• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1Rumpon

Rumpon yang digunakan dalam penelitian dibuat pada saat operasi penangkapan ikan di kelong tancap belum dilakukan. Tahap-tahap perakitan rumpon yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan bahan-bahan seperti tali PE Ø 5 mm dan tali PE Ø 12 mm, kawat stainless steel Ø 3 mm, besi behel Ø 10 mm sebanyak 3 batang, pelampung utama dari bahan styrofoam, jerigen sebagai pelampung tambahan, bendera semaphore 3 buah, ban sepeda motor bekas 15 buah. Setelah terkumpul, yang pertama kali dilakukan adalah memasukkan besi behel sebagai penahan agar ban yang digunakan nantinya sebagai frame rumpon dan pemikat tambahan berfungsi maksimal. Setelah keseluruhan ban terpasang besi behel, selanjutnya lima buah ban sepeda motor dirangkai dengan empat helai tali tali PE Ø 12 mm, jarak tiap ban sebesar 1,5 meter. hal yang sama dilakukan untuk dua unit rumpon yang lain. Selanjutnya untuk tali pelampung dan tali pemberat (PE Ø 12 mm) dipasangkan pada tiap rangkaian konstruksi rumpon yang telah menyerupai bentuk tabung.

Setelah frame rumpon terbentuk, hari berikutnya adalah pemasangan atraktor utama yaitu daun kelapa. Sebanyak 45 pelepah kelapa besar dikumpulkan dari pohon kelapa yang tersebar disekitar pantai. Pelepah kelapa diamb il hanya bagian daunnya serta sedikit bagian pelepahnya. Pelepasan pelepah dilakukan dengan membelah ujung pelepah besar menjadi dua bagian lalu menariknya hingga ke bagian pangkal pelepah. Setelah terpisah, dua helai pelepah tersebut dibagi dua hingga menjadi empat pelepah kecil. Setiap konstruksi rumpon menggunakan 60 pelepah kecil. Pemilihan jumlah pelepah ini tidak memiliki ketentuan mutlak. Untuk ukuran rumpon dengan panjang total badan rumpon yang dipasangi daun kelapa sepanjang 6 hingga 7 meter, jumlah 60 pelepah kecil dirasakan tidak terlalu banyak. Bila jumlah pelepah terlalu banyak, maka dikhawatirkan celah yang akan terbentuk ketika rumpon terpasang akan sangat kecil.

b. Sehingga ikan sukar untuk berlindung pada celah-celah daun kelapa pada rumpon. Sebelum proses pemasangan atraktor dilakukan, rangkaian tali dan ban sepeda motor

bekas digantungkan pada seutas tali yang telah terhubung pada dua pohon kelapa agar proses pemasangan pelepah kelapa mudah dilakukan. Pemasangan pelepah kecil pada rumpon dilakukan dengan menyelipkan bagian pelepah yang kecil ke dalam untaian tali frame (PE Ø 12 mm). Setelah terselip pada tali, dilakukan penguatan ikatan dengan menggunakan tali PE Ø 5 mm. Bentuk dan konstruksi rumpon yang digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 5 Bentuk dan konstruksi rumpon

c. Setelah tiga unit rumpon terpasang, di hari yang sama tepatnya sore hari setelah pemasangan pelepah, dilakukan survei ke lokasi kelong tancap yang akan dijadikan kelong perlakuan pada penelitian ini. Survei ini dilakukan untuk mengetahui kedalaman perairan sekitar kelong. Kedalaman tiang kelong sebenarnya telah diketahui dari hasil wawancara dengan nelayan pemilik kelong. Survei hanya untuk mengetahui besarnya pertambahan kedalaman saat air pasang dan saat air surut.

Selain itu survei juga untuk mengetahui arah pergerakan arus. Hal ini perlu diketahui agar saat pemasangan tidak mengalami kesusahan dan bila terpasang kemiringan bangunan rumpon tidak mengganggu jalannya operasi penangkapan ikan.

