• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Seram Bagian Barat terletak di wilayah Pulau Seram berdiri sejak tahun 2003 merupakan pemekaran dari Kabupaten Maluku Tengah, secara geografis terletak antara 20 5’-30 3’ Lintang Selatan dan 1270–550 Bujur Timur. Kabupaten Seram Bagian Barat di batasi oleh Laut Seram di sebelah Utara, Laut Banda di sebelah selatan, Laut Buru di sebelah Barat dan Kabupaten Maluku

Tengah di sebelah Timur. Luas wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat seluruhnya 84.181 km2, lauas lautan 79.005 km2 dan luas daratan 5.176 km2, yang

terdiri dari 4 Kecamatan, yaitu Kecamatan Huamual Belakang dengan luas 596,36 km2, Seram Barat seluas 879,92 km2, Kairatu seluas 1.811,60 km2 dan Taniwel seluas 1.915,12 km2 dengan 89 Desa, 126 Dusun persentase luas wilayah daratan Kabupaten Seram Bagian Barat menurut Kecamatan dapat dilihat pada Gambar 4. Kabupaten Seram Bagian Barat mempunyai pulau-pulau yang terpisah sebanyak 33 pulau, 7 pulau sudah dihuni sedangkan 26 pulau belum dihuni.

Keterangan: (1) 37% = Humual Belakang (2) 11% = Seram Barat (3) 35% = Kairatu (4) 17% = Taniwel Sumber: Diolah dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Seram Bagian Barat, Tahun 2007.

Gambar 4. Luas Wilayah Daratan Kabupaten Seram Bagian Barat Menurut Kecamatan Tahun 2006

Jumlah penduduk Kabupaten Seram Bagian Barat berdasarkan registrasi di tahun 2005 sebanyak 148.861 jiwa, laki-laki sebanyak 75.988 jiwa dan

perempuan sebanyak 73.873 jiwa, sedangkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan penduduk sebesar 5,30 persen atau sebanyak 157.318 jiwa di mana jumlah jiwa

39%

35%

11%

laki-laki sebanyak 80.141 jiwa dan perempuan 77.177 jiwa, secara rinci terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Penduduk di Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2005 -2006

Tahun Laki-Laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Total (jiwa)

2005 75.988 73.873 149.861 2006 80.141 77.177 157.318

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Seram Bagian Barat, 2007.

Sektor pertanian yang terdiri dari sub sektor tanaman pangan, sub sektor hortikultura, kehutanan, sub sektor peternakan dan perikanan merupakan sektor yang dominan dibandingkan dengan sektor lain, dan mampu menjadi penyangga dalam meningkatkan struktur perekonomian di Kabupaten Seram Bagian Barat, hal ini perannya sangat penting untuk dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Peranan sektor pertanian ini harus mampu menunjang PAD, terjadinya penyerapan tenaga kerja dan dapat memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui komoditas lokal yang ada, dan diharapkan dapat berdampak pada supply dan atau demand dengan tujuan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga petani–peternak dan nelayan. Namun tampaknya tidak semudah yang kita lihat sesuai kondisi di lapangan, tetapi harus ada pola perubahan paradigma pembangunan pertanian pada berbagai tataran. Salah satu contohnya bahwa keberhasilan ketahanan pangan nasional dapat dicapai tidak melalui pendekatan terpusat secara nasional melalui Departemen Pertanian semata, tetapi perlu diubah pola pikir bahwa ketahanan pangan tercapai jika dilakukan di tingkat keluarga, komunitas, dan daerah-daerah.

Orientasi pembangunan sub sektor peternakan yang berpusat pada produksi, misalnya khusus peternakan sapi potong, perlu direformasi menjadi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan sumberdaya manusia peternak yang menjadi prioritas utama. Berdasarkan hasil statistik Pertanian tahun 2006 khusus di sub sektor peternakan terjadi kenaikan sebesar 9 persen di tahun 2006 untuk ternak sapi potong.

