ii
VALUE
Volume I/No. 01/Juni/ 2012
Diterbitkan oleh:
Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan
iii
© VALUE
Terbit 2 edisi per tahun (Juni dan Desember)
ISSN: 2303-0070
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.
Dilarang memperbanyak sebagian atau keseluruhan dalam berbagai
bentuk medium baik cetakan, elektronik, atau pun mekanik tanpa izin tertulis dari penerbit.
Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan
iv
VALUE,
akronim dari eVALUasi dan asEsmen,
merupakan Jurnal di bidang Ilmiah Evaluasi dan Asesmen/Penilaian Pendidikan yang dikelola oleh Pusat Penilaian Pendidikan (PUSPENDIK), Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk menerbitkan hasil karya penelitian (original research), karya pengembangan, tinjauan kembali (review), dan ulasan topik khusus dalam bidang Evaluasi dan Asesmen/Penilaian Pendidikan. Kesempatan menulis terbuka untuk umum meliputi para peneliti dan perekayasa lembaga riset, pengajar perguruan tinggi maupun pekarya-tesis sarjana semua strata. Karya tulis harus ditulis sesuai pedoman penulisan yang tercantum dalam setiap edisi.Dewan Pengurus
Penangung Jawab : Hari Setiadi, Ph.D.
Dewan Redaksi : Dr. Mahdiansyah, MA, Drs. Giri Sarana Hamiseno, Dra. Arniati, M.Psi, Drs. Safari, MA, APU, Drs. Witjaksono, MA, Drs. Rogers Pakpahan, M.Si Dra. A. Hendriastuti,MA, Dra. Rahmah Zulaiha, MA.
Mitra Bestari : Dr. Burhanuddin Tola, Jahja Umar, Ph.D, Bastari, Ph.D.
Pemimpin Redaksi : Bagus Hary Prakoso, SE, MA
Tata Usaha : Susi Mahyudin, M.Pd, Sidik Pranyoto, S.Kom Sekretaris Redaksi : Drs. Didi Pujohadi, Wuri Rohayati, S.S.
Alamat Redaksi
Pusat Penilaian Pendidikan (PUSPENDIK), Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMDIKBUD), Jl. Gunung Sahari Raya no. 4, Jakarta Pusat, 10710 Tel. 62.21.3847537, 3847637, Fax. 3849451, Email: jurnalvalue@gmail.com
v
Pedoman Penulisan Artikel
1. Redaksi menerima naskah berupa hasil penelitian, opini, wawasan, pandangan, kajian pustaka, berita, dan resensi buku dari peneliti, praktisi dan pemerhati di bidang penilaian pendidikan.
2. Naskah dalam bentuk hard copy di kirim ke redaksi dan naskah soft copy dikirim melalui e-mail:
jurnalvalue@gmail.com dan disertai dengan biodata lengkap penulis.
3. Ketentuan penulisan secara umum.
a. Naskah ditulis dalam bentuk esai dan belum pernah diterbitkan di media lain.
b. Naskah diketik dengan memperhatikan aturan penggunaan tanda baca dan ejaan, yang dimuat dalam pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD).
c. Naskah diketik dengan format MS-Word, Font Calibriukuran 10, spasi 1 jumlah halaman minimum 7 dan maksimum 20, ukuran kertas A4.
4. Artikel hasil penelitian memuat judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, dan isi. Isi artikel mempunyai struktur dan sistematika serta persentasi jumlah halaman sebagai berikut :
a. Penulis harus mencantumkan nama, instansi, dan email di bawah judul artikel.
b. Artikel dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris harus menuliskan abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
c. Pendahuluan meliputi latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian (10%).
d. Kajian Literatur mencakup kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan (15%).
e. Metode Penelitian yang berisi rancangan/model, sampel dan data, tempat dan waktu, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data (10%).
f. Hasil dan Bahasan (50%).
g. Simpulan dan Saran (15%) h. Daftar Pustaka.
(Sistematika/struktur ini hanya sebagai pedoman umum, penulis dapat mengembangkannya sendiri asalkan sepadan dengan pedoman ini).
Artikel pemikiran dan atau reviu teori memuat judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, dan isi. Isi artikel mempunyai struktur dan sistematika serta persentasinya dari jumlah halaman sebagai berikut :
vi a. Pendahuluan meliputi latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penulisan (10%).
b. Kajian Literatur mencakup kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan (75%).
c. Simpulan dan saran (20%) d. Daftar Pustaka
(Sistematika/struktur ini hanya sebagai pedoman umum, penulis dapat mengembangkannya sendiri asalkan sepadan dengan pedoman ini).
Artikel resensi buku selain menginformasikan bagian-bagian penting dan buku yang diresensi juga menunjukkan bahasan secara mendalam kelebihan dan kelemahan buku tersebut serta membandingkan teori/konsep yang ada dalam buku tersebut dengan teori/konsep dari sumber- sumber lain.
5. Pustaka Acuan disajikan mengikuti tata cara seperti contoh berikut dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.
Bruner.J 1960, The process of education. New York. Vintage.
Hanafi, A. 1989. Partisipasi dalam Saran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi. Forum Penelitian, I (1) 33 - 47
vii
DAFTAR ISI
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan Volume I/No. 01/Juni/ 2012
Halaman
Dewan Pengurus dan Alamat Redaksi ... iv
Pedoman Penulisan Artikel ...………..………..………. v
Daftar Isi ..……….…. vii
Nilai UN dan Nilai Sekolah SMP DKI Jakarta dalam UN 2010/2011………..………... 1
Safari Analisis Butir Soal dan Kemampuan Bahasa Indonesia Siswa SMK dalam UN tahun 2011 ... 16 Fahmi
Studi Internasional Keterbacaan Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) 2010 ...
Benny Widaryanto dan Erika
27
Kemampuan Siswa SMP dan MTs dalam Memperbaiki Kalimat Tidak Efektif dalam Paragraf Berdasarkan Hasil UN 2010/2011……….……...
