• Tidak ada hasil yang ditemukan

. Analisis Tingkat Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Terhadap Pop Mie (Kasus Mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan ". Analisis Tingkat Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Terhadap Pop Mie (Kasus Mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor)."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS

KONSUMEN TERHADAP POP MIE

(Kasus Mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor)

RIANY HIDAYAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Tingkat Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Terhadap Pop Mie (Kasus Mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

RIANY HIDAYAH. Analisis Tingkat Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Terhadap Pop Mie (Kasus Mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor). Dibimbing oleh HENY K DARYANTO.

Rutinitas mahasiswa S1 IPB ketika selesai mengikuti perkuliahan di sore hari sangat menarik untuk diperhatikan. Kebanyakan dari mereka sering terlihat membeli dan mengonsumsi mie cup merek Pop Mie. Perilaku tersebut juga terlihat pada pagi hari. Padahal merek mie cup tidak hanya Pop Mie, masih ada beberapa merek lain yang sekilas kemiripan produknya hampir sama. Keingintahuan mengarah pada bagaimana tingkat kepuasan dan loyalitas masing-masing mahasiswa terhadap mie cup merek Pop Mie. Meskipun tidak sulit untuk menemukan responden, namun bukan berarti seratus mahasiswa mempunyai asumsi, persepsi dan pemikiran yang sama terhadap mie cup merek Pop Mie. Penelitian tersebut dapat menjadi informasi bagi perusahaan untuk menciptakan strategi bisnis baru dengan segmen pasar mahasiswa supaya memperoleh konsumen lebih banyak dan membuat mie cup sesuai keinginan konsumen (terutama mahasiswa).

Kata kunci: atribut, kepuasan, loyalitas, mie instan cup merek Pop Mie

ABSTRACT

RIANY HIDAYAH. Analysis Level of Satisfaction and Consumer Loyalty of Noodle Cup by Pop Mie (Case on undergraduated students of Bogor Agricultural University). Supervised by HENY K DARYANTO.

Routines of IPB’s undergraduate students when they already lecture in the

evening is intersting to notice. Most of them are often seen buying and eating noodle cup by Pop Mie brand. This behavior also happend in the morning. Whereas brand of noodles is not only Pop Mie, there are other brands which have product resemblance is almost same. The curiosity is how the satisfaction index and loyalty of each student toward Pop Mie brand. Although is not difficult to find repondents, but not necessarily one hundred students have similar assumption, perceptions and thoughts to Pop Mie brand. It can be reference to create new marketing strategies for students segmentation to get consumers and make noodle cups like consumers (especially university student) want.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS

KONSUMEN TERHADAP POP MIE

(Kasus Mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor)

RIANY HIDAYAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini ialah kepuasan dan loyalitas konsumen, dengan judul Analisis Tingkat Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Terhadap Pop Mie (Kasus Mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Heny K Daryanto, MEc selaku pembimbing. Selain itu, penulis juga menyampaikan penghargaan kepada teman-teman, Rahmi Yuniarti, Ahmad Nur Fadhian, Ai Saadah, dan Riki Cahyo Edi yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Studi Empiris Mengenai Mie Instan 7

Penelitian Terkait Mie Instan Cup Merek Pop Mie 7

Studi Empiris Mengenai Tingkat Kepuasan dan Loyalitas 8

Metode Analisis pada Penelitian Sejenis 8

Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya 9

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Pemikiran Teoritis 9

Perilaku Konsumen 9

Karakteristik Konsumen 10

Karakteristik Produk dan Atribut Produk 11

Kepuasan Konsumen 11

Loyalitas Konsumen 12

Kerangka Pemikiran Operasionl 15

METODE PENELITIAN 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Jenis dan Sumber Data 17

Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data 17

Uji Validitas dan Reliabilitas 18

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 19

Skala Pengukuran 20

Metode Pengolahan Data 21

Analisis Deskriptif 21

Importance Performance Analysis (IPA) 22

Customer Satisfaction Index (CSI) 23

Analisis Tingkat Loyalitas 24

Definisi Operasional 26

GAMBARAN UMUM 26

Gambaran Umum Perusahaan Indofood 26

Gambaran Umum Produk Mie Instan 27

(11)

HASIL DAN PEMBAHASAN 28

Karakteristik Responden 28

Proses Keputusan Pembelian Pop Mie 30

Manfaat yang Dicari dalam Mengonsumsi Pop Mie 30

Sumber Informasi Mengenai Pop Mie 31

Hal yang Menjadi Fokus Perhatian Konsumen 32

Seberapa Lama Konsumen Mengonsumsi Pop Mie 32

Frekuensi Konsumen Membeli Pop Mie 33

Varian Pop Mie yang Paling Sering Dibeli oleh Konsumen 33

Tempat Melakukan Pembelian Pop Mie 34

Tingkat Kepuasan Konsumen dalam Mengonsumsi Pop Mie 34 Perilaku Konsumen Pop Mie Apabila Pop Mie Tidak Tersedia 34 Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Pop Mie 35 Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Terhadap Atribut Pop Mie yang

Memengaruhi Kepuasan Konsumen 35

Indeks Kepuasan Konsumen 39

Analisis Tingkat Loyalitas Konsumen Produk Pop Mie 40

Analisis Swicher Buyer 40

Analisis Habitual Buyer 41

Analisis Satisfied Buyer 41

Analisis Liking The Brand 42

Analisis Committed Buyer 42

Implikasi Manajerial 44

SIMPULAN DAN SARAN 45

Simpulan 45

Saran 46

DAFTAR PUSTAKA 48

LAMPIRAN 50

(12)

DAFTAR TABEL

1 Penjualan jenis mie instan di Indonesia 2

2 Daftar beberapa perusahaan mie instan cup di Indonesia 2 3 Peningkatan konsumsi mie instan di kota Bogor, periode 2010-2013 5

4 Beberapa merek mie cup dan harganya 5

5 Sebaran jumlah responden di setiap fakultas dan TPB, IPB 18 6 Atribut-atribut awal sebelum uji validitas dan reliabilitas 20

7 Atribut yang valid dan reliabel 21

8 Skor dan respon tingkat kepentingan atribut Pop Mie 21 9 Skor dan respon tingkat kinerja atribut Pop Mie 21

10 Sejarah singkat perkembangan PT ISM 27

11 Karakteristik responden berdasarkan tahun masuk IPB 29 12 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 29 13 Karakteristik responden berdasarkan sumber keuangan 29 14 Karakteristik responden berdasarkan jumlah uang saku per bulan 30 15 Keuntungan atau manfaat yang dicari dalam mengonsumsi Pop Mie 32

16 Sumber informasi mengenai Pop Mie 32

17 Hal-hal yang menjadi fokus perhatian konsumen 32 18 Kurun waktu konsumen dalam mengonsumsi Pop Mie 33 19 Frekuensi pembelian konsumen terhadap Pop Mie 33 20 Varian Pop Mie yang paling disukai oleh konsumen 34

21 Tempat melakukan pembelian Pop Mie 34

22 Tingkat kepuasan konsumen dalam mengonsumsi Pop Mie 34 23 Perilaku konsumen Pop Mie apabila Pop Mie tidak tersedia 35 24 Perhitungan rata-rata dari penilaian tingkat kepentingan dan tingkat

kinerja atribut Pop Mie 36

25 Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) Pop Mie 40 26 Jumlah dan persentase tingkat loyalitas konsumen Pop Mie 43

DAFTAR GAMBAR

1 Model Perilaku Konsumen 10

2 Piramida Loyalitas Merek yang Rendah 14

3 Piramida Loyalitas Merek yang Baik 14

4 Kerangka Pemikiran Operasional 16

5 Diagram Kartesius Kepentingan dan Kinerja (IPA) 23 6 Diagram Kartesius Importance Performance Analyisis Atribut Pop Mie 36

7 Piramida Loyalitas Konsumen Produk Pop Mie 44

LAMPIRAN

(13)
(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama seperti yang diamanatkan oleh UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan, sementara masyarakat menyelenggarakan proses produksi dan penyediaan, perdagangan, distribusi serta berperan sebagai konsumen yang berhak memperoleh pangan yang cukup dalam jumlah dan mutu, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau oleh daya beli mereka (Kompasiana 2014).

Pangan tersedia dalam jenis, bentuk, dan macam yang beragam. Jenis, bentuk dan macam pangan yang dipilih dan dikonsumsi sangat ditentukan oleh masing-masing individu konsumen. Seiring dengan terjadinya peningkatan pendapatan dan perubahan gaya hidup, terjadi pula perubahan pola konsumsi pangan yang cenderung ke pola yang serba praktis dan efisien (SWA 2007).

