• Tidak ada hasil yang ditemukan

Total Biaya Produksi

Total biaya produksi adalah keseluruhan dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara menghitung: biaya pembelian bibit domba, biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya peralatan kandang, biaya sewa kandang dan biaya tenaga kerja.

1.1 Biaya Pembelian Bibit

Biaya pembelian bibit domba yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli domba jantan lokal lepas sapih sebanyak 12 ekor, dimana harga per Kilogram bobot hidupnya ialah Rp. 40.000,-. Bobot badan awal domba jantan yang digunakan pada penelitian tertera pada Tabel 6 dan harga bibit domba yang digunakan pada penelitian tertera pada Tabel 7.

Tabel 6. Bobot badan awal domba yang digunakan pada penelitian (kg/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4

P0 8,0 8,5 7,0 6,8 30,3 7,5 P1 8,7 8,9 7,6 9,4 34,6 8,6 P2 6,9 7,0 7,2 8,8 29,9 7,4 Total 23,6 24,4 21,8 25 94,8 7,9

Tabel 7. Biaya pembelian bibit ternak domba tiap level perlakuan (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4

P0 320.000 340.000 280.000 272.000 1.212.000 303.000 P1 348.000 356.000 304.000 376.000 1.384.000 346.000 P2 276.000 280.000 288.000 352.000 1.196.000 299.000 Total 944.000 976.000 872.000 1.000.000 3.792.000 316.000

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya pembelian bibit ternak domba tertinggi terdapat pada perlakuan P1 = Rp. 346.000,- dan biaya pembelian bibit ternak domba terendah terdapat pada perlakuan P2 = Rp. 299.000,-.

1.2 Biaya Pakan Domba

Biaya pakan diperoleh dari total konsumsi pakan selama penelitian dikali dengan harga per kilogram pakan setiap perlakuan sehingga didapat biaya pakan. Dimana harga pakan perlakuan P0 (hijauan 100% ) Rp. 300/kg, P1 (hijauan 50% + pakan komplit 50%) Rp. 1.245/kg dan P2 (pakan komplit 100%) Rp. 945/kg. Biaya pakan domba dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Biaya pakan ternak domba(Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 P0 60.150,6 60.693 55.935,3 57.857,7 234.636,6 58.659,15 P1 36.748,86 41.330,82 41.201,03 40.763,81 160.044,5 40.011,13 P2 37.550,52 40.732,33 42.172,52 42.172,52 162.627,9 40.656,97 Total 134.449,98 142.756,16 139.308,8 140.794 557.309 46.442,42

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P0 = Rp. 58.659,15,- dan biaya pakan terendah terdapat pada perlakuan P2 = Rp. 40.656,97,-.

1.3 Biaya Sewa Kandang

Biaya sewa kandang yaitu biaya yang dikenakan dalam pemakaian kandang diperoleh dari total biaya sewa kandang selama penelitian dibagi jumlah ternak (12 ekor) yaitu Rp. 180.000 selama 3 bulan penelitian. Maka biaya sewa kandang untuk

tiap ekor perlakuan adalah P0 = Rp. 15.000,- P1 = Rp. 15.000,- P2 = Rp. 15.000,-. Biaya sewa kandang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Biaya sewa kandang ternak domba tiap level perlakuan selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4

P0 15.000 15.000 15.000 15.000 60.000 15.000 P1 15.000 15.000 15.000 15.000 60.000 15.000 P2 15.000 15.000 15.000 15.000 60.000 15.000 Total 45.000 45.000 45.000 45.000 180.000 15.000

1.4 Biaya Peralatan Kandang

Biaya peralatan adalah biaya yang digunakan untuk membeli seluruh peralatan selama penelitian. Biaya peralatan diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh biaya peralatan yang digunakan seperti ember tempat pakan domba ukuran sedang dibeli sebanyak 12 buah dengan harga Rp. 24.000,-, ember tempat minum domba ukuran kecil dibeli sebanyak 12 buah dengan harga Rp. 15.000,-, sabit dibeli 2 buah dengan harga Rp. 7.500,-, parang dibeli 1 buah dengan harga Rp. 3.750,- dan sapu lidi dibeli 2 buah Rp.4.500,-. Maka total seluruh biaya perlengkapan adalah Rp. 54.750,-. Biaya peralatan kandang dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Biaya peralatan kandang ternaka domba tiap level perlakuan selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4

