• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Geografis Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Ibukota RI dan secara geografis terletak pada posisi 6.19° - 6.47° Lintang Selatan dan 106°01’ – 107°103’ Bujur Timur. Luas wi layah berdasarkan data terakhir adalah 2.301,95 Km2 dan memiliki batas - batas wilayah sebagai berikut :

Utara : Kota Depok Barat : Kabupaten Lebak Barat Daya : Kabupaten Tangerang Timur : Kabupaten Karawang Timur Laut : Kabupaten Bekasi Selatan : Kabupaten Sukabumi Tenggara : Kabupaten Cianjur

Berdasarkan hasil Pendataan Sosial Ekonomi 2008, Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan, 428 desa/kelurahan, 3.770 RW DAN 15.124 RT. Sebagian besar desa pada Kabupaten Bogor sudah terklasifikasi sebagai desa swakarya yakni 236 desa, lainnya 191 desa swasembada dan tidak ada desa swadaya. Berdasarkan klasifikasi daerah, dilihat dari aspek potensi lapangan usaha, kepadatan penduduk dan sosial terdapat kategori desa perkotaan sebanyak 199 dan desa pedesaan sebanyak 228 desa.

Kabupaten Bogor dibagi dalam perwilayahan pembangunan yang merupakan dasar penyusunan agenda pembangunan dan rencana strategis setiap bidang dan program pembangunan dalam rangka penyeimbangan pembangunan antar wilayah. Maksud dan tujuan perwilayahan pembangunan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah secara seimbang antar kawasan dengan memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan berkesinambungan. Dilihat dari karakteristik wilayah dan perkembangan ekonomi wilayah, pola interaksi internal dan eksternal yang didukung oleh jaringan infrastruktur pelayanan baik lokal maupun regional serta kebijakan pengembangan dan penyebaran penduduk secara seimbang sesuai dengan daya dukung lingkungan, maka wilayah Kabupaten Bogor dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah pembangunan, yaitu: wilayah pembangunan barat, tengah dan timur.

52

Pembangunan wilayah barat meliputi 13 (tiga belas) kecamatan, yaitu Kecamatan Jasinga, Parung Panjang, Tenjo, Cigudeg, Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Tenjolaya, Cibungbulang, Ciampea, Pamijahan dan Kecamatan Rumpin, dengan luas wilayah sekitar 128.750 Ha. Pembangunan wilayah tengah meliputi 20 (dua puluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang, Rancabungur, Bojonggede, Tajurhalang, Cibinong, Sukaraja, Dramaga, Cijeruk, Cigombong, Caringin, Ciawi, Megamendung, Cisarua, Citeureup, Babakan Madang, Ciomas dan kecamatan Tamansari, dengan luas wilayah sekitar 87.552 Ha. Pembangunan wilayah timur meliputi 7 (tujuh) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Putri, Cileungsi, Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur, Tanjungsari dan Kecamatan Cariu.

Masyarakat Kabupaten Bogor memiliki beberapa karakteristik yaitu wilayah Bogor bagian utara corak penduduknya adalah Betawi Ora (atau campuran suku Betawi dan Sunda); wilayah Bogor bagian selatan corak dan bahasa penduduknya adalah campuran antara Bogor dengan Cianjur dan Sukabumi; sebelah barat corak dan bahasa penduduknya campuran antara Bogor dan Banten; bagian timur corak dan bahasa penduduknya campuran Bogor dengan Karawang, sedikit dengan Cianjur dan Bekasi.

Kondisi Kependudukan Kabupaten Bogor

Salah satu aset pembangunan yang dominan yang dimiliki suatu negara berkembang pada umumnya jumlah penduduk dan angkatan kerja yang demikian besar jumlahnya. Berdasarkan hasil registrasi dari Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana, pada Tahun 2009 tercatat bahwa penduduk Kabupaten Bogor yaitu 4.477.344 jiwa seperti yang tercantum pada Tabel 3.

