• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Pengetahuan Lokal

Tabel 1. Hasil wawancara dengan masyarakat tentang Tumbuhan Beracun No Nama

Tumbuhan

Analisis

Masyarakat Ciri Khusus Efek Samping

1 Natumpea Tidak Beracun Bunganya merah bulat Tidak ada 2 Suhul-suhul Tidak Beracun Daunnya bentuk hati Tidak Ada 3 Simartelu Beracun Bintik-bintik di batang pohon Gatal-gatal 4 Taratullit Beracun Bintik-bintik di batang pohon Gatal-gatal 5. Dongdong Beracun Daun ada bulu-bulunya Gatal-gatal 6 Modang Landit Beracun Daunnya berlendir Racun untuk

serangga 7 Phylodendron Beracun Memiliki getah Gatal-gatal 8 Api-api Tidak Beracun Batang warna merah saat

muda

Tidak Ada

Dari hasil wawancara dengan masyarakat diperoleh sebanyak 5 jenis tumbuhan beracun dan 3 tumbuhan tidak beracun. Wawancara yang dilakukan tersebut diketahui bahwa masyarakat setempat mengetahui tumbuhan beracun jika memiliki efek samping langsung dengan tubuh. Masyarakat setempat hanya mengetahui tumbuhan beracun turun temurun dari nenek moyang didaerah tersebut.

Masyarakat setempat juga menggunakan tumbuhann yang beracun tersebut untuk obat dan bahkan ada yang dimakan karena dari nenek moyang mereka telah melakukannya terlebih dahulu walaupun tumbuhan tersebut adalah tumbuhan beracun. Nama lokal tumbuhan beracun yang ada adalah nama lokal yang telah ada sejak dahulu sehingga masyarakat setempat tetap menggunakan nama lokal tersebut sampai sekarang.

Pengujian fitokimia yang dilakukan di laboratorium terhadap tumbuhan beracun, diketahui bahwa kedelapan tumbuhan yang ditemukan adalah tumbuhan beracun walaupun menurut masyarakat Natumpea (Miconia ceramicapa DC), Suhul-suhul (Macaranga gigantea), dan Api-api (Adinandra dumosa Jack) bukan

tumbuhan beracun. Tumbuhan beracun yang menurut masyarakat tidak beracun ternyata beracun setelah dilakukan pengujian, hal ini penting karena dengan adanya teknologi sekarang dapat memberikan informasi kepada masyarakat jenis-jenis tumbuhan beracun yang menurut masyarakat bukan tumbuhan beracun sehingga masyrakat dapat memanfaatkannya untuk pestisida alami untuk kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan.

Deskripsi Tumbuhan Beracun yang Ditemukan di Hutan Wisata Alam Sicike-Cike

Jenis-jenis tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Wisata Alam Sicike-cike ada 8 jenis. Jenis tumbuhan beracun yang ditemukan dideskripsikan sebagai berikut:

1. Modang Landit (Persea rimosa)

Gambar 5. Modang Landit (Persea rimosa) Klasifikasi Modang Landit adalah sebagai berikut:

Kingdom :Plantae Divisi :Magnoliophyta Kelas :Magnoliopsida Ordo :Laurales Famili :Lauraceae Genus :Persea

Spesies :Persea rimosa

Modang Landit (Persea rimosa) merupakan pohon dengan tinggi sampai 20 meter dengan warna kayunya adalah kuning tua sampai kemerahan. Batangnya bertekstur halus dan agak mengkilap. Kulit batang memiliki ketebatan 1-1,5 cm. Modang Landit (Persea rimosa)hidup di tempat yang cukup mendapat cahaya. Modang landit(Persea rimosa) memiliki daun berbentuk bulat lonjol, permukaan daun atas dan bawah halus dan mengkilap. Daun memiliki lendir yang dapat digunakan sebagai pestisida (mengusir serangga)

Bunga dan buah tidak ditemukaan saat melakukan identifikasi karena pada saat dilakukanidentifikasi secara umum Modang landit(Persea rimosa) masih anakan dan sudah dewasa (pohon) sehingga bunga dan buahnya tidak kelihatan.

