• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsumsi Bahan Kering

Konsumsi bahan kering kelinci Rex jantan lepas sapih dihitung dari total konsumsi ransum yang diberikan dan dihitung berdasarkan kandungan bahan keringnya. Pengambilan data konsumsi bahan kering diambil selama 7 hari terakhir dari masa pemeliharaan kelinci Rex jantan. Data konsumsi bahan kering kelinci Rex jantan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan konsumsi bahan kering pakan pada kelinci Rex jantan (g/ekor/hari) Perlakuan Ulangan Total Rataan ± sd U1 U2 U3 P0 118,72 114,37 121,33 354,42 118,14±3,51 P1 114,42 110,41 118,31 343,15 114,38±3,94 P2 122,47 127,75 126,62 376,85 125,61±2,78 P3 115,77 116,65 111,38 343,80 114,59±2,82 P4 106,67 105,30 100,94 312,91 104,30±2,99 P5 - 98,30 101,79 200,08 100,04±2,46 P6 89,80 - 98,55 188,35 94,17±6,18

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa konsumsi bahan kering tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (kulit pisang raja difermentasi MOL 30%) sebesar 125,61 g/ekor/hari, sedangkan konsumsi bahan kering terendah terdapat pada perlakuan P6 (kulit pisang raja difermentasi Trichoderma harzianum 45%) sebesar 94,17.

Hal ini menggambarkan bahwa ternak kelinci Rex jantan menyukai kulit pisang raja difermentasi MOL pada level 30%. Ini tampak dari data bahwa semakin tinggi level yang diberikan, semakin rendah pula konsumsi bahan kering yang ditunjukkan. Perbedaan konsumsi bahan kering ini juga

dipengaruhi oleh tingkat palatabilitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Williamson dan Payne (1993), yang menyatakan bahwa pengukuran konsumsi

pakan dipengaruhi oleh perbedaan ternak, dan palatabilias pakan. Konsumsi pakan juga mempunyai hubungan dengan kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan konsumsi pakan ternak menjadi berbeda.

Konsumsi Bahan Organik

Konsumsi bahan organik diperoleh dengan mengalikan konsumsi ransum dengan kandungan bahan kering dan bahan organik yang diperoleh dari data analisis di laboratorium. Data rataan konsumsi bahan organik dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan konsumsi bahan organik pakan pada kelinci Rex jantan (g/ekor/hari) Perlakuan Ulangan Total Rataan ± sd U1 U2 U3 P0 113,21 108,53 110,87 332,61 110,87±2,34 P1 108,89 107,42 105,97 322,28 107,42±1,46 P2 121,64 125,86 124,35 371,85 123,95±2,13 P3 109,72 108,68 107,31 325,71 108,57±1,20 P4 104,41 100,98 103,67 309,06 103,02±1,80 P5 - 97,95 100,32 198,27 99,13±1,67 P6 86,84 - 97,87 184,71 92,35±7,79

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa konsumsi bahan organik tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (kulit pisang raja difermentasi MOL 30%) sebesar 123,95 g/ekor/hari, sedangkan konsumsi bahan kering terendah terdapat pada perlakuan P6 (kulit pisang raja difermentasi Trichoderma harzianum 45%) sebesar 92,35.

Secara pengamatan dapat diketahui bahwa pemberian berbagai level kulit pisang raja yang difermentasi memberikan hasil yang sejalan dengan konsumsi bahan kering kelinci Rex jantan dimana konsumsinya menurun seiring meningkatnya level pemberian kulit pisang raja fermentasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kamal (1994), yang menyatakan bahwa konsumsi bahan kering memiliki hubungan searah dengan konsumsi bahan organik yaitu apabila konsumsi bahan kering tinggi maka dapat meningkatkan konsumsi bahan organik juga tinggi.bahan kering terdiri dari bahan organik berbanding lurus dengan besarnya konsumsi bahan kering.

Kecernaan Bahan Kering (KcBK)

Kecernaan bahan kering diperoleh dari konsumsi bahan kering dikurang pengeluaran feses dalam bentuk bahan kering dibagi dengan konsumsi bahan kering dan dikali 100%. Dari hasil penelitian diperoleh rataan kecernaan bahan kering yang tertera pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan kecernaan BK pakan kelinci Rex jantan selama 7 hari (%) Perlakuan Ulangan Rataan ± sd U1 U2 U3 P0 60,85 60,63 60,95 60,81±0.17 P1 61,66 61,39 61,87 61,64±0.24 P2 63,31 62,59 62,14 62,68±0.59 P3 60,30 60,16 60,57 60,35±0.21 P4 59,13 59,12 59,03 59,09±0.05 P5 - 57,87 58,41 58,14±0.38 P6 60,85 - 60,95 57,31±0.93

Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa tingkat konsumsi rataan yang terbesar adalah pada perlakuan P2 (ransum kulit pisang raja fermentasi MOL 30%) yaitu sebesar 62,68 dan terkecil adalah perlakuan P6 (ransum kulit pisang raja fermentasi Trichoderma harzianum 45%) yaitu sebesar 57,31. Nilai kecernaan bahan kering yang diperoleh pada penelitian ini bisa dikatakan sedang karena nilainya berada diatas 50% dan dibawah 70%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harahap (2011), yang menyatakan bahwa tingkat kecernaan akan menentukan seberapa besar gizi yang terkandung dalam bahan pakan secara potensial dapat dimanfaatkan untuk produksi ternak. Kecernaan nutrisi tinggi bila nilainya 70% dan rendah bila nilainya lebih kecil dari 50%.

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan kulit pisang raja fermentasi MOL dan Trichoderma harzianum dalam ransum terhadap KcBK kelinci Rex selama penelitian ialah pada Tabel 11.

Tabel 11. Analisis kecernaan kulit pisang raja fermentasi MOL dan Trichoderma harzianum terhadap kecernaan BK pakan pada kelinci Rex jantan SK DB JK KT F Hit  F tabel 

0,05 0,01 Perlakuan 6,00 54,75 9,12 64,99** 2,85 4,45 Galat 14,00 1,97 0,14

Total 20,00 56,71

Keterangan**= sangat nyata

Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa pemberian kulit pisang raja fermentasi MOL dan Trichoderma harzianum memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kecernaan bahan kering kelinci Rex jantan lepas sapih, hal ini disebabkan oleh ransum yang diberikan kepada ternak kelinci memiliki kandungan nutrisi yang lengkap, sehingga dapat meningkatkan daya cerna pakan itu sendiri dan yang mempengaruhi daya cerna tersebut adalah komposisi pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tilman et al., (1991) yang menyatakan bahwa yang mempengaruhi daya cerna adalah konsumsi pakan dan pakan dengan kandungan nutrisi yang lengkap akan meningkatkan daya cerna pakan itu sendiri.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian kulit pisang raja fermentasi MOL dan Trichoderma harzianum pada setiap perlakuan terrhadap kecernaan BK kelinci maka dilakukan uji ortogonal kontras yang tertera pada Tabel 12.

Tabel 12. Pembanding uji ortogonal kontras terhadap kecernaan BK pakan pada kelinci Rex jantan

SV F hitung F tabel 0.05 0.01 Perlakuan 64,99** 2,85 4,45 P0 vs P123 0,9974tn 4,60 8,86 P0Vs P456 12,2936** 4,60 8,86 P123vs P456 40,5885** 4,60 8,86 P1 vs P23 0,0270tn 4,60 8,86 P0vsP36 6,2233* 4,60 8,86 P4 vs P56 2,9730tn 4,60 8,86

Keterangan**= sangat nyata tn = tidak nyata

Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa pada perlakuan P0 ransum kulit pisang raja tanpa fermentasi 45% memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2 dan P3, dimana P1, P2, dan P3 adalah ransum kulit pisang raja yang difermentasi MOL dengan level yang berbeda-beda, yaitu 15%, 30%, dan 45%. Pada perlakuan P0 memberikan pengaruh berbeda sangat nyata dengan perlakuan P4, P5, dan P6, dimana P4, P5, P6 adalah ransum kulit pisang raja yang difermentasi Trichoderma harzianum dengan berbeda-beda, yaitu 15%, 30%, 45%. Pada perlakuan P1, P2, dan P3 tidak berbeda nyata dengan P4, P5, dan P6, diamana pada perlakuan ini terdapat perbandingan antara fermentasi MOL (P1, P2, dan p3) dengan fermentasi Trichoderma harzianum (P4, P5, dan P6). Pada perlakuan P1 ransum kulit pisang raja fermentasi MOL 15% berbeda sangat nyata dengan perlakuan P2, dan P3, diamana P2 ransum kulit pisang raja fermentasi MOL 30% dan P3 ransum kulit pisang raja fermentasi MOL 45%. Pada perlakuan P0 ransum tanpa fermentasi 45% kulit pisang raja berbeda nyata dengan perlakuan P3 dan P6, dimana P3 adalah ransum kulit pisang raja yang difermentasi dengan MOL dengan level 45% dan P6 ransum kulit pisang raja

