• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari tahun masuk IPB, jenis kelamin, sumber keuangan, dan jumlah uang saku setiap bulan. Pembagian jumlah responden berdasarkan fakultas dilakukan secara sengaja, yaitu mengacu pada Rumus Slovin. Jumlah responden di masing-masing fakultas dan TPB IPB

29 merupakan hasil perkalian dari jumlah populasi mahasiswa IPB dan Sample fraction. Karakteristik umum responden dapat dilihat pada penjelasan berikut.

Tabel 11 Karakteristik responden berdasarkan tahun masuk IPB Tahun masuk IPB

Mahasiswa

Jumlah (orang) Persentase (%)

2010 17 17

2011 30 30

2012 27 27

2013 26 26

Total 100 100

Selain didasari oleh perbedaan fakultas, pemilihan responden terdiri dari angkatan 47 (2010), 48 (2011), 49 (2012), dan 50 (2013)/TPB. Hal ini dilakukan agar jawaban yang diperoleh tidak terpusat pada satu angkatan saja. Penulis berkeinginan untuk memperoleh data bervariasi. Rata-rata jumlah responden IPB yang harus mengisi kuesioner sebanyak 25 responden. Jumlah tersebut tidak jauh berbeda dari jumlah angkatan yang diperoleh penulis pada kenyataannya. Kuesioner telah diisi oleh 17 mahasiswa angkatan 47, 30 mahasiswa angkatan 48, 27 mahasiswa angkatan 49, dan 26 mahasiswa angkatan 50/TPB.

Tabel 12 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, tahun 2014 Jenis kelamin

Mahasiswa

Jumlah (orang) Persentase (%)

Perempuan 58 58

Laki-laki 42 42

Total 100 100

Penulis mendapatkan proporsi jenis kelamin dalam pemilihan responden tidak sama. Ternyata jumlah perempuan lebih banyak daripada jumlah laki-laki. Responden terdiri dari 58 persen perempuan dan 42 persen laki-laki.

Tabel 13 Karakteristik responden berdasarkan sumber keuangan setiap bulan Sumber keuangan setiap bulan

Mahasiswa

Jumlah (orang) Persentase (%)

Orang tua 37 37

Beasiswa 30 30

Bekerja 1 1

Orang tua dan beasiswa 21 21

Orang tua dan bekerja 4 4

Beasiswa dan bekerja 3 3

Orang tua, beasiswa dan bekerja 4 4

Total 100 100

Berdasarkan data, sumber keuangan ataupun pendapatan responden tidak hanya berasal dari orang tua atau beasiswa. Urutan pertama sebesar 37 persen responden memiliki sumber keuangan dari orang tua. Kemudian disusul oleh 30 persen respoden menjawab bersumberkan hanya dari beasiswa saja. Selanjutnya

30

urutan ketiga sebanyak 21 persen responden yang tidak hanya memiliki sumber keuangan dari orang tua, tetapi juga mendapatkan beasiswa. Fenomena tersebut tentu tidak biasa, namun bukan berarti uang saku mereka lebih banyak daripada yang mendapatkan dari orang tua saja.

Tabel 14 Karakteristik responden jumlah berdasarkan uang saku/bulan Uang saku setiap bulan Mahasiswa

Jumlah (orang) Persentase (%)

<Rp 500.000 8 8 Rp 500.000 -Rp 999.999 60 60 Rp 1.000.000-Rp 1.499.999 25 25 Rp 1.500.000-Rp 1.999.999 3 3 Rp 2.000.000-Rp 2.499.000 2 2 Tidak tentu 2 2 Total 100 100 Rata-rata Rp 500.000 -Rp 999.999

Sebagian besar responden sampel menerima uang saku setiap bulan di bawah Rp 1.000.000,00. Data menunjukan sebanyak delapan persen responden uang sakunya kurang dari Rp 500.000,00, enam puluh persen responden berada di kisaran Rp 500.000-Rp 999.999, dua puluh lima persen responden antara selang Rp 1.000.000-Rp 1.499.999 per bulannya.