53

Tabel 3. Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kabupaten Bogor Tahun No. Kecamatan 2008 2009 Pertumbuhan/Tahun (%) 1 Nanggung 88.139 88.057 -0,09 2 Leuwiliang 11.164 113.210 90,14 3 Leuwisadeng 78.048 73.420 -6,30 4 Pamijahan 136.006 139.374 2,42 5 Cibungbulang 123.007 123.490 0,39 6 Ciampea 139.478 139.822 0,25 7 Tenjolaya 50.883 54.626 6,85 8 Dramaga 90.476 92.402 2,08 9 Ciomas 129.565 130.344 0,60 10 Tamansari 81.860 85.062 3,76 11 Cijeruk 75.137 75.742 0,80 12 Cigombong 83.143 83.299 0,19 13 Caringin 109.583 109.713 0,12 14 Ciawi 92.642 93.749 1,18 15 Cisarua 109.882 110.040 0,14 16 Megamendung 91.036 91.518 0,53 17 Sukaraja 152.078 153.157 0,70 18 Babakan Madang 86.257 98.233 12,19 19 Sukamakmur 73.978 75.654 2,22 20 Cariu 47.234 47.243 0,02 21 Tanjungsari 48.767 48.819 0,11 22 Jonggol 113.276 113.706 0,38 23 Cileungsi 202.964 185.234 -9,57 24 Klapanunggal 76.226 76.763 0,70 25 Gunung Putri 225.780 300.826 24,95 26 Citeureup 170.123 174.319 2,41 27 Cibinong 251.562 252.742 0,47 28 Bojonggede 205.568 218.183 5,78 29 Tajurhalang 88.562 89.388 0,92 30 Kemang 80.102 82.959 3,44 31 Rancabungur 97.083 97.056 -0,03 32 Parung 101.736 102.072 0,33 33 Ciseeng 94.505 94.752 0,26 34 Gunung Sindur 86.054 86.671 0,71 35 Rumpin 124.626 131.886 5,50 36 Cigudeg 113.310 115.816 2,16 37 Sukajaya 62.924 62.993 0,11 38 Jasinga 95.223 97.258 2,09 39 Tenjo 63.935 66.047 3,20 40 Parung Panjang 93.558 101.699 8,00 Total 4.340.520 4.477.344 3,06

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2010 (Diolah)

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Bogor mengalami peningkatan dari tahun 2008 ke tahun 2009 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 3,06 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor

54

Tahun 2010 dari jumlah penduduk tersebut penduduk laki-lakinya berjumlah 2.289.006 jiwa dan perempuan 2.118.338 jiwa dengan ratio jenis kelamin 105.

Besarnya jumlah penduduk tersebut akan membawa dampak, salah satunya adalah dampak terhadap persebaran dan densitas (kepadatan) penduduk. Di tahun 2008 kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang berkisar di atas 2000 jiwa/km2 sebanyak 20 kecamatan. Kecamatan tersebut antara lain Leuwisadeng, Cibungbulang, Ciampea, Tenjolaya, Dramaga, Ciomas, Taman Sari, Cijeruk, Cigombong, Ciawi, Megamendung, Sukaraja, Cileungsi, Gunung Putri, Citeureup, Cibinong, Bojong Gede, Tajur Halang, Ranca Bungur, dan Ciseeng (BPS Kabupaten Bogor, 2009).

Dilihat dari segi struktur penduduk, Kabupaten Bogor memiliki struktur penduduk umur muda, hal ini membawa dampak semakin besarnya jumlah angkatan kerja. Perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk berumur 15 tahun lebih disebut dengan Partisipasi Angkatan Kerja. Tahun 2008 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Bogor untuk laki – laki 70,35 persen, perempuan 38,86 persen, dan secara total 55,24 persen. Hal ini terlihat masih mendominasi laki – laki dalam Partisipasi Angkatan Kerja. Dilihat dari jenis lapangan pekerjaan, penduduk Kabupaten Bogor paling besar bekerja di bidang pertanian dengan persentase sebesar 35,07 persen, kemudian di bidang industri sebesar 6,49 persen, perdagangan 26,69 persen, bidang jasa 8,98 persen, dan bidang lainnya sebesar 22,76 persen (BPS Provinsi Jawa Barat 2009).