Perubahan pola konsumsi pangan di Indonesia tentunya terus berlangsung. Hal ini dicerminkan oleh semakin bervariasinya produk makanan siap saji/instan yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan yang memproduksi makanan. Mie sebagai salah satu makanan instan atau makanan pengganti nasi kini telah menjadi tren tersendiri di kalangan masyarakat. Berbeda dengan mie instan bungkus plastik yang pada umumnya, mie instan kemasan cup menjadi pilihan tersendiri bagi konsumen karena dinilai lebih praktis. Rutinitas konsumen yang cukup padat cenderung mendorong konsumen untuk memilih mie instan kemasan cup seperti Pop Mie karena tidak hanya praktis tetapi juga mengenyangkan. Situasi seperti inilah yang pada akhirnya dapat menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat.

Mie instan dalam kemasan cup merupakan mie yang sangat praktis dan cepat dalam pengolahannya. Konsumen hanya memerlukan air panas saja untuk mengolahnya tanpa harus menyediakan mangkuk dan juga garpu sebagai peralatan makan dalam penyajiannya, sebab sudah tersedia dalam kemasan mie cup tersebut. Selain itu varian rasa dan pelengkap dalam mie instan cup sudah banyak dijual di pasar, warung, toko maupun kantin-kantin di kampus, sehingga konsumen dapat dengan mudah mengonsumsinya

Bahan pangan mie instan yang memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi dapat digunakan sebagai pengganti bahan pangan lain seperti beras dan jagung. Hal ini terkait dengan pernyataan Japan Agricultural Standar, yang mengungkapkan bahwa mie terbuat dari bahan tepung beras atau tepung gandum yang diberi tambahan bumbu atau rempah-rempah. Selain itu, JAS juga mengklasifikasikan mie instan menurut wadah, pengemasan, rasa dan pembuatan dimana pada dasarnya mie instan dibagi dalam dua jenis mie yaitu mie dalam kemasan plastik dan mie dalam kemasan cup.

(16)

2

berkualitas yang sesuai dengan keinginan konsumen, serta harus melakukan upaya-upaya pemasaran yang efektif. Peluang pasar yang terbuka lebar menyebabkan banyak bermunculan perusahaan yang bergerak dalam industri mie instan, terutama mie instan kemasan cup. Sampai saat ini telah banyak bermunculan mie instan kemasan cup dengan skala distribusi lokal maupun nasional. Berikut adalah tabel penjualan mie instan di Indonesia, dimana mie instan kemasan cup mengalami peningkatan penjualan dari tahun 2004-2007 dengan persentase rata-rata sebesar 0,07 % ribu ton per tahun.

Tabel 1 Penjualan jenis mie instan di Indonesia (ribu ton) Jenis Mie 2004 2005 2006 2007 Instan Noodles 921.18 976.24 1036.55 1103.70 Cup noodles 13.37 14.35 15.02 15.77 Total 950.63 1006.87 1068.34 1136.60 Sumber: The Jakarta Globe.com

PT. Indofood Sukses Makmur TBK, merupakan perusahaan yang bergerak dibidang usaha industri pengolahan makanan. Visi perusahaan ini adalah menjadi perusahaan Total Food Solution. Produk yang dihasilkan termasuk mie instan dengan berbagai merek, seperti Indomie, Sarimi, Supermie, Pop Bihun, Pop Mie, Intermie, dan Sakura. Pop Mie sebagai salah satu merek mie instan dalam kemasan cup sudah sangat populer keberadaanya di tengah masyarakat Indonesia. Keberadaan produk Pop Mie dapat dikatakan mampu berdiri sendiri tanpa head competitor. Akan tetapi pihak Indofood tetap mengantisipasi keberadaan Pop Mie tersebut dalam upaya building brand melalui kampanye dan promosi dikalangan konsumen remaja (Indofood 2010).

Meningkatnya jumlah dalam perusahaan yang bersaing sebagaimana yang ditunjukan oleh Tabel 2, menyebabkan produsen berusaha untuk mendapatkan, mempertahankan, dan memenuhi kebutuhan konsumen dengan inovasi yang disukai mereka. Salah satu tujuan utama produsen adalah mempengaruhi konsumen agar memilih dan membeli produknya untuk dikonsumsi secara berkelanjutan.

Tabel 2 Daftar beberapa perusahaan produsen mie instan cup di Indonesia

Perusahaan Merek

PT Indofood Sukses Makmur Indomie, Supermie, Sarimi, Pop Mie, Sakura, Pop Bihun, Pazto, Chatz Mie, My Noodlez

PT Wingsfood Mie Sedaap, Sedaap Cup

PT Nissin Mas Nissin Mas, Cup Newdless, Doraemon PT ABC President ABC Cup, ABC, President, Top Rame PT Myojoprima Lestari Myojo Cup

PT Delly Food SC Miduo, Mi Gelas Sumber : Kompasiana.com 2014

(17)

3 Menurut General Manager Marketing Cup Noodle Indofood, Julia Atman, produk Pop Mie ditujukan bagi konsumen remaja berusia 16 tahun ke atas. Alasannya adalah konsumen pada segmen itulah yang cenderung memiliki tingkat preferensi yang tinggi terhadap citarasa inovatif produk mie dalam kemasan cup (SWA 2007). Presdir PT Capricorn Mars Indotama, Asto Sunu Subroto menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang bisa menjadi keunggulan kompetitif Pop Mie. Pertama, kemasan Pop Mie adalah kemasan mie cup yang pertama muncul pada industri mie instan di Indonesia yang diperkenalkan oleh PT Indofood. Kedua, varian Pop Mie yang beragam, mulai dari rasa ayam bawang, soto mie, hingga sosis bakar merupakan keunggulan Pop Mie yang tidak dimiliki merek mie cup lainnya (Indofood 2010).

Setiap perusahaan mie instan kemasan cup berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasarnya dengan cara mengetahui dan berusaha memenuhi kebutuhan konsumen dengan inovasi yang disukai konsumen. Pop Mie sebagai merek mie cup pertama yang menawarkan inovasi rasa mie, kini semakin tersaingi dengan adanya merek-merek lain yang melakukan hal serupa dengan berbagai inovasi lainnya. Dengan demikian perlu dikaji mengenai tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap Pop Mie, sehingga nantinya PT Indofood dapat menjadikan informasi tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan strategi pemasaran yang sesuai.

.

Perumusan Masalah

Di Indonesia, mie instan dapat diperoleh dengan mudah, mulai dari pasar, supermarket, minimarket, toko, hingga warung-warung kecil. Mie instan yang mudah diperoleh tersebut pada umumnya diproduksi oleh para produsen mie instan dalam dua bentuk yaitu ; (1) mie instan bungkus plastik, yakni mie instan yang memerlukan peralatan masak untuk menyajikannya; dan (2) mie instan kemasan cup, yaitu mie instan yang dapat dikonsumsi secara praktis (hanya dengan menuangkan air panas saja ke dalam cupnya). Dalam pemasarannya, mie instan dapat dijumpai sampai ke warung-warung kecil. Hal ini menggambarkan bahwa mie instan kemasan plastik dan kemasan cup ini dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat yang terdiri dari bebagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan.

(18)

4

mengeluarkan varian Pop Mie baru seperti Pop Mie Goreng Cup untuk menandingi Mie Sedaap Goreng Cup.

Dalam hal promosi, kedua merek ini juga sedang mengalami masa-masa persaingan dalam memasarkan produknya di kalangan konsumen remaja. Media periklanan seperti televisi, radio, majalah, surat kabar, internet dan lain-lain, akhir-akhir ini sering menampilkan iklan-iklan mie instan cup Pop Mie dan pesaingnya Mie Sedaap Cup. Kedua merek ini mengusung tema promosi yang mengangkat sisi hidup generasi muda. Pop Mie dengan taglinenya “Puasin Laper Lo, Puasin Muda Lo”, bersaing dengan Mie Sedaap Cup yang berslogan “ Cupdate Your Taste”. Dari segi kreatifitas iklan, kedua merek ini juga sangat imaginatif dan ekspresif sesuai dengan gaya hidup anak muda masa kini. Hal ini semakin diperkuat setelah Mie Sedaap Cup berani mengontrak Raditia Dika, yang merupakan salah satu ikon (artis) anak muda masa kini (Kompasiana 2014). Hal tersebut tentunya perlu mendapat perhatian khusus dari produsen Pop Mie dalam kegiatan pemasarannya.

