• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera terletak di Jalan Raya Pajajaran No. 38 D Bogor. Panti ini berdiri sejak tahun 1996 berdasarkan pertemuan “Ikatan kekerabatan/kekeluargaan Tio Chiu”. Pertemuan ini menghasilkan gagasan-gagasan, salah satunya muncul gagasan mulia dengan tujuan mengadakan bentuk kegiatan yang berarti, bukan untuk kalangan terbatas, namun untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas. Gagasan ini dapat terwujud, dengan membangun dan membentuk sebuah panti yang diberi nama “Panti Werdha Salam Sejahtera” di bawah naungan “Yayasan Kasih Mulia Sejahtera”. Pembangunan panti ini di atas sebidang tanah seluas 3.600 m2

yang merupakan lahan dari seorang anggota Yayasan Kasih Mulia Sejahtera. Adapun fasilitas yang tersedia di dalam panti dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Fasilitas yang tersedia di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera

No Jenis Ruangan Jumlah Fungsi 1 Administrasi

a. R. Sekretariat 1 sebagai pusat informasi b. R. Rapat 1 sebagai tempat pertemuan 2 R. Kesehatan

a. Poliklinik 1 sebagai tempat perawatan kesehatan bagi lansia.

3 R. Hiburan

a. R.Karaoke 1 salah satu sarana hiburan b. R.Perpustakaan 1 sebagai tempat membaca c. Serbaguna 1 sebagai tempat berkumpul

d. Gazebo 1 sebagai tempat untuk berhandai taulan dengan sesama penghuni panti. 4 R. Ibadah 2 sebagai tempat untuk beribadah 5 R. Penyelenggaraan Makanan

a. R. Penyimpanan Bahan 1 sebagai tempat untuk menyimpan bahan makanan kering.

b. Dapur 1 sebagai tempat untuk pengolahan bahan makanan

c. R. Makan 1 sebagai tempat untuk makan bersama. Ruangan ini berkapasitas 150 orang 6 R. Beristirahat

a. Wisma A 26

sebagai tempat istirahat b. Wisma B 9

c. Wisma C 26 d. Wisma D 75

7 R. Binatu 1 sebagai tempat penyimpanan pakaian

Tenaga kerja yang ada di panti berjumlah 25 orang yang meliputi tenaga administrasi, pengurus harian, perawat, pengolah makanan dan tenaga keamanan. Jam kerja dimulai pukul 09.00-16.00 WIB, terkecuali bagi tenaga

pengolah makanan dan keamanan. Adapun struktur organisasi harian di Panti Werda Salam Sejahtera Bogor dapat dilihat pada Lampiran 1.

Penyelenggaraan Makanan di Panti

Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera mengelola penyelenggaraan makanan sendiri tanpa menggunakan jasa katering. Penyelenggaraan makanan dilaksanakan di dalam panti tersebut, dimana panti menyediakan dapur dan tenaga pengolah makanan sendiri. Setiap harinya, Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera menyediakan makanan untuk 90 orang, dengan rincian lansia sebanyak 65 orang serta tenaga kerja harian 25 orang. Makanan yang disajikan merupakan makanan lengkap yang terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan buah. Makanan selingan juga diberikan setiap harinya dengan frekuensi sebanyak satu kali diantara waktu makan siang dan makan malam. Sumber Daya Manusia

Proses pengolahan bahan makanan di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera dibantu oleh tiga orang tenaga pengolah makanan, terdiri dari dua orang laki-laki dan satu orang perempuan. Jam kerja mulai pukul 03.00 WIB – 19.00 WIB. Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan makanan di panti dapat dilihat dari beberapa aspek, seperti pembagian dalam bekerja, status pendidikan tenaga pengolah serta kesesuaian jumlah tenaga pengolah (Depkes 2011). Sumber daya manusia dalam proses penyelenggaraan makanan di panti dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sumber daya manusia di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera No Aspek Sumber Daya Manusia

