• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen VALUE Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan (Halaman 65-74)

KUALITAS TES BUATAN GURU PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SD NEGERI KOTA KENDARI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Hasil analisis kualitatif berdasarkan telaah yang dilakukan oleh tiga orang ahli (pakar) terhadap 33 naskah tes yang diamati, diperoleh sebanyak 128 butir (63,1%) yang baik (diterima tanpa revisi), 64 butir (31,5%) diterima dengan revisi, dan 11 butir (5,4%) ditolak (drop). Proporsi soal-soal yang diterima, direvisi, dan ditolak masing-masing adalah: 0,6 : 0,3 : 0,1. Persentase butir soal yang diterima tanpa revisi, diterima dengan revisi, dan ditolak berdasarkan hasil telaah soal dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1Jumlah dan Persentase Butir Soal yang Diterima, Direvisi, dan Ditolak

Sekolah

Diterima Direvisi Ditolak

N % N % N %

SDN 03 Kendari Barat 26 70,3 10 27,0 1 2,7 SDN 07 Kendari Barat 21 58,3 12 33,2 3 8,3 SDN 01 Mandonga 27 64,3 14 33,3 1 2,4 SDN 04 Poasia 25 59,5 15 35,7 2 4,8 SDN 12 Baruga 24 77,4 4 12,9 3 9,7 SDN 10 Mandonga 5 33,3 9 60,0 1 6,7

Jumlah 128 63,1 64 31,5 11 5,4

P 0,6 0,3 0,1

Selanjutnya, soal-soal yang diterima dengan direvisi dapat diuraikan lebih lanjut menurut bidang/aspek telaah, yaitu: aspek materi, aspek konstruksi, dan aspek bahasa. Rangkuman jumlah dan persentase butir soal yang direvisi berdasarkan bidang telaah dapat dilihat pada Tabel 2.

VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 58 Tabel 2Jumlah dan Persentase Butir Soal yang

Direvisi Menurut Bidang Telaah

Sekolah

Materi Konstruksi Bahasa

N % N % N %

SDN 03 Kendari Barat 7 70,0 0 0 3 30,0 SDN 07 Kendari Barat 5 41,7 0 0 7 58,3 SDN 01 Mandonga 9 64,3 2 14,3 3 21,4 SDN 04 Poasia 6 40,0 3 20,0 6 40,0 SDN 12 Baruga 1 25,0 1 25,0 2 50,0 SDN 10 Mandonga 3 33,3 1 11,1 5 55,6

Jumlah 31 48,4 7 10,9 26 40,6

P 0,5 0,1 0,4

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa butir soal yang direvisi pada aspek materi sebanyak 31 butir (48,4%), yang direvisi pada aspek konstruksi sebanyak 7 butir (10,9%), dan yang direvisi pada aspek bahasa sebanyak 26 butir (40,6%). Dengan demikian, kecenderungan kelemahan penulisan tes buatan guru terjadi pada aspek materi dan bahasa. Proporsi butir soal yang direvisi menurut bidang telaah materi, konstruksi, dan bahasa adalah 0,5 : 0,1 ; 0,4. I. Grafik persentase soal-soal yang direvisi menurut bidang telaah disajikan pada Gambar 2.

Hasil analisis selanjutnya adalah untuk mengetahui tentang ada tidaknya kesesuaian antara butir soal dengan tujuan khusus pengajaran (TKP) atau target kompetensi. Indikator tentang kesesuaian ini terlihat dari sesuai tidaknya butir soal yang ditulis dengan target kompetensi yang ingin dicapai. Butir soal yang baik adalah butir yang sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah telah ditetapkan. Rangkuman hasil analisis kesesuaian soal-soal dengan TKP nya dapat dilihat ditabel 3.

Kualitas Tes Buatan Guru Pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Kota Kendari

VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 59 Tabel 3 Jumlah dan Persentase Soal Menurut

Kesesuaian dengan TKP

Sekolah

Sesuai TKP Tidak Sesuai TKP

N % N % sebanyak 29 butir (14,3%). Dengan demikian, soal-soal yang ditulis oleh guru cenderung sesuai dengan TKPnya. Hal ini dipertegas lagi dilihat dari segi proporsi soal-soal yang sesuai dengan TKP mencapai 0,9.Grafik persentase soal-soal yang sesuai dengan TKP nya disajikan pada Gambar 3.

