ANALISIS USAHA PEMANFAATAN PAKAN KOMPLIT
BERBASIS HASIL SAMPING UBI KAYU KLON TERHADAP
DOMBA JANTAN LOKAL LEPAS SAPIH
ROMAULI SIANTURI 090306015
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS USAHA PEMANFAATAN PAKAN KOMPLIT
BERBASIS HASIL SAMPING UBI KAYU KLON TERHADAP
DOMBA JANTAN LOKAL LEPAS SAPIH
SKRIPSI
Oleh:
ROMAULI SIANTURI 090306015
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS USAHA PEMANFAATAN PAKAN KOMPLIT
BERBASIS HASIL SAMPING UBI KAYU KLON TERHADAP
DOMBA JANTAN LOKAL LEPAS SAPIH
SKRIPSI
Oleh:ROMAULI SIANTURI 090306015/ PETERNAKAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Analisis Usaha Pemanfaatan Pakan Komplit Hasil Samping Ubi Kayu Klon terhadap Domba Jantan lokal Lepas Sapih Nama : Romauli Sianturi
NIM : 090306015
Program Studi : Peternakan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA Ir. Tri Hesti Wahyuni, MSc Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan
ABSTRAK
ROMAULI SIANTURI, 2014. “Analisis Usaha Pemanfaatan Pakan Hasil Samping Ubi Kayu Klon Terhadap Domba Jantan Lepas Sapih” di bawah bimbingan ARMYN HAKIM DAULAY selaku ketua komisi pembimbing dan TRI HESTI WAHYUNI selaku anggota komisi pembimbing.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis usaha pemanfaatan pakan komplit berbasis hasil samping ubi kayu klon dilihat dari biaya produksi, hasil produksi, laba/rugi, income over feed cost (IOFC) dan benefit cost ratio (B/C ratio).
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, yang berlangsung pada bulan September sampai Desember 2013 yang menggunakan 12 ekor domba dengan rataan bobot badan awal 7,75 ± 1,75. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis ekonomi. Penelitian tediri dari 3 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah P0 (Pakan hijauan 100%), P1 (Pakan hijauan 50% + pakan berbasis hasil samping ubi kayu klon 50%), P2 (Pakan berbasis hasil samping ubi kayu klon 100%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan P0, P1 dan P2 memberikan hasil yang berbeda terhadap total biaya produksi (Rp) : 414.502 ; 438.854 dan 392.500, total hasil produksi (Rp) : 432.500 ; 494.000 dan 500.800 laba/rugi (Rp) : 17.998 ; 55.146 dan 108.300, income over feed cost (IOFC) (Rp) : 53.341 ; -25.012 dan 143.643 dan B/C ratio (Rp) : 1,04 ; 1,13 dan 1,27. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pakan komplit hasil samping ubi kayu klon dapat meningkatkan pendapatan peternak dalam usaha pemeliharaan ternak domba jantan lokal sapih.
ABSTRACT
ROMAULI SIANTURI, 2014. " Analysis of Feed Utilization of Cassava Clones Results Side Against Local Male Sheep " under the guidance by ARMYN HAKIM DAULAY chairman of the supervising committee and TRI HESTI WAHYUNI, as a member of the supervising committee. . The experiment was conducted at the Laboratory of Animal Biology Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, which took place in September through December 2013. . The purpose of this study was to analyze the utilization of feed by-product of cassava clones by cost of production , production , profit / loss , income over feed cost (IOFC) and the benefit cost ratio (B/C ratio). . The method used is the method of economic analysis . The study consists of 3 treatments and 4 replications . The treatments used were P0 (Forage 100%), P1 (50% + Forage feed by product of cassava clones 50%), P2 ( Feed by product of cassava clones 100% ).The results showed that in each treatment P0, P1 and P2 give different results to the total cost of production Rp (414.502 ; 438.854 and 392.500 respectively), the total production Rp (432.500 ; 494.000 and 500.800 respectively), profit / loss : Rp (17.998 ; 55.146 and 108.300 respectively), income over feed cost (IOFC) Rp (53.341 ; -25.012 and 143.643 respectively) and B/C ratio (1,04; 1.13 and 1.27 respectively). The conclusion of this study indicate that feeding cassava byproduct complete clone of the sheep business analysis feasible for implementation in the sheep breeding business.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kisaran, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara
pada tanggal 02 September 1991 dari ayah Rudianto Sianturi (alm) dan ibu Rosma br.
Manurung. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.
Tahun 2009 tamat dari SMA Negeri 1 Simpang Empat dan pada tahun yang
sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur
Penerimaan Minat Pendidikan (PMP). Penulis memilih Program Studi Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiwa Peternakan (HMD). Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi Ikatan
Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP) pernah menjabat sebagai BPH periodisasi
2010-2011.
Pada bulan Juli sampai Agustus 2012 penulis mengikuti Praktek Kerja
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik dengan judul “Analisis Usaha Pemanfaatan Pakan Komplit Berbasis
Hasil Samping Ubi Kayu Klon Terhadap Domba Jantan Lokal Lepas Sapih”.
Penulis tidak lupa mengucapkan terimaksih kepada orang tua atas doa,
semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA
selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, MSc selaku anggota
komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini dan semua pihak yang ikut membantu.
Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada civitas
akademika di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu persatu yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat membantu memberikan informasi dan bermanfaat bagi
ilmu pengetahuan serta pelaku usaha bidang peternakan khususnya peternakan
DAFTAR ISI
Peranan Ternak Domba dalam Usaha Peternakan ... 6
Ternak Domba Sebagai Penggasil Daging, Pupuk dan Tabungan ... 6
Bahan dan Alat Penelitian ... 27
Pelaksanaan Penelitian... ... 31
Persiapan Kandang ... 31
Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 47
DAFTAR TABEL
No. ... Hal.
1. Kebutuhan Harian Zat-Zat Pakan Untuk Ternak Domba (%) ... 18
2. Nilai Nutrisi Onggok (%) ... 22
3. Nilai Nutrisi Bungkil Inti Sawit (%) ... 23
4. Nilai Nutrisi Molases (%) ... 24
5. Formulasi Pakan Selama Penelitian (%) ... 29
6. Bobot Badan Awal Domba Pada Penelitian (Kg/ekor) ... 33
7. Biaya Pembelian Bibit Ternak Domba (Rp/ekor) ... 33
8. Biaya Pakan (Rp/ekor) ... 34
9. Biaya Sewa Kandang (Rp/ekor) ... 35
10. Biaya Peralatan Kandang (Rp/ekor) ... 36
11. Biaya Obat-obatan (Rp/ekor) ... 36
12. Biaya Upah Tenaga Kerja (Rp/ekor) ... 37
13. Total Biaya Produksi (Rp/ekor) ... 38
14. Penjualan Domba(Rp/ekor) ... 40
15. Penjualan Feses Domba (Rp/ekor) ... 40
DAFTAR GAMBAR
Hal
1. Total Biaya Produksi(Rp) ... 38
2. Total Hasil Produksi(Rp) ... 41
3. Analisis Laba/ Rugi(Rp) ... 42
4. Income Over Feed Cost (IOFC) ... 44
5. B/C Ratio ... 45
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Biaya pembelian bibit (Rp) ... 52
2. Biaya pembelian pakan (Rp) ... 52
3. Biaya sewa kandang (Rp) ... 52
4. Biaya peralatan kandang(Rp) ... 53
5. Biaya obat-obatan (Rp) ... 53
6. Biaya tenaga kerja (Rp) ... 53
7. Total Biaya Produksi (Rp) ... 54
8. Total Hasil Produksi (Rp) ... 54
9. Analisis Laba/ Rugi (Rp) ... 54
10. Income Over Feed Cost (IOFC) ... 54
11. B/C Ratio ... 55
12. Bobot badan awal dan akhir domba(kg) ... 55
ABSTRAK
ROMAULI SIANTURI, 2014. “Analisis Usaha Pemanfaatan Pakan Hasil Samping Ubi Kayu Klon Terhadap Domba Jantan Lepas Sapih” di bawah bimbingan ARMYN HAKIM DAULAY selaku ketua komisi pembimbing dan TRI HESTI WAHYUNI selaku anggota komisi pembimbing.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis usaha pemanfaatan pakan komplit berbasis hasil samping ubi kayu klon dilihat dari biaya produksi, hasil produksi, laba/rugi, income over feed cost (IOFC) dan benefit cost ratio (B/C ratio).