d. Pada hari selanjutnya, tiga unit rumpon yang telah selesai dibuat dibawa ke lokasi kelong tancap untuk dipasang sebagai alat bantu untuk mengumpulkan ikan. Pengangkutan rumpon menggunakan kapal nelayan berkekuatan 20 PK. Tiga unit rumpon ditaruh di bagian depan hingga bagian tengah kapal. Sebelumnya pemberat dipasangkan di bawah lunas kapal agar muatan kapal tudak terlalu berat. Salah satu ujung tali pemberat ini telah dihubungkan dengan tali pemberat pada bagian bawah badan rumpon. Perjalanan menuju lokasi pemasangan memakan waktu sekitar 2 jam. Setelah tiba di lokasi pemasangan rumpon diturunkan secara perlahan mulai dari pelampung yang telah dipasangi bendera tanda, badan rumpon yang terdiri atas rangkaian ban sepeda motor bekas dan atraktor daun kelapa, lalu tali pemberat segera diputuskan. Sesaat setelah tali pemberat terputus, seluruh pemberat turun hingga ke dasar perairan diiringi seluruh badan rumpon hingga bangunan rumpon berdiri di dalam perairan. Pengontrolan masih dilakukan setelah tiga unit rumpon terpasang di tiga sudut bangunan kelong tancap. Satu sudut kelong tancap tidak dipasang rumpon dikarenakan pada sudut ini mobilitas kapal nelayan cukup tinggi, sehingga nelayan menyarankan di sekitar sudut tersebut tidak dipasang rumpon karena dikhawatirkan rumpon akan tersangkut pada baling-baling kapal.

e. Tahap selanjutnya adalah membiarkan rumpon membusuk di dalam perairan sambil menunggu umur bulan yang tepat untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Selang waktu ini sangat diperlukan agar ikan pelagis kecil berasosiasi dengan rumpon membentuk rantai makanan. Sehingga diharapkan pada saat operasi penangkapan dilakukan fungsi rumpon berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Posisi pemasangan rumpon pada kelong tancap digambarkan pada gambar 6 berikut ini:

Gambar 6 Posisi pemasangan rumpon pada kelong tancap

Rumpon dipasang pada tiga sudut kelong tancap. Setelah terpasang, konstruksi rumpon diikatkan pada tiang kelong, hal ini untuk menghindari rumpon hanyut bila terjadi badai. Jarak rumpon dari tiang kelong tancap di ukur pada garis horizontal perairan adalah 3 meter. Tali yang digunakan sebagai penghubung rumpon dan kelong tancap menggunakan tali polyethylene Ø 10 mm. Pemasangan rumpon pada bagan tancap dilakukan pada tanggal 24 Juni 2004.

Setiap bagian rumpon yang digunakan dalam penelitian ini memiliki beberapa kegunaan disetiap bagian konstruksinya yakni :

1. atraktor daun kelapa yang terdapat pada konstruksi rumpon berfungsi sebagai tempat persinggahan ikan, apabila daun kelapa mulai membusuk secara tidak langsung rantai makanan akan terbentuk, hal ini menjadikan rumpon sebagai tempat bagi ikan untuk mencari makan,

2. bentuk silinder yang terbentuk karena rangkaian tali dan ban sepeda motor akan menjadikan tempat yang disukai oleh ikan,

3. rumpon akan bertahan dalam posisinya di dalam perairan apabila ikatan antar bagian konstruksinya kuat. Ikatan pelampung dan pemberat harus kuat agar pengaruh arus tidak merubah bentuk konstruksi rumpon.

Berikut adalah gambar posisi pemasangan rumpon tampak atas :

Gambar 7 Posisi pemasangan rumpon tampak atas 5.2 Hasil Tangkapan

Pencatatan data hasil tangkapan kelong tancap dan jenis ikan hasil tangkapan dilakukan setelah hauling. Hasil tangkapan dipisahkan menurut jenisnya lalu ditimbang beratnya per spesies. Pemisahan atau penyortiran dilakukan secara visual, selanjutnya dilakukan pengidentifikasian jenis dan pencatatan. Hal ini dilakukan setiap kali hauling, data yang dicatat seperti waktu hauling, jenis tangkapan, berat per jenis dan berat total tangkapan. Pengontrolan kondisi rumpon dilakukan setiap tiba di fishing ground sebelum operasi penangkapan dilakukan, dan pada saat akan meninggalkan kelong tancap untuk kembali ke fishing base.

