petani sampai konsumen akhir. Setiap lembaga tataniaga memiliki fungsi yang berbeda-beda dengan lembaga lainnya. Secara umum fungsi tataniaga yang dilakukan lembaga tataniaga manggis di lokasi penelitian terdiri atas fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas (Limbong dan Sitorus 1987).

Lembaga pemasaran dalam menyalurkan buah manggis untuk dapat sampai ke konsumen akhir dengan cara melakukan tindakan-tindakan yang dapat memperlancar arus produk manggis sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara maksimal. Kegiatan atau tindakan tersebut di namakan dengan fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran dapat menciptakan nilai tambah berupa nilai guna, tempat maupun waktu. Pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh tiap lembaga tataniaga dalam kegiatan tataniaga manggis dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Fungsi-fungsi pemasaran pada masing-masing lembaga pertanian dalam sistem pemasaran buah manggis

Saluran dan Lembaga pemasaran

Fungsi-fungsi pemasaran

Pertukaran Fisik Fasilitas

Jual Beli Angkut Kemas Simpan Sortasi Resiko Informasi pasar Saluran 1 - Petani - Pedagang pengumpul kebun - Pedagang pengumpul desa - Pedagang pengumpul besar - Eksportir √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - √ √ √ √ - - √ √ √ - - √ √ - - √ √ - √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ Saluran 2 - Petani - Pedagang pengumpul kebun - Pedagang pengumpul besar - Eksportir √ √ √ √ - √ √ √ - √ √ √ - - √ √ - - √ - - √ - √ √ √ - - √ √ √ √ Saluran 3 - Petani - Pedagang pengumpul desa - Pedagang pengumpul besar - Eksportir √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ - √ √ - √ √ √ - - √ √ √ √ Saluran 4 - Petani - Pedagang pengumpul besar - Eksportir √ √ √ - √ √ √ - √ √ √ √ - √ - √ - √ √ - - √ √ √ Keterangan :

√ = melakukan fungsi pemasaran -= tidak melakukan fungsi pemasaran

Fungsi Pada Saluran Pemasaran 1

Petani

Fungsi pertukaran pada saluran 1 meliputi fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh petani manggis adalah dengan melakukan penjualan buah manggis kepada pedagang pengumpul kebun. Pada transaksi ini petani sepenuhnya menyerahkan semua buah manggis yang masih berada di pohon kepada pedagang pengumpul kebun, dengan kata lain pedagang pengumpul kebun membeli buah manggis yang masih berada dipohon dengan

sistem tebasan atau borongan. Pada transaksi ini petani menjual buah manggis kepada pedagang pengumpul kebun dengan sistem pembayaran dimuka. Terdapat beberapa alasan petani menjual manggisnya kepada pedagang pengumpul kebun diantaranya yaitu kebutuhan biaya hidup keluarga petani yang sangat mendesak dan juga faktor jarak lokasi kebun petani yang cukup jauh ke tempat akses penjualan buah manggis (elos buah manggis) sehingga sistem ini dapat memudahkan petani dalam melakukan penjualan karena pedagang pengumpul kebun secara langsung mengambil buah manggisnya di kebun petani. Akan tetapi dalam sistem transaksi ini terkadang ada salah satu yang dirugikan baik pihak petani ataupun dari pihak pedagang pengumpul kebun yang sering disebabkan oleh kesalahan penaksiran banyaknya buah manggis yang berada dipohon, faktor alam, dan fluktuasi harga manggis.

Fungsi fisik yang dilakukan pada saluran 1 meliputi fungsi pengangkutan serta pengemasan dan penyimpanan. Dalam hal ini petani tidak melakukan fungsi fisik tersebut karena seluruh fungsi fisik dilakukan oleh lembaga tataniaga khususnya pedagang pengumpul kebun yang secara keseluruhan melakukan fungsi fisik meliputi kegiatan pengambilan dan pengangkutan buah manggis dari kebun petani kepada pedagang pengumpul desa dengan menggunakan motor.

