• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilakukan terhadap petani yang menggunakan inovasi dari program PRIMATANI di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang. Pada penelitian ini ditetapkan jumlah petani sampel sebanyak 27 orang yaitu seluruh petani yang menggunakan inovasi dari program PRIMATANI. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan inovasi dari program PRIMATANI yang merupakan program dari Badan Litbang Departemen Pertanian.

Pelaksanaan Program PRIMATANI di Daerah Penelitian dalam Peningkatan Hasil Produksi Pisang Barangan

Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir dilaksanakan pertama kali pada awal tahun 2007. Program ini bertujuan untuk mempercepat diseminasi (transfer teknologi) dan adopsi teknologi inovasi kepada para petani di daerah penelitian. Program ini berakhir pada akhir tahun 2009.

Desa Talun Kenas yang telah ditentukan sebagai salah satu desa yang mendapatkan Program PRIMATANI dari Badan Litbang Departemen Pertanian merupakan daerah yang awalnya adalah sebagai sumber atau kebun nenas. Pada tahun 1970, dimulainya pengembangan komoditi pisang barangan di daerah ini, animo masyarakat untuk mengembangkan komoditi ini sangat besar dan penanaman dilakukan, hampir seluruh masyarakat tani yang ada di daerah ini bertanam pisang. Namun pada tahun 1990 an terjadi serangan penyakit layu pisang (layu kuning), hampir seluruh tanaman yang ada di daerah ini habis, hal ini membuat petani trauma untuk bertanam kembali. Kejadian ini menjadi perhatian pihak Dinas Pertanian untuk

Program tersebut adalah Program SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu). Setelah SLPHT ini, petani kembali mempunyai semangat untuk mengembangkan komoditi ini, hingga kini daerah pengembangan semakin luas sehingga merupakan salah satu sentra pisang dan pada tahun 2005 telah dibangun terminal agribisnis pisang barangan di Desa Talun Kenas ini. Dengan alasan itulah mengapa Program PRIMATANI dapat masuk ke Desa Talun Kenas ini.

Dalam Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas terdapat Rancang Bangun Laboratorium Lapang Agribisnis. Rancang bangun tersebut dibuat dimaksudkan untuk menuju terbentuknya suatu indutri agribisnis pedesaan. Tujuan dari Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis ini adalah terciptanya suatu model percontohan agribisnis industrial pedesaan yang berbasis inovasi teknologi.

Tabel 10. Pelaksanaan Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas No Tahapan kegiatan Hasil yang

diharapkan Hasil di lapangan (%) 1 Sosialisasi paket-paket teknologi a. Pengembangan areal percontohan b. Pelatihan PRIMATANI

Petani sampel pisang barangan mengikuti kegiatan sosialisasi sesuai dengan aturan berlaku

Diikuti dengan baik oleh petani sampel pisang barangan (81,48 %).

2 Pengimplementasian inovasi teknologi

Petani sampel pisang barangan

menerapkan inovasi teknologi yang diberikan oleh BPTP

Diterapkan dengan baik oleh petani pisang barangan (96,3 %).

Lanjutan Tabel 10.

No Tahapan kegiatan Hasil yang diharapkan

Hasil di lapangan

3 Pembinaan Petani sampel

pisang barangan mengetahui tata cara pelaksanaan yang benar dari program

Diikuti dengan baik oleh petani sampel pisang barangan (92,5 %).

