• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asupan energi dan zat gizi serta kondisi sosial ekonomi kaitannya dengan obesitas pada pegawai IPB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asupan energi dan zat gizi serta kondisi sosial ekonomi kaitannya dengan obesitas pada pegawai IPB"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA KONDISI SOSIAL

EKONOMI KAITANNYA DENGAN OBESITAS

PADA PEGAWAI IPB

WILDA HAERUL FAZAARAH

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Asupan Energi dan Zat Gizi serta Kondisi Sosial Ekonomi Kaitannya dengan Obesitas pada Pegawai IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang dterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2013

Wilda Haerul Fazaarah

(3)

ABSTRACT

WILDA HAERUL FAZAARAH. Correlation among Energy and Nutrients Intake and Socioeconomic Status with Obesity of IPB employees. Supervised by LILIK KUSTIYAH and EVY DAMAYANTHI.

Today, obesity has become a health and nutrition problems of the world, both in developed and developing countries. The purpose of this study was to analyze interrelated between energy and nutrients intake and socioeconomic condition with obesity status of IPB employees. Design of this study was cross sectional. The sample size of this study was 73, and have been choosen purposively. Data was collected by interview using questionnaire and measurement of body weight and height in order to get nutritional status of the samples. Correlation rank Spearman, and Pearson was used to analyze interrelated between two variables, and independent t-test was used to analyze differences between nutritional status. The result showed that there were a significant difference (p<0.05) on gender, level of education, and nutrition knowledge between the samples of normal nutritional status and obesity. There were significant and positive correlation between education level and the energy and carbohydrate intake; income of family with vitamin A and vitamin C intake; knowledge of nutrition with the intake of protein, fruit consumption habits and nutritional status. But, there was a significant and negative correlation between exercise habits with the fat intake.

(4)

RINGKASAN

WILDA HAERUL FAZAARAH. Asupan Energi dan Zat Gizi serta Kondisi Sosial Ekonomi Kaitannya dengan Obesitas Pada Pegawai IPB. Dibimbing oleh LILIK KUSTIYAH dan EVY DAMAYANTHI.

Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan dan gizi masyarakat dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesas) (2010) prevalensi nasional kegemukan di Indonesia pada kelompok usia di atas 15 tahun sudah mencapai 19.1%. Di Indonesia masalah obesitas belum mendapat perhatian yang cukup, karena pemerintah masih terfokus pada masalah gizi kurang. Meskipun obesitas belum menjadi masalah gizi utama, tetapi obesitas perlu mendapat perhatian karena ada kecenderungan angkanya terus meningkat. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas pada penduduk berusia lebih dari 15 tahun adalah 10.3% (laki-laki 13.9% dan perempuan 23.8%). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 melaporkan bahwa prevalensi nasional obesitas pada penduduk berumur lebih dari 18 tahun adalah 21.7% dan prevalensi obesitas pada perempuan lebih tinggi (26.9%) dibanding laki-laki (16.3%). Menurut Sari (2011) melaporkan bahwa prevalensi obesitas tertinggi di pegawai IPB khususnya rektorat IPB terjadi pada contoh berumur 30-49 tahun dan 60% berjenis kelamin perempuan.

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji asupan energi dan zat gizi serta kondisi sosial ekonomi kaitannya dengan obesitas pada pegawai IPB. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1) Mengkaji karakteristik contoh obes dan normal; 2) Mengidentifikasi pengetahuan gizi contoh obes dan normal; 3) Mengkaji asupan energi dan zat gizi serta tingkat kecukupan contoh obes dan normal; 4) Mengkaji gaya hidup contoh obes dan normal; 5) Menganalisis hubungan antara karakteristik, pengetahuan, dan gaya hidup dengan asupan energi serta zat gizi contoh obes dan normal; gaya hidup dan asupan energi serta zat gizi dengan status gizi contoh obes dan normal.

(5)

jam, dan 5) gaya hidup (kebiasaan makan, aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan merokok). Data dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia (uji beda Independent samples t-test, korelasi RankSpearman dan Pearson)

Umur contoh yang terlibat dalam penelitian ini berkisar antara 20 - 56 tahun. Jenis kelamin contoh penelitian sebagian besar perempuan. Besar keluarga dari kedua kelompok contoh tersebar pada kelompok keluarga kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian besar contoh baik obes maupun normal menamatkan pendidikannya pada tingkat SMA. Contoh memiliki pendapatan kisaran 2 – 3.9 juta rupiah per bulan.

Pengetahuan gizi yang baik terdapat pada contoh normal. Sedangkan contoh obes memiliki pengetahuan gizi dengan kategori sedang dan kurang. Terdapat perbedaan yang signifikan pada pengetahuan gizi antara contoh obes dan normal. Pengetahuan gizi contoh normal nyata lebih baik daripada contoh obes.

Rata-rata asupan energi dan zat gizi lebih besar pada contoh normal daripada contoh obes. Rata-rata tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, dan tingkat kecukupan karbohidrat pada contoh obes adalah tidak berbeda signifikan dengan contoh normal. Namun demikian, rata-rata tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, dan tingkat kecukupan karbohidrat pada contoh obes cenderung lebih rendah daripada contoh normal. Rata-rata tingkat kecukupan kalsium, tingkat kecukupan besi, tingkat kecukupan vitamin A, dan tingkat kecukupan vitamin C pada contoh obes adalah tidak berbeda signifikan dengan contoh normal. Namun demikian, rata-rata tingkat kecukupan kalsium, tingkat kecukupan vitamin A, dan tingkat kecukupan vitamin C pada contoh obes cenderung lebih tinggi daripada contoh normal. Rata-rata TKE dan TKP kedua contoh masuk kategori cukup dan lebih, namun ada 8.3% contoh obes dan 2.7% contoh normal mengalami defisit tingkat berat. Rata-rata tingkat kecukupan lemak dan karbohidrat dalam kategori lebih untuk kedua kelompok contoh. Rata-rata kecukupan kalsium masih dalam kategori kurang sedangkan besi dalam kategori cukup pada kedua kelompok contoh. Rata-rata tingkat kecukupan vitamin A juga masih dalam kategori kurang dan vitamin C sebagian sudah dalam kategori cukup pada kedua kelompok contoh.

Gaya hidup contoh diukur melalui kebiasaan makan, aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan merokok. Lebih dari separuh contoh memiliki kebiasaan sarapan pagi dan makan bersama keluarga. Frekuensi makan bersama keluarga adalah satu kali dalam sehari dengan menu makan lengkap satu sampai dua kali. Frekuensi makanan selingan kedua contoh satu kali dalam sehari. Seluruh contoh hampir setiap hari mengkonsumsi sayur. namun rata-rata konsumsi buah contoh obes 1−3 kali/minggu dan 4−6 kali/minggu sedang contoh normal 1−3 kali/minggu. Sebagian besar contoh memiliki kebiasaan jajan. Contoh obes lebih banyak memiliki kebiasaan ngemil dibandingkan contoh normal. Aktivitas contoh pada hari kerja tergolong sangat ringan, sedang hari libur tergolong ringan. Kebiasaan olahraga dilakukan oleh sebagian besar contoh obes maupun normal. Kebiasaan merokok hanya dilakukan oleh sebagian kecil contoh.

(6)

ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA KONDISI SOSIAL

EKONOMI KAITANNYA DENGAN OBESITAS

PADA PEGAWAI IPB

WILDA HAERUL FAZAARAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

D E P AR T E M E N G I Z I M AS Y AR AK A T

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(7)

Judul : Asupan Energi dan Zat Gizi serta Kondisi Sosial Ekonomi Kaitannya dengan Obesitas pada Pegawai IPB

Nama : Wilda Haerul Fazaarah NIM : I14104020

Menyetujui,

Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui :

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Asupan Energi dan Zat Gizi serta Kondisi Sosial Ekonomi Kaitannya dengan Obesitas pada Pegawai IPB”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi yang telah memberikan kesempatan, motivasi, bimbingan, dan arahan sejak awal perkuliahan dan penyusunan proposal penelitian.

2. Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan kesempatan dan meluangkan waktunya, arahan, motivasi, dan kritikan sejak awal penyusunan proposal penelitian.

3. dr. Mira Dewi, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

4. Pegawai rektorat dan FEMA IPB yang menjadi contoh penelitian, atas segala waktu yang diluangkan dan kesukarelaan menjadi contoh penelitian sehingga penellitian ini dapat berjalan dengan lancar.

5. Kedua orangtua dan kakak tersayang yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan motivasi dengan penuh kasih sayang dan ketulusan.

6. Agung Bahtiar yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman pembahas : Dwi Nuraini, Arizki Witaradianingtias, Pratiwi Rahma Ayu, dan Ernawati atas kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

(9)

9. Teman-teman dekat selama Diploma hingga alih jenis: Vilia, Fitri, Dwiyani, Dwi Nuraini, Sartika, Stacey, Ernil, Anna, Andra, Siti, Mona, Tyaz, Relina, dan Resita.

10. Teman-teman seperjuangan Alih Jenis Gizi Masyarakat angkatan 4 tahun 2010.

11. Berbagai pihak yang telah membantu, namun tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Semua saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua.

Bogor, Maret 2013

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Oktober 1989 di Kota Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Anda Juanda dan Ibu Rita Warsita Rosma. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh dari tahun 1995 sampai 2001 di SDN 02 Cibinong.

Pada tahun 2001 penulis melanjutkan sekolah di SMP PGRI 1 Cibinong dan lulus pada tahun 2004, setelah itu penulis diterima di SMA N 1 Cibinong dengan jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan lulus pada tahun 2007.

Penulis di terima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Keahlian Manjemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, pada bulan juli tahun 2007. Penulis menjalani Praktek Kerja Lapang (PKL) selama empat bulan dimulai dari tanggal 19 Agustus 2009 sampai 28 Desember 2009 di RSUD Kelas B Subang. Topik kajian pada saat PKL adalah Manajemen Penyelenggaraan Makanan dan Evaluasi Konsumsi Energi serta Zat Gizi Penderita Hipertensi dengan komplikasi Jantung Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Subang. Penulis juga menjalani Praktek Usaha Jasa Boga (PUJB) di Kantin Sehati selama dua bulan dari tanggal 22 Februari 2010 sampai 24 April 2010. Topik kajian pada saat PUJB adalah Pengelolaan Penyelenggaraan Makanan Kantin Sehati. Setelah menempuh pendidikan diploma, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya di program alih jenis (ekstensi) ilmu gizi IPB pada tahun 2010. Pada tahun 2012 penulis pernah melakukan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Juntikebon Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu selama tujuh minggu. Topik kajian pada saat KKP adalah Pemberdayaan Masyarakat melalui Optimalisasi Peran Pekarangan dalam Usaha Menanggulangi Permasalahan Gizi.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Tujuan Umum ... 3

Tujuan Khusus ... 3

Kegunaan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Status Gizi Antropometri ... 4

Pengertian Status Gizi ... 4

Cara Penentuan Status Gizi ... 4

Dewasa ... 5

Obesitas ... 6

Konsumsi Pangan ... 7

Karakteristik Sosial Ekonomi ... 8

Umur ... 8

Jenis Kelamin ... 9

Status Kawin ... 9

Tingkat Pendidikan ... 9

Besar Keluarga ... 10

Pekerjaan ... 11

Pendapatan ... 11

Pengeluaran per Kapita ... 11

Tipe Wilayah... 11

Pengetahuan Gizi... 12

Gaya Hidup ... 13

Kebiasaan Makan ... 13

Aktivitas Fisik... 14

Kebiasaan Olahraga ... 14

Kebiasaan Merokok ... 15

(12)

METODE PENELITIAN ... 18

Desain, Waktu dan Tempat Pengamatan ... 18

Penarikan Contoh ... 18

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 19

Pengolahan dan Analisis Data ... 20

Pengolahan Data ... 20

Analisis Data ... 23

Definisi Operasional ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

Karakteristik Contoh ... 27

Umur ... 27

Jenis kelamin... 27

Status sosial ekonomi ... 28

Pengetahuan Gizi... 30

Asupan Energi dan Zat Gizi ... 32

Asupan energi dan Zat Gizi Makro ... 33

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ... 34

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro ... 35

Tingkat kecukupan zat gizi mikro ... 38

Gaya Hidup ... 40

Kebiasaan Makan ... 40

Aktivitas Fisik... 42

Kebiasaan Olahraga ... 45

Kebiasaan Merokok ... 46

Hubungan antar Variabel ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

Kesimpulan ... 49

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA... 51

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jenis dan cara pengumpulan data ... 19

2 Kategori status gizi orang dewasa berdasarkan IMT ... 20

3 Kategori variabel penelitian ... 22

4 Sebaran contoh berdasarkan umur, jenis kelamin, dan status gizi ... 27

5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan status gizi ... 28

6 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan terakhir dan status gizi ... 29

7 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan dan status gizi ... 30

8 Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar tentang pengetahuan gizi ... 31

9 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi ... 32

10 Konsumsi pangan serta asupan energi dan zat gizi berdasarkan status gizi ... 33

11 Konsumsi pangan serta asupan zat gizi mikro berdasarkan status gizi .. 34

12 Sebaran contoh menurut rata-rata asupan, tingkat kecukupan energi dan zat gizi serta status gizi ... 35

13 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro... 35

14 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan kalsium dan status gizi ... 38

15 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan dan status gizi ... 41

16 Sebaran contoh berdasarkan jenis aktivitas fisik dan rata-rata lama aktivitas fisik (jam) serta status gizi pada hari kerja ... 43

17 Sebaran contoh berdasarkan jenis aktivitas fisik dan rata-rata lama aktivitas fisik serta status gizi pada hari libur ... 43

18 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik dan status gizi pada hari kerja dan hari libur. ... 44

19 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan olahraga, jenis olahraga, frekuensi olahraga, dan lama olahraga serta status gizi ... 46

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia saat ini dihadapkan pada masalah gizi ganda, di satu pihak masih banyak penduduk Indonesia yang menghadapi resiko kesehatan akibat kekurangan zat gizi, seperti gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI), anemia gizi besi (AGB), kekurangan vitamin A (KVA), dan kekurangan energi protein (KEP), di lain pihak sudah semakin banyak penduduk yang menghadapi risiko kesehatan akibat gizi lebih. Masalah gizi ganda ini perlu mendapat penanganan yang serius mengingat masalah gizi ini, baik yang kekurangan atau pun kelebihan zat gizi akan berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM sangat penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan (Hardinsyah et al. 2001).

Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan dan gizi masyarakat dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Review atas epidemik obesitas yang dilakukan Low, Chin dan Deurenberg-Yap (2009) memperlihatkan bahwa prevalensi kelebihan berat (overweight) di negara maju berkisar dari 23.2% di Jepang hingga 66.3% di Amerika Serikat, sedangkan di negara berkembang berkisar dari 13.4% di Indonesia sampai 72.5% di Saudi Arabia. Adapun prevalensi kegemukan (obesity) di negara maju berkisar dari 2.4% di Korea Selatan hingga 32.2% di Amerika Serikat, sedangkan di negara berkembang berkisar dari 2.4% di Indonesia sampai 35.6% di Saudi Arabia. Namun, bila dilihat menurut kelompok umur, prevalensi kegemukan tertinggi di negara-negara berkembang terdapat pada kelompok umur yang lebih muda (40-50 tahun) dibandingkan dengan negara-negara maju (50-60 tahun). Hal ini dapat menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di negara-negara berkembang, yang berpendapatan rata-rata menengah dan rendah (Low, Chin & Deurenberg-Yap 2009).

