• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Contoh Umur

Contoh yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah pegawai IPB sebanyak 73 contoh yang memenuhi kriteria khusus sebagai orang dewasa yang berumur ≥20 tahun. Contoh terbagi menjadi dua kelompok status gizi yaitu kelompok contoh berstatus gizi obes dan normal. Umur contoh yang terlibat dalam penelitian ini berkisar antara 20−56 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata dari umur seluruh contoh adalah 41.8±10.7 tahun. Persentase terbesar untuk contoh berstatus gizi obes dan normal terdapat pada kelompok umur 30−49 tahun masing-masing sebesar 57% dan 64%, sedangkan persentase terkecil untuk contoh berstatus gizi obes dan normal terdapat pada kelompok umur 19−29 tahun masing-masing sebesar 19% dan 11%. Hasil tersebut menjelaskan bahwa kejadian obesitas terjadi pada usia petengahan yaitu 30−49 tahun. Hasil ini sejalan dengan penelitian Maulina (2011) pada orang dewasa di pegawai IPB tertinggi terjadi pada contoh kelompok umur 30−49 tahun. Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.567 ; p>0.05) pada umur antara contoh berstatus gizi obes dan normal, dimana rata-rata umur contoh obes (42.1±10.2) lebih tinggi dibandingkan rata- rata umur contoh normal (41.5±11.2). sebaran umur berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan umur, jenis kelamin, dan status gizi Variabel Kategori Status gizi Total Obes Normal n % n % n % Umur (tahun) 19-29 4 11 7 19 11 15 30-49 23 64 21 57 44 60 ≥50 9 25 9 24 18 25 Total 36 100 37 100 73 100

Jenis kelamin Perempuan Laki-laki 12 24 33 67 21 16 57 43 33 40 45 55

Total 36 100 37 100 73 100

Jenis kelamin

Berdasarkan uji beda persentase contoh perempuan dan berstatus gizi obes adalah nyata lebih tinggi (67%) daripada contoh normal (43%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Riskesdas 2010 yang menyatakan bahwa prevalensi nasional obesitas pada penduduk berumur lebih dari 18 tahun adalah 21.7% dan prevalensi obesitas pada perempuan lebih tinggi (26.9%) dibanding laki-laki

(16.3%) dan hal ini diperkuat oleh pernyataan Al-Riyami&Afifi (2003), Martins&Marinho (2003), Gutierrez-Fisac et al. (2004), dan Yoon et al. (2006) bahwa prevalensi obesitas lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.045 ; p<0.05) pada jenis kelamin antara antara contoh berstatus gizi normal dan obes.

Status sosial ekonomi

Besar keluarga. Besar keluarga menurut BKKBN (1998) adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Berdasarkan jumlah anggota keluarga, besar keluarga dikelompokkan menjadi 3, yaitu keluarga kecil jika jumlah anggota keluarga ≤4 orang, keluarga sedang jika 5−6 orang, dan keluarga besar jika ≥7 orang. Besarnya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi distribusi pangan yang akan diterima masing-masing individu. Sebuah keluarga yang terdiri dari banyak individu, selain dapat mengurangi distribusi pangan juga mengurangi kenyamanan dalam hidup berkeluarga. Dengan banyaknya anggota keluarga, akan memperkecil kemungkinan menjadi gemuk (Adiningrum 2008). Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan status gizi disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan status gizi Besar Keluarga Status gizi Total Obes normal n % n % n % Kecil (≤4 orang) 19 52.8 23 62.2 42 57.5 Sedang (5-6 orang) 15 41.7 13 35.1 28 38.4 Besar (≥7 orang) 2 5.6 1 2.7 3 4.1 Total 36 100 37 100 73 100

Besar keluarga dari kedua kelompok contoh tersebar pada kelompok keluarga kecil dan sedang. Sebesar 52.8% contoh obes dan 62.2% contoh normal termasuk kedalam kategori keluarga kecil. Menurut Suhardjo (1996), semakin banyak anggota keluarga, maka makanan untuk setiap orang akan berkurang. Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.691; p>0.05) pada besar keluarga antara contoh obes dan normal.