Sumber : Diolah berdasarkan Data Primer Tahun 2010

Tahapan kegiatan yang dilaksanakan pada program PRIMATANI ini dalam penerapan inovasi teknologi adalah:

1. Sosialisasi paket-paket teknologi

Pensosialisasian paket-paket teknologi berkerjasama dengan dinas terkait di Kabupaten Deli Serdang, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian), Departemen Pertanian telah banyak menghasilkan inovasi dan alih teknologi yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan pendapatan petani. Sebelumnya sosialisasi perlu didukung oleh penyediaan informasi teknologi budidaya, penanganan segar dan pengolahan, seperti folder tentang Teknologi Penanaman Pisang Barangan Dengan Sistem 2 Jalur (double row planting system)

Beberapa dukungan teknis dan non teknis untuk keberhasilan pelaksanaan sosialisasi maupun pelatihan di lokasi PRIMATANI, antara lain :

a. Pengembangan areal percontohan

Pembuatan areal-areal percontohan kebun buah pisang barangan di lahan-lahan petani diharapkan akan merangsang petani untuk mengembangkan secara swadaya dan swadana sentra usaha agribisnis di wilayah tersebut. Pengembangan areal implementasi teknologi sebagai area percontohan pada klinik agribisnis ini perlu dilaksanakan sejak awal dan terus

dikawal sampai dengan menghasilkan. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat mengetahui secara pasti budidaya yang baik serta kondisi pertanaman optimal karena dipelihara dengan baik.

b. Pelatihan PRIMATANI

Pelatihan ini dilaksanakan untuk melanjutkan pelatihan teknik pengadaan benih bermutu pisang barangan bebas penyakit untuk terbentuk penangkar benih di kelompok tani.

Dalam pelaksanaanya di lapangan bahwa sosialisasi paket-paket teknologi ini yakni pengembangan areal percontohan diikuti oleh petani sampel pisang barangan dengan persentase 81,48 %. Mereka merasa tertarik dengan harapan setelah mengikuti sosialisasi ini mereka dapat mengetahui pengetahuan baru tentang penanaman budidaya dan pascapanen pisang barangan sehingga dapat meningkatkan hasil usaha tani pisang barangan mereka. Alasan lain mengapa petani tertarik karena dalam mengikuti kegiatan PRIMATANI ini tidak dipungut biaya oleh pihak pemerintah sehingga petani merasa tidak rugi untuk mengukuti sosialisasi paket-paket teknologi itu.

Pelaksanaan pelatihan yang diberikan oleh BPTP merupakan lanjutan rangkaian kegiatan dalam sosialisasi paket-paket teknologi, petani mengikuti rangkaian pelatihan untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan teknologi tersebut sehingga pada saat pelaksanaannya kemudian petani dapat menerapkan nya pada usaha tani mereka sendiri.

2. Pengimplementasian inovasi teknologi

Pengimplementasian inovasi teknologi dilakukan melalui sosialisasi dan pelatihan teknologi budidaya dan pascapanen pisang barangan yang mencakup : Pengadaan benih/bibit bebas penyakit layu dan pemeliharaan tanaman.

Pengadaan benih/bibit pisang barangan bebas penyakit layu dengan melakukan penelusuran ke beberapa sentra produksi pisang barangan di Sumatera Utara.

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan tujuan agar terjaga seluruh kebutuhan dari tanaman tersebut, dan sembari dilakukan pengawasan terhadap tanaman tersebut. Pemeliharaan tanaman dapat berupa pemberian kadar pupuk sesuai anjuran yang ditentukan.

Dalam pelaksanaanya, kegiatan ini mencapai titik keberhasilan sebesar 96,3 % seperti kegiatan sosialisasi paket-paket teknologi petani diajarkan bagaimana melaksanakan kegiatan usaha tani yang benar dan dapat menghasilkan hasil yang baik bagi usaha tani pisang barangan mereka. Hal yang dilakukan di lapangan seperti memberikan pengetahuan mengenai pemberian kadar pupuk sesuai yang dianjurkan dan kemudian dapat diaplikasikan langsung ke usaha tani pisang barangan mereka. Selama ini petani hanya menggunakan pupuk seadanya, hal ini dikarenakan keterbatasan dalam mendapatkan pupuk dan mahalnya harga pupuk tersebut.

3. Pembinaan

Pembinaan dilakukan langsung oleh pihak BPTP. BPTP adalah pihak yang memfasilitasi program. BPTP mengawasi bagaimana kinerja petani dalam melaksanakan inovasi teknologi yang sudah pernah disosialisasikan langsung oleh mereka. Hal ini sangat dibutuhkan agar tata pelaksanaan yang benar dari program ini dapat tercapai dengan baik.

