• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Terhadap Inovasi Program Primatani Dalam Peningkatan Hasil Produksi Pisang Barangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Terhadap Inovasi Program Primatani Dalam Peningkatan Hasil Produksi Pisang Barangan"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI TERHADAP INOVASI PROGRAM PRIMA TANI

DALAM PENINGKATAN HASIL PRODUKSI

PISANG BARANGAN

(Kasus: Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH

GINA WULANDINI

050309002

SEP-PKP

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

EVALUASI TERHADAP INOVASI PROGRAM PRIMA TANI

DALAM PENINGKATAN HASIL PRODUKSI

PISANG BARANGAN

(Kasus: Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang)

GINA WULANDINI

050309002

SEP-PKP

Diajukan Kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana

Pertanian Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Hj. Lili Fauzia, M.Si)

NIP. 131 763 823 NIP. 131 618 780 Ir. Yusak Maryunianta M. Si)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mengetahui pelaksanaan program PRIMATANI di daerah penelitian dalam peningkatan hasil produksi pisang barangan.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposif yaitu di Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus atau keseluruhan yaitu sampel adalah seluruh petani pisang barangan yang mengikuti program PRIMATANI di Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang.

Adapun analisis yang digunakan pada penelitian adalah analisis deskriptif dengan menjelaskan dan menguraikan bagaimana kegitana integrasi vertikal pada perusahaan minyak goreng di Sumatera Utara.. Adapun hasil dari analisis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan program PRIMATANI di daerah penelitian dalam peningkatan hasil produksi pisang barangan berlangsung baik walaupun masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaanya.

2. Hasil produksi pisang barangan setelah penggunaan inovasi dari program PRIMATANI meningkat bagi sebagian besar petani. Peningkatan produksi tertinggi dengan persentase 25 % dengan peningkatan produksi sebesar 3465 sisir dengan luas lahan seluas 0,42 Ha. Peningkatan produksi terendah dengan persentase sebesar 5 % dengan produksi sebesar 6930 sisir dengan luas lahan seluas 0,4 Ha.

3. Pelaksanaan program PRIMATANI yang dilaksanakan berhasil pada tiap-tiap indicator pelaksanaan. Pada indikator konteks (context) persentase ketercapaiaan sebesar 93,44 % dengan nilai 8,41. Pada indikator masukan (input) persentase ketercapaian yang diperoleh sebesar 90,11 % dengan nilai 8,11. Pada indikator proses (process) persentase ketercapaian sebesar 66,87 % dengan nilai 10,03. Pada indikator produk (product) persentase ketercapaian sebesar 74,67 % dengan nilai 8,96.

4. Masalah-masalah yang terjadi dalam menjalankan program PRIMATANI di daerah penelitian adalah sebagian besar petani pedesaan lemah permodalannya dan kebanyakan teknologi seperti informasi dan teknik penyampaiannya masih lambat atau belum dapat diterima oleh petani maupun stakeholder.

(4)

RIWAYAT HIDUP

GINA WULANDINI, lahir di Plaju pada tanggal 16 Januari 1986, anak dari Bapak M. Syamsidi Bakri dan Ibu M.H Sulistyowati. Penulis merupakan anak ke dua dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar Pertiwi Medan, tamat tahun 1998.

2. Tahun 1998 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Pertiwi Medan, tamat tahun 2001. 3. Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 3 Medan, tamat tahun 2004.

4. Tahun 2005 diterima di Departemen Agribisnis di Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur SPMB.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “EVALUASI TERHADAP INOVASI PROGRAM PRIMATANI DALAM PENINGKATAN HASIL PRODUKSI PISANG BARANGAN. Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

• Ibu Ir. Hj. Lily Fauzia, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan

waktunya untuk mengajari penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

• Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk mengajari, memotivasi dan membantu penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

• Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen SEP, FP-USU dan Ibu Dr.

Salmiah, MS selaku Sekretaris Departemen SEP, FP-USU yang telah memberikan kemudahan dalam hal kuliah dan administrasi kegiatan organisasi saya di kampus.

• Seluruh Dosen Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama ini. • Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian khususnya pegawai Departemen SEP

(6)

kepada para kakanda dan adinda Andarsari Pradani, Marko Rasuandi dan Saysa Mauli Ramadhani atas semangat yang diberikan.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman penulis di Departemen Agribisnis angkatan 2005 khususnya sahabat-sahabat saya, Eka. Evi, Sita dan Surya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi. Tak lupa pula kepada orang terkasih yang telah memberikan semangat serta doanya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga apa yang kita cita-citakan dapat terwujud dan semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk kita semua.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2010

(7)

DAFTAR ISI

Identifikasi Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Tinjauan Pustaka ... 5

Landasan Teori ... 9

Kerangka Pemikiran ... 22

METODOLOGI PENELITIAN ... 23

Metode Pengumpulan Daerah Sampel... 24

Metode Penentuan Sampel …...…..24

Metode Pengambilan Data...….25

Metode Analisis Data……….25

Defenisi dan Batasan Operasional ... 28

Defenisi ... 28

(8)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

SAMPEL ... 30

Letak dan Keadaan Geografis ... 30

Keadaan Penduduk ... 31

Sarana dan Prasarana ... 32

Karakteristik Petani Sampel Umur ... 33

Tingkat Pendidikan ... 34

Pengalaman Bertani ... 34

Jumlah Tanggungan ... 35

Luas lahan... 35

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

Pelaksanaan Program PRIMATANI di Daerah Penelitian Dalam Peningkatan Hasil Produksi Pisang Barangan ... 33

Hasil Produksi Pisang Barangan Setelah Penggunaan Inovasi dari Program PRIMATANI ... 53

Pelaksanaan Program PRIMATANI ... 54

Masalah-masalah yang Terjadi dalam Menjalankan Program PRIMATANI ... 64

Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi Masalah Di Daerah Penelitian ... 65

KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

Kesimpulan ... 66

Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Hasil Produksi PTT Dengan variasi Jarak Tanam Di Desa Sindanglaya ... 9

2. Data Tanaman Produktif yang Sedang Menghasilkan, Produktivitas dan Produksi Komoditi Pisang Barangan per Kecamatan Di Kabupaten Deli Serdang ... 24

3. Pelaksanaan Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas ……...……. 26

4. Skor Pelaksanaan Program PRIMATANI …………...………..27

5. Distribusi Penduduk Desa Talun Kenas Menurut Kelompok Umur ... 31

6. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2008 ... 32

7. Banyaknya Penduduk Menurut Suku Bangsa Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2008 ... 32

8. Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi yang Tersedia di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2008 ... 33

9. Karakteristik Petani Sampel Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2008…. 33 10. Pelaksanaan Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas………..37

11. Inovasi Teknologi Pisang Barangan yang Telah Diterapkan Petani …….………..41

12. Petani yang menerapkan Inovasi Teknologi PRIMATANI …. ... 44

(10)

14. Penilaian Pelaksanaan Program PRIMATANI Berdasarkan Model CIPP

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Petani Sampel yang Menggunakan Inovasi Teknologi Dari Program PRIMATANI

2. Hasil Produksi Pisang Barangan Sebelum dan Setelah Mengikuti Program PRIMATANI 3. Pernyataan Indikator Pelaksanaan Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mengetahui pelaksanaan program PRIMATANI di daerah penelitian dalam peningkatan hasil produksi pisang barangan.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposif yaitu di Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus atau keseluruhan yaitu sampel adalah seluruh petani pisang barangan yang mengikuti program PRIMATANI di Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang.

Adapun analisis yang digunakan pada penelitian adalah analisis deskriptif dengan menjelaskan dan menguraikan bagaimana kegitana integrasi vertikal pada perusahaan minyak goreng di Sumatera Utara.. Adapun hasil dari analisis tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan program PRIMATANI di daerah penelitian dalam peningkatan hasil produksi pisang barangan berlangsung baik walaupun masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaanya.

2. Hasil produksi pisang barangan setelah penggunaan inovasi dari program PRIMATANI meningkat bagi sebagian besar petani. Peningkatan produksi tertinggi dengan persentase 25 % dengan peningkatan produksi sebesar 3465 sisir dengan luas lahan seluas 0,42 Ha. Peningkatan produksi terendah dengan persentase sebesar 5 % dengan produksi sebesar 6930 sisir dengan luas lahan seluas 0,4 Ha.