P0 4.562,50 4.562,50 4562.50 4562.50 18.250 4.562,50 P1 4.562,50 4562.50 4562.50 4562.50 18.250 4.562,50 P2 4.562,50 4562.50 4562.50 4562.50 18.250 4.562,50 Total 13.687,50 13687,50 13687.50 13687.50 54.750 1.368,.50

1.5 Biaya Obat-obatan

Biaya obat–obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat–obatan yang diberikan selama penelitian. Obat-obatan yang diberikan antara lain : Kalbazen Rp. 9.000,-, Vitamin B Kompleks Rp. 20.000,-, sulpig Rp. 9.000,-, antangin tablet Rp. 5.000,-, jarum suntik 2 buah Rp. 3.000,-. Maka total seluruh biaya obat-obatan adalah Rp. 46.000,-. Biaya obat-obatan ternak domba dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Biaya obat-obatan ternak domba tiap level perlakuan selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4

P0 3.833 3.833 3.833 3.833 15.333 3.833 P1 3.833 3.833 3.833 3.833 15.333 3.833 P2 3.833 3.833 3.833 3.833 15.333 3.833 Total 11.500 11.500 11.500 11.500 46.000 3.833

1.6 Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja diperoleh dari Upah Minimum Regional (UMR) daerah Medan Sumatera Utara saat ini adalah Rp. 1.600.000/bulan. Dengan asumsi dimana 1 tenaga kerja dapat memelihara sebanyak 100 ekor ternak domba. Sehingga upah tenaga kerja selama 1 bulan pemeliharaan = 12/163 x 1.600.000 = Rp. 117.791/bulan, pemeliharaan dilakukan selama 3 bulan maka upah 1 orang tenaga kerja tersebut adalah Rp. 177.791 x 3 = Rp. 353.374. Maka upah tenaga kerja keseluruhan = Rp. 353.374 x 1 orang tenaga kerja adalah Rp. 353.374,-. Biaya tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Biaya tenaga kerja pemeliharaan ternak domba tiap level perlakuan selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4

P1 29.447 29.447 29.447 29.447 117.788 29.447 P2 29.447 29.447 29.447 29.447 117.788 29.447 P3 29.447 29.447 29.447 29.447 117.788 29.447 Total 88.341 88.341 88.341 88.341 353.364 88.341

Total Biaya Produksi

Total biaya produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh biaya produksi seperti diatas. Maka total biaya produksi tiap level perlakuan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.

Tabel 13. Total biaya produksi

Total biaya produksi Rupiah(Rp)

Biaya pembelian bibit 3.792.000

Biaya pembelian pakan 557.309

Biaya obat-obatan 46.000

Upah tenaga kerja 353.374

Peralatan kandang 54.750

Sewa kandang 180.000

Total 4.983.423

Berdasarkan total biaya produksi maka dapat diketahui total biya produksi untuk tiap perlakuan selama penelitian. Total jumlah biaya selama penelitian tiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram rataan total biaya produksi selama penelitian (Rp)

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa biaya produksi pemeliharaan domba jantan lepas sapih selama penelitian menunjukkan perbedaan yang dimana rataan biaya produksi pemeliharaan domba jantan lepas sapih selama penelitian yang tertinggi terdapat pada P1 sebesar Rp. 438.854 dan yang terendah pada P2

sebesar Rp. 392.500,-.