Keterangan :

A : 1 unit rumpon ( Ptot = 16,5 m) r : lebar rumah tunggu (3 m) a1 : pelampung utama (Ø=40 cm) P : Panjang kelong tancap (14 m) a2 : pelampung tambahan (V=25 lt) l : Lebar kelong tancap (10 m) b : jaring/waring (10 x 10) Araktor utama kelong tancap : c : roller (4,5m) lampu petromaks 2 buah d : rumah tunggu (10 x 3 m) e : kapal penangkapan

A

b c d e a2 P l r

Hasil tangkapan total kedua jenis kelong tancap yang diperoleh setiap hauling dalam tiap trip ditimbang beratnya baik menurut jenis, dan berat setiap kali hauling. Ikan hasil tangkapan kelong tancap dengan rumpon terdiri atas 15 jenis ikan sedangkan pada kelong tancap tanpa rumpon hanya diperoleh 5 jenis ikan saja. Hal ini mungkin dikarenakan jenis ikan yang berkumpul pada rumpon banyak. Dengan mengetahui data tersebut secara tidak langsung berat total tiap trip dapat diketahui. Data hasil tangkapan, jenis ikan, dan waktu hauling diperoleh dari pengoperasian kedua jenis kelong tancap selama 16 hari.

Untuk keperluan penelitian, data hasil tangkapan dianalisa dalam 3 pokok bahasan, yaitu komposisi hasil tangkapan per jenis ikan, hasil tangkapan (kg) per trip, hasil tangkapan rata-rata hauling setiap trip penangkapan ikan.

5.2.1 Komposisi Hasil Tangkapan per Jenis Ikan

Selama operasi penangkapan, kelong tancap dengan rumpon memperoleh 15 jenis hasil tangkapan yang terdiri dari 10 jenis ikan pelagis, yakni ikan teri (Stolephorus commersoni), tembang (Sardinella fimbriata), tenggiri (Scomberomorus commersoni), talang-talang (Chorinemus tala), barakuda (Sphyraena genie), kembung (Rastrelliger sp), parang-parang (Chirosentrus dorab), selar kuning (Selaroides leptolepis), ikan terbang (Cypsilirus poecilopterus), dan bandeng (Chanos chanos), sedangkan untuk ikan demersal ditemukan ikan tambangan (Lutjanus johni), peperek (Leiognathus splendens), dan belut (Ophichtys apicalis), dan hasil tangkapan lain- lain yakni cumi-cumi (Loligo sp), dan kepiting bakau (Scyllaserrata).

Kelong tancap tanpa rumpon memperoleh 5 jenis hasil tangkapan yang terdiri dari 4 jenis ikan pelagis, yaitu teri (Stolephorus commersoni), tembang (Sardinella fimbriata), kembung (Rastrelliger sp), selar kuning (Selaroides leptolepis). Satu tangkapan lain, yaitu cumi-cumi (Loligo sp). Hasil tangkapan kedua kelong tancap tersebut memiliki 4 jenis hasil tangkapan ikan pelagis yang sama yaitu teri (Stolephorus commersoni), tembang (Sardinella fimbriata), kembung (Rastrelliger sp), selar kuning (Selaroides leptolepis), dan 1 jenis hasil tangkapan lainnya yang sama yakni cumi- cumi (Loligo sp). Hasil tangkapan ini disajikan pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5 Komposisi total jenis hasil tangkapan kelong tancap dengan rumpon Kelong tancapdengan rumpon Total hasil -