(17)

(James 2008; WHO 2007). Selain itu kegemukan dapat menurunkan ekspektansi hidup karena meningkatkan laju mortalitas (Mann & Stewart 2007).

Kegemukan merupakan kondisi kompleks yang merupakan kombinasi dari beberapa faktor, seperti genetik, budaya, perilaku, dan lingkungan. Penyebab utama dari terjadinya kegemukan adalah kelebihan asupan energi yang tidak sesuai dengan pengeluaran energi dalam jangka panjang (Riccardi et al. 2004; Swinburn et al. 2004; Dehghan et al. 2005). Kecenderungan kegemukan lebih sering terjadi pada individu yang memiliki gaya hidup dengan tingkat aktivitas ringan serta mengkonsumsi pangan tinggi kalori serta rendah zat gizi mikro (WHO 2000; Popkin et al. 2002; Swinburn et al. 2004; Speiser et al.

2005; James 2008).

Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, tumor, diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dan sebagainya (Depkes RI 2008).

(18)

Tujuan Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji asupan energi dan zat gizi serta kondisi sosial ekonomi kaitannya dengan obesitas pada pegawai IPB.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengkaji karakteristik contoh obes dan normal (umur, jenis kelamin, besar keluarga, pendidikan terakhir, dan pendapatan keluarga),

2. Mengidentifikasi pengetahuan gizi contoh obes dan normal,

3. Mengkaji asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh obes dan normal

4. Mengkaji gaya hidup contoh obes dan normal yang meliputi kebiasaan makan, aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan merokok, 5. Menganalisis hubungan antara karakteristik, pengetahuan gizi, dan gaya

hidup dengan asupan energi serta zat gizi contoh obes dan normal; serta gaya hidup dan asupan energi serta zat gizi dengan status gizi contoh obes dan normal.

Kegunaan

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Status Gizi Antropometri Pengertian Status Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi. Nutrition status adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa 2001).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2002) aspek yang mempengaruhi kualitas fisik penduduk yaitu status kesehatan yang antara lain diukur melalui angka kesakitan dan status gizi. Riyadi (2001) menyatakan status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaaan zat gizi makanan yang dapat dinilai dengan berbagai cara, salah satunya dengan antropometri. Status gizi anak dinilai dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Menurut Riyadi (2001) berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberi gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak). Karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan mendadak seperti penurunan nafsu makan dan terserang penyakit infeksi. Oleh karena itu, berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat labil. Indeks BB/U mampu menggambarkan status gizi pada saat kini. Indeks ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi underweight dan overweight.

Cara Penentuan Status Gizi

(20)

asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut tinggi badan. Status kesehatan penduduk memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk dan biasanya dapat dilihat dari indikator angka kesakitan yaitu persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan sehingga mampu mengganggu akitivitas sehari-hari (BPS 2002).

Dewasa

Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Secara psikologis orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan fisiknya. Selain itu orang dewasa telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.

Masa dewasa dibagi menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa dini, masa dewasa madya, dan masa dewasa lanjut. Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun hingga 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa dini dihubungkan dengan kekuatan dan vitalitas meskipun sebagai orang yang berumur terdapat penurunan fungsi fisiologis. Insiden dan keparahan penyakit sering kali dialami oleh pilihan gaya hidup termasuk pilihan makanan (Sigman-Grant dan Kris-Etherton 1993). Menurut Apriadji dan Ariani (1983) dengan bertambahnya umur, kebutuhan tenaga akan semakin meningkat. Pada masa ini unsur gizi merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting terhadap perkembangan mental, fisik, produktivitas, dan kesanggupan kerja manusia yang semuanya mempengaruhi kesanggupan ekonomi yang akan berdampak pada pembangunan (Berg 1986).

(21)

psikologisnya, sedangkan masa dewasa madya juga mengalami perubahan kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemunduran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Kemudian masa dewasa lanjut dimulai pada umur 60 tahun keatas hingga kematian, saat kemampuan fisik dan psikologis cepat menurun (Hurlock 2004).

Obesitas

Obesitas (obesity)berasal dari bahasa latin yaitu “ob” yang berarti akibat dari dan “esum” artinya makan, sehingga obesitas dapat didefinisikan sebagai

akibat dari pola makan yang berlebihan (Freitag 2010). Obesitas merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh (Mayer, 1973 dalam Pudjiadi 1990). Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25%-30% pada wanita dan 18%-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% disebut mengalami obesitas (Mustofa 2010). Obesitas dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit gizi, sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya.

Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adipose. Obesitas tidak hanya berupa kondisi dengan jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak di seluruh tubuh. Distribusi lemak dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan berbagai macam penyakit degeneratif (WHO 2000).

Obesitas berhubungan dengan pola makan, terutama bila makan makanan yang mengandung tinggi kalori, tinggi garam dan rendah serat. Selain itu terdapat faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor demografi, faktor sosiokultur, faktor biologi, dan faktor perilaku. Obesitas juga dapat disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan. Menurut Dietz dalam Penuntun Diet Anak (2003), kemungkinan seorang anak berisiko menderita obesitas sebesar 80% jika kedua orang tuanya mengalami obesitas. Sedangkan seorang anak akan beresiko menderita obesitas sebesar 40% jika salah satu orang tuanya mengalami obesitas.

(22)

Genetik, faktor biologi dan faktor individu lain seperti penghentian merokok, jenis kelamin, dan umur saling berinteraksi mempengaruhi peningkatan berat badan (WHO 2000).

Konsumsi Pangan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia agar dapat hidup sehat karena pangan merupakan sumber utama zat gizi yang dibutuhkan tubuh. zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses metabolisme dalam tubuh, memperbaiki jaringan tubuh serta pertumbuhan (Harper et al. 1986).

Konsumsi pangan secara garis besar adalah kuantitas pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu dengan jenis tunggal atau beragam. Ada tiga hal yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu kuantitas dan ragam pangan yang tersedia dan diproduksi, pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi. Sanjur (1989) menyatakan bahwa konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan yang tergantung pada lingkungan baik masyarakat maupun keluarga, sedangkan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi individu atau keluarga.

Konsumsi pangan sangat erat kaitannya dengan aspek gizi dan kesehatan. Kebutuhan akan zat gizi akan terjamin pemenuhannya dengan cara mengkonsumsi makanan yang beragam. Pangan dan gizi sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas semberdaya manusia, Karena jumlah dan mutu serta keragaman dari makan yang dikonsumsi ikut mempengaruhi status gizi (Suhardjo 1992). Konsumsi makanan yang selalu kurang dari kecukupan dalam jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan kurang gizi walaupun tidak menderita penyakit. Akan tetapi, konsumsi makanan yang cukup apabila terdapat penyakit, dapat pula berakibat kurang gizi (Riyadi 2006).

(23)

Perubahan pendapatan secara langsung, dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. Selain itu faktor ekonomi yang mempengaruhi adalah harga pangan dan harga non pangan. Harga pangan yang tinggi menyebabkan berkurangnya daya beli dan mengakibatkan konsumsi pangan berkurang.

