• Tidak ada hasil yang ditemukan

Competency and performance training Facilitator Center for Empowering and Developing Educators and Educational Personnels Agriculture, Ministry of Education and Culture

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Competency and performance training Facilitator Center for Empowering and Developing Educators and Educational Personnels Agriculture, Ministry of Education and Culture"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPETENSI DAN KINERJA FASILITATOR PELATIHAN

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN

TENAGA KEPENDIDIKAN PERTANIAN (P4TK PERTANIAN),

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

EKO WARISDIONO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Kompetensi dan Kinerja

Fasilitator Pelatihan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (P4TK Pertanian), Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2012

(3)

ABSTRACT

EKO WARISDIONO. Competency and Performance Training Facilitator Center for Empowering and Developing Educators and Educational Personnels Agriculture, Ministry of Education and Culture. Advisors: MA‟MUN SARMA, DARWIS S. GANI, and DJOKO SUSANTO.

Competency and performance of the facilitators are two important factors among others which contribute to the successful of training program. Respective training program is considered successful if along the process it can fulfill the expectations and needs of the trainers. The objectives of the study are: (1) to describe facilitators characteristic, involvement the facilitators in learning processes, working environment, facilitators motivation, facilitators competency, and facilitators performance at the „P4TK Pertanian‟ Cianjur; (2) to describe characteritic and performance training participants and their perception to facilitators performance at the „P4TK Pertanian‟ Cianjur; (3) to analyze

factors related and influenced to facilitators competency at the „P4TK Pertanian‟ Cianjur;

(4) to analyze factors related and influenced to facilitators performance at the „P4TK

Pertanian‟ Cianjur; (5) to analyze related facilitator performance at the „P4TK Pertanian‟

Cianjur to performance training participans; (6) to formulate strategy of facilitators competency and performance development at the „P4TK Pertanian‟ Cianjur. The important results of the study showed that the majority of the involvement the facilitators in learning processes, working environment, facilitators motivation, facilitators competency, and facilitators performance in medium level. Dominant factors have affect to facilitators competency are involvement the facilitators in learning processes, motivation and working environment. Dominant factor has affect to facilitators performance is facilitators competency. The performance of the facilitators has no significant relation to the performance of the training participants. The strategy to improve the facilitators competency and performance were: (1) to develope facilitators working environment, (2) to develope involvement of the facilitators in learning processes, and (3) to improve the competence of the facilitators, i.e the ability to plan and develop learning process ang team work.

(4)

RINGKASAN

EKO WARISDIONO. Kompetensi dan Kinerja Fasilitator Pelatihan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (P4TK Pertanian), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dibimbing oleh

MA‟MUN SARMA, DARWIS S. GANI, dan DJOKO SUSANTO.

Pelatihan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi tuntutan pemenuhan kebutuhan dan perubahan lingkungan sekitarnya. Pelatihan bagi masyarakat bertujuan untuk memberdayakan, agar menjadi berdaya sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam proses perubahan dan pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan. Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan bertujuan untuk memperkuat posisi seseorang melalui penumbuhan kesadaran dan kemampuan individu yang bersangkutan, mengidentifikasi persoalan yang dihadapi dan memikirkan langkah-langkah mengatasinya. Salah satu komponen pelatihan yang mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pelatihan adalah pelatih atau fasilitator. Tugas utama fasilitator adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan bidang keilmuan masing-masing pada kegiatan pelatihan. Untuk meningkatkan peran fasilitator dalam meningkatkan kompetensi masyarakat melalui kegiatan pelatihan, maka perlu dilakukan penelitian secara mendalam terhadap kompetensi dan kinerja fasilitator di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (P4TK Pertanian), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui karakteristik, keterlibatan dalam proses belajar, lingkungan kerja, motivasi, kompetensi, dan kinerja fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur; (2) mengetahui karakteristik dan kinerja alumni pelatihan serta persepsinya terhadap kinerja fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur; (3) menganalisis faktor yang berhubungan dan berpengaruh nyata terhadap kompetensi fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur; (4) menganalisis faktor yang berhubungan dan berpengaruh nyata terhadap kinerja fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur; (5) merumuskan strategi pengembangan kompetensi dan kinerja fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur.

Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan mulai April sampai dengan Juli 2011 di P4TK Pertanian. Obyek penelitian adalah fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur sebanyak 121 orang yang diambil secara sensus dan alumni pelatihan sebanyak 117 orang yang diambil berdasarkan pertimbangan tertentu

(judgmental sampling) yang tersebar di Jawa Barat, Sumatera dan Kalimantan.

Pertimbangan yang digunakan adalah alumni pelatihan merupakan peserta pelatihan yang mengikuti pelatihan di P4TK Pertanian minimun satu tahun terakhir dan untuk menilai kompetensi fasilitator yang pernah mengajar pada pelatihan yang diikuti. Data penelitian adalah primer dan sekunder yang dikumpulkan menggunakan kuesioner, observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumen. Analisis data menggunakan analisis deskriptif, analisis korelasi, analisis pengaruh, dan analisis model persamaan struktural (structural equation

(5)

Umur fasilitator berkisar antara 30 sampai dengan 55 tahun dengan rata-rata 45 tahun. Sebagian besar fasilitator berada dalam kategori tua yaitu umur >44 tahun, sebanyak 84 orang (69,42%). Pendidikan formal fasilitator sebagian besar pada jenjang S2 yaitu sebanyak 80 orang (66,12%), dengan pengalaman kerja sebagian besar berada pada kategori tinggi yaitu di atas 10 tahun sebanyak 89 orang (73,55%). Jabatan fasilitator sebagian besar pada tingkat madya dan pertama yaitu 43,80% dan 33,06%.

Kondisi keterlibatan fasilitator dalam proses belajar, lingkungan kerja fasilitator, motivasi fasilitator, kompetensi fasilitator dan kinerja fasilitator menurut sebagian besar fasilitator berada pada kategori sedang yaitu masing-masing sebanyak 68,60%; 71,90%; 57,85%; 76,86; dan 78,51%. Sisanya berada pada kategori rendah dan tinggi. Persepsi alumni pelatihan terhadap kinerja fasilitator sebagian besar yaitu sebanyak 70,94% menyatakan berada pada kategori sedang.

Hasil analisis hubungan menunjukkan bahwa karakteristik fasilitator, keterlibatan fasilitator dalam proses belajar, lingkungan kerja fasilitator, dan motivasi fasilitator berhubungan positif nyata dengan kompetensi fasilitator. Sedangkan motivasi fasilitator, lingkungan kerja fasilitator dan kompetensi fasilitator berhubungan positif nyata dengan kinerja fasilitator. Kinerja fasilitator berhubungan positif tidak nyata dengan kinerja alumni pelatihan. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa kompetensi fasilitator dipengaruhi secara langsung oleh keterlibatan fasilitator dalam proses belajar, motivasi fasilitator, dan lingkungan kerja fasilitator. Sedangkan kinerja fasilitator dipengaruhi secara langsung oleh kompetensi fasilitator.

Strategi pengembangan kompetensi dan kinerja fasilitator adalah dengan: (1) memperbaiki lingkungan kerja fasilitator yang diprioritaskan pada sistem pemberian penghargaan dan sistem penyelenggaraan pelatihan; (2) meningkatkan keterlibatan fasilitator dalam proses belajar dengan diprioritaskan pada peningkatan keikutsertaan fasilitator pada kegiatan pelatihan, seminar, workshop dan penyusunan karya tulis ilmiah; (3) meningkatkan kompetensi fasilitator diprioritaskan pada kemampuan menyusun perencanaan pembelajaran dan melakukan kerjasama; (4) meningkatkan kinerja fasilitator diprioritaskan pada menyusun perangkat pembelajaran.

