• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian lapangan dilaksanakan pada pertengahan bulan Juni 2004 sampai dengan bulan Agustus 2004 di daerah Kawal, Kabupaten Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian dilakukan selama satu tahun tiga bulan (Mei 2004 - Agustus 2005). Dimulai dari persiapan yaitu studi literatur, pembuatan usulan penelitian, perizinan, pelaksanaan penelitian lapang, pengambilan data, pengolahan data, dan penulisan, serta penyusunan hasil penelitian dalam bentuk skripsi.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Peralatan dan bahan yang digunakan selama penelitian adalah: (1) Satu unit perahu motor tempel (penjelasan pada sub bab berikutnya). (2) Satu unit penangkapan kelong tancap (penjelasan pada sub bab berikutnya). (3) Kamera untuk dokumentasi selama penelitian.

(4) Alat pengukur berat berupa timbangan dengan kapasitas 2 kg dengan ketelitian 10g. (5) Alat pengukur panjang berupa meteran dengan ketelitian 1 mm.

(6) Buku identifikasi untuk mengidentifikasi hasil tangkapan yang diperoleh. (7) Drum plastik sebagai alat penampung hasil tangkapan.

(8) Attractor/pemikatyang terdiri dari daun kelapa, dan ban sepeda motor bekas. (9) Tali polyethylene diameter 8 mm untuk mengikatkan attractor.

3.2.2 Bahan 3.2.2a Rumpon

Selama penelitian, digunakan 3 unit rumpon permukaan yang dipasang pada kedalaman 15 m. Masing- masing rumpon memiliki komponen :

1. Pelampung, yang terdiri atas 1 pelampung utama yang terbuat dari bahan styrofoam sebanyak 2 buah, dan 8 pelampung tambahan yakni jerigen bekas dengan kapasitas isi 25 liter. Pelampung styrofoam berbentuk silinder dengan diameter 40 cm dan tinggi 60 cm. Pelampung utama digunakan pada 2 unit rumpon dan ditambahkan jerigen

untuk masing- masing rumpon sebanyak 2 buah. Sedangkan 1 unit rumpon yang lain menggunakan 4 buah jerigen dikarenakan keterbatasan pelampung utama;

2. Pemikat yang digunakan adalah daun kelapa (Cocos nucifera). Daun kelapa yang digunakan adalah 45 pelepah yang selanjutnya tiap pelepah dibagi 4 menjadi 180 pelepah kecil dengan panjang 1,5m. Selain itu ada pemikat tambahan yakni ban sepeda motor bekas. Setiap unit rumpon menggunakan 5 buah ban sepeda motor; 3. Tali pelampung, tali pemikat atau tali rumpon, dan tali pemberat adalah tali

polyethylene (PE) Ø 12 mm dengan panjang total untuk 1 unit rumpon yakni ± 50 m, tali pengikat daun kelapa yaitu PE Ø 3 dan 5 mm dengan panjang @ 20 cm;

(4) pemberat yang terdiri atas rangkaian batu karang dengan berat ± 70 kg sebanyak 3 buah. Selain menggunakan tali PE Ø 10 mm ikatan batu karang yang digunakan sebagai pemberat juga diperkuat dengan kawat Stainless steel Ø 3mm.

Tabel 1 Spesifikasi rumpon (bahan, ukura n, jumlah, dan kegunaan)