Safari
39
Kualitas Tes Buatan Guru pada Mata Pelajaran Matematika di SD NEGERI Kota Kendari …………..…….…...
Zamsir
49
Logika dan Landasan Hukum UN Materi Keagamaan pada MA ……….…...
Kholid Fathoni
66
Penerapan Strategi Neighborhood Walk untuk meningkatkan keterampilan Menulis Deskripsi Siswa Kelas VIII SMPN 2 Sigli...
Teuku Husni
73
viii
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 1 ABSTRACT
The aim of this research is to know the difference between National Final Examination (NFE) and School Final Examination (SFE) grade in governmental and private junior high school in DKI Jakarta based on the result of 2010/ 2011 National Final Examination. A variant analysis is done towards the data of 2011 National Final Examination participants, 12th grade students of 1.016 school (116.726 students) in five district of DKI Jakarta. The results of the analysis are first, the result of the examination in DKI Jakarta shows that the SFE grade is higher than the NFE grade. The averages of SFE and NFE grade for NFE subjects are as follows: (1) the SFE grade of Indonesian Language subject is 7,82 and the NFE grade is 6,95; (2) The SFE grade of English is 7,63 and the NFE grade is 7,02;
(3) The SFE grade of Mathematics is 7,53 and the NFE grade is 6,49; and (4) the SFE grade of natural sciences is 7,61 and the NFE grade is 6,90. Second, the result of the examination in private school and governmental school shows that the SFE grade is higher than the NFE grade. The averages of SFE and NFE grade for NFE subjects are as follows: (1The SFE grade of Indonesian Language subject is 7,82 and the NFE grade is 6,95; (2) The SFE grade of English is 7,63 and the NFE grade is 7,02; (3) The SFE grade of Mathematics is 7,53 and the NFE grade is 6,49; and (4) The SFE grades of natural sciences is 7,61 and the NFE grade is 6,90. Third, there are significant differences between NFE and SFE grade in governmental and private junior high school. The differences are as follows: (1) P- value for the NFE grade of Indonesian subject is 0,005; (2) P-Value for the SFE grade of English subject is 0,002; (3) P-value for SFE grade of Mathematics is 0,008, and (4) P-value for SFE grade of Natural Sciences is 0,019.
Meanwhile, the results also show that there are insignificant differences between NFE and SFE grade in governmental and private junior high school. They are: (1) P-value for SFE grade of Indonesian subject is 0,564; (2) P-value for NFE grade of English is 0,628; (3) P-value for NFE grade of Mathematics is 0,512; and (4) P-value for NFE grade of Natural Sciences is 0,976.
Keywords: National Final Examination Grade, School Final Examination Grade, Junior High School.
NILAI UN DAN NILAI SEKOLAH SMP DKI JAKARTA DALAM UN 2010/2011
Safari
Peneliti Utama di Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Kemdikbud E-mail: safari_puspendik@yahoo.com
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 2 ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) di SMPN dan SMPS di DKI Jakarta berdasarkan hasil UN 2010/2011. Berdasarkan hasil analisis varian dari data siswa kelas 12 peserta UN 2011 yang berasal dari 1016 sekolah (116726 siswa) di lima wilayah DKI Jakarta, maka diperoleh hasil penelitian seperti berikut ini. Pertama, nilai UN dan nilai sekolah untuk 4 mata pelajaran di wilayah DKI Jakarta adalah seperti berikut ini. Nilai sekolah lebih tinggi daripada nilai ujian nasional pada mata pelajaran yang di-UN-kan. Nilai total rata-rata untuk mata pelajaran: Bahasa Indonesia NS= 7,82 UN=6,95; Bahasa Inggris NS= 7,63 UN= 7,02; Matematika NS= 7,53 UN= 6,49; IPA NS= 7,61 UN= 6,90. Kedua, nilai UN dan nilai sekolah untuk 4 mata pelajaran di SMPN dan SMPS adalah seperti berikut. Nilai sekolah baik di SMPN maupun di SMPS selalu lebih tinggi daripada nilai UN. Nilai total rata-rata untuk mata pelajaran: Bahasa Indonesia NS= 7,82 UN= 6,95; Bahasa Inggris NS= 7,63 UN= 7,02; Matematika NS= 7,53 UN= 6,49; IPA NS= 7,61 UN= 6,90.Ketiga, perbedaan nilai UN dan nilai sekolah untuk 4 mata pelajaran di SMPN dan SMPS adalah seperti berikut. Nilai mata pelajaran yang terdapat perbedaan secara signifikan adalah: (1) nilai UN Bahasa Indonesia, P- value= 0,005, (2) NS Bahasa Inggris, P-value= 0,002, (3) NS Matematika, P-value= 0,008, dan (4) NS IPA, P-value=
0,019. Adapun nilai mata pelajaran yang tidak terdapat perbedaan adalah: (1) NS Bahasa Indonesia, P-value=
0,564, (2) UN Bahasa Inggris, P-value= 0,628, (3) UN Matematika, P-value= 0,512, dan (4) UN IPA, P-value= 0,976.
Kata kunci: nilai UN, nilai sekolah, dan SMP
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 3 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ada kecenderungan nilai sekolah (NS) yang diberikan guru kepada siswa SMP adalah lebih tinggi daripada nilai ujian nasional (UN). Hal ini wajar karena ujian sekolah, soal-soalnya disusun berdasarkan kisi-kisi lingkup sekolah yaitu disusun oleh guru di sekolah yang bersangkutan, sedangkan ujian nasional, soal-soalnya disusun berdasarkan kisi-kisi lingkup nasional yaitu oleh Kemdiknas Pusat berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL).Walaupun terdapat perbedaan kisi-kisinya, tetapi materi, kompetensi dasar (KD), dan standar kompetensinya (SK) adalah sama. Karena SKL disusun berdasarkan SK, KD, dan materi dalam silabus yang diajarkan guru kepada siswa di sekolah.
