• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (P4TK Pertanian) Cianjur, Jawa Barat. Lembaga tersebut merupakan salah satu dari 6 unit pelaksana teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bidang pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan kejuruan. Tugas P4TK Pertanian Cianjur berdasarkan Permendiknas Nomor 8 Tahun 2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan di bidang pertanian. Kegiatan yang dilakukan adalah (1) menyelenggarakan layanan pendidikan dan pelatihan terstandar; (2) melakukan pengkajian, pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan dalam perannya sebagai think tank; (3) melakukan penjaminan mutu (quality assurance) pendidikan dan pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan; (4) memberdayakan kelompok kerja/asosiasi pendidik dan tenaga kependidikan dan pusat pemberdayaan pendidikan masyarakat; dan (5) memfasilitasi pemenuhan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan. P4TK kejuruan lainnya adalah P4TK Bisnis dan Pariwisata Sawangan-Depok, P4TK Seni dan Budaya Yogyakarta, P4TK Mesin dan Teknik Industri Bandung, P4TK Otomotif dan Elektronika Malang, P4TK Bangunan dan Listrik Medan. Kelima P4TK tersebut mempunyai karakteristik organisasi yang sama dengan P4TK Pertanian. Perbedaannya terletak pada bidang kejuruannya yaitu pertanian, bisnis dan pariwisata, seni dan budaya, mesin dan teknik industri, otomotif dan elektronika, dan bangunan dan listrik.

Kampus P4TK Pertanian Cianjur berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 50 hektar dilengkapi dengan sarana dan prasarana gedung administrasi, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, lahan produksi (tanah kering, sawah, kolam ikan), kandang ternak, tempat ibadah, bengkel mekanisasi, sarana olah raga, dan asrama. Kegiatan layanan pendidikan dan pelatihan merupakan kegiatan utama P4TK

Pertanian Cianjur yang terdiri dari pelatihan dibidang pertanian dan non pertanian. Pelatihan pertanian yang diselenggarakan meliputi agribisnis tanaman, perbenihan tanaman, lingkungan hidup dan biofarming, agribisnis peternakan, agribisnis perikanan budidaya, mekanisasi pertanian, agroindustri, manajemen agribisnis, nautika perikanan laut, teknika perikanan laut, teknologi pengolahan hasil perikanan, perkebunan, dan kehutanan. Adapun pelatihan non pertanian meliputi manajemen dan kependidikan.

Pelatihan pertanian yang diselenggarakan P4TK Pertanian Cianjur menggunakan pendekatan paket pelatihan berbasis produksi. Paket-paket pelatihan dibuat untuk satu kompetensi produksi tertentu, seperti paket produksi tanaman sayuran, budidaya lidah buaya, penyilangan anggrek, pembesaran ikan mas, pengolahan produk kedelai, penetasan telur, budidaya ulat sutera dan sejenisnya. Lamanya pelaksanaan pelatihan disesuaikan dengan kompetensi yang akan dikuasai atau kebutuhan peserta didik. Berdasarkan lamanya pelatihan disediakan paket pelatihan antara 1 hari sampai dengan 3 bulan. Sasaran pelatihan bidang pertanian dan non pertanian adalah pendidik dan tenaga kependidikan dari jenjang pendidikan formal yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian dan Kelautan. Disamping itu pelatihan pertanian juga diselenggarakan untuk masyarakat umum baik secara perorangan maupun kelompok/kelembagaan. Kegiatan pelatihan dilakukan oleh unit kerja yang disebut departemen yaitu Agribisnis Produksi Tanaman, Agribisnis Produksi Peternakan, Agribisnis Produksi Perikanan, Agroindustri dan Pengujian Mutu, Mesin Pertanian dan Teknologi Penangkapan, Ilmu Dasar, dan Manajemen Teknologi Informasi Pendidikan.

Kondisi Fasilitator Pelatihan

Fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas melaksanakan pembelajaran pada kegiatan pelatihan. Berdasarkan latar belakang jabatannya, fasilitator P4TK Pertanian Cianjur terdiri dari widyaiswara dan instruktur. Widyaiswara merupakan tenaga fungsional yang diangkat oleh Menteri Pendidikan Nasional, sedangkan instruktur merupakan

tenaga struktural yang mendapat tugas mengajar pada kegiatan pelatihan dari Kepala P4TK Pertanian. Kedua kelompok fasilitator tersebut mempunyai tugas yang sama dalam melaksanakan pelatihan, yang membedakan adalah status kepegawaiannya. Jumlah tenaga fasilitator P4TK Pertanian sampai dengan bulan April 2011 sebanyak 121 orang yang terdiri dari unsur widyaiswara sebanyak 78 orang dan instruktur sebanyak 43 orang.