No. Bahan Ukuran Jumlah Kegunaan

1 Ban sepeda motor bekas Ø 55 cm 15 buah Pemikat tambahan sekaligus

frame pada rumpon

2 Besi Behel Ø 10mm 3 batang Penguat bentuk lingkaran ban

3 Tali-temali :

• tali pelampung (PE) Ø 12mm 6 x 3,5 m Penghubung pelampung tanda

dengan rumpon

• tali rumpon (PE) Ø 12mm 12 x 7,5 m Pengikat antar ban sepeda motor

• tali ikatan pemberat (PE) Ø 5mm 30 m Pengikat batuan pemberat

• tali pemberat (PE) Ø 12mm 6 x 6,5 m Penghubung rumpon dan

pemberat

4 Pelampung tanda :

• utama Ø 40 cm 2 buah Pelampung utama

• tambahan (jerigen 25 lt) 8 buah Pelampung tambahan

5 Pemberat W ± 70 kg 3 buah Pemberat rumpon

6 Bendera semaphore kayu 1.5m 3 buah Bendera penanda rumpon

7 Daun kelapa P 1,5 m 180 pelepah

kecil

Pemikat utama

8 Kawat Stainless steel Ø 3mm 3 gulung Pengikat batu pemberat

3.2.2b Unit Penangkapan Kelong Tancap

Unit Penangkapan kelong tancap terdiri atas : 1. Kapal kelong

Kapal kelong adalah jenis kapal penangkapan ikan yang digunakan dalam pengoperasian alat tangkap kelong tancap, kapal kelong hanya digunakan sebagai sarana transportasi nelayan menuju ke fishing ground dan kembali ke base camp. Kapal kelong terbuat dari bahan kayu, perawatan kapal ini dengan mengontrol setiap bagiannya secara rutin setiap akan digunakan, dan bila bocor maka dilakukan penambalan oleh nelayan.

Kapal yang digunakan adalah perahu motor inboard. Perahu motor inboard adalah perahu yang menggunakan mesin sebagai tenaga penggerak. Mesinnya dipasang secara permanen di dalam perahu (bagian tengah mengarah ke buritan). Perahu tersebut memiliki ukuran panjang 9,6 m, lebar 2,8 m, dan depth 0,97 m. Bahan dasar perahu adalah kayu.

Mesin yang digunakan memiliki kekuatan 20 PK, dengan merk dagang Domfeng. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, mesin tersebut mampu menjalankan perahu dengan kecepatan sekitar 8 mil per jam. Mesin tersebut adalah mesin bekas yang dibeli dari perahu yang tidak beroperasi dan diperbaiki oleh nelayan yang kebetulan memiliki keahlian mesin. Umur pemakaian mesin sudah 4 tahun sejak pembelian dari pemakai pertama.

Biasanya nelayan kelong, baik kelong apung dan kelong tancap memiliki 1 perahu. Perahu ini berada disekitar kelong pada saat nelayan di kelong. Perahu ditempatkan pada tempat yang tidak mengganggu turun-naiknya jaring kelong. Penempatan perahu ini sangat memperhatikan arah arus.

2. Alat tangkap kelong tancap

Konstruksi serta penjelasan fungsi tiap bagian pada kelong tancap akan dipaparkan berikut ini:

1. Bangunan kelong tancap terdiri atas kayu. Kayu yang digunakan adalah kayu bulat dengan jumlah yang banyak dan memiliki panjang 10-15 meter. Bagian kayu yang terendam di air ±15 meter, panjang ini belum termasuk panjang kayu yang terbenam di dasar perairan. Penguat 1 bagian ke bagian lain pada kelong menggunakan paku dan tali. Jarak antara rumah tunggu ke permukaan air dihitung dari air surut terendah lebih kurang 3 meter. Bangunan kelong tancap memiliki ukuran panjang 14 meter dan lebar 11 meter. Panjang 14 meter bukanlah panjang total untuk pengukuran jaring, namun 3 meter dari total panjang bangunan kelong dijadikan sebagai rumah

tunggu nelayan selama berada di kelong. Luas rumah tunggu sendiri adalah 30 meter persegi. Rumah tunggu ini dibuat senyaman mungkin bagi nelayan layaknya rumah yang sering dijumpai di darat. Namun demikian, rumah kelong tidak dilengkapai dengan sekat-sekat lazimnya rumah yang ada di darat. Pada salah satu sisi di dalam rumah tunggu disediakan tempat pengolahan ikan teri hasil tangkapan untuk direbus. Tempat pengolahan ini terdiri atas kompor, tungku berdiameter 90 cm dan wajan untuk merebus hasil tangkapan berdiameter 100 cm.

2. Jaring pada kelong tancap merupakan alat yang sangat fungsinya sangat vital. Kondisi jaring harus selalu dipastikan baik sebelum digunakan oleh nelayan. Jaring kelong terbuat dari bahan polyethylene-monofilament. Ukuran diameter benang sangat kecil (0,1cm). Jaring/waring kelong tancap memiliki ukuran panjang 10 meter dan lebar 10 meter. Jaring dengan luas yang besar ini dijadikan pilihan agar ikan yang terkumpul di bawah cahaya tertangkap semua, termasuk ikan yang berada di bagian terluar schooling. Ukuran mata jaring sangat kecil yakni 3 mm. Jaring ini terendam di perairan sedalam 13,5 meter. Dengan asumsi jarak antara jaring dan dasar perairan 2 meter. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan nelayan pemilik kelong. Pada bagian bawah jaring dipasang pemberat dari batu dan besi agar jaring lebih cepat tenggelam bila diturunkan ke air. Bentuk dan ukuran jaring yang digunakan pada kelong tancap digambarkan pada Gambar 2 berikut ini:

Gambar 2 Bentuk dan ukuran mata jaring pada kelong tancap

3. Roller, yakni alat bantu yang digunakan untuk menaikkan dan menurunkan waring. Roller yang digunakan berjumlah 2 buah dengan panjang 4,5 m terbuat dari kayu bulat dengan diameter 25 cm. Masing- masing roller diputar oleh 1 orang. Kecepatan dan keseimbangan dalam memutar roller sangat diperhatikan agar posisi waring yang terangkat tetap tegak lurus. Roller ini dihubungkan ke waring dengan tali berdiameter 15-20 mm, dengan panjang tali berkisar 25 hingga 30 meter.

Alat bantu pada kelong tancap adalah alat-alat yang secara fisik terpisah dari bangunan kelong tancap, dapat dipindahkan dan fungsinya untuk membantu kelancaran operasi penangkapan. Alat bantu yang digunakan diantaranya :

1. Ancak, yakni wadah yang menyerupai tempayan yang terbuat dari rajutan bambu yang jarang-jarang. Ancak digunakan sebagai tempat untuk menaruh hasil tangkapan mentah atau ikan tangkapan yang telah direbus. Hasil tangkapan dibawa ke darat bambu Ø 10 cm PE Ø 8 mm P l PE Ø 5 mm a b Keterangan :

P : Panjang bingkai jaring (10,5 m) l : Lebar bingkai jaring (10,5 m)

a : Pemberat sisi jaring (lempeng besi Ø 15cm, w 4kg) b : Pemberat utama jaring (bola semen Ø 20cm, w 8,5kg)

dengan menggunakan ancak. Kapasitas ancak adalah 8 kg untuk hasil tangkapan basah.

2. Scoop net, yakni alat yang digunakan untuk memindahkan hasil tangkapan dari waring ke drum plastik. Dalam bahasa sehari- hari, alat ini dikenal dengan serokan. Namun kayu scoop net pada kelong tancap memiliki ukuran yang panjang agar dapat mencapai ikan tangkapan saat jaring dinaikkan.

3. Drum, adalah alat ya ng digunakan sebagai tempat penampungan ikan sementara sebelum ikan tangkapan disortir berdasarkan spesies. Drum terbuat dari bahan plastik.

4. Lampu petromaks, yakni lampu yang digunakan untuk menarik perhatian ikan-ikan yang memiliki sifat fototaksis positif. Pada penelitian ini lampu petromaks yang digunakan berjumlah 2 sampai 3 buah lampu. Jarak lampu petromaks ke permukaan air diperkirakan sejauh 1 meter, bila keadaan angin dan ombak tinggi maka lampu segera dinaikkan agar tidak basah dan rusak.

Tahap pengoperasian kelong tancap yakni :

1. tahap persiapan, yang dilakukan sebelum nelayan berangkat dengan kapal menuju fishing ground. Segala perbekalan untuk sekali trip dipersiapkan, mulai dari kebutuhan makanan, air tawar serta persediaan yang lain seperti sumbu lampu petromaks, minyak tanah, dan ancak kosong tempat hasil tangkapan. Perjalanan di laut memakan waktu lebih lebih kurang 1 hingga 2 jam, tergantung keadaan cuaca. Setelah tiba di kelong tancap, yang pertama dilakukan adalah memeriksa jaring, jika ada bagian jaring yang rusak maka dilakukan perbaikan dengan menjahit bagian yang rusak. Selain itu pemeriksaan lampu petromaks juga dilakukan, yakni dengan membersihkan pipa aliran minyak dari tangki bahan bakar ke sumbu lampu. Petromaks pada kelong tancap di daerah ini sedikit berbeda, yakni bahan bakar dialirkan dari tangki utama yang ditaruh di dalam rumah tunggu;

2. tahap persiapan penangkapan, dimulai saat matahari mulai tenggelam yakni dengan menurunkan jaring ke dalam air dan menyalakan lampu petromaks. Selanjutnya nelayan akan menunggu hingga ikan yang ada di bawah lampu benar-benar terkumpul;

3. tahap hauling, yakni saat dimana ikan tangkapan akan diangkat menggunakan roller. Setelah terkumpul selanjutnya dua orang nelayan akan secara bersamaan memutar roller hingga jaring terangkat dari dalam air. Sebelum mulai menggulung roller cahaya lampu tidak diredupkan seperti di daerah lain;

4. tahap setelah hauling, yakni tahap dimana ikan tangkapan dimasukkan ke dalam drum dan selanjutnya dipisahkan berdasarkan jenis.