Untuk UN, kisi-kinya sudah standar nasional, tetapi untuk ujian sekolah ini adalah otonomi sekolah. Bisa terjadi antarsekolah di kecamatan, kabupaten, provinsi, kisi-kisi soal ujian sekolah tidak standar. Apabila kisi-kisinya tidak standar, tingkat urgensitas materi yang ditanyakannya pun tidak standar. Jadi ada peluang memberikan nilai tinggi di tingkat sekolah bisa terjadi.
Berdasarkan informasi ini, penulis ingin melihat seberapa jauh para guru telah memaksimalkan kemampuan siswa terhadap materi/kompetensi yang UKRK khususnya pada mata pelajaran yang di-UN-kan di SMP, yaitu mata pelajaran: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA. UKRK adalah materi/kemampuan yang: Urgensi (wajib dikuasai siswa), Kontinuitas
(merupakan kemampuan/materi lanjutan), Relevansi (manfaatnya terhadap mata pelajaran lain tinggi), Keterpakaian (keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi).
Seharusnya “setiap siswa belajar berkemampuan maksimal/tinggi terhadap materi yang diajarkan guru”. Ini sering disebut dengan
“belajar tuntas.” Bila ada siswa yang berkemampuan menengah dan rendah, maka ini menjadi kewajiban guru untuk memaksimalkannya atau menuntaskannya. Penulis yakin, bila belajar tuntas dilaksanakan guru di sekolah, Insya-Allah, para guru malu meluluskan anak didiknya dengan kriteria kurang dari 50,01 melainkan 100,00.
Karena nilai 50,1 menunjukkan belum tuntas materi yang dikuasainya.
Sekarang pertanyaannya adalah Apakah nilai sekolah (NS) siswa SMP DKI Jakarta untuk mata pelajaran: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matamatika, IPA lebih tinggi daripada nilai ujian nasional (UN)? Apakah siswa SMP di DKI Jakarta peserta ujian 2010/2011 yang lalu sudah memenuhi syarat ketuntasan belajarnya untuk semua materi pelajaran khususnya mata pelajaran:
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA.
Bila jawabannya ya atau sudah, siswa tidak akan mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan UN karena peluang menjawab benar soal pasti tinggi. Bila jawabannya belum, siswa pasti akan mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan UN karena peluang menjawab benar soal tergantung pada tingkat kemampuan siswanya.
Bagaimana tingkat ketuntasan belajar siswa di setiap wilayah di DKI Jakarta? Apakah mereka sama-sama tuntas atau sebaliknya? Sesuai dengan
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 4 lingkup penelitian ini, (1) Apakah terdapat
perbedaan nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) di SMPN dan SMPS di DKI Jakarta berdasarkan hasil UN 2010/2011? (2) Apakah di SMPN dan SMPS DKI Jakarta untuk kelima mata pelajaran yang diujikan, nilai sekolah lebih tinggi daripada nilai ujian nasional? (3) Apakah untuk kelima mata pelajaran yang diujian di wilayah DKI Jakarta, nilai sekolah lebih tinggi daripada nilai ujian nasional?
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, permasalahan yang muncul adalah(1) Apakah terdapat perbedaan nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) di SMPN dan SMPS di DKI Jakarta berdasarkan hasil UN 2010/2011? (2) Apakah di SMPN dan SMPS DKI Jakarta untuk kelima mata pelajaran yang diujikan, nilai sekolah lebih tinggi daripada nilai ujian nasional? (3) Apakah untuk kelima mata pelajaran yang diujian di wilayah DKI Jakarta, nilai sekolah lebih tinggi daripada nilai ujian nasional?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah: (1) terdapat perbedaan nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) di SMPN dan SMPS di DKI Jakarta berdasarkan hasil UN 2010/2011. (2) di SMPN dan SMPS DKI Jakarta untuk kelima mata pelajaran yang diujikan, nilai sekolah lebih tinggi daripada nilai ujian nasional. (3) untuk kelima mata pelajaran yang diujian di wilayah DKI Jakarta, nilai sekolah lebih tinggi dari pada nilai ujian nasional.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis kerja/alternatif/satu penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) di SMPN dan SMPS di DKI Jakarta berdasarkan hasil UN 2010/2011.
KAJIAN LITERATUR
Perbedaan nilai sekolah dengan nilai ujian nasional tergantung pada tingkat kesukaran soal dalam masing-masing tesnya. Tingkat kesukaran soal dalam ujian sekolah bisa dikatakan lebih mudah bila dibandingkan dengan tingkat kesukaran soal dalam ujian nasional. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal-soal dalam ujian nasional dilakukan uji coba pada sampel yang tepat terlebih dahulu, tetapi uji coba soal-soal untuk ujian sekolah masih dalam pertanyaan? Tingkat kesukaran butir sangat penting dalam perangkat tes. Karena tingkat kesukaran soal merupakan peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00 (Aiken (1994: 66). Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil perhitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar soal dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswa menjawab benar soal.
Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor
Nilai UN dan Nilai Sekolah SMP DKI Jakarta dalam UN 2010/2011.
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 5 rata-rata yang diperoleh warga belajar/siswa pada
butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu. Rumus ini dipergunakan untuk soal objektif. Rumusnya adalah seperti berikut ini (Nitko, 1996: 310). Tingkat kesukaran=
(jumlah siswa yang menjawab benar butir soal) : (jumlah siswa yang mengikuti tes).
Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester dipergunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi dipergunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya dipergunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menggambarkan tingkat kesukaran soal itu. Sebagai pedoman umum, klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan seperti berikut ini.
0,00 - 0,30soal tergolong sukar 0,31 - 0,70soal tergolong sedang 0,71 - 1,00soal tergolong mudah
Tingkat kesukaran butir soal dapat mempengaruhi bentuk distribusi total skor tes.
Untuk tes yang sangat sukar (TK= < 0,25) distribusinya berbentuk positif skewed, sedangkan tes yang mudah (berisi soal dengan TK= >0,80) distribusinya berbentuk negatif skewed.