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, yang berlangsung pada bulan September sampai Desember 2013 yang menggunakan 12 ekor domba dengan rataan bobot badan awal 7,75 ± 1,75. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis ekonomi. Penelitian tediri dari 3 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah P0 (Pakan hijauan 100%), P1 (Pakan hijauan 50% + pakan berbasis hasil samping ubi kayu klon 50%), P2 (Pakan berbasis hasil samping ubi kayu klon 100%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan P0, P1 dan P2 memberikan hasil yang berbeda terhadap total biaya produksi (Rp) : 414.502 ; 438.854 dan 392.500, total hasil produksi (Rp) : 432.500 ; 494.000 dan 500.800 laba/rugi (Rp) : 17.998 ; 55.146 dan 108.300, income over feed cost (IOFC) (Rp) : 53.341 ; -25.012 dan 143.643 dan B/C ratio (Rp) : 1,04 ; 1,13 dan 1,27. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pakan komplit hasil samping ubi kayu klon dapat meningkatkan pendapatan peternak dalam usaha pemeliharaan ternak domba jantan lokal sapih.
ABSTRACT
ROMAULI SIANTURI, 2014. " Analysis of Feed Utilization of Cassava Clones Results Side Against Local Male Sheep " under the guidance by ARMYN HAKIM DAULAY chairman of the supervising committee and TRI HESTI WAHYUNI, as a member of the supervising committee. . The experiment was conducted at the Laboratory of Animal Biology Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, which took place in September through December 2013. . The purpose of this study was to analyze the utilization of feed by-product of cassava clones by cost of production , production , profit / loss , income over feed cost (IOFC) and the benefit cost ratio (B/C ratio). . The method used is the method of economic analysis . The study consists of 3 treatments and 4 replications . The treatments used were P0 (Forage 100%), P1 (50% + Forage feed by product of cassava clones 50%), P2 ( Feed by product of cassava clones 100% ).The results showed that in each treatment P0, P1 and P2 give different results to the total cost of production Rp (414.502 ; 438.854 and 392.500 respectively), the total production Rp (432.500 ; 494.000 and 500.800 respectively), profit / loss : Rp (17.998 ; 55.146 and 108.300 respectively), income over feed cost (IOFC) Rp (53.341 ; -25.012 and 143.643 respectively) and B/C ratio (1,04; 1.13 and 1.27 respectively). The conclusion of this study indicate that feeding cassava byproduct complete clone of the sheep business analysis feasible for implementation in the sheep breeding business.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kambing dan Domba merupakan potensi penting yang dapat diperbaharui di
daerah Asia. Ternak tersebut merupakan bagian dan bidang dari berbagai jenis sistem
pertanian dan kehidupan sosial ekonomi beberapa juta penduduk miskin di seluruh
dunia: peternak kecil, petani gurem dan pekerja tani yang tidak mempunyai tanah
(penggarap). Di dalam konteks ini dan di bandingkan dengan jenis ternak ruminansia
lain, kambing dan domba tersebar sangat unik di berbagai jenis kondisi lingkungan
pertanian di seluruh Asia (Mastika et al., 1993).
Kita memaklumi bahwa suatu negara akan bisa membangun ke jenjang yang
lebih maju jika masyarakatnya sehat, masyarakat akan terjamin kesehatannya apabila
mereka selalu bisa mendapatkan makanan yang bergizi, terutama kebutuhan protein
hewani. Salah satu sumber energi (protein hewani) ini adalah danging domba, di
samping daging ternak lainnya seperti daging sapi, kerbau, kambing, ayam broiler,
susu dan lain–lain. Oleh karena itu mengusahakan ternak domba pun berarti
menunjang dan memajukan kesehatan masyarakat, di samping hal ini memberikan
keuntungan bagi para petani dan peternak (Sugeng, 1995).
Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu
usaha ternak komersial. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik tolak untuk
merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha atau memperbesar skala
usaha. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana
ril untuk periode selanjutnya.
Untuk keberhasilan pengembangan domba pakan merupakan salah satu
komponen esensial dan harus terjamin kuantitas dan kualitasnya. Mengingat bahwa
ketersediaan lahan semankin sempit, baik sebagai tempat berusaha maupun sebagai
sumber pakan semakin terbatas, maka pemamfatan sumber daya alternatif untuk
menjamin kelanjutan serta efisiensi usaha ternak domba merupakan tuntutan
mendesak yang perlu di tangani.
Saat ini di butuhkan suatu pemecahan masalah pakan untuk ternak domba.
Salah satu faktor pembatas laju peningkatan suatu usaha peternakan yaitu
ketersediaan pakan dan merupakan faktor pembatas terbesar adalah pembiayaan
produksi peternakan. Untuk mengatasi masalah tersebut alternatif pilihan adalah
pemanfaatan hasil samping pakan komplit ubi kayu.
Produksi ubi kayu di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat
dalam lima tahun terakhir ini dari sebesar 19.321.183 ton pada tahun 2005 menjadi
21.786.691 pada tahun 2009, atau mengalami peningkatan sebesar 11,32% (Deptan,
2009). Peningkatan produksi tersebut menyebabkan limbah pengolahan ubi kayu dan
agroindustrinya juga meningkat sehingga cukup potensial digunakan sebagai pakan.
Bahan pakan yang berasal dari hasil samping pascapanen tanaman ubi kayu antara
lain daun ubi kayu, batang muda ubi kayu dan onggok tergolong sebagai pakan
Optimalisasi pemanfaatan hasil samping pertanian merupakan strategi yang
patut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Pemanfaatan hasil samping ubi
kayu sebagai bahan pakan ternak merupakan potensi yang menarik untuk
dikembangkan. Melihat semakin meluasnya lahan pertanian yang digunakan sebagai
ladang ubi kayu di daerah Indonesia khususnya di Sumatera Utara menjadi hal yang
menjanjikan sebagai sumber pangan dan pakan yang berkelanjutan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh pemberian pakan komplit hasil samping ubi kayu klon sebagai bahan
pakan alternatif guna meningkatkan nilai ekonomi usaha ternak domba jantan lokal
lepas sapih.
Rumusan Masalah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan domba yaitu pemilihan
pakan yang sesuai, tidak bersaing dengan manusia, pakan mudah didapatkan dan
berkualitas baik. Jika hal-hal tersebut telah diperhatikan maka ternak dapat tumbuh
dengan baik dan didapatkan hasil produksi yang optimal. Disamping itu agar
didapatkan keuntungan yang maksimal maka perlu menekan biaya pakan yaitu
dengan cara memanfaatkan limbah pertanian.
Pakan merupakan komponen pemenuhan kebutuhan nutrisi domba yang
penting. Khususnya konsentrat buatan pabrik pakan yang harganya relatif mahal.
Oleh karena itu, untuk mencukupi kebutuhan domba maka digunakan pakan alternatif
spesifik daerah merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan yaitu daun ubi kayu klon
dan batang muda ubi kayu klon.
Dengan ketersediaan daun ubi kayu dan batang muda ubi kayu klon yang
melimpah dan agar lebih termanfaatkan maka diperlukan suatu teknologi. Teknologi
pengolahan pengawetan dengan cara dikeringkan dan diolah menjadi pakan
berbentuk pelet, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pakan
alternatif. Disamping itu, daun ubi kayu klon dan batang muda ubi kayu klon masih
mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi.
Dari uraian diatas maka diharapkan pemanfaatan pakan komplit berbasis hasil
samping ubi kayu klon sebagai pakan dalam bentuk pelet dapat menekan biaya pakan
domba jantan lokal lepas sapih sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak
domba.
Tujuan Penelitian
Pemanfaatan pakan komplit berbasis hasil samping ubi kayu klon dapat
meningkatkan pendapatan peternak dalam usaha pemeliharaan ternak domba jantan
lokal lepas sapih.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti, peternak
dalam pengembangan usaha peternakan domba, instansi terkait mengenai
pemanfaatan pakan komplit berbasis hasil samping ubi kayu klon terhadap produksi
persyaratan memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas
TINJAUAN PUSTAKA
Analisa Usaha Ternak Domba
Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994) gambaran mengenai usaha ternak
yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis dapat juga
memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal,
besar biaya untuk bibit (bakalan), pakan dan kandang, lamanya modal kembali dan
tingkat keuntungan yang diperoleh.