Dasar utama Pop Mie dalam menetapkan konsumen sasarannya adalah usia, karena usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi dan persepsi konsumen dalam proses keputusan untuk menerima sesuatu yang baru, baik produk maupun jasa. Seseorang yang berumur relatif muda lebih cepat menerima sesuatu yang baru. Preferensi terhadap pangan bersifat plastis pada orang yang berusia muda, tetapi permanen bagi mereka yang sudah berumur (Indofood 2010). Atas dasar ini pulalah konsumen mahasiswa merupakan salah satu pangsa pasar utama dari produk Pop Mie.

Konsumen Pop Mie hampir mencakup semua kalangan termasuk mahasiswa. Kewajiban kuliah, praktikum, kerja kelompok atau aktivitas kampus lainnnya seringkali membuat para mahasiswa kurang memperhatikan apa yang mereka makan sehari-hari. Charles (2013) menyatakan bahwa terdapat empat faktor utama dari kondisi universitas yang mempengaruhi pola makan mahasiswa : (1) Waktu makan siang yang terbatas, (2) Pertemuan atau event tertentu di kampus, (3) Jadwal kuliah yang ketat, dan (4) Jam kuliah yang kosong. Artinya, terkadang proses pengambilan keputusan pembelian dapat saja dilakukan tanpa rencana dan tidak mempertimbangkan atribut produk. Bahkan apabila situasi dan kondisi sedang terdesak, kemungkinan untuk memilih secara terpaksa akan lebih tinggi. Mahasiswa dengan keterbatasan menjalani hidup sebagai perantau dan hanya mengandalkan sumber penghasilan dari orang tua atau beasiswa cenderung selektif dalam menentukan pilihan.

(19)

5 Tabel 3 Peningkatan konsumsi mie instan di kota Bogor per jiwa , periode

2010-2013

No Tahun Kuantitas (gram) per jiwa

1. 2010 546.790,10

2. 2011 556.845,66

3. 2012 566.724,68

4. 2013 571.324,72

Sumber : BPS Kota Bogor (data diolah)

Mie instan kemasan cup khususnya Pop Mie, sering kali dikonsumsi oleh mahasiswa IPB. Dari pengamatan awal di lapang menunjukkan bahwa aktivitas para mahasiswa yang cukup padat, mulai dari kuliah, praktikum, hingga organisasi atau kegiatan lainnya kerap kali membuat mereka tidak terlalu memperdulikan merek makanan yang dikonsumsinya. Hal ini tentunya menjadi faktor yang harus diperhatikan oleh PT Indofood dalam menjaga pangsa pasarnya, mengingat bahwa rata-rata harga dari produk Pop Mie itu sendiri yang tentunya juga menjadi bahan pertimbangan konsumen. Tabel berikut memperlihatkan beberapa merek mie cup beserta harga jualnya (Tabel 4).

Tabel 4 Beberapa merek mie cup dan harganya

No Merek Harga per dus (Rp) Jumlah 1. Pop Mie Baso Spesial 85.000 24 2. Pop Mie Goreng 85.000 24 3. Pop Mie Mini Ayam Bawang 91.000 24 4. Sedaap Goreng Cup 84.000 24 5. Sedaap Soto Cup 77.500 24

6. ABC Cup 72.000 24

7. Gaga Cup 73.000 24

Sumber : Kompasiana.com 2014

Semakin tinggi tingkat persaingan antar produsen maka akan semakin penting posisi konsumen bagi produsen. Oleh karena itu, penelitian mengenai konsumen menjadi penting untuk dilakukan. Produsen membutuhkan informasi yang mampu menjawab keingintahuan produsen akan atribut-atribut yang berpengaruh dalam membentuk atau membangun kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap produk Pop Mie agar dapat mengatasi persaingan yang terjadi. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas di dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana karakteristik konsumen mahasiswa produk Pop Mie dan proses keputusan pembelian Pop Mie?

2. Bagaimana tingkat kepuasan konsumen dan tingkat loyalitas konsumen terhadap atribut produk Pop Mie?

3. Bagaimana rekomendasi yang tepat untuk meningkatkan kinerja produsen Pop Mie?

Tujuan Penelitian

(20)

6

1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen mahasiswa produk Pop Mie dan proses keputusan pembelian Pop Mie.

2. Menganalisis tingkat kepuasan konsumen mahasiswa dan tingkat loyalitas konsumen terhadap atribut produk Pop Mie.

3. Merumuskan rekomendasi hasil penelitian untuk meningkatkan kinerja produsen Pop Mie.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi pihak PT. Indofood Indonesia, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, khususnya dalam penyusunan strategi pemasaran yang sesuai.

2. Bagi penulis, penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga dan menambah wawasan sekaligus sebagai pengaplikasian teori yang didapat dalam perkuliahan.

3. Bagi peneliti lain, sebagai referensi studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi konsumen, sebagai tambahan informasi dalam melakukan pembelian produk mie instan cup merek Pop Mie.

Ruang Lingkup Penelitian

Pop Mie melalui tagline nya “Puasin Laper Lo, Puasin Muda Lo” berkeinginan untuk selalu memprioritaskan kualitas, ukuran kemasan, dan harga. Namun dimungkinkan tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen bukan hanya berasal dari tiga faktor tersebut. Oleh sebab itu, penulis mencoba memfasilitasi konsumen untuk mengungkapkan pengalamannya ketika memilih dan membeli produk mie instan kemasan cup merek Pop Mie hingga pada akhirnya mereka menjadi pelanggan setia dan PT. Indofood sebagai pemimpin pasar sekaligus produsen mie instan kemasan cup terbesar di Indonesia.

(21)

7

TINJAUAN PUSTAKA

Studi Empiris Mengenai Mie Instan

Mie instan merupakan salah satu jenis makanan pengganti nasi yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan mie instan memiliki komposisi yang dianggap cukup mengenyangkan dan dapat dikombinasikan dengan bahan pangan lain seperti sosis ataupun nugget. Beragam jenis merek mie instan yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan makanan di Indonesia diantaranya adalah Indomie, Mie Sedaap, Pop Mie, Mie ABC, dan Mie Sedaap Cup. Keberadaan produk mie instan inipun rupanya menjadi salah satu faktor penyebab berubahnya pola konsumsi pangan (Marniaty 2006; Aulia 2006).

Konsumsi mie instan di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal ini dicerminkan dengan terjadinya perkembangan produksi mie instan di Indonesia yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001 produksi mie instan adalah 718.460 ton, sedangkan pada tahun 2002 meningkat menjadi 822.979 ton dan perubahan persentasenya adalah 15,55% (Disperindag 2005 dalam Erfan 2010). Selain itu, Mubarak (2007) menyatakan bahwa ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap mie instan yang semakin tinggi, telah meningkatkan jumlah konsumsi mie instan setiap tahun. Bila pada tahun 2001 jumlah rata-rata konsumsi mie instan 3,8 kg atau setara dengan 50 bungkus perkapita per tahun, tahun 2005 angka tersebut naik menjadi 5 kg atau setara dengan 66 bungkus perkapita per tahun (Warta Ekonomi 2005 dalam Mubarak 2007).

Meningkatnya konsumsi mie instan di Indonesia menyebabkan terjadinya persaingan antar perusahaan yang menjual produk tersebut. Misalnya saja pada tahun 2002, mie instan merek Indomie menjadi market leader dan menguasai sekitar 90% pasar mie instan di Indonesia. Namun, pada tahun 2003 PT Sayap Mas Utama yang memproduksi mie instan dengan merek Mie Sedaap, berhasil mengambil pangsa pasar mie instan sebesar 15%, sehingga penguasaan Indomie terhadap pasar mie instan menurun dari 90% menjadi 75% (SWA 2006 dalam Aulia 2006).

Penelitian Terkait Mie Instan Cup Merek Pop Mie

Penelitian Marniaty (2006) tentang “Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Produk Mie Instan Merek Pop Mie di Kelurahan Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah” dilaksanakan dengan tujuan mengidentifikasi karakteristik responden dan proses keputusan pembelian Pop Mie, menganalisis tingkat kepentingan, tingkat harapan dan tingkat pelaksanaan konsumen terhadap tingkat kesenjangan atribut Pop Mie, serta merumuskan implikasi strategi pemasaran melalui bauran pemasaran 4P.

(22)

8

kebersihan produk, izin DEPKES, sertifikasi halal, kemudahan penyajian, kelengkapan bumbu, desain kemasan, dan merek.

Studi Empiris Mengenai Tingkat Kepuasan dan Loyalitas

Perkembangan industri makanan di Indonesia tidak hanya dilihat dari bertambahnya jumlah industri secara keseluruhan, tetapi juga ditinjau dari kinerja perusahaan dalam mengamati loyalitas konsumen secara terus-menerus agar dapat diketahui perubahan yang terjadi dan tren yang berkembang. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa kepuasan konsumen bersifat dinamis. Kedinamisan tingkat kepuasan konsumen tersebut bisa dipengaruhi dari banyak hal diantaranya, adanya inovasi baru, perubahan harga, program promosi, program undian berhadiah dan lain-lain.