Hasil analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kualitas tes dari segi parameter tingkat kesukaran dan daya beda. Rangkuman hasil analisis tingkat kesukaran soal yang dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: mudah, sedang, dan sukar dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4Jumlah dan Persentase Tingkat Kesukaran Soal Menurut Kategori Tingkat Kesukaran

Sekolah

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 11 butir (5,4%) yang memiliki tingkat kesukaran dalam kategori soal sukar, sebanyak 113 butir (55,7%) yang memiliki tingkat kesukaran dalam kategori soal sedang, dan 79 butir (38,9%) yang memiliki tingkat kesukaran dalam kategori soal mudah. Dengan demikian, sebagian besar soal-soal yang dibuat guru termasuk soal yang tingkat kesukarannya sedang. Artinya soal-soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 60 adalah 0,1 : 0,6 : 0,3. Grafik persentase tingkat

kesukaran soal menurut kategori mudah, sedang,dan sukardisajikan pada gambar 4.

Hasil analisis daya pembeda yang dikelompokkan dalam empat kategori ditemukan sebanyak 39 butir (19,2%) mempunyai daya pembeda jelek (drop), 64 butir (31,5%) mempunyai daya pembeda cukup, 96 butir (47,3%) mempunyai daya pembeda baik, dan 4 butir (2,0%) mempunyai daya pembeda baik sekali. Rangkuman jumlah dan persentase soal menurut kategori daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah dan Persentase Daya Pembeda Soal Menurut Kategori Indeks Daya Pembeda

Sekolah DB Jelek DB Cukup DB Baik DB Baik Sekali

N % N % N % N %

SDN 03 Kendari

Barat 11 29,7 8 21,6 18 48,6 0 0 SDN 07 Kendari

Barat 4 11,1 13 36,1 18 50,0 1 2,8 SDN 01 Mandonga 9 21,4 18 42,9 12 28,6 3 7,1

SDN 04 Poasia 11 26,2 11 26,2 20 47,6 0 0 SDN 12 Baruga 2 6,5 11 35,5 18 58,1 0 0 SDN 10 Mandonga 2 13,6 3 20,0 10 66,7 0 0 Jumlah 39 19,2 64 31,5 96 47,3 4 2,0

Tabel 5 memperlihatkan bahwa meskipun mayoritas soal-soal yang dibuat guru memiliki daya pembeda dalam kategiri cukup dan baik (78,8%), tetapi soal yang memiliki daya pembeda jelek nampaknya perlu mendapatkan perhatian lebih serius karena porsinya masih di atas 10%.Soal-soal yang memiliki daya pembeda jelek ini tentu saja tidak bisa dipakai untuk menjelaskan tingkat keberhasilan belajar siswa, meskipun dalam tes siswa berhasil menjawabnya dengan benar.

Kesulitan-kesulitan yang dialami guru dalam membuat tes diungkap berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada guru. Berdasarkan hasil analisis kuesioner/angket tentang kesulitan-kesulitan yang dialami guru dalam membuat tes, diperoleh sebanyak 72,7% guru menyatakan sulit dalam menilaikualitas tes, 54,5% guru menyatakan sulit dalam menentukan jumlah butir tes dengan waktu yang tersedia, dan 45,5 % guru menyatakan sulit dalam membuat pedoman pemberian skor/kriteria jawaban (khususnya pada soal esai).

Grafik persentase tentang kesulitan-kesulitan yang dialami guru dalam membuat tes disajikan pada gambar 5.

Sukar

Mudah Sedang

Kualitas Tes Buatan Guru Pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Kota Kendari.

VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 61 Gambar 5 memperlihatkan bahwa

kecenderungan guru mengalami kesulitan dalam membuat tes lebih banyak pada masalah menilai kualitas tes yang dibuatnya. Hal ini dipertegas lagi berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, terungkap bahwa salah satu penyebabnya adalah karena sebagian besar guru belum tahu teknik/cara melakukan analisis soal untuk menilai kualitas tes.

Disamping itu, dalam melakukan tes sering tidak dilakukan pemerikasaan secepatnya sehingga informasi dari hasil tes tidak segera bisa diketahui.