Proses Keputusan Pembelian Pop Mie

Karakteristik responden berdasarkan proses keputusan pembelian dalam penelitian ini merupakan karakteristik konsumen yang dilihat dari berbagai faktor yang berhubungan dengan proses perilaku pembeliannya serta hal-hal yang melatarbelakangi konsumen hingga akhirnya memilih untuk membeli produk Pop Mie. Proses keputusan pembelian menurut Kotler dan Amstrong (2001) terdiri dari lima tahap yaitu, tahap pengenalan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pascapembelian.

Proses keputusan pembelian konsumen Pop Mie ini dianalisis melalui beberapa pertanyaan dalam kuesioner yang mengacu pada urutan proses keputusan pembelian yaitu, keuntungan atau manfaat yang dicari dalam mengonsumsi mie cup termasuk dalam pertanyaan mengenai tahap pengenalan kebutuhan, dari mana sumber informasi konsumen mengenai Pop Mie dan hal yang menjadi fokus perhatian konsumen berdasarkan informasi tentang Pop Mie yang didapat merupakan pertanyaan untuk tahap pencarian informasi, seberapa lama mengonsumsi Pop Mie, seberapa sering membeli produk Pop Mie, varian dari Pop Mie yang paling sering dibeli dan dimanakah biasanya konsumen membeli Pop Mie merupakan pertanyaan untuk tahap pembelian, sedangkan untuk pertanyaan di tahap hasil adalah apakah konsumen sudah merasa puas setelah mengonsumsi Pop Mie serta tindakan apakah yang dilakukan konsumen jika produk Pop Mie tidak tersedia. Berikut adalah penjelasannya :

31 Keuntungan atau Manfaat yang Dicari dalam Mengonsumsi Mie Cup

Pertanyaan awal ini disediakan lima alternatif jawaban, yaitu praktis atau tidak repot, memperoleh kebutuhan gizi, sebagai simbol status sosial, sebagai makanan selingan dan lainnya, dimana opsi terakhir ini konsumen dapat menuliskan jawaban yang sesuai dengan dirinya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari keseluruhan jumlah responden kesemuanya rata-rata memilih opsi pertama, keempat, kedua dan kelima, yaitu masing-masing sebanyak 77 persen memilih opsi alternatif jawaban praktis atau tidak repot, 21 persen memilih opsi sebagai makanan selingan, serta 1 persen memilih memperoleh kebutuhan gizi juga 1 persen lagi memilih opsi lainnya (kenikmatan rasa).

Tabel 15 Keuntungan atau manfaat yang dicari dalam mengonsumsi Mie Cup Keuntungan/Manfaat Responden (orang) Persentase (%)

Praktis/tidak repot 77 77

Memperoleh kebutuhan gizi 1 1 Sebagai simbol status sosial

Sebagai makanan selingan 21 21 Lainnya (kenikmatan rasa) 1 1

Total 100 100

Sebagian besar responden yaitu sebanyak 77 persen memilih memperoleh manfaat praktis/tidak repot sebagai keuntungan atau manfaat yang mereka cari dalam mengonsumsi mie cup. Hal ini membuktikan bahwa mayoritas konsumen menyadari bahwa mie instan kemasan cup dapat dijadikan alternatif pilihan makanan pada saat konsumen tidak memiliki waktu untuk menunggu hidangan yang disajikan terlalu lama. Adapun satu persen responden yang memilih manfaat dari mie cup sebagai kebutuhan gizi. Hal ini membuktikan bahwa responden mengetahui kandungan gizi yang terdapat dalam mie cup cukup lengkap, dalam artian bahwa dengan mengonsumsi mie cup sama saja seperti mengonsumsi makanan karbohidrat lain yang cukup baik untuk tubuh. Sedangakan manfaat atau keuntungan sebagai simbol status sosial tidak diperoleh responden karena, menurut responden mie cup sudah bukan panganan mewah yang dapat menentukan status sosial seseorang. Keuntungan sebagai makanan selingan juga cukup banyak dipilih oleh responden sebanyak 21 persen responden karena berdasarkan wawancara dengan responden bahwa mie cup bagi ke 21 responden tersebut sudah menjadi makanan pilihan dikala mereka sedang tidak ingin mengonsumsi nasi.

