• Tidak ada hasil yang ditemukan

42

pemilihan desa Citeureup dengan alasan desa tersebut merupakan lokasi tempat berdirinya pabrik Indocement dan merasakan dampak operasional pabrik yang paling besar. Pemilihan kelurahan Puspanegara karena merupakan satu-satunya kelurahan yang menjadi desa binaan Indocement dan memiliki jarak dengan pabrik yang relatif dekat. Pemilihan Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal sebagai sampel karena desa tersebut merupakan desa binaan terbaik Indocement Tahun 2010, sedangkan Desa Leuwikaret dipilih dikarenakan desa tersebut berada dekat dengan areal tambang Indocement. Sampel di Kecamatan Gunung Putri diambil hanya di desa Gunung Putri disebabkan karena desa tersebut merupakan satu- satunya desa di Kecamatan Gunung Putri. Kelima desa ini memiliki jarak antar desa yang relatif dekat satu sama lain dan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Nilai kritis atau batas ketelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 10 persen dengan total populasi sebesar 402. Populasi dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat yang berperan langsung dalam proses komunikasi program CSR perusahaan. Penentuan nilai kritis tersebut didasarkan pada kemampuan peneliti baik dari segi sumberdaya manusia dalam pengambilan sampel yaitu dua enumerator, kemudian untuk menghemat waktu dan biaya operasional sehingga dipilih desa yang memiliki jarak relatif dekat satu sama lain. Proporsi pengambilan sampel untuk kelima desa tersebut yang dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.Proporsi Pengambilan Sampel Penelitian di Desa Binaan Indocement

No. Kecamatan Desa Jumlah

Peserta (Orang) Jumlah Sampel setiap Desa Jumlah Sampel setiap Kecamatan Proporsi Sampel setiap Kecamatan (%) 1. Citeureup Citeureup 51 23 Puspanegara 43 21 44 55 2. Klapanunggal Leuwikaret 48 13 Nambo 30 12 25 31,25

3. Gunung Putri Gunung Putri 58 11 11 13,75

43

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen yang terdiri dari kuesioner sebagai alat bantu. Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam. Selain itu peneliti juga melakukan observasi lapangan dan memanfaatkan data-data tertulis lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian, termasuk hasil-hasil penelitian terdahulu. Pengumpulan data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu :

1. Survei pendahuluan, yakni tahap awal dengan melakukan pengamatan dan penelitian pendahuluan guna mengumpulkan data-data yang berguna untuk memperkuat permasalahan yang terjadi sehingga peneliti yakin penelitian ini perlu dan dapat dilaksanakan.

2. Pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara. Data primer meliputi data karakteristik responden, proses komunikasi Bilikom, dan efektivitas komunikasi perusahaan. Data primer penelitian di peroleh secara langsung dari responden melalui suatu pedoman pertanyaan baik dilakukan secara wawancara atau pengisian secara terinci berupa pertanyaan yang sudah terstruktur yang bisa meliputi semua peubah (Arikunto, 2002).

3. Pengumpulan data sekunder, yaitu data-data pendukung yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder seperti data jumlah populasi, gambaran umum perusahaan dan data lainnya mengenai kegiatan Bilikom yang berasal dari perusahaan dan pemerintahan desa. Untuk memperoleh data sekunder, dilakukan telaah dokumen dan pustaka dari berbagai sumber, serta data statistik dari lembaga berkompeten. Berbagai sumber lain seperti penelitian sebelumnya, data monografi desa, dan lain-lain yang relevan dengan penelitian.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner sebagai alat bantu dalam kegiatan mengumpulkan data dan hal ini diharapkan dapat sistematis dan mudah. Kuesioner terdiri dari empat bagian, bagian pertama menggambarkan karakteristik sosial tokoh masyarakat yang meliputi: umur, pendidikan, pekerjaan utama, jabatan dalam organisasi serta lama menjabat, keterdedahan dengan media

44

massa dan partisipasi sosial. Bagian kedua menggambarkan proses komunikasi dalam Bilikom yang mencakup: kredibilitas sumber, cara berbicara sumber informasi, tingkat penggunaan sarana komunikasi, metode komunikasi, dan intensitas umpan balik dalam Bilikom. Bagian ketiga menggambarkan efektivitas komunikasi perusahaan yang mencakup: pemahaman tokoh masyarakat terhadap program CSR, sikap tokoh masyarakat terhadap program CSR, dan tindakan tokoh masyarakat dalam program CSR.

Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini bertujuan untuk memudahkan penginterpretasian data. Definisi operasional yang digunakan adalah sebagai berikut.

