• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum Lingkungan Pengangkutan

Periode Adaptasi

Percobaan diawali dengan pemindahan MEP dari kandang kelompok ke unit karantina yang ditempatkan dalam kandang individu yang berdampingan. Kondisi lingkungan pada periode karantina menunjukkan kelembaban udara maksimum 79,5%, suhu udara maksimum 31,20C, dan diberikan cahaya 13 jam sehari secara otomatis.

Perubahan ini membatasi aktivitas dan interaksi sosial dengan individu lain, sehingga mengakibatkan monyet mengalami cekaman, hal ini ditandai dengan perubahan tingkah laku seperti rasa takut, nafsu makan berkurang, dan ada monyet yang diare. Pemindahan monyet ini tujuannya untuk adaptasi kondisi penelitian berupa kandang, alat, dan peneliti serta dilakukan pengamatan tingkah laku untuk dijadikan dasar pembanding sesudah pengangkutan.

Pemberian pakan dan minuman selama periode ini disesuaikan dengan pola pemberian pakan yang ada di lokasi penangkaran yaitu dua kali sehari pada pagi hari pukul 07.00 WIB dan siang hari pukul 13.00 WIB, berupa pakan campuran MC dan buah-buahan (pisang dan jambu biji). Pemberian pakan dan minuman ini diikuti dengan pemberian obat dan antibiotik bagi MEP yang mengalami diare. Adaptasi pakan percobaan sebagai perlakuan diberikan selama seminggu menjelang pe ngangkutan dilaksanakan.

Periode Pengangkutan

Setelah MEP mampu beradaptasi yang ditunjukkan dengan kondisi tubuh dan fisik yang baik, pengangkutan dilaksanakan dengan tindakan meminimalkan setiap risiko yang merugikan, melindungi terhadap lingkungan yang ekstrim, memberikan pakan dan air minum yang dibutuhkan, serta melindungi satwa dari kemungkinan luka fisik akibat benturan yang terjadi. Keadaan berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan, tidak ada gangguan kemacetan sepanjang perjalanan. Suhu selama pengangkutan delapan

28 jam berkisar pada 24-280C dan untuk lama pengangkutan 24 jam suhu berkisar pada 19-260C.

Kondisi Fisik

Pengamatan MEP selama pengangkutan dibatasi untuk menghindari kemungkinan akan bertambahnya tekanan cekaman, juga kandang angkut yang kecil membatasi penglihatan yang ada. Keberadaan dapat diketahui dengan pasti setelah pengangkutan berakhir dan kembali dipindahkan ke dalam kandang individu yang ditempatkan di unit karantina. Kondisi setelah pengangkutan MEP dapat dilihat jelas dalam keadaan kelelahan, lemah, dengan ekspresi ketakutan, bingung, pasif, dan aktivitas gerak sangat minim, sehingga dalam penanganannya relatif lebih mudah, bila dibandingkan sebelum dilaksanakan pengangkutan.

Konsumsi

Konsumsi Pakan

Dalam percobaan ini, pemberian pakan dilakukan pada awal pengangkutan, dan MEP langsung mengkonsumsi pakan yang ada. Konsumsi selama pengangkutan dapat dilihat pada Tabel 5a dan 5b, demikian juga dengan konsumsi zat-zat makanan pada Tabel 6a dan 6b.

Tabel 5a Rerata jumlah pemberian, jumlah dan persentase konsumsi pakan pada pengangkutan 8 jam.