Fasilitator pelatihan memiliki bidang keahlian berdasarkan spesialisasi mengajar pada kegiatan pelatihan. Bidang keahlian fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur ditetapkan berdasarkan Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit Widyaiswara, Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Kemdiknas tahun 2010 meliputi (1) agribisnis produksi tanaman, hortikultura dan perkebunan, (2) agribisnis produksi perikanan dan kelautan, (3) agribisnis produksi peternakan, (4) teknologi hasil pertanian, (5) mekanisasi pertanian, dan (6) kimia Industri. Disamping bidang keahlian tersebut, terdapat bidang keahlian lain yang dikembangkan P4TK Pertanian Cianjur yaitu (1) sosial ekonomi pertanian, dan (2) kependidikan pertanian. Bidang keahlian tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: (1) kelompok pertanian budidaya meliputi: agribisnis produksi tanaman, hortikultura dan perkebunan, agribisnis produksi perikanan dan kelautan, dan agribisnis produksi ternak; (2) pertanian non budidaya meliputi: teknologi hasil pertanian, mekanisasi pertanian, sosial ekonomi pertanian, dan kimia industri; dan (3) kependidikan pertanian.

Berdasarkan pengelompokkan tersebut sebagian besar fasilitator memiliki bidang keahlian pertanian budidaya sebanyak 64,46% meliputi agribisnis produksi tanaman, hotikultura dan perkebunan sebanyak 35,54%, agribisnis produksi perikanan dan kelautan sebanyak 14,88%, dan agribisnis peternakan sebanyak 14,05%. Sedangkan sisanya sebanyak 26,45% memiliki bidang keahlian pertanian non budidaya dan sebanyak 9,09% memiliki bidang keahlian kependidikan pertanian. Bidang keahlian yang paling banyak dimiliki fasilitator adalah bidang keahlian tanaman, hortikultura dan perkebunan sebanyak 35,54%, sedangkan paling sedikit adalah bidang keahlian kimia industri sebanyak 1,65%. Bidang keahlian fasilitator pelatihan P4TK Pertanian disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Bidang Keahlian Fasilitator Pelatihan P4TK Pertanian

Bidang Keahlian Jumlah

n %

1. Pertanian Budidaya:

Agribisnis Produksi Tanaman, Hortikulura dan Perkebunan 43 35,54 Agribisnis Produksi Perikanan dan Kelautan 18 14,88

Agribisnis Peternakan 17 14,05

2. Pertanian Non Budidaya:

Pengolahan Hasil Pertanian 15 12,40

Mekanisasi Pertanian 10 8,26

Sosial Ekonomi Pertanian 5 4,13

Kimia Industri 2 1,65

3. Kependidikan Pertanian 11 9,09

Total 121 100,00

Berdasarkan wawancara dengan beberapa fasilitator pelatihan diperoleh informasi bahwa bidang keahlian telah berkembang sejalan dengan peningkatan pendidikan formal dan keikutsertaan fasilitator dalam pelatihan-pelatihan. Perkembangan bidang keahlian karena peningkatan pendidikan formal terjadi karena perubahan jurusan yang diambil pada jenjang Strata 2 (S2). Sebagai contoh fasilitator pelatihan S1 jurusan Agronomi mengambil S2 jurusan Manajemen Keuangan, maka bidang keahlian yang bersangkutan disamping budidaya tanaman juga manajemen keuangan agribisnis. Perkembangan bidang keahlian karena faktor keikutsertaan dalam pelatihan-pelatihan terjadi karena bertambahnya kompetensi baru baik dalam bidang keahliannya maupun diluar bidang keahliannya. Sebagai contoh fasilitator dengan bidang keahlian Peternakan mengikuti pelatihan manajemen mutu ISO 9001:2000, maka bidang keahlian yang bersangkutan bertambah dengan manajemen mutu ISO 9001:2000. Bidang keahlian tersebut digunakan oleh P4TK Pertanian untuk memberikan penugasan mengajar kepada fasilitator. Sehingga seorang fasilitator di samping mengajar pelatihan pada bidang keahliannya di bidang pertanian juga dapat mengajar pelatihan dibidang non pertanian seperti kurikulum, manajemen mutu, kewirausahaan, dan lain-lain.