Populasi ternak sapi potong berdasarkan data statistik Kabupaten Seram Bagian Barat untuk tahun 2004 adalah sebesar 9.490 ekor dengan jumlah peternak sebanyak 2.473 KK, sedangkan tahun 2006 sebanyak 9.579 ekor. Bila hal ini

dipertahankan akan dapat menunjang tingkat produksi guna meningkatkan nilai gizi protein hewani bagi masyarakat, sekaligus dapat memberikan peningkatan pendapatan keluarga.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Seram Bagian Barat selain ternak sapi potong ada juga jenis ternak lainnya yang dikembangkan di Kabupaten Seram Bagian Barat, yakni: kerbau, kambing, babi dan unggas. Secara rinci populasi jenis ternak di Kabupaten Seram Bagian Barat dapat terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Populasi Ternak di Kabupaten Seram Bagian Barat Menurut Jenis Tahun 2004 – 2006

Tahun

Jenis Ternak (ekor)

Sapi Kerbau Babi Kambing Unggas

2004 9.490 5 1.138 2.420 46.568

2005 9.014 - 1.643 2.726 75.586

2006 9.579 5 1.075 2.431 61.226

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabuputen Seram Bagian Barat, 2007

Terjadi ketidak stabilan produksi ini disebabkan kurang dan terbatasnya modal yang dimiliki oleh peternak dalam pembelian bibit, terbatasnya biaya pemeliharaan untuk tenaga kerja, di samping terjadi serangan penyakit dan keterbatasan biaya transportasi dan pemasaran yang belum teratur. Faktor makanan turut memegang peranan penting, keterbatasan biaya untuk memperoleh konsentrat atau makanan penguat khusus ternak ruminansia besar (sapi dan kerbau) dan ruminansia kecil (kambing), ternak monogastrik (babi). Jumlah ternak sapi pada Kecamatan Humual Belakang populasinya sebanyak 233 ekor di tahun 2006 atau sebesar 2,43% dari jumlah populasi di Kabupaten Seram Bagian Barat.

Berdasarkan data Sub Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Seram Bagian Barat telah di lakukan pemetaan dan penentuan lokasi atau wilayah pengembangan ternak di Kabupaten Seram Bagian Barat. Pengembangan ternak sapi potong diarahkan di tiga Kecamatan, yakni Kecamatan Kairatu, Kecamatan Seram Barat dan Kecamatan Taniwel berdasarkan potensi sumberdaya alam yang ada di tiga Kecamatan mampu menyediakan Hijauan Makanan Ternak (HMT), kemudian didukung oleh faktor geografis serta infra struktur yang ada.

Kelompok Tani/Ternak

Jumlah kelompok tani-ternak yang ada di Kabupaten Seram Bagian Barat

sebanyak 94 kelompok, di Kecamatan Kairatu sebanyak 61 kelompok, di Kecamatan Seram Barat ada 18 kelompok, dan di Kecamatan Taniwel ada 15

kelompok. Rata-rata anggota masing-masing kelompok terdari kurang lebih 20 orang. Kelompok tani-ternak yang ada berada pada tipe kolompok pemula,

madya dan lanjut. Untuk lebih jelas rincian kelompok tani-ternak terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Dsitribusi Kelompok Tani -Ternak per Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Barat

No Kecamatan Jumlah

Kelompok

Tipe Kelompok

Pemula Madya Lanjut 1 Kairatu 61 40 5 16

2 Seram Barat 18 18 - -

3 Taniwel 15 15 - -

Total 94 73 5 16

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Seram Bagian Barat, 2007

Dari Tabel 6 memperlihatkan bahwa sebagian besar kelompok masih berada pada tipe pemula. Ini berarti kelompok tani-ternak yang ada di Kabupaten Seram Bagian Barat masih tergolong relatif muda usia kelompoknya atau masih baru yakni sebesar 77,7 persen. Kelompok tani-ternak ini untuk mendapatkan perhatian dari instansi terkait dan penyuluh agar dapat dikembangkan sebagai suatu kekuatan dalam mengembangkan usahanya.