Saran dari penelitian ini adalah: (1) P4TK Pertanian perlu membentuk Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (Human Resources Development); (2) P4TK Pertanian perlu memfasilitasi pengembangan kompetensi dan kinerja fasilitator dengan prioritas pada perbaikan lingkungan kerja fasilitator, peningkatan motivasi dalam mengembangkan kemampuan bidang ilmu dan memperluas kerjasama, dan peningkatan keterlibatan fasilitator dalam proses belajar; (3) Secara mandiri fasilitator pelatihan perlu terus memelihara dan meningkatkan kompetensi khususnya dalam menyusun perencanaan pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar; (4) P4TK Pertanian perlu memprogramkan paket-paket pelatihan yang dilanjutkan dengan program pemantauan dan bimbingan teknis implementasi hasil pelatihan kepada alumni pelatihan; (5) P4TK Pertanian perlu memperluas kerjasama dengan lembaga pertanian lainnya seperti Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanaian dan BPPT (6) Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang dampak pelatihan terhadap alumni pelatihan.

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

KOMPETENSI DAN KINERJA FASILITATOR PELATIHAN

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN

PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

PERTANIAN (P4TK PERTANIAN),

KEMENTERIAN PENDIDIKAN

DAN KEBUDAYAAN

EKO WARISDIONO

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

Pada Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Penguji Luar Komisi

Penguji Ujian Tertutup : 1. Dr. Prabowo Tjitropranoto, M.Sc

Dosen Ilmu Penyuluhan Pembangunan, FEMA IPB

2. Dr. Soenarmo J. Hatmodjosoewito, M.Ed

Dosen Ilmu Penyuluhan Pembangunan, FEMA IPB

Penguji Ujian Terbuka : 1. Prof. Abdorrakhman Gintings, M.Ed, M.Si, Ph.D Kepala P4TK Bandung Periode 2002-2006

Konsultan Pendidikan World Bank untuk program BERMUTU (Better Education Reform Management

through Universal Teacher Upgrading) pada

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

2. Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS

(9)

Judul Disertasi : Kompetensi dan Kinerja Fasilitator Pelatihan

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (P4TK Pertanian), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Nama : Eko Warisdiono

NIM : I362060111

Program Mayor : Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN)

Disetujui : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ma‟mun Sarma, MS, M.Ec Ketua

Prof (Ris) Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM Anggota

Prof. Dr. Ir. H. Darwis S. Gani, MA Anggota

Diketahui :

Koordinator Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan disertasi ini dengan lancar dan selamat. Disertasi dengan judul “Kompetensi dan Kinerja Fasilitator Pelatihan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pertanian (P4TK Pertanian), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan”

merupakan pilihan penulis dalam rangka untuk menjawab permasalahan tentang kompetensi dan kinerja fasilitator serta kinerja alumni pelatihan. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menjembatani antara pelatihan yang ditawarkan dan kebutuhan alumni pelatihan terhadap pelatihan melalui kompetensi dan kinerja fasilitator.

Penyelesaian disertasi ini tidak terlepas dari masukan, arahan dan bimbingan

yang sangat intens dari komisi pembimbing yang terdiri dari Dr. Ir. Ma‟mun

Sarma, MS, M.Ec, selaku ketua komisi pembimbing, dan Prof. Dr. Ir. H. Darwis S. Gani, MA dan Prof. (Ris) Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM. Kepada beliau penulis ucapkan banyak terima kasih.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Rektor Institut Pertanian Bogor beserta jajarannya yang telah memberi kesempatan penulis mengikuti program S3 dan memberikan pelayanan yang baik selama mengikuti perkuliahan.

(2) Dekan Fakultas Ekologi Manusia dan Ketua Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB beserta jajarannya yang telah memberikan layanan selama penulis mengikuti perkuliahan.

(3) Ketua Program Mayor Penyuluhan Pembangunan, Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc atas bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan penulis.

(4) Komisi Akademik yaitu Dr. Ir. Ma‟mun Sarma, MS, M.Ec; Prof. Dr. Ir. H. Darwis S. Gani, MA; Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen; dan Dr. Soenarmo, atas bimbingan dan arahannya dalam penulis menyelesaikan perkuliahan. (5) Semua dosen pada Program Mayor Penyuluhan Pembangunan, Sekolah

(11)

(6) Ir. Giri Suryatmana, Kepala P4TK Pertanian Cianjur periode 2004-2007 yang telah memberi ijin belajar dan bea siswa kepada penulis untuk mengikuti pendidikan S3 Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB.

(7) Drs. Dedi H. Karwan, MM, Kepala P4TK Pertanian Cianjur periode 2007-2010 yang telah memberikan ijin belajar dan bea siswa lanjutan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan S3 Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB.

(8) Ir. Siswoyo, M.Si, Kepala P4TK Pertanian Cianjur saat ini yang telah memberikan dorongan dan dukungan semangat serta kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan disertasi.

(9) Pemimpin sidang, Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS dan penguji luar komisi pada ujian tertutup, Dr. Prabowo Tjitropranoto, M.Sc dan Dr. Soenarmo J. Hatmodjosoewito, M.Ed atas saran penyempurnaan disertasi. (10) Pemimpin sidang, Dr. Arif Satria dan penguji luar komisi pada ujian

terbuka, Prof. Abdorrakhman Gintings, M.Ed, M.Si, Ph.D dan Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS atas saran penyempurnaan disertasi.

(11) Teman-teman program S2 dan S3 Program Ilmu Penyuluhan Pembangunan angkatan 2006 yang sangat kekeluargaan dan selalu mendorong penulis menyelesaikan studi.

(12) Fasilitator P4TK Pertanian Cianjur dan peserta pelatihan yang telah berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini.

(13) Teman-teman di Departemen Manajemen dan Teknologi Informasi dan Komunikasi, P4TK Pertanian Cianjur atas dorongan, bantuan dan pengertiannya selama penulis menyelesaikan studi.

(14) Orang tua tercinta, Soedijono (alm) dan Warsiti atas doa, dorongan, semangat dan perhatiannya sampai penulis menyelesaikan studi.

(15) Mertua tercinta, Soeratno (alm) dan Suparti atas doa, dorongan semangat dan perhatiannya sampai penulis menyelesaikan studi.

(12)

(17) Adik-adik tercinta beserta istri/suami, Anto dan Wida, Hari dan Lia, Nora dan Jaka, atas dorongan, doa dan semangatnya.

(18) Sahabat-sahabat di Subdit Pembelajaran, Direktorat Pembinaan SMA, Ibu Diah Widyowatie, Bpk Alinurdin, Bpk Abdurrahman, Ibu Fatimah Muid, Ibu Tuti Hidayati, Bpk Endar, Teteh Elia, Oma Yet, Mba Yuli, Mas Ilham, Bang Soripada, Mba Arie, Mba Hanny, Mba Hesti, dan sahabat lainnya yang tidak saya sebutkan satu per satu, atas dorongan, semangat dan doa selama penulis menyelesaikan studi.

(19) Sahabat-sahabat tim nasional SKM, KTSP, PBKL, PSB SMA yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas dorongan semangat yang diberikan sehingga penulis terpacu menyelesaikan studi

(20) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan baik langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini.

Menyadari akan keterbatasan dan kemampuan, penulis mohon maaf jika dalam penulisan disertasi ini ditemukan kekurangan dan ketidaksempurnaan. Harapan penulis semoga disertasi ini memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkecimpung dalam bidang penyuluhan pembangunan khususnya P4TK Pertanian Cianjur. Kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian disertasi ini diucapkan terima kasih.