Pendidikan terakhir. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas SDM adalah tingkat pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu alat ukur untuk mengetahui status sosial-ekonomi contoh. Pendidikan merupakan salah satu faktor dalam diri seseorang yang mempengaruhi perilaku konsumen dimana konsumen yang memiliki tingkat pengetahuan gizi baik

cenderung memilih makanan yang lebih baik daripada konsumen yang berpendidikan rendah (Hardinsyah & Suhadjo 1987). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian besar contoh baik obes maupun normal menamatkan pendidikannya pada tingkat SMA masing-masing sebesar 58.3% dan 45.9%. Contoh obes, persentase contoh yang menamatkan pendidikannya pada tingkat perguruan tinggi adalah lebih sedikit (22.2%) jika dibandingkan dengan contoh normal (48.6%). Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.010; p<0.05) pada tingkat pendidikan antara contoh obes dan normal. Sebaran tingkat pendidikan akhir contoh berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan terakhir dan status gizi Pendidikan terakhir Status gizi Total Obes Normal n % n % n % SD 4 11.1 0 0.0 4 5.5 SMP 3 8.3 2 5.4 5 6.8 SMA 21 58.3 17 45.9 38 52.1 Diploma 5 13.9 8 21.6 13 17.8 S1/S2/S3 3 8.3 10 27.0 13 17.8 Total 36 100 37 100 73 100

Pendapatan keluarga. Pendapatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan yang berimplikasi terhadap kemampuan pemenuhan kebutuhan pangan dan non pangan anggota keluarga. Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata penghasilan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan tergantung kepada besar kecilnya pendapatan keluarga. Menurut Madanijah (2004), perubahan pendapatan secara langsung akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Peningkatan pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik. Sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kuantitas dan kualitas pangan yang dibeli. Pendapatan keluarga akan mempengaruhi daya beli keluarga untuk pangan dalam pemenuhan kebutuhan pangan keluarga. Berdasarkan pendapatan contoh, sebesar 47.2% contoh obes dan 37.9% contoh normal memiliki pendapatan kisaran 2−3.9 juta rupiah per bulan. Persentase contoh obes yang pendapatan 4−6 juta adalah lebih sedikit (5.6%) jika dibandingkan dengan contoh normal (32.4%). Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.606; p>0.05). Sebaran pendapatan contoh berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan dan status gizi Pendapatan keluarga

Status gizi Total

Obes Obes Normal n % n % n % <1 juta 0 0.0 2 5.4 2 2.7 1−1.9 juta 9 25.0 4 10.8 13 17.8 2−3.9 juta 17 47.2 14 37.9 31 42.5 4−6 juta 2 5.6 12 32.4 14 19.2 >6 juta 8 22.2 5 13.5 13 17.8 Total 36 100 37 100 73 100 Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan (Suhardjo 1996). Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Sukandar 2009). Konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan yang tergantung pada lingkungan baik masyarakat maupun keluarga. Kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi kedalam pemilihan pangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi (Nasoetion & Riyadi 1995). Pengetahuan gizi contoh meliputi gizi seimbang, sumber dan fungsi zat gizi, tanda-tanda obesitas, faktor penyebab obesitas, dan dampak obesitas yang diberikan dalam 20 pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan ada 4 pertanyaan yang dianggap sulit oleh seluruh contoh, yaitu makanan gizi seimbang mengandung bahan makanan sumber (pertanyaan nomor 2), rata-rata kecukupan energi orang dewasa (pertanyaan nomor 3), bagian tubuh yang menyimpan kelebihan lemak pada wanita (pertanyaan nomor 12), dan penyebab seseorang makan berlebih (pertanyaan nomor 17). Pertanyaan yang hampir dijawab dengan benar oleh seluruh contoh adalah mengenai susunan menu gizi seimbang (pertanyaan nomor 1), fungsi makan pagi yang cukup bagi orang dewasa (pertanyaan nomor 4), fungsi kalsium (pertanyaan nomor 8), bagian tubuh yang menyimpan kelebihan lemak pada pria (pertanyaan nomor 11), serta hal yang dialami oleh penderita obesitas ketika mengalami gangguan persendian (pertanyaan nomor 20).

Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa kedua kelompok contoh belum mengetahui mengenai sumber zat gizi yang terkandung dalam makanan gizi seimbang. Menurut Soekirman (2008), gizi seimbang merupakan salah satu upaya untuk menghasilkan kulitas manusia yang handal. Di Indonesia sudah mengembangkan pedoman gizi seimbang 4 sehat 5 sempurna yang sebenarnya adalah merupakan bentuk implementasi Pedoman Umum Gizi Seimbang

(PUGS). Dalam PUGS terdapat 13 (tiga belas) pesan yang perlu diperhatikan. Ditegaskan pada pesan pertama bahwa makanlah aneka ragam makanan, yaitu makanan sumber tenaga (karbohidrat), zat pembangun (protein), serta zat pengatur (vitamin dan mineral). Kemudian pertanyaan rata-rata kecukupan orang dewasa yang dianggap sulit oleh seluruh contoh. Menurut WNPG (2004), rata- rata angka kecukupan pada orang dewasa adalah sebesar 2.200 kkal. Pertanyaan bagian tubuh yang menyimpan kelebihan lemak pada wanita juga dianggap sulit oleh seluruh contoh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda. Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel (Mulyono 2009). Stress dapat menyebabkan seseorang makan berlebih hanya sedikit yang menjawab benar. Menurut Astawan dan Leomitro (2009), unsur stress ikut mempengaruhi berat badan disamping kesalahan pola asuh anak. Anak yang kurang disenangi dalam pergaulan, misalnya, akan sering menarik diri. Akibatnya, aktivitas fisik berkurang dan otomatis menambah kegemukannya. Sebaran contoh yang menjawab benar pengetahuan gizi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar tentang pengetahuan gizi No. Pertanyaan Status gizi Total Obes Normal n % n % n %

1 Susunan menu gizi seimbang 35 97.2 37 100.0 72 98.6 2 Makanan gizi seimbang mengandung bahan

makanan sumber 5 13.9 8 21.6 13 17.8

3 Rata-rata kecukupan energi orang dewasa 8 22.2 13 35.1 21 28.8 4 Fungsi makan pagi yang cukup bagi orang

dewasa 33 91.7 35 94.6 68 93.2

5 Pada orang dewasa dengan bertambahnya

usia kalori sebaiknya 24 66.7 17 45.9 41 56.2 6 Fungsi karbohidrat 27 75.0 29 78.4 56 76.7 7 Fungsi protein 23 63.9 31 83.8 54 74.0 8 Fungsi kalsium 35 97.2 34 91.9 69 94.5

9 Fungsi lemak 26 72.2 30 81.1 56 76.7

10 Tanda-tanda obesitas 31 86.1 33 89.2 64 87.7 11 Bagian tubuh yang menyimpan kelebihan

lemak pada pria 34 94.4 36 97.3 70 95.9 12 Bagian tubuh yang menyimpan kelebihan

lemak pada wanita 8 22.2 14 37.8 22 30.1 13 Gejala fisik pada penderita obesitas 31 86.1 35 94.6 66 90.4 14 Faktor yang memperngaruhi terjadinya obesitas 29 80.6 30 81.1 59 80.8 15 Penyebab internal obesitas 17 47.2 20 54.1 37 50.7 16 Makanan yang dapat memicu terjadinya

obesitas 30 83.3 33 89.2 63 86.3

17 Penyebab seseorang makan berlebih 10 27.8 13 35.1 23 31.5 18 Risiko kesehatan penderita obesitas 34 94.4 32 86.5 66 90.4 19 Penyakit yang ditimbulkan oleh obesitas 32 88.9 35 94.6 67 91.8 20 Hal yang dialami oleh penderita obesitas ketika