Karakteristik Fasilitator Pelatihan

Karakteristik fasilitator pelatihan merupakan bagian dari individu dan melekat pada diri seorang fasilitator yang mendasari tingkah laku sebagai fasilitator. Sebaran karakteristik fasilitator pelatihan selengkapnya disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Sebaran Fasilitator Pelatihan Berdasarkan Karakteristik

Sub Peubah Kategori Jumlah

n %

Umur X1.1

Rentang usia: 30-55 tahun

Muda: 25-30 th Sedang: 31-45 th Tua: >45 th 1 36 84 0,83 29,75 69,42 Pendidikan formal, X1.2 Selang skor: 1-3 Jenjang S 1: Pertanian Non Pertanian Jumlah 37 3 40 30,58 2,48 33,06 Jenjang S 2: Pertanian Non Pertanian Jumlah 41 39 80 33,88 32,23 66,12 Jenjang S 3: Pertanian 1 0,83 Pengalaman kerja X1.3 Selang tahun: 4-29 th Rendah: ≤5 th Sedang: 6-10 th Tinggi: >10 th 14 18 89 11,57 14,88 73,55 Jabatan , X1.4 Selang skor: 1-4 Pertama: III.a-b Muda: III.c-d Madya: IV.a-c 40 28 53 33,06 23,14 43,80

Umur merupakan salah satu karakteristik pribadi seseorang yang berpengaruh terhadap kemampuan dalam mempelajari, memahami, menerima dan mengadopsi suatu teknologi serta peningkatan produktivitas kerja. Umur fasilitator P4TK Pertanian berkisar antara 30 sampai dengan 55 tahun dengan rata- rata 45 tahun. Sebagian besar fasilitator berada dalam kategori tua yaitu umur >45 tahun, yaitu sebanyak 84 orang (69,42%). Adapun sisanya sebanyak 36 orang (29,75%) berada pada kategori sedang yaitu umur 31-45 tahun dan kategori muda sebanyak 1 orang (0,83%). Soehardjo dan Patong (1984) mengelompokkan umur berdasarkan produktif dan non produktif yaitu umur 15-54 tahun merupakan umur produktif dan 55 tahun ke atas dikategorikan umur non produktif atau sudah tidak produktif lagi. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa berdasarkan umur, fasilitator pelatihan P4TK Pertanian sebagian besar berada dalam periode

produktif dimana seseorang dalam masa puncak produktivitasnya. Jika dihubungkan dengan umur pensiun fasilitator yaitu 55-60 tahun maka masa kerja fasilitator masih 10-15 tahun. Hal yang perlu diantisipasi oleh P4TK Pertanian adalah banyaknya fasilitator yang memasuki masa pensiun dengan waktu yang relatif sama sehingga perlu disiapkan regenerasi sejak awal.

Pendidikan formal fasilitator pelatihan P4TK Pertanian sebagian besar adalah S1 sebanyak 40 orang (33,06%) dan S2 sebanyak 80 orang (66,12%). Sedangkan berdasarkan latar belakang jurusan fasilitator berpendidikan S1 sebanyak 92,50% memiliki jurusan bidang pertanian meliputi budidaya tanaman/ agronomi, peternakan, perikanan, teknologi hasil pertanian, mekanisasi pertanian, perkebunan, kehutanan, dan sosial ekonomi pertanian. Lainnya sebanyak 7,50% memiliki jurusan non pertanian meliputi kependidikan, hukum, ekonomi, fisika, kimia, biologi, dan manajemen. Fasilitator jenjang S2 sebanyak 51,25% memiliki jurusan bidang pertanian, sedangkan sisanya sebanyak 48,75% memiliki jurusan non pertanian khususnya kependidikan dan manajemen. Namun pada jenjang S2 terjadi pergeseran jurusan cukup banyak yaitu 39 orang dari 80 orang yang berpendidikan S2 mengambil jurusan yang berbeda dengan jurusan pada saat S1. Pendidikan formal dibutuhan fasilitator untuk meningkatkan pengetahuan akademik bidang ilmu yang diampu. Margono Slamet, 1992 menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula pengetahuan, sikap dan ketrampilan, efisien bekerja dan semakin banyak tahu cara-cara dan teknik bekerja yang lebih baik dan lebih menguntungkan. Oleh karena itu pergeseran jurusan pada fasilitator S2 perlu diantisipasi untuk program peningkatan pendidikan formal yang akan datang agar bermanfaat baik bagi fasilitator yang bersangkutan maupun P4TK Pertanian.