Gambar 6. Natumpea (Miconia ceramicapa DC) Klasifikasi Antumpea adalah sebagai berikut:

Kingdom :Plantae Divisi :Spermatophyta Kelas :Dycotiledoneae Ordo :Myrtales Famili :Melastomataceae Genus :Miconia

Spesies :Miconia ceramicapa DC

Natumpea (Miconia ceramicapa DC) adalah jenis tumbuhan bawah yang dapat hidup didaerah yang tidak mendapat cahaya yang cukup. Jenis ini merupakan jenis yang hidup berumpun. Di tempat ternaung atau tidak mendapat

cahaya yang cukup biasanya lebih besar dan lebih subur daripada di tempat yang terbuka. Tumbuh di tempat yang agak lembab.

Natumpea (Miconia ceramicapa DC) memiliki daun yang besar, berbentuk bulat lonjong dan kasar. Memiliki diameter 20-30 cm dan urat daunnya nampak dengan jelas dan besar. Warna daun pada bagian atas berwarna hijau muda dan daun bagian bawah berwarna hijau tua.

Bunga Natumpea (Miconia ceramicapa DC) berwarna merah dan berbentuk bulat kecil dan banyak serta menarik. Bunganya halus dan dapat dimakan. Bunga Natumpea (Miconia ceramicapa DC) akan menggantung karena bunganya bisa mencapai ratusan pada satu rumpun dan menghadap kebawah.

3. Suhul-suhul (Macaranga gigantea)

Gambar 7. Suhul-suhul (Macaranga gigantea) Klasifikasi Suhul-suhul adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas :Dicotyledoneae Famili :Euporbiaceae Ordo :Euporbiales Genus : Macaranga

Spesies : Macaranga gigantea

Berdasarkan pernyataan Susanto (2012) yang mengatakan bahwa Suhul-suhul (Macaranga gigantea) merupakan jenis pionir, terdapat di hutan primer yang rusakdan hutan sekunder, umumnya setelah kebakaran, juga terdapat pada lahan semak-semak sampai rumput-rumputan.Sampai saat ini, tumbuhan Suhul-suhul/ Mahang masih dianggap sebagai gulma dalam budidaya tanaman kehutanan yang bernilai ekonomi tinggi. Suhul-suhul/ Mahang tumbuh cepat sehingga menyaingi dan menaungi tanaman hutan yang dibudidayakan, sehingga keberadaan mahang harus dibasmi.

Batangnya memiliki tinggi mencapai 25 meter, dengan diameter 55 cm. Batang lurus, bulat, tidak berbanir, berkulit halus dengan warna cokelat muda. Kulit luarnya berdaging yang berwarna agak putih kekuningan.

Daunnya tunggal berbentuk bulat telur yang melebar, permukaan daun atas berwarna hijau tua dan bertekstur kasar dan warna daun bawah hijau muda dan tekstur kasar serta pertulangan daun menjari. Daun memiliki ukuran yang besar dengan diameter mencapai 100 cm dan bertangkai panjang.

Bunga dan buah tidak ditemukan pada saat identifikasi. Dari bentuk daun dan tipe perakaran maka tipe biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping dua/dikotil. Akarnya merupakan akar tunggang.

4. Simartolu (Schima sp.)

Gambar 8. Simartolu (Schima )

Klasifikasi Simartolu (Schima wallichi) adalah sebagai berikut:

Kingdom :Plantae

Divisi :Magnoliophyta

Kelas :Magnoliopsida

Ordo :Ericales

Genus :Schima Spesies :Schima sp.

Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang selalu hijau dan memiliki ketinggian hingga mencapai 20 meter. Batang bulat dan tidak ada banir, kulit luar berwarna merah muda, merah tua hingga hitam. Batangnya gatal sehingga ketika kena kulit maka akan menimbulkan rasa gatal..

Daun tersebar spiral, ujung daun runcing atau meruncing dengan petulangannya menyirip dan nampak jelas. Daun pada saat muda berwarna kemerahan dan ketika sudah dewasa daunnya berwarna hijau. Permukaan daun bagian bawah dan daun bagian atas halus.