Tingkat kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru dan kegunaan bagi pengujian dan pengajaran (Nitko, 1996: 310- 313).Kegunaannya bagi guru adalah: (1) sebagai
pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi masukan kepada siswa tentang hasil belajar mereka, (2) memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai terhadap butir soal yang bias. Adapun kegunaannya bagi pengujian dan pengajaran adalah: (a) pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang, (b) tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah, (c) memberi masukan kepada siswa, (d) tanda-tanda kemungkinan adanya butir soal yang bias, (e) merakit tes yang memiliki ketepatan data soal.
Di samping kedua kegunaan di atas, dalam konstruksi tes, tingkat kesukaran butir soal sangat penting karena tingkat kesukaran butir dapat: (1) mempengaruhi karakteristik distribusi skor (mempengaruhi bentuk dan penyebaran skor tes atau jumlah soal dan korelasi antarsoal), (2) berhubungan dengan reliabilitas. Menurut koefisien alfa dan KR-20, semakin tinggi korelasi antarsoal, semakin tinggi reliabilitas (Nunnally, 1978: 270-271).
Tingkat kesukaran butir soal juga dapat digunakan untuk memprediksi alat ukur itu sendiri (soal) dan kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan guru. Misalnya satu butir soal termasuk kategori mudah, maka prediksi terhadap informasi ini adalah adalah seperti berikut.
(1) Pengecoh butir soal itu tidak berfungsi.
(2) Sebagian besar siswa menjawab benar butir soal itu; artinya bahwa sebagian besar siswa telah memahami materi yang ditanyakan.
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 6 Bila suatu butir soal termasuk kategori sukar,
maka prediksi terhadap informasi ini adalah seperti berikut.
(1) Butir soal itu "mungkin" salah kunci jawaban.
(2) Butir soal itu mempunyai2 atau lebih jawaban yang benar.
(3) Materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas pembelajarannya,sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa belum tercapai.
(4) Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan mempergunakan bentuk soal yang diberikan (misalnya meringkas cerita atau mengarang ditanyakan dalam bentuk pilihan ganda).
(5) Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang.
Namun, analisis secara klasik ini memang memiliki keterbatasan, yaitu bahwa tingkat kesukaran sangat sulit untuk mengestimasi secara tepat karena estimasi tingkat kesukaran dibiaskan oleh sampel (Haladyna, 1994: 145). Jika sampel berkemampuan tinggi, maka soal akan sangat mudah (TK= >0,90). Jika sampel berkemampuan rendah, maka soal akan sangat sulit (TK = < 0,40).
Oleh karena itu memang merupakan kelebihan analisis secara IRT, karena IRT dapat mengestimasi tingkat kesukaran soal tanpa menentukan siapa peserta tesnya (invariance). Dalam IRT, komposisi sampel dapat mengestimasi parameter dan tingkat kesukaran soal tanpa bias.
Di samping tingkat kesukaran soal, pelaksanaan ujian sekolah danUN pada keempat mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA) di SMP perlu dievaluasi. Apakah metode yang
dipergunakan sudah tepat termasuk pelaksana- annya di semua provinsi di Indonesia? Metode di sini sangat penting, karena metode itu sendiri merupakan prosedur atau operasi untuk mencapai tujuan (Matakupan, 1992: 14). Semakin baik dan tepatnya metode, makin efektif pencapaian tujuan dan untuk menetapkan lebih dahulu apakah suatu metode dapat disebut baik diperlukan paatokan yang bersumber dari beberapa faktor, faktor utama yang menentukan adalah tujuan akan dicapai, (Surakhmad, 1984: 95).
Pekerjaan rumah (PR) kepala sekolah mulai saat ini bertambah, yang semula hanya memikirkan pelaksanaan keempat mata pelajaran yang di-UN- kan. Mulai tahun 2012, kepala sekolah harus memikirkan sinkronisasi keempatmata pelajaran yang diujikan di sekolah dan yang di-UN-kan. Kalau tidak manajemen sekolah hanya terfokus pada mengejar target semua siswa di sekolah harus lulus UN. Dampaknya nilai sekolah selalu lebih tinggi daripada nilai UN. Di samping itu, guru menekankan siswa untuk latihan soal-soal UN sebelumnya dan melupakan fungsi mengajar yang sebenarnya di sekolah.
Sesungguhnya mengajar adalah (1) menanamkan pengetahuan pada anak agar anak menguasai pengetahuan sebanyak-banyaknya yang diajarkan oleh guru, (2) menyampaikan pengetahuan pada anak agar anak mengenal kebudayaan bangsanya dan dunia pada umumnya, (3) aktivitas mengorganisasi (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannyadengan anak sehingga terjadi proses belajar, (Imansjah, 1984: 46). Di samping itu, dalam proses belajar- mengajar di kelas hanya terjadi komunikasi satu
Nilai UN dan Nilai Sekolah SMP DKI Jakarta dalam UN 2010/2011.
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 7 arah. “Pokoknya” hanya latihan dan latihan soal.
Hal ini sudah menyimpang dari prinsip komunikasi dalam proses belajar-mengajar di kelas.
Sesungguhnya komunikasi adalah proses penyamaan pikiran-pikiran yang berbeda di dalam otak berupa (gagasan, pesan, harapan) komunikator dengan pikiran yang berada di dalam otak komunikan, (Widjaja, 1993: 164-165). Oleh karena itu, sudah saatnya “setiap siswa belajar berkemampuan maksimal/tinggi terhadap materi yang diajarkan guru”. Bila ada siswa yang berkemampuan menengah dan rendah, maka ini menjadi kewajiban guru untuk memaksimalkannya atau menuntaskannya. Apabila belajar tuntas dilaksanakan guru di sekolah, Insya-Allah, para guru malu meluluskan anak didiknya dengan kriteria kurang dari 50,01 melainkan 100,00. Karena nilai 50,1 menunjukkan belum tuntas materi yang dikuasainya.