Berdasarkan observasi di lapangan dan dengan wawancara langsung dengan petani, Program PRIMATANI ini ada di Desa Talun Kenas ini sejak tahun 2007, dimana semua petani pengguna inovasi teknologi dari program ini telah mengikuti program ini sejak awal, dan mereka tidak pernah mengikuti program usaha tani lainnya sebelumnya. Pertama pihak BPTP melakukan sosialisasi inovasi teknologi. Dalam sosialisasi tersebut dibutuhkan peranan kelompok tani agar tercipta rasa kekeluargaan dan petani merasa nyaman untuk menerapkan ilmu-ilmu yang

diberikan. Dengan adanya peran kelompok tani tersebut maka dibutuhkan pula pembinaan terhadap kelompok-kelompok tani agar ikatan kelembagaan ini dapat menjadi fasilitas bagi para petani untuk menampung aspirasi petani. Dengan persentase sebesar 92,5 % maka pelaksanaannya di lapangan berjalan sangat baik. Pertama dijelaskan apa sebenarnya PRIMATANI dan apa manfaatnya bagi petani. Setelah melakukan sosialisasi mengenai PRIMATANI maka selanjutnya dilakukan sosialisasi tentang inovasi teknologi yang dimiliki oleh program PRIMATANI tersebut. Adapun inovasi teknologi Pisang Barangan yang diperkenalkan oleh Program PRIMATANI dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Inovasi Teknologi Pisang Barangan yang Diperkenalkan Oleh Program PRIMATANI yang Telah Diterapkan Oleh Petani

No Inovasi teknologi

1 Teknik pengadaan bibit bonggol, bibit anakan terseleksi

2 Teknologi pemupukan sesuai anjuran (ZA, Urea, SP-36 dan KCl) 3 Aplikasi pupuk kandang sapi 8-10 kg per lobang tanam

4 Lobang tanam 50x50x50 cm 5 Aplikasi trikoderma

No Inovasi teknologi

6 Sistem tanam dua jalur (double row) 1x2 m dalam baris dan 4 m antara double row

7 Sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO pisang barangan 2,5 x 3 m 8 Tanaman sela (kacang tanah/ jagung/pepaya)

9 Teknologi pembrongsongan Sumber : Diolah dari data sekunder

1. Teknik Pengadaan bibit bonggol, bibit anakan terseleksi

Pengadaan benih adalah kegiatan pencarian, pemanenan, pengumpulan, sortasi dan penyimpanan benih sebelum benih yang bersangkutan digunakan atau diedarkan. Tujuannya adalah :

b. Menjamin benih (bibit) bebas dari hama dan penyakit agar dapat tumbuh baik dan berproduksi optimal

2. Teknologi pemupukan sesuai anjuran (ZA, Urea, SP-36 dan KCl) Pemupukan adalah proses kegiatan pemberian nutrisi pada tanaman agar

kondisi unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman dapat memenuhi kebutuhan. Pemupukan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil pertanian. Pemupukan terhadap satu pertanaman berarti menambahkan/menyediakan unsur hara untuk tanaman. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan optimal tanaman serta mempertahankan status hara tanah.

3. Aplikasi pupuk kandang sapi 8-10 kg per lobang tanam

Aplikasi pupuk kandang sapi digunakan sebagai unsur tambahan hara/nutrisi yang dibutuhkan tanaman..

4. Lubang tanam 50x50x50 cm

Lubang tanam merupakan salah satu teknik penanaman yang disarankan oleh program ini, yaitu dengan teknik lubang tanam ukuran 50x50x50 cm. Hal ini disesuaikan dengan keadaan tanah.