Persaingan diantara produsen makanan yang telah beroperasi di pasar, menyebabkan hanya produk yang mempunyai kinerja yang tepat yang dapat merebut loyalitas konsumen. Pengetahuan mengenai kepuasan atau ketidakpuasan konsumen ketika mengonsumsi suatu produk maupun jasa merupakan hal yang sangat penting dalam usaha memperhatikan konsumen dan mengatasi situasi persaingan pasar yang semakin ketat bagi produsen, termasuk produsen roti (Kurniawaty 2006). Penelitian Mubarak (2007) hanya menganalisis loyalitas konsumen terhadap merek produk yang menjadi objek penelitiannya yaitu Indomie, karena loyalitas merek merupakan aset perusahaan yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar bila diatur dengan tepat. Saat ini, merek sudah menjadi konsep yang kompleks dengan sejumlah retrifikasi teknis dan psikologis (Durianto et al 2003).

Penelitian mengenai kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap suatu produk telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti di perusahaan berbeda. Hal ini mengindikasikan bahwa kepuasan dan loyalitas merupakan tujuan utama bagi perusahaan untuk mendukung keberhasilan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan selera konsumen. Sari (2011) menganalisis tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap Keju Kraft di kota Bogor. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa konsumen berada pada kriteria puas (nilai CSI sebesar 60%), dan pada sisi tingkat loyalitas, rata-rata konsumen masuk dalam kategori konsumen yang loyal (commited buyer, sebesar 5%). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawaty (2006) yang menganalisis tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap Roti Unyil Venus, dimana dari sisi kepuasan memang sama seperti penelitian Sari (2011) (konsumen puas dengan persentase 68%), namun tingkat loyalitas yang dianalisisnya menggunakan analisis repeat costumers, clients dan advocates, dimana konsumen pada penelitian ini sebagian besar masuk ke dalam tipe clients (80%) dan dikatakan cukup loyal.

Metode Analisis pada Penelitian Sejenis

(23)

9 menggunakan tiga metode analisis data, yaitu Analisis Deskriptif, Analisis IPA dan CSI, dan analisis tingkat loyalitas.

Namun untuk judul sejenis, yaitu “Analisis Tingkat Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Terhadap Roti Unyil Venus di Jalan Siliwangi kota Bogor” (Kurniawaty 2006) hanya menggunakan analisis deskriptif dan analisis kuadran atau dengan kata lain tidak menggunakan analisis IPA dalam melakukan pemetaan persepsi konsumen terhadap kinerja produk roti tersebut, karena dalam menganalisis data penulis sudah menggunakan metode anaisis kuadran yang juga dapat digunakan untuk menentukan prioritas perbaikan atribut kualitas produk.

Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini menggunakan tiga metode analisis, yaitu analisis deskriptif, analisis tingkat kepuasan melalui CSI dan pemetaan persepsi konsumen melalui analisis IPA, serta analisis tingkat loyalitas konsumen (analisis switcher buyer, habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand, dan commited buyer). Objek penelitian ini difokuskan pada produk Pop Mie.

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik umum konsumen mahasiswa, menganalisis proses keputusan pemebelian Pop Mie, menganalisis tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen. Serta memberikan rekomendasi dari hasil penelitian untuk perusahaan Indofood.

.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini meliputi kerangka pemikiran teoritis dan kerangka pemikiran operasional. Kerangka pemikiran teoritis berisi teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Teori tersebut meliputi konsep perilaku konsumen, karakteristik konsumen, karakteristik dan atribut produk, kepuasan konsumen, dan loyalitas konsumen.

Perilaku Konsumen

(24)

10

Gambar 1 Model Perilaku Konsumen Sumber : Engel (1994)

Perilaku konsumen dijelaskan oleh Sumarwan (2004) yaitu, perilaku konsumen mencakup proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik dalam pengevaluasian, perolehan, penggunaan atau mendapatkan barang dan jasa. Menurut Hurriyati (2005) perilaku konsumen adalah aktivitas dimana seseorang melibatkan diri dalam proses menyeleksi, membeli, dan mempergunakan barang dan jasa sehingga memuaskan kebutuhan dan hasratnya. Beberapa aktivitas melibatkan mental dan proses emosional, sebagai tambahan dari reaksi fisik.

Merujuk pada beberapa pengertian mengenai perilaku konsumen, maka terlihat bahwa memahami perilaku konsumen bukanlah suatu hal yang mudah karena banyaknya atribut yang mempengaruhi dan atribut ersebut saling berinteraksi, sehingga perilaku konsumen merupakan proses yang cukup kompleks.

Karakteristik Konsumen

Konsumen (pelanggan) adalah orang yang mampu mengakses informasi objektif mengenai merek-merek bersaing, termasuk soal biaya, harga, fitur, dan mutu, tanpa bergantung pada masing-masing usaha manufaktur atau pengecer (Kotler, 2002). Konsumen dalam banyak hal akan mampu menentukan harga yang ingin mereka bayar dan menantikan tanggapan dari penjual yang paling menarik bagi mereka untuk memuaskan sebagian kebutuhannya.

Karakteristik menurut Sumarwan (2004), meliputi pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen dan karakteristik demografi konsumen. Karakteristik demografi meliputi beberapa variabel seperti jenis kelamin, umur, tempat tinggal, pendidikan terakhir, pekerjaan, status, pendapatan,

(25)

11 dan lain sebagainya. Pengetahuan akan berbagai variabel tersebut akan sangat membentu perusahaan dalam memaksimumkan daya tariknya melalui produk dan bauran pelayanannya.

Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak mengenai produk, mungkin tidak termotivasi untuk mencari informasi karena konsumen tersebut sudah merasa cukup dengan pengetahuannya untuk mengambil keputusan. Konsumen yang mempunyai kepribadian sebagai orang yang senang mencari informasi akan meluangkan waktu untuk mencari informasi lebih banyak. Sumarwan (2004) juga menyatakan bahwa pendapatan menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen. Dengan alasan inilah para pemasar perlu mengetahui pendapatan konsumen yang menjadi target sasarannya.

Karakteristik dan Atribut Produk

Produk pada dasarnya merupakan kumpulan atribut-atribut dari setiap produk, baik barang atau jasa. Menurut Engel (1994) keunikan suatu produk dapat dengan mudah menarik perhatian konsumen. Keunikan ini terlihat dari atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Atribut produk terdiri atas tiga tipe, (1) ciri-ciri atau rupa (feature), dapat berupa ukuran, tampilan, harga, service atau jasa, komposisi, nilai estetika, warna dan lain-lain, (2) manfaat (benefit), dapat berupa kegunaan atau kesenangan yang berhubungan dengan panca indera, dapat juga manfaat tak berwujud seperti kesehatan dan penghematan waktu, (3) fungsi (function), atribut ini jarang digunakan dan lebih sering diperlakukan sebagai ciri-ciri atau manfaat.

Terdapat dua sasaran pengukuran yang penting dalam mengevaluasi atribut suatu poduk, yaitu: (1) mengidentifikasi kriteria yang mencolok, (2) memperkirakan saliensi relatif dari masing-masing atribut produk (Engel 1994). Kriteria evaluasi yang mencolok ditentukan dengan menentukan atribut yang menempati peringkat tertinggi. Sedangkan saliensi biasanya diartikan sebagai kepentingan yaitu konsumen diminta untuk menilai kepentingan dari berbagai kriteria evaluasi.

Kepuasan Konsumen

Proses pembelian suatu produk tidak akan berhenti hanya sampai proses konsumsi. Konsumen akan melakukan proses evaluasi terhadap konsumsi yang telah dilakukannya. Inilah yang disebut sebagai evaluasi alternatif pasca pembelian atau pasca konsumsi. Hasil dari evaluasi pasca konsumsi adalah konsumen puas atau tidak puas terhadap konsumsi produk atau merek yang telah dilakukannya. Setelah mengonsumsi suatu produk atau jasa, konsumen akan memiliki perasaan puas atau tidak puas terhadap produk atau jasa yang dikonsumsinya. Kepuasan akan mendorong konsumen membeli dan mengonsumsi ulang produk tersebut. Sebuah perusahaan dapat menarik pelanggan dan mengungguli pesaing mereka dengan memenuhi dan memuaskan kebutuhan para pelanggan secara lebih baik.