No. Jenis ikan Nama Latin tangkapan

Pelagis (kg) %

1 Barakuda Sphyraena genie 10,30 0,95

2 Kembung Rastrelliger sp 58,50 5,38

3 Parang-parang Chirosentrus dorab 2,40 0,22

4 Selar kuning Selaroides leptolepis 44,40 4,09

5 Tembang Sardinella fimbriata 282,50 25,99

6 Tenggiri Scomberomorus commersoni 2,90 0,27

7 Terbang Cypsilurus poecilopterus 0,30 0,03

8 Teri Stolephorus commersoni 412,20 37,92

9 Talang-talang Chorinemus tala 1,90 0,17

10 Bandeng Chanos chanos 7,50 0,69

Demersal

1 Belut Ophichtys apicalis 0,85 0,08

2 Tambangan Lutjanus johni 10,40 0,96

3 Peperek Leiognatus splendens 12,80 1,18

Lain-lain

1 Cumi-cumi Loligo sp 236,65 21,77

2 Kepiting bakau Scylla serrata 3,30 0,30

Total 1086,90 100,00

Dari Tabel 5 terlihat total hasil tangkapan kelong tancap dengan rumpon adalah 1086,9 kg. Hasil tangkapan tersebut didominasi oleh jenis ikan teri sebesar 412,2 kg (37,92%), selanjutnya diikuti oleh jenis ikan tembang sebesar 282.5 kg (25.99%), cumi- cumi 236,65 kg (21,77%), kembung 58,5 kg (5,38%), selar kuning 44,4 kg (4,09%), peperek 12,8 kg (1,18%), tambangan 10,4 kg (0,96%), barakuda 10,3 kg (0,95%), bandeng 7,5 kg (0,69%), kepiting bakau 3,3 kg (0,30%), tenggiri 2,9 kg (0,27%), parang- parang 2,4 kg (0,22%), talang-talang 1,9 kg (0,17%), belut 0,85 kg (0,08%) dan jenis ikan terbang 0,3 kg (0,03%). Secara keseluruhan hasil tangkapan kelong tancap dengan rumpon didominasi oleh jenis ikan pelagis sebesar 822,9 kg (75,71%), selanjutnya diikuti oleh hasil tangkapan lainya yaitu cumi-cumi 239,95 kg (22,08%), dan ikan demersal sebesar 24,05 kg (2,21%).

Dari hasil tangkap yang diperoleh terdapat satu jenis hasil tangkapan yang unik pada penelitian ini, yakni kepiting bakau (Scyllaserrata). Kepiting bakau dimasukkan ke dalam kelompok tangkapan lain- lain karena jenis tangkapan ini bukan termasuk dalam kelompok ikan (Pisces), melainkan kelompok Crustacea.

Kepiting bakau hidup di daerah sekitar ekosistem mangrove. Secara sekilas keberadaan jenis tangkapan ini pada kelong tancap adalah sesuatu yang unik, namun keberadaan kepiting bakau sangat wajar, karena berdasarkan kondisi geografis pulau Nikoi sangat berdekatan posisinya dengan pulau Bakau Besar dan pulau Bakau Kecil. Sesuai dengan namanya, kedua pulau ini merupakan kawasan mangrove yang dilindungi oleh pemerintah daerah setempat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan setempat, lokasi tempat didirikannya kelong merupakan lokasi ruaya kepiting bakau. Walaupun demikian kepiting bakau yang tertangkap pada jaring kelong sangat jarang terjadi, hal ini dikarenakan pergerakan kepiting bakau di dasar perairan. Karena pengaruh rumpon, di sekitar kelong tancap terdapat banyak ikan yang berkumpul, hal ini menarik perhatian kepiting bakau untuk bergerak lebih mendekati permukaan tempat ikan pelagis kecil berkumpul, dan akhirnya tertangkap pada jaring kelong tancap.

Komposisi jenis ikan tangkapan dan berat per jenis ikan tangkapan kelong tancap tanpa rumpon dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6 Komposisi total jenis ikan hasil tangkapan kelong tancap tanpa rumpon Kelong tancaptanpa rumpon Total hasil -

No. Jenis ikan Nama Latin tangkapan

Pelagis (kg) %

1 Kembung Rastrelliger sp 33,5 5,01

2 Selar kuning Selaroides leptolepis 18,1 2,71 3 Tembang Sardinella fimbriata 141,2 21,11 4 Teri Stolephorus commersoni 289,15 43,22

Lain-lain

1 Cumi-cumi Loligo sp 187 27,95

Total 668,95 100

Pada Tabel 6 diatas total hasil tangkapan kelong tancap tanpa rumpon adalah 668,95 kg. Hasil tangkapan tersebut didominasi oleh jenis ikan pelagis, yaitu ikan teri sebesar 289,2 kg (43,22%), tembang 141,2 kg (21,11%), ikan kembung 33,5 kg (5,01%), dan selar kuning 18,1 kg (2,71%), dengan total tangkapan untuk ikan pelagis sebesar 481,95 kg (72,05%), diikuti oleh cumi-cumi sebesar 187 kg (27,95%).

Berdasarkan uji coba penangkapan, hasil tangkapan ikan yang diperoleh kelong tancap dengan rumpon dan kelong tancap tanpa rumpon memiliki 4 jenis ikan yang sama,

yaitu jenis ikan pelagis (teri, tembang, selar kuning, dan kembung) dan 1 jenis hasil tangkapan lainnya (cumi-cumi).