Bogor, Januari 2012 Penulis,

Eko Warisdiono

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Desa Tambaknegara, Kec. Rawalo, Kab. Banyumas, Jawa Tengah pada tanggal 21 Agustus 1963 sebagai anak pertama dari lima bersaudara, pasangan Bapak Soedijono (Alm) dan Ibu Warsiti. Pendidikan SD sampai dengan SMA diselesaikan di SD Ajibarang Wetan 1, SMPN 3 Purwokerto, dan SMAN 1 Purwokerto. Pendidikan S1 diperoleh di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Pada tahun 1999 mendapat bea siswa pendidikan S2 dari PPPG Pertanian Cianjur (P4TK Pertanian) di Universitas Pajajaran Bandung, jurusan Magister Manajemen bidang konsentrasi Manajemen Keuangan. Selanjutnya pada tahun 2006 P4TK Pertanian memberi bea siswa lagi kepada penulis untuk menyelesaikan program S3 di Sekolah Pascasarjana IPB Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan.

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... ii

RINGKASAN ... iii

PENGESAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

RIWAYAT HIDUP ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Masalah Penelitian... 4

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

Definisi Istilah ... 6

TINJAUAN PUSTAKA ... 9

Fasilitator ... 9

Pelatihan ... 13

Kompetensi ... 18

Kompetensi Fasilitator ... 22

Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran ... 23

Kompetensi Kepribadian ... 24

Kompetensi Sosial ... 24

Kompetensi Substantif ... 24

Peningkatan Kompetensi ... 24

Pendidikan Formal ... 25

Pelatihan ... 26

Partisipasi dalam Kegiatan Pertemuan Ilmiah ... 27

Magang Industri ... 27

Unit Produksi ... 28

Pemanfaatan Sumber Belajar ... 28

Lingkungan Kerja ... 29

Sistem Penghargaan ... 30

Sistem Evaluasi Kinerja ... 31

Ketersediaan Kegiatan Pelatihan ... 31

Ketersediaan Sarana dan Prasarana ... 32

Peluang Pengembangan Karir ... 33

Motivasi ... 33

Karakteristik Fasilitator dan Karakteristik Alumni Pelatihan ... 36

Karakteristik Fasilitator ... 37

(15)

Kinerja ... 41

Kinerja Fasilitator ... 44

Kinerja Alumni Pelatihan ... 45

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ... 47

Kerangka Berpikir ... 47

Hipotesis Penelitian ... 51

METODE PENELITIAN ... 52

Rancangan Penelitian ... 52

Populasi dan Sampel ... 52

Data dan Instrumentasi ... 53

Data ... 53

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 54

Peubah, Definisi Operasional, Indikator, Parameter dan Pengukuran ... 54

Instrumentasi ... 79

Analisis Data ... 81

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 83

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 83

Kondisi Fasilitator ... 84

Karakteristisk Fasilitator ... 87

Keterlibatan dalam Proses Belajar ... 90

Lingkungan Kerja ... 94

Motivasi Fasilitator Pelatihan ... 98

Kompetensi Fasilitator Pelatihan ... 100

Faktor yang Berhubungan dengan Kompetensi Fasilitator Pelatihan ... 103

Kinerja Fasilitator Pelatihan ... 104

Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Fasilitator Pelatihan ... 108

Karakteristik dan Persepsi Alumni Pelatihan Terhadap Kinerja Fasilitator ... 109

Karakteristik Alumni Pelatihan ... 109

Deskripsi Persepsi Alumni Pelatihan Terhadap Kinerja Fasilitator Pelatihan ... 111

Kinerja Alumni Pelatihan ... 115

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kompetensi dan Kinerja Fasilitator Pelatihan ... 117

Model Analisis Empiris Pengaruh Antar Peubah dengan Kompetensi dan Kinerja Fasilitator Pelatihan ... 117

Dekomposisi Efek Peubah Laten yang Berpengaruh terhadap Kompetensi dan Kinerja Fasilitator Pelatihan ... 120

(16)

Strategi Pengembangan Kompetensi dan Kinerja Fasilitator Pelatihan 128

Perbaikan Kondisi Lingkungan Kerja Fasilitator Pelatihan ... 131

Peningkatan Motivasi Fasilitator Pelatihan ... 134

Peningkatan Keterlibatan Fasilitator Pelatihan dalam Proses Belajar ... 135

Peningkatan Kompetensi dan Kinerja Fasilitator Pelatihan ... 137

Implikasi Kebijakan Pengembangan Kompetensi dan Kinerja Fasilitator Pelatihan ... 139

KESIMPULAN DAN SARAN ... 140

Kesimpulan ... 140

Saran ... 141

DAFTAR PUSTAKA ... 143

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Terminologi akademik mendidik, mengajar dan melatih ... 12 2. Variabel, Definisi Operasional, Indikator, Parameter dan Pengukuran

Karakteristik Fasilitator ... 55 3. Variabel, Definisi Operasional, Indikator, Parameter dan Pengukuran

Keterlibatan dalam Proses Belajar ... 57 4. Variabel, Definisi Operasional, Indikator, Parameter dan Pengukuran

Lingkungan Kerja Fasilitator ……… 58

5. Variabel, Definisi Operasional, Indikator, Parameter dan Pengukuran

Motivasi Fasilitator ………... 62 6. Variabel, Definisi Operasional, Indikator, Parameter dan Pengukuran

Persepsi Alumni Pelatihan Terhadap Kinerja Fasilitator ……… 67 7. Variabel, Definisi Operasional, Indikator, Parameter dan Pengukuran

Kompetensi Fasilitator ……….. 71

8. Variabel, Definisi Operasional, Indikator, Parameter dan Pengukuran

Kinerja Fasilitator ………. 76 9. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen Penelitian Responden

Fasilitator ... 80 10. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen Penelitian Responden

Alumni Pelatihan ... 81 11. Bidang Keahlian Fasilitator Pelatihan P4TK Pertanian ... 86 12. Sebaran Fasilitator Pelatihan Berdasarkan Karakteristik ... 87 13. Sebaran Fasilitator Berdasarkan Keterlibatan dalam Proses Belajar .... 90 14. Sebaran Fasilitator Berdasarkan Lingkungan Kerja ... 94 15. Sebaran Fasilitator Berdasarkan Motivasi ... 98 16. Sebaran Kompetensi Fasilitator Pelatihan Pertanian ... 101 17. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kompetensi Fasilitator

Pelatihan Pertanian ...

103

18. Sebaran Fasilitator Pelatihan Berdasarkan Kinerja ... 105 19. Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Fasilitator Pelatihan ... 108 20. Sebaran Alumni Pelatihan Berdasarkan Karakteristik ... 109 21. Sebaran Alumni Pelatihan Berdasarkan Persepsi Mereka Terhadap

Kinerja Fasilitator Pelatihan ... 112 22. Sebaran Alumni Pelatihan Berdasarkan Kinerja ... 116 23. Dekomposisi Efek Peubah Laten yang berpengaruh Terhadap

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Model Gunung Es dan Lingkaran Terpusat Kompetensi

(Sumber: Spencer&Spencer, 1993) ……….. 20

2. Kerangka Berpikir Analisis Kompetensi dan Kinerja Fasilitator

Pelatihan (sebagai Model Hipotetis Penelitian) ... 50 3. Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi dan Kinerja

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pelatihan dalam kaitannya dengan upaya pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi tuntutan pemenuhan kebutuhan dan perubahan lingkungan sekitarnya. Pelatihan bagi masyarakat bertujuan untuk memberdayakan, agar menjadi berdaya sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam proses perubahan dan pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan. Pemberdayaan yang dilakukan melalui pelatihan bertujuan untuk memperkuat posisi seseorang melalui penumbuhan kesadaran dan kemampuan individu yang bersangkutan, mengidentifikasi persoalan yang dihadapi dan memikirkan langkah-langkah mengatasinya. Pelatihan merupakan salah satu tindakan praktis penyuluhan, dimana menurut Amanah (2007) tindakan praktis penyuluhan merupakan upaya untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku

pada individu, kelompok, komunitas, ataupun masyarakat agar mereka tahu, mau, dan

mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

(21)

mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pelatihan yang berhasil akan meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kualitas kerja peserta pelatihan. Salah satu komponen pelatihan yang mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pelatihan adalah pengajar atau fasilitator pelatihan. Kesuksesan suatu program diklat sangat ditentukan oleh profesionalisme yang dimiliki oleh fasilitator pelatihan. Fasilitator pelatihan yang profesional memiliki kompetensi atau kemampuan mengajar dan kemampuan memfasilitasi yang unggul dalam suatu proses pembelajaran dalam pelatihan. Fasilitator pelatihan yang kompeten mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif serta mampu mengelola kelas dan membawa peserta pelatihan mencapai hasil belajar yang optimal.