Sumber Informasi Konsumen Mengenai Pop Mie

Semakin kritisnya para konsumen dalam menilai, memilih dan memutuskan produk pangan yang akan dibelinya, membuat para produsen menampilkan beragam cara promosi untuk memberikan informasi mengenai produknya secara jelas, padat, singkat serta mudah dipahami oleh konsumen. Pada tabel berikut dapat dilihat sumber informasi yang berasal dari manakah yang banyak dipilih oleh konsumen.

32

Tabel 16 Sumber informasi konsumen mengenai Pop Mie

Sumber Informasi Responden

(orang)

Persentase (%)

Iklan televisi 85 85

Iklan media cetak

Materi promosi (billboard dan lain-lain) 2 2 Relasi (teman, keluarga, dan lain-lain) 2 2

Hypermarket/pusat-pusat perbelanjaan 10 10

Lainnya 1 1

Total 100 100

Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas konsumen memperoleh sumber informasi mengenai Pop Mie dari iklan televisi sebanyak 85 persen. Hal ini memang menunjukkan bahwa Pop Mie memang memanfaatkan media televisi secara maksimal sebagai salah satu kegiatan promosinya. Adapun sebanyak 2 persen diperoleh dari iklan materi promosi seperti billboard, 2 persen konsumen memperoleh informasi dari relasi (teman, keluarga dan lain-lain), 10 persen konsumen memperoleh informasi dari Hypermarket atau pusat-pusat perbelanjaan dan 1 persen saja yang memperoleh informasi dari sumber lainnya.

Hal yang Menjadi Fokus Perhatian Konsumen Berdasarkan Informasi yang Didapat

Berdasarkan sumber informasi yang ditampilkan, hal-hal yang menjadi fokus perhatian konsumen dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Hal-hal yang menjadi fokus perhatian konsumen

Atribut Responden (orang) Persentase (%)

Harga 29 29 Variasi Ukuran 11 11 Bentuk/Desain 14 14 Kejelasan Kadaluarsa 11 11 Berat/Netto 1 1 Komposisi 12 12 Lainnya 22 22 Total 100 100

Dari data yang dihasilkan, sebanyak 29 persen responden memilih harga, 22 persen memilih lainnya (mencakup 18 persen rasa, 1 persen sertifikasi halal, 1 persen brand, 1 persen praktis, dan 1 persen hadiah dalam kemasan), 14 persen responden memperhatikan aspek bentuk/desain, 12 persen responden memilih komposisi sebagai aspek yang menjadi fokus perhatiannya, 11 persen memilih variasi ukuran, 11 persen lainnya kejelasan kadaluarsa, dan 1 persen responden saja yang menjawab berat/netto. Mayoritas yang menjadi fokus perhatian responden adalah harga, dimana menurut pendapat para konsumen ini, harga Pop Mie masih dirasa cukup mahal.

Seberapa Lama Konsumen Mengonsumsi Pop Mie

Pop Mie merupakan produk yang sudah cukup lama ada di pasar Indonesia. Kesetiaan konsumen Pop Mie pun dapat dilihat dari beberapa faktor. Salah satunya adalah lamanya konsumen mengonsumsi produk tersebut.

33 Tabel 18 Kurun waktu konsumen dalam mengonsumsi Pop Mie

Atribut Responden (orang) Persentase (%)

< 3 bulan 27 27 3 – 6 bulan 15 15 7 – 10 3 3 11 – 12 bulan 3 3 >12 bulan 52 52 Total 100 100

Sebagian besar responden sudah mengonsumsi Pop Mie lebih dari 12 bulan yaitu sebanyak 52% responden, sedangkan yang lain sebanyak 27 persen yang memilih opsi kurang dari 3 bulan, 15 persen memilih 3–6 bulan, 3 persen mengonsumsi 7-10 bulan dan 3 persen terakhir memilih sudah mengonsumsi Pop Mie selama 11–12 bulan. Dari keseluruhan responden, rata-rata memilih opsi lebih dari 12 bulan, hal in dikarenakan produk Pop Mie sudah cukup lama beredar di pasar Indonesia terutama Kota Bogor, sehingga kecil kemungkinannya jika terdapat responden yang baru mencoba mengonsumsi Pop Mie dalam waktu kurang dari dua bulan.