Usaha ternak domba yang di kelola masyarakat pedesaan secara umum masih
merupakan usaha pola budidaya yang sifatnya sebagai tabungan, yang pengolahannya
bersifat usaha campuran (diversifikasi) dan berperan mendukung ekonomi rumah
tangga. Kondisi demikian memperlihatkan kecenderungan peternak memelihara
ternak belum mempertimbangkan manajemen pengolahan sehingga optimalisasi
sebagai sumber pendapatan keluarga belum tercapai. Manajemen usaha masih
berbasis sumberdaya pakan yang tersedia di lokasi tanpa diikuti dengan upaya
peningkatan mutunya, modal biaya rendah (Low External Input),
bahkan dapat dinyatakan tanpa adanya biaya produksi (zero cost) (Priyanto et al.,
2004).
Dalam membangun suatu perusahaan, perlu beberapa pertimbangan ekonomi
dasar seperti apa yang dihasilkan, bagaimana menghasilkannya, seberapa banyak
harus dihasilkan dan bagaimana harus memasarkannya. Untuk itu perlu pencatatan
semua kegiatan keluar/masuknya selama periode penggemukkan. Hal ini disebabkan
waktu pemeliharaan maka informasi apakah suatu usaha tersebut rugi atau laba
menjadi tidak jelas. Dalam penerapannya perlu dicatat biaya tetap dan biaya variabel
dan sekaligus penerimaannya. Analisis ekonomi merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk membantu pimpinan usaha peternakan dalam melengkapi
informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan dalam merencanakan usaha.
Namun sayang kegiatan ini jarang dilakukan oleh para peternak dipedesaan (Rasyaf,
1998).
Dalam pemeliharaan domba terdapat beberapa keuntungan yaitu dapat beranak
lebih dari satu ekor, cepat berkembang biak, berjalan dengan jarak lebih dekat saat
digembalakan sehingga pemeliharaan lebih mudah, termasuk pemakan rumput
sehingga dalam pemberian pakan lebih mudah
(Tomaszweska et al., 1993).
Banyak keuntungan yang di peroleh dari beternak domba. Namun,
pengembangan domba sebagai salah satu ternak potong masih banyak mengalami
hambatan karena pemeliharaan domba di lakukan secara teradisional. Pemberian
pakannya pun hanya sekedarnya saja tanpa memperhitungkan kebutuhan standar gizi
(Cahyono, 1998).
Analisis usaha ternak domba sangat penting bagi usaha ternak komersial.
Dengan adanya analisis dapat di evaluasi dan di cari langkah pemecahan berbagai
kendala, baik dalam usaha pengembangan, rencana penjualan, maupun usaha
menanggulangi pemborosan tersamar (Murtidjo, 1993).
Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain : skala usaha kecil
terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap
perubahan-perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1998).
Pada waktu tertentu misalnya menjelang hari raya, permintaan akan domba
akan meningkat. Untuk memenuhi permintaan pasar tersebut diperlukan suatu strategi
produksi ternak sehingga pada waktunya tersedia ternak domba yang memenuhi
persyaratan, terutama bobot badan dan kondisi tubuh ternak. Salah satu alternatif
adalah melakukan penggemukan domba selama berapa bulan sebelum waktu tersebut.
Untuk penggemukan yang optimal di butuhkan pakan dengan nilai nutrisi yang sesuai
baik secara biologis, maupun secara ekonomis (Boer dan Ginting, 1992).
Peranan Ternak Domba dalam Usaha Peternakan
Peranan ternak di dalam kegiatan usaha tani sungguh-sungguh telah
diperlihatkan oleh ternak ruminansia kecil seperti domba dimana domba mudah
dipelihara dengan menggunakan masukan minimal, biaya pemeliharaan yang rendah,
lagipula domba mempunyai tingkat perkembangbiakan yang tinggi dan selalu siap
untuk dijual (Manika, 1993).
Untuk daerah-daerah di Indonesia yang kondisi pertaniannya kurang
menguntungkan, peternakan merupakan sumber pendapatan yang penting (Huitema,
1986).
Ternak Domba Sebagai Penghasil Daging, Pupuk dan Sebagai Tabungan
Pada banyak daerah di Indonesia ternak dipelihara sebagai bagian penting dari
pemeliharaan ternak adalah untuk menyimpan modal atau pengumpulan uang
(Manika, 1993).
Di Indonesia, ternak domba sebenarnya belum begitu mendapatkan perhatian,
hal ini bisa dibuktikan bahwa ternak domba yang dipelihara umumnya sebagai usaha
sambilan, sebab ternak domba merupakan bagian dari usaha pertanian, padahal ternak
domba banyak memberikan beberapa keuntungan antara lain : Mudah beradaptasi
terhadap berbagai lingkungan. Di Indonesia yang terletak di daerah tropis ini pun
usaha ternak domba sebagai penghasil daging tak ada kesulitan karena domba tahan
haus. Tubuh domba hampir seluruhnya tertutup bulu itu akan menahan penguapan
lewat permukaan kulit, sehingga menyebabkan mereka tak begitu banyak
memerlukan air minum. Keperluan air dalam tubuh cukup dipenuhi dalam kandungan
air dalam hijauan,modal kecil, dengan modal yang relatif kecil usaha ternak domba
bisa jalan sebab ternak bisa diusahakan dengan kandang yang sangat sederhana dan
domba mau menerima makanan dari berbagai jenis hijauan,sebagai tabungan. Di
musim panen para petani bisa membeli domba dalam jumlah yang cukup besar dan
pada masa paceklik domba tersebut dengan mudah bisa dijual di pasar, hasil
ikutannya (by-product) berupa kotoran sangat membantu usaha pertanian sebab
pupuk ternak domba kaya akan unsur-unsur yang diperlukan tanaman dan membantu
pengawetan tanah dan daging domba merupakan salah satu bahan makanan sumber
protein hewani, kita ketahui bahwa protein dalam susunan makanan manusia sangat
penting. Artinya, diantaranya untuk menggantikan sel-sel tubuh yang telah rusak,
membentuk jaringan tubuh, memelihara kekuatan tubuh, meningkatkan daya pikir
ditingkatkan pula kebutuhan protein perkapita, sebab protein hewanilah yang
mengandung unsur-unsur yang dapat menyusun aneka protein insani
(Sudarmono dan Sugeng, 1991).
Ternak domba memiliki beberapa kelebihan antara lain: sebagai tambahan
sumber pendapatan, untuk memanfaatkan limbah pertanian, sebagai penghasil daging,
pupuk kandang dan kulitnya juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Di pedesaan, ternak
domba cukup populer dipilih sebagai usaha sampingan, bahkan ternak domba
dianggap sebagai tabungan keluarga sebab dapat dijual setiap saat, khususnya untuk
kebutuhan ekonomi keluarga yang mendesak. Daging domba mempunyai andil yang
besar di dalam menunjang kelangsungan hidup masyarakat meskipun harganya relatif
mahal, tetapi para konsumen semakin sadar akan nilai daging sebagai makanan yang
mengandung protein hewani tinggi, sehingga tidak menghalangi selera beli untuk
kebutuhan konsumsi. Potensi ekonomi ternak domba sebagai lapangan usaha
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan ternak besar, yakni: badan ternak
domba relatif kecil dan cepat dewasa, sehingga usaha ternak domba memiliki
keuntungan ekonomi yang cukup tinggi, domba merupakan ternak ruminansia kecil
yang dalam pemeliharaan tidak memerlukan lahan atau tanah yang luas, investasi
usaha untuk ternak domba membutuhkan modal yang relatif kecil, sehingga setiap
investasi lebih banyak unit produksi yang dapat tercapai dan modal usaha untuk
ternak domba lebih cepat berputarnya sebab ternak domba cepat dewasa kelamin dan
lebih cepat dipotong dibandingkan ternak ruminansia lain seperti sapi atau kerbau
Biaya dan Penerimaan
Biaya dalam usaha tani dapat dibedakan dengan cara yaitu biaya tetap dan tidak
tetap, biaya tunai dan tidak tunai, serta biaya tercatat dan tidak tercatat dalam
pembukuan akuntansi (Kay dan Edwards, 1994). Hemanto (1996) menyatakan
pembiayaan usaha tani akan menyangkut usaha tani apa, metode atau cara yang
dipakai dan tujuan usaha pengembangannya. Menurut
Kay dan Edwards (1994), serta Budiono (1990) yang termasuk biaya tetap adalah
depresiasi, asumsi, perbaikan rutin, pajak dan bunga modal sedangkan pakan, pupuk,
bibit dan obat obatan bahan bakar dan kesehatan ternak termasuk biaya tidak tetap.