Adapun hasil penelitian akan dibuat dalam bentuk persentase dan akan dibandingkan dengan standar skor tingkat pengetahuan gizi yaitu kurang (<60%), sedang (60−80%), dan baik (>80%) (Khomsan 2000). Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi Pengetahuan gizi Status gizi Total Obes Normal n % n % n % Kurang (< 60%) 8 22.2 3 8.1 11 15.1 Sedang (60-80%) 24 66.7 11 29.7 35 47.9 Baik (>80%) 4 11.1 23 62.2 27 37.0 Total 36 100 37 100 73 100

Rata-rata skor pengetahuan gizi pada contoh berstatus gizi obes dan normal berturut-turut yaitu 70.1±13.5 dan 74.5±14.7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh yang memiliki pengetahuan gizi baik lebih banyak terdapat pada contoh normal (62.2%), sedangkan contoh yang memiliki pengetahuan gizi sedang dan kurang lebih banyak pada contoh obes berturut- turut yaitu 66.7% dan 22.2%. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.018; p<0.05) pada pengetahuan gizi antara contoh obes dan normal. Contoh normal cenderung memiliki pengetahuan gizi lebih tinggi dibanding yang obes terutama pengetahuan tentang makanan gizi seimbang, kecukupan energi, penyebaba internal obesitas, dan penyebab seseorang makan berlebih (Tabel 8).

Asupan Energi dan Zat Gizi

Setiap jenis pangan dari berbagai kelompok pangan mengandung energi dan zat gizi yang berbeda dan bervariasi. Konsumsi pangan keluarga, individu, maupun golongan tertentu dapat diketahui dengan melakukan survei konsumsi pangan secara kualitatif maupun kuantitatif. Konsumsi pangan contoh dikumpulkan dengan menggunakan metode Food Recall 2x24 jam. Adapun konsumsi pangan yang dicatat meliputi data konsumsi pangan satu hari libur dan satu hari kerja kemudian hasil total konsumsi dirata-ratakan. Jenis pangan yang dikonsumsi adalah kelompok pangan serealia dan umbi, pangan hewani, pangan nabati, sayuran, buah, minyak dan lemak, susu dan olahannya, serba-serbi, serta makanan jajanan. Terdapat variasi jumlah pangan yang dikonsumsi oleh kedua kelompok contoh. Namun perkiraan jumlah (g) pangan hewani lebih banyak dikonsumsi oleh contoh obes dibandingkan contoh normal. Selain jenis pangan hewani, jenis pangan lain lebih banyak dikonsumsi oleh contoh normal dibandingkan contoh obes.

Asupan energi dan Zat Gizi Makro

Rata-rata konsumsi pangan hewani serta minyak dan lemak pada contoh obes adalah lebih banyak daripada contoh normal. Sebaliknya, rata-rata konsumsi serealia, umbi, pangan nabati, sayuran, buah, susu dan olahannya, serba-serbi, dan makanan jajanan pada contoh obes adalah lebih sedikit daripada contoh normal (Tabel 10). Konsumsi pangan serta asupan energi dan zat gizi berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Konsumsi pangan serta asupan energi dan zat gizi berdasarkan status gizi Jenis pangan Obes Normal Rataan (g/org) E (Kal) P (g) L (g) Kh (g) Rataan (g/org) E (Kal) P (g) L (g) Kh (g) Serealia, umbi 476.9 854 11.2 4.8 189.2 492.6 931 13.4 7.2 210.6 Pangan hewani 167.9 311 26.0 25.6 1.1 103.0 232 18.1 23.1 0.9 Pangan nabati 90.3 184 11.8 10.3 7.6 117.4 219 16.9 12.4 5.4 Sayuran 143.8 37 1.1 0.7 7.2 145.2 45 0.8 0.9 6.9 Buah 225.3 76 0.6 0.5 23.5 254.8 90 0.9 0.6 13.5 Minyak dan lemak 20.9 142 0.9 2.5 6.7 18.8 137 0.4 2.5 4.2 Susu dan olahannya 12.1 38 1.2 1.2 14.3 15.4 49 1.5 1.6 16.3 Serba-serbi 29.7 79 1.9 1.3 9.6 35.8 124 2.6 1.7 11.7 Makanan jajanan 160.6 263 5.9 9.4 65.9 190.6 325 9.8 12.2 84.0 Total 1984 60.6 56.3 325.1 2152 64.4 62.2 353.5 Keterangan: E = energi P = protein L = lemak Kh = karbohidrat