Sebagai dugaan awal adalah bahwa ikan-ikan tersebut tertangkap karena pengaruh penggunaan lampu petromaks atau dengan kata lain bahwa ikan- ikan tersebut bersifat fototaksis positif. Pada saat keadaan mulai gelap, ikan- ikan yang memiliki sifat fototaksis positif akan datang mendekati sumber cahaya dan membentuk schooling. Ikan yang terkonsentrasi di bawah cahaya lampu petromaks pada awalnya adalah ikan- ikan yang tertarik oleh cahaya. Biasanya ikan yang menyukai cahaya adalah ikan pelagis kecil. Tidak hanya ikan, plankton juga menyukai cahaya. Plankton biasanya akan spontan mendatangi sumber cahaya.

Komposisi total jenis ikan hasil tangkapan kelong tancap dengan rumpon dan kelong tancap tanpa rumpon terlihat secara jelas pada Gambar 8 berikut ini :

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 Teri Tembang

Selar kuningKembungCumi-cumi Peperek

Tambangan Barakuda Belut

Bandeng

Kepiting bakauTalang-talang

TenggiriTerbang Parang-parang Spesies Hasil tangkapan (Kg) dengan rumpon tanpa rumpon

Gambar 8 Komposisi total jenis ikan hasil tangkapan kelong tancapdengan rumpon dan kelong tancaptanpa rumpon

Agar konsentrasi ikan dapat terpus at ditengah jaring, maka nelayan memutuskan menggunakan 2 lampu petromaks. Hal ini diketahui dari wawancara dengan nelayan kelong tancap. Berkumpulnya ikan di bawah lampu dirasakan nelayan lebih cepat daripada biasanya. Hal ini mungkin dikarenakan fungsi rumpon sebagai pengumpul ikan sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Keadaan oseanografis perairan di sekitar bagan tancap juga sangat menentukan keberhasilan operasi penangkapan alat tangkap ini. Keadaan oseanografis tersebut diantaranya kecerahan perairan, kecepatan angin, gelombang dan arus.

Jenis ikan lain yang tertangkap kelong tancap dengan rumpon adalah jenis ikan pelagis (barakuda, bandeng, tenggiri, terbang, parang-parang, dan talang-talang) dan jenis ikan demersal (tambangan, peperek, dan belut). Hasil tangkapan kelong tancap dengan rumpon berbeda sekali jumlahnya jika dibandingkan dengan kelong tancap tanpa rumpon, selain itu ikan yang tertangkap pada kelong tancap dengan rumpon adalah ikan- ikan yang jarang ditemui pada hasil tangkapan kelong tancap. Jenis-jenis ikan yang tertangkap pada kelong tancap dengan rumpon diduga memiliki sifat asosiatif dengan rumpon dan sifat fototaksis terhadap cahaya lampu.

Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Zulkarnain (2002) pada satu jenis alat tangkap lift net lainnya yakni bagan apung di Palabuhanratu. Berdasarkan hasil yang diperoleh, berat total dan komposisi tangkapan dalam satu periode penangkapan bagan apung yang diperoleh mengindikasikan memiliki persamaan dengan berat total dan komposisi hasil tangkapan kelong tancap. Total tangkapan ikan pada bagan apung (299,01 kg) dengan lebih besar jika dibandingkan dengan bagan apung tanpa rumpon (121,85 kg). Hal yang sama diperoleh pada kelong tancap dalam penelitian ini. Berat total tangkapan ikan pada kelong tancap dengan rumpon (1086,9 kg) lebih besar jika dibandingkan dengan berat total tangkapan (668,95 kg) kelong tancap tanpa rumpon.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnain (2002) di Palabuhanratu, hasil tangkapan juga memiliki persamaan kelompok jenis. Hasil tangkapan bagan tancap terdiri dari tiga kelompok ikan yaitu ikan pelagis, ikan demersal dan tangkapan lainnya. Begitu pula halnya dengan hasil tangkapan kelong tancap dengan rumpon. Secara garis besar komposisi total jenis ikan tangkapan kelong tancap dalam penelitian ini sama dengan komposisi total jenis ikan tangkapan bagan apung pada penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnain, 2002.

Persamaan total jenis ikan tangkapan kedua penelitian dimungkinkan karena pada kedua penelitian ini sama-sama menggunakan rumpon sebagai alat bantu pengumpul ikan. Jumlah tangkapan ikan besar karena di sekitar bagan banyak ikan yang berkumpul. Pada kedua alat tangkap ini, banyaknya ikan yang berkumpul di sekitar alat tangkap akan membantu meningkatkan berat total hasil tangkapan.