Biaya tetap adalah jumlah biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah output
tertentu sedangkan biaya yang berkaitan langsung dengan output yang bertambah
besar dengan meningkatnya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi
disebut biaya variabel (Lipsey et al.,1995). Dalam usaha ternak, biaya yang terbesar
yang dikeluarkan adalah biaya variabel terutama biaya pakan dan biaya tenaga kerja.
Biaya merupakan komposisi terbesar . Besarnya biaya pakan berkisar antara 60-80%
dari total biaya produksi (Prawirokusumo,1991).
Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang tidak
dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan sesuatu
produk. Biaya bagi perusahaan adalah nilai dari faktor-faktor produksi yang
digunakan untuk menghasilkan output (Budiono, 1990). Lipsey et al.,(1995)
mendefinisikan pengeluaran atau biaya bagi perusahaan adalah sebagai nilai input
adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi, baik itu biaya tetap
maupun biaya variabel atau biaya-biaya lainnya (Kadarsan, 1995).
Elemen penting dalam analisa ekonomi selain semua pendapatan usaha adalah
biaya. Karena faktor inilah efisiensi usaha bisa dilakukan yang sering disebut efisiensi
cost. Seperti diutarakan oleh
Tjakrawiralaksana dan Soeriatmadja (1993) yang memberikan gambaran tentang
biaya yaitu merupakan pengeluaran untuk menghasilkan produk dan dinyatakan
dalam satuan rupiah. Pada biaya yang lebih tinggi dihasilkan keuntungan yang jauh
lebih tinggi lagi, maka sisi yang harus kita lihat lagi adalah pada hasil penjualan.
Karena biaya sudah lebih tinggi, maka keuntungan yang lebih tinggi itu bersumber
dari harga penjualan yang ketika itu lebih baik. Bila hal itu tercapai maka efisiensi
yang diperoleh merupakan efisiensi ekonomi. Tetapi bila harga jual buruk di sisi lain
berhasil meningkatkan produktivitas, maka hal ini dikatakan efisiensi teknis
(Rasyaf, 1998).
Soekartawi et al.. (1986) menyatakan bahwa penerimaan merupakan total nilai
produk usaha tani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak
dijual. Menurut Kay dan Edwards (1994) penerimaan dalam usaha tani meliputi
seluruh penerimaan yang dihasilkan selama periode penggemukan yang sama.
Hemanto (1996) menyatakan bahwa penerimaan usaha tani meliputi jumlah
penambahan inventaris; nilai penjualan hasil; nilai penggunaan rumah dan yang
dikonsumsi. Budiono (1990), menyatakan bahwa penerimaan adalah hasil penjualan
output yang diterima produsen. Penerimaan dari suatu proses dapat dihitung dengan
Penerimaan dapat diklarifikasikan menjadi penerimaan nyata dan penerimaan
yang diperhitungkan. Penerimaan nyata adalah penerimaan yang diterima dari hasil
penjualan baik tunai maupun piutang (kredit). Penerimaan yang diperhitungkan ialah
nilai output yang dikonsumsi peternak atau yang dihadiahkan. Penerimaan
perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha seperti panen
tanaman dan hasil olahannya serta panen dari peternakan dan hasil olahannya
(Kadarsan, 1995). Banyak pendekatan yang dapat dipakai untuk mengukur
keuntungan ekonomis suatu perusahaan. Diantaranya adalah analisis usaha tani
parsial yang melibatkan analisis anggaran parsial. Analisis anggaran parsial/anggaran
keuntungan parsial digunakan untuk mengevaluasi pengaruh perubahan metode
berproduksi atau organisasi usaha tani terhadap keuntungan usaha tani
(Soekartawi et al., 1986).
Biaya Produksi
Biaya produksi adalah segala sesuatu yang di investasikan,baik berupa uang,
tanah dan bangunan, tenaga kerja serta aset-aset lain yang di perlukan dalam prose
produksi untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Besaran biaya yang di keluarkan
selama proses produksi akan menjadi acuan dalam penentuan harga pokok penjualan
dan mempengaruhi kelayakan usaha (Sutama dan Budiarsana,
2009).
Biaya produksi dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya tetap (Fixed cost) dan
biaya variabel (variabel cost). Biaya tetap merupakan biaya investasi yang besarnya
dalam biaya tetap ini adalah sewa lahan, bangunan kandang, dan peralatan. Biaya
variabel jumlahnya dapat berubah sesuai hasil produksi atau hasil di pasaran pada
waktu itu. Termasuk biaya variabel adalah domba bakalan, pakan, tenaga kerja, dan
bunga modal/bunga modal jika meminjam dari bank (Sudarmono dan Sugeng, 1991).
Hasil Produksi (Pendapatan)
Pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang di peroleh dari penjualan
produk suatu kegiatan usaha. Penjualan ternak hidup, karkas, pupuk dan produk
lainnya merupakan komponen pendapatan
(Sutama dan Budiarsana, 2009).
Pendapatan usaha ialah seluruh pendapatan yang di peroleh dalam suatu
usaha. Pendapatan dapat berupa pendapatan utama, seperti hasil penjualan domba
dari kegiatan usaha penggemukan domba dan pendapatan berupa hasil ikutan,
misalnya pupuk kandang (Sudarmono dan Sugeng, 1991).
Analisis Laba – Rugi
Laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan
masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya.
Perhitungan laba jelas untuk banyak keputusan manejemen. Jika laba konsisten
positif, perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika mengalami
kerugian perusahaan dapat mencari produk yang lain yang akan diolah yang dapat
mendatangkan keuntungan (Hansen dan Mowen, 2001).
Keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah
pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka secara
ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk memperoleh
angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah
pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya juga agar peternak atau pengusaha dapat
mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha (Murtidjo, 1995).
Laporan laba rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan jasa
barang dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut.
Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih
sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan ini merupakan
laporan aktivitas dan hasil dari aktivitas itu merupakan ringkasan yang logis dari
penghasilan, dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu. Besarnya laba
ditentukan berdasarkan selisih antara nilai penjualan (total revenue) dengan total
biaya (biaya tetap ditambah biaya variabel) pada tingkat volume produksi tertentu.
Perlu diperhatikan bahwa volume penjualan yang menghasilkan laba hanyalah
volume penjualan yang berada diatas titik impas (Jumingan, 2006).
Memperoleh angka yang pasti mengenai tingkat keuntungan atau kerugian
suatu usaha, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pencatatan, baik untuk
pos-pos pengeluaran (biaya) maupun pos-pos-pos-pos pendapatan. Sekecil apapun biaya dan
pendapatan tersebut harus dicatat. Usaha penggemukan domba pencatatan mutlak
harus dilakukan. Tujuannya adalah agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan
evaluasi terhadap bidang usahanya, sehingga kerugian besar bisa dihindarkan sejak
lebih efisien dari waktu ke waktu secara keseluruhan akan semakin meningkatkan
jumlah keuntungan (Sodiq dan Abidin, 2002).
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil
usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan
serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Laporan laba-rugi (balance
sheet) adalah laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh dan
biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Setiap jangka waktu
tertentu, umumnya satu tahun, perusahaan perlu memperhitungkan hasil usaha
perusahaan yang dituangkan dalam bentuk laporan laba-rugi. Hasil usaha tersebut
didapat dengan cara membandingkan penghasilan dan biaya selama jangka waktu
tertentu. Besarnya laba atau rugi akan diketahui dari hasil perbandingan tersebut
(Kasmir dan Jakfar, 2005).