3. Pelaksanaan program PRIMATANI yang dilaksanakan berhasil pada tiap-tiap indicator pelaksanaan. Pada indikator konteks (context) persentase ketercapaiaan sebesar 93,44 % dengan nilai 8,41. Pada indikator masukan (input) persentase ketercapaian yang diperoleh sebesar 90,11 % dengan nilai 8,11. Pada indikator proses (process) persentase ketercapaian sebesar 66,87 % dengan nilai 10,03. Pada indikator produk (product) persentase ketercapaian sebesar 74,67 % dengan nilai 8,96.

4. Masalah-masalah yang terjadi dalam menjalankan program PRIMATANI di daerah penelitian adalah sebagian besar petani pedesaan lemah permodalannya dan kebanyakan teknologi seperti informasi dan teknik penyampaiannya masih lambat atau belum dapat diterima oleh petani maupun stakeholder.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pisang Barangan Musa Paradisiaca sapientum L merupakan salah satu komoditas buah unggulan nasional. Pisang sebagai salah satu diantara tanaman buah-buahan memang merupakan tanaman asli Indonesia. Hampir di setiap wilayah banyak dijumpai tanaman ini. Jika tanaman Pisang Barangan dibudidayakan secara komersial, keuntungannya tidak kalah dengan komoditi lain mengingat buah ini sudah diekspor (Satuhu, 2006 : 3)

Buah pisang merupakan tanaman yang sangat sederhana. Walaupun demikian, tanaman pisang mempunyai banyak manfaat, salah satunya dapat diolah menjadi macam-macam bentuk makanan olahan seperti keripik pisang, sale pisang, dan lain-lain. Indonesia merupakan negara tropis, sangat subur untuk sebagian besar tanaman, termasuk buah pisang. Buah pisang dapat tumbuh di mana-mana, baik sebagai tanaman sela, batas/pagar di sekitar rumah dan di pekarangan-pekarangan termasuk kebun. Oleh sebab itu, tanaman pisang dalam pembangunan negara dapat merupakan suatu sumber devisa negara yang sangat baik. (BPTP, 2006)

Potensi sektor pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan cukup besar bagi masyarakat di Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Untuk tanaman hortikultura didominasi oleh pisang dan papaya. Potensi sektor pertanian tersebut merupakan peluang yang sangat besar dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat dan juga mampu membangkitkan pertumbuhan sektor lain seperti industri jasa dan perdagangan.

(15)

yang diberikan. Teknologi baru tersebut merupakan suatu inovasi yang tercipta dalam upaya pembangunan yang disampaikan melalui kegiatan penyuluhan.

Sesuai hasil pendekatan secara partisipatif bahwa Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, mempunyai peluang yang cukup besar dan layak dijadikan sebagai lokasi pengembangan usahatani berskala agribisnis.

Salah satu program tersebut adalah program PRIMATANI. PRIMATANI merupakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang dilaksanakan secara partisipatif oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder) pembangunan pertanian (BPTP, 2006 : 1).

PRIMATANI adalah suatu bentuk kegiatan rintisan guna mempercepat adopsi teknologi inovasi dan membangun kelembagaan agribisnis pedesaan secara partisipatif. Dari kegiatan PRIMATANI ini diharapkan diperoleh model pengembangan bagi pembangunan pertanian dan pedesaan yang berlandaskan pada inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi.

(16)

Dari pemaparan diatas perlu dikaji secara ilmiah mengenai inovasi program PRIMA TANI dalam peningkatan hasil produksi petani pisang barangan.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan program PRIMATANI di daerah penelitian dalam peningkatan hasil produksi pisang barangan?

2. Bagaimana hasil produksi pisang barangan setelah penggunaan inovasi dari program PRIMATANI?

3. Apakah pelaksanaan program PRIMATANI yang dilaksanakan berhasil?

4. Apakah masalah-masalah yang terjadi dalam menjalankan program PRIMATANI di daerah penelitian?

5. Apakah upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pelaksanaan program PRIMATANI di daerah penelitian dalam peningkatan hasil produksi pisang barangan.

(17)

3. Untuk mengetahui evaluasi dari pelaksanaan program PRIMATANI yang dijalankan.

4. Untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi dalam menjalankan program PRIMATANI di daerah penelitian.

5. Untuk mengetahui upaya dari masalah yang dihadapi oleh program PRIMATANI

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut yaitu untuk :

1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian.

2. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam melaksanakan kegiatan program PRIMATANI.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

Pisang barangan merupakan salah satu buah spesifik Sumatera Utara. Permintaan buah pisang barangan akhir-akhir ini terus meningkat, terutama di kota-kota besar di Sumatera Utara, sehingga beberapa petani telah mulai membudidayakan secara komersial. Bercocok tanam pisang barangan agak berbeda dengan jenis pisang lainnya, karena pisang ini menginginkan pemeliharaan intensif guna mendapatkan produksi yang tinggi dan kualitas buah yang baik.

Selama ini buah pisang hanya ditanam di pekarangan sebagai tanaman campuran dengan tanaman pangan atau perkebunan, maupun dengan pola tumpang sari, serta dilahan tegalan. Sentra produksinya tersebar dengan kepemilikan lahan yang kecil. Pertanaman pisang rakyat tersebut tidak pernah tersentuh tekhnologi, dibiarkan tumbuh dan berkembang sesuai alam sekitarnya. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang sistem pertanian yang baik untuk penanaman buah pisang (BPTP, 2006)

Sistem pertanian yang baik dilakukan untuk meningkatkan produksi pada pisang barangan itu sendiri. Secara mudah arti produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk menghasilkan sesuatu. Sesuatu disini bisa berupa barang atau jasa. Selain itu produksi juga bisa diartikan dengan kegiatan untuk menghasilkan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Pengertian produksi dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan atau menambah faedah ekonomi suatu benda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

(19)

baru tersebut merupakan suatu inovasi yang tercipta dalam upaya pembangunan yang disampaikan melalui kegiatan penyuluhan, pada dasarnya ditujukan untuk tercapainya perubahan-perubahan perilaku masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu hidup. Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktek-praktek baru, atau obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran penyuluhan. Sedang Lionberger dan Gwin (1982) mengartikan inovasi tidak sekadar sebagai sesuatu yang baru, tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong terjadinya pembaharuan dalam masyarakat atau pada lokalitas tertentu.

Pengertian “baru” disini, mengandung makna bukan sekadar “baru diketahui” oleh pikiran, akan tetapi juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap, dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan dilaksanakan/diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat. Maka dari itu, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian memberikan program PRIMATANI kepada petani untuk meningkatkan usaha taninya. PRIMATANI merupakan suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi dan penyebaran inovasi teknologi pertanian, beserta umpan baliknya. Adapun tujuan dari dilaksanakannya program PRIMATANI adalah :

1. Menemukan atau menciptakan inovasi pertanian (teknologi, kelembagaan dan kebijakan) yang maju dan strategis.

2. Mengadaptasikannya menjadi tepat guna spesifik pemakai dan lokasi,

(20)

PRIMATANI diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Badan Litbang sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian (delivery system) maupun pelaku agribisnis (receiving system) pengguna inovasi.

Selain sebagai wahana diseminasi, PRIMATANI juga merupakan wahana pengkajian partisipatif, yang berarti merupakan implementasi dari paradigma baru Badan Litbang, yakni Penelitian untuk Pembangunan (Research for Development) menggantikan paradigma lama Penelitian dan Pengembangan (Research and Development).

PRIMATANI diposisikan sebagai model atau percontohan pembangunan pertanian dan pedesaan melalui pemanfaatan teknologi secara terencana. Posisi tersebut menjadikan kegiatan pengawalan dan pendampingan yang intensif kepada para petani/kelompok tani dalam implementasi PRIMATANI sebagai unsur penciri utama. (BPTP, 2006 :1)

(21)

Selain itu juga, terdapat lokasi kegiatan PRIMATANI lainnya di daerah Kabupaten Subang. Di daerah ini PRIMATANI memperkenalkan penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi varietas Ciherang dengan pola pengaturan jarak tanam legowo. Pemilihan lokasi dilatarbelakangi oleh masalah belum meratanya penerapan teknologi pada tingkat petani, sehingga hasil yang dicapai rendah. Melalui percontohan PTT padi ini diharapkan mampu mempercepat proses adopsi inovasi baru oleh petani sehingga mampu memberikan hasil yang lebih baik (Prima Tani JABAR, 2007).