Perlakuan Konsumsi R0 R1 R2 R3 R4A R4B Pemberian pakan (g/ekor) 700 100 700 1.250 1.250 1.250 Jumlah konsumsi/ (g/ekor/8 jam) 383,80 49,20 399,20 629,20 659,40 692,00 Persentase konsumsi (%/ekor) 54,83 49,20 57,03 50,34 52,75 55,36 MC (%/ekor) *) 5,94 100,00 6,21 0,00 0,00 0,00 Tebu (%/ekor) **) 0,00 0,00 0,00 25,52 26,21 27,83 Pisang (%/ekor) **) 50,60 0,00 51,95 24,25 24,05 22,31 Jambu biji (%/ekor) 43,46 0,00 41,83 17,58 16,23 16,50 Apel (%/ekor) 0,00 0,00 0,00 17,42 17,11 18,29 Jeruk (%/ekor) **) 0,00 0,00 0,00 15,26 16,41 15,06

29 Tabel 5b Rerata jumlah pemberian, jumlah dan persentase konsumsi pakan

pada pengangkutan 24 Jam

Perlakuan Konsumsi R0 R1 R2 R3 R4A R4B Pemberian pakan (g/ekor) 900 150 900 1.500 1.500 1.500 Jumlah konsumsi (g/ekor/24 jam) 565,80 88,20 590,20 862,80 903,80 917,40 Persentase konsumsi (%/ekor) 62,87 58,80 65,58 57,52 60,25 61,16 MC (%/ekor) *) 5,97 100 6,74 0,00 0,00 0,00 Tebu (%/ekor) **) 0,00 0,00 0,00 23,81 23,99 24,85 Pisang(%/ekor) **) 56,77 0,00 54,49 24,15 25,20 25,33 Jambu biji (%/ekor) 37,26 0,00 38,77 17,20 17,26 15,52 Apel(%/ekor) 0,00 0,00 0,00 19,73 19,32 19,97 Jeruk(%/ekor)**) 0,00 0,00 0,00 15,11 14,23 14,32

Keterangan: *) = Monkey chow. **) = tanpa kulit

Tabel 6a Rerata konsumsi zat-zat makanan selama pengangkutan 8 jam. Perlakuan Konsumsi R0 R1 R2 R3 R4A R4B Protein(g) 14,86 13,38 15,91 13,34 13,57 14,24 Lemak(g) 1,98 1,96 2,11 1,29 1,33 1,40 Karbohidrat(g) 63,96 23,72 67,61 43,65 44,85 45,05 Kalsium (Ca)(g) 0,38 0,49 0,39 1,32 1,38 1,54 Fosfor (P)(g) 0,98 0,57 1,01 2,32 2,44 2,63 Energi (kal/g) 3050,27 2287,31 3228,30 2828,05 2962,15 2938,09

Tabel 6b Rerata konsumsi zat-zat makanan selama pengangkutan 24 jam Perlakuan Konsumsi R0 R1 R2 R3 R4A R4B Protein(g) 23,04 21,29 24,82 17,87 19,62 20,20 Lemak(g) 2,96 3,52 3,24 1,71 1,83 1,84 Karbohidrat (g) 63,96 23,72 67,61 43,65 44,85 45,05 Kalsium (Ca)(g) 0,54 0,87 0,58 1,83 1,86 1,90 Fospor (P)(g) 1,45 1,02 1,55 3,17 3,20 3,45 Energi (kal/g) 4569,72 4100,42 4932,39 3885,74 4080,78 4016,17

30 Hasil yang diperoleh pada percobaan lama pengangkutan delapan jam adalah konsumsi terendah terjadi pada perlakuan yang diberi MC sejumlah 49,20 g/ekor dan tertinggi diberi perlakuan pakan 100% buah-buahan sejumlah 659,00 g/ekor, sedangkan untuk lama pengangkutan 24 jam, menunjukkan hal sama bahwa perlakuan yang diberi MC, konsumsinya terendah 88,20 g/ekor dan tertinggi perlakuan diberi pakan 100% buah-buahan dengan penambahan multivitamin dan obat penenang sejumlah 903,80 g/ekor. Perbedaan konsumsi ini disebabkan oleh bentuk fisik pakan yang diberikan berbeda, MC berbentuk biskuit padat keras denga n kandungan air yang rendah dibandingkan dengan buah-buahan segar yang memiliki kadar air tinggi yang diberi sebagai pakan pada perlakuan lainnya.