Penerapan Memenuhi Tidak

Memenuhi 1. Memperhatikan pembagian kerja dalam bekerja 0 1

2. Memperhatikan status pendidikan 0 1

3. Memperhatikan kesesuaian jumlah tenaga 1 0

Total 1 2

Nilai (%) 33,3 66,7

Tabel 6 menggambarkan bahwa sumber daya manusia dalam proses penyelenggaraan makanan di panti termasuk ke dalam kategori kurang baik. Sebagian besar (66,7%) masih belum memperhatikan pembagian kerja serta status pendidikan dari sumber daya yang ada dan sebesar 33,3% memperhatikan kesesuaian dalam jumlah tenaga yang dibutuhkan pada proses penyelenggaraan makanan. Pembagian kerja untuk setiap orang belum jelas/spesifik, semua orang terlibat pada proses pengolahan, mulai dari persiapan, memasak, pemorsian, penyajian, serta pencucian peralatan. Secara

umum, kualitas sumberdaya secara formal maupun informal pengolah dapat dikatakan kurang, mengingat latar belakang pendidikan sebagai tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sehingga masih rendahnya pengetahuan yang dimiliki dalam proses pengolahan bahan makanan. Menurut Mukrie et al. (1990) untuk setiap 15-30 porsi makanan yang diproduksi, memerlukan seorang juru masak. Tenaga pengolah di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera termasuk dalam kategori baik.

Menurut Moehyi (1992), masalah ketenagaan merupakan titik yang paling lemah dalam penyelenggaraan makanan, baik yang bersifat komersial maupun non komersial. Penyelenggaraan makanan di berbagai institusi terutama non komersial, seperti di panti, asrama, dan lembaga pemasyarakatan hanya menggunakan tenaga-tenaga juru masak yang mengandalkan bakat alamiah semata. Jumlah tenaga dalam penyelenggaraan makanan juga harus diperhitungkan sesuai dengan beban tugas yang harus dilakukan. Tenaga yang melebihi kebutuhan akan menjadi beban terutama pada penyelenggaraan makanan komersial, sebaliknya kekurangan tenaga akan menyebabkan ketidaklancaran berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan makanan.

Dana Penyelenggaraan Makanan

Proses penyelenggaraan makanan di panti ini dapat berjalan dengan adanya sumberdaya lainnya, yaitu dana. Dana diperoleh dari iuran bulanan masing-masing lansia yang disesuaikan dengan wisma yang ditempati. Adapun rincian biaya, yaitu wisma A dan C dikenakan Rp. 750.000,-/bulan, wisma B Rp. 1.250.000,-/bulan, dan wisma D Rp.2.800.000/bulan. Perbedaan ini disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia di masing-masing wisma. Selain dari iuran rutin bulanan, dana juga diperoleh dari sumbangan para donatur kepada pihak panti. Sarana Fisik dan Peralatan

Sarana fisik dan peralatan dalam penyelenggaraan makanan di panti merupakan hal yang sangat diperlukan. Menurut Depkes (2011) sarana fisik dapat diukur dengan melihat ada/tidaknya pembagian ruang dalam proses penyelenggaraan makanan, memperhatikan luas bangunan yang digunakan dan juga kontruksi, pencahayaan serta pertukaran udara selama proses penyelenggaraan makanan berlangsung. Sarana fisik dan peralatan di panti dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Sarana fisik dan peralatan di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera

No Sarana Fisik dan Peralatan

Penerapan Memenuhi Tidak

Memenuhi Fisik

1. Memperhatikan pembagian ruangan 1 0

2. Memperhatikan luas bangunan 1 0

3. Memperhatikan konstruksi, pencahayaan dan pertukaran udara

1 0

Peralatan

4. Tersedianya alat persiapan – pengolahan 1 0 5. Memperhatikan jumlah alat yang dibutuhkan 1 0 6. Memperhatikan penyimpanan peralatan 0 1