Fasilitator pelatihan merupakan orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidangnya sehingga mampu melakukan tugas dan fungsinya dengan kemampuan maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran kegiatan pelatihan. Sehingga fasilitator pelatihan adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Fasilitator pelatihan harus peka dan tanggap terhadap perubahan, pembaharuan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengikuti tuntutan kebutuhan masyarakat dan pekembangan jaman. Kondisi tersebut menuntut fasilitator terus meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya agar mampu memfasilitasi dan menyajikan materi pelatihan mengikuti arus perkembangan jaman dan tuntutan kebutuhan peserta.

(22)

Menurut Susanto (2003) definisi kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik-karakteristk yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Kompetensi merupakan karakteristik diri yang menjadi pembeda antara kinerja yang sangat baik dengan kinerja yang biasa dalam suatu pekerjaan atau organisasi. Ife (1995) menyatakan bahwa secara umum kompetensi dimaknai sama dengan keterampilan-keterampilan (skills) yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan, Mendiknas dalam Surat Keputusan No. 045/U/2002 menyatakan bahwa kompetensi merupakan seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

Fasilitator pelatihan di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (P4TK Pertanian) Cianjur, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mendapat tugas untuk mendidik, mengajar dan melatih (dikjartih) pada kegiatan pelatihan baik untuk PNS maupun Non PNS sesuai dengan latar belakang pendidikan dan kompetensi yang dimiliki. P4TK Pertanian Cianjur merupakan lembaga pendidikan dan pelatihan di bidang kejuruan pertanian di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan tugas menyelenggarakan pelatihan kejuruan pertanian bagi pendidik dan tenaga kependidikan serta masyarakat.

(23)

Masalah Penelitian

Pelatihan pertanian merupakan salah satu upaya meningkatkan dan mengembangkan kemampuan peserta untuk menguasai materi tertentu di bidang pertanian sesuai dengan kebutuhannya. Karakteristik dari pelatihan pertanian diantaranya adalah peserta pada umumnya berpendidikan, dari segi umur sudah dewasa dan mempunyai pengalaman awal sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kondisi tersebut menuntut fasilitator untuk mampu melayani harapan dan kebutuhan peserta baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena itu fasilitator dituntut untuk memiliki kompetensi dan selalu meningkatkan kompetensinya baik secara mandiri maupun terprogram oleh lembaga diklat.

Fasilitator pelatihan pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (P4TK Pertanian) Cianjur tercatat sebanyak 121 orang yang terdiri dari jabatan instruktur 43 orang dan widyaiswara 78 orang. Tugas utama fasilitator pelatihan adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan bidang keilmuan masing-masing. Mendukung pelaksanaan tugas fasilitator, P4TK Pertanian telah melakukan berbagai kegiatan peningkatan kompetensi fasilitator pelatihan baik melalui peningkatan pendidikan formal maupun pelatihan, magang, seminar, workshop, praktik lapangan, penelitian dan penulisan karya ilmiah. Namun demikian pada kenyataannya program peningkatan kompetensi tersebut belum dapat menjangkau semua fasilitator dan terencana sesuai dengan kebutuhan kompetensi fasilitator.

(24)

Terkait dengan permasalahan di atas, penelitian ini difokuskan untuk menggali informasi tentang :

(1) Bagaimana karakteristik, keterlibatan dalam proses belajar, lingkungan kerja fasilitator, motivasi, kompetensi, dan kinerja fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur?

(2) Bagaimana karakteristik dan kinerja alumni pelatihan serta persepsinya terhadap kinerja fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur?

(3) Faktor apa yang dominan mempengaruhi kompetensi fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur?

(4) Faktor apa yang dominan mempengaruhi kinerja fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur?

(5) Bagaimana strategi yang efektif untuk mengembangkan kompetensi dan kinerja fasilitator pelatihan di P4TK Pertanian Cianjur?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan sebagaimana dijabarkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

(1) Mengetahui karakteristik, keterlibatan dalam proses belajar, lingkungan kerja, motivasi, kompetensi, dan kinerja fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur.

(2) Mengetahui karakteristik dan kinerja alumni pelatihan serta persepsinya terhadap kinerja fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur.

(3) Menganalisis faktor yang berhubungan dan berpengaruh nyata terhadap kompetensi fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur.

(4) Menganalisis faktor yang berhubungan dan berpengaruh nyata terhadap kinerja fasilitator pelatihan P4TK Pertanian Cianjur

(25)

Kegunaan Hasil Penelitian

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang penyuluhan pembangunan dan bermanfaat bagi praktisi di bidang pelatihan. Secara lebih terinci manfaat yang diperolah dari penelitian ini adalah:

(1) Memberikan informasi untuk pengembangan ilmu penyuluhan pertanian, khususnya dalam hal pengembangan kompetensi dan kinerja fasilitator pelatihan.

(2) Bahan bagi lembaga pelatihan dalam meningkatkan kompetensi dan kinerja fasilitator pelatihan agar dapat melaksanakan kegiatan pelatihan sesuai dengan tujuan.

(3) Bagi P4TK Pertanian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai bahan untuk membuat kebijakan pengembangan kompetensi sebagai pendukung kinerja fasilitator pelatihan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

Definisi Istilah

(1) Fasilitator pelatihan adalah pendidik pada kegiatan pelatihan yang bertugas merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan.

(2) Pelatihan adalah proses pembelajaran, dilaksanakan dalam jangka pendek, lebih menekankan pada kegiatan praktek daripada teori dengan menggunakan pembelajaran orang dewasa dan bertujuan meningkatkan kemampuan pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga mampu meningkatkan kompetensi individu untuk melaksanakan pekerjaan.

(3) Kompetensi fasilitator pelatihan didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh fasilitator dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

(26)

(5) Motivasi fasilitator pelatihan, yaitu faktor-faktor yang menggerakkan atau mendorong fasilitator dalam menguasai kompetensi dan kinerja sebagai fasilitator pelatihan.

(6) Lingkungan kerja fasilitator pelatihan, yaitu lingkungan fisik dan non fisik yang mempengaruhi diri fasilitator dalam menguasai kompetensi dan melaksanakan tugasnya.

(7) Peningkatan kompetensi fasilitator pelatihan, yaitu upaya-upaya untuk meningkatkan kompetensi fasilitator pelatihan yang terkait dengan tugas dan tanggung jawabnya melalui pendidikan formal, pelatihan, magang industri, praktik lapangan dan pemanfaatan sumber belajar.

(8) Alumni pelatihan, yaitu adalah peserta pelatihan berasal dari unsur pendidik, tenaga kependidikan maupun masyarakat umum yang pernah mengikuti pelatihan pertanian di P4TK Pertanian.

(9) Kinerja fasilitator adalah kuantitas dan kualitas hasil pelaksanaan tugas mendidik, mengajar dan melatih pada kegiatan pelatihan.