Komponen PTT- Padi yang diterapkan di Subang merupakan komponen standar, yaitu penerapan varietas unggul Ciherang, benih bermutu, bibit muda, jumlah bibit (2-3 batang perumpun) dan system tanam legowo, pemupukan N berdasarkan ketentuan. Sedangkan komponen plus nya adalah pelaksanaan bimbingan PTT padi dan pendampingan ekstra ketat khususnya dalam penanganan serangan penyakit tungro dimana telah menyerang hampir seluruh tanaman padi di Desa Sindanglaya bahkan di seluruh Kecamatan Tanjungsiang.

Dengan pendekatan PTT, pertumbuhan padi Ciherang luar biasa dengan anakan produktif rata-rata mencapai 30 batang/rumpun.

Tabel 1. Hasil produksi PTT dengan Variasi Jarak Tanam di Desa Sindanglaya pada tahun 2007.

Jarak tanam Ubinan Hasil

Legowo 2:1 5.3 kg/6.25 m² 5.95 ton/ha Legowo 4:1 5.23 kg/6.25 m² 5.60 ton/ha Legowo 5:1 6.4 kg/6.25 m² 6.65 ton/ha Tegel 25x25 cm 5.1 kg/6.25 m² 3.64 ton/ha Sumber : PRIMATANI Jabar Vol. 1 No. 2 2007.

(22)

Dengan adanya program PRIMATANI ini diharapkan terjadi peningkatan secara kualitas maupun kuantitas. Untuk mengetahui apakah inovasi itu memberikan manfaat atau tidak bagi penggunanya maka dilakukan evaluasi.

Landasan Teori

Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Pertanian adalah upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh evaluator melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara sistematik mengenai perencanaan, pelaksanaan dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektivitas dan efisiensi pencapaian hasil kegiatan untuk pengembangan selanjutnya.

Tujuan evaluasi pertanian adalah untuk menentukan arah penyempuranaan kegiatan penyuluhan, memberikan gambaran kemajuan pencapaian tujuan, perbaikan program dan rencana kerja, mengukur efektifitas metode penyuluhan yang digunakan. Bagian-bagian program dan rencana kerja yang dapat dievaluasi yaitu :

a. Penetapan Program yang meliputi pengumpulan data situasi, perumusan kebutuhan, perumusan masalah, perumusan tujuan, penetapan prioritas alternatif pencapaian tujuan dan partisipasi petani/kontak tani.

b. Pelaksanaan Program yaitu meliput i metode dan proses belajar-mengajar, proses pembinaan sasaran, informasi dan rekomendasi yang diberikan penyuluh, proses dan kualitas pelaporan serta respon dan partisipasi sasaran penyuluhan.

c. Hasil Program yang meliputi kualitas perubahan perilaku yang diharapkan, yakni: pengetahuan, keterampilan, sikap, penerapan inovasi, dan peningkatan kesejahteraan petani.

(23)

terbuka untuk data kualitatif, angket (diisi oleh petani sendiri), observasi (pengamatan langsung) untuk mengukur pembentukan kebiasaan atau keterampilan (Suparta, N, 2007 :1)

Dalam pelaksanaan suatu program, tentunya sudah diketahui bahwa program tersebut diharapkan dapat memberikan dampak yang positif untuk pelaksanaan suatu kerja yang menggunakan program tersebut. Dalam program tersebut terdapat suatu hal dalam bentuk inovasi baru atau hal-hal yang lama kemudian diperbaharui demi menunjang keberhasilan program tersebut. Misi utama Badan Litbang Pertanian adalah menemukan atau menciptakan inovasi pertanian (teknologi, kelembagaan dan kebijakan) yang maju dan strategis, mengadaptasikannya menjadi tepat guna spesifik pemakai dan lokasi, serta menginformasikan dan menyediakan materi dasarnya. Namun demikian, evaluasi eksternal dan internal menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi tersebut cenderung melambat, bahkan menurun.

Disadari sepenuhnya bahwa kinerja dan citra publik terhadap Badan Litbang amat ditentukan oleh pemanfaatan dan dampak inovasi yang dihasilkannya. Oleh karena itu, Badan Litbang merasa terpanggil harus melakukan segala upaya yang mungkin agar inovasi yang telah dihasilkan tidak saja diketahui oleh para pengguna (beneficiaries), tetapi juga dimanfaatkan secara luas dan tepat guna oleh praktisi agribisnis khususnya petani.

(24)

Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna pembaharuan perubahan secara baru. Inovasi adakalanya diartikan sebagai penemuan, tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti diskoveri atau invensi. Diskoveri mempunyai makna penemuan sesuatu yang sesuatu itu telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui orang; contohnya penemuan benua Amerika. Sebenarnya, benua Amerika sudah ada sejak dahulu, tetapi baru ditemukan pada tahun 1492 oleh orang Eropa yang bernama Columbus. Invensi adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kreasi manusia; contohnya teori belajar, mode busana, dan sebagainya. Inovasi adalah suatu ide, produk, metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu.

Rogers dan Shoemaker mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktik-praktik baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran. Pengertian baru di sini, mengandung makna bukan sekadar baru diketahui oleh pikiran (cognitive), melainkan juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude) dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.

(25)

perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan (Effendi Sanusi, 2009 : 1).

Evaluasi adalah suatu penilaian berkala terhadap relevansi, prestasi, efisiensi, dan dampak proyek dalam konteks tujuan yang telah disepakati. Evaluasi biasanya menyangkut perbandingan-perbandingan yang memerlukan informasi dari luar proyek tentang waktu, kawasan, atau populasi (Dennis J. Casley dan Krishna Kumar, 1991 : 2).

Terdapat tiga karakteristik evaluasi yang terus-menerus perlu disebut. Pertama, seperti namanya menganjurkan, evaluasi ini mengacu pada sebuah proses yang terus-menerus dan bukan suatu tugas sewaktu-waktu. Evaluasi ini memberikan suatu umpan-balik yang konstan kepada manajer agar bisa melakukan tindakan-tindakan koreksi. Kedua, terdiri dari pekerjaan sederhana, internal yang tidak membutuhkan banyak pengumpulan data. Evaluasi yang terus-menerus biasanya tidak berbeda berdasarkan pada keluaran sistem informasi manajemen, termasuk pemantauan melalui kontak dengan pemanfaat dan studi-studi diagnostik. Ketiga, terutama mengarah kepada rekomendasi praktis yang timbul dari proyek (Dennis J. Casley dan Krishna Kumar, 1991 : 130)

(26)

Evaluasi pertengahan adalah sebuah evaluasi yang biasanya dilakukan tiga atau empat tahun setelah pelaksanaan dimulai. Ini adalah evaluasi komprehensif pertama untuk mengetahui proyek oleh pemerintah dan badan-badan internasional pemberi dana. Yang membedakannya dari evaluasi-evaluasi berikutnya adalah bahwa koreksi terhadap proyek yang sedang berjalan masih terus dilakukan atas dasar temuan-temuan dan rekomendasinya. Fokus utama evaluasi pertengahan adalah pada prestasi proyek (Dennis J. Casley dan Krishna Kumar, 1991 : 139).

Evaluasi akhir (juga disebut sebagai laporan akhir proyek) dilakukan ketika pendanaan proyek akan berakhir, walaupun tentu saja tidak berarti bahwa jasa dan masukan yang dipasok oleh proyek dihentikan. Pada kebanyakan kasus dianggap bahwa jasa akan dilembagakan dalam sistem. Evaluasi akhir adalah sebuah akhir (juga disebut sebagai laporan akhir proyek) dilakukan ketika pendanaan proyek akan berakhir, walaupun tentu saja tidak berarti bahwa jasa dan masukan yang dipasok oleh proyek dihentikan.

Cakupan evaluasi akhir adalah lebih luas daripada evaluasi pertengahan karena, pertama, lebih panjang waktu yang tersedia untuk meninjau kembali sehingga memungkinkan suatu penilaian yang masuk akal dapat dilakukan terhadap keluaran awal dan efek, kedua, selesainya pendanaan menuntut suatu kajian yang hati-hati terhadap prestasi di mana semua pihak yang bertanggung jawab memberikan laporan (Dennis J. Casley dan Krishna Kumar, 1991 : 141).