Total 5 1

Nilai (%) 83,3 16,7

Berdasarkan Tabel 7, sarana fisik dan peralatan yang terdapat di panti termasuk ke dalam kategori baik (83,3%). Ruang penyelenggaraan makanan di panti terdiri dari ruang pengolahan bahan makanan, ruang penyimpanan peralatan makan, ruang penyimpanan bahan makanan serta ruang pemorsian. Adapun sarana fisik dan peralatan tersebut antara lain:

1. Ruang makan dan dapur dalam kondisi baik. 2. Peralatan masak yang cukup memadai.

3. Sarana penunjang bagi ruang makan dan dapur, yaitu meja dan kursi makan, tempat sampah serta sarana pencucian alat dan bahan makanan. 4. Perabotan, seperti peralatan dapur, peralatan makan, lemari penyimpanan

bahan makanan, dan lemari penyimpanan peralatan dapur.

Peralatan yang dimiliki oleh panti sudah cukup, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Meskipun demikian, penataan alat pada saat penyimpanan belum maksimal sehingga peluang kontaminasi silang antar peralatan masih dapat terjadi. Ruang produksi makanan berada di area belakang panti dengan luas sekitar 4 x 6 m2. Ruang pengolahan memiliki ventilasi dan pencahayaan yang sudah cukup. Lantai ruang pengolahan menggunakan keramik. Kondisi lantai dan dinding serta atap cukup baik dan bersih. Denah dapur dan fasilitas dalam proses penyelenggaraan makanan, dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 4..

Proses Penyelenggaraan Makanan

Berdasarkan Depkes (2011), proses penyelenggaraan makanan mencakup kegiatan/subsistem penyusunan anggaran belanja makanan penyediaan/pembelian bahan makanan, persiapan dan pemasakan makanan,

penilaian dan distribusi makanan, pencatatan, pelaporan, dan evaluasi yang dilaksanakan dalam rangka penyediaan makanan bagi kelompok masyarakat di suatu institusi.

Perencanaan Menu

Perencanaan menu meliputi penentuan hidangan menu, memilih dan membeli bahan makanan yang baik serta mengolahnya. Perencanaan menu harus disesuaikan dengan anggaran yang ada dengan mempertimbangkan jumlah pasien yang akan diberi makan, kebutuhan gizi dan variasi bahan makanan yang tersedia. Menu seimbang diperlukan untuk menunjang kesehatan, namun agar menu yang disediakan dapat dihabiskan, maka perlu disusun variasi menu yang baik, dari aspek komposisi, warna, rasa, rupa, dan kombinasi masakan yang serasi (Mukrie et al. 1990).

Perencanaan menu dapat dinilai dari berbagai aspek, seperti adanya petugas perencanaan menu, memperhatikan siklus menu, ketersediaan bahan makanan, dana yang tersedia, kebutuhan gizi konsumen, evaluasi menu serta keterlibatan ahli gizi dalam proses perencanaan menu (Depkes 2011). Perencanaan menu di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Perencanaan menu di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera

No Perencanaan Menu

Penerapan Memenuhi Tidak

Memenuhi

1. Adakah petugas perencanaan menu 1 0

2. Memperhatikan siklus menu 1 0

3. Memperhatikan ketersediaan bahan yang ada di pasar 1 0 4. Memperhatikan dana yang tersedia 1 0 5. Memperhatikan kebutuhan gizi konsumen 0 1

6. Memperhatikan evaluasi menu 1 0

7. Melibatkan ahli gizi 0 1

Total 5 2

Nilai (%) 71,4 28,6

Tabel 8 menggambarkan bahwa perencanaan menu yang dilakukan di panti termasuk ke dalam kategori cukup baik (71,4%). Perencanaan menu dilakukan oleh bagian pengelola makanan yang merangkap sebagai pelaksana tata usaha, yang sebelumnya telah didiskusikan oleh bagian keuangan dan ketua pelaksana harian panti. Siklus menu yang digunakan adalah tujuh hari, dapat dilihat pada Lampiran 3. Komposisi menu secara umum terdiri dari makanan pokok, lauk hewani lauk nabati sayuran dan buah serta satu kali selingan. Menu yang digunakan ini diperoleh dari resep-resep yang sudah ada sebelumnya dan

dimodifikasi sesuai dengan ketersediaan bahan makanan. Proses perencanaan menu di panti belum melibatkan ahli gizi dan belum memperhitungkan kebutuhan gizi pada tiap lansia. Menu yang sudah ada, akan dievaluasi setiap satu atau dua bulan sekali.

