• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Strategi Pengelolaan untuk Pengembangan

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Keadaan Umum Situ Mustika 4.1.1. Luas dan letak

Situ Mustika adalah suatu situ yang merupakan bagian dari Wana Wisata Situ Mustika dan terletak di Kelurahan Karangpanimbal, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar, Jawa Barat. Kawasan Wana Wisata Situ Mustika memiliki luas total 8,5 hektar dengan luas situ 3,5 hektar dan luas daratan 5 hektar berupa hutan lindung. Situ Mustika merupakan danau buatan yang mendapatkan input air dari mata air Gunung Babakan. Situ Mustika juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Secara geografis, Situ Mustika berada pada 07°21’41,98” LS - 07°21’45,42” LS dan 108°32’43,68” dan 108°32’49,67” BT.

Situ Mustika terletak pada jalur selatan trans Jawa dengan lalu lintas yang cukup ramai. Secara aksesibilitas, kawasan ini dapat dapat dicapai dari tiga arah dengan rincian sebagai berikut (Lampiran 1):

1. Dari Kota Ciamis menggunakan jalan raya Ciamis-Banjar dengan waktu tempuh sekitar 30 menit (±30 km).

2. Dari arah Jawa Tengah menggunakan jalan raya Cilacap-Ciamis dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari Majenang (±30 km).

3. Dari arah Pangandaran dapat ditempuh melalui jalan raya Pangandaran-Ciamis, di Kota Banjar melalui jalan Jendral Soewarto sebelum tiba di Parungsari. Waktu tempuh Banjar-Pangandaran sekitar 2,5 jam yaitu ±66 km.

4.1.2. Topografi kawasan

Topografi kawasan Situ Mustika pada umumnya berbukit dan sebagian kecil landai. Kawasan Situ Mustika terletak pada ketinggian 45 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 3.000 mm/tahun. Suhu rata-rata di kawasan Situ Mustika berkisar antara 22°C sampai 28°C.

4.2. Kondisi Parameter Fisika-Kimia-Biologi Perairan

Kedalaman perairan Situ Mustika berkisar antara 20,0 – 198,0 cm, sehingga contoh air diambil dari permukaan dan dari dekat dasar. Kondisi kualitas air dipengaruhi oleh kegiatan yang dilakukan di sekitar Situ Mustika. Kualitas air di

Situ Mustika umumnya dalam kondisi kurang baik bagi kegiatan wisata karena beberapa parameternya di luar baku mutu yang diperbolehkan berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 kelas II untuk kegiatan wisata. Parameter yang berada di luar baku mutu adalah TSS, DO, dan BOD (Tabel 9).

Tabel 9. Kualitas air Situ Mustika

Parameter Baku Mutu* Bagian inlet Bagian Tengah Bagian Outlet

P P D P D

Fisika

Temperatur (°C) perubahan maksimum ± 3 27,8 27,3-29,0 29,1 27,7

Warna tidak tercantum Coklat bening Coklat Coklat keruh

Kedalaman (cm) tidak tercantum 20,0 117,0-170,0 198,0

Kecerahan (%) tidak tercantum 100 18,24-20,51 12,12

TSS (mg/l) 50 445 435 430 417 426 Kimia pH 6 - 9 6,771 6,665 6,633 6,756 6,698 DO** (mg/l) 4 1,7 1,4-1,7 1,3-1,6 1,5 1,5 BOD (mg/l) 3 2 2 8 7 8 Nitrat (mg/l) 10 0,095 0,085 0,101 0,104 0,096 Fosfat (mg/l) 0,2 0,084 0,057 0,079 0,03 0,025

Sumber : Data primer 2010 (diolah) Keterangan :

P : permukaan D : dekat dasar

* : baku mutu berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 kelas II ** : batas minimum yang diperbolehkan

4.2.1 Parameter fisika a. Suhu

Suhu perairan Situ Mustika berkisar antara 27,3°C sampai 29,1°C. Kondisi suhu rata-rata perairan Situ Mustika masuk kategori layak digunakan untuk kegiatan perikanan dan wisata air berdasarkan baku mutu air kelas II dalam Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

b. Warna

Warna perairan Situ Mustika pada umumnya berwarna coklat, yang mengindikasikan suspensi pada perairan relatif tinggi. Padatan tersuspensi yang nilainya lebih dari 400 mg/l di semua stasiun menyebabkan terhambatnya

penetrasi cahaya yang menentukan proses fotosintesis sehingga kelimpahan plankton rendah.