Survey konsumsi pangan bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan seseorang atau kelompok orang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Survei konsumsi pangan secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pangan atau makanan yang dikonsumsi (Suhardjo et al. 1988). Metode kuantitatif juga dapat menghitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan daftar komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM) dan Daftar Penyerapan Minyak (DPM). Metode pengukuran konsumsi makanan bersifat kualitatif antara lain metode frekuensi makanan (food frequency), metode dietary history, metode telepon, metode pendaftaran makanan (food list) (Supariasa et al. 2001)

Metode mengingat-ingat (recall method) merupakan salah satu penilaian konsumsi pangan pada tingkat individu. Metode ini dilakukan dengan cara mencatat jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Pengukuran konsumsi pangan diawali dengan menanyakan jumlah pangan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) setelah itu dikonversikan ke dalam satuan berat. Pada metode ini subjek diminta mengingat semua makanan yang telah dimakan dalam 24 jam atau sehari yang lalu. Metode ini dapat menaksir asupan gizi pada individu (Gibson 2005).

Karakteristik Sosial Ekonomi Umur

(24)

lanjut cenderung mengalami penurunan berat badan. Hasil penelitian longitudinal di Swedia menunjukkan, berat badan pada laki-laki dan perempuan turun pada umur 70 dan 81 tahun dengan rata-rata penurunan 7 kg pada laki-laki dan 6 kg pada perempuan. Adapun di Amerika menunjukkan terjadinya penurunan berat badan rata-rata sebesar 4 kg pada laki-laki umur 45-65 tahun.

Jenis Kelamin

Prevalensi obesitas lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki (Al-Riyami&Afifi 2003; Martins&Marinho 2003; Gutierrez-Fisac et al.

2004; Yoon et al. 2006). Janghorbani et al. (2007) menyatakan bahwa tingginya prevalensi obesitas pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki karena adanya perbedaan tingkat aktivitas fisik dan asupan energi antara perempuan dan laki-laki. Perempuan mengkontrol kelebihan energi sebagai lemak simpanan, sedangkan laki-laki menggunakan kelebihan energinya untuk mensintesis protein. pada perempuan, pola penggunaan energi untuk keseimbangan energi positif dan deposit lemak disebabkan oleh dua alasan. Pertama, penyimpanan lemak jauh lebih efisien daripada protein. Kedua, penyimpanan energi sebagai lemak akan berperan pada rendahnya rasio jaringan bebas lemak dengan jaringan lemak dengan hasil yang tidak meningkatkan RMR (Resting Metabolite Rate) pada kecepatan yang sama sebagai massa tubuh (WHO 2000).

Status Kawin

Obesitas berhubungan nyata positif dengan status kawin (Erem et al.

2004; Janghorbani et al. 2007). Prevalensi obesitas tertinggi pada orang yang memiliki status cerai dan terendah pada orang yang belum menikah (Erem et al.

2004). Janghorbani et al. (2007) menyatakan bahwa prevalensi obesitas lebih tinggi pada sampel yang telah menikah. Hal ini karena kurangnya aktivitas fisik setelah menikah dan perubahan pola makan yang menyesuaikan pasangannya. Namun penelitian yang dilakukan oleh Panagiotakos et al. (2004) terhadap orang dewasa berumur 20−89 tahun di Yunani menemukan bahwa tidak terdapat hubungan obesitas dengan status kawin.

Tingkat Pendidikan

(25)

perubahan sikap dan perilaku hidup sehat seseorang. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang/masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplikasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi (Atmarita & Tatang 2004). Pendidikan akan berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan. Menurut Martianto & Ariani (2004), seseorang yang mempunyai pendidikan formal dan pendapatan yang tinggi maka makanan yang dikonsumsi akan lebih beragam dan memiliki kualitas dan kuantitas yang baik.

Besar Keluarga

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 1998, besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Berdasarkan jumlah anggota keluarga, besar keluarga dikelompokkan menjadi 3, yaitu keluarga kecil, keluarga sedang, dan keluarga besar. Keluarga kecil adalah keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang dari empat orang, keluarga sedang adalah keluarga yang memiliki anggota keluarga lima sampai tujuh orang, sedangkan keluarga besar adalah keluarga dengan jumlah anggota keluarga lebih dari tujuh orang.

Bentuk keluarga berdasarkan jumlah anggotanya di Indonesia dibedakan menjadi keluarga inti, extended family dan keluarga besar. Extended family

menurut Soediatama (2008) adalah keluarga yang terdiri atas sepasang suami istri yang biasanya menanggung biaya keluarga dan semua orang yang bernaung di bawah satu atap dan menjadi tanggungan suami istri tersebut, sehingga dapat meliputi anak-anak, kemenakan, bibi dan paman, bahkan eyang. Besar keluarga yang dimiliki akan mempengaruhi kesehatan seseorang atau anggota keluarga yang terlibat didalamnya. Selain itu pula, besar keluarga akan mempengaruhi konsumsi zat gizi dalam suatu keluarga (Soediatama 2008).

(26)

Pekerjaan

Perubahan pada struktur sosial berhubungan dengan peningkatan obesitas. Hubungan ini terletak pada peningkatan proporsi populasi pekerjaan dalam bidang pelayanan, perkantoran, dan profesi lain yang kurang aktivitas fisik jika dibandingkan dengan pekerjaan manual yang membutuhkan banyak aktivitas fisik pada masyarakat tradisional (WHO 2000).

Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan. Menurut Madanijah (2004), perubahan pendapatan secara langsung akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Peningkatan pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik. Sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kuantitas dan kualitas pangan yang dibeli. Selain pendapatan, faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan adalah harga pangan dan harga barang non pangan. Perubahan harga dapat berpengaruh terhadap besarnya permintaan pangan. Harga pangan yang tinggi menyebabkan berkurangnya daya beli masyarakat. Keadaan ini menyebabkan daya beli masyarakat kurang.

Pengeluaran per Kapita

Pengeluaran per kapita merupakan salah satu indikator status ekonomi seseorang. Pengeluaran per kapita paralel dengan pendapatan per kapita seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Reynolds et al. (2007) menemukan bahwa pendapatan perkapita berhubungan dengan obesitas pada laki-laki. Semakin tingi pendapatan rumah tangga semakin berisiko obesitas (Erem et al.

2004). Peningkatan pendapatan berpengaruh pada peningkatan konsumsi rumah tangga seperti makanan tinggi lemak dan konsumsi daging (WHO 2000). Pendapatan berhubungan positif dengan kejadian obesitas pada laki-laki di Korea. Pendapatan tinggi meningkatkan obesitas 1.37 kali dibandingkan dengan pendapatan terendah pada laki-laki di Korea. Pada perempuan, pendapatan tidak menunjukkan hubungan nyata dengan kejadian obesitas. Pengaruh pendapatan terhadap obesitas terletak pada ketersediaan dalam membeli makanan dan aktivitas fisik (Yoon et al. 2006).

Tipe Wilayah

(27)

perkotaan. Wilayah perkotaan berhubungan dengan berbagai faktor yang mempengaruhi diet, aktivitas fisik, dan komposisi tubuh. hal ini melibatkan perubahan transportasi, kemudahan akses dan penggunaan fasilitas kesehatan dan pendidikan modern, komunikasi, pemasaran dan ketersediaan pangan, dan perbedaan profil pekerjaan dengan yang lainnya (WHO 2000). Reynolds et al.

(2007) menemukan bahwa prevalensi obesitas lebih tinggi pada sampel yang tinggal di perkotaan. Tingginya prevalensi obesitas di perkotaan diakibatkan oleh urbanisasi yang berhubungan dengan perubahan gaya hidup dan perubahan perilaku seperti rendahnya aktivitas fisik dan tingginya konsumsi makanan berlemak. Janghorbani et al. (2007) menyatakan bahwa seseorang yang tinggal di perkotaan cenderung mengikuti makanan ala barat yang rendah serat dan kurang aktivitas fisik.