Analisis terakhir dilakukan mengenai tanggapan atau pendapat siswa terhadap evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan oleh guru. Pendapat siswa mengenai evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan oleh guru dilihat dari 4 (empat) indikator, yaitu: (1) pendapat siswa tentang persiapan tes, (2) pendapat siswa tentang pelaksanaan tes, (3) pendapat siswa tentang kualitas tes, dan (4) pendapat siswa tentang umpan balik guru. Berdasarkan hasil analisis kuesioner, diperoleh sebanyak 178 orang (77,4%) mempunyai pendapat bahwa persiapan tes formatif/ulangan harian yang dilakukan oleh guru sangat baik,152

orang (66,1%) mempunyai pendapat bahwa guru dalam melaksanakan/ memberikan tes sangat baik, 179 orang (77,8%) mempunyai pendapat bahwa kualitas tes yang dibuat guru cukup baik, dan 151 orang (65,7%) mempunyai pendapat bahwa pemberian umpan balik yang dilakukan oleh guru adalah baik. Dengan demikian, tanggapan atau pendapat siswa terhadap pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang dilakukan oleh guru adalah baik.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis butir secara kualitatif terhadap 33 naskah tes yang diamati dari 3 kali tes formatif/ulangan harian dengan jumlah soal 203, menunjukkan bahwa butir-butir soal tersebut cukup baik. Hal ini terlihat dari cukup banyaknya butir-butir yang baik (diterima tanpa revisi), yakni sebanyak 128 butir (63,1%). Butir yang direvisi sebanyak 64 butir (31,5%) dan hanya 11 butir ((5,4%) yang ditolak. Proporsi butir soal yang diterima, direvisi, dan ditolak masing-masing adalah: 0,6: 0,3: 0,1. Ini berarti bahwa dalam 10 soal, ditemukan ada sekitar 6 soal yang diterima tanpa revisi, 3 soal yang direvisi, dan hanya 1 soal yang ditolak.

Butir soal yang diterima tetapi harus direvisi disebabkan oleh adanya kelemahan guru dalam menulis tes pada bidamg materi, konstruksi, dan bahasa. Kelemahan dalam penulisan butir soal ini dapat saja terjadi karena seorang penulis soal (guru), di samping harus menguasai teknik penulisan soal, juga harus menguasai beberapa kemampuan yang lain, yaitu: keahlian dalam bidang studi (mata pelajaran) yang diujikan,

Menilai Kualitas Tes

Menentukan Kriteria Jawaban

Menentukan Jumlah Soal

VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 62 keahlian dalam pengukuran, dan keahlian dalam

membahasakan gagasan (Suryabrata, 1987).

Keahlian tersebut nampaknya belum dikuasai oleh guru yang butir-butir soalnya perlu direvisi pada beberapa aspek/bidang telaah.

Bidang telaah yang ditemukan mempunyai kelemahan terbesar berturut-turut dari segi materi (48,4%), segi bahasa (40,6%), dan segi konstruksi umumnya butir-butir yang tidak sesuai dengan indikatornya, isi materi yang ditanyakan tidak sesuai dengan tingkat kedalaman dan keluasaannya, dan batasan pertanyaan dan jawaban (ruang lingkup) tidak jelas. Butir soal yang tidak sesuai dengan indikator ini, ditemukan menyebar pada semua soal yang direvisi. Hal ini terjadi karena penulis soal (guru) hanya memusatkan perhatian pada materi soalnya tanpa memperhatikan aspek yang ingin ditanyakan.

Ditinjau dari segi konstruksi tes, secara keseluruhan sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari butir soal yang direvisi pada bidang konstruksi hanya 7 butir soal atau kurang dari 10%. Butir soal yang direvisi pada bidang konstruksi adalah butir-butir yang rumusan soalnya kurang singkat atau tidak jelas dan tegas, dan butir yang kurang atau tidak mempunyai batasan tentang masalah yang ditanyakan.

Dilihat dari segi bahasa, jumlah butir soal yang direvisi mendudukiperingkat kedua setelah bidang materi. Bila dibandingkan banyaknya butir yang direvisi antarkriteria telaah dalam segi ini, jumlah butir yang direvisi hampir merata di semua kriteria. Butir soal yang direvisi adalah butir-butir yang rumusan soalnya tidak mudah dipahami maksudnya, soal tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (tidak sesuai EYD), rumusan soal menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.

Hasil penelitian ini mengungkap lebih jauh tentang kualitas tes buatan guru dalam pelajaran matematika dilihat dari tiga indikator, yakni kesesuaian isi soal-soal dengan TKP, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Parameter tingkat kesukaran dan daya beda dihitung berdasarkan teori tes klasik. Ketiga indikator tersebut dinilai cukup memadai mengingat analisis soal difokuskan pada tes formatif yang hanya memiliki jumlah respon peserta cukup terbatas.