A. Karakteristik Tokoh Masyarakat (X1)

Karakteristik tokoh masyarakat yaitu ciri-ciri karakteristik yang melekat pada diri responden pada saat dilakukan penelitian, pengumpulan data karakteristik sosial meliputi:

1. Umur adalah usia responden pada saat penelitian dilakukan dihitung dengan satuan tahun yang dibulatkan ke tanggal ulang tahun terdekat, yang diukur menggunakan skala rasio dan dikategorikan menjadi tiga, yaitu usia muda, dewasa dan tua.

2. Pendidikan adalah tingkat belajar formal yang terakhir ditempuh responden. Indikatornya status pendidikan formal yang pernah diikuti responden, diukur menggunakan skala nominal dan dikategori menjadi pendidikan dasar (SD dan SMP) dan pendidikan lanjutan (SMA dan Perguruan Tinggi).

3. Pekerjaan utama adalah pekerjaan produktif yang menghabiskan curahan waktu terbanyak oleh responden. Pekerjaan utama juga diukur menggunakan skala nominal yaitu pemerintah desa meliputi Kepala Desa/kelurahan beserta staf dan non pemerintah desa.

4. Jabatan dalam organisasi adalah kedudukan responden dalam organisasi formal maupun informal desa. Kedudukan diukur menggunakan skala nominal dan dikategorikan menjadi ketua pengurus desa dan anggota.

5. Lama menjabat adalah seberapa lama responden menduduki jabatan tersebut dalam satuan tahun.

45

6. Keterdedahan media massa adalah intensitas responden dalam mendengarkan, melihat, membaca atau sedikitnya ada perhatian terhadap pesan media atau intensitas responden dalam pencarian informasi melalui berbagai media.

7. Partisipasi sosial adalah frekuensi seseorang mengikuti berbagai macam kegiatan sosial di lingkungannya. Indikator partisipasi sosial adalah sedikitnya pernah mengikuti satu kegiatan sosial di lingkungannya dalam kurun waktu satu bulan.

B. Proses Komunikasi Bilikom (X2)

Di dalam proses komunikasi program CSR, terdapat hubungan yang erat antara kredibilitas sumber, cara berbicara sumber informasi, tingkat penggunaan sarana komunikasi, metode komunikasi dan intensitas umpan balik. Unsur-unsur dalam proses komunikasi ini akan berpengaruh pada pemahaman, sikap, dan tindakan tokoh masyarakat terhadap informasi CSR perusahaan.

X2.1 Kredibilitas Sumber

Kredibilitas sumber adalah kualitas, kapabilitas atau kekuatan dari sumber informasi sehingga menimbulkan kepercayaan bagi anggota Bilikom. Sumber informasi adalah sumber informasi mengenai program CSR, baik dari pihak perusahaan, pihak desa, dan tokoh masyarakat lainnya. Tokoh masyarakat akan menilai kredibilitas sumber informasi pada proses komunikasi Bilikom. Indikator dari kredibilitas sumber informasi ini dilihat dari ketepatan waktu dalam menghadiri

Bilikom, kemampuan dalam menyampaikan pesan, kemampuan dan keterampilan dalam berkomunikasi, menghargai aspirasi masyarakat dan keterlibatan langsung dalam program CSR. Kredibilitas sumber diukur dengan menggunakan skala ordinal, SS : Sangat Setuju, S : Setuju, RR: Ragu-Ragu, TS : Tidak Setuju, STS : Sangat Tidak Setuju.

X2.2. Cara Berbicara Sumber Informasi

Cara berbicara sumber informasi adalah bagaimana informasi CSR tersebut disampaikan kepada responden sehingga makna dari informasi tersebut dapat tersampaikan kepada semua anggota Bilikom. Cara berbicara meliputi simbol pesan yang disampaikan baik verbal maupun non verbal serta penggunaan bahasa sehingga pesan yang disampaikan dapat tertangkap oleh responden. Indikator dari cara berbicara meliputi penggunaan bahasa lisan, penggunaan alat bantu presentasi

46

baik eletronik maupun non elektronik, cara penyampaian informasi menarik (diselingi dengan humor dsb.). Cara bicara sumber informasi ini diukur dengan menggunakan skala ordinal, SL : Selalu , SR : Sering, KK: Kadang-Kadang, P : Pernah , TP : Tidak Pernah.

