• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. GAMBARAN SITUASI PENDAMPINGAN

C. Hasil Penelitian tentang Pendampingan Spiritualitas Mahasiswa

1. Hasil dan Pembahasan Penelitian

a. Profil katekis yang diharapkan Prodi IPPAK 1) Hasil penelitian

Melalui wawancara dengan para responden diperoleh gambaran profil katekis yang sesuai dengan pemahaman, pengalaman serta cita-cita para responden mengenai gambaran seorang katekis. Gambaran tersebut antara lain:

Menurut R26 gambaran katekis yang dicita-citakan oleh Prodi adalah katekis yang dapat membantu orang lain untuk mengembangkan iman. Pernyataan ini didukung oleh R14 bahwa katekis yang dicita-citakan adalah “Katekis yang dapat membantu umat dalam memperkembangkan iman”.

Selanjutnya, secara lebih rinci, R27 menyebutkan:

Katekis yang mempunyai keprihatinan terhadap orang lain, keprihatinan terhadap orang kecil, orang miskin dan juga keterbukaan terhadap

orang-orang yang berpandangan lain atau beragama lain atau suku yang lain, sungguh-sungguh terbuka sehingga siap diutus kemanapun dan mudah menyesuaikan diri di dalam situasi apapun karena ada sikap keterbukaan itu. Yang paling pokok juga perhatian pada orang lain khususnya yang lemah miskin, yang memang lebih membutuhkan perhatian.

Pernyataan ini didukung oleh R3, R4, R6, R12, R16, R20, R21. Mereka mengungkapkan bahwa katekis yang diinginkan adalah katekis yang mempunyai hati untuk melayani dan siap sedia memberikan diri menjadi pelayan umat, bisa berbaur dengan umat dan menyesuaikan diri dengan umat yang dilayani serta humanis.

Sedangkan, R30 mengatakan bahwa profil katekis yang dicita-citakan Prodi adalah: “katekis yang memiliki spiritualitas seturut visi misi Prodi yaitu Pradnya-Widya, yang mampu membaca jaman dan menanggapi jaman”.

Pernyataan ini didukung oleh R3, R25. Mereka mengungkapkan bahwa seorang katekis yang dicita-citakan adalah katekis yang profesional, cerdas dan berwawasan luas. Sejalan dengan hal tersebut, dengan rumusan lain R1, R2, R6, R15, R20, R23 mengungkapkan bahwa katekis yang diharapkan adalah katekis yang tangguh, tahan banting, dan profesional. Tangguh dan tahan banting dalam arti bahwa katekis siap sedia melaksanakan tugasnya, tidak mudah menyerah pada tantangan dan memiliki semangat yang tinggi untuk melayani. Profesional berarti mereka menguasai bidang ilmu yang menjadi profesi mereka dan memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung tugas-tugas mereka di lapangan. Bukan hanya itu, menurut R6, R13, R19, R24, gambaran lain yang muncul adalah katekis yang menyenangkan, bisa dekat dengan umat, dirindukan oleh umat serta bisa menjadi inspirasi bagi umat dalam memperkembangkan umat. Dalam

rumusan yang singkat R15 mengungkapkan bahwa katekis yang dicita-citakan adalah katekis yang serba bisa.

Dari data hasil kuesioner, responden menggambarkan katekis yang dicita-citakan Prodi IPPAK sebagai seorang pewarta Sabda Allah yang berkualitas yaitu katekis yang bijak dan berilmu yang berperan membantu Gereja mengembangkan iman umatnya serta kepekaan dan kepedulian terhadap sesama. Responden menggambarkan seorang katekis yang memiliki ciri-ciri antara lain: selalu siap sedia dan bersemangat, bermartabat, berkarakter dan percaya diri, berkepribadian dan berjiwa besar, tangguh dan handal, aktif dan kreatif, terampil dan profesional, relevan dan kontekstual sehingga mampu menanggapi tuntutan jaman dan kebutuhan umat [Lampiran 3: (8)].

2) Pembahasan

Hasil penelitian menunjukan bahwa profil katekis yang dicita-citakan oleh Prodi IPPAK yaitu katekis yang dapat membantu orang lain untuk mengembangkan iman baik di lingkup sekolah maupun paroki. Pada umumnya, gambaran katekis yang diharapkan tersebut adalah katekis yang tangguh dan profesional. Kedua ciri ini muncul sesuai dengan penghayatan mahasiswa yang telah mengalami proses pendidikan dan pendampingan di Prodi IPPAK. Tangguh berarti tidak mudah goyah, tahan banting dan selalu siap sedia dalam menjalankan tugas pelayanannya. Pengandaiannya adalah dalam ketangguhannya itu tersirat sebuah spiritualitas yang dihidupi dan dihayati oleh seorang katekis. Profesional artinya memiliki bekal wawasan kateketik dan keterampilan yang memadai dalam melaksanakan tugas pelayanannya. Selain itu, penting bahwa seorang katekis

mempunyai kepedulian dan keprihatinan terhadap orang lain, terutama keprihatinan terhadap orang kecil dan orang miskin. Di samping itu katekis perlu memiliki sikap keterbukaan misioner terhadap dunia (CEP 1997: 25). Keterbukaan terhadap orang-orang yang berpandangan lain, beragama lain atau suku yang lain. Dengan memiliki sikap terbuka inilah mereka siap di utus ke mana pun dan mudah menyesuaikan diri di dalam situasi apapun.