Untuk persentase konsumsi pada pengangkutan delapan jam, pemberian 100% MC terendah 49,20%, dan tertinggi pemberian pakan campuran MC dengan buah-buahan yang ditambahkan multivitamin sebesar 52,75% dari jumlah pakan yang diberikan, sedangkan untuk lama pengangkutan 24 jam yang terendah adalah perlakuan pakan 100% buah-buahan dan tertinggi adalah perlakuan pakan campuran MC dan buah-buahan dengan pemberian multivitamin sebanyak 65,58%. Rendahnya persentase konsumsi dari ketersediaan pakan yang diberi, diduga karena waktu untuk makan terbatas.

Pemberian beberapa bahan makanan yang diberi sebagai pakan selama pengangkutan menunjukkan adanya perbedaan. Sedikitnya konsumsi MC (5,94%-6,21% untuk lama pengangkutan delapan jam dan 5,97% -6,74% untuk lama pengangkutan 24 jam) dibandingkan dengan konsumsi pakan buah-buahan, menunjukkan adanya sifat memilih oleh MEP yang lebih menyukai buah-buahan, karena memang makanan utama MEP adalah buah-buahan. Hal ini juga terlihat pada perlakuan 100% buah-buahan yang terdiri dari beberapa jenis, yang hasilnya menunjukkan tingkat kesukaan yang hampir sama antara 25,52% -15,26% dan 26,21%-16,41% untuk lama pengangkutan delapan jam dan 24,15% -15,11% dan 25,20%-14,23% untuk lama pengangkutan 24 jam. Hasil ini menunjukkan bahwa MEP sebagai primata merupakan pemakan buah-buahan (frugiforous). Selain sifat pemakan buah, kandungan air dalam bua h diperlukan untuk laju metabolisme tubuh yang meningkat karena cekaman. Johnson (2000) menyatakan bahwa

31 tingkah laku memakan pada monyet Rhesus tidak berubah sekalipun berada dalam kondisi tertekan.

Penambahan multivitamin melalui suntikan intramuskuler dalam perlakuan pakan campuran buah-buahan dan MC tidak memberikan perbedaan nyata terhadap jumlah konsumsi MEP selama pengangkutan. Multivitamin berfungsi bukan sebagai sumber makanan, tetapi hanya sebagai kofaktor yang membantu proses enzimatik dalam tubuh dan dibutuhkan dalam jumlah sedikit (Linder 1992). Demikian juga dengan pemberian obat penenang ketamin yang tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi, karena sesuai fungsinya sebagai zat sedatif yang memberi efek menenangkan (Plumb 1996).

Bobot Kering Pakan

Pemberian berbagai jenis pakan berpengaruh terhadap konsumsi bobot kering pakan MEP yang mengalami pengangkutan seperti yang terlihat pada Tabel 7. Konsumsi bobot kering pada percobaan lama pengangkutan delapan jam lebih rendah bila dibandingkan dengan percobaan lama pengangkutan 24 jam.

Tabel 7 Rerata konsumsi bobot kering pakan selama pengangkutan (g/ekor). Perlakuan Pakan Lama Pengangkutan R0 R1 R2 R3 R4 8 jam 113,50 A 43,66B 120,05 A 114,45 A 119,69 A 24 jam 175,14a 78,27B 183,13a 157,28c 166,63ac Keterangan: Superskrip huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01), sedangkan untuk huruf kecil menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).

Melalui analisis statistik dan pengujian dengan Beda Nyata Terkecil (BNT), hasilnya berbeda sangat nyata (P<0,01), antara perlakuan pemberian pakan 100% MC sebanyak 43,66 g/ekor dengan perlakuan lainnya pada pengangkutan delapan jam, sedangkan antar perlakuan lainnya, konsumsi BK pakan tidak sama tetapi analisis statistik menunjukkan perbedaan tidak nyata. Untuk percobaan lama pengangkutan 24 jam, hasil juga menunjukkan bahwa pemberian pakan 100% MC yang rendah menyebabkan perbedaan sangat nyata (P<0,01) dibandingkan de ngan

32 perlakuan lainnya, sedangkan untuk pemberian pakan campuran MC dan buah-buahan dengan penambahan multivitamin sebanyak 183,13 g/ekor menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) dengan perlakuan pakan 100% buah-buahan.