Frekuensi Konsumen Membeli Pop Mie

Tabel 19 menunjukkan frekuensi pembelian responden terhadap produk Pop Mie. Frekuensi pembelian terbesar yang dipilih responden adalah setiap lebih dari dua bulan sekali, sebanyak 45 persen responden. Frekuensi pembelian yang dipilih responden cukup merata disemua alternatif jawaban yang diberikan. Dari hasil pengamatan responden yang memilih membeli Pop Mie setiap minggu sekali biasanya varian yang digunakan adalah varian Pop Mie ukuran kecil atau mini. Sedangkan yang memilih pembelian Pop Mie dilakukan lebih dari dua bulan sekali, merupakan responden yang rata-rata mengonsumsi mie instan hanya saat kesempatan tertentu saja, seperti saat terburu-buru ataupun saat waktu senggang/selingan ketika mereka sedang tidak ingin mengonsumsi nasi.

Tabel 19 Frekuensi pembelian pop mie

Frekuensi Pembelian Responden (orang) Persentase (%)

Seminggu sekali 17 17 2 minggu sekali 14 14 1 bulan sekali 24 24 2 bulan sekali > 2 bulan sekali 45 45 Total 100 100

Varian Pop Mie yang Paling Sering Dibeli oleh Konsumen

Pop Mie memiliki variasi produk yang cukup beragam. Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 20, sebanyak 30 persen responden memilih Pop Mie Mini Rasa Baso Sapi, 28 persen memilih Pop Mie Rasa Ayam Bawang, 20 persen memilih Pop Mie Rasa Soto, 16 persen memilih Pop Mie Goreng Spesial, empat persen memilih Pop Mie Mini Rasa Soto Mie dan hanya dua persen yang memilih Pop Mie rasa lainnya.

34

Tabel 20 Varian Pop Mie yang paling sering disukai oleh konsumen Varian Pop Mie Responden (orang) Persentase (%) Pop Mie Rasa Ayam Bawang 28 28 Pop Mie Mini Rasa Baso Sapi 30 30

Pop Mie Rasa Soto 20 20

Pop Mie Goreng Spesial 16 16 Pop Mie Mini Rasa Soto Mie 4 4

Lainnya 2 2

Total 100 100

Sebagian besar responden memilih varian Pop Mie Mini Rasa Baso Sapi yaitu sebanyak 30 persen. Varian Pop Mie Mini Rasa Baso Sapi ini paling banyak diminati karena komposisinya dirasa lebih komplit oleh responden, yaitu tidak hanya sayuran kering yang disediakan disamping bumbu utama tetapi terdapat pula tambahan bakso kering di dalam kemasannya.

Tempat Melakukan Pembelian Pop Mie

Sebanyak 55 persen responden melakukan pembelian Pop Mie di minimarket sekitar kampus, 26 persen di hypermarket/supermarket, 13 persen di kantin/warung sekitar kampus dan sisanya sebanyak 6 persen di tempat lainnya (satu orang responden lebih sering melakukan pembelian saat di perjalanan dan bahkan sisanya membeli Pop Mie yang dijual di sekret BEM E maupun HIMPRO). Hasil jawaban responden menunjukkan bahwa produk Pop Mie cukup mudah untuk didapat. Sebagian besar responden melakukan pembelian di minimarket sekitar kampus, karena berdasarkan pengamatan di lapangan, responden cenderung melakukan pembelian Pop Mie saat belanja bulanan.