5. Aplikasi trikoderma

6. Sistem tanam dua jalur (double row) 1x2 m dalam baris dan 4 m antara double row Sistem tanam dua jalur (double row) merupakan system yang diharapkan dapat dapat meningkatkan pendapatan petani pisang barangan. Budidaya pisang barangan dengan sistem dua jalur (double row) yaitu meliputi persiapan lahan, pengaturan jarak tanaman, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan ini memiliki keunggulan pada jarak tanam dan kegiatan

7. Sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO pisang barangan 2,5 x 3 m

sistem tanam 1 jalur dengan populasi berkisar 1300 tanaman. Dari komponen teknologi budidaya pisang barangan, pengaturan jarak tanam merupakan salah satu komponen yang dilakukan oleh petani. Pengaturan jarak tanam 2,5×3 meter sampai dengan 3×4 meter merupakan jarak tanam yang banyak diminati dan diadopsi oleh petani, sebab petani masih dapat menanami lahan diantara tanaman pisang untuk ditanami tanaman lain.

8. Tanaman sela (kacang tanah/ jagung/pepaya)

Adopsi ini berhubungan dengan teknologi sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO, jarak tanam pada teknologi satu jalur ini dapat dimanfaatkan petani untuk menanam tanaman lain seperti jagung sebagai tanaman tumpangsari, dan intersepsi radiasi matahari masih cukup untuk pertumbuhan optimum bagi tanaman sela diantara tanaman pisang.

9. Teknologi Pembrongsongan

Teknologi pembrongsongan adalah sebuah rangkaian kegiatan pembungkusan/pembrongsongan buah agar tidak terganggu oleh penyakit. Tujuannya adalah :

a. Untuk meningkatkan kualitas penampilan buah.

b. Melindungi buah dari benturan, sengatan sinar matahari dan gesekan antar buah

c. Melindungi buah dari serangan hama dan penyakit (penggerek buah, kumbang buah dan lalat buah)

d. Melindungi buah dari kerusakan dan gesekan pada saat panen serta melindungi permukaaan kulit buah dari getah.

Adapun petani yang menerapkan inovasi teknologi dari PRIMATANI ini dapat dilihat dari tebel berikut :

Tabel 12. Petani yang Menerapkan Inovasi Teknologi PRIMATANI

No Uraian Jumlah petani yang

menerapkan (orang)

Persentase (%) 1 Teknik pengadaan bibit bonggol,

bibit anakan terseleksi

27 100 % 2 3 4 5 6

Teknologi pemupukan sesuai anjuran(ZA, Urea, SP-36 dan KCl) Aplikasi pupuk kandang sapi 8- 10kg per lubang tanam

Lubang tanam 50x50x50 cm Aplikasi trikoderma

System tanam dua jalur (double row) 1x2 m dalam baris dan 4 m antara double row

12 6 4 5 2 44,4 % 22,2% 14,8% 22,2% 7,4%

2 Teknologi pemupukan sesuai anjuran(ZA, Urea, SP-36 dan KCl)

12 44,4 %

3 Aplikasi pupuk kandang sapi 8- 10kg per lubang tanam

6 22,2%

4 Lubang tanam 50x50x50 cm 4 14,8%

5

Aplikasi trikoderma 5 22,2%

6 System tanam dua jalur (double row) 1x2 m dalam baris dan 4 m antara double row

2 7,4%

7 System tanam 1 jalur mengikut i SPO pisang barangan 2,5 x 3 m

17 63%

8 Tanaman sela 5 18,5%

9 Teknologi pembrongsongan 6 22,2%

Sumber : dioalah dari data primer tahun 2010

Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa terdapat 27 petani yang mengikuti inovasi teknologi dari program PRIMATANI untuk inovasi bibit bonggol atau bibit anakan terseleksi (bebas penyakit layu) dengan persentase sebesar 100 %. Hal ini disebabkan karena inovasi tersebut mudah dalam penerapannya dan tidak membutuhkan banyak biaya yang mana bibit tersebut merupakan subsidi dari pemerintah (pihak BPTP).