Rendahnya konsumsi BK dari MEP selama pengangkutan 24 jam dibandingkan dengan konsumsi harian (200-300g Valereo et al. (1969) untuk buah-buahan, dan 82-122g untuk pakan buatan Ismanto (1999)) diduga karena MEP mengalami cekaman selama pengangkutan. Sedangkan untuk perlakuan pakan 100% MC yang rendah, diduga ada beberapa hal yang mempengaruhi yaitu a) MC merupakan pakan buatan dalam bentuk padat, keras, kering kurang palatabel sehingga untuk dikonsumsi membutuhkan waktu lebih lama, sedangkan dalam proses pengangkutan waktu yang tersedia terbatas. Seperti yang dinyatakan oleh Church (1979); Wiseman dan Cole (1990); Pond et al. (1995) bahwa bentuk fisik sangat mempengaruhi konsumsi pakan oleh hewan, dan b) kandungan energi MC tinggi (4649 kal/g), dibandingkan dengan kandungan energi buah-buahan yang diberi sebagai pakan, antara 350-750 kal/g (Tabel 3). Energi merupakan zat nutrisi yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi (Anggorodi 1995), lebih lanjut Wahyu (1997) menyatakan bahwa konsumsi akan meningkat kalau diberi pakan dengan kandungan energi ya ng rendah dan akan menurun kalau diberi pakan dengan kandungan energi yang tinggi. Lebih lanjut Church (1979) menyatakan bahwa konsumsi pakan dipengaruhi oleh individu dan lingkungan.

Kecernaan Semu Zat-zat Makanan

Nilai kecernaan menggambarkan kesanggupan hewan dalam mencerna zat nutrisi dari pakan yang dikonsumsi. Kemampuan MEP mencerna semu pakan pada pengangkutan 24 jam dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Rerata kecernaan semu zat-zat makanan pada pengangkutan 24 jam.

Perlakuan Pakan Pakan

R0 R1 R2 R3 R4 Energi (kal/g) 2.702,00 2.782,00 2.813,00 2.351,00 2.549,00 Protein (g/ekor) 7,48 7,96 8,26 5,90 7,44

33

Energi

Kecernaan semu energi oleh MEP pada pengangkutan 24 jam, menunjukkan bahwa pakan campuran MC dan buah-buahan ditambah multivitamin, paling banyak dicerna (2.813 kal/g/ekor). Hal ini diduga karena konsumsi BK pakan yang tinggi sehingga memungkinkan penyerapan lebih banyak, sedangkan tingginya kecernaan semu energi pakan 100% MC (2.782 kal/g/ekor), karena kandungan energi MC yang tinggi dan serat kasar rendah, sehingga sekalipun dikonsumsi sedikit, penyerapan dapat terjadi maksimal karena zat-zat makanan yang terkandung dalam MC mudah diserap. Seperti yang dinyatakan oleh Tillman et al. (1991) bahwa semakin tinggi serat kasar dalam pakan, semakin banyak energi yang keluar melalui feses. Lebih lanjut Anggorodi (1995), menyatakan bahwa semakin tingginya serat kasar pakan, semakin rendah kecernaan pakan tersebut.

Protein.

Kecernaan semu protein pakan menunjukkan hasil yang berbeda pula. Banyaknya protein yang tercerna pada perlakuan pakan 100% MC (7,96 g/ekor), meskipun oleh konsumsi MC yang sedikit, namun kandungan protein tinggi, dan mudah diserap sehingga memungkinkan penyerapan yang lebih tinggi. Selain itu juga, MC mengandung protein yang tinggi 27,74% (Tabel 3), dibandingkan dengan kadar protein pakan lainnya. Blaxter (1969) menyatakan bahwa waktu yang ditempuh dalam saluran pencernaan akan mempengaruhi daya cerna, semakin singkat waktunya, maka semakin berkurang kemampuan cernanya. Lebih lanjut Maynard et al. (1979) menyatakan bahwa jumlah makanan yang dikonsumsi sangat mempengaruhi kecernaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan adalah komposisi pakan, pemberian pakan, jumlah pakan yang dikonsumsi, dan laju perjalanan pakan di dalam saluran pencernaan (MC Donald