(10) P4TK Pertanian adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bidang pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan pertanian.

(11) Widyaiswara adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk mendidik, mengajar dan/atau melatih PNS dan non PNS pada lembaga diklat pemerintah.

(12) Program pengembangan kompetensi adalah kegiatan-kegiatan peningkatan dan perluasan kompetensi fasilitator baik berupa pendidikan formal maupun nonformal yang direncanakan oleh lembaga/institusi yang bersangkutan. (13) Peluang pengembangan karir adalah tersedianya kesempatan peningkatan

karir secara terbuka yang dapat diperoleh fasilitator sesuai dengan ketentuan lembaga dan kemampuan fasilitator.

(27)

(15) Pendidikan formal adalah jenjang pendidikan terakhir yang dimiliki fasilitator termasuk didalamnya jurusan dan program keahliannya.

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Fasilitator

Fasilitator dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan salah satu kualifikasi tenaga pendidik selain guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur dan sebutan pendidik lainnya yang sesuai dengan kekhususannya. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Istilah fasilitator sebagai pendidik banyak digunakan dalam pendidikan non formal terutama pada kegiatan pelatihan baik yang diselenggarakan oleh lembaga diklat pemerintah maupun non pemerintah. Istilah fasilitator juga dikenal dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan ruang lingkup tugas yang berbeda dengan istilah fasilitator pelatihan yaitu sebagai tenaga pendamping. Pada penelitian ini fasilitator pelatihan yang dimaksud adalah fasilitator sebagai pendidik dalam kegiatan pelatihan yang selanjutnya disebut fasilitator pelatihan.

(29)

mengantarkan peserta didik untuk menemukan sendiri isi atau materi pelajaran yang ditawarkan atau yang disediakan melalui/oleh penemuannya sendiri.

Pada kegiatan pelatihan, status dan peran fasilitator pelatihan sangat penting. Linton (Krisari, 2007) mendefinisikan mengenai status adalah suatu kumpulan hak dan kewajiban (a collection of right and duties), sedangkan peran adalah aspek dinamis dari suatu status (the dynamic aspect of status). Definisi sederhana yang dibuat oleh Linton tersebut memberikan deskripsi mengenai posisi dan kedudukan dari status-peran. Status/kedudukan adalah suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lainnya. Setiap orang bisa memiliki sejumlah status dan mengisi peran yang sesuai dengan status itu.

Menurut Horton dan Hunt (1993), peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status. Sedangkan status/kedudukan itu sendiri adalah suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lainnya. Setiap orang mungkin memiliki sejumlah status dan diharapkan mengisi peran yang sesuai dengan status itu. Dalam arti tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peran adalah pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak-hak tersebut. Menurut Ralp Linton dan Veeger (Sudirah, 2009) seseorang (fasilitator pelatihan) menjalankan peranan ketika dia menjalankan hak dan kewajibannya yang merupakan statusnya. Menurut Berry (Sudirah, 2009) di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu (1) harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran; (2) harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan perannya atau kewajiban-kewajibannya. Pemegang peran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah fasilitator pelatihan, sedangkan masyarakat adalah alumni pelatihan (peserta pelatihan).

(30)

dan tanggung jawabnya sebagai fasilitator pelatihan yaitu merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Sedangkan hak fasilitator adalah mendapatkan imbalan berupa materi maupun non materi dari menjalankan kewajibannya tersebut. Imbalan materi dapat berupa gaji, honor dan insentif lainnya dalam bentuk uang maupun barang. Sedangkan imbalan non materi dapat berupa pangkat/jabatan, penugasan, dan penghargaan.

Peran fasilitator pelatihan pada kegiatan pelatihan terkait dengan statusnya sebagai tenaga pendidik menurut menurut Roestiyah (2001) adalah : (1) sebagai pelatih, fasilitator membantu peserta pelatihan belajar membuat kesepakatan dan rencana belajar, mengamati peserta dalam melaksanakan rencana belajar, menawarkan saran, melakukan demonstrasi, membantu peserta mengidentifikasi kebutuhan materi belajar, memonitor kemajuan peserta, menyarankan pendekatan baru yang diperlukan, dan membantu peserta pelatihan; (2) sebagai pemandu, fasilitator menunjukkan peserta arah yang tepat dalam belajar dan membantu menetapkan ke tujuan belajarnya; (3) sebagai desainer lingkungan belajar, fasilitator membantu peserta pelatihan untuk membangun suatu lingkungan belajar sesuai dengan kebutuhan peserta; (4) fasilitator juga berfungsi sebagai model atau mentor; (5) sebagai evaluator, fasilitator memberikan informasi kepada peserta tentang tujuan pelatihan dan kemajuan belajar mereka.

(31)

kepegawaian sebagai fungsional. Pada prakteknya dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator pelatihan, antara instruktur dan widyaiswara tidak ada perbedaan. Keduanya menjalankan tugas sebagai fasilitator mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 14 Tahun 2009, tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya yaitu mendidik, mengajar, dan/atau melatih Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Non PNS pada lembaga diklat pemerintah masing-masing atau lembaga diklat pemerintah di luar instansinya. Ketiga tugas pokok tersebut merupakan satu kesatuan tugas meskipun secara terminologi akademik dapat dibedakan satu dengan lainnya. Pada kenyataannya, ketiga tugas pokok tersebut menjadi satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Secara terminologi akademik mendidik, mengajar dan melatih menurut Suparlan (2006) dapat dijelaskan dalam Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Terminologi akademik mendidik, mengajar dan melatih

No. Aspek Mendidik Mengajar Melatih

1. Isi Moral dan kepribadian Bahan ajar berupa ilmu pengetahuan dan teknologi

Keterampilan atau kecakapan hidup (life skill) 2. Proses Memberikan motivasi

untuk belajar dan

(32)

bukan mengatur dan memberikan mata ajaran sebagaimana terjadi pada cara-cara

pedagogy (pendidikan anak-anak). Dari berbagai pendapat tersebut di atas maka dalam peneliatian ini yang disebut dengan fasilitator pelatihan adalah tenaga pendidik pada kegiatan pelatihan yang melaksanakan tugas mendidik, mengajar dan melatih peserta pelatihan.

Pelatihan

Pelatihan dalam kaitannya dengan pengembangan masyarakat merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi tuntutan maupun perubahan lingkungan sekitarnya. Pelatihan bagi masyarakat bertujuan untuk memberdayakan, sehingga menjadi berdaya dan dapat berpartisipasi aktif dalam proses perubahan. Pelatihan dapat membantu orang atau masyarakat untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki. Pelatihan juga dapat menimbulkan perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan bekerja masyarakat, perubahan sikap terhadap pekerjaan, serta dalam informasi dan pengetahuan yang mereka terapkan dalam pekerjaannya sehari-hari. Kegiatan pelatihan dapat terjadi apabila seseorang atau masyarakat menyadari perlunya mengembangkan potensi dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan maupun kepuasan hidupnya.

(33)

kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Pendidikan dan pelatihan kerja dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan fungsional yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kursus dan pelatihan sebagai bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standar kompetensi, pengembangan sikap kewirausahaan serta pengembangan kepribadian profesional.

(34)

memberikan bantuan bagi para pekerja untuk menguasai keterampilan khusus atau membantu untuk memperbaiki kekurangannya dalam melaksanakan pekerjaan. Fokus kegiatannya adalah untuk meningkatkan kemampuan kerja dalam memenuhi kebutuhan tuntutan cara bekerja yang paling efektif pada masa sekarang. Franco (1991) mengemukakan pelatihan adalah suatu tindakan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang pegawai yang melaksanakan pekerjaan tertentu. Selanjutnya Gilley dan Eggland (1993) menyatakan bahwa pelatihan adalah pembelajaran yang diberikan untuk meningkatkan kinerja pekerjaan saat ini. Pelatihan merupakan salah satu pendekatan dalam pengembangan sumber daya manusia untuk meningkatkan/ mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku.