Buah dan bunga tidak ditemukan pada saat dilakukan identifikasi. Akarnya merupakan tipe perakaran tunggang dan berdasarkan tipe perakarannya maka tipe tumbuhan ini merupakan tipe berkeping ganda/dikotil.

5. Taratullit (Melia sp.)

Klasifikasi Taratullit adalah sebagai berikut: Kingdom :Plantae Divisi :Spermatophyta Kelas :Dycotiledoneae Ordo :Sapindales Famili :Meliaceae Genus :Melia Spesies :Melia sp.

Taratullit adalah tumbuhan yang termasuk dalam famili Meliaceae yang memiliki banyak cabang dan tingginya 20-30 meter. Batang berkayu bulat, bercabang dan berwarna putih. Batang Taratullit pada saat masih mudah berwarna kemerahan.

Memiliki daun majemuk, tepinya bergerigi, ujung dan pangkal runcing. Permukaan daun atas dan daun bagian bawah licin dan mengkilap. Pertulangan daunnya menyirip dan daun saat muda berwarna kemerah-merahan dan akan menjadi hijau pada saat sudah dewasa. Tata daun opposite, pangkal daun menempel pada tangkai daun.

Bunga dan buah pada saat dilakukan identifikasi tidak ditemukan. Taratullit memiliki akar tunggang dan berwarna coklat muda. Taratullit termasuk dalam biji berkeping ganda atau dikotil.

6. Dong-dong (Laportea stumulans Gaud)

Gambar 10. Dong-dong (Laportea stumulans Gaud) Klasifikasi Dong-dong adalah sebagai berikut:

Kingdom :Plantae Divisi :Spermatophyta Kelas :Dycotiledoneae Ordo :Urticales Famili :Urticaceae Genus :Laportea

Spesies :Laportea stimulans Gaud

Dong-dong memiliki tinggi 5-12 meter, cabang batangnya banyak, bentuk batang bulat dan kulit batang berwarna kehijauan. Dong-dong menyenangi daerah lembab dan ternaungi, seringkali ditemukan di pinggir-pinggir jalan setapak.

Dong-dong memiliki daun tunggal, bentuk daun bulat telur, tangkai daun panjang dengan permukaandaun bagian bawah dan bagian atas kasar dan tata daun alternate. Daun memiliki warna hijau terang. Memiliki tulang dan urat daun yang

tampak jelas. Pinggir daun mudanya berbentuk gerigi dengan jarak gerigi tidak terlalu rapat. Semakin tua, gerigi semakin menghilang.

Daun mengandung racun (apabila terkena kulit manusia bisa mengakibatkan gatal-gatal). Bagian atas dan pinggir daun ditumbuhi bulu-bulu halus yang hanya nampak bila dilihat dari jarak sangat dekat. Bila bulu-bulu ini tersentuh bagian kulit kita yang halus dan sensitif dapat menimbulkan rasa gatal, perih dan panas yang cukup menyengat.

7. Philodendron (Philodendron scandens)

Gambar 11. Philodendron (Philodendron scandens) Klasifikasi Philodendron adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arales Famili Genus

Philodendron termasuk dalam jenis tumbuhan yang merambat pada pohon-pohon besar untuk mencari cahaya. Philodendron mengandung getah yang beracun dan jika terkena kulit maka kulit akan terasa gatal dan panas. Batang Philodendron berbentuk bulat dan kecil dan berwarna kehijauan.

Daun philodendron berbentuk hati, warna daun Philodendron hijau kekukuningan. Permukaan daun licin dan mengkilap dan memiliki pertulangan yang menyirip. Daun memiliki tangkai yang panjang dan hanya memiliki satu daun pada satu tangkai. Daun pada saat muda berwarna kuning dan lama-kelamaan akan berubah menjadi hijau kekuningan.

Philodendron memiliki bunga majemuk, yaitu bunga banyak tersusun dalam satu rangkaian. Warna bunganya kekuningan dan memiliki bau yang tidak enak. Bunganya tumbuh pada batangnya. Akarnya adalah akar serabut, dan termasuk tumbuhan monokotil.