IOFC (income over feed cost)
Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan dengan biaya
ransum yang digunakan selama usaha penggemukan ternak. IOFC ini merupakan
barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang yang dikeluarkan untuk
penggemukan. Biaya pakan merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan
ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan
dikurangi biaya ransum. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan
atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual,
IOFC = (Bobot badan akhir domba – bobot badan awal) x harga jual domba/kg –
(Prawirokusumo, 1990).
Pendapatan usaha peternakan itu dibandingkan dengan biaya pakan.
Pendapatan usaha merupakan perkalian antara hasil produksi peternakan
(dalam kilogram hidup), sedangkan biaya pakan adalah jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan kilogram domba hidup tersebut. Apabila
diperhatikan, tolak ukur ini hanya memperhatikan biaya pakan saja. Padahal dalam
biaya variabel tidak hanya mencakup biaya pakan saja, tetapi ada juga biaya untuk
pembelian bibit yang juga besar (Rasyaf,1998).
Analisis B/C Ratio (benefit cost ratio)
Menurut Cahyono (2002) analisis tingkat kelayakan usaha tani atau B/C
ratio (Benefit Cost Ratio) bisa digunakan dalam analisis kelayakan usaha tani, yaitu
perbandingan antara total pendapatan dan total biaya yang dikeluarkan.
B/C Ratio =
B/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya
yang dikeluarkan. Dimana B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total
penerimaan dengan total pengeluaran. Kadariah (1987), menyatakan bahwa untuk
mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan
mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana bila
B/C Ratio > 1 : Efisien
B/C Ratio < 1 : Tidak efisien
Soekartawi et al., (1986) menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan
memberikan manfaat bila nilai B/C Ratio > 1. Semakin besar nilai B/C Ratio maka
semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai B/C Rationya
maka semakin tidak efisien usaha tersebut.
Rumus untuk mencari niali B/C Ratio dapat dituliskan sebagai berikut :
B/C Ratio = Input Output
dimana :
Output : keluaran yang diperoleh dari usaha tersebut yang berupa hasil penjualan
Input : korbanan yang diberikan berupa biaya-biaya untuk proses produksi
Efisiensi usaha tani ditentukan dengan menggunakan konsep BCR
(benefit cost ratio), yaitu imbangan antara total penghasilan (out put) dengan total
biaya (input). Nilai BCR > 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan. Semakin
besar nilai BCR maka usaha dinyatakan semakin efisien (Karo-karo et al., 1995).
Ternak Domba
Semua jenis domba memiliki beberapa karakteristik yang sama, semua
termasuk golongan atau kerajaan (Kingdom) hewan, termasuk filum chordate
(hewan berkuku genap), family bovidae (hewan memamah biak), genus ovis dan ovis
aries (Blakely dan Bade, 1991).
Kambing dan Domba merupakan potensi sangat penting yang dapat
diperbaharui di daerah Asia. Ternak tersebut merupakan bagian dan bidang dari
berbagai jenis sistem pertanian dan kehidupan sosial ekonomi dari beberapa juta
penduduk yang miskin di seluruh wilayah: peternak kecil, petani gurem dan pekerja
tani yang tidak mempunyai tanah (penggarap). Di dalam konteks ini dan di
bandingkan dengan jenis ternak ruminansia lain, kambing dan domba tersebar sangat
unik di berbagai jenis kondisi lingkungan pertanian di seluruh Asia
( Mastika et al., 1993).
Ternak domba atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil,
merupakan ternak herbivora yang sangat popular dikalangan petani di Indonesia.
Jenis ternak ini lebih mudah dipelihara, dapat memanfaatkan limbah dan hasil setiap
tersedia setiap saat serta modal yang diperlukan relatif kecil dibandingkan ternak
besar (Setiadi dan Inonim, 1991).
Pakan Domba
Domba dan ternak hidup lainnya membutuhkan pakan setiap hari. Jumlah
kebutuhan pakan tersebut bervariasi dan tergantung pada status fisiologis
ternak – ternak tersebut. Namun demikian jumlah patokan umum bobot badan bila
diperhitungkan dengan jumlah hijaun yang biasa tidak di makan maka jumlah yang
hijauan yng di berikan sudah tua, tidak disenangi adalah sekitar 50% dari pemberian,
oleh sebab itu hijauan harus diduakalikan (Anonimus, 1992).
Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak dapat
mengakibatkan defisiensi, sehingga ternak mudah terserang penyakit, penyediaan dan
pemberian pakan harus di upayakan secara terus- menerus sesuai dengan standart gizi
menurut umur ternak (Cahyono, 1998).
Menurut Kartadisatra (1997) kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan
jumlahnya setiap hari sangat tergatung pada jenis, umur ternak, fase pertumbuhan
(dewasa, bunting dan menyusui), kondisi tubuh (normal dan sakit) dan lingkungan
tempat hidupnya serta bobot badan. Komposisi pakan (kulitas dan kuantias) yang
tidak mencukupi kebutuah akan menyebabkan produktifitas ternak rendah antara lain
ditunjukan oleh pertumbuhan yang lambat dan bobot badan rendah
(Martawidjaya et al., 1999)
Bahan pakan berserat seperti hijauan merupakan bahan pakan sumber energi
dan secara alamiah ternak domba lebih menyukai bahan pakan berserat dari pada
konsentrat. Hijauan tersebut pada umumnya merupakan bahan pakan yang kandungan
serat kasarnya relatif tinggi. Ternak ruminansia mampu mencerna hijauan yang
umumnya mengandung selulosa yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya
mikroorganisme di dalam rumen. Makin tinggi populasinya akan semakin tinggi pula
Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan harian zat-zat pakan untuk ternak domba
BB(Kg) BK Energi Protein Ca P
Sumber : NRC (National Resourc Concil) (1995).
Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan di cerminkan oleh kebutuhan
terhadap nutrisi, jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung jenis
ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh
(normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban, nisbi
udara), serta berat badannya. Jadi setiap ekor ternak berbeda kondisinya
membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997).
Hijauan
Hijauan pakan ternak adalah semua bentuk bahan pakan berasal dari tanaman
atau rumput termasuk leguminosa baik yang belum dipotong maupun yang dipotong
dari lahan dalam keadaan segar (Sumarsono, 1997). Menurut (Tillman et al.,
1998) hijauan pakan adalah segala bahan makanan yang tergolong pakan kasar yang
meliputi daun, batang, kemungkinan juga sedikit bercampur bagian generatif,
utamanya sebagai sumber makanan ternak ruminansia.
Menurut Siregar (1994), hijauan diartikan sebagai pakan yang mengandung
serat kasar, atau bahan yang tak tercerna, relatif tinggi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
ternak ruminansia membutuhkan sejumlah serat kasar dalam ransumnya agar proses
pencernaan berjalan secara lancar dan optimal. Sumber utama dari serat kasar itu
sendiri adalah hijauan.
Identifikasi genus/spesies hijauan pakan menjadi semakin penting untuk
dilakukan mengingat semakin pentingnya arti hijauan pakan bagi kebutuhan ternak.
Identifikasi hijauan pakan khususnya rumput dapat dilakukan berdasarkan pada
tanda-tanda atau karakteristik vegetatif (Tillman et al., 1998). Termasuk kelompok
makanan hijauan ini ialah bangsa rumput (graminae), leguminosa dan hijauan dari
tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka, daun waru dan lain sebagainya
(Kusmiyati, 2000).
Hijauan pakan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia dan
berfungsi tidak saja sebagai pengisi perut, tetapi juga sumber gizi, yaitu protein,
sumber tenaga, vitamin dan mineral. Hijauan pakan dapat menunjang kehidupan
ternak, mempunyai nilai gizi yang cukup untuk kebutuhan hidupnya. Kebanyakan
untuk menilai gizi suatu hijauan pakan didasarkan pada kandungan protein. Karena
protein merupakan suatu zat yang banyak berperan didalam kehidupan ternak
Pelet
Bahan baku mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap kualitas pelet.
Kandungan perekat (binder) alami (misalnya pati), protein, serat, mineral dan lemak
dari bahan baku akan mempengaruhi kualitas pelet. Barley, gandum, kanola dan rape
seed meal mengandung perekat alami yang membentuk ikatan fisik – kimia selama
proses untuk menghasilkan pelet yang berkualitas lebih baik (Dozier, 2001).