Ternyata di Kecamatan Kairatu memperlihatkan bahwa peminat peternak yang telah terlibat dalam kelompok cukup tinggi, yakni sebesar 64,9 persen, berikut di Kecamatan Seram Barat sebesar 19,1 persen, dan di Kecamatan Taniwel sebesar 16 persen.

Kelompok ini dibagi menjadi tiga tipe kelompok, yakni Kelompok Pemula, Kelompok Madya dan Kelompok Lanjut. Persentase terbesar adalah kelompok pemula; di Kecamatan Kairatu sebesar 54,8 persen, di Kecamatan Seram Barat sebesar 24,7 persen, dan di Kecamatan Taniwel sebesar 20,5 persen. Tipe

5,3 persen dan Kelompok Lanjut sebesar 17 persen di Kabupaten Seram Bagian Barat.

Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan turut menunjang usaha masyarakat yang ada di Kabupaten Seram Bagian Barat, bila masyarakat selalu melakukan interaksi

dengan lembaga tersebut, maka prospek pengembangan lebih baik. Diharapkan para peternak dapat berakses bagi pengembangan dan peningkatan usahanya melalui lembaga-lembaga keuangan yang ada di daerah tersebut. Hal ini tergantung kepada peternak yang mempunyai hubungan dan kreaksi dalam melakukan kontak dengan lembaga keuangan yang ada. Bila peternak mampu untuk mengembangkan usahanya harus berani mengambil resiko agar dapat membuka jaringan kerja dengan lembaga-lembaga keuangan, sehingga usahanya semakin berkembang di masa mendatang. Hal ini sangat berkaitan dengan kemampuan peternak dalam memperoleh berbagai informasi dari berbagai sumber-sumber informasi yang ada hubungannya dengan lembaga keuangan. Lembaga keuangan di Kabupaten Seram Bagian Barat secara rinci terlihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Lembaga Keuangan dan Koperasi

di Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2004 – 2006 Jenis Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Bank Rakyat Indonesia 1 2 3

Bank Daerah - 1 1

KUD 30 33 36

KSU 44 46 54

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupten Seram Bagian Barat, 2007

Selain bank yang ada, koperasi juga tidak kalah pentingnya sebagai suatu lembaga untuk masyarakat dapat melakukan akses sebagai suatu sarana berlatih dalam dunia usaha. Bank yang ada di Kabupaten Seram Bagian Barat sampai saat penelitiaan ini dilakukan adalah BRI 3 unit, Bank Daerah 2 unit. Koperasi yang ada sebanyak 90 unit di tahun 2006, masing-masing KUD sebanyak 36 unit, dan KSU sebanyak 54 unit. Bank ini tersebar hanya pada 2 Kecamatan, yakni Kecamatan Kairatu dan Kecamatan Taniwel. Koperasi tersebar pada seluruh

Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Barat. Pada penelitian ini tidak diperoleh data banyaknya koperasi yang tersebar pada setiap Kecamatan.

Pada Tabel 8 menggambarkan tentang perkembangan koperasi di Kabupaten Seram Bagian Barat. Sejauh ini ternyata perkembangan koperasi

cukup diminati oleh masyarakat karena koperasi merupakan sokoguru perekonomian bagi pembangunan. Manfaat koperasi yang dirasakan oleh masyarakat sangatlah berarti dalam mengembangkan usahanya. Bila masyarakat dapat memanfaatkan koperasi sebagai suatu lembaga yang turut membantu usaha, maka sangatlah memberikan peluang bagi peternak/petani dalam mengembangkan usahanya. Dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, maka diharapkan ada peran dari masyarakat itu sendiri dalam mengembangkan dirinya melalui berbagai lembaga keuangan yang ada disuatu wilayah.

Jumlah anggota koperasi sejak tahun 2004 sampai tahun 2005 memperlihatkan ada peningkatan (Tabel 8), sebanyak 7.701 orang anggota koperasi (tahun 2004) dan pada tahun 2005 sebanyak 9.827 orang, sebanyak 12.443 orang di tahun 2006, berarti terjadi peningkatan sebesar 38,1 persen. Hal ini mengidentifikasi bahwa minat masyarakat di Kabupaten Seram Bagian Barat cukup tinggi untuk mengembangkan diri melalui koperasi yang ada. Bila hal ini terus digalakkan, maka turut membantu menunjang usaha yang dilakukan oleh masyarakat setempat.