Tes buatan guru SD Negeri yang diteliti ini, ditemukan adanya kesesuaian butir-butir soal dengan TKP acuannya. Kadar kesesuaian itu cukup meyakinkan. Hal ini dapat dilihat dari persentase soal-soal yang sesuai dengan TKPnya mencapai 85,7%. Demikian pula, dilihat dari segi proporsi soal-soal yang sesuai dengan TKP acuannya mencapai 0,9. Ini berarti bahwa dalam 10 soal, hanya ada 1 soal yang menyimpan dari TKPnya.

Tingkat kesukaran soal yang diselidiki dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: mudah, sedang, dan sukar. Dari hasil perhitungan yang dilakukan ditemukan bahwa sebagian besar soal-soalnya termasuk kategori soal sedang (55,7%). Hal

Kualitas Tes Buatan Guru Pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Kota Kendari .

Kualitas Tes Buatan Guru Pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Kota Kendari

VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 63 ini menunjukkan bahwa soal-soal yang dibuat guru

memiliki tingkat kesukaran tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Tingkat kesukaran soal-soal ini bermodus pada nilai indeks kesukaran (P) antara 0,30 hingga 0,70. Ini berarti sebanyak 30% hingga 70% siswa bisa menjawab soal-soal dengan benar.

Dengan demikian, bila dilihat dari proporsi soal-soal antara kategori mudah, sedang, dan sukar idealnya dalah: 0,2: 0,5: 0,3, maka soal-soal yang dibuat guru dalam penelitian ini belum memenuhi kriteria proporsi yang ideal. Kondisi ini diperkuat dari tampilan naskah soal-soal yang diamati memang sebagian besar soal-soalnya tidak memerlukan taraf berpikir tinggi untuk menjawabnya.

Selanjutnya, dari hasil analisis daya pembeda soal yang dikelompokkan dalam empat ketegori, yaitu: jelek, cukup, baik, dan baik sekali, ditemukan bahwa mayoritas soal-soal yang dibuat guru memiliki daya pembeda dalam kategori cukup dan baik (78,8%). Meskipun demikian, keadaan ini belumlah menggembirakan oleh karena soal-soal yang memiliki daya pembeda jelek masih ada sebanyak 19,2%(lebih dari 10%). Soal yang memilki daya pembeda jelek merupakan soal-soal yang tidak mampu menbedakan kemampuan objek ukurnya, sehingga hasil ukurnya kurang dapat dipercaya. Siswa yang berhasil menjawab dengan benar tidaklah berati bahwa mereka memang telah menguasai konsep materi yang diteskan itu.

Penelitian yang dilakukan ini juga mengungkap beberapa kesulitan yang dialami guru dalam membuat tes. Kesulitan-kesulitan tersebut ditemukan terutama dalam hal menilai kualitas tes, menentukan jumlah butir tes dengan waktu yang

tersedia, dan membuat pedoman pemberian skor/kriteria jawaban (soal esai). Mayoritas guru menyatakan bahwa mereka kesulitan dalam hal menilai kualitas tes. Kondisi ini tentu perlu mendapatkan perhatian serius agar ada upaya yang dapat mendorong para guru selalu menilai kualitas tes yang dibuatnya.

Di samping kesulitan-kesulitan yang dialami guru dalam membuat tes, dalam penelitian ini juga diungkap mengenai pendapat/tanggapan siswa tentang evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan oleh guru. Hasil yang ditemukan menunjukkan bahwa sebagian besar (61,7%) siswa mempunyai pendapat baik. Dalam kaitannya dengan kualitas tes yang dibuat guru, ditemukanbahwa sebagian besar (77,8%) siswa mempuyai pendapat tes yang dibuat guru memiliki kualitas yang baik. Dengan demikian, hasil analisis butir soal terhadap soal-soal matematika yang dibuat guru memberikan hasil yang relatif sama dengan hasil tanggapan/pendapat siswa, yakni dalam kategori berkualitas baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini, dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

(a) Tes buatan guru pada mata pelajaran Matematika di SD Negeri Kota Kendari memiliki kualitas yang baik. Proporsi soal-soal yang sesuai dengan tujuan khusus pengajaran (TKP) atau target kompetensi adalah 0,9. Sebanyak

VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 64 55,7% soal mempunyai tingkat kesukaran

sedang, dan 78,8% soal mempunyai daya beda cukup dan baik.

(b) Kesulitan-kesulitan yang dialami guru dalam membuat tes terutama dalam tiga hal, yaitu:

menilai kualitas tes, menentukan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia, dan membuat pedoman pemberian skor/kriteria jawaban.