Tabel 21 Tempat Melakukan Pembelian Pop Mie

Tempat Membeli Responden (orang) Persentase (%) Kantin/warung sekitar kampus 13 13 Hypermarket/Supermarket 26 26

Minimarket 55 55

Lainnya 6 6

Total 100 100

Tingkat Kepuasan Konsumen dalam Mengonsumsi Pop Mie

Tabel 22 menunjukkan data hasil penelitian mengenai apa yang dirasakan responden setelah mengonsumsi Pop Mie. Apakah merasa puas atau tidak. Berdasarkan hasil penelitian, 82 persen responden menjawab ya, atau merasa puas setelah mengonsumsi Pop mie. Namun, sebanyak delapan belas persen responden menjawab tidak atau tidak merasa puas. Pengamatan dan wawancara kepada responden yang dilakukan di lapangan menunjukkan, faktor yang membuat responden merasa puas setelah mengonsusmsi Pop Mie adalah dari segi rasanya yang sesuai, ringan dan tidak beraroma bumbu yang kuat, serta mudah dikombinasikan dengan makanan lain seperti sosis ataupun nugget.

Tabel 22 Tingkat kepuasan konsumen dalam mengonsumsi Pop Mie Alternatif Jawaban Responden (orang) Persentase (%)

Ya 82 82

Tidak 18 18

35 Perilaku Konsumen Pop Mie Apabila Pop Mie Tidak Tersedia

Perilaku konsumen apabila Pop Mie tidak tersedia sebesar 64 persen konsumen memilih membeli produk mie cup lain di tempat yang sama, 26 persen konsumen memilih tidak jadi membeli atau menunda pembelian Pop Mie, dan 10 persen konsumen memilih mencari produk Pop Mie di tempat lain.

Tabel 23 Perilaku responden apabila Pop Mie tidak tersedia

Perilaku Konsumen Responden

(orang)

Persentase (%) Membeli produk mie cup lain di tempat yang sama 64 64 Mencari produk Pop Mie di tempat lain 10 10 Tidak jadi membeli/menunda pembelian Pop Mie 26 26

Total 100 100

Dari hasil yang ditunjukkan sebagian besar responden memilih untuk membeli produk mie cup merek lain di tempat yang sama, yaitu sebanyak 64 persen atau 64 orang responden, hal ini dapat dimengerti bahwa padatnya aktivitas responden (dalam hal ini mahasiswa) menyebabkan membeli mie instan tanpa memperhatikan merek. Hal ini pula yang menjadi kebiasaan yang kurang baik bagi mahasiswa dalam menjaga kesehatannya.

Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Pop Mie

Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Terhadap Atribut Pop Mie yang Memengaruhi Kepuasan Konsumen

Tingkat kepentingan konsumen dapat diukur berdasarkan apa yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan untuk dapat memuaskan konsumen. Tingkat kepentingan ini juga akan dapat memacu perusahaan untuk memperbaiki tingkat kinerja yang dianggap kurang sesuai dengan harapan konsumen. Selain itu juga dapat digunakan sebagai acuan untuk tetap mempertahankan kinerja yang dianggap sudah sesuai dengan kepentingan konsumen tersebut. Alat yang digunakan untuk menganalisis tingkat kepentingan dan tingkat kinerja adalah Importance Performance Analysis (IPA).

Atribut yang dianalisis meliputi komponen atribut kualitas Pop Mie yang berjumlah 6 atribut dan dinilai oleh 100 orang responden. Dari hasil penilaian tingkat kepentingan dan kinerja terhadap 6 atribut dicari rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja dari masing-masing atribut dengan membagi skor yang diperoleh dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Rata-rata dari tingkat kepentingan dan kinerja ini digunakan sebagai dasar untuk membuat diagram kartesius IPA yaitu, diagram yang terdiri dari empat kuadran yang digunakan untuk melihat prioritas perbaikan kinerja berdasarkan kepentingannya. Secara keseluruhan, skor tingkat kepentingan dan kinerja (Tabel 24) untuk setiap atribut menggambarkan nilai antara apa yang dianggap penting (importance) oleh konsumen dengan kinerja (performance) yang diberikan oleh perusahaan.