METODE PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah semua siswa SMP Negeri dan Swasta di DKI Jakarta yang mengikuti ujian nasional (UN) 2011. Sampel penelitian adalah siswa kelas 12 peserta UN 2011 yang berasal dari 1016 sekolah (116726 siswa) di lima wilayah DKI Jakarta.Alasan penetapan sampel ini adalah adanya kelengkapan dan keakuratan data yang sudah siap diolah di lima wilayah, kecuali wilayah Pulau Seribu. Data selengkapnya dapat dilihat di tabel 1.
Tabel 1. Jumlah sekolah dansiswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta
No. DKI
Jumlah SMP Jumlah Peserta UN Negeri Swasta Total Negeri Swasta Total
1. Jakpus 36 84 120 7497 5380 12877
2. Jakut 37 142 179 8707 8355 17062
3. Jakbar 50 215 265 11960 12146 24106
4. Jaksel 66 134 200 16532 11058 27595
5. Jaktim 95 157 252 24545 10541 35086
Jumlah 284 732 1016 69241 47480 116726
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berbentuk skor nilai sekolah dan skor hasil UN SMP, negeri dan swasta, tahun pelajaran 2011 di lima wilayah DKI Jakarta untuk 4 mata pelajaran:
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA.
Penentuan mata pelajaran ini didasarkan bahwa keempat mata pelajaran itu diujikan dalam UN tahun 2011. Skor yang dimaksud adalah skor yang diperoleh siswa pada keempat mata pelajaran baik nilai sekolah maupun nilai UN.
Metode analisis yang dipergunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan mempergunakan statistik Anova. Data dianalisis dengan mempergunakan program SPSS 19.00 for Window.
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 8 HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai Ujian Nasional (UN) dan Nilai Sekolah (NS) di Setiap Wilayah DKI
a. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Nilai UN dan NS untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di lima wilayah DKI dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut. Untuk kelima wilayah di DKI yaitu wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, NS selalu lebih besar daripada UN yang nilai rata-rata totalnya US= 7,82 UN=6,95.
Tabel 2. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Nilai UN dan Nilai Sekolah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Lima Wilayah DKI Jakarta
No. DKI
Mean Std Deviasi
Nilai UN
Nilai Sekolah
Nilai UN
Nilai Sekolah
1. Jakpus 6,86 7,78 0,29 0,07
2. Jakut 6,78 7,79 0,16 0,03
3. Jakbar 7,05 7,85 0,13 0,01
4. Jaksel 7,09 7,81 0,69 0,05
5. Jaktim 6,98 7,89 0,62 0,07
Jakpus 6,95 7,82 0,35 0,06
b. Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Nilai UN dan NS untuk mata pelajaran Bahasa Inggris di lima wilayah DKI dapat dilihat dalam Tabel 3 berikut. Untuk kelima wilayah di DKI yaitu wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara,
Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, NS selalu lebih besar daripada UN yang nilai rata-rata totalnya US= 7,63 UN=7,02.
Tabel 3. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Nilai UN dan Nilai Sekolah Mata Pelajaran Bahasa Inggrisdi Lima Wilayah DKI Jakarta
No. DKI
Mean Std Deviasi
Nilai UN
Nilai Sekolah
Nilai UN
Nilai Sekolah
1. Jakpus 6,88 7,61 0,23 0,18
2. Jakut 6,69 7,59 0,85 0,17
3. Jakbar 6,95 7,64 0,55 0,23
4. Jaksel 7,61 7,62 0,61 0,00
5. Jaktim 6,95 7,68 0,40 0,15
Total 7,02 7,63 0,54 0,13
c. Mata Pelajaran Matematika
Nilai UN dan NS untuk mata pelajaran Matematika dilima wilayah DKI dapat dilihat dalam Tabel 4 berikut. Untuk kelima wilayah di DKI yaitu wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, NS selalu lebih besar daripada UN yang nilai rata-rata totalnya US= 7,53 UN=6,49.
Nilai UN dan Nilai Sekolah SMP DKI Jakarta dalam UN 2010/2011.
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 9 Tabel 4. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Nilai
UN dan Nilai Sekolah Mata Pelajaran Matematika di Lima Wilayah DKI Jakarta
No. DKI
Mean Std Deviasi
Nilai UN
Nilai Sekolah
Nilai UN
Nilai Sekolah
1. Jakpus 6,41 7,50 0,35 0,16
2. Jakut 6,18 7,53 0,98 0,12
3. Jakbar 6,23 7,57 0,62 0,19
4. Jaksel 7,23 7,59 0,69 0,02
5. Jaktim 6,41 7,59 0,27 0,13
Total 6,49 7,53 0,62 0,11
d. Mata Pelajaran IPA
Nilai UN dan NS untuk mata pelajaran IPA di lima wilayah DKI dapat dilihat dalam Tabel 5 berikut. Untuk kelima wilayah di DKI yaitu wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, NS selalu lebih besar daripada UN yang nilai rata- rata totalnya US= 7,61 UN=6,90.
Tabel 5. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Nilai UN dan Nilai Sekolah Mata Pelajaran IPAdi Lima Wilayah DKI Jakarta
No. DKI
Mean Std Deviasi
Nilai UN
Nilai Sekolah
Nilai UN
Nilai Sekolah
1. Jakpus 6,55 7,57 0,10 0,11
2. Jakut 6,55 7,60 0,47 0,11
3. Jakbar 7,01 7,62 0,49 0,14
4. Jaksel 7,37 7,59 0,59 0,02
5. Jaktim 7,00 7,69 0,45 0,08
Total 6,90 7,61 0,47 0,09
Nilai Ujian Nasional (UN) dan Nilai Sekolah (NS) di SMPN dan SMPS DKI
a. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP negeri dan swasta DKI dapat dilihat dalam Tabel 6 berikut. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia baik di SMP negeri maupun swasta NS lebih besar daripada UN yang nilai rata-rata totalnyaNS=7,82 UN=6,95.