. Hal ini terjadi karena pada perlakuan P1, biaya pembelian domba yang dimasukkan terhadap biaya produksi dengan rataan sebesar Rp. 346.000,-, dan rataan biaya pakan (hijauan 50% + pakan komplit 50%) ) Rp. 58.659,15-, lebih besar dibanding dengan biaya pembelian domba dan biaya pakan (pakan komplit 100%) ) pada perlakuan P2 yaitu rataan sebesar Rp. 299.000,- dan biaya pakan (pakan komplit 100%) Rp. 40.656,97,- sementara biaya produksi lainnya seperti biaya obat-obatan, sewa kandang, peralatan kandang, tenaga kerja adalah sama. Hal ini seperti

360000 370000 380000 390000 400000 410000 420000 430000 440000 P0 P1 P2 414.502 438.854 392.500

Total Biaya Produksi

diungkapkan oleh Budiono, (1990) bahwa biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan sesuatu produk. Biaya bagi perusahaan adalah nilai dari faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output. Prawirokusumo (1991) mengatakan bahwa besarnya biaya pakan berkisar antara 60-80% dari total biaya produksi.

Total Hasil Produksi

Total hasil produksi adalah semua perolehan dari hasil penjualan yaitu penjualan ternak domba dan penjualan kotoran domba (feses).

1.1 Penjualan Domba

Total berat badan akhir domba P0 = 41,5 kg, P1 = 47,65 kg, P2 = 48,33 kg, harga jual ternak domba Rp. 40.000/kg. Maka harga jual seluruh ternak domba adalah Rp. 5.499.200,-. Hasil produksi penjualan domba dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil produksi penjualan domba tiap level perlakuan (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4

P0 428.000 468.000 380.000 384.000 1.660.000 415.000 P1 470.000 484.000 444.000 508.000 1.906.000 476.500 P2 468.000 420.000 482.000 563.200 1.933.200 483.300 Total 1.366.000 1.372.000 1.306.000 1.455.200 5.499.200 458.266,7

1.2 Penjualan Feses Domba

Selama pemeliharaan 1 ekor domba = menghasilkan 35 kg feses x 12 ekor ternak domba adalah 420 kg.

= 420 kg x Rp. 500 = Rp. 210.000,.

Total hasil penjualan feses domba adalah Rp. 210.000,-. Hasil penjualan feses domba dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Hasil penjualan kotoran (feses) domba tiap level perlakuan (Rp/ekor) Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4

P1 17.500 17.500 17.500 17.500 70.000 17.500 P2 17.500 17.500 17.500 17.500 70.000 17.500 P3 17.500 17.500 17.500 17.500 70.000 17.500 Total 52.500 52.500 52.500 52.500 210.000 52.500

Total Hasil Produksi

Tabel 16. Total Hasil Produksi

Total hasil produksi Rupiah (Rp)

Hasil penjualan domba 5.499.200

Hasil penjualan kotoran domba 210.000

Total 5.709.200

Total hasil produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh hasil produksi seperti diatas. Maka hasil produksi tiap level perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram Total hasil produksi tiap level perlakuan (Rp)

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa total hasil produksi pemeliharaan domba jantan selama penelitian yang tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dengan rataan yaitu sebesar Rp 500.800,- dan total hasil produksi terendah terdapat pada perlakuan P0 = Rp 432.500,-. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan bobot badan domba sehingga nilai pendapatan dari penjualan domba berbeda pada setiap perlakuan sedangakan harga penjualan feses domba sama . Ini sesuai dengan pernyataan Sudarmono dan Sugeng (2003) yang menyatakan bahwa Pendapatan usaha ialah seluruh pendapatan yang di peroleh dalam suatu usaha. Pendapatan dapat berupa pendapatan utama, seperti hasil penjualan domba dari kegiatan usaha penggemukan domba dan pendapatan berupa hasil ikutan, misalnya pupuk kandang begitu juga pernyataan dari Kadarsan (1995) yang menyatakan bahwa penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha seperti panen tanaman serta hasil olahannya serta panen dari peternakan serta hasil olahannya.