Pada fungsi fasilitas saluran 1 meliputi fungsi sortasi, fungsi penanggungan resiko dan fungsi informasi pasar. Pada fungsi ini petani tidak melakukan kegiatan apapun, fungsi informasi pasar juga lebih diserahkan kepada pedagang pengumpul kebun. Pada fungsi ini secara keseluruhan hanya dilakukan oleh para lembaga tataniaga khususnya pedagang pengumpul kebun.

Pedagang pengumpul kebun

Pedagang pengumpul kebun melakukan fungsi pertukaran yaitu dengan melakukan fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Fungsi pembelian yang dilakukan oleh pedagang pengumpul kebun adalah pembelian kepada petani manggis dengan sistem tebasan atau borongan. Sistem tebasan ini dilakukan dengan cara membeli buah manggis yang masih berada di kebun sampai buah manggis habis dipanen atau sampai musim panen buah manggis berakhir. Fungsi penjualan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul kebun adalah melakukan penjualan kepada pedagang pengumpul desa dengan cara sortasi. Sistem pembayaran dengan cara dibayar dimuka setelah proses sortasi dan penimbangan, akan tetapi terdapat beberapa pedagang pengumpul kebun yang mendapatkan pinjaman modal dari pedagang pengumpul desa sehingga pinjaman tersebut bayarannya dipotong setiap penjualan buah manggis.

Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul kebun meliputi kegiatan pengambilan atau dan pengangkutan buah manggis dari kebun petani kepada pedagang pengumpul desa dengan menggunakan motor. Pada fungsi ini secara keseluruhan kegiatan dilakukan oleh pedagang pengumpul kebun sampai musim panen manggis berakhir.

Pedagang pengumpul kebun pada fungsi fasilitas ini melakukan fungsi sortasi sebelum buah manggis dijual kepada pedagang pengumpul desa. Sortasi ini dilakukan dengan memisahkan buah manggis grade super dan BS (bekas sortir). Penanggungan resiko dilihat dari seberapa banyak persentase antara buah manggis grade super dengan BS (bekas sortir). Informasi pasar yang didapatkan

sepenuhnya diserahkan kepada pedagang pengumpul desa hal ini dikarenakan hubungan mitra perdagangan yang terjalin antara pedagang pengumpul kebun dan pedagang pengumpul desa sudah terjalin cukup lama sehingga menimbulkan saling kepercayaan dalam hal informasi pasar.

Pedagang pengumpul desa

Pedagang pengumpul desa sama halnya dengan pedagang pengumpul kebun yaitu melakukan fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Pada pedagang pengumpul desa ini melakukan fungsi pembeliannya yaitu kepada pedagang pengumpul kebun dengan cara sortasi dan sistem pembayaran dimuka setelah buah manggis disortir dan ditimbang. Adapun fungsi penjualan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul desa adalah melakukan penjualan manggis kepada pedagang pengumpul besar yang berada di Puspahiang. Buah manggis yang dibeli oleh pedagang pengumpul desa dari pedagang pengumpul kebun yang telah disortir ketika akan dijual kepada pedagang pengumpul besar biasanya tidak disortir lagi hal ini tergantung hubungan dan kepercayaan yang sudah terjalin lama antara pedagang pengumpul desa dengan pedagang pengumpul besar. Adapun sistem pembayarannya dimuka setelah proses penimbangan, atau pembayaran dipotong pinjaman modal hal ini dikarenakan pedagang pengumpul besar sudah memberikan modal pinjaman kepada pedagang pengumpul desa ketika akan tiba musim panen buah manggis, dengan ini maka secara tidak langsung pedagang pengumpul desa sudah terikat dalam proses penjualan buah manggis kepada pedagang pengumpul besar yang berada di Puspahiang.

Pedagang pengumpul desa melakukan fungsi fisik meliputi kegiatan pengangkutan, pengemasan, dan penyimpanan. Fungsi pengangkutan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul desa adalah dengan melakukan pengangkutan buah manggis kepada pedagang pengumpul besar yang berada di Puspahiang dengan menggunakan mobil pick-up. Sebelum buah manggis diangkut ke Puspahiang, buah manggis tetap dilakukan proses sortasi terlebih dahulu oleh pedagang pengumpul desa dan juga melakukan fungsi pengemasan sementara dengan cara dimasukan ke dalam keranjang-keranjang buah manggis. Sebelum

Dokumen terkait