Pembelian, Penerimaan, dan Penyimpanan Bahan Makanan

Pembelian bahan makanan untuk bahan makanan basah seperti sayur dan bahan pangan hewani serta nabati dilakukan setiap hari, dimana sayuran dikirim langsung oleh rekanan setiap malam sedangkan bahan lainnya dibeli secara langsung ke beberapa pasar yang terdapat di Kota Bogor. Bahan makanan kering seperti beras dilakukan pembelian setiap sebulan sekali, namun untuk bahan kering lain seperti bihun, mie kering, bumbu-bumbu dilakukan pembelian dalam jangka waktu dua minggu sekali.

Penerimaan bahan makanan merupakan suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan, meneliti, mencatat, dan melaporkan macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan (Depkes 2006). Secara umum, penyelenggaraan makanan di panti belum dilengkapi dengan ruang penerimaan bahan. Setelah belanja atau ketika barang datang dari rekanan, bahan makanan langsung diterima dan disimpan di tempat penyimpanan.

Pembelian sekaligus penerimaan bahan makanan untuk lauk hewani dan nabati dilakukan setiap hari secara langsung di pasar. Sementara itu, pemeriksaan jumlah, jenis dan spesifikasi dilakukan langsung di tempat pembelian. Apabila terdapat barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi maka barang akan langsung dikembalikan dan ditukarkan. Hal yang sama juga diberlakukan untuk sayuran, dimana dalam perjanjian kerjasama, pihak panti memiliki syarat yang harus dipenuhi oleh rekanan, seperti sayur dalam kondisi segar, tidak layu ataupun busuk.

Penyimpanan merupakan faktor penting, karena tidak semua bahan makanan dapat diolah dengan segera terutama untuk pembelian dalam jumlah banyak. Tempat penyimpanan bahan makanan yang dimiliki panti berupa lemari es dua pintu, lemari pendingin berukuran kecil, serta lemari dan rak-rak khusus untuk bahan makanan lainnya. Pelaksanaan kegiatan penyimpanan, dilakukan pemisahan antara bahan makanan basah dan kering. Bahan makanan kering disimpan dalam lemari dan rak-rak khusus, sedangkan bahan makanan basah disimpan di lemari es. Pemeriksaan jumlah bahan makanan dilakukan setiap kali

akan dilakukan pembelian. Pengontrolan kelayakan bahan makanan kering dilakukan melalui tanggal kadalursa dari masing-masing jenis makanan.

Pembelian dan penyimpanan bahan makanan dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti memperhatikan jangka waktu dan kualitas bahan makanan pada saat pembelian, penerapan sistem FIFO (First In First Out), tempat dan suhu dalam penyimpanan bahan makanan (Depkes 2011). Pembelian dan penyimpanan bahan makanan di panti dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Pembelian dan penyimpanan bahan makanan di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera

No Pembelian dan Penyimpanan

Penerapan Memenuhi Tidak

Memenuhi Pembelian

1. Memperhatikan jangka waktu pembelian bahan makanan

1 0

2. Memperhatikan kualitas bahan makanan 1 0 Penyimpanan

3. Memperhatikan sistem FIFO 0 1

4. Memperhatikan tempat penyimpanan bahan makanan 1 0 5. Memperhatikan suhu penyimpanan bahan makanan 0 1

Total 3 2

Nilai (%) 60 40

Berdasarkan Tabel 9, perencanaan dan penyimpanan dalam proses penyelenggaraan makanan di panti termasuk ke dalam kategori cukup baik (60%) dengan memperhatikan jangka waktu serta kualitas bahan makanan serta tempat penyimpanan bahan makanan yang akan digunakan.