Philodendron tumbuh pada daerah-daerah yang ternaungi dan hanya membutuhkan sedikit cahaya untuk pertumbuhannya sehingga Philodendron hidup pada daerah-daerah yang lembab. Banyak tumbuh dekat dengan jalan-jalan setapak.

8. Api-api (Adinandra dumosa Jack)

Gambar 12. Api-api (Adinandra dumosa Jack) Klasifikasi dari Api-api adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi :Magnoliophyta Kelas :Magnoliopsida Ordo :Theales Famili :Theaceae Genus :Adinandra

Spesies :Adinandra dumosaJack

Api-api (Adinandra dumosaJack) adalah pohon yang tumbuh dengan tinggi bisa mencapai 15-20 meter. Api-api hidup di daerah yang cukup cahaya. Api-api merupakan famili dari Theaceae dan banyak ditemukan di daerah dataran tinggi. Batangnya keras berwarna kecokelatan dan agak licin.

Daun Api-api berwarna kemerah-merahan pada waktu muda, ketika matang warnanya hijau, daunnya berbentuk bulat panjang. Tata daun adalah alternate dan permukaan daun halus, ujung daun runcing dan pertulangan daun menyirip.

Bunga dan buah tidak ditemukan pada saat identifikasi. Akarnya dalah tipe akar tunggang dan termasuk dalam tumbuhan berkeping dua atau dikotil. Akarnya berwarna kehitaman.

Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Beracun di Hutan Taman Wisata Alam Sicike-cike

Tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Taman Wisata Alam Sicike-cike ada delapan jenis tumbuhan. Data analisis tumbuhan beracun dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2. Analisis tumbuhan beracun di Hutan Taman Wisata Alam Sicike-Cike Jenis Tumbuhan K (ind.ha) KR (%) F FR (%) INP H'

Api-api 43520 17,91 0,44 19,73 36,64 Natumpea 94980 39,1 0,4 17,93 57,03 Suhul-suhul 37000 15,23 0,41 18,38 33,61 Simartolu 1340 0,55 0,04 1,79 2,34 Taratullit 6960 2,86 0,17 7,62 10,48 Dong-dong 2360 0,97 0,09 4,03 5 Philodendron 42100 17,33 0,38 17,04 34,37 Modang landit 14600 6,01 0,3 13,45 19,47 Total 242860 100 2,23 100 200 1,52

Nilai Kerapatan Relatif (KR) tertinggi dari tabel diatas adalah sebesar 39,1% yaitu jenis Natumpea (Miconia ceramicapa DC). Nilai KR dari Natumpea (Miconia ceramicapa DC) tinggi dikarenakan Natumpea dapat hidup dibawah naungan yaitu ditempat yang kurang mendapatkan cahaya sehingga Natumpea banyak tumbuh di hutan Taman Wisata Alam. Nilai KR terendah yaitu sebesar 0,55% dari jenis Simartolu (Shima sp.). Simartolu (Shima sp.) memiliki nilai KR rendah karena jenis ini hanya sedikit tumbuh di hutan Taman Wisata Alam Sicike-cike. Beragamnya nilai KR dapat disebabkan oleh kondisi hutan yang memiliki beragam kondisi lingkungan sehingga jenis-jenis tertentu yang mampu beradaptasi cenderung banyak tumbuh. Loveless (1989) menyatakan bahwa

sebagian tumbuhan dapat berhasil tumbuh dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut cenderung tersebar luas.