X2.3 Tingkat Penggunaan Sarana Komunikasi

Tingkat penggunaan sarana komunikasi adalah frekuensi penggunaan media atau sarana dalam proses komunikasi program CSR melalui Bilikom. Sarana komunikasi dapat berupa tunggal media dan multimedia. Tunggal media apabila media/ sarana yang digunakan untuk proses komunikasi menggunakan satu media saja. Multimedia apabila dalam proses komunikasi menggunakan banyak media/ sarana. Indikator tingkat penggunaan sarana komunikasi dilihat dari pemanfaatan sarana komunikasi baik tunggal media maupun multimedia untuk menyampaikan program CSR dalam kegiatan Bilikom. Tingkat penggunaan sarana komunikasi diukur dengan menggunakan skala ordinal, SL : Selalu , SR : Sering, KK: Kadang- Kadang, P : Pernah , TP : Tidak Pernah.

X2.4 Metode Komunikasi

Metode komunikasi adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pihak perusahaan kepada masyarakat. Metode yang digunakan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan, pendidikan, sosial budaya dan latar belakang dari masyarakat sehingga informasi atau pesan yang disampaikan mengenai sasaran. Indikator metode komunikasi dilihat pada seringnya perusahaan melakukan komunikasi satu tahap atau dua tahap atau lebih untuk menyampaikan informasi ataupesan mengenai program CSR kepada masyarakat. Metode komunikasi diukur dengan menggunakan skala ordinal, SL : Selalu , SR : Sering, KK: Kadang-Kadang, P : Pernah , TP : Tidak Pernah.

X2.5 Intensitas Umpan Balik

Umpan balik yaitu proses tokoh masyarakat memberikan tanggapan atas informasi serta terlibat langsung dalam Bilikom. Variabel ini melihat intensitas tokoh masyarakat dalam memberikan umpan balik terhadap apa yang dijelaskan wakil perusahaan, wakil aparat desa (Kepala Desa), dan tokoh masyarakat lain dalam proses komunikasi program CSR melalui Bilikom. Indikator intensitas umpan balik dapat dilihat pada keaktifan mencari informasi mengenai Bilikom, aktif memberikan usulan program kegiatan, aktif memberikan tanggapan serta saran pada saat

47

pemaparan program dalam Bilikom. Umpan balik tokoh masyarakat akan diukur dengan menggunakan skala ordinal, SL : Selalu , SR : Sering, KK: Kadang-Kadang, P : Pernah , TP : Tidak Pernah.

C. Efektivitas Komunikasi Perusahaan

Efektifitas komunikasi perusahaan dilihat dari beberapa bentuk komunikasi yang dilakukan sehubungan dengan penyampaian program CSR perusahaan yang diteliti, yaitu Bilikom. Efektivitas komunikasi perusahaan dimaksud dalam hal ini adalah sejauh mana proses komunikasi melalui Bilikom dalam pemahaman, sikap, dan tindakan tokoh masyarakat terhadap program CSR perusahaan. Efektivitas dapat dilihat dari beberapa penilaian :

1. Pemahaman terhadap Program CSR, artinya tokoh masyarakat cermat dalam mencermati isi pesan dalam Bilikom, baik informasi dari pihak perusahaan maupun informasi dari pihak lain mengenai program CSR perusahaan. Variabel ini diukur mengguankan skala ordinal, SPH : Sangat Paham, PH : Paham, TPH : Tidak Paham, KPH : Kurang Paham, TPHSS : Tidak Paham Sama Sekali. 2. Sikap Masyarakat Lokal terhadap Program CSR adalah orientasi nilai, simbol,

keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perilaku tindakan komunikasi seseorang atau kelompok. Sikap masyarakat lokal dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap responden terhadap program CSR perusahaan dan sikap responden dan masyarakat lokal terhadap keberadaan perusahaan. Variabel ini diukur menggunakan skala ordinal, SS : Sangat Setuju, S : Setuju, RR: Ragu- Ragu, TS : Tidak Setuju, STS : Sangat Tidak Setuju.

3. Tindakan, artinya tindakan nyata yang dilakukan masyarakat/ tokoh masyarakat setelah terjadi pengertian, pembentukan, dan perubahan sikap serta tumbuhnya hubungan baik. Variabel ini diukur menggunakan skala ordinal, menggunakan skala ordinal, SL : Selalu , SR : Sering, KK: Kadang-Kadang, P : Pernah , TP : Tidak Pernah.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas atau tingkat ketepatan adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkan. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau

48

kesahihan suatu instrumen. Validitas instrumen diperoleh dengan cara; (a) menyesuaikan daftar pertanyaan dengan judul penelitian; (b) memperhatikan saran-saran para ahli dan (c) teori-teori dalam pustaka. Instrumen dapat dikatakan valid apabila: (a) mampu mengukur apa yang diinginkan, (b) dapat mengungkap data dari peubah yang diteliti secara tepat, dan (c) dapat menggambarkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang peubah yang dimaksud (Arikunto, 2002; Kerlinger, 2004).