(27)

dideteksi pada waktu evaluasi akhir yang ternyata hanya merupakan dampak sementara. Bukannya tidak biasa, proyek-proyek pertanian dan pembangunan pedesaan yang menunjukkan faedah yang meyakinkan pada tahun-tahun awal gagal untuk bertahan terus dalam jangka panjang. Sebaliknya, dalam beberapa hal suatu dampak positif yang besar yang dihasilkan oleh sebuah proyek yang digolongkan sebagai “tidak memuaskan” pada waktu evaluasi akhir (Dennis J. Casley dan Krishna Kumar, 1991 : 142).

Menurt Stephen Isaac dan William B. Michael seperti yang dikutip oleh Lababa (2008), model-model evaluasi dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu :

1. Goal Oriented Evaluation

Dalam model ini, seorang evaluator secara terus-menerus melakukan pantauan terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian yang terus-menerus ini menilai kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta program serta efektifitas temuan-temuan yang dicapai oleh sebuah program. Salah satu model yang bisa mewakili model ini adalah discrepancy model yang dikembangkan oleh Provus. Model ini melihat lebih jauh tentang ada kesenjangan ( Discrepancy) yang ada dalam setiap komponen yakni apa yang seharusnya dan apa yang secara riil telah dicapai.

2. Decision Oriented Evaluationram.

(28)

3. Transactional Evaluation

Dalam model ini, evaluasi berusaha melukiskan proses sebuah program dan pandangan tentang nilai dari orang-orang yang terlibat dalam program tersebut.

4. Evaluation Research

Sebagaimana disebutkan diatas, penelitian evaluasi memfokuskan kegiatannya pada penjelasan dampak-dampak pendidikan serta mencari solusi-solusi terkait engan strategi instruksional.

5. Goal Free Evaluation

Model yang dikembangkan oleh Micheal Scriven ini yakni Goal Free Evaluation Model justru tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program sebagaimana model Goal Oriented Evaluation. Yang harus diperhatikan justru adalah bagaimana proses pelaksanaan program,

dengan jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang terjadi salama pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal-hal-hal yang negatif.

6. Adversary Evaluation

Model ini didasarkan pada prosedur yang digunakan oleh lembaga hukum. Dalam prakteknya, model adversary terdiri atas empat tahapan yaitu:

1. Mengungkapkan rentangan isu yang luas dengan cara melakukan survey berbagai kelompok yang terlibat dalam satu program untuk menentukan kepercayaan itu sebagai isu yang relevan.

(29)

3. Membentuk dua tim evaluasi yang berlawanan dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk berargumen.

4. Melakukan sebuah dengar pendapat yang formal. Tim evaluasi ini kemudian mengemukakan argumen-argumen dan bukti sebelum mengambil keputusan.

Salah satu contoh Model Evaluasi Decision Oriented Evaluation adalah Model CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Model ini melihat kepada empat dimensi yaitu Dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi Proses, dan dimensi Produk. Keuniakan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks, masukan, proses dan produk.

Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu. Stufflebeam menyatakan evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan. Suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu

kesenjangan (discrepancy view) kondisi nyata (relity) dengan kondisi yang diharapkan (ideality). Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan

(30)

program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang.

Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur untuk strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan bermanfaat untuk membimbing pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan rancangan prosedural. Informasi dan data yang terkumpul dapat digunakan untuk menentukan sumber dan strategi dalam keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana rencana penggunaan sumber-sumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program yang efektif dan efisien.

Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktek implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalah prosedur baik tata laksana kejadian dan aktivitas. Setiap aktivitas dimonitor perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pencatatan aktivitas harian demikian penting karena berguna bagi pengambil keputusan untuk menentukan tidak lanjut penyempurnaan. Disamping itu catatan akan berguna untuk menentukan kekuatan dan kelemahan atau program ketika dikaitkan dengan keluaran yang ditemukan. Tujuan utama evaluasi proses seperti yang dikemukakan oleh Worthen dan Sanders, yaitu :

1. Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk dipertahankan.

(31)

3. Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat implementasi dilaksanakan.

Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan judgement outcomes dalam hubungannya dengan konteks, input, proses kemudian diinterpretasikan harga dan jasa yang diberikan. Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputusan untuk perbaikan dan aktualisasi. Aktivitas evaluasi produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai. Pengukuran dikembangkan dan diadministrasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran sesuai standar kelayakan. Secara garis besar, kegiatan evaluasi produk meliputi kegiatan penetapan tujuan operasional program, kriteria-kriteria pengukuran yang telah dicapai, membandingkannya antara kenyataan lapangan dengan rumusan tujuan, dan menyusun penafsiran secara rasional.

Analisis produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan dalam rancangan dengan hasil program yang dicapai. Hasil yang dinilai berupa skor tes, presentase, data observasi, diagram data, sosiometri dll, yang dapat ditelesuri kaitannya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci. Selanjutnya dilakukan analisis kualitatif tentang mengapa hasilnya seperti itu.

(32)

1. Evaluasi konteks melayani keputusan perencanaan, yaitu membantu merencanakan pilihan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai dan merumuskan tujuan program.

2. Evaluasi masukan (input) untuk keputusan strukturiasi yaitu menolong mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil, rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

3. Evaluasi proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan.

4. Evaluasi produk untuk melayani daur ulang keputusan.

(Isaac and Michael, 1981).

Kerangka Pemikiran

Badan Litbang Departemen Pertanian menghasilkan suatu program PRIMATANI untuk diterapkan kepada usaha tani petani pisang barangan sehingga dapat bermanfaat dalam meningkatkan produksi tanaman pisang barangan melalui inovasi yang ditawarkan dari program PRIMATANI tersebut.

(33)

Dalam pelaksaan inovasi tersebut terdapat masalah-masalah yang dihadapi petani. Disini diharapakan peran dari inovasi teknologi dari program PRIMATANI untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani.

Evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak dari kegiatan dengan pandangan untuk menyempurnakan kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan program dan pengambilan keputusan di masa depan

(34)

Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat dari gambar

Keterangan :

: Menyatakan hubungan

PROGRAM PRIMATANI

Usaha tani Pisang Barangan

Masalah-masalah usaha tani Pisang Barangan

Evaluasi

Inovasi teknologi BADAN LITBANG

PERTANIAN

Produksi Pisang Barangan

(35)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Sampel

(36)

Tabel 2. Data Tanaman Produktif yang sedang Menghasilkan, Produktivitas dan Produksi Komoditi Pisang Barangan per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008

Kecamatan Produktivitas

(kw/Ha) Produksi (kwintal)

Lubuk Pakam 175 87,50

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Deli Serdang 2009.

Metode Penentuan Sampel

(37)

Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada para petani yang menjalankan program PRIMATANI dengan menggunakan daftar quisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi dan sumber informasi yang berkaitan penelitian ini seperti Kantor Kepala Desa, dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara serta instansi lainnya.

Metode Analisis Data

Untuk menjelaskan masalah 1, 3, 4 dan 5 diselesaikan secara deskriptif. Untuk masalah 1 diselesaikan secara deskrptif dengan mengumpulkan data tentang pelaksanaan program PRIMATANI di daerah penelitian.

Untuk masalah 2 data ditabulasi secara sederhana. Adapun yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencatatan mengenai situasi-situasi atau kejadian yang terjadi. Dalam arti ini, penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata dan tidak perlu mencari atau menerangkan saling

hubungan, uji hipotesis atau mendapatkan makna dan implikasi dari penelitian tersebut (Surya Brata, 1987 : 19).

Untuk masalah 3 diselesaikan secara deskrptif dengan menggunakan Model CIPP ( Contexts, Input, Process, Product) dan memberikan pertanyaan kepada petani pengguna Inovasi

dari program PRIMATANI mengenai pelaksanaan Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas, kemudian jawaban dari sampel tersebut diskoringkan berdasarkan pemberian skor atas pelaksanaan Program PRIMATANI, skor penilaiannya ditentukan sebagai berikut :

(38)

• Pertanyaan dijawab B Skor 2

• Pertanyaan dijawab C Skor 1

Tabel 3. Pelaksanaan Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas

No Model CIPP Indikator Kinerja

1. Context 1. Perencanaan peningkatan kesejahteraan petani

2. Perencanaan pelestarian lingkungan berbasis inovasi teknologi

3. Perencanaan percepatan adopsi teknologi inovasi

2. Input 1. Pemberian inovasi oleh Badan Litbang

Pertanian.