Tujuan pelatihan menurut Moekijat (1990) adalah: (1) mengembangkan keterampilan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif, (2) mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, dan (3) mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama. Suatu pelatihan memiliki beberapa ciri, yaitu: (1) direncanakan dengan sengaja, (2) adanya tujuan yang hendak dicapai, (3) ada peserta (kelompok sasaran) dan pelatihan, (4) ada kegiatan pembelajaran secara praktis, (5) isi belajar dan berlatih menekankan pada keahlian atau keterampilan suatu pekerjaan tertentu, (6) dilaksanakan dalam waktu relatif singkat, dan (7) ada tempat belajar dan berlatih. Sedangkan komponen-komponen pelatihan sebagaimana dijelaskan oleh Mangkunegara (2005) terdiri atas: (1) tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat di ukur; (2) para pelatih (trainer) harus ahlinya yang berkualitas memadai (profesional); (3) materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak di capai; dan (4) peserta pelatihan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.

(35)

sehingga mampu meningkatkan kompetensi individu untuk melaksanakan pekerjaan.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta pelatihan dengan fasilitator, yang berpedoman pada kurikulum dan silabus pelatihan serta didukung sumber daya pelatihan pada suatu lingkungan belajar mengajar. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan pada umumnya adalah pembelajaran orang dewasa (andragogy). Knowles (1986) menjelaskan tentang konsep andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu orang dewasa belajar (the art and science

of helping adults learn). Proses pembelajaran orang dewasa pada dasarnya

(36)

Agar tujuan pelatihan dapat tercapai dengan baik, maka pelaksanaan pelatihan harus mengikuti asas-asas umum pelatihan sebagaimana diungkapkan Yoder (1962) sebagai berikut: (1) perbedaan individu (individual differences); (2) analisis pekerjaan (relation to job analysis); (3) motivasi (motivation); (4) partisipasi aktif (active participation); (5) seleksi pelatih (selection of trainers);

(6) pelatihan pelatih(trainer’s training); (7)metode pelatihan (training methods);

dan (8) prinsip-prinsip pembelajaran (principles of learning). Pendapat Yoder tersebut mengisyaratkan bahwa perbedaan individu peserta pelatihan harus mendapat perhatian yang utama. Karakteristik peserta pelatihan akan mewarnai dan menentukan keberhasilan pelaksanaan suatu pelatihan. Pelatihan harus dihubungkan dengan analisis pekerjaan peserta (calon peserta), sehingga hasil pelatihan dapat bermanfaat bagi peserta melaksanakan tugas pekerjaannya.

Standar keberhasilan pelatihan menurut Gilley dan Eggland (1993) meliputi: (1) pelatihan harus berperan dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap atau kemampuan pekerja; (2) pelatihan harus dapat menunjukkan pengetahuan, tingkat keterampilan, dan sikap atau kemampuan peserta pelatihan sebelum mengikuti pelatihan; (3) pelatihan harus dapat menunjukkan pengetahuan, tingkat keterampilan, dan sikap atau kemampuan yang dapat ditunjukkan peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan; (4) pelatihan harus dirancang oleh orang yang kompeten baik dalam materi maupun prinsip-prinsip pelatihan; (5) materi pelatihan harus diuji sebelum digunakan; (6) materi pelatihan harus dikritisi oleh pihak ketiga yang ahli baik dalam materi maupun prinsip-prinsip pelatihan; (7) peserta pelatihan harus diinformasikan tentang tujuan pelatihan dan informasi penting lainnya sebelum pelaksanaan pelatihan; (8) instruktur harus kompeten dalam materi dan metode pembelajaran yang digunakan; (9) penyelenggara atau sponsor pelatihan harus menyaring peserta pelatihan yang akan diundang agar mendapatkan peserta yang memenuhi persyaratan pengetahuan, keterampilan dan kualifikasi lainnya.

(37)

aktif berpartisipasi dapat aktif berpikir, berbuat dan mengambil keputusan selama proses pelatihan berlangsung. Peserta pelatihan pada dasarnya mempunyai perbedaan-perbedaan yang bersifat individual. Perbedaan-perbedaan tersebut perlu diorganisasikan agar tidak terlalu besar, sehingga diperlukan seleksi atau pemilihan calon peserta pelatihan.

Selain seleksi peserta, untuk mendapatkan pelatih (fasilitator) yang berkualitas dan profesional, maka dalam penyelenggaraan pelatihan diperlukan seleksi fasilitator. Fasilitator terpilih diharapkan merupakan orang-orang yang memiliki kualifikasi sebagai fasilitator yang handal. Fasilitator yang telah terpilih, masih perlu mengikuti pelatihan untuk fasilitator. Tujuan seleksi fasilitator adalah untuk mendapatkan fasilitator yang memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang relatif sama pada jenis pelatihan yang akan dilatihkan. Juga memiliki tingkat kerjasama yang tinggi dengan fasilitator lain, sehingga dalam melaksanakan tugas dapat bekerja secara optimal.

Pelatihan yang dilaksanakan di P4TK Pertanian Cianjur adalah pelatihan di bidang pertanian meliputi budidaya tanaman, perkebunan, peternakan, perikanan, alat mesin pertanian, dan agroindustri. Disamping pelatihan pertanian, juga menyelenggarakan pelatihan non pertanian seperti kependidikan, manajemen, dan teknologi informasi dan komunikasi. Peserta pelatihan adalah pendidik dan tenaga kependidikan dari semua jenjang sekolah khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan masyarakat.

Kompetensi

Terdapat beberapa pengertian kompetensi yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Mc Clleland (1973) kompetensi adalah karakteristik dasar individu yang merupakan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan dalam suatu pekerjaan atau situasi (competency is a basic personal characteristic that are determining

factors for acting successfully in a job or a situation). Boyatzis (1982)

(38)

trait, skill, aspect of one’s self-image or social role, or a body of knowledge which he or she uses, which is causally related to the achievement of effective, or better,

work performances). Menurut Boyatzis (1982) kompetensi menunjukan

kemampuan. Seseorang yang mempunyai seperangkat kompetensi menunjukkan kemampuan atau pekerjaannya. Kompetensi dapat berupa motif, sifat, keterampilan, aspek citra diri atau peran sosial seseorang, atau pengetahuan yang digunakan dan dimiliki dan karakteristik ini mungkin diketahui atau tidak diketahui oleh yang bersangkutan.

Selanjutnya Spencer dan Spencer (1993), mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik dasar seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya (underlying characteristic of an individual that is causally related to criterion-referenced effective and/or superior performance in a job

situation). Pada definisi tersebut karakteristik dasar (underlying characteristics) mengandung makna bahwa kompetensi adalah bagian kepribadian yang mendalam dan melekat pada diri seseorang serta mempunyai perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Hubungan kausal (causally

related) berarti kompetensi dapat menyebabkan atau digunakan untuk

memprediksikan kinerja seseorang, artinya jika mempunyai kompetensi tinggi, maka akan mempunyai kinerja tinggi. Sedangkan kriteria yang dijadikan sebagai acuan (criterion referenced) mengandung arti bahwa kompetensi akan memprediksi seseorang dapat berkinerja dengan baik dan kurang baik, yang diukur dari kriteria atau standar yang digunakan. Sehingga kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan individual untuk mengerjakan suatu tugas/pekerjaan yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap, sesuai kinerja yang dipersyaratkan.