Kegiatan pembangunan di kabupaten ini secara keseluruhan lebih menitik beratkan pada bidang ekonomi meskipun pembangunan bidang sosial tetap berlangsung. Keberhasilan pembangunan di kabupaten ini juga ditunjang dengan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia juga dimaksudkan untuk menyiapkan masyarakat dalam menghadapi tantangan kehidupan di masa yang akan datang. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Bogor merupakan salah satu upaya pemerintah Kabupaten Bogor untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.

Di tahun 2009, jumlah SD Negeri sebanyak 1.550 dengan jumlah guru 8.899 orang, SD Swasta berjumlah 688 dengan jumlah guru 8.863 orang, SLTP Negeri sebanyak 146 dengan jumlah guru 2.782 orang dan SLTP Swasta ada 601 dengan

55

jumlah guru 8.259 orang. Di jenjang SLTA ada sebanyak 44 SLTA Negeri dengan jumlah guru 469 orang, dan SLTA Swasta berjumlah 360 dengan jumlah guru 4.897 orang. Semakin baik kualitas pendidikan sangat menentukan keberhasilan Kabupaten Bogor (BPS Kabupaten Bogor, 2010).

Potensi Pertanian, Perdagangan dan Industri Kabupaten Bogor

Sektor pertanian mencakup tanaman pangan, perikanan, perkebunan, peternakan, dan kehutanan. Sektor pertanian di Kabupaten Bogor memegang peranan yang sangat penting, mengingat luasnya lahan pertanian yang dimiliki dan juga sebagian besar desa di Kabupaten Bogor masih tergolong daerah pedesaan yang menitik beratkan pada sektor pertanian sebagai mata pencaharian terutama untuk komoditas padi. Luas lahan yang digunakan untuk sawah pada tahun 2009 seluas 48.766 ha. Sedangkan produksi padi sawah tahun 2009 sebanyak 505.979 ton dan padi gogo/lading 7.313 ton. Produktifitas padi yang tinggi dapat dijadikan benteng Ketahanan Pangan di Kabupaten Bogor. Perkembangan produktivitas padi sawah dan padi gogo dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Perkembangan Produktivitas Tanaman Padi Sawah dan Padi Gogo Kabupaten Bogor Tahun 2003 – 2009

56

Berdasarkan Gambar 2 didapatkan bahwa perkembangan produktivitas tanaman padi mengalami peningkatan setiap tahunnya terutama tanaman padi sawah. Peningkatan tersebut disebabkan semakin baiknya pengelolaan tanaman yanga dilakukan petani serta dukungan dari pemerintah daerah dalam peningkatan produktivitas. Di samping tanaman padi, komoditas pertanian lainnya yang dihasilkan Kabupaten Bogor antara lain ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, jagung, kacang kedele, tanaman sayuran seperti bawang daun, kentang, kubis dan sebagainya serta tanaman buah seperti alpukat, jambu biji, papaya, pisang, mangga dan tanaman buah lainnya.

Selain tanaman pangan, sumber peningkatan gizi masyarakat Kabupaten Bogor lainnya adalah dengan tersedianya produksi ikan yang baik. Produksi ikan kolam air sawah tahun 2009 sebanyak 261,87 ton, kolam air tenang 24.073 ton, kolam air deras sebanyak 4.023,64 ton, ikan dari keramba sebanyak 31,56 ton benih ikan sebanyak 847.112.060 ekor dan ikan hias sebanyak 104.603.550 ekor (Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor 2010). Adanya produksi ikan tersebut, menunjukkan bahwa di Kabupaten Bogor memiliki potensi perikanan yang baik untuk dikembangkan.

Sub sektor peternakan juga memiliki andil yang sangat penting di kabupaten ini mengingat banyaknya jumlah peternakan yang masih dikelola secara tradisional namun memiliki hasil yang baik, sehingga jika mutunya terus ditingkatkan dapat dijadikan produk unggulan di Kabupaten Bogor. Jenis ternak yang diekembangakn terdiri dari ternak besar, ternak kecil dan unggas yang menghasilkan produk dalam bentuk daging, susu, dan telur. Besarnya produksi sub sektor peternakan Kabupaten Bogor adalah produksi daging (daging sapi, kerbau, kambing, domba, ayam, dan itik) sebesar 87.447.214 kg, susu sebesar 10.767.500 liter dan produksi telur (ayam dan itik) sebesar 41.618.791 butir (Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2010).