Untuk adopsi teknologi pemupukan sesuai dengan dosis anjuran terdapat 12 petani yang mengikutinya. Dengan persentase sebesar 44,4%. Adopsi teknologi ini merupakan salah satu adopsi yang sesuai dengan kebutuhan petani mengingat dalam pelaksanaan penanaman pisang barangan ini dibutuhkan suatu teknologi yang baik dalam pemupukan untuk dapat memperbaiki unsur hara tanah sehingga tanaman pisang barangan yang ditanam dapat berkembang dengan baik.

Untuk adopsi aplikasi pupuk kandang sapi 8-10 kg per lobang tanam diikuti oleh 6 orang petani, dengan persentase sebesar 22,2 %. Hal ini dikarenakan petani masih menggunakan cara tradisional sesuai dengan yang mereka lakukan salama ini.

Adopsi lobang tanam 50x50x50 cm diikuti oleh 4 orang petani, dengan persentase sebesar 14,8 %. Teknologi ini tidak terlalu menarik bagi petani karena petani lebih mengutamakan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Untuk teknologi aplikasi trikoderma ini jumlah petani yang mengadopsi nya adalah 5 orang, dengan persentase sebesar 18,5 %. Rendahnya jumlah petani yang mengadopsi teknologi ini karena masih kurangnya pemahaman petani mengenai teknologi ini sehingga petani tidak terlalu tertarik mengikut i teknologi ini.

Adopsi teknologi penanaman pisang barangan dengan sistem 2 jalur hanya diterapkan oleh 1 petani sampel saja, dengan persentase sebesar 7,4 %. Teknologi penanaman dengan sistem 2 jalur merupakan salah satu komponen teknologi unggulan yang dapat meningkatkan populasi tanaman > 85% dibandingkan dengan sistem tanam 1 jalur. Memperhatikan kondisi ini masih sangat perlu dilakukan sosialisasi teknologi tersebut secara tepat kepada masyarakat petani pisang barangan.

Untuk teknologi sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO pisang barangan 2,5 x 3 m diikuti oleh 18 orang petani, dengan persentase sebesar 63 %. Petani pisang barangan masih lebih banyak menerapkan sistem tanam 1 jalur dengan populasi berkisar 1300 tanaman. Dari komponen teknologi budidaya pisang barangan, pengaturan jarak tanam merupakan salah satu komponen yang dilakukan oleh petani. Pengaturan jarak tanam 2,5×3 meter sampai dengan 3×4 meter merupakan jarak tanam yang banyak diminati dan diadopsi oleh petani, sebab petani masih dapat menanami lahan diantara tanaman pisang untuk ditanami tanaman lain.

Untuk teknologi tanaman sela (kacang tanah/jagung/papaya) diadopsi oleh 5 orang petani, dengan persentase sebesar 18,5 %. Adopsi ini berhubungan dengan teknologi sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO, jarak tanam pada teknologi satu jalur ini dapat dimanfaatkan petani untuk menanam tanaman lain seperti jagung sebagai tanaman tumpangsari, dan intersepsi radiasi matahari masih cukup untuk pertumbuhan optimum bagi tanaman sela diantara tanaman pisang. Para petani yang mengadopsi teknologi inovasi ini merasa bahwa inovasi ini sesuai dengan kebutuhan mereka.

Untuk teknologi pembrongsongan diadopsi oleh 6 orang petani, dengan persentase sebesar 22,2 %. Teknologi ini masih sulit dalam pengerjaannya, dikarenakan banyaknya alat-alat yang dibutuhkan antara lain seperti tangga, plastik brongsongan sehingga petani lebih memperhatikan teknologi yang lain yang jauh lebih mudah.