Adapun asupan energi dan zat gizi makro (protein, lemak, dan karbohidrat) contoh obes adalah lebih sedikit daripada contoh normal (Tabel 10). Asupan energi dan karbohidrat tertinggi dari recall makanan kedua kelompok contoh berasal dari pangan serealia dan umbi. Sedangkan asupan protein dan lemak tertinggi berasal dari pangan hewani serta minyak dan lemak. Rata-rata asupan energi pada contoh obes lebih rendah (1984±457Kkal) dibandingkan contoh normal (2152±448Kkal). Rata-rata asupan protein pada contoh obes 60.6±17.3 g dan contoh normal 64.4±17.9 g. Rata-rata asupan lemak pada contoh obes 56.3±21.6 g dan contoh normal 62.2±18.6 g. Rata-rata asupan karbohidrat pada contoh obes 325.1±91.8 g dan contoh normal 353.5±107.2 g. Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) pada asupan energi dan zat gizi makro (protein, lemak, dan karbohidrat) antara contoh obes dan normal.

Asupan Zat Gizi Mikro

Rata-rata asupan kalsium untuk jenis pangan hewani, pangan nabati, dan sayuran pada contoh obes lebih tinggi daripada contoh normal, sehingga rata- rata asupan kalsium pada contoh obes secara keseluruhan adalah 308.2±162.4 mg lebih tinggi daripada contoh normal 301.3±147.9 mg (Tabel 11). Adapun rata- rata asupan zat besi pada contoh obes lebih sedikit (17.0±6.4 mg) jika dibandingkan contoh normal (21.0±12.8 mg). Rata-rata asupan vitamin A pada contoh obes (394.7±373.2 RE) tidak berbeda nyata dengan contoh normal (399.8±219.3 RE). Namun pada jenis pangan minyak dan lemak asupan vitamin A lebih tinggi pada contoh obes (60.43 RE) daripada contoh normal (1.08). Rata- rata asupan vitamin C pada contoh obes 81.8±52.1 mg dan contoh normal 82.3±44.6 mg (Tabel 11). Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) pada asupan zat gizi mikro (kalsium, zat besi, vitamin A, dan vitamin C) antara contoh obes dan normal. Konsumsi pangan serta asupan zat gizi mikro dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Konsumsi pangan serta asupan zat gizi mikro berdasarkan status gizi Jenis pangan Obes Normal Rataan (g/org) Ca (mg) Fe (mg) Vit A (mg) Vit C (mg) Rataan (g/org) Ca (mg) Fe (mg) Vit A (mg) Vit C (mg) Serealia, umbi 476.9 27.04 2.61 3.25 1.43 492.6 31.82 3.77 3.45 1.79 Pangan hewani 167.9 64.84 7.01 106.19 0.40 103.0 37.26 6.99 111.62 0.37 Pangan nabati 90.3 26.04 2.23 0.33 0.00 117.4 24.59 2.98 0.33 0.20 Sayuran 143.8 46.39 1.05 146.90 24.52 145.2 29.21 1.24 156.34 28.89 Buah 225.3 16.31 0.58 30.68 54.21 254.8 20.16 0.74 43.93 49.36 Minyak dan lemak 20.9 0.91 0.12 60.43 0.24 18.8 0.90 0.11 1.08 0.12 Susu dan olahannya 12.1 67.27 0.09 27.67 0.10 15.4 72.35 0.04 34.50 0.30 Serba-serbi 29.7 23.74 0.45 0.47 0.00 35.8 28.36 0.76 0.49 0.00 Makanan jajanan 160.6 35.67 2.87 18.77 0.87 190.6 56.60 4.37 48.05 1.26 Total 308.2 17.0 394.7 81.8 301.4 21.0 399.8 82.3 Keterangan: Ca = kalsium Fe = besi Vit A = vitamin A Vit C = vitamin C