380000 400000 420000 440000 460000 480000 500000 520000 P0 P1 P2 432.500 494.000 500.800

Laba/Rugi

Analisis Laba-Rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha tersebut rugi atau untung dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan atau total

hasil produksi dan total pengeluaran atau total biaya produksi. Keuntungan = Total Hasil Produksi – Total Biaya Produksi

= Rp. 5.709.200– Rp. 4.983.423 = Rp. 725.777,-

Diketahui bahwa total biaya produksi lebih kecil dibandingkan dengan total hasil produksi. Hal ini membuktikan bahwa analisis usaha domba selama penelitian yaitu 3 bulan menguntungkan. Berikut dapat dilihat keuntungan (laba – rugi) pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram rataan laba/rugi tiap level perlakuan (Rp) 0.00 20000.00 40000.00 60000.00 80000.00 100000.00 120000.00 P0 P1 P2 17.998,02 55.146,04 108.300,20 Laba/Rugi

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa laba/rugi menunjukkan perbedaan yang sangat besar pada setiap perlakuan dimana keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dengan menggunakan pakan (pakan komplit 100%) dengan rataan sebesar Rp. 108.300,20,- dan yang memberikan keuntungan terendah pada perlakuan P0 dengan menggunakan pakan (hijauan 100%) tidak memberikan keuntungan tetapi rugi dengan rataan sebesar Rp. 17.998,02,-.

Keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dengan menggunakan pakan (pakan komplit 100%), hal ini dikarenakan pertambahan bobot badan domba lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Sehingga total hasil produksi yaitu total penjualan ternak ditambah penjualan kotoran ternak memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada total biaya produksi yaitu biaya bibit, biaya ransum, biaya obat – obatan, biaya/upah tenaga kerja, biaya perlengkapan kandang dan biaya sewa kandang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (1995) yaitu keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar dari pada jumlah pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya juga agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha.

Keuntungan terendah terdapat pada perlakuan P0 (hijauan 100%) karena pertambahan bobot badan domba yang rendah, sehingga total biaya produksi lebih besar dari total hasil produksi,oleh karena itu dibutuhkan pakan alternatif lain agar

mendapatkan keuntungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hasen dan Mowen (2001) yang menyatakan bahwa Laba merupakan ukuran yang

membedakan antara apa yang perusahaan masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya. Perhitungan laba jelas untuk banyak keputusan manejemen. Jika laba konsisten positif, perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika mengalami kerugian perusahaan dapat mencari produk yang lain yang akan diolah yang dapat mendatangkan keuntungan.

Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan usaha peternakan dengan dikurangi biaya pakan. Income Over Feed Cost (IOFC) ini merupakan barometer untuk melihat besar biaya pakan yang merupakan biaya terbesar dalam usaha pemeliharaan ternak.

IOFC = (Bobot badan akhir domba – bobot badan awal) x harga jual domba/kg – (total konsumsi pakan x harga pakan perlakuan/kg)

Gambar 4. Diagram IOFC

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa IOFC tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (pakan komplit 100%) dengan rataan sebesar Rp 143.643,-. Hal ini dikarenakan bobot badan domba yang tinggi dikalikan harga jual perkilogram domba sehingga pendapatan penjualan domba lebih tinggi dari pada total biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi domba tersebut dan juga dipengaruhi oleh tingkat konsumsi domba tersebut yang tinggi diikuti pertambahan bobot badan yang tinggi.

IOFC terendah terdapat pada perlakuan P0 (hijauan 100%) dengan rataan sebesar Rp. 53.341,- hal ini dikarenakan bobot badan akhir domba rendah dari perlakuan yang lain sehingga menyebabkan harga jual domba lebih rendah dengan perlakuan P2. Hal inilah yang menyebabkan IOFC pada perlakuan P0 paling rendah dibandingkan dengan perlakuan P2, hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirokusumo (1990) yang menyatakan IOFC ini merupakan barometer untuk melihat seberapa

-40,000.000 -20,000.000 0.000 20,000.000 40,000.000 60,000.000 80,000.000 100,000.000 120,000.000 140,000.000 160,000.000 P0 P1 P2 53.341 -25.012 143.643

IOFC

besar biaya ransum yang yang dikeluarkan untuk penggemukan. Biaya pakan merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya ransum.