Dalam pelaksanaannya, petani dibantu oleh pihak BPTP sebagai pihak fasilitator dalam pengerjaan seluruh tahapan Program PRIMATANI. BPTP memberikan pelatihan di bidang teknologi budidaya dan pascapanen pisang barangan. Pelatihan yang diberikan berupa bagaimana cara implementasi teknologi budidaya pisang barangan yang benar, informasi tentang

pengolahan limbah pisang barangan serta pola tanam pisang barangan, implementasi penyediaan bibit pisang barangan bermutu bebas penyakit, implementasi teknologi pengadaan benih bermutu pisang barangan. BPTP langsung di hadapan para petani menerapkan bagaimana pengerjaan yang benar mengenai seluruh rangkaian pelatihan yang diberi dan tidak hanya memberikan teori mengenai budidaya saja. Hal ini dimaksudkan agar petani lebih memahami benar bagaimana tahapan yang seharusnya dilaksanakan, mengingat teknologi yang diperkenalkan dalam program ini masih bersifat baru.

Untuk pelatihan mengenai implementasi teknologi budidaya dan pasca panen pisang barangan yang benar, maka BPTP mengadakan pertemuan sebanyak 5 kali dalam 1 tahun, dimana intensitas pertemuan sebanyak 5 kali tersebut meliputi pemahaman tentang teori pisang barangan hingga praktek langsung di lahan milik petani.

Untuk implementasi teknologi pengadaan benih bermutu pisang barangan, maka BPTP mengadakan pertemuan sebanyak 6 kali, dimana intensitas pertemuan sebanyak 6 kali tersebut telah meliputi teori tentang pengadaan benih bermutu pisang barangan, pemberian benih bermutu hingga dipraktekkan langsung di lahan milik petani dan pelatihan perbanyakan benih pisang barangan.

Pada pelatihan perbanyakan benih pisang barangan, dilakukan sosialisasi teknologi perbanyakan benih pisang barangan dari rumpun tanaman yaitu dari 2 metoda yang diuraikan dalam media diseminasi /brosur berjudul : Petunjuk Teknis Perbanyakan Benih Pisang Barangan Dari Rumpun Tanaman., sebagai berikut (Napitupulu, dkk., 2008) :

1. Mengambil bonggol dari tanaman sehat yang sudah pernah berbuah. Bentuk bit bonggol yang baik dijadikan untuk bibit adalah bentuk seperti tunas rebung yang sedikit mulai muncul.

2. Di sekitar tempat pengambil bonggol jangan ada tanaman yang sakit

3. Membongkar pohon pisang barangan yang telah dipanen buahnya dengan menggunakan tembilang dan cangkul

4. Akar, tanah dan anakan yang besar dibuang, ditinggalkan tunas kecil atau matanya saja, terutama mata bagian atas yang dinamakan “phisic eye”, karena dari mata tersebut akan diperoleh tanaman yang lebih kuat dan berkembang lebih cepat.

5. Bonggol atau sucker diambil /dicongkel dari pohon pisang barangan yang dibongkar dengan menggunakan pisau tajam. Bentuk bonggol yang diambil mirip bentuk kubus ukuran kira-kira 10 cm x 10 cm x 10 cm.

6. Untuk memperbanyak bibit, bit bonggol yang utuh dengan menggunakan pisau tajam dapat dibelah menjadi 4 bagian. Setiap belahan bit bonggol terdapat titik tumbuh (apical dominance) yang masih utuh/belum rusak. Belahan (bit) yang sehat warnanya putih bersih tidak ada noda-noda coklat atau hitam. Dari 1 pohon pisang barangan yang dibongkar dapat diperoleh kira-kira 10 tunas untuk bit bonggol, dan bila dibelah 4, maka diperoleh 40 bit atau 40 bibit bonggol.

7. Bibit bonggol yang dibelah dicuci dengan hati-hati, kemudian direndam dalam air yang telah dicampur dengan : Dithane M-45 + Anthracol + Metador + Tepung Belerang = 1

gram + 1 gram + 1 ml + 2 gram per liter air selama kira-kira 1-2 jam. Setelah perendaman dikeringanginkan di tempat yang teduh dan tidak lembab selama kira-kira 3 jam.