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata asupan dan kecukupan energi dan zat gizi perkapita pada contoh obes dan normal. Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada contoh obes dan normal berbeda-beda dan bervariasi. Sebaran contoh menurut rata-rata asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi serta status gizi dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran contoh menurut rata-rata asupan, tingkat kecukupan energi dan zat gizi serta status gizi

Zat gizi Obes Normal Asupan Tingkat Kecukupan (%) Asupan Tingkat Kecukupan (%) Energi (Kkal) 1984±457 101.4±24.9 2152±448 106.0±31.4 Protein (g) 60.6±17.3 113.8±31.4 64.4±17.9 119.2±36.5 Lemak (g) 56.3±21.6 100.6±38.6 62.2±18.6 113.8±36.1 Karbohidrat (g) 325.1±91.8 250.1±70.6 353.5±107.2 277.6±86.6 Kalsium (mg) 308.2±162.4 38.5±20.3 301.3±147.9 37.7±18.5 Besi (mg) 17.0±6.4 101.1±56.9 21.0±12.8 136.8±103.5 Vitamin A (RE) 394.7±373.2 75.1±75.2 399.8±219.3 72.5±40.6 Vitamin C (mg) 81.8±52.1 105.2±70.7 82.3±44.6 99.8±55.3 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro

Departemen Kesehatan mengkategorikan tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro menjadi lima tingkatan, yaitu: (1) defisit tingkat berat (<70% AKG), (2) defisit tingkat sedang (70−79% AKG), (3) defisit tingkat ringan (80−89% AKG), (4) cukup (90−119% AKG), dan (5) kelebihan (≥120% AKG). Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro

Kategori Obes Normal Total

n % n % n %

Energi

Defisit berat (<70% AKG) 3 8.3 1 2.7 4 9.5 Defisit sedang (70-79% AKG) 5 13.9 7 18.9 12 16.4 Defisit ringan (80-89% AKG) 3 8.3 5 13.5 8 11

Cukup (90-119% AKG) 16 44.4 11 29.3 27 37

Kelebihan (≥ 120% AKG) 9 25 13 35.1 22 30.1

Total 36 100 37 100 73 100

Protein

Defisit berat (<70% AKG) 3 8.3 1 2.7 4 5.5 Defisit sedang (70-79% AKG) 3 8.3 2 5.4 5 6.9 Defisit ringan (80-89% AKG) 1 2.8 5 13.5 6 8.2

Cukup (90-119% AKG) 14 38.9 14 37.8 28 38.4

Kelebihan (≥ 120% AKG) 15 41.7 15 40.5 30 41.1

Total 36 100 37 100 73 100

Lemak

Defisit berat (<70% AKG) 9 25 5 13.5 14 19.2 Defisit sedang (70-79% AKG) 3 8.3 1 2.7 4 5.5 Defisit ringan (80-89% AKG) 3 8.3 3 8.3 6 8.2

Cukup (90-119% AKG) 9 25 14 37.8 23 31.5

Kelebihan (≥ 120% AKG) 12 33.3 14 37.8 26 35.6

Total 36 100 37 100 73 100

Karbohidrat

Defisit berat (<70% AKG) 0 0 0 0 0 0

Defisit sedang (70-79% AKG) 0 0 0 0 0 0

Defisit ringan (80-89% AKG) 0 0 0 0 0 0

Cukup (90-119% AKG) 0 0 0 0 0 0

Kelebihan (≥ 120% AKG) 36 100 37 100 73 100

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga antara lain untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu, dan kegiatan fisik. Angka Kecukupan Energi adalah rata-rata tingkat konsumsi energi dari pangan yang seimbang dengan pengeluaran energi pada kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh (berat badan), dan tingkat kegiatan fisik agar hidup sehat dan dapat melakukan kegiatan ekonomi dan sosial yang diharapkan (Hardinsyah & Tambunan 2004). Rata-rata asupan energi pada contoh obes (1984±457 kkal) adalah lebih rendah daripada contoh normal (2152±448 kkal). Hal ini berdampak pada tingkat kecukupan energi contoh obes adalah lebih rendah (101.4±24.9%) bila dibandingkan pada contoh normal (106±31.4%).