Pada perlakuan P1 (hijauan 50% + pakan komplit 50%) mengalami kerugian sebesar Rp. -25.012,. hal ini terjadi karena pertambahan bobot badan yang rendah sedangkan harga pakan dan konsumsi pakan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawikusumo (1991) yang menyatakan dalam usaha ternak, biaya yang terbesar adalah biaya variabel terutama biaya pakan. Besarnya biaya pakan berkisar antara 60-80%.

B/C Ratio

Analisis B/C Ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak atau tidak usaha itu untuk dilanjutkan ke periode berikutnya atau sebaliknya usaha tersebut dihentikan karena kurang layak.

B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total hasil produksi dengan total biaya produksi atau dituliskan dengan rumus:

B/C Ratio = Produksi Biaya Total Produksi Hasil Total

Gambar 5. Diagram B/C ratio

Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa B/C ratio yang diperoleh menunjukkan bahwa P0 (pakan hijauan 100%) masih dianggap memiliki kelayakan untuk dilanjutkan karena memiliki rataan sebesar 1,04 yaitu (B/C > 1), P1 (pakan hijauan 50% + pakan komplit 50%) dianggap layak untuk dilanjutkan karena memiliki rataan sebesar 1,13 yaitu (B/C > 1) dan P2 (pakan komplit 100%) juga layak untuk dilanjutkan karena memiliki hasil rataan sebesar 1,27 (B/C > 1). Hal ini sesuai dengan pernyataan Kadariah (1987), menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana bila

B/C Ratio > 1 : Efisien B/C Ratio = 1 : Impas

B/C Ratio < 1 : Tidak efisien 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 P0 P1 P2 1,04 1,13 1,27

B/C Ratio

Pada Gambar 5 juga dapat dilihat nilai rataan B/C ratio tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (pakan komplit 100%) yaitu sebesar 1,27 dan nilai rataan B/C ratio terendah diperoleh pada perlakuan P0 (hijauan 100%) sebesar . Hal ini sesuai dengan pernyataan Karo – karo et al., (1995) bahwa suatu usaha dapat dikatakan memberikan keuntungan bila nilai B/C ratio > 1).

Semakin besar nilai B/C ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya semakin kecil nilai B/C ratio maka semakin tidak efisien usaha tersebut. Sesuai dengan pernyataan Kadariah (1987) yang menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan layak apabila total biaya pengeluaran lebih kecil dibandingkan dengan total pemasukan.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Gambar 6. Rekapitulasi hasil penelitian

`Gambar 6 yaitu rekapitulasi hasil penelitian dapat dilihat perbedaan hasil dari tiap perlakuan yang menunjukkan hasil tertinggi yaitu P2 (pakan komplit 100%) dan hasil terendah yaitu P0 (hijauan 100%). Hasi-hasil dari tiap perlakuan dapat dilihat mulai dari biaya produksi, hasil produksi, laba/rugi, IOFC dan B/C Ratio. Dilihat dari biaya produksi perlakuan P0 total biaya produksinya yaitu Rp. 414.502,-, P1 yaitu Rp. 438.854,- dan P2 yaitu Rp. 392.500,-. Dilihat pada hasil produksi bahwa perlakuan P0 total hasil produksinya yaitu Rp. 432.500,-, P1 yaitu Rp. 494.00,- dan pada P2 yaitu Rp. 500.800,-. Maka dapat dilihat dari laba/rugi pada perlakuan P0 memberikan keuntungan sebesar Rp. 17.998,-, P1 yaitu Rp. 55.146,- dan pada perlakuan P2 juga memberikan keuntungan sebesar Rp. 108.300,-.

-100000 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 P0 P1 P2 Biaya produksi 414502 438854 392500 Hasil produksi 432500 494000 500800 Laba/Rugi 17998 55146 108300 IOFC 53341 -25012 143643 B/C Ratio 1.04 1.13 1.27

Dokumen terkait