• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian tepung daun beluntas dalam pakan dengan dosis 0%; 1% dan 2% terhadap penampilan itik lokal jantan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Penampilan Itik Lokal Jantan Selama Enam Minggu Perlakuan Penambahan Tepung Daun Beluntas Peubah

0% 1% 2% Konsumsi Ransum

(g/ekor) 4.180 ± 105 4.081 ± 117 4.151 ± 59

Bobot Akhir (g/ekor) 1.312 ± 111 1.296 ± 22 1.262 ± 46

PBB (g/ekor) 786 ± 87 746 ± 32 726 ± 57

Konversi Ransum 5,41 ± 0,71 5,48 ± 0,29 5,76 ± 0,46

Keterangan : PBB = Pertambahan Bobot Badan

Konsumsi Ransum

Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas dalam pakan sampai dengan dosis 2% tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi ransum itik. Hal ini disebabkan kandungan energi dan protein ransum antara perlakuan relatif sama. Kandungan energi dan protein dalam ransum menurut Iskandar et al. (2001) akan menentukan besarnya konsumsi ransum. Kandungan serat kasar juga turut berpengaruh terhadap jumlah konsumsi pakan. Meskipun kandungan serat kasar dalam ransum perlakuan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya level tepung daun beluntas yang digunakan namun peningkatan tersebut tidak begitu berarti sehingga masih memberikan tingkat konsumsi ransum yang sama.

Rataan konsumsi ransum yang diperoleh selama enam minggu perlakuan berkisar antara 4.081-4.151 g per ekor atau sebesar 97,16-98,83 g per ekor per hari. Gunawan (2005) melaporkan bahwa penambahan tepung daun beluntas dalam pakan sebesar 0%; 0,5% dan 1% selama delapan minggu menghasilkan rataan konsumsi ransum yang tidak berbeda antara perlakuan, yaitu berkisar antara 84,70-84,75 g per ekor per hari. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas dalam pakan sampai dengan dosis 2% tidak memberikan perbedaan palatabilitas dari level yang lebih rendah.

Rataan konsumsi ransum dalam penelitian Gunawan (2005) dan penelitian ini tidak jauh berbeda dari rataan konsumsi itik lokal jantan yang diberi ransum dengan kandungan energi 2.750-3.000 kkal per kg dan kandungan protein 18%-20% yaitu sebesar 88,00-96,61 g per ekor per hari (Iskandar et al., 2001). Hal ini berarti bahwa penambahan tepung daun beluntas dalam pakan tidak memberikan dampak negatif terhadap jumlah ransum yang dikonsumsi itik.

Bobot Badan Akhir

Rataan bobot badan akhir itik lokal jantan yang diberikan tepung daun beluntas sampai dosis 2% tidak menunjukkan hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan konsumsi ransum yang tidak berbeda akibat kandungan energi dan protein ransum yang sama. Iskandar et al. (1994) melaporkan bahwa anak itik jantan yang memperoleh ransum dengan kandungan energi metabolis sebesar 2.700-3.000 kkal dan kandungan protein sebesar 15,5%-21% memiliki rataan bobot badan yang tidak berbeda.

Rataan bobot akhir itik yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 1.262-1.312 g per ekor. Hasil penelitian Gunawan (2005) dengan penambahan tepung daun beluntas pada level yang lebih rendah (0,5% dan 1%) dan pemberian dalam pakan yang lebih lama (delapan minggu) mendapatkan rataan bobot badan akhir itik sebesar 1.383-1.394 g per ekor pada umur 10 minggu dan tidak berbeda dengan perlakuan kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penambahan tepung daun beluntas sampai dengan dosis 2% dalam pakan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot badan akhir yang dihasilkan.

Pertambahan Bobot Badan

Pemberian tepung daun beluntas dalam pakan sampai dengan dosis 2% tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan itik. Hal ini dapat dipahami karena bobot awal dan bobot badan akhir itik yang diperoleh tidak berbeda antara perlakuan. Pertambahan bobot badan yang tidak berbeda antara perlakuan menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas dalam pakan sampai dengan dosis 2% masih dapat dilakukan tanpa memberikan dampak negatif.

Penelitian ini memperoleh rataan pertambahan bobot badan itik selama 6 minggu perlakuan berkisar antara 726-746 g per ekor. Gunawan (2005) mendapatkan rataan pertambahan bobot badan itik lokal jantan yang diberikan tepung daun

beluntas dalam pakan dengan dosis 0,5% selama delapan minggu sebesar 1.126 g per ekor. Pada level penambahan tepung daun beluntas sebesar 1% dan lama pemberian yang sama, rataan pertambahan bobot badan yang diperoleh sebesar 1.138 g per ekor.

Konversi Ransum

Konversi ransum seperti terlihat pada Tabel 2 tidak berbeda antara perlakuan penambahan tepung daun beluntas. Rataan konversi ransum yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 5,41-5,76. Angka ini lebih tinggi daripada hasil penelitian Iskandar et al. (2001) yang mendapatkan rataan konversi ransum itik lokal jantan dengan kandungan energi ransum 2.750 kkal dan kandungan protein 18% yaitu sebesar 5,01.