(39)

seseorang; (4) pengetahuan(knowledge) adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu; dan (5) ketrampilan/keahlian (skills) kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara fisik maupun mental. Dari kelima karakteristik kompetensi tersebut pengetahuan dan ketrampilan/keahlian sifatnya dapat dilihat (visible) dan mudah dikembangkan. Sedangkan konsep diri (self concept), watak atau ciri (traits) dan motif (motives) sifatnya tidak tampak

(hidden) dan lebih sulit untuk dikembangkan.

Gambar 1. Model Gunung Es dan Lingkaran Terpusat Kompetensi (Sumber : Spencer and Spencer, 1993)

Sinnott, et al. (2002), berpendapat bahwa kompetensi tidak hanya mencakup pengetahuan (knowledge), keterampilan-keterampilan (skills) dan kemampuan-kemampuan (abilities) tetapi juga mencakup karakteristik personal (personal

characteristics). Dengan demikian kompetensi meliputi pengetahuan,

keterampilan-keterampilan, kemampuan-kemampuan dan karakteristik personal lainnya seperti nilai-nilai, motivasi, inisiatif, dan kontrol. Definisi kompetensi lainnya yang menjelaskan tentang karakteristik personal adalah Kuśnierkiewicz (2006) bahwa kompetensi adalah perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, motivasi, sikap dan karakteristik personal yang tunjukkan dalam perilaku dan mempengaruhi kinerja yang unggul (the competency is a combination of knowledge, skills, motivation, attitude and personal characteristics which are

demonstrated in behaviour and influence employee’s superior performance).

The Iceberg

Visible

Hidden

Skill Knowledge

Self-Concept Trait Motive

Skill

Self-Concept

Trait Motive

Attitudes Values

Knowledge Core Personality: Most difficult to develop Surface:

(40)

Definisi-definisi kompetensi di atas yaitu menurut Mc Clleland (1973), Boyatzis (1982), Spencer dan Spencer (1993), Sinnott, et al. (2002), dan Kuśnierkiewicz (β006) di samping menjelaskan karakteristik personal yang mudah diamati dan dikembangkan, tetapi juga kompetensi-kompetensi psikologis yang sulit diamati dan dikembangkan seperti motivasi, sikap dan sebagainya. Inti dari definisi-definisi kompetensi menurut para ahli tersebut di atas adalah: (1) kompetensi merupakan perilaku yang dapat mempengaruhi kinerja atau mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam melakukan pekerjaan, (2) perilaku tersebut merupakan perpaduan karakteristik personal dari individu, dan (3) kompetensi mengandung komponen seperti motif (motives), ciri (traits), konsep diri (self-concept), pengetahuan (knowledge), keterampilan/keahlian (skills), dan peran sosial (social role).

Mengacu pada definisi-definisi kompetensi tersebut di atas, definisi kompetensi oleh Spencer dan Spencer (1993) yang berorientasi pada karakteristik personal pada individu yang menimbulkan perilaku yang kompeten, dijadikan sebagai grand theory dan akan digunakan untuk mendalami berbagai aspek yang terkait dalam penelitian ini. Namun demikian definisi kompetensi menurut Spencer dan Spencer (1993) tersebut diadaptasi dengan lingkungan kerja mengacu pada pendapat Boyatzis (1982) bahwa ada pengaruh kompetensi individu dengan lingkungan kerja. Selanjutnya sejalan dengan Boyatzis, Moehariono (2009) menyatakan bahwa kompetensi seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal, antara lain: (1) bakat bawaan, (2) motivasi kerja, (3) sikap, motif dan cara pandang, (4) pengetahuan, (5) keterampilan, dan (6) lingkungan kehidupan sehari-hari.

(41)

tingkat kompetensi agar dapat mengetahui kinerja yang diharapkan. Penentuan kebutuhan ambang kompetensi penyuluh dapat dijadikan dasar bagi proses seleksi, perencanaan, evaluasi kinerja, dan pengembangan kompetensi masing-masing level kualifikasi penyuluh. Pernyataan tersebut juga digunakan sebagai dasar teori untuk menjelaskan kaitan antara kompetensi dan kinerja fasilitator pelatihan serta pemanfaatan penentuan ambang kompetensi fasilitator pelatihan sebagai dasar dalam proses seleksi, perencanaan, evaluasi kinerja, dan pengembangan kompetensi fasilitator pelatihan.

Kompetensi Fasilitator Pelatihan

Definisi kompetensi pendidik khususnya guru dan dosen sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Pasal 10 Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

(42)

formal jenjang pendidikan tinggi. Selanjutnya pada Pasal 39 undang-undang tersebut dijelaskan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Mengacu pada penjelasan tersebut, terdapat kesamaan peran dan tugas secara umum antara fasilitator, guru dan dosen. Oleh karena itu pada penelitian ini definisi operasional kompetensi fasilitator pelatihan adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh fasilitator dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Tugas keprofesionalan fasilitator adalah mendidik, mengajar dan melatih peserta pelatihan.

Selanjutnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, butir 1 menjelaskan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi pendidik pada kegiatan pelatihan dalam hal ini adalah widyaiswara dijelaskan dalam Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 5 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Widyaiswara Pasal 5 meliputi pengelolaan pembelajaran, kepribadian, sosial dan substantif.

Fasilitator pelatihan dalam penelitian ini sebagaimana dijelaskan di depan termasuk di dalamnya adalah widyaiswara dan instruktur. Keduanya melaksanakan tugas pokok dan kompetensi mengacu pada ketentuan dalam jabatan fungsional widyaiswara. Oleh karena itu dalam penelitian ini cakupan kompetensi fasilitator pelatihan digunakan cakupan kompetensi widyaiswara meliputi pengelolaan pembelajaran, kepribadian, sosial dan substantif.

(43)

alumni pelatihan tersebut dipilih karena pertimbangan waktu, biaya, dan tenaga dengan tetap menjaga obyektivitas hasil penilaian kompetensi fasilitator pelatihan. Rumusan kompetensi fasilitator pelatihan mengacu pada kompetensi widyaiswara menurut Lembaga Administrasi Negara (2008) sebagai berikut:

Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran

Kompetensi dalam pengelolaan pembelajaran adalah kemampuan dalam merencanakan, menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Kompetensi pengelolaan pembelajaran meliputi kemampuan: (1) membuat Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)/Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat (RBPMD) dan Satuan Acara Pembelajaran (SAP)/Rencana Pembelajaran (RP); (2) menyusun bahan ajar; (3) menerapkan pembelajaran orang dewasa; (4) melakukan komunikasi yang efektif dengan peserta; (5) memotivasi semangat belajar peserta; dan (6) mengevaluasi pembelajaran.

Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan mengenai tingkah laku dalam melaksanakan tugas jabatannya yang dapat diamati dan dijadikan teladan bagi peserta pelatihan, meliputi kemampuan: (1) menampilkan pribadi yang dapat diteladani; dan (2) melaksanakan kode etik dan menunjukkan etos kerja sebagai fasilitator yang profesional.

Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan dalam melakukan hubungan dengan lingkungan kerjanya, meliputi kemampuan: (1) membina hubungan dan kerjasama dengan sesama fasilitator; dan (2) menjalin hubungan dengan penyelenggara/ pengelola lembaga pelatihan.

Kompetensi Substantif

(44)

Peningkatan Kompetensi

Kompetensi masyarakat terus berkembang sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan jaman. Masyarakat dituntut dinasmis dan aktif meningkatkan kompetensinya sesuai dengan bidang dan pekerjaan yang dimilikinya. Peningkatan kompetensi tersebut merupakan syarat mutlak agar masyarakat tetap eksis bekerja dalam rangkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu masyarakat dituntut untuk selalu belajar dan meningkatkan kompetensinya salah satunya melalui pelatihan. Dinamika tuntutan perkembangan jaman dan kebutuhan masyarakat tersebut harus diikuti dan diantisipasi oleh fasilitator pelatihan agar selalu siap melayani kebutuhan kompetensi masyarakat. Sehingga fasilitator juga dituntut untuk terus melakukan peningkatan kompetensinya.