2. Pelatihan yang diberikan oleh pihak BPTP sebagai fasilitator program PRIMATANI.

3. Pembinaan kelembagaan kelompok tani.

3. Process 1. Implementasi teknologi budidaya dan

pascapanen pisang barangan.

2. Implementasi pengadaan benih bermutu pisang barangan.

3. Penyediaan bibit pisang barangan bermutu bebas penyakit.

4. Implementasi teknologi pengolahan limbah untuk pakan dan pupuk organik.

5. Pelaksanaan temu lapang untuk pemasaran produk segar olahan.

(39)

setelah menggunakan inovasi dari program PRIMATANI.

2. Perubahan kemampuan petani dalam meningkatkan mutu pisang barangan. 3. Kemampuan petani dalam memanfaatkan

inovasi dari pihak BPTP.

4. Kepuasan petani dalam pelayanan yang diberikan oleh pihak BPTTP.

Sumber : Diolah berdasarkan teori yang dibangun

Untuk mengetahui hasil penjumlahan seluruh skor dari masing-masing pelaksanaan Program PRIMATANI, dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 4. Skor Pelaksanaan Program PRIMATANI

No Model

Hasil penilaian menghasilkan skor, dari skor tersebut akan ditentukan bagaimana pelaksanaan Program PRIMATANI. Skor pelaksanaan Program PRIMATANI berada di antara 15 – 45, dimana panjang kelas dapat dihitung dengan range dibagi jumlah kelas. Range adalah jarak/selisih antara data terbesar dan terkecil (Subagyo, 1992 : 10).

Keterangan :

Skor 35-45 : Kinerja baik

(40)

Skor 15-24 : Kinerja tidak baik

Definisi dan Batasan Operasional Definisi

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam mengartikan penelitian ini, maka diberikan beberapa definisi dengan batasan operasional sebagai berikut:

1. PRIMATANI : Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian, yang dilaksanakan secara partisipatif oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder) pembangunan pertanian.

2. Inovasi adalah teknologi baru yang diberikan oleh pemerintah terhadap petani pisang barangan

3. Evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan informasi dengan menggunakan standard dan seperangkat kriteria untuk menarik kesimpulan dan menyusun pertimbangan.

4. Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.

5. Efisiensi adalah efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

(41)

7. Produksi adalah hasil dari petani terhadap komoditi pisang barangan.

Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat batasan operasional sebagai berikut :

1. Daerah penelitian adalah Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang

2. Penelitian dilakukan pada tahun 2010.

(42)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Deskripsi Daerah Penelitian

Luas dan Letak Geografis Desa Talun Kenas

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talun Kenas yang terletak di Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan STM Hilir memiliki luas wilayah 190,50 Km² dengan jumlah penduduk 30.098 jiwa terdiri dari 7.257 KK. Kecamatan STM Hilir terdiri dari 15 desa dan 80 dusun, salah satu desanya adalah Desa Talun Kenas yang merupakan daerah sentra produksi pisang barangan. Desa Talun Kenas memiliki luas desa sebesar 306 Km.

Adapun batas-batas geografis desa penelitian sebagai berikut : • Sebelah utara : Desa Sumbul

• Sebelah Selatan : Desa G. Rintih

• Sebelah Timur : Desa Belumah

• Sebelah Barat : Desa Sumbul

(43)

Keadaan Penduduk

Penduduk desa penelitian berjumlah 2.644 jiwa dengan 637 KK, terdiri dari 1348 jiwa laki-laki dengan laki-laki dewasa sebanyak 899 jiwa dan laki-laki anak-anak sebanyak 449 jiwa, dan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 1296 jiwa dengan perempuan dewasa 856 jiwa dan perempuan anak-anak sebanyak 440 jiwa. Jumlah dan distribusi penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Desa Talun Kenas Menurut Kelompok Umur Tahun 2008 No Golongan umur Jumlah (orang) Persentase (%)

1 0-4 205 7, 75

Sumber : Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2009.

Dari Tabel dapat dilihat bahwa penduduk Desa Talun Kenas masih tergolong usia produktif (17-55 tahun). Dimana usia tersebut petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang mereka belum ketahui, berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi.

(44)

Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2008

No Jenis pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 975 73,53

2 Pedagang 175 13,20

3 Pegawai Negeri 86 6,49

4 Karyawan Perusahaan Swasta 90 6,79

Jumlah 1326 100

Sumber : Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2009

Mayoritas penduduk di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir merupakan suku Batak Karo. Pada umumnya penduduk sudah saling mengenal satu sama lainnya. Keakraban penduduk dapat dilihat dari adanya gotong royong, acara adat yang dilakukan, misalnya pelaksanaan acara perkawinan yang dilakukan sesuai adat istiadat.

Tabel 7. Banyaknya Penduduk Menurut Suku Bangsa Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2008

No Jenis suku bangsa Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Jawa 300 11,67

2 Karo 2186 85,03

3 Toba 23 0,89

4 Simalungun 62 2,41

Jumlah 2571 100

Sumber : Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2009 Sarana dan Prasarana

(45)

Tabel 8. Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi yang Tersedia di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2008

No Jenis sarana dan prasarana Jenis Jumlah (unit)

1 Sarana Pendidikan Formal SLTP 1

Sumber : Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2009 Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel yang dimaksud disini adalah karakteristik sosial ekonomi petani, yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 9. Karakteristik Petani Sampel Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Tahun 2010

No Uraian Range Rataan

1 Umur (tahun) 26-57 38,89

2 Tingkat pendidikan (tahun) 6-17 9,74

3 Pengalaman bertani (tahun) 3-22 11,15

4 Luas lahan (Ha) 0,32-2 0,72

5 Jumlah tanggungan (jiwa) 1-6 2,77

Sumber : Data diolah dari lampiran 1. Umur

(46)

menerima akan adanya program tersebut, dan mereka tertarik untuk mengadopsi teknologi yang diberikan oleh Badan Litbang Pertanian

Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usaha tani. Pendidikan formal juga sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam hal menerima dan menyerap teknologi, informasi untuk mengoptimalkan usaha tani nya. Tingkat pendidikan formal petani sampel mempunyai range 6-17 dengan rataan 9,74 tahun. Artinya rata-rata petani sampel sudah menyelesaikan pendidikan formal hingga SMP, dengan demikian wawasan pengetahuan serta cara berpikir dan bertindak petani sampel dalam mengelola usaha tani nya tergolong masih rendah.

Pengalaman Bertani

Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam mengelola usaha taninya adalah lama bertani. Rataan lama bertani atau pengalaman bertani petani adalah 11,15 (11 tahun) dengan range 3-22 tahun. Berdasarkan rataan tersebut pengalaman bertani petani sampel sudah cukup lama, sehingga dapat dikatakan bahwa petani sampel memiliki wawasan serta pengetahuan yang lebih baik dan berhati-hati dalam menerapkan inovasi baru dalam usaha tani pisang barangannya termasuk teknologi yang diperkenalkan oleh Badan Litbang Pertanian dalam Program PRIMATANI ini.

Jumlah Tanggungan

(47)

sehingga untuk membantu dalam proses usaha tani pisang barangan terutama dalam penyediaan tenaga kerja dalam keluarga, petani menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga.

Luas Lahan

(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan terhadap petani yang menggunakan inovasi dari program PRIMATANI di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang. Pada penelitian ini ditetapkan jumlah petani sampel sebanyak 27 orang yaitu seluruh petani yang menggunakan inovasi dari program PRIMATANI. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan inovasi dari program PRIMATANI yang merupakan program dari Badan Litbang Departemen Pertanian.

Pelaksanaan Program PRIMATANI di Daerah Penelitian dalam Peningkatan Hasil Produksi Pisang Barangan

Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas Kecamatan STM Hilir dilaksanakan pertama kali pada awal tahun 2007. Program ini bertujuan untuk mempercepat diseminasi (transfer teknologi) dan adopsi teknologi inovasi kepada para petani di daerah penelitian. Program ini berakhir pada akhir tahun 2009.

(49)

Program tersebut adalah Program SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu). Setelah SLPHT ini, petani kembali mempunyai semangat untuk mengembangkan komoditi ini, hingga kini daerah pengembangan semakin luas sehingga merupakan salah satu sentra pisang dan pada tahun 2005 telah dibangun terminal agribisnis pisang barangan di Desa Talun Kenas ini. Dengan alasan itulah mengapa Program PRIMATANI dapat masuk ke Desa Talun Kenas ini.