Nelayan kedua kelong tancap berangkat bersamaan menuju fishing ground. Pengoperasian kelong dimulai saat nelayan tiba di kelong tancap. Untuk menyamakan waktu pengoperasian penangkapan, jaring diturunkan setelah kegiatan persiapan dilakukan. Operasi penangkapan berlangsung antara pukul 17:30 WIB saat matahari mulai tenggelam hingga saat fajar yakni sekitar pukul 05:30 WIB. Waktu pulang ke fishing base dilakukan secara bersamaan pula.

Kelong yang digunakan adalah kelong tancap milik nelayan Daerah Kawal. Kelong tancap tersebut direkomendasikan oleh Kepala Cabang Dinas Perikanan Kawal karena nelayan pemilik mempunyai dua kelong tancap yang relatif berdekatan. Satu dari dua kelong tancap dijadikan sebagai kontrol (kelong tancap yang biasa digunakan nelayan), dan kelong yang lain dijadikan sebagai kelong tancap tempat penelitian ini dikonsentrasikan dengan penggunaan rumpon. Kelong kontrol dan kelong perlakuan memiliki bentuk dan ukuran serta peralatan yang relatif sama.

Kelong tancap dengan rumpon dan kelong tancap tanpa rumpon dioperasikan di dekat pulau terluar kawasan laut Kecamatan Gunung Kijang. Pulau tersebut bernama Pulau Nikoi. Kelong tancap dipasang di bagian selatan pulau dengan jarak ± 500 m dari pulau (saat surut terendah). Kelong tancap tidak dioperasikan di bagian utara, karena bagian utara Pulau Nikoi adalah Laut Natuna. Tekstur dasar perairan di bagian utara pulau curam dan sangat dalam, disamping itu gelombang, arus dan angin terla lu besar. Kedua kelong tancap dioperasikan pada kedalaman yang hampir sama yakni ± 10 hingga 20 meter.

Jarak antara kedua kelong tancap relatif tidak terlalu jauh yakni ± 800 m. Pemisahan jarak kedua kelong tancap sebesar ± 800 m dikarenakan nelayan beranggapan bila jumlah tangkapan 1 kelong sedikit, maka diharapkan kelong tancap yang lain tidak ikut terkena imbas. Jika dilihat dari seluruh posisi pemasangan kelong tancap, lokasi

pemasangan kedua kelong tancap ini tergolong lokasi pemasangan kelong tancap yang paling dekat di daerah ini.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode percobaan penangkapan ikan atau experimental fishing. Metode operasi penangkapan pada kedua kelong tancap secara umum adalah sama. Dikarenakan rumpon yang digunakan termasuk jenis rumpon dasar, penempatan rumpon pada kelong tancap perlakuan tidak merubah kegiatan penangkapan yang dilakukan nelayan kelong tancap. Baik kelong tancap kontrol dan kelong tancap perlakuan memiliki tahap-tahap penangkapan yang sama, yakni persiapan, setting dan hauling.

Penelitian ini timbul berdasarkan pemikiran untuk meningkatkan jumlah tangkapan kelong tancap. Setelah data hasil tangkapan dicatat dan dipisahkan berdasarkan kegunaan data, kemudian dilakukan analisis dengan membandingkan jumlah hasil tangkapan antara kelong tancap yang menggunakan rumpon dengan kelong tancap yang tidak menggunakan rumpon. Dari penelitian ini diharapkan diperoleh suatu kesimpulan mengenai pengaruh penggunaan rumpon terhadap hasil tangkapan kelong tancap.

Segala sesuatu yang diperlukan dalam penelitian ini dipersiapkan oleh peneliti bersama satu orang rekan yang dapat dipercaya, mulai dari tahap persiapan, perakitan rumpon hingga pencatatan data hasil tangkapan kedua kelong tancap. Satuan percobaan penelitian ini adalah dua jenis kelong tancap, yaitu kelong tancap yang tidak menggunakan rumpon dan kelong tancap yang menggunakan rumpon. Perlakuan pada penelitian ini adalah kelong tancap yang menggunakan rumpon. Sedangkan ulangan dalam penelitian ini adalah jumlah trip melaut operasi penangkapan yang diikuti pada kelong tancap. Jumlah trip melaut kedua kelong tancap harus sama untuk menghindari ketimpangan data yang diperoleh.