Konversi ransum dapat digunakan sebagai gambaran untuk mengetahui tingkat efisiensi produksi. Angka konversi ransum menunjukkan tingkat efisiensi ransum, artinya jika angka konversi ransum semakin tinggi maka penggunaan ransum kurang ekonomis, sebaliknya jika angka konversi ransum semakin rendah maka penggunaan ransum semakin ekonomis. Angka konversi ransum yang tidak berbeda akibat penambahan tepung daun beluntas dalam pakan menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas sampai dengan taraf 2% tidak memberikan dampak negatif terhadap konversi ransum yang diperoleh.

Persentase Karkas dan Bagian-bagiannya

Pengaruh pemberian tepung daun beluntas dengan dosis 0%; 1% dan 2% terhadap rataan persentase karkas dan bagian-bagiannya pada itik disajikan pada Tabel 3. Pada tabel tersebut terlihat bahwa penambahan tepung daun beluntas dengan dosis 1% dan 2% dalam pakan tidak memberikan pengaruh terhadap persentase karkas itik. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan komponen karkas berlangsung merata pada semua taraf perlakuan, mengingat rataan persentase bagian-bagian karkas juga tidak berbeda.

Rataan persentase karkas yang didapatkan dalam penelitian ini berkisar antara 59,61%-60,66%. Nilai ini lebih besar daripada hasil penelitian Setiyanto (2005) yang mendapatkan rataan persentase karkas berkisar antara 51,20%-51,75% pada itik lokal jantan yang diberi penambahan tepung daun beluntas dalam pakan dengan dosis 0%; 0,5% dan 1% selama delapan minggu. Pemberian tepung daun beluntas yang terlalu dini pada penelitian Setiyanto (2005) yaitu saat itik berumur dua minggu diduga

mengurangi efisiensi penyerapan pakan akibat belum siapnya organ pencernaan itik. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan karkas ikut terganggu sehingga persentase karkas yang diperoleh lebih rendah.

Tabel 3. Rataan Persentase Karkas dan Bagian-bagiannya pada Itik Umur 10 Minggu

Penambahan Tepung Daun Beluntas Peubah 0% 1% 2% ---(%)--- Karkas 59,61 ± 1,10 59,70 ± 2,06 60,66 ± 2,07 Dada 24,95 ± 1,42 24,64 ± 1,10 24,09 ± 2,24 Paha 25,40 ± 0,95 24,44 ± 1,26 25,71 ± 1,53 Sayap 16,76 ± 0,75 16,55 ± 0,91 16,79 ± 0,99 Punggung 37,02 ± 2,95 37,10 ± 2,74 36,49 ± 1,11

Penambahan tepung daun beluntas dalam pakan dengan dosis 1% dan 2% tidak memberikan pengaruh terhadap persentase bagian dada dan paha itik terhadap bobot karkasnya. Anggraeni (1999) menyatakan bahwa bagian dada pada itik memiliki nilai koefisien pertumbuhan yang lebih dari satu, sedangkan bagian paha memiliki koefisien pertumbuhan yang konstan. Interprestasinya adalah persentase dada akan menurun, sedangkan persentase bagian paha akan konstan seiring dengan menurunnya bobot karkas yang diperoleh. Meskipun rataan persentase dada yang diperoleh dalam penelitian ini semakin menurun seiring dengan penurunan bobot karkas namun penurunan tersebut tidak berbeda secara statistik.

Rataan persentase dada yang didapat dalam penelitian ini berkisar antara 24,09%-24,95%, sedangkan rataan persentase paha berkisar antara 24,44%-25,71%. Hasil penelitian Setiyanto (2005) mendapatkan rataan persentase dada itik lokal jantan yang diberi penambahan tepung daun beluntas dalam pakan dengan dosis 0%; 0,5% dan 1% berkisar antara 26,94%-28,39%, sedangkan rataan persentase paha itik yang diperoleh berkisar antara 25,55%-26,44%.

Jika dibandingkan dengan penelitian Setiyanto (2005), rataan persentase dada yang didapatkan dalam penelitian ini lebih kecil, sedangkan rataan persentase paha memiliki nilai yang hampir sama. Hal ini dapat dipahami karena bobot badan

yang diperoleh Setiyanto (2005) lebih tinggi daripada rataan bobot badan yang diperoleh pada penelitian ini (1.320,53-1.398,40 gram vs 1.262,03-1.311,56 gram).

Rataan persentase sayap dan punggung itik seperti pada Tabel 3 tidak menunjukkan perbedaan antara perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas dalam pakan sampai dengan dosis 2% tidak memberikan pengaruh terhadap persentase kedua bagian ini. Rataan persentase sayap dan punggung itik yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 16,55%-16,79% dan 36,49%-37,10%. Setiyanto (2005) mendapatkan rataan persentase sayap dan punggung itik lokal jantan yang diberi penambahan tepung daun beluntas dalam pakan dengan dosis 0%; 0,5% dan 1% berkisar antara 23,00%-23,34% dan 30,65%- 31,25%.