Dalam Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas terdapat Rancang Bangun Laboratorium Lapang Agribisnis. Rancang bangun tersebut dibuat dimaksudkan untuk menuju terbentuknya suatu indutri agribisnis pedesaan. Tujuan dari Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis ini adalah terciptanya suatu model percontohan agribisnis industrial pedesaan yang berbasis inovasi teknologi.

Tabel 10. Pelaksanaan Program PRIMATANI di Desa Talun Kenas No Tahapan kegiatan Hasil yang

diharapkan

Hasil di lapangan (%)

1 Sosialisasi paket-paket teknologi diberikan oleh BPTP

(50)

Lanjutan Tabel 10.

Diikuti dengan baik oleh petani sampel pisang barangan (92,5 %).

Sumber : Diolah berdasarkan Data Primer Tahun 2010

Tahapan kegiatan yang dilaksanakan pada program PRIMATANI ini dalam penerapan inovasi teknologi adalah:

1. Sosialisasi paket-paket teknologi

Pensosialisasian paket-paket teknologi berkerjasama dengan dinas terkait di Kabupaten Deli Serdang, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian), Departemen Pertanian telah banyak menghasilkan inovasi dan alih teknologi yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan pendapatan petani. Sebelumnya sosialisasi perlu didukung oleh penyediaan informasi teknologi budidaya, penanganan segar dan pengolahan, seperti folder tentang Teknologi Penanaman Pisang Barangan Dengan Sistem 2 Jalur (double row planting system)

Beberapa dukungan teknis dan non teknis untuk keberhasilan pelaksanaan sosialisasi maupun pelatihan di lokasi PRIMATANI, antara lain :

a. Pengembangan areal percontohan

(51)

dikawal sampai dengan menghasilkan. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat mengetahui secara pasti budidaya yang baik serta kondisi pertanaman optimal karena dipelihara dengan baik.

b. Pelatihan PRIMATANI

Pelatihan ini dilaksanakan untuk melanjutkan pelatihan teknik pengadaan benih bermutu pisang barangan bebas penyakit untuk terbentuk penangkar benih di kelompok tani.

Dalam pelaksanaanya di lapangan bahwa sosialisasi paket-paket teknologi ini yakni pengembangan areal percontohan diikuti oleh petani sampel pisang barangan dengan persentase 81,48 %. Mereka merasa tertarik dengan harapan setelah mengikuti sosialisasi ini mereka dapat mengetahui pengetahuan baru tentang penanaman budidaya dan pascapanen pisang barangan sehingga dapat meningkatkan hasil usaha tani pisang barangan mereka. Alasan lain mengapa petani tertarik karena dalam mengikuti kegiatan PRIMATANI ini tidak dipungut biaya oleh pihak pemerintah sehingga petani merasa tidak rugi untuk mengukuti sosialisasi paket-paket teknologi itu.

Pelaksanaan pelatihan yang diberikan oleh BPTP merupakan lanjutan rangkaian kegiatan dalam sosialisasi paket-paket teknologi, petani mengikuti rangkaian pelatihan untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan teknologi tersebut sehingga pada saat pelaksanaannya kemudian petani dapat menerapkan nya pada usaha tani mereka sendiri.

2. Pengimplementasian inovasi teknologi

(52)

Pengadaan benih/bibit pisang barangan bebas penyakit layu dengan melakukan penelusuran ke beberapa sentra produksi pisang barangan di Sumatera Utara.

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan tujuan agar terjaga seluruh kebutuhan dari tanaman tersebut, dan sembari dilakukan pengawasan terhadap tanaman tersebut. Pemeliharaan tanaman dapat berupa pemberian kadar pupuk sesuai anjuran yang ditentukan.

Dalam pelaksanaanya, kegiatan ini mencapai titik keberhasilan sebesar 96,3 % seperti kegiatan sosialisasi paket-paket teknologi petani diajarkan bagaimana melaksanakan kegiatan usaha tani yang benar dan dapat menghasilkan hasil yang baik bagi usaha tani pisang barangan mereka. Hal yang dilakukan di lapangan seperti memberikan pengetahuan mengenai pemberian kadar pupuk sesuai yang dianjurkan dan kemudian dapat diaplikasikan langsung ke usaha tani pisang barangan mereka. Selama ini petani hanya menggunakan pupuk seadanya, hal ini dikarenakan keterbatasan dalam mendapatkan pupuk dan mahalnya harga pupuk tersebut.

3. Pembinaan

Pembinaan dilakukan langsung oleh pihak BPTP. BPTP adalah pihak yang memfasilitasi program. BPTP mengawasi bagaimana kinerja petani dalam melaksanakan inovasi teknologi yang sudah pernah disosialisasikan langsung oleh mereka. Hal ini sangat dibutuhkan agar tata pelaksanaan yang benar dari program ini dapat tercapai dengan baik.

(53)

diberikan. Dengan adanya peran kelompok tani tersebut maka dibutuhkan pula pembinaan terhadap kelompok-kelompok tani agar ikatan kelembagaan ini dapat menjadi fasilitas bagi para petani untuk menampung aspirasi petani. Dengan persentase sebesar 92,5 % maka pelaksanaannya di lapangan berjalan sangat baik. Pertama dijelaskan apa sebenarnya PRIMATANI dan apa manfaatnya bagi petani. Setelah melakukan sosialisasi mengenai PRIMATANI maka selanjutnya dilakukan sosialisasi tentang inovasi teknologi yang dimiliki oleh program PRIMATANI tersebut. Adapun inovasi teknologi Pisang Barangan yang diperkenalkan oleh Program PRIMATANI dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Inovasi Teknologi Pisang Barangan yang Diperkenalkan Oleh Program PRIMATANI yang Telah Diterapkan Oleh Petani

No Inovasi teknologi

1 Teknik pengadaan bibit bonggol, bibit anakan terseleksi

2 Teknologi pemupukan sesuai anjuran (ZA, Urea, SP-36 dan KCl) 3 Aplikasi pupuk kandang sapi 8-10 kg per lobang tanam

4 Lobang tanam 50x50x50 cm 5 Aplikasi trikoderma

No Inovasi teknologi

6 Sistem tanam dua jalur (double row) 1x2 m dalam baris dan 4 m antara double row

7 Sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO pisang barangan 2,5 x 3 m 8 Tanaman sela (kacang tanah/ jagung/pepaya)

9 Teknologi pembrongsongan Sumber : Diolah dari data sekunder

1. Teknik Pengadaan bibit bonggol, bibit anakan terseleksi

Pengadaan benih adalah kegiatan pencarian, pemanenan, pengumpulan, sortasi dan penyimpanan benih sebelum benih yang bersangkutan digunakan atau diedarkan. Tujuannya adalah :

(54)

b. Menjamin benih (bibit) bebas dari hama dan penyakit agar dapat tumbuh baik dan berproduksi optimal

2. Teknologi pemupukan sesuai anjuran (ZA, Urea, SP-36 dan KCl) Pemupukan adalah proses kegiatan pemberian nutrisi pada tanaman agar

kondisi unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman dapat memenuhi kebutuhan. Pemupukan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil pertanian. Pemupukan terhadap satu pertanaman berarti menambahkan/menyediakan unsur hara untuk tanaman. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan optimal tanaman serta mempertahankan status hara tanah.

3. Aplikasi pupuk kandang sapi 8-10 kg per lobang tanam

Aplikasi pupuk kandang sapi digunakan sebagai unsur tambahan hara/nutrisi yang dibutuhkan tanaman..

4. Lubang tanam 50x50x50 cm

Lubang tanam merupakan salah satu teknik penanaman yang disarankan oleh program ini, yaitu dengan teknik lubang tanam ukuran 50x50x50 cm. Hal ini disesuaikan dengan keadaan tanah.

5. Aplikasi trikoderma

(55)

7. Sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO pisang barangan 2,5 x 3 m

sistem tanam 1 jalur dengan populasi berkisar 1300 tanaman. Dari komponen teknologi budidaya pisang barangan, pengaturan jarak tanam merupakan salah satu komponen yang dilakukan oleh petani. Pengaturan jarak tanam 2,5×3 meter sampai dengan 3×4 meter merupakan jarak tanam yang banyak diminati dan diadopsi oleh petani, sebab petani masih dapat menanami lahan diantara tanaman pisang untuk ditanami tanaman lain.