Data hasil tangkapan diperoleh dengan mengikuti kegiatan operasi penangkapan pada kelong tancap sebanyak 16 trip operasi penangkapan kelong tancap dengan rumpon dan kelong tancap tanpa rumpon. Satu periode penangkapan kelong tancap lazimnya terdiri atas 20-22 trip melaut. Pada penelitian ini operasi penangkapan dilakukan hanya 16 trip melaut, hal ini dikarenakan kondisi perairan yang tidak mendukung untuk

dilakukannya operasi penangkapan sebagaimana mestinya. Keadaan oseanografis yang buruk (gelombang, angin yang kencang serta hujan yang turun) sering kali menjadi kendala bagi nelayan untuk pergi melaut saat penelitian berlangsung.

Kerangka pemikiran penelitian ini dijelaskan pada gambar diagram alir berikut:

Gambar 3 Tahap kegiatan penelitian eksperimental fishing

Karena pengoperasian alat tangkap kelong secara garis besar sama dengan pengoperasian alat tangkap bagan tancap maupun bagan apung, maka pengoperasian alat ini diasumsikan sama dengan pengoperasian bagan. Selain itu pada penelitian ini ikan

Mulai

Metode penelitian eksperimental fishing

Uji kenormalan Liliefors untuk data C dan H

Jika tidak menyebar normal / Lmaks > Lá(n)

Jika menyebar normal / Lmaks < Lá(n)

Uji Wilcoxon

Jika Thitung < Ttabel , tolak Ho

Jika Thitung > Ttabel, terima H1 Data Primer : Jenis dan berat hasil tangkapan (C),

waktu (T) dan jumlah hauling kedua kelong tancap (H), metode pengoperasian kedua kelong tancap.

diasumsikan menyebar merata di perairan, jumlah lampu yang digunakan pada kedua kelong tancap sama yakni 2 lampu petromaks, dan secara teknis (kemampuan dalam melakukan operasi penangkapan) nelayan kedua kelong tancap tempat penelitian ini dikonsentrasikan diasumsikan sama. Faktor- faktor lain yang yang mempengaruhi daerah penyebaran ikan pada kedua kelong tancap diasumsikan sama.

3.3.1 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan selama kegiatan penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kegiatan penangkapan ikan pada kelong tancap. Data primer kelong tancap tanpa rumpon dikumpulkan oleh orang yang dapat dipercaya dan mampu mengikuti trip operasi penangkapan selama penelitian berlangsung. Data yang dikumpulkan dari kelong tancap kontrol dan kelong tancap perlakuan adalah sama. Data primer yang dikumpulkan meliputi data hasil tangkapan, jenis ikan hasil tangkapan, dan jumlah hauling dua kelong tancap, konstruksi rumpon yang digunakan, metode pengoperasian kelong, kondisi di sekitar rumpon. Data yang diambil adalah data berat ikan hasil tangkapan dalam satuan kilogram (kg).

Data sekunder meliputi data perikanan tangkap daerah Kawal, letak geografis dan topografi daerah Kawal, daerah dan musim penangkapan, keadaan umum yang meliputi data jenis alat tangkap yang digunakan nelayan, data armada penangkapan (kapal), serta produksi tangkapan pada tahun 2002. Data sekunder yang berhubungan dengan keadaan perikanan di daerah Kawal, keadaan oseanografis kawal, data perikanan tangkap dan nilai produksi tangkapan daerah Kawal diperoleh dari Kantor Cabang Dinas Perikanan Kawal, serta Dinas Perikanan di Tanjungpinang. Namun dikarenakan pemekaran daerah dan penataan ulang administrasi daerah data yang tersedia hanya data laporan tahun 2002.

3.3.2 Metode Analisis Data

Menurut Nasoetion dan Barizi (1986), sebelum dianalisis lebih lanjut, data hasil tangkapan pada kedua kelong tancap diuji sebarannya terlebih dahulu untuk mengetahui apakah data yang diperoleh menyebar normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan adalah uji kenormalan Liliefors. Rumus yang digunakan untuk uji kenormalan Liliefors adalah :

Y =

= 1 1 1 i Yi n dengan, Y : rata-rata n : jumlah ulangan Selanjutnya dicari : S =

(

)

( )

       − ∑ − 2 2 1 1 n Yi Yi n

Kemudian ditentukan nilai :

Zi =

( )

S

Y Yi

, untuk setiap i = 1,2,3, . . . ,n.