c. Kedalaman

Kedalaman Situ Mustika berkisar antara 20,0 cm sampai 198,0 cm (Tabel 9). Pada stasiun 1 (inlet), kedalaman air relatif dangkal dan di bagian tengah perairannya agak dalam dimana kedalaman air mencapai 1,5 meter. Bagian outlet merupakan bagian danau yang paling dalam dimana kedalamannya dapat mencapai 2 meter.

d. Kecerahan

Kecerahan perairan di Situ Mustika relatif rendah yang ditunjukan dengan daya tembus cahaya berkisar antara 12,12% sampai 20,51% kecuali kecerahan di inlet yang kedalamannya hanya 20,0 cm, yaitu 100%. Perairan yang keruh umumnya dipengaruhi oleh partikel dan padatan tersuspensi yang tinggi melalui air yang masuk dari inlet dan masukan lumpur yang terbawa air hujan akibat adanya pembukaan lahan di hutan produksi.

e. Total Suspended Solid (TSS)

Kekeruhan perairan Situ Mustika juga dapat diindikasikan dengan tingginya TSS yaitu berkisar 417-445 mg/l (Tabel 9). Kondisi TSS yang melebihi baku mutu disebabkan oleh adanya limpasan tanah dan lumpur yang masuk ke badan air dan adanya pengadukan oleh sepeda air. Tingginya limpasan lumpur karena adanya penebangan di hutan produksi yang letaknya berada di dataran yang lebih tinggi dari Situ Mustika dan terbawa oleh air hujan. Menurut Effendi (2003), TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Nilai TSS tertinggi berada di bagian inlet, hal ini disebabkan oleh kedalaman inlet yang dangkal sehingga air mudah bercampur dengan substrat dan pada saat pengambilan sampel menggunakan sepeda air sehingga terjadi pengadukan di bagian inlet.

4.2.2. Parameter kimia a. Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) perairan Situ Mustika umumnya normal yaitu 6,63-6,67 dan cenderung agak asam pada perairan yang agak dalam (Tabel 9). Kisaran

nilai pH ini menunjukkan bahwa Situ Mustika sesuai sebagai sarana wisata air dan perikanan karena masih berada dalam kisaran baku mutu air kelas II dalam Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, yaitu antara 6 – 9.

b. Oksigen terlarut (Dissolved oxygen/DO)

Oksigen terlarut di perairan Situ Mustika umumnya relatif rendah yaitu 1,3-1,7 mg/l (Tabel 9). Konsentrasi oksigen terlarut tidak memenuhi baku mutu berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 kelas II, yaitu nilai DO minimum 4 mg/l. Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan sebagian besar merupakan hasil sampingan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Novotny & Olem 1994). Nilai oksigen terlarut yang kecil disebabkan oleh kecerahan yang relatif dangkal dan warna perairan yang berwarna coklat, sehingga cahaya yang masuk ke perairan sedikit dan fotosintesis yang berlangsung sedikit. Oksigen terlarut yang rendah berdampak pada kelimpahan biota yang hidup di perairan Situ Mustika. Kelimpahan dan keanekaragaman ikan di perairan Situ Mustika sedikit karena kandungan oksigen untuk bernapas rendah. Plankton yang memanfaatkan oksigen untuk hidup dan juga merupakan pakan alami ikan, memiliki kelimpahan sedikit, hal ini juga yang menyebabkan kelimpahan ikan di perairan sedikit karena pakan alami yang tersedia jumlahnya sedikit.

c. Kebutuhan oksigen biokimiawi (Biochemical oxygen demand/BOD)