Peningkatan kompetensi fasilitator merupakan upaya-upaya untuk meningkatkan kompetensi fasilitator yang berkaitan dengan tugas mendidik, mengajar dan melatih yaitu kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi substantif. Peningkatan kompetensi fasilitator merupakan proses belajar untuk memperbaiki, memperkuat, menambah, memperluas dan menyegarkan kompetensi-kompetensi yang telah dimiliki. Proses belajar dalam rangka meningkatkan kompetensi tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Dalam penelitian ini, peningkatan kompetensi fasilitator dibatasi pada pendidikan formal, pelatihan, kegiatan pertemuan ilmiah, magang industri, dan pemanfaatan sumber belajar.

Pendidikan Formal

(45)

mengembangkan dan/atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian, (2) mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

Peningkatan kompetensi melalui pendidikan formal dilakukan melalui peningkatan jenjang pendidikan pendidikan akademik (program sarjana dan pasca sarjana) dan pendidikan profesional (diploma I-IV). Pendidikan formal lebih mengarah pada peningkatan kompetensi pengetahuan dan/atau keterampilan sesuai dengan jenis pendidikannya.

Pelatihan

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi sumberdaya manusia adalah dengan cara pelatihan. Pelatihan menurut Bernandin dan Russell (Gomes, 2003) adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggungjawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya. Pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu sehingga lebih menekankan pada keterampilan

(skill). Pelatihan merupakan cara terpadu yang diorientasikan pada tuntutan kerja

aktual, dengan penekanan pada pengembangan skill, knowledge dan ability.

Nawawi (1997) menyatakan bahwa pelatihan pada dasarnya adalah proses memberikan bantuan bagi para pekerja untuk menguasai keterampilan khusus atau membantu untuk memperbaiki kekurangannya dalam melaksanakan pekerjaan. Fokus kegiatannya adalah untuk meningkatkan kemampuan kerja dalam memenuhi kebutuhan tuntutan cara bekerja yang paling efektif pada masa sekarang. Franco (1991) mengemukakan pelatihan adalah suatu tindakan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang pegawai yang melaksanakan pekerjaan tertentu.

(46)

organisasi dapat tercapai. Tujuan pelatihan menurut Simamora (1997) adalah: (1) memperbaiki kinerja, (2) memutahirkan keahlian karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi, (3) mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi kompeten dalam bekerja, (4) membantu memecahkan persoalan operasional, (5) mempersiapkan karyawan untuk promosi, dan (6) memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi.

Berdasarkan pada penjelasan di atas tujuan dari pelatihan secara umum adalah meningkatkan kompetensi seseorang (fasilitator) untuk bisa menjalankan pekerjaannya (mendidik, mengajar, melatih) lebih baik dan mengembangkan kompetensi terkait dengan promosi jabatan. Pada penelitian ini pelatihan dibatasi pada keikutsertaan fasilitator pada pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi fasilitator baik yang dilakukan oleh lembaga sendiri maupun luar lembaga.

Partisipasi dalam Kegiatan Pertemuan Ilmiah

(47)

Magang Industri

Magang adalah latihan kerja pada suatu instansi/industri tertentu dengan melakukan pekerjaan sesuai dengan jenis yang dipilih mengikuti sistem kerja pada instansi/industri yang bersangkutan. Melalui kegiatan magang industri, diperoleh pengalaman nyata dan keterampilan seperti kondisi sebenarnya. Tujuan magang adalah: (1) pengenalan suasana kerja sebenarnya suatu kegiatan produksi, (2) menerapkan pengetahuan teoritis kedalam dunia kerja, (3) melatih keterampilan teknis, (4) menumbuhkan kemampuan interaksi sosial dalam dunia kerja. Kegiatan magang industri dalam penelitian ini dibatasi pada kegiatan dimana materi magang berkaitan dengan kompetensi fasilitator.

Unit Produksi

Unit produksi merupakan kegiatan produksi/usaha suatu komoditas/produk tertentu yang dilakukan oleh fasilitator dalam skala komersial dibawah pengelolaan P4TK Pertanian sebagai wahana bagi fasilitator untuk mendapatkan pengalaman produksi secara komersial. Disamping itu kegiatan unit produksi juga dimanfaatkan sebagai media praktek peserta pelatihan. Kegiatan unit produksi merupakan implementasi langsung terhadap pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan produksi/usaha yang dilakukan secara mandiri. Tujuan unit produksi adalah mendapatkan pengalaman praktis pelaksanaan suatu usaha/produksi baik secara teknis, ekonomis dan sosial. Unit Produksi akan menghasilkan pengalaman lapangan secara teknis dan manajerial sebagai penerapan dari pengetahuan dan keterampilan. Pada kegiatan pertanian unit produksi dimaksud adalah praktik budidaya melon, pembesaran ikan, penggemukan sapi, dan sejenisnya. Unit produksi dalam penelitian ini dibatasi pada usaha/produksi yang berkaitan dengan bidang keahlian fasilitator baik yang dilakukan di dalam lembaga maupun di luar lembaga.

Pemanfaatan Sumber Belajar

(48)

dikategorikan sebagai berikut: (1) tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan lain sebagainya, (2) benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta didik, maka benda itu dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya situs, candi, benda peninggalan lainnya, (3) orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu di mana peserta didik dapat belajar sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai sumber belajar, misalnya guru, ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya, (4) bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, web, dll yang dapat digunakan untuk belajar, (5) buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik dapat dikategorikan sebagai sumber belajar, misalnya buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedi, fiksi dan lain sebagainya, (6) peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya yang dapat menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar.

Sumber belajar akan menjadi bermakna apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Dalam penelitian ini, pemanfaatan sumber-sumber belajar dibatasi pada sumber belajar yang tersedia dilingkungan lembaga yang terkait dengan kompetensi fasilitator yaitu perpustakaan, media cetak (koran, majalah, dan jurnal), internet, media elektronik (televisi, CD audio/video, radio, kaset audio).

Lingkungan Kerja

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian .....................................................
Tabel 1. Terminologi akademik mendidik, mengajar dan melatih
Gambar 2. Kerangka Berpikir Analisis Kompetensi dan Kinerja Fasilitator Pelatihan (sebagai Model Hipotetis Penelitian)
tabel) Diklasifikasi: tidak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di daerah Keteb, Magelang, belum pernah dilapor- kan adanya serangan Begomovirus pada tanaman tomat, namun daerah tersebut telah dikenal sebagai daerah epidemi penyakit

To study the presence of spatial heterogeneity of size variables in the Tesso site, we computed an all- directional and directional Mantel correlograms for all living trees

[r]

Mahasiswi yang melakukan olahraga dengan frekuensi < 5 kali dalam seminggu mengalami dismenorea sejumlah 50 mahasiswi dari 58 mahasiswi dan sebagian besar

The analyst(s) named in this report certifies that all of the views expressed by the analyst(s) in this report reflect the personal views of the analyst(s) with regard to any and

2: Von Mises stress distribution using 96 bilinear quadrilateral elements (129 nodes)..

Menindaklanjuti Lelang Sederhana Pekerjaan Pengadaan Konsumsi Makan Praja Pola Catering di Institut Pemerintahan Dalam Negeri Kampus Sulawesi Utara Tahun Anggaran 2014

a) Badan usaha yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, dan tidak sedang diberhentikan kegiatan usahanya; b) Salah satu