Nilai Frekuensi Relatif (FR) paling tinggi yang ditunjukkan pada tabel 2 adalah sebesar 19,73%, yaitu pada jenis Api-api (Adinandra dumosa Jack). Nilai ini menunjukkan bahwa jenis Api-api (Adinandra dumosa Jack) dominan tumbuh di hutan Taman Wisata Alam sicike-cike. Sedangkan nilai FR terendah sebesar 1,79% pada jenis Simartolu (Shima sp.). Nilai ini rendah disebabkan bahwa Simartolu (Shima sp.) tidak tumbuh merata pada Hutan Taman Wisata Alam Sicike-cike tetapi hanya tumbuh pada tempat tertentu. Frekuensi kehadiran sering pula dinyatakan dengan konstansi. Konstansi atau frekuensi kehadiran organisme dapat dikelompokkan atas empat kelompok yaitu jenis aksidental (frekuensi 0-25%), jenis assesori (25-50%), jenis konstan (50-75%), dan jenis absolut (di atas 75%) (Suin, 2002). Berdasarkan data tabel 2, bahwa tumbuhan yang ada di Hutan Taman Wisata Alam Sicike-cike termasuk dalam kategori jenis aksidental dengan frekuensi 0-25%. Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut daerah penyebarannya terbatas, dan hidup pada daerah tertentu saja.

Sesuai dengan pernyataan Soerianegara dan Indrawan (1998) Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR). Nilai INP tertinggi pada tabel diatas adalah sebesar 57,03 yaitu pada jenis Natumpea (Miconia ceramicapa DC). Nilai INP Natumpea (Miconia ceramicapa DC) tinggi menunjukkan bahwa jenis ini dapat tumbuh pada daerah yang tidak mendapat

cahaya dengan baik sehingga tanpa cahaya yang banyak Natumpea dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan INP terendah yaitu sebesar 2,34 pada jenis Simartolu (Shima sp.). Nilai INP pada Simartolu (Shima sp.) rendah dikarenakan Simartolu tidak dapat hidup dengan baik pada daerah Hutan Wisata Alam Sicike-cike sehingga jenis ini hanya sedikit penyebarannya pada hutan tersebut.

Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner (H’) tumbuhan beracun yang tumbuh di Hutan Taman Wisata Alam yang ditunjukkan melalui tabel 3 adalah sebesar 1,52. Indriyanto (2006) menyatakan bahwa nilai 1<H’< 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transekadalah sedang. Data dalam tabel 3 menunjukkan bahwa kedelapan tumbuhan beracun di Hutan Taman Wisata Alaam tergolong ke dalam kategori berkeanekaragaman sedang.

Pengujian Fitokimia Tumbuhan Beracun di Hutan Taman Wisata Alam Sicike-cike

Kandungan senyawa metabolit sekunder yang diuji pada tumbuhan sebagai indikator adanya racun di dalam tubuh tumbuhan ada 4 golongan yang umum diuji yaitu senyawa tanin, terpen, alkaloid dan saponin.Data hasil pengujian fitokimia tumbuhan beracun dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3. Data Hasil Uji Fitokimia Tumbuhan Beracun di Hutan Taman Wisata Alam Sicike-cike

Jenis Tumbuhan Fenolik Terpen/Steroid Alkaloid Saponin Flavonoid Tanin FeCl3 CeSO4/TLC Bouch Dragen Meyer Wagner Aqua FeCl3 NaOH

Modang Landit ++ +++ - ++ - - - - ++++ Taratullit +++++ ++ - +++ - - - +++++ Antumpea - + - ++ - - - Suhul-suhul +++++ ++++ - +++ - ++ - +++ - Simartolu - ++ - ++ - - - Dong-dong ++++ +++ - ++ - ++ +++ ++++ ++ Api-api ++++ - - +++ - - - ++ +++++ Philodendron - - - ++ - - - Keterangan:

Bouchardart : KI + Aquadest + Iodium Wagner : KI + Aquadest + Iodium Maeyer : HgCl

2+ Aquadest + KI Dragendorff : BiNO

3 + HNO

3 + KI + Aquades

+ : Cukup reaktif terhadap pereaksi ++ : Cukup reaktif terhadap pereaksi +++ : Reaktif terhadap pereaksi ++++ : Reaktif terhadap pereaksi +++++ : Sangat reaktif terhadap pereaksi ++++++:Sangat reaktif terhadap pereaksi

- : Bereaksi negatif terhadap pereaksi (tidak mengandung senyawa metabolit sekunder)

1. Terpen

Terpen adalah suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah serta vakuola selnya. Modifikasi dari senyawa golongan terpen, yaitu terpenoid, merupakan metabolit sekunder tumbuhan. Selain telah ditemukannya kamper melalui peneltian mengenai terpen, telah banyak juga ditemukan bahan aktif ideal sebagai pestisida alami. Salah satu fungsi aktifitas senyawa terpen adalah sebagai pestisida dan insektisida (Ragasa et al, 1997).