Tabel 8. Perkembangan Koperasi di Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2004 - 2006

Uraian Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Jumlah Koperasi 74 79 90 Anggota (orang) 7.701 9.872 12.443 Simpanan (Rp. 000) 2.286.118 2.417.806 2.724.023 Cadangan (Rp. 000) 11.745.171 11.795.151 11.725.171 Volume Usaha (Rp. 000) 6.404.990 43.676 19.221.135 Hutang (Rp. 000) 61.300 83.900 11.725.171 Piutang (Rp. 000) 1.729.000 2.987.060 2.980.060 Sisa Hasil Usaha (Rp. 000) 1.254.997 1.412.661 634.548

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupten Seram Bagian Barat, 2007

Pasar Lokal

Pasar merupakan pertemuan para pembeli dan penjual, yakni terjadi proses teransaksi antar masyarakat. Dengan adanya pasar, maka masyarakat dapat

menyalurkan hasil usaha untuk diperjual belikan. Pasar yang ada di Kabupaten Seram Bagian Barat ada sebanyak 5 unit dan tersebar di pusat-pusat Kecamatan. Khusus untuk los daging (sapi) hanya berada di dua Kecamatan, yakni pada Kecamatan Kairatu dan Kecamatan Seram Barat. Hal ini menggambarkan bahwa sangat terbatas pasar yang ada untuk peternak dapat menjual langsung akan

produksinya. Sebagian besar peternak menjual hasil usaha (ternak sapi) ke Ambon melalui perantara, yakni pedagang sapi.

Sarana Transportasi dan Komunikasi

Ruas jalan di Kabupaten Seram Bagian Barat adalah seluas 545,9 km, yang terdiri dari jalan kota sepanjang 15 km, jalan Kabupaten seluas 229 km, jalan Provinsi sepanjang 259,5 km, jalan nasional sepanjang 42,94 km. Kapal penyeberangan fery tersedia tiga lintasan yang dilayani oleh Perum ASDP dan Swasta yang menghubungkan Hunimua–Waipirit, Wailey–Tulehu, Wailey– Kulur–Pelauw. Sedangkan dermaga yang sudah ada di Kabupaten Seram Bagian Barat sebanyak empat unit, yakni di Seram Barat, Waisarisa, Waipirit, Wailey. Sarana transportasi ini sangat penting guna memperluas hubungan atau komunikasi antar masyarakat, khusus untuk peternak yang sering melakukan pemasaran di Kota Ambon melalui perjalanan fery harus menempuhnya melalui darmaga fery Waipirit–Hunimua. Ada tiga kapal fery yang melayani masyarakat secara bergantian, namun karena intensitas bepergian dalam melakukan perjalanan ke Kota Ambon maupun dari Kota Ambon ke Kabupaten Seram Bagian Barat sangat tinggi, maka sangat terasa bahwa sarana tranportasi laut yang tersedia belum memadai.

Telah tersedia jaringan telepon dan telepon seluler, namun belum berfungsi secara maksimal disebabkan listrik belum dinyalakan selama 24 jam. Wartel yang ada di Kabupaten Seram Bagian Barat ada sebanyak 14 Unit.

Sarana Pendidikan dan Kesehatan

Jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Seram Bagian Barat sebanyak 274 unit, terdiri dari TK sebanyak 17 unit, SD/MI sebanyak 183 unit, SLTP/MIS sebanyak 52 unit, dan SMU/MA sebanyak 7 unit.

Di Kabupaten Seram Bagian Barat sudah tersedia Rumah Sakit Umum (RSU), namun belum beroperasi secara maksimal, sedangkan Puskesmas

sebanyak 12 unit; dari 12 unit ada 3 unit yang berfungsi sebagai rawat inap dan Puskesmas Pembantu sebanyak 47 unit. Masyarakat di Kabupaten Seram Bagian Barat dapat memanfaatkan sarana kesehatan ini sebagai pemenuhan kebutuhan kesehatan.