Tabel 6. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Nilai UN dan NS Mata Pelajaran Bahasa Indonesia siswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta
No.
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Mean Std Deviasi
Nilai UN Nilai Sekolah Nilai UN Nilai Sekolah
1. SMPN 7,21 7,81 0,27 0,05
2. SMPS 6,69 7,83 0,16 0,07
Total 6,95 7,82 0,35 0,06
b. Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) untuk mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP negeri dan swasta DKI dapat dilihat dalam Tabel 7 berikut. Untuk mata pelajaran Bahasa Inggris baik di SMP negeri maupun swasta NS lebih besar daripada UN yang nilai rata-rata totalnyaNS=7,63 UN=7,02.
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 10 Tabel 7. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi
Nilai UN dan NS Mata Pelajaran Bahasa Inggris siswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta
No. Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Mean Std Deviasi
Nilai UN Nilai Sekolah Nilai UN Nilai Sekolah
1. SMPN 6,93 7,52 0,74 0,07
2. SMPS 7,10 7,73 0,27 0,07
Total 7,02 7,63 0,54 0,13
c. Mata Pelajaran Matematika
Nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) untuk mata pelajaran Matematika di SMP negeri dan swasta DKI dapat dilihat dalam Tabel 8 berikut. Untuk mata pelajaran Matematika baik di SMP negeri maupun swasta NS lebih besar daripada UN yang nilai rata-rata totalnyaNS=7,53 UN=6,49.
Tabel 8. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Nilai UN dan NS Mata Pelajaran Matematika siswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta
No.
Mata Pelajaran Matematika
Mean Std Deviasi
Nilai UN Nilai Sekolah Nilai UN Nilai Sekolah
1. SMPN 6,35 7,45 0,87 0,05
2. SMPS 6,62 7,61 0,24 0,09
Total 6,49 7,53 0,62 0,11
d. Mata Pelajaran IPA
Nilai ujian nasional (UN) dan nilai sekolah (NS) untuk mata pelajaran IPA di SMP negeri dan swasta DKI dapat dilihat dalam Tabel 9 berikut.
Untuk mata pelajaran IPA baik di SMP negeri maupun swasta NS lebih besar daripada UN yang nilai rata-rata totalnyaNS=7,61 UN=6,90.
Tabel 9. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Nilai UN dan NS Mata Pelajaran IPA siswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta
No.
Mata Pelajaran
IPA
Mean Std Deviasi
Nilai UN
Nilai Sekolah
Nilai UN
Nilai Sekolah
1. SMPN 6,89 7,55 0,64 0,06
2. SMPS 6,90 7,67 0,29 0,07
Total 6,90 7,61 0,47 0,09
Perbedaan Nilai Ujian Nasional (UN) dan Nilai Sekolah (NS) di SMPN dan SMPS DKI
a. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Hasil anova pada perbedaan nilai UN dan NS untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada SMPN dan SMPS dapat dilihat pada Tabel 10.
Nilai UN dan Nilai Sekolah SMP DKI Jakarta dalam UN 2010/2011.
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 11 Tabel 10. Hasil Anova pada Perbedaan Nilai UN dan
NS untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia siswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta
Sum of
Squares df Mean
Square F Sig.
NILAI_BIN_U N
Between
Groups ,713 1 ,713 14,275 ,005
Within
Groups ,400 8 ,050
Total 1,112 9
NILAI_BIN_US
Between
Groups ,001 1 ,001 ,363 ,564
Within
Groups ,027 8 ,003
Total ,028 9
Nilai uji F faktor nilai UN mata pelajaran Bahasa Indonesia pada Tabel 4 adalah 14,28 dengan derajat kebebasan (df) 1, serta P- value= 0,005. Karena P-value lebih kecil daripada α 0,05, maka H0 ditolak dan diterima H1. Artinya terdapat perbedaan pada nilai UN di SMPN dan SMPS di wilayah DKI Jakarta.
Maksudnya adalah terdapat perbedaan nilai UN bila ditinjau dari status sekolah antara SMPN dan SMPS dalam penelitian ini.
Nilai uji F faktor nilai NS mata pelajaran Bahasa Indonesia pada Tabel 4 adalah 0,36 dengan derajat kebebasan (df) 1, serta P- value= 0,564. Karena P-value lebih besar daripada α 0,05, maka H1 ditolak dan diterima Ho. Artinya tidak terdapat perbedaan pada nilai NS di SMPN dan SMPS di wilayah DKI Jakarta. Maksudnya adalah tidak terdapat
perbedaan hasil NS bila ditinjau dari status skolah antara SMPN dan SMPS dalam penelitian ini.
b. Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Hasil anova pada perbedaan nilai UN dan NS untuk mata pelajaran Bahasa Inggris pada SMPN dan SMPS dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Anova pada Perbedaan Nilai UN dan NS untuk Mata Pelajaran Bahasa Inggris siswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
NILAI_BING _UN
Between Groups ,079 1 ,079 ,253 ,628 Within Groups 2,501 8 ,313
Total 2,581 9
NILAI_BING _US
Between Groups ,106 1 ,106 22,264 ,002
Within Groups ,038 8 ,005
Total ,144 9
Nilai uji F faktor nilai UN mata pelajaran Bahasa Inggris pada Tabel 11 adalah 0,253 dengan derajat kebebasan (df) 1, serta P- value= 0,628. Karena P-value lebih besar daripada α 0,05, maka H0 diterima dan ditolak H1. Artinya tidak terdapat perbedaan pada nilai UN di SMPN dan SMPS di wilayah DKI Jakarta. Maksudnya adalah tidak terdapat perbedaan nilai UN bila ditinjau dari status sekolah antara SMPN dan SMPS dalam penelitian ini.
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 12 Nilai uji F faktor nilai NS mata pelajaran
Bahasa Inggris pada Tabel 11 adalah 22,264 dengan derajat kebebasan (df) 1, serta P- value= 0,002. Karena P-value lebih kecil daripada α 0,05, maka H1 diterima dan ditolak Ho. Artinya terdapat perbedaan pada nilai NS di SMPN dan SMPS di wilayah DKI Jakarta.