5.2.2 Hasil Tangkapan (kg) per Trip

Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi langsung di lapangan, hasil tangkapan total kelong tancap yang menggunakan rumpon sebesar 1086,9 kg. Hasil tangkapan terbesar diperoleh pada ulangan / trip ke 8 yakni 176,8 kg dan diikuti pada trip ke 9 yakni 116,4 kg. Kenaikan hasil tangkapan meningkat sejak trip ke 5 hingga trip 10 hal ini mungkin dikarenakan fungsi rumpon sebagai pengumpul ikan disaat siang hari telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Kondisi bulan juga sangat mempengaruhi, karena pada hari- hari tersebut fase bulan yang terjadi adalah fase gelap, dimana cahaya bulan yang masuk ke dalam air relatif tidak ada sehingga perairan menjadi gelap (Susilo, 1993) dan fungsi lampu bekerja maksimal.

Tingkah laku ikan disekitar rumpon secara umum ada 2, yang pertama adalah tingkah laku ikan untuk berlindung. Ruang-ruang pada rumpon sangat disukai oleh ikan pelagis kecil untuk berlindung dari kejaran pemangsa. Kedua, tingkah laku ikan dalam mencari makan. Ikan- ikan yang berkumpul di rumpon antara lain disebabkan oleh proses pembentukan rantai makanan lokal. Kolonisasi oleh mikroorganisme, baik mikroba maupun mikroalga akan menarik perhatian juvenil ikan, ikan berukuran kecil, sampai ikan yang berukuran besar. Proses makan dan dimakan yang terjadi disekitar rumpon akan membentuk food web dengan sendirinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, lokasi kelong tancap ini sering dilalui ruaya ikan. Banyak nelayan beranggapan bahwa salah satu pintu masuk datangnya ikan ke perairan Kawal adalah melalui perairan disekitar pulau Nikoi, yakni pulau terdekat dengan kedua kelong tancap dioperasikan. Dengan adanya rumpon permukaan (3 unit), maka diharapkan rumpon pada kelong tancap ini dijadikan sebagai tempat persinggahan sementara ikan- ikan yang melakukan ruaya.

Rata-rata tangkapan per trip kelong tancap dengan rumpon sebesar 67,93 kg. Nilai ini menunjukkan bahwa dari 16 trip operasi penangkapan yang dilakukan kelong tancap dengan rumpon mampu memperoleh hasil tangkapan ikan rata-rata 67,93 kg setiap trip penangkapan. Hasil tangkapan total pada kelong tancap dengan rumpon tersebut mungkin dipengaruhi oleh kondisi musim yakni musim selatan yang berlangsung dari bulan Juni sampai Agustus, dimana saat ini angin bertiup semakin tenang begitu pula

dengan gelombang laut, namun kadang-kadang bertiup angin ribut dan menimbulkan gelombang besar.

Berat hasil tangkapan tiap trip pada kelong tancap dengan menggunakan rumpon dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7 Berat hasil tangkapan tiap trip kelong tancapdengan rumpon

Hasil Tangkapan/trip

Ulangan Tanggal kelong tancapdengan rumpon %

(kg) 1 09 Juli 2004 35,40 3,26 2 10 Juli 2004 31,10 2,86 3 11 Juli 2004 26,30 2.42 4 12 Juli 2004 43,90 4,04 5 13 Juli 2004 88,70 8,16 6 14 Juli 2004 82,50 7,59 7 15 Juli 2004 78,70 7,24 8 16 Juli 2004 176,80 16,27 9 17 Juli 2004 116,40 10,71 10 18 Juli 2004 107,20 9,86 11 19 Juli 2004 31,50 2,90 12 21 Juli 2004 36,15 3,33 13 22 Juli 2004 34,40 3,16 14 23 Juli 2004 33,40 3,07 15 24 Juli 2004 111,20 10,23 16 26 Juli 2004 53,25 4,90 Total 1086,90 100 Rata-Rata (kg/trip) 67,93

Pada trip 4 dan 11 hasil tangkapan kelong tancap dengan rumpon lebih sedikit dibandingkan bagan kontrol karena pada trip tersebut keadaan cuaca sangat buruk, gelombang dan arus sangat kuat, pengadukan substrat dasar perairan mengakibatkan air menjadi keruh. Cahaya lampu yang digunakan sebagai pemikat utama untuk penangkapan tidak merambat secara sempurna.