et al. 1988). Rendahnya kecernaan protein MEP yang mengalami pengangkutan

24 jam menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan protein per hari yang berkisar antara 15-20%, hal ini diduga karena monyet mengalami cekaman yang menyebabkan rendahnya tingkat kecernaan pakan akibat adanya gangguan proses fisiologis dalam tubuh, seperti yang dinyatakan oleh Ewing et al. (1999) bahwa cekaman menurunkan kebutuhan dan penggunaan zat-zat makanan, serta sistim kekebalan.

34

Perubahan Bobot Badan

Percobaan pada pengangkutan delapan jam dan 24 jam menunjukkan bahwa lama pengangkutan mengakibatkan perbedaan terhadap perubahan bobot badan. Adanya pertambahan bobot badan yang mencapai 11 g/ekor, dan terendah -14 g/ekor, sangat berbeda dibandingkan dengan pengangkutan 24 jam yang mengalami penurunan bobot badan antara -69 g/ekor sampai -92 g/ekor (Tabel 9).

Tabel 9 Rerata perubahan bobot badan selama pengangkutan (g/ekor). Perlakuan Lama Pengangkutan R0 R1 R2 R3 R4 8 jam 6a -14b 8a 10a 11a 24 jam -79 -75 -69 -92 -89 Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).

Perbedaan penurunan bobot badan MEP yang mengalami lama pengangkutan delapan jam dengan pengangkutan 24 jam, diduga karena pada pengangkutan 24 jam tekanan cekamannya yang lebih lama seiring dengan lamanya pengangkutan, sehingga aktivitas untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis sebagai akibat adanya cekaman lebih lama pula. Cekaman yang memicu gangguan fisiologis dengan meningkatnya laju metabolisme membutuhkan energi yang lebih besar dibandingkan dengan kondisi normal. Sibly dan Calow (1986) menyatakan bahwa cekaman lingkungan meningkatkan kebutuhan hidup pokok. Tidak terpenuhinya kebutuhan hidup pokok menyebabkan terjadinya pengurasan cadangan yang ada, demikian halnya dengan energi, apabila tidak terpenuhi dalam pakan, maka energi yang terdeposit dalam bentuk lemak tubuh akan dimanfaatkan.

Percobaan pengangkutan delapan jam menunjukkan perbedaan nyata (P<05). Penurunan bobot badan MEP yang diberi pakan 100% MC sebesar badan -14 g/ekor diduga karena monyet telah mengalami cekaman, sekalipun untuk perlakuan lain mengalami penambahan. Penambahan bobot badan ini dikarenakan konsumsi pakan buah-buahan segar yang banyak selama pengangkutan, sehingga

35 proses pencernaan masih berlangsung, sedangkan pengangkutan sudah harus berakhir.

Lama pengangkutan 24 jam memberikan pengaruh penurunan bobot badan untuk semua perlakuan. Penurunan te rbanyak terjadi pada perlakuan pakan 100% buah-buahan tanpa penambahan multivitamin dan obat penenang sebanyak -92 g/ekor dan terendah pada perlakuan yang diberi pakan campuran MC dan buah-buahan ditambah multivitamin sebanyak -69 g/ekor. Analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan nyata. Hal ini berarti bahwa pemberian pakan yang diberi selama pengangkutan tidak mampu menekan cekaman yang mengakibatkan penurunan bobot badan MEP.