Maksudnya adalah terdapat perbedaan hasil NS bila ditinjau dari status skolah antara SMPN dan SMPS dalam penelitian ini.
c. Mata Pelajaran Matematika
Hasil anova pada perbedaan nilai UN dan NS untuk mata pelajaran Matematikapada SMPN dan SMPS dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil Anova pada Perbedaan Nilai UN dan NS untuk Mata Pelajaran Matematika siswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
NILAI_MA T_UN
Between Groups ,193 1 ,193 ,471 ,512 Within Groups 3,285 8 ,411
Total 3,478 9
NILAI_MA T_US
Between Groups ,067 1 ,067 12,533 ,008 Within Groups ,043 8 ,005
Total ,110 9
Nilai uji F faktor nilai UN mata pelajaran Matematika pada Tabel 12 adalah 0,471 dengan derajat kebebasan (df) 1, serta P-
value= 0,512. Karena P-value lebih besar daripada α 0,05, maka H0 diterima dan ditolak H1. Artinya tidak terdapat perbedaan pada nilai UN di SMPN dan SMPS di wilayah DKI Jakarta. Maksudnya adalah tidak terdapat perbedaan nilai UN bila ditinjau dari status sekolah antara SMPN dan SMPS dalam penelitian ini.
Nilai uji F faktor nilai NS mata pelajaran Matematika pada Tabel 12 adalah 12,53 dengan derajat kebebasan (df) 1, serta P- value= 0,008. Karena P-value lebih kevcil daripada α 0,05, maka H1 diterima dan ditolak Ho. Artinya terdapat perbedaan pada nilai NS di SMPN dan SMPS di wilayah DKI Jakarta.
Maksudnya adalah terdapat perbedaan hasil NS bila ditinjau dari status skolah antara SMPN dan SMPS dalam penelitian ini.
d. Mata Pelajaran IPA
Hasil anova pada perbedaan nilai UN dan NS untuk mata pelajaran IPA pada SMPN dan SMPS dapat dilihat pada Tabel 13.
Nilai UN dan Nilai Sekolah SMP DKI Jakarta dalam UN 2010/2011.
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 13 Tabel 13. Hasil Anova pada Perbedaan Nilai UN dan
NS untuk Mata Pelajaran IPA siswa SMPnegeri dan swasta peserta UN tahun 2011 DKI Jakarta
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
NILAI_IPA_
UN
Between Groups ,000 1 ,000 ,001 ,976 Within Groups 1,997 8 ,250
Total 1,998 9
NILAI_IPA_
US
Between Groups ,035 1 ,035 8,681 ,019
Within Groups ,032 8 ,004
Total ,067 9
Nilai uji F faktor nilai UN mata pelajaran IPA pada Tabel 13 adalah 0,001 dengan derajat kebebasan (df) 1, serta P-value= 0,976. Karena P-value lebih besar daripada α 0,05, maka H0 diterima dan ditolak H1. Artinya tidak terdapat perbedaan pada nilai UN di SMPN dan SMPS di wilayah DKI Jakarta. Maksudnya adalah tidak terdapat perbedaan nilai UN bila ditinjau dari status sekolah antara SMPN dan SMPS dalam penelitian ini.
Nilai uji F faktor nilai NS mata pelajaran IPA pada Tabel 13 adalah 8,681 dengan derajat kebebasan (df) 1, serta P-value= 0,019. Karena P-value lebih kecil daripada α 0,05, maka H1 diterima dan ditolak Ho. Artinya terdapat perbedaan pada nilai NS di SMPN dan SMPS di wilayah DKI Jakarta. Maksudnya adalah terdapat perbedaan hasil NS bila ditinjau dari status skolah antara SMPN dan SMPS dalam penelitian ini.
Adanya perbedaan nilai UN dan NS dimungkinkan terdapat 2 hal. (1) Karena kisi- kisi tesnya berbeda. Kisi-kisi untuk NS disusun berdasarkan lingkup sekolah, sedangkan kisi- kisi UN didasarkan pada SKL. (2) Tingkat kesukaran kedua tes berbeda. Untuk soal UN sebelum dipergunakan, soal diujicobakan kepada responden yang tepat sehingga soal bisa disusun 80% soal sedang, 10% masing- masing untuk soal mudah dan sukar, sedangkan untuk soal yang dipergunakan ujian sekolah belum diketahui apakah soalnya diujicobakan terlebih dahulu atau tidak.
Tingkat kesukaran butir sangat penting dalam perangkat tes. Karena tingkat kesukaran soal merupakan peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00 (Aiken (1994: 66). Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil perhitungan, berarti semakin mudah soal itu.
Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar soal dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswa menjawab benar soal. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal.
Tingkat kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru dan kegunaan bagi pengujian dan pengajaran (Nitko, 1996: 310-313).Kegunaannya bagi guru adalah: (1) sebagai pengenalan konsep
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 14 terhadap pembelajaran ulang dan memberi
masukan kepada siswa tentang hasil belajar mereka, (2) memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai terhadap butir soal yang bias. Adapun kegunaannya bagi pengujian dan pengajaran adalah: (a) pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang, (b) tanda- tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah, (c) memberi masukan kepada siswa, (d) tanda-tanda kemungkinan adanya butir soal yang bias, (e) merakit tes yang memiliki ketepatan data soal. Di samping kedua kegunaan di atas, dalam konstruksi tes, tingkat kesukaran butir soal sangat penting karena tingkat kesukaran butir dapat: (1) mempengaruhi karakteristik distribusi skor (mempengaruhi bentuk dan penyebaran skor tes atau jumlah soal dan korelasi antarsoal), (2) berhubungan dengan reliabilitas. Menurut koefisien alfa dan KR-20, semakin tinggi korelasi antarsoal, semakin tinggi reliabilitas (Nunnally, 1978: 270-271).