Hal ini tidak saja dialami oleh kedua kelong tancap namun juga dialami bagan tancap milik nelayan lain. Bila dibandingkan antara kelong tancap dengan rumpon dan tanpa rumpon hasil tangkapan kelong tancap dengan rumpon memang lebih sedikit, hal ini mungkin dikarenakan arus yang kuat mengakibatkan ikan-ikan yang ada di sekitar rumpon tetap berada di rumpon untuk berlindung dan cenderung tidak mendekati sumber cahaya.

Pada trip 15 hasil tangkapan besar (111,2 kg) hal ini mungkin dikarenakan kondisi perairan, terutama gelombang dan angin sangat mendukung untuk kegiatan operasi penangkapan. Kondisi gelombang dan angin yang tenang biasanya tidak menimbulkan arus yang kuat, sehingga pengadukan substrat oleh arus cenderung kecil dan tidak membuat air menjadi keruh. Kondisi perairan yang tenang cenderung disukai ikan, arus yang tidak terlalu kuat sangat menentukan keefektifan rumpon karena plankton tidak hilang terbawa air.

Pada alat tangkap yang mengandalkan cahaya, kondisi perairan yang cerah sangat baik untuk menarik perhatian ikan (fototaksis positif). Cahaya yang digunakan sebagai atraktor dapat merambat secara maksimal. Jarak pandang ikan tidak terganggu oleh kekeruhan air.

Berat hasil tangkapan tiap trip pada kelong tancap tanpa rumpon dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini :

Tabel 8 Berat hasil tangkapan tiap trip kelong tancaptanpa rumpon

Hasil tangkapan/trip

Ulangan Tanggal kelong tancaptanparumpon %

(kg) 1 09 Juli 2004 28,70 4,29 2 10 Juli 2004 27,30 4,08 3 11 Juli 2004 23,10 3,45 4 12 Juli 2004 45,70 6,83 5 13 Juli 2004 37,80 5,65 6 14 Juli 2004 24,60 3,68 7 15 Juli 2004 37,20 5,56 8 16 Juli 2004 92,35 13,81 9 17 Juli 2004 76,60 11,45 10 18 Juli 2004 80,70 12,06 11 19 Juli 2004 33,10 4,95 12 21 Juli 2004 34,80 5,20 13 22 Juli 2004 27,20 4,07 14 23 Juli 2004 29,00 4,34 15 24 Juli 2004 33,30 4,98 16 26 Juli 2004 37,50 5,61 Total 668,95 100 Rata-Rata (kg/trip) 41,81

Seperti yang telah dijelaskan pada bab metodologi, pengertian kelong tancap kontrol adalah kelong tancap yang tidak menggunakan alat bantu rumpon. Hasil tangkapan total kelong tancap tanpa rumpon yaitu 668,95 kg, dengan rata-rata tangkapan

per trip adalah 41,81 kg. Pada Tabel 8 terlihat bahwa hasil tangkapan tiap trip lebih sedik it bila dibandingkan dengan hasil tangkapan kelong tancap dengan rumpon. Hasil tangkapan terbesar kelong tancap tanpa rumpon diperoleh pada trip ke-8 yaitu sebesar 92,35 kg dan diikuti trip ke-10 sebesar 80,7 kg.

Pada fase bulan gelap yang terjadi sekitar trip ke-5 sampai trip ke-10 hasil tangkapan kelong tancap tidak sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan kondisi perairan pada saat itu diasumsikan sama di setiap wilayah perairan. Hal ini mungkin dikarenakan ikan disekitar kelong tancap tersebut tidak terkonsentrasi.

Pada pokok bahasan ini juga terbukti bahwa penelitian yang dilakukan Zulkarnain (2002) sama dengan penelitian yang dilakukan di daerah Kawal. Hasil tangkapan per trip pada kedua penelitian ini menunjukkan bahwa berat hasil tangkapan per trip bagan apung dan kelong tancap yang menggunakan rumpon lebih besar dari pada bagan apung dan kelong tancap yang tidak menggunakan rumpon.

Perbandingan hasil tangkapan pada kedua kelong tancap dijelaskan pada Gambar

Dokumen terkait