Anggraeni (1999) menyatakan bahwa bagian sayap pada itik memiliki koefisien pertumbuhan yang lebih besar dari satu, sedangkan bagian punggung memiliki koefisien pertumbuhan yang konstan. Hal serupa diperoleh pada penelitian Siswohardjono (1986) yang mendapatkan bahwa persentase sayap pada itik, entok dan hasil persilangannya mengalami peningkatan sesuai dengan bertambahnya bobot karkas. Tidak berbedanya persentase sayap yang diperoleh pada penelitian ini disebabkan karena bobot karkas yang diperoleh juga tidak berbeda nyata.

Persentase Daging dan Tulang Bagian Dada dan Paha

Pengaruh pemberian tepung daun beluntas dalam pakan dengan dosis 0%; 1% dan 2% terhadap rataan persentase daging dan tulang bagian dada dan paha itik disajikan pada Tabel 4.

Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan tepung daun beluntas dalam pakan dengan dosis 1% dan 2% tidak memberikan pengaruh terhadap rataan persentase daging dan tulang bagian dada dan paha masing-masing terhadap bobot dada dan paha. Rataan persentase bobot daging dan tulang dada terhadap bobot dada berkisar antara 83,06%-84,04% dan 15,96%-16,94%, sedangkan rataan persentase bobot daging dan tulang bagian paha terhadap bobot paha berkisar antara 81,79%- 83,11% dan 16,89%-18,21%. Tidak berbedanya persentase daging dan tulang pada bagian dada dan paha itik pada tiap-tiap perlakuan dapat dipahami akibat persentase bobot karkas terhadap bobot hidup juga tidak berbeda.

Tabel 4. Rataan Persentase Daging dan Tulang Bagian Dada dan Paha Itik pada Umur 10 Minggu

Penambahan Tepung Daun Beluntas Peubah 0% 1% 2% ---(%)--- Daging Dada 84,04 ± 2,94 83,78 ± 0,97 83,06 ± 1,35 Tulang Dada 15,96 ± 2,94 16,22 ± 0,97 16,94 ± 1,35 Daging Paha 82,73 ± 0,83 83,11 ± 3,39 81,79 ± 1,18 Tulang Paha 17,27 ± 0,83 16,89 ± 3,39 18,21 ± 1,18

Penelitian Anggraeni (1999) mendapatkan rataan bobot daging dan tulang dada itik lokal berturut-turut sebesar 55,31 dan 51,36 g atau sebesar 51,85% dan 48,15% dari bobot karkas 601,58 g, sedangkan rataan bobot daging dan tulang bagian paha itik diperoleh sebesar 146,82 dan 11,77 g atau sekitar 92,58% dan 7,42% dari bobot karkas yang sama. Nilai persentase daging dada yang diperoleh Anggraeni (1999) tersebut lebih kecil daripada yang diperoleh dalam penelitian ini, karena dihitung pada saat itik memiliki bobot karkas seberat 601,58 g atau saat itik berumur 7-8 minggu. Pada umur tersebut pertumbuhan otot dada masih berlanjut sehingga bobot bagianini masih belum optimal.

Setiyanto (2005) melaporkan bahwa itik yang diberi penambahan tepung daun beluntas dalam pakan dengan dosis 0,5% memiliki persentase daging dan tulangbagiandada berturut-turut sebesar 72,24% dan 27,76%, sedangkan persentase daging dan tulang bagian paha diperoleh masing-masing sebesar 80,90% dan 19,10%. Pada penambahan tepung daun beluntas 1%, persentase daging dan tulang bagian dada yang diperoleh sebesar 74,20% dan 25,80%, sedangkan persentase persentase daging dan tulang bagian paha diperoleh sebesar 80,04% dan 19,96%. Nilai tersebut lebih kecil daripada hasil yang diperoleh dalam penelitian ini untuk persentase daging, sedangkan sebaliknya untuk persentase tulang.

Besarnya persentase daging dan tulang pada bagian dada dan paha dipengaruhi oleh bobot karkas yang diperoleh. Anggraeni (1999) menyatakan bahwa komponen karkas memiliki kecepatan pertumbuhan yang konstan terhadap bobot karkas. Namun setelah melewati masa pertumbuhan, komponen tulang telah mencapai keadaan konstan sedangkan komponen kulit dan otot serta lemak masih

mengalami perkembangan. Pada umur 10 minggu, bobot karkas yang rendah memberikan persentase daging yang rendah dikarenakan sebagian besar berat karkas tersebut adalah bagian komponen tulang, sedangkan kulit, otot dan lemak masih mengalami perkembangan.

KESIMPULAN

Penambahan tepung daun beluntas sampai dengan dosis 2% dalam pakan sebagai upaya dalam mengurangi bau amis pada daging itik tidak memberikan dampak yang nyata terhadap konsumsi ransum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi ransum, persentase karkas dan bagian-bagiannya (dada, paha, sayap dan punggung) serta tidak pula memberikan pengaruh terhadap persentase daging dan tulang bagian dada dan paha itik lokal jantan.

Dokumen terkait