Pemberian multivitamin hematopan yang mengandung B12 dan biosolamine yang mengandung ATP murni serta beberapa mineral, tidak memberikan pengaruh terhadap penurunan bobot badan. Hal ini dimungkinkan karena penambahan multivitamin tidak dapat menghilangkan cekaman yang terjadi akibat pengangkutan, tetapi kemungkinan dapat mengurangi cekaman yang ada. Demikian juga dengan pemberian ketamin yang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan bobot badan, karena pemberian obat penenang sampai 0,04 mg/kg BB, tetapi kemungkinan dapat menekan intensitas cekaman, seperti yang dila porkan oleh Joslin dan Collins (1999) bahwa penggunaan sedatif dan obat penenang dapat menekan cekaman selama hewan di pengangkutan.

Tingkah Laku

Keadaan umum setelah pengangkutan MEP menampakkan gejala diam tidak bereaksi, berada pada salah satu pojok belakang kandang dengan pandangan kelihatan kosong bercampur takut, menampakan tingkah laku yang berbeda bila dibandingkan dengan tingkah laku sebelum pengangkutan. Untuk mengetahui sampai seberapa besar tekanan cekaman dan kemampuan MEP membebaskan diri dari cekaman pengangkutan, dilakukan dengan melihat perubahan tingkah laku, antara lain tingkah laku makan dan tingkah laku agresivitas.

36

Tingkah Laku Makan

Respon Terhadap Pakan. Tingkah laku makan merespon pakan yang segera mengambil dan memakan tidak terlihat setelah MEP mengalami pengangkutan. Perubahan tingkah laku merespon terhadap pemberian pakan menjadi langsung mengambil dan memakan berangsur-angsur kelihatan, diawali dengan perubahan dari diam menjadi tidak langsung mengambil pakan yang diberikan, dan kemudian menjadi langsung mengambil dan memakannya.

Pada pengangkutan delapan jam, saat pemberian pakan pertama kali pasca pengangkutan, semua MEP diam tidak mempedulikan pakan tersebut, sedangkan pada pemberian pakan kedua kali sudah ada 30,00% yang merespon terhadap pakan yang diberi, tetapi masih belum ada yang merespon langsung mengambil dan memakan pakan yang diberi. Pada pemberian pakan ketiga kali, sebanyak 13,33% yang mengambil dan langsung memakan pakan yang diberi, tetapi masih 23,33% tidak merespon terhadap pakan yang diberi. Pada pemberian pakan ke empat kali, ada 60,00% yang merespon langsung mengambil dan memakan pakan yang diberi, dan pada pemberian pakan kelima kali bertambah sebanyak 26,67%, serta 13,33% pada pemberian pakan keenam kali (Gambar 7).

Gambar 7 Perubahan respon makan setelah pengangkutan

Pada pemberian pakan pertama kali pasca pengangkutan 24 jam, tidak ada MEP merespon langsung terhadap pakan yang diberikan, semuanya tidak peduli

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 6 12 18 24 30 36 42 waktu (jam) frekuensi (%)

37 dengan pandangan bingung dan menampakkan rasa ketakutan. MEP yang merespon langsung untuk mengambil dan memakan pakan yang diberi mulai terjadi setelah pemberian pakan keempat kali, ada sebanyak 10,00% dan tidak merespon terhadap pakan yang diberi sebanyak 20,00%. Pada pemberian pakan kelima kali, yang merespon bertambah 30,00% dengan langsung mengambil dan memakan pakan yang diberi. Pada pemberian pakan keenam kali, jumlah MEP bertambah 36,66%, pada pemberian pakan ketujuh kalinya 16,67% yang merespon, serta 6,67% yang merespon pada pemberian pakan ke delapan kali.

Lama waktu yang dibutuhkan untuk perubahan respon makan setelah mengalami pengangkutan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Rerata waktu yang dibutuhkan untuk perubahan respon makan setelah pengangkutan.

Perubahan respon makan (jam/ekor) Perlakuan

Pengangkutan 8 Jam Pengangkutan 24 Jam

R0 27,60 36,60 R1 26,40 36,20 R2 25,20 33,60 R3 28,80 36,00 R4A 24,00 33,00 R4B 24,00 32,80 Rata-rata 26,00 34,60 Keterangan: R4A= kandang angkut tertutup, R4B= ka ndang angkut berjendela

Berdasarkan respon langsung untuk mengambil dan memakan pakan yang diberikan setelah mengalami lama pengangkutan delapan jam, diperoleh hasil bahwa MEP membutuhkan waktu 26,00 jam untuk kembali ke kondisi sama seperti sebelum penga ngkutan, sedangkan untuk pengangkutan 24 jam, waktu yang dibutuhkan adalah 34,60 jam.