Pengolahan Bahan Makanan

Kegiatan pengolahan makanan menjadi tanggung jawab pelaksana pengolah makanan yang berjumlah tiga orang. Tempat pengolahan makanan juga harus memenuhi persyaratan teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan dan dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan hewan lainnya. Pengolahan bahan makanan di panti dapat dilihat dari pembagian proses dalam pengolahan (persiapan dan pemasakan), memperhatikan standar porsi serta penggunaan bahan tambahan pangan dalam proses penyelenggaraan makanan (Depkes 2011). Pengolahan bahan makanan di panti dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Pengolahan bahan makanan di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera No Pengolahan Penerapan Memenuhi Tidak Memenuhi 1. Pengolahan terbagi dalam dua tahap 1 0

2. Memperhatikan standar porsi 0 1

3. Memperhatikan pemakaian bahan tambahan pangan 0 1

Total 1 2

Nilai (%) 33,3 66,7

Tabel 10 menggambarkan bahwa pengolahan bahan makanan dalam proses penyelenggaraan makanan di panti termasuk ke dalam kategori kurang baik (33,3%). Pengolahan bahan makanan dilakukan dengan dua tahapan pengerjaan, yaitu persiapan dan pemasakan/pematangan. Bahan makanan yang telah diterima selanjutnya dilakukan persiapan baik pemotongan serta pembumbuan oleh tenaga pengolah. Bahan makanan yang telah melalui proses persiapan kemudian diolah. Standar porsi dalam proses pengolahan tidak ada secara tertulis.

Proses pengolahan dilakukan tiga kali dalam satu hari, yaitu pukul 03.00 - 05.30 untuk makan pagi, pukul 08.00-11.30 untuk makan siang, dan pukul 15.00-17.30 untuk makan malam. Lansia juga mendapat selingan sebanyak satu kali, dimana makanan yang disajikan merupakan makanan yang tidak diproduksi sendiri, melainkan membelinya secara rutin ke pasar terdekat. Selain itu, pada hari tertentu yaitu hari Senin dan Kamis, pihak panti mengadakan acara minum susu bersama, dimana masing-masing lansia mendapatkan satu gelas susu pada saat waktu selingan.Contoh hidangan yang disajikan di panti dapat dilihat pada Lampiran 5.

Distribusi Makanan

Distribusi dan penyajian makanan merupakan kegiatan terakhir dalam proses penyelenggaraan makanan. Pada tahap pendistribusian dan penyajian ini, perlu diperhatikan beberapa hal, seperti makanan harus didistribusikan dan disajikan tepat waktu, makanan yang disajikan harus sesuai dengan jumlah atau porsi yang telah ditentukan, dan kondisi makanan/temperatur makanan yang disajikan juga harus sesuai (Depkes 2011). Distribusi makanan dapat dilihat pada Tabel 11.

Berdasarkan Tabel 11, distribusi makanan yang dilakukan di panti termasuk ke dalam kategori kurang baik (33,3%) dilihat dari tidak sesuainya jumlah serta temperatur dalam pemberian makanan. Persiapan penyajian

makanan dilakukan oleh tenaga pengolah. Penyajian makanan untuk lansia menggunakan alat saji plato ataupun tempat makan bersekat.

Tabel 11 Distribusi makanan di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera No Distribusi Makanan

Penerapan Memenuhi Tidak

Memenuhi

1. Memperhatikan ketepatan waktu 1 0

2. Memperhatikan ketepatan jumlah 0 1

3. Memperhatikan temperature makanan 0 1

Total 1 2

Nilai (%) 33,3 66,7

Makanan yang telah matang diporsikan langsung ke alat saji kemudian didistribusikan ke ruang makan yang letaknya berdampingan dengan ruang pengolahan makanan. Proses pemorsian dan pendistribusian makanan juga dibantu oleh perawat dari masing-masing wisma.

Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan dalam penyelenggaraan makanan dapat dinilai dari ada/tidaknya pencatatan dari setiap kegiatan yang dilakukan serta kontinuitas pelaporan secara berkala (Depkes 2011). Pelaporan yang dilakukan dalam pelaksanaan pengelolaan makanan di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera adalah pelaporan tentang keuangan. Pelaporan merupakan keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional untuk menjamin bahwa kegiatan telah sesuai dengan rencana. Pengelola makanan mencatat setiap biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku. Pencatatan dan pelaporan di panti dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Pencatatan dan pelaporan di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera

No Pencatatan dan Pelaporan

Penerapan Memenuhi Tidak

Memenuhi 1. Membuat catatan untuk setiap kegiatan yang dilakukan 1 0 2. Melakukan pelaporan secara berkala 1 0

Total 2 0

Nilai (%) 100 0

Berdasarkan Tabel 12, pencatatan serta pelaporan dalam proses peyelenggaraan makanan di panti termasuk ke dalam kategori baik (100%) Pencatatan dilakukan dengan meng-entry pengeluaran ke dalam komputer. Pelaporan dilaksanakan setiap satu minggu kepada ketua pelaksana harian panti. Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu bentuk dari pengawasan dan pengendalian.

Higiene dan Sanitasi

Aspek sanitasi lingkungan di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera dalam menjaga kualitas makanan sangat diperhatikan, namun hal ini tidak sejalan dengan higiene perorangan. Aspek higiene dan sanitasi dapat dinilai dari kelengkapan pakaian dan alat yang digunakan serta perilaku tenaga pengolah selama proses penyelenggaraan makanan berlangsung, selain itu ketersediaan alat penunjang kebersihan yang tersedia (Depkes 2011). Higiene dan sanitasi di panti dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Higiene dan sanitasi di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera No Aspek Higiene dan Sanitasi

Penerapan Memenuhi Tidak

Memenuhi Higiene

1. Menggunakan penjepit makanan 0 1

2. Memakai pelindung kepala 0 1

3. Menggunakan celemek 0 1

4. Tidak merokok selama memasak 1 0

5. Tenaga pengolah bebas dari penyakit 1 0 Sanitasi

6. Halaman bersih 1 0

7. Ruang pengolahan dalam keadaan bersih 1 0 8. Tersedia tempat sampah yang cukup 1 0

Total 5 3

Nilai (%) 62,5% 37,5

Tabel 13 menggambarkan higiene dan sanitasi di panti termasuk ke dalam kategori cukup baik (62,5%). Aspek higiene belum sepenuhnya dipenuhi terutama menyangkut pemeliharaan higiene perorangan yang terlibat dalam kegiatan pengolahan dan persiapan penyajian makanan. Tenaga pengolah dan penyaji belum dilengkapi dengan penjepit makanan, penutup kepala serta celemek. Hal ini penting untuk diperhatikan, karena dapat menimbulkan pencemaran terhadap makanan yang disajikan. Menurut Moehyi (1992) untuk penerapan higiene perorangan, karyawan perlu dilengkapi dengan pakaian kerja khusus seperti sarung tangan, alat penjepit makanan dan alat penutup kepala serta badan.

Penilaian Umum Penyelenggaraan Makanan

Sistem penyelenggaraan makanan di panti meliputi input (sumber daya manusia, sarana fisik dan peralatan) dan proses (perencanaan menu, pembelian bahan pangan, penyimpanan bahan pangan, pengolahan bahan pangan, distribusi makanan, pencatatan dan pelaporan serta higiene perorangan dan

sanitasi). Penilaian umum penyelenggaraan makanan di panti dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Aspek penyelenggaraan makanan di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera

No Aspek Penyelenggaraan Makanan Penilaian

Sudah diterapkan Belum diterapkan

1. Sumber daya manusia 1 2

2. Sarana fisik dan peralatan 5 1

3. Perencanaan menu 5 2

4. Pembelian & penyimpanan bahan makanan 3 2

5. Pengolahan bahan makanan 1 2

6. Distribusi makanan 1 2

7. Pencatatan dan pelaporan 2 0

8. Higiene dan sanitasi 5 3

Total 23 14

Nilai (%) 62 38

Tabel 14 menggambarkan bahwa secara umum penyelenggaraan makanan di panti temasuk ke dalam kategori cukup baik (62%). Mayoritas aspek penyelenggaraan makanan yang sudah diterapkan lebih banyak dibandingkan yang belum.