8. Tanaman sela (kacang tanah/ jagung/pepaya)

Adopsi ini berhubungan dengan teknologi sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO, jarak tanam pada teknologi satu jalur ini dapat dimanfaatkan petani untuk menanam tanaman lain seperti jagung sebagai tanaman tumpangsari, dan intersepsi radiasi matahari masih cukup untuk pertumbuhan optimum bagi tanaman sela diantara tanaman pisang.

9. Teknologi Pembrongsongan

Teknologi pembrongsongan adalah sebuah rangkaian kegiatan pembungkusan/pembrongsongan buah agar tidak terganggu oleh penyakit. Tujuannya adalah :

a. Untuk meningkatkan kualitas penampilan buah.

b. Melindungi buah dari benturan, sengatan sinar matahari dan gesekan antar buah

c. Melindungi buah dari serangan hama dan penyakit (penggerek buah, kumbang buah dan lalat buah)

d. Melindungi buah dari kerusakan dan gesekan pada saat panen serta melindungi permukaaan kulit buah dari getah.

(56)

Tabel 12. Petani yang Menerapkan Inovasi Teknologi PRIMATANI

No Uraian Jumlah petani yang

menerapkan (orang)

Persentase (%) 1 Teknik pengadaan bibit bonggol,

bibit anakan terseleksi anjuran(ZA, Urea, SP-36 dan KCl) Aplikasi pupuk kandang sapi 8-10kg per lubang tanam

Lubang tanam 50x50x50 cm Aplikasi trikoderma

System tanam dua jalur (double row) 1x2 m dalam baris dan 4 m

2 Teknologi pemupukan sesuai anjuran(ZA, Urea, SP-36 dan KCl)

12 44,4 %

3 Aplikasi pupuk kandang sapi 8-10kg per lubang tanam

6 22,2%

4 Lubang tanam 50x50x50 cm 4 14,8%

5

Aplikasi trikoderma 5 22,2%

6 System tanam dua jalur (double row) 1x2 m dalam baris dan 4 m antara double row

2 7,4%

7 System tanam 1 jalur mengikut i SPO pisang barangan 2,5 x 3 m

17 63%

8 Tanaman sela 5 18,5%

9 Teknologi pembrongsongan 6 22,2%

Sumber : dioalah dari data primer tahun 2010

(57)

Untuk adopsi teknologi pemupukan sesuai dengan dosis anjuran terdapat 12 petani yang mengikutinya. Dengan persentase sebesar 44,4%. Adopsi teknologi ini merupakan salah satu adopsi yang sesuai dengan kebutuhan petani mengingat dalam pelaksanaan penanaman pisang barangan ini dibutuhkan suatu teknologi yang baik dalam pemupukan untuk dapat memperbaiki unsur hara tanah sehingga tanaman pisang barangan yang ditanam dapat berkembang dengan baik.

Untuk adopsi aplikasi pupuk kandang sapi 8-10 kg per lobang tanam diikuti oleh 6 orang petani, dengan persentase sebesar 22,2 %. Hal ini dikarenakan petani masih menggunakan cara tradisional sesuai dengan yang mereka lakukan salama ini.

Adopsi lobang tanam 50x50x50 cm diikuti oleh 4 orang petani, dengan persentase sebesar 14,8 %. Teknologi ini tidak terlalu menarik bagi petani karena petani lebih mengutamakan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Untuk teknologi aplikasi trikoderma ini jumlah petani yang mengadopsi nya adalah 5 orang, dengan persentase sebesar 18,5 %. Rendahnya jumlah petani yang mengadopsi teknologi ini karena masih kurangnya pemahaman petani mengenai teknologi ini sehingga petani tidak terlalu tertarik mengikut i teknologi ini.

(58)

Untuk teknologi sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO pisang barangan 2,5 x 3 m diikuti oleh 18 orang petani, dengan persentase sebesar 63 %. Petani pisang barangan masih lebih banyak menerapkan sistem tanam 1 jalur dengan populasi berkisar 1300 tanaman. Dari komponen teknologi budidaya pisang barangan, pengaturan jarak tanam merupakan salah satu komponen yang dilakukan oleh petani. Pengaturan jarak tanam 2,5×3 meter sampai dengan 3×4 meter merupakan jarak tanam yang banyak diminati dan diadopsi oleh petani, sebab petani masih dapat menanami lahan diantara tanaman pisang untuk ditanami tanaman lain.

Untuk teknologi tanaman sela (kacang tanah/jagung/papaya) diadopsi oleh 5 orang petani, dengan persentase sebesar 18,5 %. Adopsi ini berhubungan dengan teknologi sistem tanam 1 jalur mengikuti SPO, jarak tanam pada teknologi satu jalur ini dapat dimanfaatkan petani untuk menanam tanaman lain seperti jagung sebagai tanaman tumpangsari, dan intersepsi radiasi matahari masih cukup untuk pertumbuhan optimum bagi tanaman sela diantara tanaman pisang. Para petani yang mengadopsi teknologi inovasi ini merasa bahwa inovasi ini sesuai dengan kebutuhan mereka.

Untuk teknologi pembrongsongan diadopsi oleh 6 orang petani, dengan persentase sebesar 22,2 %. Teknologi ini masih sulit dalam pengerjaannya, dikarenakan banyaknya alat-alat yang dibutuhkan antara lain seperti tangga, plastik brongsongan sehingga petani lebih memperhatikan teknologi yang lain yang jauh lebih mudah.

(59)

pengolahan limbah pisang barangan serta pola tanam pisang barangan, implementasi penyediaan bibit pisang barangan bermutu bebas penyakit, implementasi teknologi pengadaan benih bermutu pisang barangan. BPTP langsung di hadapan para petani menerapkan bagaimana pengerjaan yang benar mengenai seluruh rangkaian pelatihan yang diberi dan tidak hanya memberikan teori mengenai budidaya saja. Hal ini dimaksudkan agar petani lebih memahami benar bagaimana tahapan yang seharusnya dilaksanakan, mengingat teknologi yang diperkenalkan dalam program ini masih bersifat baru.

Untuk pelatihan mengenai implementasi teknologi budidaya dan pasca panen pisang barangan yang benar, maka BPTP mengadakan pertemuan sebanyak 5 kali dalam 1 tahun, dimana intensitas pertemuan sebanyak 5 kali tersebut meliputi pemahaman tentang teori pisang barangan hingga praktek langsung di lahan milik petani.

Untuk implementasi teknologi pengadaan benih bermutu pisang barangan, maka BPTP mengadakan pertemuan sebanyak 6 kali, dimana intensitas pertemuan sebanyak 6 kali tersebut telah meliputi teori tentang pengadaan benih bermutu pisang barangan, pemberian benih bermutu hingga dipraktekkan langsung di lahan milik petani dan pelatihan perbanyakan benih pisang barangan.

Pada pelatihan perbanyakan benih pisang barangan, dilakukan sosialisasi teknologi perbanyakan benih pisang barangan dari rumpun tanaman yaitu dari 2 metoda yang diuraikan dalam media diseminasi /brosur berjudul : Petunjuk Teknis Perbanyakan Benih Pisang Barangan Dari Rumpun Tanaman., sebagai berikut (Napitupulu, dkk., 2008) :

(60)

1. Mengambil bonggol dari tanaman sehat yang sudah pernah berbuah. Bentuk bit bonggol yang baik dijadikan untuk bibit adalah bentuk seperti tunas rebung yang sedikit mulai muncul.

2. Di sekitar tempat pengambil bonggol jangan ada tanaman yang sakit

3. Membongkar pohon pisang barangan yang telah dipanen buahnya dengan menggunakan tembilang dan cangkul

4. Akar, tanah dan anakan yang besar dibuang, ditinggalkan tunas kecil atau matanya saja, terutama mata bagian atas yang dinamakan “phisic eye”, karena dari mata tersebut akan diperoleh tanaman yang lebih kuat dan berkembang lebih cepat.

5. Bonggol atau sucker diambil /dicongkel dari pohon pisang barangan yang dibongkar dengan menggunakan pisau tajam. Bentuk bonggol yang diambil mirip bentuk kubus ukuran kira-kira 10 cm x 10 cm x 10 cm.

6. Untuk memperbanyak bibit, bit bonggol yang utuh dengan menggunakan pisau tajam dapat dibelah menjadi 4 bagian. Setiap belahan bit bonggol terdapat titik tumbuh (apical dominance) yang masih utuh/belum rusak. Belahan (bit) yang sehat warnanya putih bersih tidak ada noda-noda coklat atau hitam. Dari 1 pohon pisang barangan yang dibongkar dapat diperoleh kira-kira 10 tunas untuk bit bonggol, dan bila dibelah 4, maka diperoleh 40 bit atau 40 bibit bonggol.