Pengetahuan Gizi

Khomsan (2000) menyatakan bahwa pengetahuan gizi menjadi landasan penting yang menentukan konsumsi pangan keluarga. Individu yang berpengetahuan gizi baik akan mempunyai konsumsi pangan keluarga yang baik pula. Individu yang berpengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya didalam pemilihan maupun pengolahan pangan sehingga konsumsi pangan yang mencukupi dapat lebih terjamin. Pengetahuan gizi merupakan aspek kognitif yang mencirikan seseorang memahami tentang gizi, pangan dan kesehatan (Sukandar 2009).

Pengukuran pengetahuan gizi dapat dilakukan menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan pilihan ganda (multiple choice). Instrumen ini merupakan bentuk tes obyektif yang paling sering digunakan. Tingkat pengetahuan gizi ini dibagi dalam tiga kategori, yaitu baik, sedang dan kurang (Khomsan 2000). Menurut Apriadji (1986) diacu dalam Madaniah (2002), seseorang yang memiliki pendidikan rendah, belum tentu kurang mampu menyusun makan yang memenuhi persyaratan gizi sebanding dengan orang yang berpendidikan lebih tinggi. Hal ini disebabkan, orang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi maka akan rajin dalam mendengarkan informasi tentang gizi sehingga pengetahuan gizinya akan baik.

(28)

dan keterampilan gizi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang akan cenderung memilih makanan yang murah dengan nilai gizi yang lebih tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan dan minum sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat dipenuhi.

Gaya Hidup

Menurut Suhadjo (1989), gaya hidup merupakan hasil penyaringan dari serentetan interaksi sosial, budaya, dan keadaan. Selanjutnya Muchtadi (1996) menambahkan bahwa dampak dari arus globalisasi yang paling nyata terlihat pada penduduk di perkotaan adalah gaya hidup konsumsi pangan, termasuk gaya hidup dalam memilih tempat makan dan jenis pangan yang dikonsumsi

Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangannya merupakan salah satu manifestasi kebudayaan keluarga yang disebut life style (gaya hidup). Gaya hidup merupakan hasil dari interaksi antara berbagai faktor sosial budaya dan lingkungan hidup (Madanijah 2004).

Menurut Suhardjo (1989), kebiasaan makan adalah suatu gejala budaya dan sosial yang dapat memberi gambaran perilaku dari nilai-nilai yang di anut oleh seseorang atau suatu kelompok masyarakat. Pada masyarakat modern di mana hampir semua orang menghabiskan waktu dari pagi sampai sore ditempat kerja sudah tentu tidak banyak punya waktu untuk memasak makanan. Biasanya pada masyarakat demikian akan berkembang kebiasaan makan diluar rumah seperti restoran „fast food‟ atau di tempat kerja di mana makanan disediakan oleh

usaha katering.

(29)

Aktivitas Fisik

Almatsier (2001) menjelaskan bahwa aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot-otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk menghantarkan zat-zat gizi dan oksigen keseluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan.

Aktivitas fisik merupakan upaya pencegahan peningkatan berat badan dan secara signifikan berkontribusi untuk menurunkan berat badan dalam jangka panjang dan mengurangi risiko kesehatan yang berhubungan dengan penyakit kronis (Jakicic&Otto 2005). Aktivitas fisik dilaporkan merupakan 20-40% total pengeluaran energi. Energi yang digunakan untuk aktivitas fisik sangat ditentukan oleh jenis aktivitas dan lama waktu melakukan aktivitas tersebut. Aktivitas yang melibatkan kerja otot dan dilakukan lebih lama akan memerlukan energi yang lebih besar (Dwiriani 2008).

Menurut Rosmalina dan Permaesih (2008) aktivitas fisik merupakan faktor utama yang membedakan kebutuhan energi, selain itu juga berat badan dan umur. Aktivitas fisik sehari mencakup lama dan jenis aktivitas yang biasa dilakukan akan mempengaruhi jumlah energi yang dikeluarkan. Studi WHO pada faktor-faktor risiko menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus menerus dalam bekerja adalah 1 dari 10 penyebab kematian dan kecatatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya bergerak/aktivitas fisik. Pada kebanyakan Negara diseluruh dunia antara 60% hingga 85% orang dewasa tidak cukup beraktivitas fisik untuk memelihara fisik mereka (Karim 2002).

Kebiasaan Olahraga

(30)

Seperti yang diutarakan oleh Kuntaraf & Kuntaraf (1992) dalam Armandi (2010), berdasarkan penelitian Dr. Cooper, olahraga yang teratur akan menyebabkan terbentuknya pembuluh darah yang baru didalam otot. Dengan demikian jumlah darahpun bertambah, dan peredaran darah lebih lancar, dan badan merasa nyaman. Menurut Almatsier (2001) olahraga ternyata lebih besar pengaruhnya terhadap proses penuaan daripada keturunan, merokok, dan kegemukan.

Kebiasaan Merokok

(31)

KERANGKA PEMIKIRAN

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kesakitan dan kematian. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi dan dapat memenuhi kebutuhan. Status gizi merupakan faktor yang terdapat dalam level individu (level yang paling mikro). Faktor yang memperngaruhi status gizi secara langsung adalah konsumsi pangan dan infeksi atau status kesehatan. Adapun faktor lain yang berpengaruh secara tidak langsung diantaranya adalah pengetahuan gizi, kondisi sosial ekonomi, dan gaya hidup.

Asupan energi dan zat gizi merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan (Harper et al. 1986). Oleh karena itu, jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus mencukupi kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan fisik internal dan eksternal, pertumbuhan bagi usia bayi, balita, anak, dan remaja, atau untuk aktivitas dan pemeliharaan tubuh bagi orang dewasa dan lanjut usia (Hardinsyah et al. 2002).

(32)

Keterangan :

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Hubungan yang diteliti

Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran tentang keterkaitan antara asupan energi dan zat gizi serta kondisi sosial ekonomi dengan obesitas pada pegawai IPB

Status gizi Normal dan obesitas Asupan Energi

dan Zat gizi

Infeksi / status kesehatan Gaya hidup

- Kebiasaan makan - Aktivitas fisik

- Kebiasaan olahraga - Kebiasaan merokok

Pengetahuan gizi Sosial ekonomi

- Umur

- Jenis kelamin - Besar keluarga - Pendidikan terakhir - Pendapatan

keluarga

(33)

METODE PENELITIAN

Desain, Waktu dan Tempat Pengamatan

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu pengumpulan paparan dan outcome pada satu waktu, yang dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB). Lokasi penelitian dipilih secara purposive karena penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul ”Perbaikan Flavor Keju Rendah Lemak serta Pengaruhnya terhadap Profil Lipid, Aktivitas Superoksida Dismutase dan Kadar MDA pada Dewasa Hiperlipidemik” (Damayanthi et al. 2012). Pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2012.

Penarikan Contoh

Contoh adalah pegawai IPB yang ebrada di dua unit kerja. penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul ”Perbaikan Flavor Keju Rendah Lemak serta Pengaruhnya terhadap Profil Lipid, Aktivitas Superoksida Dismutase dan Kadar MDA pada Dewasa Hiperlipidemik” (Damayanthi et al. 2012) yang menggunakan contoh dari satu unit kerja, ternyata contoh tidak mencukupi jumlah minimal sehingga ditambah dari satu unit kerja lainnya. Adapun penarikan contoh penelitian ini secara skematis disajikan pada gambar 2.