difermentasi dengan Trichoderma harzianum dengan level 45%. Pada perlakuan P4 ransum kulit pisang raja fermentasi Trichoderma harzianum 15% tidak berbeda nyata dengan perlakuan P5 dan P6, diamana P5 dan P6 adalah ransum kulit pisang raja yang difermentasi mengguanakan Trichoderma harzianum dengan level 30% dan 45%. Dari hasil yang diperoleh bahwa fermentasi menggunakan MOL lebih meningkatkan daya cerna kelinci dikarenakan didalam MOL terdapat bakteri Lactobacillus sp yang baik dalam memfermentasi kulit pisang raja, sehingga hasil fermentasi memiliki bau, dan rasa yang harum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Buckle (1987) yang menyatakan bahwa Lactobacillus sp mampu memfermentasi bahan berupa sayuran dan buah-buahan dengan baik.

Kecernaan Bahan Organik (KcBO)

Kecernaan bahan kering diperoleh dari konsumsi BO dikurang pengeluaran feses dalam bentuk BO dibagi dengan konsumsi BO dan dikali 100%.Dari hasil penelitian diperoleh rataan kecernaan bahan organik pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan kecernaan BO pakan kelinci Rex jantan selama 7 hari (%)

Perlakuan Ulangan Rataan ± sd

U1 U2 U3 P0 66,53 66,79 66,75 66,69±0,14 P1 66,50 66,62 67,01 66,71±0,26 P2 69,42 68,81 68,45 68,89±0,49 P3 66,14 66,03 66,34 66,17±0,16 P4 63,99 63,81 63,69 63,83±0,15 P5 - 64,41 62,98 63,70±1,01 P6 63,49 - 63,78 63,63±0,21

Dari Tabel 13 terlihat bahwa tingkat konsumsi rataan yang terbesar adalah pada perlakuan P2 (ransum kulit pisang raja fermentasi MOL 30%) yaitu sebesar 68,89 dan terkecil adalah perlakuan P6 (ransum kulit pisang raja fermentasi Trichoderma harzianum 45%) yaitu sebesar 63,63. Kecernaan bahan orgaanik yang berbeda sangat nyata disebabkan kecernaan bahan kering yang berbeda sangat nyata pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tillman et al (1998) yang menyatakan bahwa kecernaan bahan kering dan bahan organik saling berhubungan, disebabkan karena berdasarkan komposisi kimianya bahan pakan dibedakan menjadi bahan anorganik (abu) dan bahan organik.

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan kulit pisang raja fermentasi MOL dan Trichoderma harzianum dalam ransum terhadap KcBO kelinci selama penelitian ialah pada Tabel 14.

Tabel 14. Analisis kecernaan kulit raja pisang fermentasi MOL dan Trichoderma harzianum terhadap kecernaan BO pakan pada kelinci Rex jantan

SK DB JK KT F Hit F table

0.05 0.01 Perlakuan 6,00 63,77 10,63 81,59** 2,85 4,45 Galat 14,00 1,82 0,13

Total 20,00 65,60

Keterangan**= sangat nyata

Tabel 14 menunjukkan bahwa pemberian kulit pisang raja fermentasi MOL dan Trichoderma harzianum memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kecernaan bahan kering kelinci Rex jantan lepas sapih. Konsumsi bahan organik pakan pada kelinci Rex jantan lepas sapih yang tinggi sejalan dengan tingginya kecernaan bahan organik. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Tillman et al (1991) yang menyatakan bahwa sebagian besar bahan organik merupakan komponen bahan kering.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian kulit pisang raja fermentasi MOL dan Trichoderma harzianum pada setiap perlakuan terrhadap kecernaan BK kelinci maka dilakukan uji ortogonal kontras yang tertera pada Tabel 15.

Tabel 15. Pembanding uji ortogonal kontras terhadap kecernaan BO pakan kelinci Rex jantan

SV F hitung F tabel 0.05 0.01 Perlakuan 81,59** 2,85 4,45 P0 vs P123 0,6235tn 4,60 8,86 P0Vs P456 16,9059** 4,60 8,86 P123vs P456 48,0459** 4,60 8,86 P1 vs P23 1,1564tn 4,60 8,86 P0vsp36 5,4388* 4,60 8,86 P4 vs P56 0,0458tn 4,60 8,86