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa kategori tingkat kecukupan energi contoh obes maupun normal cukup beragam. Tingkat kecukupan energi contoh obes termasuk kategori cukup (90-119% AKG) dengan persentase sebesar 44.4%. Pada contoh obes, persentase contoh yang mengalami defisit energi adalah lebih sedikit (30.5%) jika dibandingkan dengan contoh normal (35.1%). Maka dapat disimpulkan bahwa berat badan lebih merupakan refleksi dari asupan gizi masa lalu (jangka panjang) bukan sesaat (masa sekarang). Selain itu, contoh obes juga sedang berusaha mengurangi asupan namun belum terlihat hasilnya. Hal ini terjadi diduga karena periode pengaturan asupan (diet) pada contoh obes belum berlangsung lama. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p= 0.487; p>0.05) pada tingkat kecukupan energi antara contoh obes dan normal.

Protein adalah unsur gizi yang berfungsi utama untuk membangun jaringan tubuh, menggantikan jaringan yang rusak, dan membentuk enzim bagi keperluan metabolisme, hormon serta antibodi. Protein dapat menjadi sumber tenaga, satu gram protein mengandung 4 kalori (Hartono 2006). Rata-rata asupan protein pada contoh normal (64.4±17.9 g) lebih besar dibandingkkan contoh obes (60.6±17.3 g). Begitupula dengan tingkat kecukupan protein pada contoh normal (113.8±31.4%) bila dibandingkan pada contoh obes (119.2±36.5%). Berdasarkan Tabel 13 pada umumnya kategori tingkat kecukupan protein kedua contoh termasuk dalam kategori cukup (90-119% AKG) dengan masing-masing persentase untuk contoh obes 38.9% dan 41.7% serta contoh normal 37.8% dan 40.5%. Pada contoh obes, persentase contoh yang mengalami defisit protein adalah lebih sedikit (19.4%) jika dibandingkan dengan

contoh normal (21.6%). Sebaliknya, persentase contoh obes yang mengalami kelebihan protein adalah lebih banyak (41.7%) jika dibandingkan dengan contoh normal (40.5%). Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p= 0.502; p>0.05) pada tingkat kecukupan protein antara contoh obes dan normal.

Lemak adalah Makronutrien yang penting sebagai bahan bakar untuk memberikan energi kepada sel-sel tubuh. Lemak mempunyai fungsi pada pembentukan komponen membran sel, hormon, dan vitamin larut lemak (Hartono, 2006). Menurut WNPG (2004) konsumsi lemak dibatasi sampai 56 g/hari. Rata-rata asupan lemak pada contoh obes adalah 56.3±21.6 g sedangkan pada contoh normal adalah 62.2±18.6 g. Tingkat kecukupan lemak pada contoh obes sebesar 100.6±38.6% dan contoh normal (113.8±36.1%). Tabel 13 menunjukkan bahwa kedua contoh kebanyakan memiliki kategori kelebihan (≥ 120% AKG) untuk tingkat kecukupan lemak pada contoh normal sebesar 37.8% sedangkan contoh obes sebesar 33.3%. Namun, masih terdapat kategori defisit tingkat berat (<70% AKG) pada kedua contoh dengan presentase sebesar 25% contoh obes dan 13.5% contoh normal. Pada sebagian contoh obes diduga telah mengurangi asupan untuk mencapai tubuh ideal. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p= 0.136; p>0.05) pada tingkat kecukupan lemak antara contoh obes dan normal.