Pengalaman kerja menurut Siagian (2000) merupakan keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Bandura (1986) menyatakan bahwa pengalaman seseorang dapat diukur secara kuantitatif berdasarkan jumlah tahun seseorang bekerja dalam bidang yang dijalani. Pengalaman kerja fasilitator sebagian besar berada pada kategori tinggi (>10 tahun), sebanyak 73,55%. Lainnya sebanyak 14,88% berpengalaman kerja sedang (6-10 tahun) dan 11,57% berpengalaman kerja rendah (<5 tahun).

Pengalaman kerja terendah adalah 4 tahun dan tertinggi 29 tahun dengan rata-rata 16,7 tahun. Pengalaman kerja fasilitator yang cukup lama tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai fasilitator pelatihan telah dilalui dengan segala permasalahan dan keberhasilannya. Fasilitator pada umumnya mempunyai jam mengajar cukup tinggi dalam menyajikan materi pelatihan dan berinteraksi dengan berbagai macam peserta. Kibler (1981) menyatakan bahwa seseorang akan memperoleh keuntungan dari pengalamannya karena dengan pengalaman akan mempunyai kesempatan melihat, membandingkan dan memilih sehingga mempermudah untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Pengalaman kerja fasilitator tersebut merupakan proses pembelajaran yang sangat berharga untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan/meningkatkan keberhasilan dalam melaksanakan tugas berikutnya sehingga menjadi lebih baik.

Jabatan sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian pada penjelasan pasal 17, ayat 1 adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi Negara. Berdasarkan jabatannya diketahui bahwa sebagian besar fasilitator memiliki jabatan pada tingkat madya (IVa-c) dan pertama (IIIa-b) yaitu 43,80% dan 33,06%, sedangkan sisanya sebanyak 23,14% berada pada tingkat muda. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa cukup banyak fasilitator dengan jabatan pada kategori pertama yaitu golongan III.a dan III.b. Fasilitator yang berada pada kategori tersebut adalah fasilitator non fungsional yaitu staf struktural yang ditugaskan oleh P4TK Pertanian sebagai fasilitator pelatihan. Peningkatan golongan terkait dengan masa kerja yaitu minimal 4 tahun sekali seorang PNS dengan jabatan struktural. Sedangkan bagi PNS dengan jabatan fungsional widyaiswara minimal 2 tahun mendapatkan kenaikan golongan jika memenuhi persyaratan angka kredit dan administrasi lainnya. Jabatan fasilitator khususnya yang berasal dari fungsional, dikaitkan dengan kewenangan memberikan pelatihan berdasarkan level pelatihan. Semakin tinggi jabatan maka diberi kewenangan untuk memberikan pelatihan pada level pelatihan yang semakin tinggi. Tinggi rendahnya level pelatihan ditetapkan berdasarkan bobot materi yang penetapannya dilakukan oleh P4TK Pertanian.

Keterlibatan Fasilitator Pelatihan Dalam Proses Belajar

Keterlibatan fasilitator dalam proses belajar merupakan kegiatan belajar untuk mendukung pelaksanaan tugasnya sebagai fasilitator. Keterlibatan dalam proses belajar diukur berdasarkan kegiatan belajar dalam mengikuti pelatihan, berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah, mengikuti magang industri, melaksanakan unit produksi, dan memanfaatkan sumber belajar. Sebaran keterlibatan fasilitator dalam proses belajar disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Sebaran Fasilitator Berdasarkan Keterlibatan dalam Proses Belajar

Peubah/Sub Peubah Kategori Jumlah

n %

Mengikuti pelatihan, X2.1

Selang skor: 5-19; Rata-rata: 7,83; : 2,40

Rendah: < 5,43; Sedang: 5,43-10,23; Tinggi: >10,23

Rendah Sedang Tinggi 14 93 14 11,57 76,86 11,57 Berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah, X2.2

Selang skor: 6-22; Rata-rata:11,65; : 3,16

Rendah: < 8,49; Sedang: 8,49-14,81;Tinggi: >14,81

Rendah Sedang Tinggi 17 83 21 14,05 68,60 17,36 Mengikuti magang industri, X2.3

Selang skor: 2-5; Rata-rata: 2,45; : 0,69 Rendah: <1,76; Sedang: 1,76-3,14;Tinggi: >3,14