(c) Tanggapan atau pendapat siswa tentang evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan oleh guru adalah baik, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, kualitas tes, umpan balik, dan tindak lanjut setelah kegiatan evaluasi itu dilaksanakan.

Saran

Penelitian ini menemukan adanya kesesuaian isi soal-soal dengan TKP. Hal tersebut belum merupakan jaminan kebermaknaan suatu tes, jika TKP acuannya cacat isi. Oleh karena itu, seyogyanya para guru lebih memberikan perhatian khusustentangperumusanTKP yangbaikdan benar.

Konkritnya, TKP dan soal-soalnya lebih diarahkan untuk menumbuhkan kemampuan penguasaan konsep dan berpikir kreatif dengan jalan meredam seminimal mungkin soal-soal yang cenderungberorientasi pada hafalan.

Penelitian ini juga menemukan kesulitan guru dalam menilai kualitas tes yang dibuatnya.

Oleh karena itu, diharapkan pimpinan sekolah selalu memberikan bimbingan dan mengingatkan agar para guru melakukan analisis kualitas tes sebelum dan sesudah melakukan kegiatan

pengujian baik itu tes formatif, tes ulangan harian, maupun tes sumatif. Dengan demikian, guru akan memperoleh informasi tentang kualitas tes yang digunakannya untuk mengukur hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, S. B. 1976. The profession and practice of program evaluation. San Franscisco: Josse-Bass.

Arikunto, S. 1992. Dasar-dasar evaluasi pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Djemari Mardapi. 1991. Konsep dasar teori respons butir: Perkembangan dalam bidang pengukuran pendidikan. Cakrawala Pendidikan X (3):1-16.

Ebel, R.L. & Frisbie, D.A. 1986. Esentials of educational measurement. Engleewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.

Gagne, R. M., & Leslie J. Briggs. 1979. Principles of instructional design. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Gronlund, N. E. 1976. Measurement and evaluationin teaching. London: Macmillan Publishing Company, Inc.1982. Constructing achievement test. Engelwood Cliffs: Prentice Hall, Inc.

Hopkins, K. D., Stanley, J.C., & Hopkins, B. R. 1990.

Educational and psychological measurement and evaluation. Engelwood Cliffs: Prentice Hall, Inc.

Kualitas Tes Buatan Guru Pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Kota Kendari

VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 65 Hudoyo, H. 1989. Mengajar belajar matematika.

Jakarta: P2LPTK Depdikbud.

Mehrens, W.A., & Lehmann, I. J. 1973.

Measurement and evaluation in education and psychology. New York: Holt, Rinehart and Wiston, Inc.

Nitko, A.J. 1983. Educational test and measurement . New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Popham, W.J. 1981. Modern educational measurement. Engelwood Cliffs, New Jersey:

Prentice Hall.

Purwanto, M. N. 1984. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prawironegoro, P. 1980. Teknik evaluasi bidang studi matematika. Jakarta: Depdfikbud.

Raka Joni. 1986. Pengukuran dan penilaian pendidikan. Surabaya: Karya Anda.

Sudjana, N. 1991. Penilaian hasil belajar mengajar.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, S. 1987. Pengembangan tes hasil belajar. Jakarta: Rajawali Press.

Tuchman, B.W. 1979. Evaluating instructional programs. Boston: Allyn and Bacon.

VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 66 ABSTRACT

The subjects tested in National Final Examination (UN) are usually subjects that develop students’ logic in knowledge and technologies, especially for subjects having universality in all nations in the world such as Mathematics, Physics, Economics, etc. However, lately Indonesia has a set of test in National Final Examination that focuses on religious subjects which have difference characteristics with other subjects.

Keywords: legal basis, National Final Examination’s religious subjects, group of knowledge and technologies subjects.

ABSTRAK

Materi tes yang termasuk dalamUjian Nasional (UN) biasanya berupa materi yang membangun logika pengetahuan dan teknologi. Terlebih lagi materi yang memiliki universalitas di semua negara, seperti matematika, fisika, ekonomi, dan semacamnya. Namun beberapa tahun terakhir Indonesia memberlakukan UN pada sekelompok materi keagamaan yang tentunya memiliki ciri sedikit berbeda.

Kata kunci: landasan hukum, UN materi keagamaan, kelompok mata pelajaran ilmu dan teknologi.

LOGIKA DAN LANDASAN HUKUM UN

Dalam dokumen VALUE Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan (Halaman 65-74)

Dokumen terkait