F(zi) = nilai interpolasi zi

S(z) = Banyaknya z1,z2,z3, . . . ,zn yang zi n

Selanjutnya dicari HT rataan maks , yaitu :

L maks =

{

F(z1) – Sz1 , F(z2) – S(z2) , . . . , F(zn) – S(zn)

};

atau beda mutlak maksimum antara F(zi) – S(zi) untuk i = 1,2,3 . . . ,n

Kaidah Pengambilan keputusan :

Jika L maks L (n) , maka terima Ho, data menyebar normal

Jika L maks>L (n) , maka terima H1, data tidak menyebar normal

Setelah dilakukan uji kenormalan Liliefors, bila ternyata nilai data yang diperoleh tidak menyebar secara normal, maka dilanjutkan dengan uji statistika non parametrik. Analisis ini dipakai dalam pengolahan data untuk mengetahui pengaruh penggunaan rumpon terhadap hasil tangkapan dan laju akumulasi ikan pada kelong tancap.

Menurut Nasution dan Barizi (1986), metode statistika non parametrik adalah metode statistika yang tidak memerlukan suatu anggapan tertentu mengenai bentuk sebaran atau parameter dari peubah acak yang diselidiki. Dikatakan bahwa kelebihan statistika non parametrik adalah pengumpulan data lebih sederhana, dan penarikan contoh dapat berasal dari beberapa populasi dengan bentuk sebaran yang berlainan, atau dari

beberapa populasi dengan parameter yang berbeda-beda. Steel dan Torie (1991), juga mengatakan bahwa bila kita hanya dapat membuat asumsi yang lemah mengenai sebaran yang mendasari datanya, maka statistika non parametrik layak untuk digunakan. Uji statistika non parametrik yang digunakan adalah uji pangkat bertanda Wilcoxon.

Menurut Nasoetion dan Barizi (1986), uji pangkat bertanda Wilcoxon merupakan suatu perbaikan uji tanda, karena disamping tandanya, besarnya juga diperhatikan. Langkah- langkah yang dilakukan dalam uji ini adalah sebagai berikut :

1. memberikan pangkat untuk tiap-tiap beda (Yi-Xi) sesuai dengan besarannya, tanpa memperhatikan tanda dari beda tersebut. Jika terdapat dua atau lebih beda yang sama, maka pangkat untuk tiap-tiap beda tersebut adalah pangkat rata-rata dari keduanya;

2. memberikan tanda positif atau negatif pada pangkat untuk tiap-tiap beda sesuai dengan tanda dari beda tersebut;

3. menjumlahkan semua pangkat positif dan semua pangkat negatif. Nilai dari penjumlahan yang terkecil dilambangkan dengan T hitung;

4. membandingkan nilai T hitungyang diperoleh dengan nilai Ttabel (Tá).

Anggapan yang diperlukan dalam penarikan keputusan dalam uji Wilcoxon adalah bahwa tiap-tiap beda (Yi-Xi) mempunyai suatu sebaran yang setangkup, namun sebaran- sebaran dari beda ini tidak perlu sama. Hipotesis ini dilakukan dengan melambangkan m sebagai median dari peubah acak (Yi-Xi). Hipotesis yang digunakan yaitu :

1. untuk hasil tangkapan (kg) per trip,

Ho : m = 0 (Penambahan rumpon pada bagan tancap tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan hasil tangkapan ikan)

H1 : m 0 (Penambahan rumpon pada bagan tancap berpengaruh nyata terhadap peningkatan hasil tangkapan ikan)

2. untuk laju akumulasi ikan,

Ho : m = 0 (Penambahan rumpon pada bagan tancap tidak berpengaruh nyata terhadap laju akumulasi ikan)

H1 : m 0 (Penambahan rumpon pada bagan tancap berpengaruh nyata terhadap laju akumulasi ikan)

Kaidah keputusan yang digunakan yaitu : Jika T hitung maka terima Ho, Jika

T hitung < maka tolak Ho. Perhitungan lanjutan yang dilakukan yakni perhitungan z.

Kaidah keputusan yang digunakan : jika z hitung > z tabel, maka tolak Ho dan terima H1.

Selanjutnya untuk nilai probabilitas atau nilai signifikan, diuji dengan kaidah keputusan : jika nilai probabilitas < 0,05 maka tolak Ho dan terima H1. Analisis ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) Versi 11,5.

Dokumen terkait