Rendah Sedang Tinggi 0 111 10 0,00 91,74 8,26 Melaksanakan unit produksi, X2.4

Selang skor: 2-8; Rata-rata: 3,33; : 1,43 Rendah: <1,90; Sedang: 1,90-4,76;Tinggi: >4,76

Rendah Sedang Tinggi 0 95 26 0,00 78,51 21,49 Pemanfaatan sumber belajar, X2.5

Selang skor: 9-20; Rata-rata: 16,30; : 3,03

Rendah: < 13,27; Sedang: 13,27-19,33;Tinggi: >19,33

Rendah Sedang Tinggi 24 68 29 19,83 56,20 23,97 Keterlibatan fasilitator pelatihan dalam proses belajar, X2

Selang skor: 25-64; Rata-rata: 41,55; : 7,53

Rendah: <34,02; Sedang: 34,02-49,08;Tinggi: >49,08

Rendah Sedang Tinggi 22 83 16 18,18 68,60 13,22 Keterangan: Rendah = < rata-rata- ; sedang = rata-rata ± ; tinggi = > rata-rata + 

Keikutsertaan fasilitator dalam kegiatan pelatihan sebagian besar yaitu sebanyak 76,86% berada pada kategori sedang, diikuti kategori tinggi dan rendah masing-masing dengan jumlah yang sama sebanyak 11,57%. Keterlibatan fasilitator dalam mengikuti pelatihan meliputi keikutsertaan dalam pelatihan tentang keterampilan pertanian, pembelajaran, manajemen, motivasi dan kepemimpinan. Melalui keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan tersebut diharapkan mendukung fasilitator meningkatkan kompetensi dan kinerja dalam memberikan pelatihan pertanian. Dalam tiga tahun terakhir jenis pelatihan yang diikuti oleh fasilitator meliputi: pelatihan keterampilan pertanian (52,89%); pelatihan pembelajaran (63,64%); pelatihan manajemen (23,97%), pelatihan

motivasi (33,06%); dan pelatihan kepemimpinan (35,54%). Fasilitator yang belum pernah mengikuti pelatihan keterampilan pertanian, pembelajaran, manajemen dan motivasi selama tiga tahun terakhir masing-masing sebanyak 47,11%; 36,36%; 76,03%; dan 64,46%. Pentingnya pelatihan diungkapkan oleh Bernandin dan Russell (Gomes, 2003) yaitu setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggungjawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya. Pelatihan berkaitan dengan peningkatan keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu sehingga lebih menekankan pada keterampilan (skill). Pelatihan merupakan cara terpadu yang diorientasikan pada tuntutan kerja aktual, dengan penekanan pada pengembangan skill, knowledge dan ability. Masih ditemukannya fasilitator yang belum pernah mengikuti pelatihan selama tiga tahun terakhir merupakan catatan penting bagi P4TK Pertanian untuk memprogramkan kegiatan pelatihan khususnya bagi fasilitator tersebut.

Partisipasi fasilitator dalam kegiatan ilmiah dalam bentuk seminar, workshop, ujicoba dan menulis karya ilmiah sebagian besar berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 68,60%, diikuti kategori tinggi sebanyak 17,36% dan kategori rendah sebanyak 14,05%. Melalui kegiatan ilmiah, fasilitator dapat selalu mengikuti perkembangan terkini terkait dengan bidang ilmunya untuk menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan guna mendukung tugas sebagai fasilitator. Selama tiga tahun terakhir keikutsertaan fasilitator pada kegiatan seminar internal P4TK Pertanian sebanyak 91,74%; workshop internal P4TK Pertanian sebanyak 81,82%; seminar dan workshop di luar P4TK Pertanian masing-masing sebanyak 33,06% dan 26,45%; melakukan ujicoba sebanyak 68,60%; dan menulisan karya ilmiah sebanyak 59,50%. Keikutsertaan fasilitator dalam kegiatan seminar dan workshop di luar P4TK Pertanian paling rendah jika dibandingkan dengan kegiatan ilmiah lainnya yaitu sebanyak 33,06% dan 26,45%. Kondisi tersebut terjadi karena keikutsertaan fasilitator pada kegiatan tersebut sangat tergantung pada penugasan dari P4TK Pertanian. Hasil wawancara dengan beberapa fasilitator menyatakan bahwa sebenarnya membutuhkan seminar atau workshop yang sifatnya nasional, tetapi karena keterbatasan lembaga dalam membiayai kegiatan tersebut maka keinginan untuk mengikuti kegiatan tersebut