Kondisi Sosial Budaya

Penduduk di Kabupaten Seram Bagian Barat sebesar 59,54 persen dikategorikan sebagai penduduk miskin (BPS SBB, 2007). Penyakit yang sering melanda penduduk adalah penyakit gizi buruk dan busung lapar, sedangkan penyakit malaria merupakan penyakit endemik. Jumlah Dokter umum ada

sebanyak empat orang, Dokter gigi sebanyak satu orang, tenaga perawat sebanyak 83 orang, dan Bidan sebanyak 85 orang. Dari jumlah paramedis yang ada di Kabupaten Seram Bagian Barat bila dibandingkan dengan jumlah penduduk

yang ada sebanyak 148,998 jiwa, maka indikasinya bahwa pelayanan kesehatan masih jauh dari yang diharapkan.

Di bidang pendidikan: jumlah usia sekolah sebanyak 37.895 orang, jumlah murid sebanyak 24.466 orang untuk tingkat SD/MI Rasio murid terhadap guru adalah 2:1, jumlah murid SLTP/MIS sebanyak 85.261 orang dengan rasio murid terhadap guru 4:2, jumlah murid SMU/MA sebanyak 44.051 orang dengan rasio murid terhadap guru 9:2 (Badan Pusat Statistik Kabupaten Seram Bagian Barat, 2007). Secara umum data ini menggambarkan bahwa murid lebih banyak dibandingan ketersedian tenaga pengajar atau guru. Pendidikan formal sangat menunjang potensi suatu wilayah karena bertujuan untuk menciptakan sumberdaya manusia yang handal.

Iklim

Iklim di Kabupaten Seram Bagian Barat adalah iklim laut tropis dan iklim musim, karena letak wilayahnya dikelilingi oleh laut yang luas. Oleh karena itu iklim di wilayah ini sangat dipengaruhi lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yakni musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh musim pancaroba yang murupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim Barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan April merupakan masa transisi ke musim Timur yang berlangsung dari bulan Mei sampai oktober

disusul musim Timur di bulan mei samapi bulan Oktober disusul masa pancaroba pada bulan Nopember yang merupakan transisi ke musim Barat. Curah hujan adalah cukup tinggi berada pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli, bahkan jumlah curah hujan ini cukup bervariasi hampir setiap tahun. Pada musim penghujan yang tinggi dapat berdampak bagi pertumbuhan tanaman khusus tanaman hijauan makanan ternak sapi potong, namun berdampak pula dalam sistem penggembalaan ternak sapi potong, yakni terjadi kesulitan dalam proses penggembalaan. Untuk lebih jelas dapat dilihat garafik curah hujan di Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2004–2006 pada Gambar 5.

Keterangan: Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Seram Bagian Barat, 2007.

Gambar 5. Curah Hujan di Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2004 -2006. Dari Gambar 5 terlihat bahwa curah hujan cukup bervariasi setiap tahun, hal ini harus diketahui oleh peternak untuk proses pengelolaan ternak sapi potong karena sangat berhubungan dengan sistem pemeliharaan. Sistem pemeliharaan yang dilakukan adalah ekstensif dengan pola ikat berpindah-pindah pada lahan yang berpotensi hijauan makanan ternak (HMT), di samping itu pada lahan perkebunan yang memiliki potensi hijauan atau rumput atau dilepaskan pada padang penggembalaan selama seharian (pagi sampai sore hari). Dari segi teknis pengelolaan, peternak harus mengetahui tentang waktu curah hujan yang selalu terjadi dalam setiap tahun, karena hal ini turut berpengaruh dalam proses pengelolaan (sistem penggembalaan dan pemanfaatan pakan hijauan, serta gangguan dari penyakit) agar adanya tindakan preventif yang perlu dilakukan oleh

peternak, guna mengatisipasi terhadap gangguan penyakit khusus pada musim pancaroba, maupun penanaman hijauan, dan sistem pengelolan ternak.