8. Sebelum bit bonggol ditanam ke lahan pertanaman, terlebih dahulu ditanam di polibag hitam ukuran 20 x 30 cm dengan campuran media tanam yaitu kompos : tanah = 1 : 1. Letak bit bonggol yang ditanam pada poli bag adalah agak miring ke atas dengan mata tunasnya kira-kira 1 cm dari permukaan tanah .

9. Pemeliharaan bit bonggol yang dilakukan dibawah naungan atap nipah yang dapat dimasuki sinar matahari pagi dan sore. Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan kondisi media tanam dalam keadaan lembab/ tidak kering. Pemupukan dilakukan dengan penyiraman pupuk kandang sapi kering 1 kg dicampur dengan 4 – 5 liter air, diberikan setiap minggu.

10. Kemudian setelah bibit bit bonggol berdaun 2 atau lebih dan tumbuh baik (kira-kira 3 bulan di polibag) sudah dapat dipindahkan ke lahan pertanaman yang sudah disediakan sebelumnya. Bibit dengan ukuran yang seragam disatukan atau dipisahkan dari ukuran kecil.

11. Diusahakan pada penanaman bibit di lapangan adalah pada awal musim hujan, dan sebaiknya bibit yang ditanam ditopang dengan belahan bambu kecil (stick). Bibit bit bonggol dipindahkan dari polibag ke lahan pertanaman.

Perbanyakan sistem lingkar adalah bonggol dari anakan pisang barangan yang dimatikan meristem/ titik tumbuhnya. Alur perbanyakan pisang barangan sistem lingkar (Gambar 8) adalah sebagai berikut :

1. Bonggol pisang barangann diambil dari anakan muda sampai anakan dewasa, dipotong pada batas antara bonggol dengan batang semu. Bonggol dibersihkan dari akar-akarnya.

2. Bonggol dilubangi sedalam dan selebar 3 cm pada meristemnya.

3. Rendam belahan bonggol tersebut dalam air hangat 55 cc yang telah dicampur fungisida dengan dosis 2 g/liter air selama 15 menit, selanjutnya ditiriskan.

4. Belahan bonggol tersebut ditanam di seed bed (tempat penyamaian) dengan jarak tanam 20 x 20 cm.

5. Bonggol yang dimatikan meristemnya, biasanya tumbuh tunas lebih dari satu. Jika tunas sudah berdaun 2-4, pisahkan dari bonggolnya dan pindah ke poli bag dengan media tanah. Jika tunas sudah dipisah maka tunas lainnya akan tumbuh dengan cepat biasanya pada sekeliling bonggol (berbentuk lingkaran).

Setelah pelatihan perbanyakan benih pisang barangan dari rumpun tanaman, kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi penanaman pisang barangan dengan sistem 2 jalur (double row planting system). Bahan sosialisasi melalui penjelasan di ruangan/kelas.

Seluruh rangkaian kegiatan pelaksanaan program PRIMATANI di Desa Talun Kenas ini sebenarnya berjalan lancar, mulai dari tahapan sosialisasi, pembinaan hingga pelaksanaannya di lapangan. Namun sangat disayangkan, setelah program ini berakhir pada akhir tahun 2009 yang

lalu, minat petani untuk melaksanakan kegiatan ini lagi tidak sama dengan pada saat adanya program PRIMATANI diadakan di Desa ini, hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaan nya program ini memberikan banyak teknologi yang sangat bermanfaat bagi petani itu sendiri, namun pada saat ini walaupun inovasi teknologi ini masih diterapkan oleh petani namun tidak semua nya dapat dilakukan dengan baik karena keterbatasan modal petani, dimana untuk melaksanakan inovasi teknologi tersebut dibutuhkan alat-alat yang tidak sedikit sehingga memberatkan petani. Seperti pupuk yang susah didapatkan dan harganya yang mahal.

Diduga tidak berlanjutnya lagi minat petani untuk melakukan kegiatan inovasi ini lagi karena keadaan ekonomi dari petani itu sendiri dan setelah program berakhir, tidak adanya lagi

Dokumen terkait