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis varian dari data UN SMP tahun 2011 di 5 wilayah DKI Jakarta,diperoleh beberapa hasil penelitian seperti berikut ini.
Pertama, nilai UN dan nilai sekolah untuk 4 mata pelajaran di wilayah DKI Jakarta adalah seperti berikut ini. Nilai sekolah lebih tinggi daripada nilai ujian nasional pada mata pelajaran yang di-UN-kan. Nilai total rata-rata untuk mata
pelajaran: Bahasa Indonesia NS= 7,82 UN=6,95;
Bahasa Inggris NS= 7,63 UN= 7,02;Matematika NS=
7,53 UN= 6,49; IPA NS= 7,61 UN= 6,90.
Kedua, nilai UN dan nilai sekolah untuk 4 mata pelajaran di SMPN dan SMPS adalah seperti berikut. Nilai sekolah baik di SMPN maupun di SMPS selalu lebih tinggi daripada nilai UN. Nilai total rata-rata untuk mata pelajaran: Bahasa Indonesia NS= 7,82 UN= 6,95;Bahasa Inggris NS=
7,63 UN= 7,02; Matematika NS= 7,53 UN= 6,49; IPA NS= 7,61 UN= 6,90.
Ketiga, perbedaan nilai UN dan nilai sekolah untuk 4 mata pelajaran di SMPN dan SMPS adalah seperti berikut. Nilai mata pelajaran yang terdapat perbedaan secara signifikan adalah: (1) nilai UN Bahasa Indonesia, P-value= 0,005, (2) NS Bahasa Inggris, P-value= 0,002, (3) NS Matematika, P- value= 0,008, dan (4) NS IPA, P-value= 0,019.
Adapun nilai mata pelajaran yang tidak terdapat perbedaan adalah: (1) NS Bahasa Indonesia, P- value= 0,564, (2) UN Bahasa Inggris, P-value=
0,628, (3) UN Matematika, P-value= 0,512, dan (4) UN IPA, P-value= 0,976.
Berdasarkan ketiga hasil penelitian di atas, maka sebagai penutup penelitian ini ada dua saran penting seperti berikut ini. Pertama, untuk memperkecil subjektifitas nilai sekolah, Direktur Pendidikan Menengah dan BSNP perlu membuat pedoman yang dipergunakan dalam ujian sekolah secara standar. Kedua, kepada guru khususnya guru yang mengajar mata pelajaran yang di-UN- kan: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA perlu memaksimalkan kemampuan siswa terhadap materi urgen karena nilai UN 2011 menunjukkan bahwa nilai UN untuk semua mata
Nilai UN dan Nilai Sekolah SMP DKI Jakarta dalam UN 2010/2011.
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 15 pelajaran nilai rata-ratanya di bawah7 di semua
wilayah di DKI Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, Lewis R. (1994). Psychological Testing and Assessment,(Eighth Edition). Boston: Allyn and Bacon.
Haladyna, Thomas M. (1994). Developing and Validating Multiple-Choice Test Items. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
Imansjah. (1984). Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional.
Matakupan. (1992). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Dinas Pendidikan dan Pengajaran DKI Jakarta.
Nitko, Anthony J. (1996). Educational Assessment of Students, Second Edition. Ohio: Merrill an imprint of Prentice Hall Englewood Cliffs.
Nunally, Jum C. (1978). Psychometric Theory, Second Edition. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.
Surakhmad, W. (1984).Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
Widjaja, AW. (1993). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara.
VALUE, Jurnal Evaluasi & Asesmen Pendidikan, Vol.I/No.01/Juni/2012 16 ABSTRACT
The aim of the research is to compare the proportional correct and the vocational senior high school students’ ability in the National Final Examination. There are three sets of test analyzed in the research. The analysis done by using Bigsteps software. The sample of the research is 20.000 students each set of test. The result of the analysis shows that the proportional correct of Indonesian Language subject is medium. The proportional correct of set 1 of the test is 0,000, set 2 is 0,295, and set 3 is 0,000. The average of the linking items’
proportional correct in set 1 is -0,800, set 2 is -1,096, and set 3 is -0,800. Meanwhile, the proportional correct of non linking items in set 1 is 0,088, set 2 is 0,416, and set 3 is 0,088. North Sumatera Province gets the highest average of the National Final Examination grade for Indonesian Language subject. The average is 7,77.
Meanwhile, the lowest average is 6,36, reached by Central Sulawesi Province.
Keywords: proportional correct, mean, equating, linking item (anchor item)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan tingkat kesukaran butir soal dan kemampuan siswa SMK dalam Ujian Nasional (UN). Paket tes yang dianalisis sebanyak 3 paket dan analisis butir soal dilakukan menggunakan software Bigsteps. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 20.000 siswa setiap paket tes.
Dari hasil analisis diperoleh informasi bahwa tingkat kesukaran Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMK termasuk kategori sedang. Tingkat kesukaran Ujian Nasional paket 1adalah 0,000, paket 2adalah 0,295, dan paket 3adalah 0,000. Rata-rata tingkat kesukaran soal linking paket 1adalah -0,800, paket 2 adalah -1,096, paket 3 adalah - 0,800. Tingkat kesukaran butir soal non linking paket 1 adalah 0,088, paket 2 adalah 0,416, dan paket 3 adalah 0,088. Rata-rata nilai Ujian Nasional Bahasa Indonesia nasional tertinggi adalah Provinsi Sumatera Utara (7,77) dan nilai rata-rata terendah adalah Provinsi Sulawesi Tengah (6,36)
Kata kunci: Tingkat kesukaran, mean, equating(penyetaraan), linking(anchoritem)
ANALISIS BUTIR SOAL DAN KEMAMPUAN BAHASA INDONESIA SISWA SMK DALAM UJIAN NASIONAL TAHUN 2011
Fahmi
Peneliti Muda di Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Kemdikbud E-mail: ffahmi6@gmail.com