(34)

Penarikan contoh di ambil dari dua unit kerja yang diundang untuk pemeriksaan kesehatan serta pengukuran secara langsung untuk berat badan dan tinggi badan. Contoh yang mengikuti pemeriksaan terdiri dari 104 orang unit kerja A dan 23 orang unit kerja B. Hasil pengukuran indeks massa tubuh berdasarkan berat badan dan tinggi badan diperoleh sesuai jenis kategori dari masing-masing contoh. Cara pengambilan contoh secara purposive dengan kriteria sebagai berikut: umur kategori dewasa (≥20 tahun), memiliki indeks massa tubuh (IMT) >27 untuk kriteria obes dan 18.5−24.9 untuk kriteria normal, bersedia untuk menjadi contoh penelitian. Setelah itu ditetapkan dua kelompok contoh yang memenuhi kriteria yaitu status gizi obes dan normal sebagai pembanding. Masing-masing kriteria contoh yang bersedia mengikuti penelitian yaitu contoh status gizi obes sebanyak 36 orang dan normal sebanyak 37 orang, sehingga total dalam penelitian ini adalah 73 orang.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah berupa data primer. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan alat bantu kuesioner serta pengukuran secara langsung terhadap berat badan dan tinggi badan. Data primer meliputi: 1) karakteristik contoh; 2) pengetahuan gizi; 3) status gizi contoh; 4) konsumsi pangan energi dan zat gizi, dan 5) gaya hidup. Adapun jenis dan cara pengumpulan secara rinci disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

No Data Cara Pengumpulan

2. Pengetahuan gizi Wawancara dengan kuesioner 3. Status gizi secara antropometri

a. Berat badan (BB)

b. Tinggi badan (TB)

Penimbangan dengan timbangan digital dengan kapasitas 150 kg dan ketelitian 0.1 kg

(35)

Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data

Data primer yang telah didapatkan melalui kuesioner dianalisis secara statistik dan deskriptif. Data yang dikumpulkan meliputi data kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data meliputi editing, koding, dan entri data yang dilakukan secara manual dengan menggunakan microsoft excel. Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif dan inferensia.

Karakteristik contoh. Umur contoh dikategorikan berdasarkan AKG (2004) yaitu 19-29 tahun, 30-49 tahun, dan ≥50 tahun. Jenis kelamin dikategorikan menjadi laki-laki dan perempuan. Data sosial ekonomi diukur dengan melihat tingkat pendidikan, tingkat pendapatan keluarga, dan besar keluarga. Data pendidikan yang dikelompokkan menjadi lima yaitu SD, SMP, SMA, Diploma, S1/S2/S3. Data pendapatan dikelompokkan menjadi lima yaitu <1 juta, 1−1.9 juta, 2−3.9 juta, 4−6 juta, dan >6 juta. Pertimbangan pengelompokkan data pendapatan berdasarkan pekerjaan yaitu PNS dan honorer. Besar keluarga diklasifasikan menjadi tiga yaitu keluarga kecil ≤4 orang, keluarga sedang 5−6 orang dan keluarga besar ≥7 orang.

Pengetahuan gizi. Data Pengetahuan gizi diperoleh dengan memberikan pertanyaan kepada responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan yang berisi tentang gizi seimbang, sumber dan fungsi zat gizi, tanda-tanda obesitas, faktor penyebab obesitas, dan dampak obesitas. Data pengetahuan gizi ini dinilai berdasarkan jawaban yang paling benar. Setiap satu pertanyaan diberi nilai satu (1) bila jawaban benar dan nol (0) bila jawaban salah atau tidak memilih jawaban. Skor kemudian dijumlahkan dan dikategorikan baik, sedang, dan kurang. Pengetahuan gizi dikategorikan baik apabila skor yang diperoleh lebih dari 80% dari total skor, kategori sedang apabila skor yang diperoleh antara 60%−80% dari total skor, dan kategori kurang apabila skor yang diperoleh kurang dari 60% dari total skor (Khomsan 2000).

Status gizi. Status gizi ditentukan berdasarkan status gizi berdasarkan IMT. Berikut merupakan rumus perhitungan IMT dan pada Tabel 2 disajikan kategori penilaian status gizi orang dewasa (WHO 2007).

IMT = BB (kg) (TB (m))2

Tabel 2 Kategori status gizi orang dewasa berdasarkan IMT

Status gizi IMT (kg/m2)

Gizi baik (normal) 18.5–24.9

Obesitas >27

(36)

Konsumsi pangan. Data konsumsi pangan diperoleh dengan metode

recall 2x24 jam, yang meliputi jumlah dan jenis pangan. Kemudian akan dikonversikan kedalam kandungan energi dan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi konsumsi makanan yang berasal dari pangan yang beragam:

Keterengan:

KGij = Penjumlahan zat gizi i dari setiap bahan makanan/pangan yang dikonsumsi Bj = Berat bahan makanan j (gram)

Gij = Kandungan zat gizi I dari bahan makanan j BDDj = Persen bahan makanan j yang dapat dimakan (Sumber: Hardinsyah & Briawan 1994)

Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi. Data konsumsi pangan yang diperoleh, kemudian diolah untuk mengetahui kandungan energi dan zat gizi lain. Pengukuran tingkat kecukupan energi dan zat gizi merupakan tahap lanjutan dari perhitungan konsumsi pangan. Koreksi berat badan dilakukan untuk mengetahui angka kecukupan gizi makro individu contoh yang berstatus gizi normal, sedangkan untuk contoh berstatus gizi obes menggunakan angka kecukupan gizi makro sesuai dengan anjuran WNPG 2004 tanpa koreksi berat badan. Untuk mengetahui angka kecukupan gizi individu digunakan rumus koreksi berat badan sebagai berikut :

Angka Kecukupan Energi (AKE) menurut WNPG (2004) untuk laki-laki adalah 2550 kkal (19−29 tahun), 2350 kkal (30−40 tahun), dan 2250 kkal (≥50 tahun), sedangkan untuk perempuan adalah 1900 kkal (19−29 tahun), 1800 kkal (30−40 tahun), dan 1750 kkal (≥50 tahun). Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan sebesar 60 g untuk laki-laki dengan kelompok umur 19−29 tahun, 30−49 tahun, dan ≥50 tahun, sedangkan AKP untuk perempuan sebesar 50 g dengan kelompok umur yang sama dengan laki-laki. Menurut WNPG (2004), konsumsi lemak dibatasi sampai 56 g/hari dan angka kecukupan karbohidrat bagi orang dewasa ditetapkan sebesar 130 g/kap/hari.

Menurut Supariasa et al., (2001), secara umum tingkat konsumsi dapat dirumuskan sebagai berikut :

KGij = (Bj/100) X Gij X (BDDj/100)

� �� � ℎ= �

(37)

Keterangan:

TKGi = tingkat kecukupan energi dan zat gizi Ki = konsumsi energi dan zat gizi (recall)

AKGi = angka kecukupan energi dan zat gizi contoh sesuai dengan yang dianjurkan WNPG 2004 setelah dikoreksi berat badan dengan melihat status gizi contoh terlebih dahulu

Selanjutnya hasil dari perhitungan tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro dikategorikan menjadi lima berdasarkan kriteria Departemen Kesehatan (2003), yaitu defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit tingkat sedang (70−79% AKG), defisit tingkat ringan (80−89% AKG), normal (90−119% AKG), dan kelebihan (≥120% AKG). Tingkat kecukupan vitamin dan mineral dikategorikan menjadi dua menurut Gibson (2005) yaitu kurang (<77% AKG) dan cukup (≥77% AKG). Adapun kategori variabel dalam penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kategori variabel penelitian

No. Variabel Kategori Keterangan

1. Umur  19−29 tahun

10. Tingkat Aktivitas fisik  Ringan (1.40 ≤ PAL≤ 1.69)

 Sedang (1.70 ≤ PAL ≤ 1.99)