Karakteristik Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah lansia laki-laki dan perempuan yang berusia ≥ 60 tahun. Jumlah keseluruhan adalah 32 orang yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 20 orang perempuan. Berdasarkan Tabel 15, dapat diketahui sebagian besar contoh berada pada rentang usia 75-90 tahun (65,6%) baik laki-laki (66,7%) maupun perempuan (65%). Berdasarkan pendidikan terakhir, contoh merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD) (68,8%) baik laki-laki (83,3%) maupun perempuan (60%). Jika dilihat dari pekerjaan contoh terdahulu sebelum masuk panti, contoh laki-laki berprofesi sebagai karyawan swasta (83,3%) dan perempuan berprofesi sebagai biarawati serta pengasuh anak (70%) dengan status pernikahan sebagai janda/duda (90,6%). Sebaran contoh dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status pernikahan

Kategori

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total

n % n % n % Usia (tahun) 60-74 4 33,3 6 30,0 10 31,2 75-90 8 66,7 13 65,0 21 65,6 > 90 0 0 1 5,0 1 3,1 Total 12 100 20 100 32 100 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah 1 8,3 2 10,0 3 9,4 SD 10 83,3 12 60,0 22 68,8 SMP 1 8,3 6 30,0 7 21,9 Total 12 100 20 100 32 100 Pekerjaan Tidak Bekerja 0 0 2 10,0 2 6,2 PNS 0 0 2 10,0 2 6,2 Karyawan Swasta 10 83,3 0 0 10 31,2 Wiraswasta 0 0 2 10,0 2 6,2 Lainnya 2 16,7 14 70,0 16 50,0 Total 12 100 20 100 32 100 Status Pernikahan Tidak Menikah 1 8,3 2 10,0 3 9,4 Janda/Duda 11 91,7 18 90,0 29 90,6 Total 12 100 20 100 32 100

Sumber Pendapatan dan Anjuran Masuk Panti

Sumber pendapatan merupakan sumber dana yang digunakan contoh untuk membayar uang sewa kamar serta kebutuhan lainnya yang diperoleh dari pihak panti. Pada umumnya, sumber pendapatan ini berjalan seiring dengan anjuran contoh untuk tinggal di panti. Berikut sebaran contoh berdasarkan sumber pendapatan dan anjuran masuk panti pada Tabel 16 dan 17.

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan sumber pendapatan

Sumber Pendapatan n %

Sosial 1 3,1

Keluarga 31 96,9

Total 32 100

Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh memiliki sumber pendapatan yang diperoleh dari pihak keluarga (96,9%) seperti anak, cucu ataupun kerabat dekat lainnya. Hanya satu orang (3,1%) memperoleh sumber pendapatan yang berasal dari dana sosial. Dana sosial ini berasal dari iuran yang diberikan oleh relawan setiap bulannya.

Terdapat beberapa alasan lansia untuk tinggal dan menetap di panti. Tidak adanya tenaga pengurus serta kemudahan dalam pengawasan merupakan alasan utama yang mendorong pihak keluarga untuk menitipkan contoh di panti. Selain karena dorongan keluarga, terdapat juga alasan lainnya yaitu atas

kemauan diri dan keinginan bersosialisasi dengan teman sebaya serta anjuran dari berbagai pihak lainnya. Sebagian besar contoh juga menyatakan, bahwa sebelumnya tidak pernah tinggal di panti werdha (96,9%), hanya (3,1%) saja yang menyatakan sempat menghuni di panti lain.

Dokumen terkait