belum dapat terpenuhi. Jumlah fasilitator yang pernah menulis karya ilmiah sebanyak 59,50%, hal tersebut berarti terdapat 40,50% fasilitator yang belum pernah menulis karya ilmiah. Karya tulis ilmiah merupakan salah satu bukti ukuran penguasaan akademik seseorang dalam bidang ilmunya masing-masing. Kedua indikator tersebut yaitu keikutsertaan dalam kegiatan seminar dan workshop di luar P4TK Pertanian dan menulis karya tulis ilmiah perlu diprogramkan agar semua fasilitator berkesempatan terlibat dalam kedua hal tersebut. Keterlibatan fasilitator dalam kegiatan ilmiah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja dalam melaksanakan kegiatan pelatihan. Sehingga kegiatan pelatihan yang diselenggarakan P4TK Pertanian lebih bermutu.

Keikutsertaan fasilitator dalam kegiatan magang industri sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 91,74%, diikuti kategori tinggi sebanyak 8,26% dan rendah sebanyak 0,00%. Magang industri adalah latihan kerja pada suatu instansi/industri tertentu dengan mengikuti sistem kerja pada instansi/industri yang bersangkutan. Melalui kegiatan magang industri baik pada industri lokal maupun nasional, diperoleh pengalaman nyata dan keterampilan pada kondisi sebenarnya. Banyaknya fasilitator yang pernah mengikuti magang menggambarkan bahwa sebagian besar fasilitator mempunyai pengalaman praktis dengan dunia usaha/industri. Pengalaman tersebut bermanfaat untuk menambah dan meningkatkan kompetensi dan kinerja fasilitator dalam melaksanakan pelatihan.

Keterlibatan fasilitator dalam kegiatan unit produksi sebagian besar dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 78,51%, diikuti kategori tinggi sebanyak 21,49% dan tidak ada yang berkategori rendah. Unit produksi merupakan kegiatan produksi/usaha suatu komoditas/produk tertentu yang dilakukan oleh fasilitator dalam skala komersial yang dikelola P4TK Pertanian sebagai wahana bagi fasilitator untuk mendapatkan pengalaman produksi secara komersial dan wahana praktek bagi peserta pelatihan. P4TK Pertanian tidak mewajibkan fasilitator untuk melakukan unit produksi namun fasilitator berupaya untuk terlibat dalam pelaksanaan unit produksi. Unit produksi dilakukan secara tim dengan melibatkan beberapa fasilitator sesuai bidang keahliannya masing-masing. Melalui

keterlibatan dalam kegiatan unit produksi maka fasilitator menjadi lebih kompeten dan mempunyai pengalaman praktis yang nyata sebagai bekal untuk mengajar pada kegiatan pelatihan. Sehingga kegiatan pelatihan dapat berhasil memenuhi harapan peserta pelatihan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Gilley dan Eggland (1993) bahwa salah satu standar keberhasilan pelatihan adalah instruktur (fasilitator pelatihan) harus kompeten dalam materi dan metode pembelajaran yang digunakan. Selanjutnya Fasilitator Gilley dan Eggland menyatakan bahwa seorang fasilitator lebih menekankan pada pengalaman praktis dari pada konsep, teori atau ide-ide baru.

Sumber belajar fasilitator adalah sarana yang tersedia dilingkungan kerja yang dapat digunakan sebagai bahan untuk belajar dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kinerja berupa perpustakaan, internet, majalah/buletin, koran/ tabloid, dan buku literatur/referensi. Pemanfaatan sumber belajar sebagian besar fasilitator, yaitu sebanyak 56,20% berada pada kategori sedang, sebanyak 23,97% pada kategori tinggi dan sebanyak 19,83% pada kategori rendah. Selama tiga tahun terakhir, internet dan buku literatur/referensi merupakan sumber belajar yang banyak digunakan fasilitator dimana semua fasilitator menggunakannya lebih dari satu kali. Kemudian disusul majalah/koran digunakan oleh 99,17% fasilitator, perpustakaan digunakan oleh 96,69%, dan koran/tabloid digunakan oleh 95,87%. Tingginya pemanfaatan semua sumber belajar perlu menjadi prioritas P4TK Pertanian untuk memfasilitasi ketersediaan sumber belajar dengan memperkuat jaringan internet, menambah buku literatur/referensi/jurnal, meningkatkan sarana dan pelayanan perpustakaan dan menyediakan berbagai koran/tabloid sesuai kebutuhan fasilitator.