Pereaksi yang digunakan dalam pengujian terpen adalah CeSO4. Pengujian fitokimia pada tumbuhan yang mengandung terpen ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi cokelat kemerahan.Berdasarkan uji fitokimia pada tumbuhan beracun yang mengandung senyawa terpen adalah jenis tumbuhan Modang landit, Taratullit, Natumpea, Suhul-suhul, Simartolu, Dongdong. Tumbuhan yang mengandung terpen paling banyak adalah Suhul-suhul sehingga Suhul-suhul berpotensi sebagai insekstisida. Tumbuhan yang mengandung terpen dapat dilihat pada Gambar 1. berikut ini.

Gambar 13. Hasil pengujian terpen (a) sebelum diberikan CeSO4dan dipanaskan, (b) setelah diberikan CeSO4dan dipanaskan

2. Saponin

Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti adanya saponin. Sumber utama saponin adalah tumbuhan tinggi. Saponin mempunyai khasiat seperti detergen sebagai santiseptik. Fungsi aktifitas senyawa saponin adalah sebagai antimikroba, fungisida, antibakteri, antivirus, piscisida, molluscisida dan insektisida. Saponin yang umumnya larut dalam air beracun bagi ikan dan kebanyakan jenis tumbuhan beracun mematikan seperti Deadly Nightshade (Atropa belladonna L.) mengandung racun golongan senyawa saponin (Dewatisari, 2009).

Pengujian saponin yang dilakukan menggunakan aquadest yang dimasukkan dalam tabung reaksi yang telah berisi ekstrak tumbuhan. Pengujian saponin yang dilakukan ditandai dengan adanya busa jika tabung reaksi yang berisi ekstrak tumbuhan dikocok dan busa tersebut bertahan hingga bebeapa menit. Uji saponin yang dilakukan pada tumbuhan beracun seperti pada tabel diatas menunjukkan bahwa hanya Dong-dong yang memiliki saponin.

3. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan terbesar senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan. Telah diketahui sekitar 5.500 senyawa alkaloid yang terbesar di berbagai famili. Alkaloid seringkali beracun pada manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol sehingga banyak digunakan dalam pengobatan.Alkaloid dapat ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi dan tingkat rendah, bahkan pada hewan. Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, lazim mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklis, diturunkan dari racun amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik (Putranti, 2013).

Pereaksi dalam pengujian alkaloid adalah Bouchardart, Dragendorff, Maeyer, dan Wagner. Pada pengujian fitokimia, tumbuhan yang mengandung alkaloid ditandai dengan adanya endapan putih kekuningan jika diberi pereaksi Maeyer pada ekstraksi tumbuhan, endapan merah bata jika diberi pereaksi Dragendroff, endapan cokelat kehitaman jika diberi pereaksi Bouchardart, dan endapan cokelat jika diberi pereaksi Wagner. Hasil pengujian alkaloid diperoleh hasil bahwa semua tumbuhan yang diuji mengandung senyawa alkaloid, tetapi dari hasil pengujian juga diperoleh bahwa semua tumbuhan yang diuji saat direaksikan dengan pereaksi Maeyer tidak menghasilkan endapan putih kekuningan, tumbuhan yang direaksikan menghasilkan endapan cokelat kehitaman saat diberikan pereaksi Bouchardart dan menghasilkan endapan cokelat saat diberikan pereaksi Wagner adalah tumbuhan Suhul-suhul dan Dong-dong, dan semua tumbuhan yang direaksikan dengan pereaksi Dragendroff

menghasilkan endapan merah bata. Hasil pengujian alkaloid yang dilakukan bahwa semua tumbuhan berpotensi sebagai tumbuhan beracun baik untuk memberikan efek kepada manusia ataupun hewan.