(26)

12

memenuhi harapan, pelanggan merasa puas. Perusahaan-perusahaan yang berfokus pada pelanggan, kepuasan pelanggan merupakan sasaran sekaligus alat pemasaran. Cara perusahaan untuk mempermudah pelanggannya dalam memberikan saran dan keluhan, merupakan informasi bagi perusahaan sebagai sumber gagasan yang baik agar perusahaan dapat bertindak cepat dalam menangani masalah yang mungkin muncul. Informasi tentang kepuasan pelanggan berguna untuk mengukur keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang serta untuk mengukur kemungkinan atau kesediaan pelanggan untuk merekomendasikan perusahaan dan merek kepada orang lain (Kotler 2002).

Kepuasan konsumen merupakan proses yang dinamis, terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Kepuasan menyeluruh dengan suatu pembelian meliputi kepuasan dengan proses pembelian serta tersedianya informasi yang mendasari untuk pembuatan keputusan dan pengalaman dari proses keputusan dan pengalaman dari proses pembelian. Ringkasnya, kepuasan konsumen terhadap suatu produk tidak hanya atas dasar komponen dalam produk itu saja, namun juga komponen lainnya seperti pelayanan jasa yang turut mendukung dalam menciptakan kepuasan pada konsumen.

Loyalitas Konsumen

Kepuasan pelanggan diperlukan bagi kesuksesan suatu bisnis, namun kepuasan saja tidaklah cukup untuk membangun atau membentuk pelanggan yang loyal, karena tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi belum tentu menghasilkan pembelian berulang dan peningkatan penjualan (Griffin 2005). Konsumen yang terkesan dengan suatu produk yang dapat menghadirkan pengalaman yang tidak terlupakan yang disertai dengan pelayanan yang baik, secara tidak langsung akan menyebabkan konsumen tersebut loyal. Konsumen tersebut akan selalu teringat produk yang bersangkutan ketika akan mengonsumsi produk lain. Dampak positifnya, walaupun harga naik konsumen tetap loyal. Loyalitas hingga kini terus menjadi bahasan serta rumusan penting para pemasar. Tentunya dalam konteks ini, loyalitas yang menjadi fokus bagi perusahaan adalah memperoleh kesetiaan dari para pelanggan yang sudah ada untuk terus mengonsumsi produk yang dihasilkan perusahaan.

(27)

13 atau bisa jadi dengan kualitas yang lebih baik (Sumarwan 2004). Adapun tingkatan loyalitas merek adalah sebagai berikut:

1. Switcher buyer yang paling dasar. Semakin sering pembelian konsumen berpindah dari satu merek ke merek lain, mengindikasikan bahwa mereka tidak loyal, semua merek dianggap memadai. Dalam hal ini merek memegang peranan yang kecil dalam keputusan pembelian. Ciri paling jelas dalam kategori ini adalah mereka membeli suatu merek karena banyak konsumen lain membeli merek tersebut karena harganya yang murah.

2. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan)

Pembeli yang memilih merek produk yang didorong karena faktor kebiasaan. Konsumen tidak memiliki alasan yang kuat untuk membeli merek produk lain atau berpindah merek, terutama jika peralihan itu membutuhkan usaha, biaya, atau pengorbanan lain. Hal itu disebabkan konsumen tersebut membeli merek karena alasan kebiasaan.

3. Satisfied buyer (pembeli yang merasa puas)

Merupakan kategori pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi. Namun, mereka dapat saja berpindah merek dengan menanggung switching cost (biaya peralihan), seperti waktu, biaya atau risiko yang timbul akibat tindakan peralihan merek tersebut. Untuk menarik peminat pembeli kategori ini, pesaing perlu menangani biaya peralihan yang harus ditanggung pembeli dengan menawarkan berbagai manfaat sebagai kompensasi.

4. Liking the brand

Kategori pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Rasa suka didasari oleh asosiasi yang berkaitan dengan simbol, rangkaian pengalaman menggunakan merek itu sebelumnya atau persepsi kualitas yang tinggi.

5. Committed buyer (pembeli yang berkomitmen)

Merupakan kategori pembeli setia. Konsumen mempunyai kebanggaan dalam menggunakan suatu merek. Merek tersebut bahkan menjadi sangat penting baik dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi siapa sebenarnya penggunanya. Ciri yang tampak pada kategori ini adalah tindakan-tindakan pembeli untuk merekomendasikan atau mempromosikan merek yang digunakan kepada orang lain.

(28)

14

Gambar 2 Piramida Loyalitas Merek yang Rendah Sumber : Durianto et al 2003

Piramida brand loyality pada gambar di atas mengartikan bahwa loyalitas merek produk tersebut masih sangat rendah, karena semakin tinggi kualitas brand loyality nya, luasan yang berarti kuantitas konsumennya semakin kecil. Produk yang brand loyality nya baik, gambar piramidanya akan berbentuk terbalik.

Gambar 3 Piramida Loyalitas Merek yang Baik

Sumber : Durianto et al 2003

Griffin (2005) mengungkapkan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal antara lain; (1) dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk mendapatkan pelanggan yang baru lebih mahal), (2) dapat mengurangi biaya transaksi, (3) dapat mengurangi biaya turn over konsumen, karena penggantian konsumen yang lebih sedikit, (4) dapat meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan, (5) mendorong word of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal juga berarti mereka yang puas, dan (6) dapat mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya penggantian, dll). Adapun menurut Durianto et al (2003), cantoh strategi yang dapat dilakukan perusahaan dalam rangka meningkatkan loyalitas adalah dengan menjaga hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan dengan pelanggan, menjaga kedekatan dengan pelanggan secara berkesinambungan, menciptakan biaya peralihan yang tinggi yang mampu menyulitkan konsumen untuk berpindah merek, serta memberi imbalan yang sesuai terhadap konsumen yang loyal dengan merek produk yang diproduksi oleh perusahaan.

Committed buyer

Liking the brand

Satisfied buyer

Habitual buyer

Switcher

Committed buyer

Liking the brand

Satisfied buyer

Habitual buyer

(29)

15 Kerangka Pemikiran Operasional

Meningkatnya jumlah produsen mie instan yang memproduksi mie dalam kemasan cup menyebabkan persaingan dalam industri mie instan kemasan cup tersebut meningkat pula. Hal ini menyebabkan para produsen untuk melakukan efisiensi internal dalam mengembangkan bisnisnya dalam memenangkan persaingan. Kondisi demikian memaksa produsen mie instan kemasan cup untuk pintar dalam menerapkan startegi pemasarannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan penelitian tentang karakteristik konsumen, tingkat kepuasan konsumen, dan tingkat loyalitas konsumen.

Pop Mie sebagai produk mie instan kemasan cup pertama yang melakukan inovasi rasa, harus mampu mempertahankan dan memperluas jumlah pelanggan yang dimilikinya, apalagi di tengah maraknya inovasi-inovasi rasa mie instan cup dari merek lain disamping rasa mie instan konvensional yang telah kita kenal sebelumnya seperti rasa ayam bawang dan soto ayam. Untuk itu, Pop Mie sebaiknya melakukan penelitian tentang tingkat kepuasan dan tingkat loyalitas yang dirasakan konsumen. Mahasiswa IPB sebagai bagian dari konsumen remaja yang menjadi target sasaran produsen Pop Mie merupakan salah satu pasar sasaran produk Pop Mie. Mahasiswa IPB dengan karakteristik yang beragam dan memenuhi target sasaran konsumen Pop Mie, merupakan pasar potensial yang perlu mendapat perhatian untuk menambah pangsa pasarnya.

Penelitian mengenai tingkat kepuasan dan loyalitas ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menganalisis karakteristik umum konsumen Pop Mie, proses keputusan pembelian dan tingkat kepuasan serta loyalitas konsumen Pop Mie terhadap produk tersebut. Secara ringkas, penelitian ini melakukan dua tahap analisis. Analisis pertama ialah mengidentifikasi karakteristik konsumen dengan menggunakan tabulasi deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan karakteristik responden pada saat penelitian dilakukan. Data tersebut hasilnya akan dikelompokkan dan ditabulasikan kemudian dianalisis berdasarkan hasil yang dominan dari variabel-variabel yang diamati.

(30)

16

Ket : batasan penelitian

Gambar 4 Kerangka Pemikiran Operasional

- Adanya perubahan gaya hidup masyarakat (termasuk mahasiswa) yang serba praktis

- Meningkatnya konsumsi mie instan kemasan cup

- Munculnya produk-produk mie instan cup merek baru seperti Mie Sedaap Cup, ABC Cup dan lainnya.