36

Tabel 24 Perhitungan rata-rata dari penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut Pop Mie

No Atribut Produk Importance (Y) Performance (X)

1. Harga 4,15 3,27

2. Variasi Ukuran Kemasan 3,83 3,30 3. Bentuk/desain kemasan 3,60 3,31 4. Kejelasan Kadaluarsa 4,81 3,75 5. Berat Bersih/Netto 3,87 2,98 6. Komposisi 4,32 3,44 Jumlah 24,58 20,05 Rata-rata 4,10 3,35

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh empat kuadran pada diagram kartesius IPA (Importance Performance Analysis) dengan garis tengah pembagi adalah hasil perhitungan rata-rata dari skor tingkat kepentingan sebesar 4,10 dan rata-rata tingkat kinerja bernilai 3,35. Sebaran 6 atribut dapat dilihat pada Gambar 6. Empat kuadran yang telah terbentuk tadi akan menentukan atribut mana yang sebaiknya dipertahankan maupun ditingkatkan.

Setiap atribut produk yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen perlu diperbaiki atau ditingkatkan seiring dengan berjalannya kegiatan usaha. Namun, perbaikan kinerja tersebut perlu mempertimbangkan terlebih dahulu keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan Indofood, sehingga perusahaan dituntut untuk dapat mengalokasikan sumberdaya terhadap perbaikan kinerja atribut yang mampu memberikan manfaat lebih besar untuk kepuasan konsumen. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh pihak perusahaan adalah memprioritaskan atribut yang dianggap memiliki tingkat kinerja yang rendah. Salah satu cara untuk menentukan prioritas perbaikan terhadap kinerja atribut produk Pop Mie adalah dengan menggunakan alat bantu berupa diagram kartesius (Gambar 6). 3.8 3.7 3.6 3.5 3.4 3.3 3.2 3.1 3.0 2.9 4.75 4.50 4.25 4.00 3.75 3.50 Kinerja (X) K e p e n ti n g a n ( Y ) 3.3417 4.097 6 5 4 3 2 1

Scatterplot of Kepentingan (Y) vs Kinerja (X)

37 Pemetaan berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja ini memungkinkan pihak perusahaan mengetahui atribut manakah yang sudah baik, berlebihan dan perlu untuk diperbaiki, tergantung dari posisi atribut pada diagram kartesius yang terbagi menjadi empat kuadran. Sehingga diharapkan perbaikan yang dilakukan dapat memenuhi kepuasan konsumen. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

Kuadran I (attributes to improve)

Kuadran I atau dapat disebut sebagai atribut yang termasuk prioritas utama, menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap memengaruhi keputusan pelanggan, termasuk unsur-unsur yang dianggap sangat penting, namun perusahaan belum melaksanakannya sesuai dengan keinginan pelanggan, sehingga dirasa mengencewakan atau tidak puas. Karena itu, atribut yang termasuk dalam kuadran ini harus menjadi prioritas utama bagi perusahaan untuk meningkatkan kepuasan konsumen.

Atribut yang termasuk dalam kuadran I adalah atribut harga. Atribut harga pada Pop Mie ini adalah jumlah yang ditagihkan pada konsumen atas suatu produk. Harga asli (tanpa tambahan air panas) untuk produk Pop Mie yaitu berkisar Rp 3.500 per cup. Untuk produk makanan instan, harga ini dirasa cukup memenuhi syarat, apalagi melihat distribusi produk Pop Mie yang telah meluas ke berbagai wilayah di Indonesia. Pihak Indofood Indonesia memiliki segmentasi konsumen yang dituju untuk produknya terutama produk Pop Mie. Perusahaan memang menunjukkan produk Pop Mie ini untuk konsumen dengan tingkat ekonomi menengah hingga tingkat ekonomi ke atas, namun seiring berjalannya waktu pihak Indofood Indonesia mulai melebarkan daerah distribusi produknya untuk memasuki pasar-pasar tradisional. Keyakinan pihak produsen atas produk mie cupnya yang berkualitas membuat produsen tidak khawatir ditinggalkan konsumen dengan pemberian harga yang sedikit lebih tinggi di atas produk mie cup lokal lainnya.