Lama Waktu Makan. MEP yang memerlukan lama waktu makan kurang dari dua menit untuk menghabiskan pakan yang diberikan setelah mengalami pengangkutan delapan jam, pada pemberian pakan pertama kali tidak ada, semuanya memerlukan waktu lebih dari sepuluh menit. Pada pemberian pakan ketiga kali, sekitar 23,33% yang makan kurang dari dua menit, masih 13,33% yang memakan lebih dari sepuluh menit, dan sisanya 63,33% memakan antara dua

38 sampai dengan sepuluh menit. Pada pemberian pakan keempat kali bertambah 26,67% yang sudah dapat menghabiskan pakan kurang dari dua menit, dan pada pemberian pakan kelima kali, yang memakan dalam waktu kurang dari dua menit bertambah 30,00%, serta pada pemberian pakan keenam kali sekitar 96,67% dapat menghabiskan pakan dalam kurang dari dua menit. Ada 3,33% yang mulai pada pemberian pakan keempat kali, menghabiskan pakan dalam waktu antara dua sampai dengan lima menit, dan kondisi ini berlanjut terus sepanjang pengamatan (Gambar 8).

Gambar 8 Perubahan lama waktu makan setelah pengangkutan

Pada pengangkutan 24 jam, pemberian pakan pertama kali, yang makan kurang dari dua menit tidak ada, semuanya menghabiskan waktu makan lebih dari 10 menit. Peruba han mulai terlihat pada pemberian pakan ke empat kali, ada 13,33% yang sudah mampu makan kurang dari dua menit, tetapi masih ada 20,00% yang menghabiskan pakannya lebih dari sepuluh menit. Pemberian pakan kelima kali bertambah 30,00% yang lama waktu makannya kurang dari dua menit, tetapi masih ada 6,67% yang makan lebih dari sepuluh menit. Pada pemberian pakan keenam kali bertambah 23,33% yang dapat menghabiskan pakan dalam waktu kurang dari dua menit, dan pada pemberian pakan ketujuh kali, yang dapat makan kurang dari dua menit menjadi 90,00% ekor, serta pada pemberian pakan

0 5 10 15 20 25 30 35 6 12 18 24 30 36 42 waktu (jam) frekuensi (%)

39 kedelapan kali, 100,00% MEP sudah mampu menghabiskan pakan kurang dari dua menit.

Lama waktu yang dibutuhkan untuk perubahan lama waktu makan setelah mengalami pengangkutan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Rerata waktu yang dibutuhkan untuk perubahan lama waktu makan setelah pengangkutan.

Perubahan lama waktu makan (jam/ekor) Perlakuan

Pengangkutan 8 Jam Pengangkutan 24 Jam

R0 27,60 39,60 R1 26,60 38,40 R2 26,20 32,60 R3 28,80 36,00 R4A 24,60 31,60 R4B 24,60 31,40 Rata-rata 26,40 35,00 Ketertangan: R4A= kandang angkut tertutup, R4B= kandang angkut berjendela

Berdasarkan lama waktu makan yang kurang dari dua menit sudah langsung mengambil dan mema kan, diperoleh hasil bahwa MEP setelah mengalami lama pengangkutan delapan membutuhkan waktu 26,40 jam, sedangkan pada pengangkutan 24 jam, waktu yang dibutuhkan 35,00 jam untuk berada dalam kondisi seperti sebelum dilakukan pengangkutan.

Tingkah Laku Agresivitas.