Keterangan**= sangat nyata tn = tidak nyata

Tabel 15 terlihat bahwa pada perlakuan P0 ransum kulit pisang raja tanpa fermentasi 45% memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2 dan P3, dimana P1, P2, dan P3 adalah ransum kulit pisang raja yang difermentasi MOL dengan level yang berbeda-beda, yaitu 15%, 30%, dan 45%. Pada perlakuan P0 memberi pengaruh sangat berbeda nyata dengan perlakuan P4, P5, dan P6, dimana P4, P5, P6 adalah ransum kulit pisang raja yang difermentasi Trichoderma harzianum dengan berdeda-beda, yaitu 15%, 30%, 45%. Pada perlakuan P1, P2, P3 sangat berbeda nyata dengan P4, P5, dan P6, dimana pada perlakuan ini terdapat perbandingan antara fermentasi MOL (P1, P2, dan P3) dengan fermentasi Trichoderma harzianum (P4, P5, dan P6). Pada perlakuan P1 ransum kulit pisang raja fermentasi MOL 15% tidak berbeda nyata

dengan perlakuan P2, dan P3, dimana P2 ransum kulit pisang raja fermentasi MOL 30% dan P3 ransum kulit pisang raja fermentasi MOL 45%. Pada perlakuan P0 ransum tanpa fermentasi 45% berbeda nyata dengan perlakuan P3 dan P6, dimana P3 adalah ransum dari kulit pisang raja yang difermentasi dengan mikroorganisme lokal 45% dan P6 adalah ransum dari kulit pisang raja yang difermentasi Trichoderma harzianum pada level 45%. Pada perlakuan P4 ransum kulit pisang raja fermentasi Trichoderma harzianum 15% tidak berbeda nyata dengan perlakuan P5 dan P6, diamana P5 dan P6 adalah ransum kulit pisang raja yang difermentasi mengguanakan Trichoderma harzianum dengan level 30% dan 45%. Dari hasil diperoleh bahwa kecernaan BO yang difermentasi MOL lebih baik dibandingkan fermentasi Trichoderma harzianum dikarenakan dalam fermentasi MOL terdapat Lactobacillus sp yang mampu mendekomposisikan bahan organik dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Buckle (1987) yang menyatakan bahwa Lactobacillus sp menghasilkan asam laktat yang dapat menguraikan bahan organik dengan cepat.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Rataan dari parameter yaitu : Konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, kecernaan bahan kering dam kecernaan bahan organik hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Rekapitulasi hasil penelitian kelinci Rex jantan Perlakuan Konsumsi BK(g) Konsumsi BO(g) Kecernaan BK (%) Kecernaan BO (%) P0 118,14±3,51 110,87±2,34 60,81±0,17 66,69±0,14 P1 114,38±3,94 107,42±1,46 61,64±0,24 66,71±0,26 P2 125,61±2,78 123,95±2,13 62,68±0,59 68,89±0,49 P3 114,59±2,82 108,57±1,20 60,35±0,21 66,17±0,16 P4 104,30±2,99 103,02±1,80 59,09±0,05 63,83±0,15 P5 100,04±2,46 99,13±1,67 58,14±0,38 63,70±1,01 P6 94,17±6,18 92,35±7,79 57,31±0,93 63,63±0,21

Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa, ransum kulit pisang raja yang difermentasi dengan MOL dengan berbagai level pemberian (15%, 30% dan 45%) pada kelinci Rex jantan memberikan pengaruh sangat berbeda nyata dengan ransum kulit pisang raja yang difermentasi Trichoderma harzianum dengan level pemberian (15%, 30% dan 45%) pada kelinci Rex jantan terhadap konsumsi pakan (bahan kering dan bahan organik), kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik.

Berdasarkan hasil penelitian, kecernaan bahan kering yang tertinggi diperoleh pada P2 (ransum kulit pisang raja fermentasi MOL 30%), P1 (ransum kulit pisang raja fermentasi 15%), P0 (ransum kulit pisang raja tanpa fermentasi 45%), P3 (ransum kulit pisang raja fermentasi MOL 45%), dan pada P4 (ransum kulit pisang raja fermentasi Trichoderma harzianum 15%), P5 (ransum kulit pisang raja fermentasi Trichoderma harzianum 30%), P6 (ransum kulit pisang raja

kecernaan bahan kering dan bahan organik kelinci Rex jantan lepas sapih. Hasil tersebut disebabkan karena ransum yang difermentasi dengan MOL memiliki rasa dan bau yang disukai oleh ternak dibandingkan ransum dengan fermentasi Trichoderma harzianum yang pada umumnya fermentor ini kebanyakan digunakan pada pengomposan dan berbau tanah sehingga kurang disukai oleh ternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harman (2002) yang menyatakan bahwa Trichoderma harzianum merupakan inokulen cair yang mampu mendegradasi polisakarida kompleks didalam kompos. Sehingga Trichoderma harzianum lebih baik jika digunakan dalam proses pengomposan.

Dokumen terkait