Sektor perdagangan merupakan sektor yang juga memiliki peranan penting dikarenakan fungsinya sebagai penggerak sektor ekonomi di Kabupaten Bogor. sektor perdagangan terbagi atas perdagangan ekspor dan impor. Pemerintah dan masyarakat selalu berupaya untuk meningkatkan nilai ekspor dan menekan nilai impor agar terjadi surplus perdagangan yaitu dengan cara meningkatkan kualitas produk ekspor agar dapat diterima masyarakat dunia. Ekspor non migas Kabupaten

57

Bogor mencakup komoditi elektronik, garment, tekstil, kantong plastik, shampo, obat-obatan, keramik, furniture, camera, alat saniter, boneka dan kain keras. Sedangkan impor mencakup jenis komoditi elektrikal, ban, konektor, minyak wangi, kain keras, elektronik dan stenlis.

Selain sektor perdagangan, sektor industri juga berkembang di Kabupaten Bogor. Industri tersebut digolongkan menjadi industri besar, menengah dan kecil. Jenis industri yang berkembang di kabupaten ini antara lain industri pertambangan dan penggalian, pengolahan, listrik gas dan air, serta industri konstruksi. Di tahun 2006 industri pengolahan yang paling banyak berkembang di Kabupaten Bogor yaitu sekitar 27.784 unit dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 380.807 orang, kemudian disusul oleh industri pertambangan dan penggalian sebanyak 3.565 unit dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 9.513 orang. Industri konstruksi menempati urutan ketiga yaitu sebanyak 1.042 unit dengan penyerapan sebanyak 4.929 orang dan industri listrik, air, dan gas sebanyak 75 unit dengan penyerapan sebesar 1.699 orang (BPS Kabupaten Bogor, 2010).

Perkembangan sektor perdagangan dan industri dapat dilihat juga pada banyaknya penerbitan Surat Izin Usaha dan Perdagangan (SIUP) di Kabupaten Bogor seperti yang terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Jumlah Penerbitan Surat Izin Usaha dan Perdagangan (SIUP) di Kabupaten Bogor Tahun 2006-2009.

58

Berdasarkan Gambar 3 didapatkan bahwa di Kabupaten Bogor perusahaan atau industri yang berkembang dengan pesat yaitu industri skala kecil. Hal tersebut mengindikasikan potensi industri di Kabupaten Bogor didominasi industri kecil yaitu sebanyak 1.648 pada tahun 2009. Pemerintah Kabupaten Bogor sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan industri kecil melalui program–program yang dicanangkan oleh Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan. Program-program tersebut antara lain:

1. Peningkatan mutu industri kecil konveksi di Kecamatan parung dan Bojong Gede

2. Pengembangan ragam makanan khas Jawa Barat

3. Peningkatan mutu dan diversifikasi produk agro Kecamatan Tenjolaya 4. Pembinaan dan pengawasan Depot Air Minum (DAM)

5. Pengembangan jasa elektronika, Kecamatan Bojong Gede, Kemang, Tajur Halang, Ciampea, dan Klapanunggal

6. Pemberdayaan rumah tangga miskin di lokasi PKH (Program Keluarga Harapan), Kecamatan Megamendung, Rancabungur, dan Cibinong.

7. Peningkatan mutu dan desain kemasan industri kecil agro, Kecamatan Ciomas, Kemang.

8. Pelatihan GMP (Good Manufacturing Product) Kecamatan Tenjolaya, Dramaga, Cigombong, Nanggung, Kemang dan Cijeruk.

Dengan adanya program tersebut diharapkan mampu meningkatkan perkembangan industri kecil di Kabupaten Bogor guna memperluas lapangan kerja bagi masyarakat.