Menguji validitas alat pengukur dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Mencari definisi dan rumusan konsep yang dikemukakan para ahli yang

tertulis didalam literatur.

2. Menyesuaikan dengan instrumen yang telah dipakai para peneliti lain untuk mendapat data yang sama.

3. Mendiskusikan konsep tersebut dengan para ahli dan dosen pembimbing. 4. Menyusun kuesioner dengan mempertimbangkan kondisi responden dan

melakukan studi banding pada penelitian yang pernah dilakukan (Singarimbu & Effendi, 2006). .

Agar kuesioner mempunyai tingkat validitas tinggi, maka daftar pertanyaan disusun dengan cara: a) mendefinisikan secara operasional konsep yang diukur, b) melakukan ujicoba skala pengukuran tersebut pada sejumlah responden, c) mempersiapkan tabulasi jawaban, d) menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi “product moment” Spearman Brown.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana instrumen tersebut konsisten atau hasil pengukurannya relatif tidak berbeda bila digunakan untuk mengukur aspek yang sama. Maksud reliabilitas suatu tes mengacu kepada kemantapan, konsistensi, ketepatan dan akurasi suatu tes (Kerlinger, 2004). Reliabilitas atau tingkat keajekan adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan (Singarimbun & Effendi 2006).

Pengujian Reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana kuisioner yang digunakan dapat dipercaya atau dapat memberikan perolehan hasil penelitian yang konsisten apabila alat ukur ini digunakan kembali dalam pengukuran gejala

49

yang sama. Metode yang digunakan dalam pengujian reliabilitas ini adalah dengan menggunakan metode alpha cronbach berikut :

ri = k 1 – Σ S 2i k - 1 St

Keterangan :

ri = Nilai koefisien reliabilitas alpha cronbach Σ S 2i = Jumlah ragam skor tiap-tiap item

St = Ragam total k = Jumlah item

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap 20 responden. Kriteria responden untuk uji coba ini sama dengan kriteria responden penelitian yaitu aparat desa dan tokoh masyarakat yang aktif dalam pertemuan Bilikom dengan jumlah pertanyaan dalam kuesioner sebesar 113 pertanyaan. Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas didapatkan 88 pertanyaan yang valid dengan kriteria uji bahwa nilai Sig. (2-tailed) < Alpha 5 persen. Di dalam penelitian ini, pertanyaan yang dinyatakan tidak valid dihilangkan dari kuesioner penelitian. Untuk hasil uji reliabilitas didapatkan bahwa variabel – variabel tersebut reliable untuk mengukur efektivitas komunikasi program tanggung jawab sosial melalui Bina Lingkungan Komunikasi (Bilikom) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. terhadap masyarakat sekitar (Lampiran 2) dengan kriteria uji nilai cronbach alpha > 0,6 (standar reliabel). Hasil analisis validitas dan reliabilitas kuesioner untuk masing-masing peubah selengkapnya disajikan pada Lampiran 1.

Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2006). Sesuai dengan karakteristik orang dan bentuk pertanyaan yang terdapat pada responden maka mengukur pendapat, peran dan sikap responden diukur dengan skala pengukuran ordinal (berskala likert). Analisis kuantitatif menggunakan analisis korelasi, di mana

50

korelasi antar peubah dilakukan dengan uji statistik korelasi rank Spearman untuk data ordinal dan analisis khi-Kuadrat (Chi Square) untuk data nominal .

Koefisien korelasi rank Spearman digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang keduanya mempunyai skala pengukuran ordinal. Analisis hubungan antara peubah bebas dengan peubah tak bebas dilakukan dengan uji korelasi rank Spearman (Siegel, 1992) dan menggunakan program SPSS 13.0 For Windows (Sarwono, 2006).

Untuk menghitung koefisiensi korelasi rank Spearman menggunakan rumus sebagai berikut.

rs= 1 -

Keterangan:

rs = Koefisien korelasi Rank Spearman

N = Banyaknya jenjang

di = Selisih jenjang untuk faktor yang sama

Metode khi-Kuadrat digunakan untuk hubungan antar peubah yang jenis datanya adalah nominal. Untuk menghitung koefisien khi-Kuadrat menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

χ2 = koefisien korelasi khi-Kuadrat

0 = frekuansi yang diperoleh berdasarkan data n = frekuensi yang diharapkan

N 6 Σ di2 i = 1 N3 - N

(

0

n

)

2

χ

2

= ∑

n

51

Dokumen terkait