Berdasarkan penelitian di lapangan, melalui wawancara dengan beberapa konsumen, diperoleh keterangan bahwa konsumen memang mengeluhkan tentang harga produk Pop Mie, walaupun jika dibandingkan dengan makanan instan/jajanan lain harga Pop Mie bisa dikatakan cukup wajar. Harga produk yang dikeluhkan konsumen rupanya menjadi dasar sebagian besar konsumen memilih merek mie instan cup merek lainnya. Dengan demikian, sebaiknya pihak Indofood Indonesia memberikan potongan harga untuk produk ini yang taget sasarannya adalah konsumen remaja (dalam hal ini mahasiswa).

Kuadran II (maintain performance)

Kuadran ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh konsumen dan faktor-faktor yang dianggap oleh konsumen sudah sesuai dengan yang dirasakannya sehingga tingkat kepuasannya relatif lebih tinggi. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan karena semua variabel atau atribut ini menjadikan produk Pop Mie unggul di mata konsumen. Terdapat dua atribut yang termasuk dalam kuadran ini yaitu, kejelasan kadaluarsa dan komposisi.

38

Kejelasan Kadaluarsa

Pada setiap kemasan produk Pop Mie untuk semua varian, pencantuman tanggal kadaluarsa cukup jelas terlihat, bahkan tanggal produksinyapun dicantumkan pula pada kemasan. Sehingga konsumen merasa aman dalam mengonsumsi Pop Mie yang dibelinya. Kondisi ini harus dipertahankan oleh produsen Pop Mie, karena pencantuman tanggal kadaluarsa sangat penting sebagai umur produk yang masih layak untuk dikonsumsi.

Komposisi

Atribut ini juga merupakan kriteria wajib untuk semua produk pangan yang dijual di pasaran. Para produsen diwajibkan untuk menuliskan pada kemasan produk pangannya mengenai komposisi yang terkandung dalam makanan tersebut. Begitu pula dengan produk Pop Mie yang selalu mencantumkan komposisi di setiap kemasan Pop Mie pada semua varian. Atribut ini juga dapat menjadi salah satu faktor penentu bagi konsumen dalam memilih produk pangan yang akan dikonsumsinya.

PT.Indofood Indonesia sangat concern terhadap komposisi dari produk yang dihasilkannya. Berdasarkan hasil penelitian, terbukti bahwa terdapat keberagaman konsumen dalam memilih komposisi Pop Mie yang paling lengkap untuk dinikmatinya. Berdasarkan Tabel 20 (tabel varian rasa) diperoleh bahwa rata-rata konsumen memilih Pop Mie Rasa Baso Sapi dikarenakan komposisinya yang cukup komplit dibandingkan rasa lainnya.

Hasil penelitian di lapanganpun menunjukkan bahwa konsumen menilai produk Pop Mie memiliki komposisi bahan baku yang cukup lengkap, dengan begitu perusahaan harus tetap mempertahankan kondisi ini bahkan diharapkan terus melakukan riset mengenai penambahan komposisi pada Pop Mie untuk membuat gizi yang terkandung dalam Pop Mie menjadi semakin lengkap.

Pihak Indofood Indonesia sangat sadar bahwa produk Pop Mie bukanlah merupakan panganan pokok asli masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan formulasi komposisi agar citarasa Pop Mie dapat sesuai dan diterima oleh konsumen Indonesia. Perbaikan-perbaikan dari segi komposisi (utamanya rasa) dilakukan dari awal penawaran Pop Mie di pasar Indonesia hingga sekarang dapat diterima oleh konsumen Indonesia. Namun, hal ini pun sebaiknya tetap menjadi perhatian perusahaan untuk dapat mempertahankan komposisi yang sesuai dengan konsumen dari setiap varian Pop Mie.

Kuadran III (atribut to maintan)

Wilayah ini dianggap kurang penting oleh konsumen Pop Mie dan pada kenyataannya pun kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan atribut-atribut

Dokumen terkait