Gambaran Umum PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Indocement) didirikan pada tahun 1985 dan saat ini merupakan salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen berkualitas, termasuk produk semen khusus. Perusahaan mengoperasikan 12 pabrik secara terpadu dengan total kapasitas produksi terpasang sebesar 17,1 juta ton semen per tahun, sembilan di antaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

59

Tahun 2005, Indocement melakukan diversifikasi produk dengan meluncurkan Semen Komposit Portland (Portland Composite Cement/PCC). Indocement juga memproduksi berbagai jenis semen lainnya, yaitu Semen Ordinary Portland Tipe I, Tipe II dan Tipe V, serta Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement), Semen Putih (White Cement) dan White Mortar TR30. Indocement merupakan satu- satunya produsen semen putih di Indonesia. Sejak tahun 2007, perusahaan juga menjadi salah satu pemasok utama beton siap-pakai. Indocement memiliki dua perusahaan agregat di lokasi strategis dengan total kapasitas 2 juta ton per tahun dan perkiraan cadangan 115 juta ton. Produk-produk perusahaan dipasarkan dengan merek dagang Tiga Roda.

Di tahun 2001, Heidelberg Cement Group yang berbasis di Jerman menjadi pemegang saham mayoritas Indocement. Sejak itu, perusahaan bertekad memulihkan kondisi keuangan yang sehat. Di triwulan kesatu 2009, Indocement berhasil mencapai posisi kas positif. Selain itu saham Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia, dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp50.433 miliar di akhir tahun 2009. Per 31 Desember 2009, jumlah karyawan perusahaan adalah 5.858 orang. Di awal 2010, Indocement diharapkan dapat menyelesaikan pembangunan fasilitas penggilingan semen baru di Pabrik Palimanan, yang memberikan tambahan kapasitas produksi tahunan perusahaan sebesar 1,5 juta ton semen sehingga keseluruhan menjadi 18,6 juta ton semen per tahun.

Perusahaan dalam menjalankan usahanya didasarkan pada Misi “Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, semen dan bahan bangunan yang terkait, serta jasa terkait yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan. Visi dari perusahaan adalah “Pemimpin pasar semen yang berkualitas dan pemain penting di bidang beton siap- pakai di dalam negeri.” Moto perusahaan sendiri adalah “Turut membangun kehidupan bermutu.” Indocement memiliki komitmen tinggi dalam pengembangan masyarakat dan pemeliharaan lingkungan sekitar. Bentuk komitmen perusahaan dapat dijabarkan menjadi tiga:

1. Komitmen terhadap Lingkungan dan Masyarakat

Pertanggungjawaban dari manajemen lingkungan dan upaya pengawasan Indocement termasuk inisiatif untuk mereduksi emisi karbondioksida. Indocement memutuskan untuk ikut memberikan kontribusi terhadap perlindungan iklim global

60

dengan upaya reduksi emisi karbondioksida menggunakan teknologi dan teknik yang belum sepenuhnya diterapkan oleh industri semen di Indonesia.

Industri semen berkontribusi secara signifikan terhadap emisi gas rumah kaca secara global. Isu lingkungan yang berhubungan dengan pabrik semen adalah debu, bising, dampak terhadap tanah, udara dan kualitas air sehingga menambah tekanan pada industri ini untuk turut respek kepada upaya pengembangan berkelanjutan. Di samping banyaknya perubahan yang mempengaruhi industri semen, Indocement menyadari bahwa untuk terus bertahan di masa yang akan datang, tujuan bisnis dari industri semen adalah turut serta dalam keberhasilan pengembangan berkelanjutan, dengan kata lain adalah "memenuhi kebutuhan pada saat ini tanpa melupakan pada kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya". Indocement terus memberikan andil yang signifikan dalam mengurangi dampak lingkungan dan memaksimalkan pengembangan pada masyarakat sekitar.

Semen diproduksi dengan seleksi pyro-processing, persiapan bahan baku dan penggilingan klinker yang dihasilkan. Bahan baku adalah batu kapur, pasir silika, tanah liat, dan biji besi. Sejumlah kecil gipsum ditambahkan pada penggilingan akhir untuk memperlambat setting time. Hal tersebut meyebabkan dampak lingkungan terutama dampak pada udara, tanah, dan lingkungan sekitar.