Pada musim penghujan yang tinggi beberapa daerah padang penggembalaan akan tergenang air hujan dan ini menyulitkan peternak untuk menggembalakan ternaknya. Pada dataran rendah yang cukup potensi hijauan, seperti rumput lapangan pada satu padang penggembalaan dengan hamparan arealnya cukup luas bila daerah tersebut tergenang air, maka peternak mengalami kesulitan dalam pemberian pakan bagi ternak sapi potong. Pada sisi lain perkembangan pertumbuhan hijauan (rumput) pasti lebih cepat pada musim penghujan (berlimpah hijauan makanan ternak/rumput dan leguminosa), sehingga peternak harus melakukan pengambilan hijauan makanan ternak (HMT) yang tepat berdasarkan kondisi iklim.

Sektor Pertanaian

Sektor pertanian yang di dalamnya terdapat sub sektor peternakan menjadi tumpuan strategi pembangunan pertanian. Beberapa strategi pembangunan pertanian tahun 2005–2009 bertujuan untuk memperluas dan memanfaatkan basis produksi secara berkelanjutan, meningkatkan kapasitas kelembagaan dan memberdayakan sumberdaya manusia (SDM) pertanian, meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pertanian, meningkatkan inovasi dan diseminasi teknologi tepat guna, mempromosikan komoditas pertanian. Jenis komoditas unggulan yang ada di Kabupaten Seram Bagian Barat perlu ditingkatkan, guna menunjang pembangunan di sektor pertanian.

Jenis komoditas unggulan pertanian yang ada di Kabupaten Seram Bagian Barat di rincikan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Jenis Komoditas Unggulan di Kabupaten Seram Bagian Barat Jenis Komoditas Tanaman Perkebunan Tanaman Pangan Tanaman Hortikultura Peternakan

Kakao Kacang tanah Jeruk Sapi potong

Kelapa Padi Mangga Kambing

Cengkeh Durian Ayam

Sagu Salak

Sayuran

Target Pengembangan Ternak Sapi Potong

Berdasarkan Perda No. 5 tahun 1993 tentang tata ruang, maka kawasan pengembangan ternak ruminansia besar dipusatkan di Pulau Seram, Pulau-pulau Lemola, Pulau-pulau Tanimbar, Pulau Buru dengan kawasan penyangga Pulau- pulau Aru, Pulau-pulau Babar dan Pulau Wetar, dengan pengembangan pusat perbibitan ternak rakyat berupa sapi potong dan kerbau.

Adapun tujuannya adalah untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak melalui pengembangan ternak rakyat dalam rangka mendukung swasembada daging, peningkatan kesempatan kerja dan berusaha di pedesaan, peningkatan pendapatan. Sedangkan sasarannya adalah terjadinya peningkatan populasi sapi dan kerbau di Provinsi Maluku tahun 2012 sebanyak 115.060 ekor, tercapainya kebutuhan konsumsi daging sapi dan kerbau di Prrovinsi Maluku tahun 2012 sebesar 3,5 kg/kapita/tahun, tercapainya peningkatan tenaga kerja sebanyak 23.010 orang.

Musyawarah Bersama Pengembangan Pertanian (MUSRENBANGTAN) Dinas Pertanian merancang program pengembangan ternak sapi potong untuk tahun 2009 di Kabupaten Seram Bagian Barat sebagai berikut: pengembangan

perbibitan ternak sapi potong sebanyak 1.500 ekor, pengembangan poskeswan 1 unit, peralatan keswan 1 unit, pengembangan air untuk kebutuhan ternak Cek

DAM 3 unit, pengembangan peralatan peternakan 1 paket, pengembangan hijauan makanan ternak (HMT) 50 ha.