- Persaingan produk mie instan cup yang semakin ketat

- Kebutuhan akan pengetahuan konsumen untuk mempertahankan produk di pasar

Analisis Loyalitas Konsumen

Atribut Produk Analisis Tingkat Kepuasan

Proses keputusan pembelian

Dimensi produk Switcher buyer Habitual buyer Satisfied buyer Liking the brand Committed buyer

Tingkat Kepentingan Identifikasi Karakteristik

Konsumen Berdasarkan Aspek Demografi

Analisis Deskriptif

IPA dan CSI Analisis Pengukuran

Loyalitas

Rekomendasi meningkatkan loyalitas konsumen Tingkat

(31)

17

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengumpulan data dilakukan di Kampus IPB Darmaga pada bulan Juni 2014. Lokasi penelitian meliputi sembilan fakultas dan asrama TPB IPB.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dipergunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan dengan mempelajari literatur, buku, skripsi, majalah dan semua sumber yang memungkinkan termasuk media internet.

Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data

Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non probability sampling (sampel tanpa peluang), yaitu dengan teknik covenience sampling, dimana responden dipilih berdasarkan atas kesediaan dan kemudahan mendapatkannya. Metode covenience sampling mengambil sampel berdasarkan kriteria-kriteria, yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti. Penerapan covenience sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria sebagai screening. Kriteria yang digunakan sebagai screening, sebagai berikut :

1. Konsumen yang menjadi responden adalahmahasiswa S1 IPB.

2. Memilih konsumen yang bersedia diwawancarai, dengan panduan kuesioner yang telah disediakan.

3. Konsumen yang menjadi responden adalah konsumen yang mengonsumsi Pop Mie minimal dua bulan sekali atau paling tidak pernah melakukan pembelian Pop Mie dan mengonsumsinya tiga bulan terakhir. Hal ini dimaksudkan setidaknya konsumen masih mengingat atribut dari produk Pop Mie sehingga konsumen diharapkan dapat memberikan data yang akurat.

Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa S1 IPB meliputi sembilan Fakultas dan Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Berikut penarikan contoh menurut Rumus Slovin:

Keterangan: n : jumlah sampel N : jumlah populasi

(32)

18

Menurut data Direktorat Administrasi dan Jaminan Mutu Pendidikan (AJMP) IPB, jumlah mahasiswa S1 IPB yang aktif sampai dengan tanggal 9 Desember 2013 adalah 14.306 mahasiswa. Dengan menggunakan nilai kritis sebesar 10 persen maka diperoleh jumlah sampel sebanyak :

Berdasarkan perhitungan di atas, maka sejumlah 100 orang mahasiswa diambil untuk dijadikan sampel penelitian. Alokasi pembagian responden dilakukan secara proporsional di sembilan Fakultas dan TPB, IPB. Sebaran responden dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 5 Sebaran jumlah responden di setiap Fakultas dan TPB Fakultas Jumlah

Populasi Sampel fraction Jumlah sampel

TPB 3715 0,2597 26

Pertanian 1276 0,0892 9

Kedokteran Hewan 544 0,038 4 Perikanan dan Ilmu Kelautan 1147 0,0802 8

Peternakan 525 0,0367 4

Kehutanan 1161 0,0812 8

Teknologi Pertanian 1297 0,0907 9 Matematika dan IPA 2020 0,1412 14 Ekonomi dan Manajemen 1583 0,1170 11 Ekologi Manusia 1038 0,0726 7

Total 14306 1 100

Sumber: Direktorat Administrasi dan Jaminan Mutu Pendidikan IPB (2013)

Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada responden. Paket kuesioner yang dibagikan terdiri dari lima bagian. Bagian pertama merupakan screening yang bertujuan untuk menyaring konsumen agar dapat menjadi responden pada penelitian ini. Bagian screening berisikan pertanyaan yang menyatakan bahwa calon responden yang bersangkutan telah/pernah mengonsumsi Pop Mie. Bagian kedua yaitu bagian karakteristik umum responden. Bagian ketiga memuat pertanyaan umum mengenai aspek produk dan pembelian Pop Mie. Bagian keempat tentang tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dan bagian kelima adalah tentang tingkat loyalitas.

Uji Validitas dan Reliabilitas

(33)

19 prakteknya belum tentu data yang terkumpul adalah data yang valid. Untuk menghitung validitasnya peneliti menggunakan rumus teknik korelasi, semakin tinggi hubungan korelasi antar variabel maka semakin baik pula validitasnya. Rumus teknik korelasi adalah sebagai berikut (Simamora 2002) :

   

XY = Skor pada subjek item n dikalikan skor total

n = Banyaknya subjek

Syarat minimun untuk dianggap valid menurut Sujianto (2007) adalah r = 0,3. Jadi jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Uji validitas dilakukan dengan melihat masing-masing item pertanyaan dengan skor total.

Reliabilitas merupakan penerjemah dari kata reliability yang berarti kepercayaan, keterandalan, konsisten dan sebagainya. Hasil pengukuran dapat dipercaya bila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok objek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur tidak berubah (Azwar dalam Sujianto 2007).

Reliabilitas instrumen adalah hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Reliabilitas diperlukan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan Alpha Crohbach’s diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach’s 0 – 1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 – 0,80 berarti reliabel dan jika nilainya 0,81 – 1,00 berarti atribut tersebut sangat reliabel.

(34)

20

responden yang telah dipilih oleh peneliti. Adapun pemilihan responden didasarkan mahasiswa S1 IPB dan pernah melakukan pembelian dan mengonsumsi produk Pop Mie. Pengujian dilakukan terhadap 16 atribut produk. Tabel berikut menunjukkan ke 16 atribut yang dimaksud.

Tabel 6 Atribut-atribut sebelum uji validitas dan reliabilitas

No Atribut

Berdasarkan ketentuan dari uji validitas, suatu instrumen atau atribut dinyatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel yaitu r > 0,3 (Sujianto 2007). Hasil pengujian atribut produk dengan menggunakan alat bantu SPSS versi 16.0 menunjukkan bahwa nilai r hitung untuk 6 atribut (harga, variasi ukuran kemasan, bentuk/desain kemasan, kejelasan kadaluarsa, berat bersih/netto, dan komposisi) produk memiliki nilai korelasi lebih dari 0,3. Sedangkan untuk ke sepuluh atribut lainnya memiliki nilai korelasi kurang dari 0,3, sehingga atribut tersebut dinyatakan tidak valid.

Pengujian selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas pada 16 atribut produk Pop Mie dengan teknik Alpha Crohbach menggunakan alat bantu SPSS menunjukkan nilai alpha atribut sebesar 0,660. Sehingga atribut atau instrumen tersebut dinyatakan reliabel. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran. Atribut-atribut yang valid dan reliabel dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7 Atribut yang valid dan reliabel No Atribut

(35)

21 berapa kali satu responden lebih baik atau lebih buruk dari responden lainnya di dalam skala. Pilihan berjenjang pada skala Likert dimulai dari intensitas paling rendah sampai paling tinggi atau bisa juga sebaliknya asalkan konsisten. Skala lima peringkat yang dimaksud dalam penelitian ini beserta skornya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Skor dan Respon Tingkat Kepentingan Atribut Produk Tingkat Kepentingan

Tingkat kinerja atribut produk Pop Mie dinilai dengan menggunakan skala 1-5 seperti Tabel 9 berikut :

Tabel 9 Skor dan Respon Tingkat Kinerja Atribut Produk Pop Mie

Atribut 5 4 3 2 1

Penggunaan indikator terhadap penilaian tingkat kepentingan dan kinerja akan dibutuhkan konsumen untuk mempermudah penilaian terhadap atribut produk Pop Mie.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif (descriptive analysis), Customer Satisfaction Index (CSI), Importance Performance Analysis (IPA) dan pengukuran loyalitas pelanggan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu software komputer exel dan SPSS versi 16.0 for windows. Keseluruhan hasil output dari pengolahan data yang dilakukan, kemudian dirumuskan implikasi manajerial yang mengacu pada bauran pemasaran 2P yaitu, product dan price.

Analisis Deskriptif

(36)

22

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir 2003).

Analisis deskriptif dipilih karena analisis ini dinilai mampu mendeskripsikan dan menggambarkan karakteristik konsumen Pop Mie untuk kemudian hasil analisisnya digunakan sebagai perbandingan apakah tepat dengan segmentasi dan target konsumen yang dibidik oleh perusahaan. Analisis dilakukan dengan cara mentabulasikan secara sederhana data yang diperoleh dari jawaban responden. Jawaban dari reponden ini berupa data tentang karakteristik konsumen seperti jenis kelamin, usia, fakultas, jumlah sks, sumber keuangan, dan besarnya uang saku setiap bulan.