Proses pengolahan ransum di pabrik pakan merupakan proses produksi
dengan menggunakan mesin-mesin pemrosesan yang menghasilkan ransum dalam
bentuk mash, pelet dan crumble. Dewasa ini ada kecenderungan pakan diberikan
kepada ternak bentuk komplit (complete feed), karena dinilai sangat efektif, apalagi
pakan tersebut dikemas dalam bentuk pelet. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pakan komplit berbentuk pelet lebih acceptable (bisa diterima) bagi ternak,
disamping pemberiannyapun relatife lebih mudah dan tidak berabu (Rantan Krisnan
dan Ginting, 2004).
Pembuatan pakan komplit dalam bentuk pelet mengharuskan adanya proses
penepungan agar diperoleh bentuk dan tekstur pelet yang baik. Proses penepungan
dapat meningkatkan konsumsi roughage, walaupun sering disertai pula dengan
penurunan tingkat kecernaan, akibat menurunnya waktu tahan pakan di dalam
rumen (Uden, 2001).
Peletisasi meningkatkan densitas pakan komplit dan dapat menghilangkan
seleksi terhadap komponen pakan tertentu, sehingga konsumsi komponen pakan
yang palatabilitasnya rendah menjadi meningkat. Oleh karena itu, peletisasi lebih
membuat formula ransum. Dengan demikian, manfaat penggunaan pakan komplit
dalam bentuk pelet biasanya lebih nyata pada ransum dengan kandungan roughage
Bahan Pakan Penyusun Pelet
Daun Ubi Kayu
Menurut Harahap dan Wiryosuhanto (1987) disitasi Jamurun (1991),
menyatakan bahwa daun ubi kayu adalah sebagai sumber protein bagi berbagai jenis
ternak ruminansia. Daun ubi kayu selain kayak akan protein juga kaya akan karotein,
Vitamin B, Vitamin B2 dan Vitamin C.
Hijauan daun ubi kayu, penggunaannya harus dilayukan 1 malam atau
dijemur 2-3 jam agar racun HCN yang dikandungnya dapat hilang sehingga tidak
meracuni ternak (Cahyono, 1998).
Onggok
Pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka dihasilkan limbah yang disebut
onggok. Ketersediaan onggok sangat bergantung pada jumlah varietas dan mutu ubi
kayu yang diolah menjadi tapioka, ekstraksi pati tapioka.
Saleh et al., (2006) melaporkan bahwa dalam pengolahan ubi kayu menghasilkan
15-20% dan 5-15-20% onggok kering, sedangkan onggok basah dihasilkan 70-79%. Adapun
Tabel 2. Nilai nutrisi onggok (%)
Zat nutrisi Kandungan (%)
Bahan kering 81,7
Protein kasar 0,6
Lemak kasar 0,4
Serat kasar 12
TDN 76
Sumber: : Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan, FP-USU (2000).
Bungkil Inti Sawit
Bungkil inti sawit adalah hasil akhir proses ekstrasi minyak sawit.
Penggunaannya sebagai pakan ternak telah banyak dilaporkan oleh para peneliti.
Pengujian nilai nutrisinya telah dilakukan pada domba dan sapi perah
(Davendra, 1977).
Silitonga (1993), melaporkan bahwa semakin tinggi persen bungkil inti sawit
dalam konsentrat (0.5%, 1%, 2% dari serat kasar), maka kenaikan berat badan perhari
semakin besar yaitu 10 gram, 17 gram dan 28 gram.
Bungkil inti sawit mempunyai kandungan nutrisi yang lebih baik
daripada solid sawit. Produksi rata-rata sekitar 40 ton/ hari. Bahan pakan ini sangat
cocok terutama untuk bahan konsentrat ternak, namun penggunaannya sebagai pakan
tunggal dapat menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan, oleh karena itu, perlu
diberikan secara bersama-sama dengan bahan pakan lainnya (Mathius, 2003).
Kandungan protein bungkil inti sawit lebih rendah dari bungkil yang lain.
Namun demikian masih dapat dijadikan sebagai sumber protein. Kandungan asam
amino essensial cukup lengkap, imbangan kalsium dan posfornya cukup seimbang
Tabel 3. Nilai nutrisi bungkil inti sawit (%)
Zat nutrisi Kandungan (%)
Protein kasar
Garam yang dimaksud disini adalah garam dapur (NaCl), dimana selain
berfungsi sebagai mineral juga berfungsi meningkatkan palatabilitas
(Pardede dan Asmira, 1997).
Garam berfungsi untuk merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam akan
menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan odema. Defisiensi garam lebih
sering terdapat pada hewan herbivora daripada hewan lainnya. Karena hijauan dan
butiran mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam adalah bulu kotor, makan
tanah, keadaan badan tidak sehat, nafsu makan hilang dan produksi menurun
sehingga menurunkan bobot badan (Anggorodi, 1990).
Molases
Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula.
Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan
karbohidrat, protein dan mineralnya cukup tinggi, sehingga bisa juga digunakan
harganya murah, kelebihan tetes tebu adalah pada aroma dan rasanya. Oleh karena itu
apabila di campur dalam ransum maka akan bisa memperbaiki aroma dan rasanya
(Hassan dan Ishada, 1991)
Molases adalah hasil samping pabrik gula tebu yang berbentuk cairan kental
berwarna kekuning-kuningan. Molases dapat diganti sebagai bahan pakan ternak
yang berenergi tinggi. Disamping rasanya manis juga dapat memperbaiki rasa pakan
dan aroma. Manfaat penggunaan molases sebagai bahan pakan ternak adalah kadar
karbohidratnya yang tinggi, vitamin dan mineral yang cukup sehingga dapat
digunakan meskipun sebagai pendukung (Rangkuti et al., 1985). Adapun nilai nutrisi
molases dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai nutrisi molasses (%)
Zat nutrisi Kandungan (%)
Bahan kering
Sumber: Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan, FP-USU (2000).
Urea
Urea yaitu diamida asam karbonat, adalah hasil akhir utama metabolisme
nitrogen pada mamalia. Urea bila diberikan pada ruminansia, akan melengkapi
sebagian dari protein hewani yang dibutuhkan karena urea tersebut disintesis menjadi
Urea adalah bahan pakan sebagai sumber nitrogen yang dapat difermentasi.
Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan
konsumsi serat kasar dan daya cerna (Kartadisastra, 1997).
Urea tidak dapat digunakan secara berlebihan, apabila berlebih atau tidak
dicerna oleh tubuh ternak maka urea akan diabsorbsi oleh dinding rumen, kemudian
dibawa aliran darah ke hati dibentuk kembali amonium yang kemudian disekresikan
melalui urin (Parakkasi, 1995).
Mineral
Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan dalam jumlah yang kecil,
namun berperan penting agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik.
Mineral digunakan serbagai kerangka pembentukan tulang dan gigi, pembentukan
darah dan pembentukan jaringan tubuh serta dibutuhkan sebagai komponen enzim
yang berperan dalam proses metabolisme didalam sel. Penambahan mineral dalam
ransum domba dapat mencegah kekurangan mineral didalam makanan
(Setiadi dan Anonim, 1991).
Mineral merupakan nutrisi yang essensial selain digunakan untuk memenuhi
kebutuhan ternak juga memasok kebutuhan mikroba rumen. Tubuh ternak ruminansia
terdiri atas mineral kurang lebih 4%. Dijumpai ada 31 jenis mineral yang terdapat
pada tubuh ternak ruminansia yang dapat diukur tetapi hanya 15 jenis mineral yang
tergolong essensial untuk ternak ruminansia. Agar pertumbuhan dan
perkembangbiakan yang optimal, mikroba rumen membutuhkan 15 jenis mineral
Jenis mikro ada 4 yaitu Cu, Fe, Mn dan Zn dan 4 jenis mineral esensial langka yaitu I,
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi
Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Penelitian berlangsung
selama 3 bulan di mulai dari September 2013 sampai Desember 2013.
Bahan dan Alat
Bahan
Adapun jumlah domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak
12 ekor domba dengan kisaran bobot badan (7,75 ±1.75), pakan terdiri dari daun ubi
kayu, batang muda ubi kayu, BIS, garam, dan molases, air minum diberikan secara
adlibitum, obat-obatan seperti obat cacing (kalbazen), antangin (kembung) dan
vitamin B kompleks.