Tabel 13 juga menunjukkan bahwa jumlah fasilitator yang terlibat dalam proses belajar dengan kategori tinggi masih sedikit yaitu mengikuti pelatihan 11,57%; berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah 17,36%; mengikuti magang industri 8,26%, melaksanakan unit produksi 21,49%; dan pemanfaatan sumber belajar 23,97%. Peningkatan kompetensi fasilitator merupakan proses belajar untuk memperbaiki, memperkuat, menambah, memperluas dan menyegarkan kompetensi-kompetensi yang telah dimiliki. Fasilitator pelatihan dengan tugas utamanya mengajar harus selalu mengembangkan diri dengan ilmu pengetahuan,

teknologi dan pengalaman praktis secara intensif agar lebih meningkat kompetensinya. Sebagaimana diungkapkan oleh Werther dan Davis (1996) bahwa pengembangan diri merupakan kesempatan-kesempatan belajar yang direncanakan untuk membantu pengembangan seseorang yang berorientasi pada masa depan. Pengembangan diri dapat dilakukan secara individu melalui kemandirian belajar atau secara organisasi melalui pengembangan profesionalisme dan pengembangan karir. Oleh karena itu perlu menjadi perhatian P4TK Pertanian untuk meningkatkan keterlibatan semua fasilitator dalam proses belajar mencapai kategori tinggi.

Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan lingkungan fisik dan non fisik di luar diri fasilitator yang mendukung atau mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator. Sebaran fasilitator berdasarkan penilaian lingkungan kerja disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Sebaran Fasilitator Berdasarkan Lingkungan Kerja

Peubah/Sub Peubah Kategori Jumlah

n %

Sistem pemberian penghargaan, X3.1 Selang skor: 10-21; Rata-rata: 16,12; : 2,20

Rendah: <13,92; Sedang: 13,92-18,32;Tinggi: >18,32

Rendah Sedang Tinggi 10 98 13 8,26 80,99 10,74 Sistem evaluasi pelaksanaan tugas pembelajaran, X3.2

Selang skor: 5-20; Rata-rata: 16,68; : 2,60

Rendah: <14,08; Sedang: 14,08-19,28;Tinggi: >19,28

Rendah Sedang Tinggi 19 82 20 15,70 67,77 16,53 Ketersediaan sarana/prasarana X3.3

Selang skor: 15-44; Rata-rata: 29,05; : 4,11

Rendah: <24,94; Sedang: 24,94-33,16; Tinggi: >33,16

Rendah Sedang Tinggi 18 98 5 14,88 80,99 4,13 Sistem pengembangan karir, X3.4

Selang skor: 4-16; Rata-rata: 11,17; : 2,54 Rendah: <8,63; Sedang: 8,63-13,71;Tinggi: >13,71

Rendah Sedang Tinggi 20 83 18 16,53 68,60 14,88 Sistem Pelaksanaan kegiatan pelatihan, X3.5

Selang skor: 13-32; Rata-rata: 22,69; : 2,95

Rendah: <19,74; Sedang: 19,74-25,64;Tinggi: >25,64

Rendah Sedang Tinggi 19 94 8 15,70 77,69 6,61 Lingkungan kerja fasilitator, X3

Selang skor: 66-124; Rata-rata: 95,70; :10,36

Rendah: <85,34; Sedang: 85,34-106,06;Tinggi: >106,06

Rendah Sedang Tinggi 24 87 10 19,83 71,90 8,26 Keterangan: Rendah = < rata-rata- ; sedang = rata-rata ± ; tinggi = > rata-rata + 

Sistem pemberian penghargaan merupakan tata cara pemberian kompensasi berupa materi dan non materi. Kompensasi materi meliputi sistem pemberian honor mengajar dan besarnya honor mengajar. Kompensasi non materi meliputi

sistem dan penerbitan surat tugas dan surat keterangan melaksanakan tugas. Sebagian besar fasilitator yaitu sebanyak 80,99% menyatakan sistem penghargaan berada pada kategori sedang, diikuti 10,74% menyatakan kategori tinggi, dan 8,26% menyatakan kategori rendah. Melalui wawancara dengan beberapa

Dokumen terkait