Potensi pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Seram Bagian Barat berdasarkan hasil MUSRENBANGTAN Dinas Pertanian Provinsi Maluku dapat di rincikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong di Kabupaten Seram Bagian Barat per Kecamatan

Kecamatan Potensi (ekor) Yang Sudah Dikembangkan (ekor)

Kairatu 8.227 1.532

Seram Barat 13.438 8.187

Taniwel 3.484 1.115

Total 25.149 10.834

Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong di Kabupaten Seram Bagian Barat

Pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Seram Bagian Barat dilihat

dari beberapa aspek, yakni: (1) tujuan pemeliharaan, (2) sistem pemeliharaan, (3) pengelolaan reproduksi, (4) penyakit dan penanganannya, (5) pertumbuhan

alami (natural increase), (6) sistem tataniaga, (7) aspek ekonomi, (8) aspek sumberdaya alam, dan (9) infrastruktur dan kelembagaan, berbagai aspek ini sangat menentukan untuk pengembangan suatu usaha peternakan, sebagaimana diungkapkan oleh Hardjosubroto dan Astuti (1994) bahwa ada tujuh pedoman usaha (sapta usaha peternakan) yang harus dilakukan oleh peternak untuk memperoleh hasil yang baik yakni; (1) pemilihan bibit yang baik, (2) pencegahan

dan pemberantasan penyakit, (3) penggunaan kandang yang memenuhi syarat, (4) pemberian pakan tambahan, (5) pengelolaan reproduksi, (6) penanganan pasca

panen dan pemasaran, dan (7) manajemen usaha yang baik. Tujuan Pemeliharaan Ternak

Tujuan utama peternak dalam memelihara ternak, yakni untuk menambah tingkat pendapatan keluarga, pendapatan yang diperoleh dapat digunakan sebagai tabungan bagi kebutuhan keluarga peternak. Tabungan ini kemudian dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan keluarga yang mendesak, berupa; kebutuhan pendidikan anak, kebutuhan membangun rumah, dan kebutuhan anggota keluarga yang menikah. Menurut Tawaf dkk, (1994), pada umumnya pemeliharaan ternak di Indonesia adalah sebagai usaha sambilan dan tabungan, yakni pada saat petani-peternak membutuhkan uang kontan, ternak yang dimilikinya dapat dijual.

Dari hasil penelitian Tim Peneliti Jurusan Peternakan FAPERTA Unpatti tahun 2007 menunjukkan bahwa tujuan utama pemeliharaan ternak sebesar 91,02 persen adalah sebagai tabungan dan pendapatan, dan sebagai sampingan adalah 8,98 persen.

Sistem Pemeliharaan Ternak

Sistem pemeliharaan ternak sapi di Kabupaten Seram Bagian Barat umumnya adalah pastural sistem dengan tipe manajemen ekstensif adalah sebesar 81,5 persen dan sistem intensif, semi intensif sebesar 18,5 persen (Gambar 6).

Sistem pemiliharaan yang dilakukan peternak menggambarkan pola pengelolaan usaha peternakan sapi potong yang cukup bervariasi dengan sistem ekstensif, intensif dan semi intensif. Hal ini turut mempengaruhi dalam pengembangan usaha yang dikolola peternak, karena peternak dengan sistem pemeliharaan ekstensif masih tergantung pada kondisi dan potensi sumberdaya alam sehingga dapat berdampak pada produksi dan mutu ternak.

Keterangan: 18,5% = Intensif dan semi intensif 81,5% = Ekstensif

Gambar 6. Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Di Kabupaten Seram Bagian Barat.

Peternak yang memiliki kandang hanya sebagian kecil, yakni (18,5%) dengan manajemen pemeliharaan secara intesif dan atau semi intensif.

Secara intensif, ternak sapi berada di dalam kandang sepanjang hari,

pemberian makan berupa hijauan (rumput dan leguminosa) dan konsentrat diberikan oleh peternak.

Secara semi intensif ternak digembalakan atau dilepaskan pada pagi sampai siang hari di padang penggembalaan atau padang rumput maupun di lahan perkebunan untuk merumput, kemudian pada sore hari dimasukkan ke kadang. Pada saat ternak digembalakan, semua proses makan berlangsung di padang

Dokumen terkait