Selama beroperasi sekian puluh tahun di Indonesia, ketiga pabrik Indocement menerapkan manajemen lingkungan dan pengawasan yang baik. Rangkaian intitusional, manajemen, dan pengukuran pengendalian diterapkan dalam pengoperasian sesuai standar yang berlaku di Indonesia. Di lapangan, Indocement berhasil mencegah dampak lingkungan dan masyarakat. Jika dampak yang tidak bisa dihapuskan, Indocement berkomitmen untuk menguranginya hingga ambang batas wajar.

Sumber utama dampak kualitas udara pada industri semen adalah debu dan emisi gas seperti karbondioksida. Indocement telah menginstalasi Electrostatic Precipitator yang memenuhi standar di Indonesia dan internasional. Debu dan emisi gas dipantau sesuai dengan pemenuhan standar aplikasi. Penambangan bahan baku juga berdampak pada pemanfaatan dan topografi tanah. Indocement mengoperasikan penambangan yang tidak jauh dari lokasi pabrik sesuai dengan panduan dari pemerintah. Perhatian juga diberikan pada rehabilitasi lahan tambang. Lahan ditambang dengan kontur yang sesuai dengan pemenuhan batas stabilitas

61

tanah. Rehabilitasi permukaan tanah adalah upaya berkelanjutan dari manajemen Indocement.

Sesuai dengan standar dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, Indocement memperoleh izin operasional lingkungan yang dituangkan dalam Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang menjadi bagian dalam Analisa Manajemen Dampak Lingkungan (AMDAL) di setiap pabrik. Bentuk konkrit dari inisiatif dalam pengendalian polusi dan kualitas udara, Indocement ikut ambil bagian dalam PROPER dan Program Langit Biru dari pemerintah Indonesia.

Indocement berhasil mempertahankan akreditasi ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan. Sistem Manajemen Lingkungan ini merupakan verifikasi dari pihak ketiga. Sejalan dengan tren yang berlaku di luar negeri terhadap kewajiban perusahaan dan tanggung jawab sosial Indocement menyusun suatu ringkasan perencanaan manajemen lingkungan terhadap berbagai aspek lingkungan dan komitmen sosial yang diimplementasikan. Mitigasi lingkungan dan upaya manajemen dikembangkan untuk lima sumber daya alami, yaitu udara, air, tanah, flora dan fauna, serta sumber daya manusia.

2. Komitmen Memaksimalkan Pengembangan Masyarakat Sekitar

Indocement untuk terus memaksimalkan pengembangan masyarakat sekitar. Sejumlah prinsip pokok dijadikan panduan bagi upaya Indocement untuk pengembangan dan pelayanan masyarakat. Indocement memfokuskan pada upaya yang bersentuhan dengan masyarakat yang berhubungan dengan isu lingkungan. Kunci utama adalah turut melibatkan masyarakat dengan sejumlah kebutuhan dalam melindungi lingkungan dan kualitas kehidupan bersama.

Indocement menggagas pendekatan yang kolaboratif dalam menyusun program pengembangan masyarakat. Indocement selalu berhubungan dengan tokoh masyarakat sekitar untuk menyampaikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Indocement saat ini mempunyai program pengembangan masyarakat yang meliputi 12 desa. Pengembangan utama pada masyarakat mencakup pendidikan, kesempatan kerja,`nilai budaya dan sosial, infrastruktur, dan kesehatan masyarakat. Indocement menyadari bahwa dialog dan kepercayaan adalah yang hal yang sangat penting. Kepercayaan dibangun dengan mengadakan

62

kegiatan bina lingkungan dan komunikasi (Bilikom) dan menerapkan keterbukaan dalam berbagi informasi.

3. Komitmen pada Perlindungan Iklim Global.

Tingkat reduksi emisi yang diterapkan pada jenis terbaru semen yang menggunakan bahan aditif yang memiliki kandungan klinker lebih sedikit daripada Ordinary Portland Cement (OPC), tetapi mempunyai kekuatan yang sama, dan menggantikan sejumlah bahan bakar fosil dengan bahan bakar alternatif dalam berbagai bentuk dan jenis limbah. Jenis limbah yang sudah dikaji sampai saat ini termasuk sekam padi, cangkang kelapa sawit, tekstil, ban bekas, dan oli bekas.