Kebutuhan oksigen biokimiawi atau Biochemical Oxygen Demand (BOD) di Situ Mustika adalah 2-8 mg/l (Tabel 9). Sebagian perairan Situ Mustika tidak baik karena tidak memenuhi persyaratan baku mutu air berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 kelas II yaitu tidak melebihi 3 mg/l. Di bagian inlet dan bagian tengah permukaan perairan, BOD masih memenuhi baku mutu, tetapi di bagian tengah dekat dasar dan di bagian outlet tidak memenuhi baku mutu. Tingginya BOD di dekat dasar perairan diduga karena adanya pembusukan hewan dan tumbuhan serta limpasan air yang membawa bahan organik yang terakumulasi di dasar. Menurut Jeffries & Mills (1996) in Effendi (2003), perairan alami memiliki nilai BOD antara 0,5-7,0 mg/l. Hal tersebut menunjukkan bahwa Situ Mustika masih sesuai bagi pertumbuhan organisme perairan. Tingginya kandungan BOD di perairan Situ Mustika memacu aktivitas perombakan bahan organik yang

mengakibatkan konsumsi akan oksigen tinggi, hal ini yang menyebabkan oksigen terlarut di perairan Situ Mustika rendah.

d. Nitrat

Kandungan nitrat di perairan Situ Mustika relatif rendah bagi kehidupan biota air, yaitu 0,085 – 0,104 mg/l (Tabel 10). Menurut Volenweider (1969) in Effendi, (2003), Situ Mustika tergolong ke dalam perairan oligotrofik karena memiliki kadar nitrat antara 0 – 1 mg/l. Kadar nitrat yang sedikit diakibatkan oleh tidak adanya masukan limbah pertanian dan domestik yang masuk ke perairan.

e. Fosfat

Kandungan fosfat di Situ Mustika berkisar antara 0,025 – 0,084 mg/l (Tabel 9). Kadar ini masih di bawah baku mutu air kelas II dalam PP No. 82 tahun 2001, yaitu batas maksimum 0,2 mg/l, sehingga Situ Mustika sesuai untuk kegiatan wisata air dan perikanan.

4.2.3. Parameter biologi

Komunitas plankton di perairan Situ Mustika terdiri dari 8 genus fitoplankton yang tergolong ke dalam 3 kelas yaitu Cyanophyceae (1 genus), Chlorophyceae (4 genus), dan Bacillariophyceae (3 genus) serta 4 genus zooplankton yang tergolong ke dalam 2 kelas yaitu Rotifera (1 genus) dan Arthropoda (3 genus). Jenis fitoplankton yang mendominasi adalah Nitzschia dari kelas Bacillariophyceae dengan kelimpahan 51 individu/Liter. Situ Mustika termasuk perairan yang oligotrofik sesuai pernyataan Wetzel (2001) in Maulana (2010), bahwa danau oligotrofik memiliki struktur komunitas fitoplankton didominasi oleh kelas Cryptophyceae, Dinophyceae, dan Bacillariophyceae.

Kelimpahan plankton relatif rendah di kawasan Situ Mustika. Hal ini disebabkan oleh kadar nitrat dan fosfat yang rendah. Fosfat dan nitrat merupakan elemen utama di perairan. Nitrat sebagai nutrien utama di perairan merupakan sumber nutrien bagi fitoplankton. Konsentrasi nitrat yang rendah di perairan Situ Mustika menyebabkan nutrien bagi fitoplankton juga rendah. Hal ini menyebabkan sedikitnya kelimpahan fitoplankton yang dapat tumbuh dan bertahan di perairan ini. Kelimpahan fitoplankton yang rendah di perairan mempengaruhi kelimpahan zooplankton. Zooplankton memakan fitoplankton untuk bertahan hidup. Apabila kelimpahan fitoplankton sedikit, maka kelimpahan zooplankton juga rendah

karena kelimpahan makanan bagi zooplankton juga rendah. Hal ini ditunjukkan oleh kelimpahan zooplankton yang ditemui di perairan Situ Mustika relatif kecil yaitu berkisar antara 12-36 individu/liter (Tabel 10 dan 11).

Tabel 10. Kelimpahan fitoplankton di Situ Mustika

No Kelas Genus Kelimpahan (ind/Liter)

1 Bacillariophyceae Nitzschia 51 Synedra 12 Diatoma 30 2 Cyanophyceae Coelosphaerium 43 3 Chlorophyceae Botryococcus 12 Mougeotia 20 Penium 12 Cosmarium 12

Sumber : Data primer 2010 (diolah)

Dokumen terkait