4. Flavonoid

Flavonoid punya sejumlah kegunaan. Pertama, terhadap tumbuhan, yaitusebagai pengatur tumbuhan, pengatur fotosintesis, kerja antimiroba danantivirus. Kedua, terhadap manusia, yaitu sebagai antibiotik terhadap penyakitkanker dan ginjal, menghambat perdarahan. Ketiga, terhadap serangga, yaitusebagai daya tarik serangga untuk melakukan penyerbukan. Keempat,kegunaan lainnya adalah sebagai bahan aktif dalam pembuatan insektisidanabati dari kulit jeruk manis. Bagi manusia falovonoid dalam dosis kecil bekerja seagai stimulas pada jantung dan pembuluh darah kaliper, sebagai diuretic, dan antioksidan pada lemak. Dalam dosis yang besar bisa menjadi racun bagi tubuh (Sirait, 2013).

Pengujian flavonoid yang dilakukan menggunakan pereaksi FeCl3. Tumbuhan yang mengandung flavonoid akan berubah warna menjadi hitam pekat. Tumbuhan yang mengandung flavonoid adalah Taratullit, Suhul-suhul, Dong-dong, Api-api. Tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat dijadikan sebagai insektisida nabati.

5. Tanin

Tanin dapat dijumpai pada hampir semua jenis tumbuhan hijau di seluruh dunia baik tumbuhan tingkat tinggi maupun tingkat rendah dengan kadar dan kualitas yang berbeda-beda. Di Indonesia sumber tanin antara lain diperoleh dari jenis bakau-bakauan atau jenis-jenis dari Hutan Tanaman industri seperti akasia

(Acacia sp), ekaliptus (Eucalyptus sp), pinus (Pinus sp) dan sebagainya. Tanin adalah polifenol alami yang selama ini banyak digunakan sebagai bahan perekat tipe eksterior, yang terutama terdapat pada bagian kulit kayu. Tanin memiliki sifat antara lain dapat larut dalam air atau alkohol karena tanin banyak mengandung fenol yang memiliki gugus OH, dapat mengikat logam berat, serta adanya zat yang bersifat anti rayap dan jamur (Sirait, 2013).

Tanin banyak terdapat didalam tumbuhan berpembuluh, khususnya dalam jaringan kayu, selain itu banyak terdapat pada bagian daunnya. Tumbuhan yang banyak mengandung tanin pada umumnya dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan, karena senyawa ini mempunyai rasa sepat dan dianggap sebagai penolak hewan.

Hasil pengujian fitokimia, tumbuhan yang mengandung senyawa tanin adalah Modang Landit, Api-api, Dong-dong. Tumbuhan yang mengandung tanin tersebut berpotensi sebagai bahan pestisida karena mengandung senyawa yang tidak disukai oleh hewan.

Potensi Tumbuhan Beracun di Hutan Taman Wisata Alam Sicike cike

Hasil pengujian fitokimia di laboratorium dari kedelapan tumbuhan beracun diperoleh data bahwa kedelapan tumbuhan beracun tersebut merupakan tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan pestisida walaupun dari hasil wawancara dengan masyarakat diperoleh tiga jenis tumbuhan tidak beracun yaitu Natumpea, Suhul-suhul, dan Api-api, tetapi setelah dilakukan pengujian di laboratorium ketiga jenis tumbuhan tersebut beracun dan dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati.

Kebutuhan akan pestisida alami saat ini sedang dikembangkan dan tumbuhan beracun yang dapat dijadikan sebagai bahan baku sangat tersedia di alam sehingga perlu lagi untuk dieksplorasi karena kekayaan alam terutama di hutan Taman Wisata Alam sangat beragam dan melimpah. Jenis tumbuhan beracun yang diteliti untuk dikembangkan juga sangat mudah untuk dibudidayakan dan jumlahnya melimpah. Jenis Natumpea, Philodendron, dan Suhul-suhul adalah jenis tumbuhan yang paling berpotensi dikembangkan sebagai bahan pestisida daripada jenis yang lainnya karena mudah dibudidayakan dan tidak memerlukan pemeliharaan yang ekstra.

Dokumen terkait