(61)

gram + 1 gram + 1 ml + 2 gram per liter air selama kira-kira 1-2 jam. Setelah perendaman dikeringanginkan di tempat yang teduh dan tidak lembab selama kira-kira 3 jam.

8. Sebelum bit bonggol ditanam ke lahan pertanaman, terlebih dahulu ditanam di polibag hitam ukuran 20 x 30 cm dengan campuran media tanam yaitu kompos : tanah = 1 : 1. Letak bit bonggol yang ditanam pada poli bag adalah agak miring ke atas dengan mata tunasnya kira-kira 1 cm dari permukaan tanah .

9. Pemeliharaan bit bonggol yang dilakukan dibawah naungan atap nipah yang dapat dimasuki sinar matahari pagi dan sore. Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan kondisi media tanam dalam keadaan lembab/ tidak kering. Pemupukan dilakukan dengan penyiraman pupuk kandang sapi kering 1 kg dicampur dengan 4 – 5 liter air, diberikan setiap minggu.

10. Kemudian setelah bibit bit bonggol berdaun 2 atau lebih dan tumbuh baik (kira-kira 3 bulan di polibag) sudah dapat dipindahkan ke lahan pertanaman yang sudah disediakan sebelumnya. Bibit dengan ukuran yang seragam disatukan atau dipisahkan dari ukuran kecil.

11. Diusahakan pada penanaman bibit di lapangan adalah pada awal musim hujan, dan sebaiknya bibit yang ditanam ditopang dengan belahan bambu kecil (stick). Bibit bit bonggol dipindahkan dari polibag ke lahan pertanaman.

(62)

Perbanyakan sistem lingkar adalah bonggol dari anakan pisang barangan yang dimatikan meristem/ titik tumbuhnya. Alur perbanyakan pisang barangan sistem lingkar (Gambar 8) adalah sebagai berikut :

1. Bonggol pisang barangann diambil dari anakan muda sampai anakan dewasa, dipotong pada batas antara bonggol dengan batang semu. Bonggol dibersihkan dari akar-akarnya.

2. Bonggol dilubangi sedalam dan selebar 3 cm pada meristemnya.

3. Rendam belahan bonggol tersebut dalam air hangat 55 cc yang telah dicampur fungisida dengan dosis 2 g/liter air selama 15 menit, selanjutnya ditiriskan.

4. Belahan bonggol tersebut ditanam di seed bed (tempat penyamaian) dengan jarak tanam 20 x 20 cm.

5. Bonggol yang dimatikan meristemnya, biasanya tumbuh tunas lebih dari satu. Jika tunas sudah berdaun 2-4, pisahkan dari bonggolnya dan pindah ke poli bag dengan media tanah. Jika tunas sudah dipisah maka tunas lainnya akan tumbuh dengan cepat biasanya pada sekeliling bonggol (berbentuk lingkaran).

Setelah pelatihan perbanyakan benih pisang barangan dari rumpun tanaman, kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi penanaman pisang barangan dengan sistem 2 jalur (double row planting system). Bahan sosialisasi melalui penjelasan di ruangan/kelas.

(63)

lalu, minat petani untuk melaksanakan kegiatan ini lagi tidak sama dengan pada saat adanya program PRIMATANI diadakan di Desa ini, hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaan nya program ini memberikan banyak teknologi yang sangat bermanfaat bagi petani itu sendiri, namun pada saat ini walaupun inovasi teknologi ini masih diterapkan oleh petani namun tidak semua nya dapat dilakukan dengan baik karena keterbatasan modal petani, dimana untuk melaksanakan inovasi teknologi tersebut dibutuhkan alat-alat yang tidak sedikit sehingga memberatkan petani. Seperti pupuk yang susah didapatkan dan harganya yang mahal.

Diduga tidak berlanjutnya lagi minat petani untuk melakukan kegiatan inovasi ini lagi karena keadaan ekonomi dari petani itu sendiri dan setelah program berakhir, tidak adanya lagi bantuan dari pihak BPTP atau pihak terkait lain yang sebelumnya memberikan bantuan berupa modal bagi petani untuk menerapkan teknologi ini. Kebiasaan mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain menyebabkan petani tidak mandiri.

Hasil Produksi Pisang Barangan Setelah Penggunaan Inovasi dari Program PRIMATANI Tabel 13. Hasil produksi pisang barangan sebelum dan setetalah menggunakan inovasi teknologi

dari program PRIMATANI Uraian Sebelum program

PRIMATANI

Sumber : Data diolah dari lampiran 2

(64)

2) dengan persentase mencapai 25 % dengan luas lahan 0,42 Ha, dan peningkatan produksi paling rendah mencapai 6930 sisir (lampiran 2) dari hasil sebelumnya yakni 6600 sisir (lampiran 2) dengan persentase mencapai 5 % dengan luas lahan 1 Ha. Rata-rata petani pisang barangan yang mengalami peningkatan produksi adalah petani yang luas lahannya kurang dari 1 Ha, hal ini disebabkan karena petani pisang barangan yang lahannya tidak terlalu luas lebih dapat memanfaatkan luas lahannya dengan baik dalam segi pemeliharaan hingga panen, sebaliknya petani yang lahannya sangat luas mengalami kesulitan dalam penanganan luas lahannya tersebut.

Pelaksanaan Program PRIMATANI

Menurut Fuddin (2009) model CIPP merupakan model yang berorientasi kepada pemegang keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu : evaluasi konteks (melayani keputusan perencanaan), evaluasi input (untuk menolong mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud), evaluasi proses (membantu keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan), evaluasi produk (yaitu meninjau kembali keputusan).

Keempat macam evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) tersebut dapat divisualisasi ke dalam aspek penilaian pelaksanaan Program PRIMATANI di daerah penelitian pada Tabel 12.

Tabel 14. Penilaian Pelaksanaan Program PRIMATANI Berdasarkan Model CIPP di Desa Talun Kenas

No Model CIPP Indikator Kinerja

1. Context

(konteks)

1. Perencanaan peningkatan kesejahteraan petani

Gambar

Tabel 1. Hasil produksi PTT dengan Variasi Jarak Tanam di Desa Sindanglaya pada tahun 2007
Tabel 2. Data Tanaman Produktif yang sedang Menghasilkan, Produktivitas  dan Produksi Komoditi Pisang Barangan per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008 Produktivitas
Tabel 4. Skor Pelaksanaan Program PRIMATANI No  Model Jumlah
Tabel 5. Distribusi Penduduk Desa Talun Kenas Menurut Kelompok Umur Tahun 2008 Persentase (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika tali selalu dalam keadaan tegang, maka percepatan benda mb akan sama dengan percepatan m, atau percepatan sistem dengan total massa yang berperan dalam sistem adalah m + mb..

Dilihat dari kelengkapan sarana yang mendukung kegiatan penangkapan ikan dilaut, sampai saat ini di Lampung Barat masih sangat terbatas. Selain terbatas dari segi jumlah,

Pengujian dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon sistem pengendalian suhu pada proses distilasi vakum bioetanol bisa bekerja dengan baik sesuai setpoint yang

Guru sebagai tenaga pendidik memiliki peranan penting dalam mengembangkan proses berpikir anak. Pengembangan kemampuan berpikir kritis sangat penting dalam pendidikan

Jalan Mastrip Pada Hari Sabtu Dengan Model Underwood ……… 74 Tabel 4.15 Analisa Data Arus dan Kecepatan Ruas Jalan Gunung Sari Menuju1. Jalan Mastrip Pada Hari Minggu Dengan

Selain memiliki fungsi utama sebagai kompor, alat ini juga memiliki fungsi lain sebagai tempat pemanggang yang mana tempat ini saat berguna bagi pelaku usaha pecel

• Sewaktu memesan part pengganti untuk selang bahan bakar, selang pemakaian umum dan selang vinyl yang standard, pakailah nomor part borongan yang dicantumkan pada parts

tidak lagi kami terjemahkan dengan ‘dia lk telah duduk, karena kami yakin sepenuhnya setelah melewati dua bagian pelajaran sebelumnya, para pembaca sudah maklum bahwa kata kerja