Alat
Kandang individual 12 unit beserta perlengkapannya, tempat pakan dan
minumnya masing-masing 12 buah, timbangan bobot hidup dan bobot non karkas
berkapasitas 50 kg dengan kepekaan 50 g, timbangan berkapasitas 2 kg dengan
kepekaan 10 g untuk menimbang pakan, mesin penggiling pakan (chopper), alat
pembersih kandang seperti sapu lidi,dan sekop, thermometer untuk mengetahui suhu
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan rangkaian penelitian sebelumnya yang meneliti
tentang performans dengan menggunakan metode rancangn acak lengkap (RAL) non
faktorial dengan 3 perlakuan 4 ulangan. Adapun perlakuan tersebut yaitu:
P0: pemberian pakan menggunakan hijauan 100%
P1: pemberian pakan mengunakan pakan komplit 50% + 50% hijauan
P2: peberian pakan menggunakan pakan komplit 100%
Setelah penelitian performans dianalisis, dilanjutkan penelitian dengan
analisis usaha untuk mengetahui perlakuan mana yang dapat meningkatkan nilai
ekonomis. Untuk itu digunakan metode survey untuk mengetahui harga bibit, sewa
kandang, harga obat-obatan, harga peralatan kandang, harga tenaga kerja, harga
penjualan domba dan harga penjualan kotoran domba.
Paremeter Penelitian
Total Biaya Produksi
Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya–biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara
menghitung : biaya pakan, biaya bibit, biaya obat–obatan, biaya tenaga kerja, biaya
perlengkapan kandang dan biaya sewa kandang.
Total Hasil Produksi
Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang
dihasilkan dalam kegiatan ekonomi yang diperoleh dengan cara menghitung harga
Laba/Rugi
Keuntungan (laba) suatu usaha dapat diperoleh dengan cara :
K = TR – TC
Dimana :
K = keuntungan
TR = total penerimaan
TC = total pengeluaran
Income Over Feed Cost (IOFC)
Income Over Feef Cost (IOFC) diperoleh dengan cara menghitung selisih
pendapatan usaha peternakan dikurangi dengan biaya ransum. Pendapatan merupakan
perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan
(dalam kg hidup) dengan harga jual. Sedangkan biaya ransum adalah biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan ternak.
IOFC = (BB Akhir – BB Awal x Harga Jual Per kg) – (KR x HR)
Dimana : KR = Konsumsi Ransum (kg),
HR = Harga Ransum (Rp/kg)
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Kandang
Kandang dan semua peralatan dibersihkan dan dicuci, kemudian dilakukan
pengapuran pada lantai dan dinding kandang sebelum proses pemeliharaan.
Selanjutnya kandang dan semua peralatan disemprot dengan Rhodallon (dosis 10 ml /
2,5 liter air).
Pengacakan Domba
Domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 12 ekor, penempatan
domba dengan sistem pengacakan yang tidak membedakan bobot badan domba.
Sebelum dilakukan penimbangan bobot awal domba.
Pemberian Pakan dan Air Minum
Pakan yang diberikan adalah rumput segar, rumput segar dicampur dengan
pakan komplit dalam bentuk pelet dan pakan pelet, kemudian pakan dan air minum
diberi secara adlibitum, air diganti setiap harinya dan tempat air dicuci bersih. Sisa
pakan ditimbang untuk mengetahui konsumsi ternak tersebut. Sebelum dilaksankan
penelitian diadakan adpatasi 1 bulan.
Pemberian Obat-Obatan
Ternak domba sebelum pelaksanaan penelitian terlebih dahulu diberikan obat
cacing Kalbazen selama adaptasi untuk menghilangkan parasit dalam saluran
Pengambilan Data dan Analisis Data
1. Dilakukan pengukuran yaitu data rata-rata bobot badan awal domba.
2. Dilakukan survey harga pakan yaitu di pasar, poultry shop, pabrik pakan yang
menyangkut pakan pakan yang digunakan. Setelah dilakukan survey diperoleh
harga pakan bungkil inti sawit sebesar Rp.1.700/kg, onggok Rp.800/kg,
molases Rp.3.500/kg, urea Rp. 3.500/kg, garam Rp.2.000/kg, mineral
Rp.5.000/kg.
3. Dilakukan pengukuran yaitu data dari hasil variable penelitian yang terdiri
dari bobot badan awal domba dan bobot akhir domba, rata-rata konsumsi
pakan domba dan rata-rata konversi pakan domba pada setiap level perlakuan
pakan. Dilakukan analisa ekonomi pada data-data dan untuk mengetahui nilai
ekonomis dari keseluruhan usaha ternak domba. Analisa ekonomi yang dilihat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Total Biaya Produksi
Total biaya produksi adalah keseluruhan dari biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara menghitung: biaya pembelian
bibit domba, biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya peralatan kandang, biaya sewa
kandang dan biaya tenaga kerja.
1.1 Biaya Pembelian Bibit
Biaya pembelian bibit domba yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli domba
jantan lokal lepas sapih sebanyak 12 ekor, dimana harga per Kilogram bobot
hidupnya ialah Rp. 40.000,-. Bobot badan awal domba jantan yang digunakan pada
penelitian tertera pada Tabel 6 dan harga bibit domba yang digunakan pada penelitian
tertera pada Tabel 7.
Tabel 6. Bobot badan awal domba yang digunakan pada penelitian (kg/ekor)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
U1 U2 U3 U4
P0 8,0 8,5 7,0 6,8 30,3 7,5 P1 8,7 8,9 7,6 9,4 34,6 8,6 P2 6,9 7,0 7,2 8,8 29,9 7,4 Total 23,6 24,4 21,8 25 94,8 7,9
Tabel 7. Biaya pembelian bibit ternak domba tiap level perlakuan (Rp/ekor)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
U1 U2 U3 U4
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya pembelian bibit ternak domba
tertinggi terdapat pada perlakuan P1 = Rp. 346.000,- dan biaya pembelian bibit ternak
domba terendah terdapat pada perlakuan P2 = Rp. 299.000,-.
1.2 Biaya Pakan Domba
Biaya pakan diperoleh dari total konsumsi pakan selama penelitian dikali
dengan harga per kilogram pakan setiap perlakuan sehingga didapat biaya pakan.
Dimana harga pakan perlakuan P0 (hijauan 100% ) Rp. 300/kg, P1 (hijauan 50% +
pakan komplit 50%) Rp. 1.245/kg dan P2 (pakan komplit 100%) Rp. 945/kg. Biaya
pakan domba dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Biaya pakan ternak domba(Rp/ekor)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
U1 U2 U3 U4
P0
60.150,6 60.693 55.935,3 57.857,7 234.636,6 58.659,15
P1
36.748,86 41.330,82 41.201,03 40.763,81 160.044,5 40.011,13
P2
37.550,52 40.732,33 42.172,52 42.172,52 162.627,9 40.656,97
Total
134.449,98 142.756,16 139.308,8 140.794 557.309 46.442,42
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya pakan tertinggi terdapat pada
perlakuan P0 = Rp. 58.659,15,- dan biaya pakan terendah terdapat pada perlakuan P2
= Rp. 40.656,97,-.
1.3 Biaya Sewa Kandang
Biaya sewa kandang yaitu biaya yang dikenakan dalam pemakaian kandang
diperoleh dari total biaya sewa kandang selama penelitian dibagi jumlah ternak (12
tiap ekor perlakuan adalah P0 = Rp. 15.000,- P1 = Rp. 15.000,- P2 = Rp. 15.000,-.
Biaya sewa kandang dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Biaya sewa kandang ternak domba tiap level perlakuan selama penelitian (Rp/ekor)
Biaya peralatan adalah biaya yang digunakan untuk membeli seluruh peralatan
selama penelitian. Biaya peralatan diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh
biaya peralatan yang digunakan seperti ember tempat pakan domba ukuran sedang
dibeli sebanyak 12 buah dengan harga Rp. 24.000,-, ember tempat minum domba
ukuran kecil dibeli sebanyak 12 buah dengan harga Rp. 15.000,-, sabit dibeli 2 buah
dengan harga Rp. 7.500,-, parang dibeli 1 buah dengan harga Rp. 3.750,- dan sapu
lidi dibeli 2 buah Rp.4.500,-. Maka total seluruh biaya perlengkapan adalah Rp.