Setelah pengangkutan delapan jam, tidak ada MEP yang berlaku agresif dan merespon terhadap gangguan pertama kali. Ada 40,00% terganggu tetapi tidak menampakkan sifat agresif merasa seperti hanya terusik saja, dan 60,00% tetap diam berada dipojok kandang. Perubahan tingkah laku agresif diawali dengan membalas menatap setiap kehadiran orang yang ada dengan membuka mulutnya yang lebar memperlihatkan gigi, kemudian menyerang dan ada yang sambil berteriak, mulai nampak pada pemberian gangguan ketiga kali, ada 26,67% merespon tindakan gangguan dengan agresif menunjukkan sikap yang melawan, 13,33% masih tidak beraksi, dan sisanya sudah bereaksi tapi tidak agresif dan berusaha menghindar, dan ada yang merasa ketakutan. Penggangguan keempat

40 kali yang sudah mampuh memberi respon agresif dan berusaha melawan bertambah sebanyak 30,00% dan tidak ada lagi yang diam bila diusik. Tindakan penggangguan kelima kali bertambah menjadi 96,67% dan pada penggangguan keenam kali 100,00% MEP agresif merespon dengan menunju kkan ekspresi melawan seperti sebelum dilakukan pengangkutan (Gambar 9).

Gambar 9 Perubahan tingkah laku agresivitas setelah pengangkutan

Untuk pengangkutan 24 jam, penggangguan pertama kali ada 26,67% MEP yang berespon terganggu tapi tidak menunjukkan tingkah laku menantang, dan 73,33% tetap diam dipojok tak bereaksi. Perubahan terjadi pada penggangguan keempat kali sebanyak 13,33% memberi reaksi agresif terhadap rangsangan gangguan yang diberi, dan ada 26,67% belum memberi reaksi terhadap gangguan yang ada, penggangguan yang kelima kali bertambah 30,00%, dan masih ada 3,33% yang belum memberikan reaksi. Penggangguan keenam kali sebanyak 66,67% merespon, gangguan ketujuh kali bertambah 26,67%, dan penggangguan kedelapan kali terlihat 100,00% MEP sudah memberikan respon terhadap gangguan yang diberi dengan membalas tatapan dengan menunjukkan ekspresi marah dan mencoba melawan.

Lama waktu yang dibutuhkan untuk perubahan agresif setelah mengalami pengangkutan dapat dilihat pada Tabel 12.

0 10 20 30 40 50 6 12 18 24 30 36 42 waktu (jam) frekuensi (%)

41 Tabel 12 Rerata waktu yang dibutuhkan untuk perubahan agresivitas setelah pengangkutan.

Perubahan Tingkah laku Agresivitas (jam/ekor)

Perlakuan

Pengangkutan 8 Jam Pengangkutan 24 Jam

R0 26,40 36,00 R1 25,20 34,80 R2 25,00 33,60 R3 27,60 37,20 R4A 23,80 33,60 R4B 23,40 32,40 Rata-rata 25,20 34,60 Ketertangan: R4A= kandang angkut tertutup, R4B= kandang angkut berjendela

Berdasarkan sifat agresif yang ditunjukkan terhadap gangguan yang diberikan setelah mengalami lama pengangkutan delapan jam, diperoleh hasil bahwa MEP membutuhkan waktu 25,20 jam untuk kembali berada dalam kondisi sama seperti sebelum pengangkutan, sedangkan untuk pengangkutan 24 jam, MEP membutuhkan waktu lebih lama (34,60 jam) untuk kembali berada dalam kondisi sama seperti sebelum pengangkutan

Dari keseluruhan perubahan tingkah laku yang terjadi, respon langsung mengambil dan memakan pakan, lama waktu menghabiskan pakan, dan respon agresif marah dan menantang, diperoleh hasil adanya perbedaan waktu perubahan tingkah laku yang dibutuhkan MEP untuk kembali sama seperti sebelum pengangkutan. Diperoleh hasil bahwa untuk lama pengangkutan delapan jam pulihnya tingkah laku ke keadaan sebelum pengangkutan, terjadi pada pagi hari ketiga, dan untuk lama pengangkutan 24 jam, pada waktu sore hari ketiga.

Dokumen terkait