Importance Performance Analysis (IPA)

Alat analisis Importance Performace Analysis (IPA) merupakan teknik untuk mengukur tingkat kepentingan dari atribut produk menurut pandangan konsumen dan tingkat kinerja yang berguna untuk pengembangan usaha yang dijalankan. Importance Performance Analysis akan menunjukan pandangan konsumen terhadap kepentingan dan kinerja atribut. Penggunaan metode IPA dimaksudkan untuk mengukur tingkat kepentingan dan kinerja suatu atribut yang paling berpengaruh yang kemudian dirata-ratakan dengan jumlah responden yaitu 100 orang.

Berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan dan penilaian tingkat kinerja, maka akan dapat dibentuk suatu diagram. Sumbu mendatar ( disisi skor rataan tingkat kinerja aktual, dan sumbu tegak ( ) disisi skor rataan tingkat kepentingan atribut. Masing-masing dihitung dengan rumus seperti di bawah ini (Siamaora 2002) :

= Skor rata-rata tingkat pelaksanaan/kinerja = Skor rata-rata tingkat kepentingan

n = Jumlah responden

Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (a,b). Titik perpotongan tersebut diperoleh dari rumus berikut :

k

a = Batas sumbu X (tingkat kinerja) b = Batas sumbu Y (tingkat kepentingan) k = Banyaknya atribut yang diteliti

(37)

23

Diagram ini terdiri dari empat kuadran dengan keadaan strategi yang berbeda-beda berdasarkan posisi masing-masing atribut, berikut adalah strategi yang dilakukan berkenaan dengan posisi atribut pada keempat kuadran tersebut:

1. Kuadran 1

Menggambarkan atribut yang dianggap penting oleh konsumen tetapi pihak perusahaan belum melaksanakan sesuai dengan keinginan konsumen. Pada kuadran ini pihak perusahaan harus dapat meningkatkan kinerja untuk kepuasan konsumen. Wilayah ini juga disebut sebagai prioritas utama.

2. Kuadran II

Menggambarkan atribut-atribut yang dianggap penting oleh konsumen dan telah dijalankan dengan baik oleh perusahaan sehingga konsumen merasa puas. Pihak perusahaan harus mempertahankan atribut pada kuadran kedua (kuadran pertahankan prestasi) ini.

3. Kuadran III

Menunjukkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh konsumen sehingga pelaksanaan oleh pihak-pihak perusahaan kurang diperhatikan. Peningkatan variabel perlu diperhatikan kembali dalam kuadran tiga (kuadran prioritas rendah) ini karena pengaruhnya yang tidak terlalu besar terhadap kepuasan konsumen.

4. Kuadran IV

Menggambarkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh konsumen tetapi perusahaan menjalankan dengan baik sehingga penilaian konsumen terlalu berlebihan terhadap tindakan perusahaan. Atribut yang ada pada kuadran ini dapat dikurangi sehingga perusahaan dapat menghemat biaya.

Customer Satisfaction Index (CSI)

Menurut Straford dalam Muharastri (2008), Customer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan pelanggan secara menyeluruh dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut yang diukur. Tahap-tahap dalam CSI adalah sebagi berikut :

Kuadran I Prioritas Utama

Kuadran II Pertahankan Prestasi

Kuadran III

Prioritas Rendah KuadranIV Berlebihan b

PERFORMACE IMPORTANCE

(38)

24

1. Menghitung Weighting Factor (WF), yaitu mengubah nilai rata-rata kepentingan menjadi angka persentase dari total rata-rata tingkat kepentingan seluruh atribut yang diuji, sehingga didapatkan total WF sebesar 100%.

2. Menghitung Weighted Score (WS), yaitu menilai perkalian antara nilai rata-rata tingkat kinerja (kepuasan) masing-masing atribut dengan WF masing-masing atribut.

3. Menghitung Weighted Total (WT), yaitu menjumlahkan WS dari semua atribut.

4. Menghitung Satisfaction Index, yaitu WT dibagi skala maksimum yang digunakan (dalam penelitian ini skala maksimal adalah 5), kemudian dikali 100%.

Rentang pada skala Indeks Kepuasan Pelanggan digunakan untuk menunjukkan tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk dan pelayanan dimana rentang skala kepuasaan pelanggan berkisar antara 0-100 persen. Menurut Simamora (2002), rumus rentang skala yang digunakan adalah :

Keterangan : m= Skor tertinggi n= Skor terendah

b= Jumlah kelas atau kategori yang dibuat

Pada penelitian ini, rentang skala yang akan digunakan adalah :

Berdasarkan rentang skala tersebut, maka kriteria kepuasan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah (Simamora 2002) :

0% < CSI 20% = Tidak puas 20% < CSI 40% = Kurang puas 40% < CSI 60% = Cukup puas 60% < CSI 80% = Puas

80% < CSI 100% = Sangat puas Analisis Tingkat Loyalitas

(39)

25 dalam tipe-tipe tingkatan loyalitas konsumen. Langkah ini dikerjakan sampai diperoleh data untuk 100 responden. Jawaban atau data responden ini diperoleh dari pertanyaan kuesioner yang diberikan.

1. Switcher Buyer

Pada tingkatan ini, terdapat dua pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan memberikan tiga pilihan jawaban dan setiap pilihan jawaban memiliki skor yang berbeda (skor jawaban A=1, skor jawaban B=2 dan skor jawaban C=3). Jika responden memiliki rata-rata skor 3, maka responden dapat lanjut ke pertanyaan berikutnya. Namun apabila rata-rata skor responden < 3, maka harus berhenti pada pertanyaan ini, dan kemudian dapat disimpulkan bahwa responden tersebut termasuk dalam tipe switcher buyer.

2. Habitual Buyer

Pada tingkat ini, terdapat dua pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan memberikan dua pilihan jawaban dan tiap pilihan jawaban memiliki skor (skor jawaban A=1 dan skor jawaban B=2). Jika responden memiliki rata-rata skor > 2, maka responden dapat lanjut ke pertanyaan berikutnya. Sedangkan jika responden memiliki skor rata-rata 2, responden tersebut harus berhenti pada pertanyaan ini dan dapat disimpulkan bahwa responden ini termasuk dalam tipe habitual buyer.

3. Satisfied Buyer

Pada tingkatan ini, terdapat dua pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan memberikan empat pilihan jawaban dan tiap pilihan jawaban memiliki bobot nilai yang berbeda atau skor (skor jawaban A=1, skor jawaban B=2, skor jawaban C=3 dan skor jawaban D=4). Jika responden memiliki nilai rata-rata skor 4, maka responden dapat lanjut ke pertanyaan berikutnya. Namun, apabila nilai rata-rata yang dimiliki < 4, maka responden tersebut harus berhenti pada pertanyaan ini dan kemudian dapat disimpulkan bahwa responden ini termasuk ke dalam tipe satisfied buyer.

4. Liking The Brand

Pada tingkatan ini, terdapat dua pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan memberikan tiga alternatif pilihan jawaban dan masing-masing pilihan jawaban memiliki nilai atau skor (skor jawaban A=1, skor jawaban B=2 dan skor jawaban C=3). Jika responden memiliki rata-rata skor 3, maka responden dapat lanjut ke pertanyaan berikutnya. Sedangkan responden dengan rata-rata skor < 3 harus berhenti pada pertanyaan ini dan dapat disimpulkan bahwa responden tersebut termasuk dalam tipe liking the brand.

5. Committed Buyer

(40)

26

maka responden dikatakan tidak commit atau hanya termasuk dalam tingkatan liking the brand. Namun, apabila responden memiliki skor =3 maka dapat disimpulkan bahwa responden tersebut termasuk dalam tipe commited buyer.

Definisi Operasional

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai berikut:

1. Konsumen adalah mahasiswa S1 IPB.

2. Responden adalah mahasiswa terpilih yang didasarkan kriteria dalam acuan penarikan sampel, yaitu bersedia diwawancarai dengan dipandu kuesioner dan pernah menggunakan (mengonsumsi) produk mie instan cup merek Pop Mie setidaknya dalam tiga bulan terakhir.

3. Karakteristik responden adalah faktor perbedaan individu atau faktor pribadi yang membedakannya dari responden lain. Karaktersitik responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, fakultas, tahun masuk ke IPB, jumlah sks, sumber keuangan setiap bulan dan besarnya uang saku setiap bulan.

4. Harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh konsumen dalam membeli produk Pop Mie, dalam penelitian ini dinilai apakah harga produk mahal atau sangat murah.

5. Variasi ukuran kemasan dalam penelitian ini adalah macam varian mie cup yang dimiliki oleh Pop Mie apakah bervariasi atau tidak.