 Berat (2.00 ≤ PAL ≤ 2.39)

FAO/WHO/UNO

(38)

PAL = (� � � � � � � ) 24 jam

Gaya Hidup. Data gaya hidup meliputi kebiasaan makan, aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan merokok. Data kebiasaan makan contoh meliputi kebiasaan sarapan pagi, kebiasaan makan bersama keluarga, frekuensi makan bersama keluarga, frekuensi makan lengkap, frekuensi makan makanan selingan, frekuensi makan sayur dan buah, kebiasaan jajan, dan kebiasaan ngemil. Data aktivitas fisik diukur dengan jenis aktivitas dan lama aktivitas selama 2x24 jam pada hari kerja dan hari libur. Jenis aktivitas fisik dikelompokkan berdasarkan sebaran jawaban contoh. Lama aktivitas fisik diukur dalam berapa jumlah jam selama melakukan masing-masing jenis aktivitas. Menurut FAO/WHO/UNU (2001) tingkat aktivitas fisik dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Sumber: FAO/WHO/UNU (2001)

Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda. Adapun Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan mengacu pada WHO/FAO/UNU (2001), yaitu aktivitas ringan (1.40 ≤ PAL≤ 1.69), aktivitas sedang (1.70 ≤PAL ≤ 1.99), dan aktivitas berat (2.00 ≤ PAL ≤ 2.39).

Data kebiasaan olahraga terdiri dari jenis olahraga, frekuensi olahraga, dan durasi (lama) olahraga. Jenis olahraga dikelompokkan berdasarkan sebaran jawaban responden. Frekuensi olahraga dikelompokkan menjadi tiga yaitu ≤1 kali/minggu, 2−3 kali/minggu, dan >3 kali/minggu. Durasi (lama) olahraga dikelompokkan menjadi tiga yaitu <30 menit, 30−60 menit, dan >60 menit. Kebiasaan merokok dilihat dari kebiasaan merokok responden dan jumlah rokok yang dihisap. Data jumlah rokok yang dihisap dalam sehari dikategorikan menjadi empat yaitu ≤5 batang, 6−10 batang, dan 11−15 batang.

Analisis Data

(39)

serta nilai standar deviasi. Data yang diolah secara statistik inferensia dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis univariat dan bivariat sesuai dengan variabel yang akan dianalisis sebagai berikut:

1. Analisis univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan setiap variabel dalam penelitian yaitu karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, besar keluarga, pendidikan terakhir, dan pendapatan), pengetahuan gizi contoh, status gizi contoh, asupan dan tingkat kecukupan energi serta zat gizi, dan gaya hidup (kebiasaan makan, aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan merokok). 2. Analisis bivariat

Analisis ini digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel yang diteliti. Adapun uji yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang bukan merupakan data rasio. Variabel yang diuji adalah jenis kelamin, pendidikan, dan pendapatan.

b. Uji korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang merupakan data rasio. Variabel yang diuji adalah umur, pendapatan, besar keluarga, pengetahuan gizi, tingkat kecukupan energi dan zat gizi. c. Uji beda Independent samples t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan

(40)

Definisi Operasional

Aktivitas Fisik adalah seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (2 hari kerja dan 2 hari libur). Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu aktivitas ringan (1.40 ≤ PAL≤ 1.69), aktivitas sedang (1.70 ≤ PAL ≤ 1.99), dan aktivitas berat (2.00 ≤ PAL ≤ 2.39) (WHO/FAO/UNO 2001).

Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga, yaitu ibu, ayah, dan anak-anaknya serta orang lain yang tinggal bersama dan biaya hidupnya menjadi tanggungan kepala keluarga yang dinyatakan dalam jiwa.

Dewasa adalah pegawai rektorat IPB baik PNS maupun honorer yang dijadikan sebagai subyek dalam penelitian dengan kisaran umur 20-56 tahun.

Gaya hidup adalah hasil penyaringan dari serentetan interaksi sosial, budaya, dan keadaan. Gaya hidup dalam penelitian ini meliputi kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik.

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah nilai yang diperoleh dari berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m2) yang digunakan sebagai dasar penelitian status gizi.

Keadaan sosial ekonomi adalah keadaan contoh yang meliputi besar keluarga, tingkat pendidikan, dan pendapatan keluarga.

Kebiasaan makan meliputi kebiasaan sarapan pagi, kebiasaan makan bersama keluarga, frekuensi makan bersama keluarga, kebiasaan menu makanan lengkap, frekuensi makan makanan selingan, frekuensi konsumsi sayur dan buah, kebiasaan jajan dan kebiasaan ngemil.

Kebiasaan merokok adalah kebiasaan contoh merokok yang meliputi usia awal merokok, lama merokok, alasan merokok, jenis rokok, jumlah rokok yang dihisap dalam sehari, dan waktu merokok.

Kebiasaan olahraga adalah kebiasaan contoh melakukan olahraga yang meliputi jenis olahraga, lama olahraga, dan frekuensi olahraga.

Obes adalah contoh (orang) yang mengalami obesitas dengan indeks massa tubuh >27.

Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak yang berlebihan didalam tubuh yang diekspresikan dengan perbandingan berat badan serta tinggi badan (IMT) yang meningkat.

Pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang diperoleh seluruh anggota keluarga per bulan dari hasil kerja contoh, baik dari pekerjaan yang utama maupun pekerjaan sampingan.

(41)

Pengetahuan gizi adalah kemampuan contoh dalam menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan gizi dan obesitas, yang meliputi tentang gizi seimbang, fungsi zat gizi, tanda-tanda obesitas, faktor penyebab obesitas, dan dampak obesitas.

konsumsi adalah jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi atau dimakan oleh responden agar dapat memenuhi kebutuhan gizinya yang didapat dari metode recall 2x24 jam.

Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang menunjukkan emenuhan kebutuhan gizi yang dikelompokkan menjadi gizi kurang, gizi baik (normal), gizi lebih (overweight), dan obesitas

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh Umur

Contoh yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah pegawai IPB sebanyak 73 contoh yang memenuhi kriteria khusus sebagai orang dewasa yang berumur ≥20 tahun. Contoh terbagi menjadi dua kelompok status gizi yaitu kelompok contoh berstatus gizi obes dan normal. Umur contoh yang terlibat dalam penelitian ini berkisar antara 20−56 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata dari umur seluruh contoh adalah 41.8±10.7 tahun. Persentase terbesar untuk contoh berstatus gizi obes dan normal terdapat pada kelompok umur 30−49 tahun masing-masing sebesar 57% dan 64%, sedangkan persentase terkecil untuk contoh berstatus gizi obes dan normal terdapat pada kelompok umur 19−29 tahun masing-masing sebesar 19% dan 11%. Hasil tersebut menjelaskan bahwa kejadian obesitas terjadi pada usia petengahan yaitu 30−49 tahun. Hasil ini sejalan dengan penelitian Maulina (2011) pada orang dewasa di pegawai IPB tertinggi terjadi pada contoh kelompok umur 30−49 tahun. Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.567 ; p>0.05) pada umur antara contoh berstatus gizi obes dan normal, dimana rata umur contoh obes (42.1±10.2) lebih tinggi dibandingkan rata-rata umur contoh normal (41.5±11.2). sebaran umur berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan umur, jenis kelamin, dan status gizi

Variabel Kategori

(43)

(16.3%) dan hal ini diperkuat oleh pernyataan Al-Riyami&Afifi (2003), Martins&Marinho (2003), Gutierrez-Fisac et al. (2004), dan Yoon et al. (2006) bahwa prevalensi obesitas lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.045 ; p<0.05) pada jenis kelamin antara antara contoh berstatus gizi normal dan obes.