Karbohidrat adalah Unsur gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah besar untuk menghasilkan energi atau tenaga yang satu gramnya mengandung 4 kalori (Hartono, 2006). Berdasarkan IOM (2002) yang diacu dalam WNPG (2004), angka kecukupan karbohidrat bagi orang dewasa ditetapkan sebesar 130 g/hari. Rata-rata asupan karbohidrat lebih tinggi dikonsumsi pada contoh normal sebesar 353.5±107.2 g dibandingkan dengan contoh obes yaitu sebesar 325.1±91.8 g. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata asupan karbohidrat contoh sangat tinggi dari angka kecukupan karbohidrat yang dianjurkan sehingga melebihi angka kecukupan yang ditetapkan. Tingkat kecukupan karbohidrat pada contoh obes sebesar 100.6±38.6% dan contoh normal (113.8±36.1%). Tabel 13 menunjukkan bahwa semua contoh baik contoh obes maupun normal memiliki kategori kelebihan (≥ 120% AKG) untuk tingkat kecukupan karbohidrat. Hal ini dikarenakan konsumsi pangan lebih banyak pada jenis pangan serealia dan umbi serta makanan jajanan yang memiliki nilai karbohidrat cukup tinggi diantara jenis pangan lain. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan (p= 0.142; p>0.05) pada tingkat kecukupan karbohidrat antara contoh obes dan normal.

Secara keseluruhan, rata-rata asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro (protein, lemak, dan karbohidrat) pada contoh obes adalah tidak berbeda signifikan dengan contoh normal. Namun demikian, rata-rata asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro (protein, lemak, dan karbohidrat) pada contoh obes cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan contoh normal. Hasil ini tidak sejalan dengan pernyataan Almatsier (2002) bahwa kelebihan konsumsi dapat mengakibatkan seseorang mengalami gizi lebih. Hal ini diduga dengan salah satu kekurangan dari metode food recall adalah kemungkinan terjadi flat slope syndrome, yaitu kecenderungan contoh yang berstatus gizi lebih melaporkan makanan yang dikonsumsi lebih sedikit daripada kenyataan (Supariasa et al. 2001). Menurut Gibson (2005), dalam penilaian konsumsi makanan dapat terjadi undereating yaitu saat sampel makan lebih sedikit daripada biasanya atau lebih sedikit daripada yang dibutuhkan untuk mempertahankan berat badan.

Tingkat kecukupan zat gizi mikro

Kategori tingkat kecukupan zat gizi mikro (kalsium, besi, vitamin A, dan vitamin C) menurut Gibson (2005) dibagi menjadi dua yaitu kurang (<77% AKG) dan cukup (≥77% AKG). Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan zat gizi mikro (kalsium, besi, vitamin A, dan vitamin C) disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan kalsium dan status gizi

Kategori Obes Normal Total

n % n % n % Kalsium Kurang (<77% AKG) 35 97.2 35 94.6 70 95.9 Cukup (≥ 77% AKG) 1 2.8 2 5.4 3 4.1 Total 36 100 37 100 73 100 Besi Kurang (<77% AKG) 16 44.4 10 27 26 35.6 Cukup (≥ 77% AKG) 20 55.6 27 73 47 64.4 Total 36 100 37 100 73 100 Vitamin A Kurang (<77% AKG) 23 63.9 22 59.5 45 61.6 Cukup (≥ 77% AKG) 13 36.1 15 40.5 28 38.4 Total 36 100 37 100 73 100 Vitamin C Kurang (<77% AKG) 17 47.2 15 40.5 32 43.8 Cukup (≥ 77% AKG) 19 52.8 22 59.5 41 56.2 Total 36 100 37 100 73 100

Rata-rata asupan kalsium pada contoh obes (308.2±162.4 mg) adalah lebih tinggi dibandingkan contoh normal (301.3±147.9 mg). Tingkat kecukupan kalsium pada contoh obes sebesar 38.5±20.3% dan sebesar 37.7±18.5% pada contoh normal. Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar (>94%) kategori tingkat kecukupan kalsium kedua contoh termasuk dalam kategori kurang. Hanya sedikit (<5.5%) contoh yang termasuk dalam kategori cukup. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p= 0.849; p>0.05)

Dokumen terkait