54.750,-. Biaya peralatan kandang dapat dilihat pada Tabel 10.
1.5 Biaya Obat-obatan
Biaya obat–obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat–obatan yang
diberikan selama penelitian. Obat-obatan yang diberikan antara lain : Kalbazen Rp.
9.000,-, Vitamin B Kompleks Rp. 20.000,-, sulpig Rp. 9.000,-, antangin tablet Rp.
5.000,-, jarum suntik 2 buah Rp. 3.000,-. Maka total seluruh biaya obat-obatan adalah
Rp. 46.000,-. Biaya obat-obatan ternak domba dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Biaya obat-obatan ternak domba tiap level perlakuan selama penelitian (Rp/ekor)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
U1 U2 U3 U4
P0 3.833 3.833 3.833 3.833 15.333 3.833 P1 3.833 3.833 3.833 3.833 15.333 3.833 P2 3.833 3.833 3.833 3.833 15.333 3.833 Total 11.500 11.500 11.500 11.500 46.000 3.833
1.6 Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja diperoleh dari Upah Minimum Regional (UMR) daerah Medan
Sumatera Utara saat ini adalah Rp. 1.600.000/bulan. Dengan asumsi dimana 1 tenaga
kerja dapat memelihara sebanyak 100 ekor ternak domba. Sehingga upah tenaga kerja
selama 1 bulan pemeliharaan = 12/163 x 1.600.000 = Rp. 117.791/bulan,
pemeliharaan dilakukan selama 3 bulan maka upah 1 orang tenaga kerja tersebut
adalah Rp. 177.791 x 3 = Rp. 353.374. Maka upah tenaga kerja keseluruhan = Rp.
353.374 x 1 orang tenaga kerja adalah Rp. 353.374,-. Biaya tenaga kerja dapat dilihat
Tabel 12. Biaya tenaga kerja pemeliharaan ternak domba tiap level perlakuan selama penelitian (Rp/ekor)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
U1 U2 U3 U4
P1 29.447 29.447 29.447 29.447 117.788 29.447 P2 29.447 29.447 29.447 29.447 117.788 29.447 P3 29.447 29.447 29.447 29.447 117.788 29.447 Total 88.341 88.341 88.341 88.341 353.364 88.341
Total Biaya Produksi
Total biaya produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh biaya
produksi seperti diatas. Maka total biaya produksi tiap level perlakuan dapat dilihat
pada Tabel 13 berikut.
Tabel 13. Total biaya produksi
Total biaya produksi Rupiah(Rp)
Biaya pembelian bibit 3.792.000
Biaya pembelian pakan 557.309
Biaya obat-obatan 46.000
Upah tenaga kerja 353.374
Peralatan kandang 54.750
Sewa kandang 180.000
Total 4.983.423
Berdasarkan total biaya produksi maka dapat diketahui total biya produksi
untuk tiap perlakuan selama penelitian. Total jumlah biaya selama penelitian tiap
Gambar 1. Diagram rataan total biaya produksi selama penelitian (Rp)
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa biaya produksi pemeliharaan domba
jantan lepas sapih selama penelitian menunjukkan perbedaan yang dimana rataan
biaya produksi pemeliharaan domba jantan lepas sapih selama penelitian yang
tertinggi terdapat pada P1 sebesar Rp. 438.854 dan yang terendah pada P2
sebesar Rp. 392.500,-.
. Hal ini terjadi karena pada perlakuan P1, biaya pembelian domba yang
dimasukkan terhadap biaya produksi dengan rataan sebesar Rp. 346.000,-, dan rataan
biaya pakan (hijauan 50% + pakan komplit 50%) ) Rp. 58.659,15-, lebih besar
dibanding dengan biaya pembelian domba dan biaya pakan (pakan komplit 100%) )
pada perlakuan P2 yaitu rataan sebesar Rp. 299.000,- dan biaya pakan (pakan komplit
100%) Rp. 40.656,97,- sementara biaya produksi lainnya seperti biaya obat-obatan,
diungkapkan oleh Budiono, (1990) bahwa biaya adalah nilai dari semua korbanan
ekonomis yang diperlukan yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan
dapat diukur untuk menghasilkan sesuatu produk. Biaya bagi perusahaan adalah
nilai dari faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan
output. Prawirokusumo (1991) mengatakan bahwa besarnya biaya pakan berkisar
antara 60-80% dari total biaya produksi.
Total Hasil Produksi
Total hasil produksi adalah semua perolehan dari hasil penjualan yaitu
penjualan ternak domba dan penjualan kotoran domba (feses).
1.1 Penjualan Domba
Total berat badan akhir domba P0 = 41,5 kg, P1 = 47,65 kg, P2 = 48,33 kg,
harga jual ternak domba Rp. 40.000/kg. Maka harga jual seluruh ternak domba
adalah Rp. 5.499.200,-. Hasil produksi penjualan domba dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil produksi penjualan domba tiap level perlakuan (Rp/ekor) Perlakuan Ulangan Total Rataan
U1 U2 U3 U4
1.2 Penjualan Feses Domba
Selama pemeliharaan 1 ekor domba = menghasilkan 35 kg feses x 12 ekor
ternak domba adalah 420 kg.
= 420 kg x Rp. 500
= Rp. 210.000,.
Total hasil penjualan feses domba adalah Rp. 210.000,-. Hasil penjualan feses
domba dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil penjualan kotoran (feses) domba tiap level perlakuan (Rp/ekor) Perlakuan Ulangan Total Rataan
U1 U2 U3 U4
P1 17.500 17.500 17.500 17.500 70.000 17.500 P2 17.500 17.500 17.500 17.500 70.000 17.500 P3 17.500 17.500 17.500 17.500 70.000 17.500 Total 52.500 52.500 52.500 52.500 210.000 52.500
Total Hasil Produksi
Tabel 16. Total Hasil Produksi
Total hasil produksi Rupiah (Rp)
Hasil penjualan domba 5.499.200
Hasil penjualan kotoran domba 210.000
Total 5.709.200
Total hasil produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh hasil
produksi seperti diatas. Maka hasil produksi tiap level perlakuan dapat dilihat pada
Gambar 2. Diagram Total hasil produksi tiap level perlakuan (Rp)
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa total hasil produksi pemeliharaan domba
jantan selama penelitian yang tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dengan rataan
yaitu sebesar Rp 500.800,- dan total hasil produksi terendah terdapat pada perlakuan
P0 = Rp 432.500,-. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan bobot badan domba
sehingga nilai pendapatan dari penjualan domba berbeda pada setiap perlakuan
sedangakan harga penjualan feses domba sama . Ini sesuai dengan pernyataan
Sudarmono dan Sugeng (2003) yang menyatakan bahwa Pendapatan usaha ialah
seluruh pendapatan yang di peroleh dalam suatu usaha. Pendapatan dapat berupa
pendapatan utama, seperti hasil penjualan domba dari kegiatan usaha penggemukan
domba dan pendapatan berupa hasil ikutan, misalnya pupuk kandang begitu juga
pernyataan dari Kadarsan (1995) yang menyatakan bahwa penerimaan perusahaan
bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha seperti panen tanaman serta
Laba/Rugi
Analisis Laba-Rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha tersebut rugi
atau untung dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan atau total
hasil produksi dan total pengeluaran atau total biaya produksi.
Keuntungan = Total Hasil Produksi – Total Biaya Produksi
= Rp. 5.709.200– Rp. 4.983.423
= Rp. 725.777,-
Diketahui bahwa total biaya produksi lebih kecil dibandingkan dengan total
hasil produksi. Hal ini membuktikan bahwa analisis usaha domba selama penelitian
yaitu 3 bulan menguntungkan. Berikut dapat dilihat keuntungan (laba – rugi) pada
Gambar 3.
Gambar 3. Diagram rataan laba/rugi tiap level perlakuan (Rp) 0.00
20000.00 40000.00 60000.00 80000.00 100000.00 120000.00
P0 P1 P2
17.998,02
55.146,04
108.300,20