Status sosial ekonomi

Besar keluarga. Besar keluarga menurut BKKBN (1998) adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Berdasarkan jumlah anggota keluarga, besar keluarga dikelompokkan menjadi 3, yaitu keluarga kecil jika jumlah anggota keluarga ≤4 orang, keluarga sedang jika 5−6 orang, dan keluarga besar jika ≥7 orang. Besarnya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi distribusi pangan yang akan diterima masing-masing individu. Sebuah keluarga yang terdiri dari banyak individu, selain dapat mengurangi distribusi pangan juga mengurangi kenyamanan dalam hidup berkeluarga. Dengan banyaknya anggota keluarga, akan memperkecil kemungkinan menjadi gemuk (Adiningrum 2008). Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan status gizi disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan status gizi

Besar Keluarga

Besar keluarga dari kedua kelompok contoh tersebar pada kelompok keluarga kecil dan sedang. Sebesar 52.8% contoh obes dan 62.2% contoh normal termasuk kedalam kategori keluarga kecil. Menurut Suhardjo (1996), semakin banyak anggota keluarga, maka makanan untuk setiap orang akan berkurang. Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.691; p>0.05) pada besar keluarga antara contoh obes dan normal.

(44)

cenderung memilih makanan yang lebih baik daripada konsumen yang berpendidikan rendah (Hardinsyah & Suhadjo 1987). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian besar contoh baik obes maupun normal menamatkan pendidikannya pada tingkat SMA masing-masing sebesar 58.3% dan 45.9%. Contoh obes, persentase contoh yang menamatkan pendidikannya pada tingkat perguruan tinggi adalah lebih sedikit (22.2%) jika dibandingkan dengan contoh normal (48.6%). Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.010; p<0.05) pada tingkat pendidikan antara contoh obes dan normal. Sebaran tingkat pendidikan akhir contoh berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan terakhir dan status gizi

Pendidikan terakhir

(45)

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan dan status gizi

Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan (Suhardjo 1996). Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Sukandar 2009). Konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan yang tergantung pada lingkungan baik masyarakat maupun keluarga. Kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi kedalam pemilihan pangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi (Nasoetion & Riyadi 1995). Pengetahuan gizi contoh meliputi gizi seimbang, sumber dan fungsi zat gizi, tanda-tanda obesitas, faktor penyebab obesitas, dan dampak obesitas yang diberikan dalam 20 pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan ada 4 pertanyaan yang dianggap sulit oleh seluruh contoh, yaitu makanan gizi seimbang mengandung bahan makanan sumber (pertanyaan nomor 2), rata-rata kecukupan energi orang dewasa (pertanyaan nomor 3), bagian tubuh yang menyimpan kelebihan lemak pada wanita (pertanyaan nomor 12), dan penyebab seseorang makan berlebih (pertanyaan nomor 17). Pertanyaan yang hampir dijawab dengan benar oleh seluruh contoh adalah mengenai susunan menu gizi seimbang (pertanyaan nomor 1), fungsi makan pagi yang cukup bagi orang dewasa (pertanyaan nomor 4), fungsi kalsium (pertanyaan nomor 8), bagian tubuh yang menyimpan kelebihan lemak pada pria (pertanyaan nomor 11), serta hal yang dialami oleh penderita obesitas ketika mengalami gangguan persendian (pertanyaan nomor 20).

(46)

(PUGS). Dalam PUGS terdapat 13 (tiga belas) pesan yang perlu diperhatikan. Ditegaskan pada pesan pertama bahwa makanlah aneka ragam makanan, yaitu makanan sumber tenaga (karbohidrat), zat pembangun (protein), serta zat pengatur (vitamin dan mineral). Kemudian pertanyaan rata-rata kecukupan orang dewasa yang dianggap sulit oleh seluruh contoh. Menurut WNPG (2004), rata-rata angka kecukupan pada orang dewasa adalah sebesar 2.200 kkal. Pertanyaan bagian tubuh yang menyimpan kelebihan lemak pada wanita juga dianggap sulit oleh seluruh contoh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda. Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel (Mulyono 2009). Stress dapat menyebabkan seseorang makan berlebih hanya sedikit yang menjawab benar. Menurut Astawan dan Leomitro (2009), unsur stress ikut mempengaruhi berat badan disamping kesalahan pola asuh anak. Anak yang kurang disenangi dalam pergaulan, misalnya, akan sering menarik diri. Akibatnya, aktivitas fisik berkurang dan otomatis menambah kegemukannya. Sebaran contoh yang menjawab benar pengetahuan gizi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar tentang pengetahuan gizi 20 Hal yang dialami oleh penderita obesitas ketika

(47)

Adapun hasil penelitian akan dibuat dalam bentuk persentase dan akan dibandingkan dengan standar skor tingkat pengetahuan gizi yaitu kurang (<60%), sedang (60−80%), dan baik (>80%) (Khomsan 2000). Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi

Pengetahuan gizi normal berturut-turut yaitu 70.1±13.5 dan 74.5±14.7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh yang memiliki pengetahuan gizi baik lebih banyak terdapat pada contoh normal (62.2%), sedangkan contoh yang memiliki pengetahuan gizi sedang dan kurang lebih banyak pada contoh obes berturut-turut yaitu 66.7% dan 22.2%. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.018; p<0.05) pada pengetahuan gizi antara contoh obes dan normal. Contoh normal cenderung memiliki pengetahuan gizi lebih tinggi dibanding yang obes terutama pengetahuan tentang makanan gizi seimbang, kecukupan energi, penyebaba internal obesitas, dan penyebab seseorang makan berlebih (Tabel 8).

Asupan Energi dan Zat Gizi

(48)

Asupan energi dan Zat Gizi Makro

Rata-rata konsumsi pangan hewani serta minyak dan lemak pada contoh obes adalah lebih banyak daripada contoh normal. Sebaliknya, rata-rata konsumsi serealia, umbi, pangan nabati, sayuran, buah, susu dan olahannya, serba-serbi, dan makanan jajanan pada contoh obes adalah lebih sedikit daripada contoh normal (Tabel 10). Konsumsi pangan serta asupan energi dan zat gizi berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 10.

Gambar

Gambar 2 Skema penarikan contoh
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 3 Kategori variabel penelitian
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar tentang pengetahuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sumber lain mengatakan bahwa task switching/ shifting adalah performa dalam menghadapi dua tugas atau lebih dengan satu waktu reaksi, namun setiap tugas memiliki

Peraturan tersebut juga mengatur tentang perubahan besaran jumlah pinjaman untuk setiap Mitra Binaan PK menjadi Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dengan besaran jasa

Table 1 menunjukkan bahwa kerusakan mesin perkakas yang terjadi di sekolah sampel besarnya mencapai 15.5%, kerusakan tersebut sifatnya kerusakan ringan. Artinya kerusakan tersebut

Motivasi murid SD dalam menulis karangan dapat ditingkatkan dengan pembelajaran yang menggunakan media audio visual berbasis katakter.Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan,

Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah yang disusun dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengembangan buku berbahasa Jawa bergambar sebagai penunjang pembelajaran

1) model pengembangan pembelajaran adalah suatu pola atau kerangka yang sistematis untuk mengembangkan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran..

Pasca pemberitaan konflik sengketa wilayah antara Indonesia dengan Malaysia di media massa banyak terjadi demonstrasi, masyarakat kecewa dan marah karena sikap Malaysia yang

Dengan mengucapkan Syukur Alhamdulilah kepada Allah SWT atas segala anugerah dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada peneliti, baik berupa kesehatan