Perubahan pada fasilitas dan pabrik semen sejalan dengan pengenalan bahan aditif dan bahan bakar alternatif akan menghasilkan perubahan lingkungan seperti:

• Penggunaan bahan aditif untuk mengurangi kandungan klinker pada semen lebih relevan dengan tanggung jawab proses teknologi dan kualitas pengawasan sejalan dengan syarat lingkungan dan kepedulian sosial. Penggunaan bahan bakar dalam memproduksi klinker dapat dikurangi sama halnya dengan emisi gas.

• Penggunaan bahan bakar alternatif pada tanur semen berhubungan dengan isu lingkungan merupakan bentuk kepedulian utama terkait dengan emisi yang dihasilkan pada proses pembakaran dapat dilakukan tanpa mengurangi kondisi lingkungan di sekitar pabrik. Hal ini sejalan dengan program pemantauan lingkungan.

Perubahan ini dan dampak lingkungannya dapat diukur dari emisi reduksi CO2 yang sesuai dengan Rencana Manajemen Lingkungan dari Indocement, termasuk upaya pemantauan yang berhubungan dengan inisiatif pengurangan emisi. Sebagai wujud tanggung jawab kepada kepentingan umum dari perencanaan pengukuran reduksi emisi ini, pertemuan mingguan dengan masyarakat sekitar diadakan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat sekitar. Aktifitas perencanaan reduksi emisi ini dikomunikasikan dalam bahasa Indonesia dalam beberapa pertemuan yang diadakan sejak Oktober 2003. Pertemuan ini meliputi 12 desa, guru, Camat (kepala desa) dan tokoh masyarakat.

63

Bentuk Tanggung Jawab Sosial PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen perusahaan dalam mewujudkan etika bisnis (beyond legal) dan sebagai komitmen untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan secara berkelanjutan. Indocement menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia mencapai Sasaran Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals – MDG) untuk pengentasan kemiskinan sampai tahun 2015. Indonesia merupakan salah satu dari 189 negara penandatangan Deklarasi Milenium pada bulan September 2000.

Program CSR Indocement dilaksanakan di tiga pabrik yakni pabrik Citeureup, Kabupaten Bogor, pabrik Palimanan, Kabupaten Bogor dan pabrik Tarjun, Kalimantan Selatan dengan mengacu pada lima Pilar yaitu (1) pendidikan, (2) ekonomi, (3) kesehatan, (4) sosial, budaya dan olahraga, (5) keamanan. Terkait dengan MDG, program CSR Perusahaan telah mendukung pencapaian sasaran MDG 1 sampai MDG 7, dan menitikberatkan pada pengentasan kemiskinan (MDG 1) dan lingkungan hidup yang berkelanjutan (MDG 7).

Tanggal 15 Oktober 2009 Indocement menerima Peringkat Emas dalam Program PROPER periode 2008-2009 untuk Pabrik Citeureup. Selain itu, Pabrik Palimanan memperoleh Peringkat Hijau. Program PROPER merupakan prakarsa Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia untuk mendorong penerapan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan di kalangan perusahaan. Di periode 2008-2009, kriteria PROPER terutama menekankan aspek pengelolaan sumber daya alam, pengelolaan lingkungan, serta tanggung jawab sosial perusahaan. Indocement adalah salah satu dari dua perusahaan yang berhasil memperoleh Peringkat Emas sejak program PROPER diselenggarakan pada tahun 2002.

Pemeringkatan PROPER diberikan berdasarkan penilaian atas kepatuhan Perusahaan terhadap berbagai kriteria seperti penanganan polusi air dan udara, penanganan limbah beracun dan berbahaya, serta persyaratan lain terkait dengan kelengkapan dokumen AMDAL (Analisa Manajemen Dampak Lingkungan) Perusahaan. Penilaian juga mencakup kajian atas upaya penerapan prinsip

Dokumen terkait