6. Bentuk/desain kemasan adalah tampilan Pop Mie apakah menarik atau tidak.

7. Kejelasan kadaluarsa adalah kejelasan pencantuman masa berlaku dari Pop Mie yang masih dapat dikonsumsi.

8. Berat bersih/netto adalah kuantitas dari produk Pop Mie apakah banyak atau sedikit.

9. Komposisi adalah kandungan bahan-bahan dalam produk Pop Mie yang sangat lengkap atau tidak lengkap.

GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum Perusahaan Indofood

PT ISM pada mulanya bernama PT Pangan Jaya Intikusuma yang didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990. Empat tahun kemudian, perusahaan ini mengubah namanya menjadi PT ISM berdasarkan akta pendirian No. 51/5 Februari 1994 dan pada tahun tersebut sekaligus terjadi peningkatan modal perusahaan. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terdiri dari produksi mie, penggilingan tepung, kemasan, manajemen serta penelitian dan pengembangan.

(41)

27 dibagi menjadi beberapa divisi di PT ISM. Divisi-divisi tersebut antara lain Divisi Noodle, Divisi Packaging, Divisi Snack, Divisi Baby Food, Divisi Food Ingredient, Divisi Pastry, Divisi Beverage, dan Divisi Distribusi.

Pada tanggal 7 Maret 1994, PT ISM mendapat persetujuan dari pemerintah RI untuk mengubah statusnya dari perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA). Pada tahun yang sama, perusahaan juga melakukan go public untuk meningkatkan usahanya sehingga dikenal dengan nama PT ISM Tbk. Sejarah perkembangan PT ISM dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Sejarah singkat perkembangan PT. ISM

TAHUN SEJARAH

1990 Didirikan pada tahun 1990 dengan nama PT Pangan Jaya Intikusuma (PJIK)

1994  PT ISM PJIK bergabung dengan 18 perusahaan lainnya di Indofood group dan berubah menjadi PT ISM.

 Menerbitkan 763 juta saham di Jakarta dan Surabaya dengan nilai tukar Rp 1.000 per sahamnya.

1995 Akuisisi perusahaan Bogasari lengkap dengan aset dan kemampuannya.

1996 Saham dibagi menjadi dua, dengan nilai masing-masing Rp. 1000 dan Rp. 500 per sahamnya.

2003 Meluncurkan obligasi jangka lima tahun yang kedua sebesar 1.5 miliar rupiah. Sumber : Indofood 2010

Saat ini perusahaan terutama bergerak dibidang pembuatan mie dan penggilingan tepung terigu. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Gedung Ariobimo Sentral, Lantai 12, JL. H.R Rasuna Said X-2 Kav. 5 Kuningan, Jakarta, sedangkan pabriknya di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.

Gambaran Umum Produk Mie Instan

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3551-2000, yang dikeluarkan oleh Dewan Srtandarisasi Nasional, mie instan terbuat dari tiga bahan baku utama yaitu tepung terigu, minyak sayur dan bumbu penyedap. Secara sederhana proses pembuatan mie instan diawali dengan menyediakan bahan baku yang akan digunakan. Kemudian dilakukan proses pencampuran dengan air, bahan baku utama dan bahan baku tambahan yang bertujuan untuk menambah tekstur. Setelah pencampuran, selanjutnya tahap pressing, yaitu proses yang menghasilkan lembaran-lembaran untaian mie dan siap untuk pengukusan. Pada tahap steaming selain untuk membunuh bakteri, pengukusan juga merupakan proses yang menetukan dalam tekstur mie. Setelah pengukussan, kemudian dilakukan spray yaitu pemberian bahan baku tambahan emulsik. Kemudian proses pemotongan dan siap untuk penggorengan (frying). Pada penggorengan (frying) diperoleh manfaat antara lain untuk mengurangi kadar air mie dan pengawetan. Proses selanjutnya adalah pendinginan (cooling) untuk kemudian siap dikemas (packing) yang berfungsi untuk melindungi produk dari pengaruh luar.

Gambaran Umum Industri Mie Instan

(42)

28

antara perusahaan domestik dengan Sankyu Shakushin Kabushiki, Jepang. Pada tahun 1977, perusahaan ini berganti nama menjadi Lima Satu Sankyu Indonesia dan kemudian berubah lagi menjadi PT Supermie Indonesia yang sesuai dengan merek mie instan andalannya, yaitu Supermie. Supermie kemudian sempat menjadi brand image untuk mie instan sampai akhir dekade 1980-an.

Pada tahun 1970, pasar mie instan mulai terbentuk dengan berdirinya PT Sanmaru Food sebagai salah satu anak perusahaan baru dari Jangkar Jati Group yang memproduksi mie instan dengan merek Indomie. Disusul kemudian dengan berdirinya PT Sarimi Asli Jaya (Salim Group) pada tahun 1982 yang memproduksi mie instan dengan merek Sarimi. Sejak saat itu industri pasar mie instan ditandai dengan kondisi persaingan yang ketat, terutama setelah Salim Group bersama Jangkar Jati Group pada tahun 1984 mendirikan PT Indofood International Corporation. Perusahaan inilah yang merupakan asal mula berdirinya Indofood Group yang bernaung di bawah PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Dan sejak saat itu, Indofood dengan merek Indomie, Supermi, dan Sarimi semakin menguasai pangsa pasar mie instan di Indonesia (CIC dalam Muharasaty 2004).

Saat ini di pasar domestik telah dijual lebih dari 100 merek mie instan. Persaingan antara perusahaan menjadi ketat, karena setiap perusahaan umumnya memproduksi lebih dari dua merek. PT Indofood Sukse Makmur masih menguasai 66 persen market share mie instan dan berhasil meraih brand loyality dan menjadi houshold brand yang memudahkan Indofood meluncurkan produk baru yang menguasai pasar. Dengan mengeluarkan Indomie, Supermie, Sarimie, Pop Mie, dan lainnya, Indofood mengusai industri mie dan sebagai pelopor munculnya industri mie instan nasional.

Bermula banyaknya konsumen yang menginginkan produk cepat saji tanpa harus memasak, maka atas permintaan pasar tersebut, tahun 1986 PT Indofood mengeluarkan produk mie instan yang dikemas dalam bentuk mangkuk dengan merek Mi Miko yang cara penyajiannya hanya diseduh air panas. Produk seperti ini sebelumnya telah banyak dijual di pasaran yang berasal dari produk impor, seperti dari negara Taiwan, Jepang, China, dan Malaysia. Saat itu Mi Miko cukup diminati masyarakat, sehingga menjadikan Mi Miko produk yang eksklusif dari Indofood. Dikarenakan harga produk Mi Miko relatif mahal dan daya beli masyarakat pun rendah, akhirnya produksi Mi Mikopun diberhentikan. Namun, karena kebutuhan pasar, tahun 1996 Indofood kembali menggunakan produk cup noodle merek Pop Mie yang dikemas dalam kemasan styrofoam bentuk mangkuk dengan berbagai varian rasa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Gambar

Tabel 1  Penjualan jenis mie instan di Indonesia  (ribu ton)
Tabel 3  Peningkatan konsumsi mie instan di kota Bogor per jiwa , periode 2010-
Gambar 1   Model Perilaku Konsumen
Gambar 2  Piramida Loyalitas Merek yang Rendah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lan sadhengah apa kang koktin- dakake iku tindakna kalawan terus ing batin kayadene kagem Gusti, ora kanggo manungsa. Data

Untuk itu, era periklanan modern di Indonesia dapat dilihat dari 3 era yaitu era tahun 1970-1979 yang dinamakan sebagai era seller market – era dimana strategi pemasaran

Yang menjadi permasalahannya adalah adanya pernyataan dari al-Maqdisi yang menunjukkan gugurnya kewajiban untuk menaati pemimpin sekarang, seakan-akan para pemimpin muslim

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segenap rahmat hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul

Seluruh staf tata usaha dan non-edukatif Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata: Mbak Ike, Mbak Tatik, Mas Inang, Mas Gandhi dan Mas Supriyadi yang telah

I agree that the thesis is to be examined by the board of examiner in the magister of Language Study Post Graduate Program of Surakarta

Bapak/Ibu guru dan peserta didik SMP Muhammadiyah 2 Surakarta selaku responden yang telah meluangkan waktunya kepada penulis untuk melakukan wawancara dalam penelitian

Hubungan Pengetahuan Anggota Dewan dengan Partisipasi Masyarakat mempunyai pengaruh terhadap Pengawasan Keuangan Daerah pada Kabupaten Boyolali. Hubungan Pengetahuan