Prodi IPPAK sebagai sebuah lembaga pendidikan calon katekis memiliki gambaran profil katekis yang dicita-citakan. Dalam buku panduan prodi gambaran itu jelas terungkap dalam rumusan misi lembaga tersebut yaitu katekis yang mempunyai integritas, kritis, dewasa, bisa diandalkan Gereja, mampu mendampingi dalam pencarian makna, dan mampu memberikan jawaban yang tegas dalam soal-soal iman.

Dengan rumusan lain, motto Prodi IPPAK adalah mewujudkan katekis yang Pradnya-Widya (IPPAK, 2010: 5). Demikian juga dinyatakan oleh Heryatno (Manuskrip, 2008) bahwa Pradnya-Widya adalah salah satu kerinduan pokok, penyelenggaraan pendidikan di Prodi IPPAK dan sekaligus menjadi figur alumni yang dicita-citakan. Pradnya-Widya ( Sapientia dan Scientia) yang berarti menyatukan kebijaksanaan dengan keilmuan. Pradnya-Widya berhubungan langsung dengan spiritualitas katekis yang didambakan, diwujudkan dan dikembangkan oleh prodi IPPAK. Dengan spiritualitas ini menyadarkan bahwa profesi katekis sungguh-sungguh merupakan panggilan.

Seorang katekis yang bervisi spiritual akan menyadari dan menghayati profesinya sebagai panggilan hati. Seperti halnya spiritualitas, panggilan juga

berhubungan erat dengan inti hidup dan kerinduan jiwa seseorang (Umat Baru 2012: 65). Panggilannya sebagai katekis dipahami bukan semata-mata muncul dari keinginannya sendiri, melainkan juga berasal dari kehendak Allah. Sebagai panggilan, profesinya sebagai katekis, di satu pihak membuatnya bahagia dan mengantarkannya kepada kepenuhan hidup dan di lain pihak juga berorientasi pada perkembangan hidup umat yang dilayaninya.

Seperti yang diungkapkan oleh Prasetya (2007: 40) bahwa seorang katekis memiliki beberapa persyaratan yaitu: memiliki hidup rohani yang mendalam, memiliki nama baik sebagai pribadi dan keluarga, diterima oleh umat, mempunyai pengetahuan yang memadai serta memiliki ketrampilan yang cukup. Gambaran katekis yang diungkapkan oleh para responden sebagian besar juga telah mengarah ke hal-hal tersebut.

Profil seorang katekis yang diharapkan oleh responden memenuhi tiga pilar yaitu spiritualitas, intelektualitas dan keterampilan. Spiritualitas menyangkut sikap dan semangat yang menggerakkan katekis dalam berkarya. Penting bagi katekis untuk memiliki semangat dasar yang didasarkan pada kesadaran bahwa ia dipanggil untuk mewartakan Kabar Gembira kepada orang banyak. Panggilan yang disadari ini dan ditanggapi sebagai karya Roh Kudus sehingga sumber kekuatan seorang katekis sungguh berasal dari Yesus sendiri. Dalam segi intelektualitas, katekis dituntut untuk memiliki pengetahuan iman serta wawasan yang luas. Dari segi keterampilan, katekis perlu memiliki keterampilan yang memadai, baik itu keterampilan bersaksi tentang iman maupun keterampilan teknis berkatekese.

Keseimbangan ketiga unsur: spiritualitas, intelektualitas dan keterampilan amat penting bagi seorang katekis untuk mendukung karya pelayanannya. Namun, spiritualitas menjadi dasar dari dua unsur lainnya. Intelektualitas dan keterampilan lebih mudah diupayakan jika seseorang memiliki spiritualitas yang kuat.

Melalui jawaban para responden, terutama mahasiswa, dapat disimpulkan bahwa mereka telah memahami profil alumni atau figur katekis yang dicita-citakan oleh lembaga IPPAK yaitu adalah katekis yang profesional sekaligus bervisi spiritual. Pemahaman ini membantu mahasiswa untuk menghayati hidup panggilan yang sedang mereka jalani.

b. Bentuk-bentuk pendampingan spiritualitas yang ada di Prodi IPPAK 1) Hasil penelitian

Melalui wawancara dengan para responden dan studi dokumen serta pengalaman penulis diperoleh gambaran pendampingan spiritualitas yang terjadi di Prodi IPPAK yaitu sebagai berikut:

Pendampingan spiritualitas di Prodi IPPAK disusun dan direncanakan dengan tujuan membantu mahasiswa dalam menumbuhkembangkan spiritualitas mahasiswa sebagai calon katekis. Arah pendampingan serta tahap pencapaiannya sudah ditentukan oleh Prodi. Berdasarkan wawancara dengan responden yang merupakan koordinator bidang spiritualitas dan dosen pendamping spiritualitas diperoleh keterangan bahwa pendampingan pada tahun pertama hingga tahun keempat, dalam prosesnya diarahkan untuk mengembangkan kedewasaan manusiawi, kedewasaan kristiani, kedewasaan rohani dan spiritualitas katekisnya.

Hal ini nampak seperti yang diungkapkan oleh R27 dan bisa dicek pada R28. R29 dan R30 [Lampiran 5: (68), (72), (75)].

Tahun pertama penekanan diarahkan pada pengenalan pribadi segi manusiawinya, lalu tahun kedua lebih pada pengembangan manusia kristianinya, ketiga lebih dikembangkan hidup doanya, ... lalu yang keempat diarahkan pada spiritualitas sebagai katekis supaya semakin menjadi siap.

Dalam pendampingan spiritualitas, penanggungjawab utama adalah koordinator bidang spiritualitas yang kemudian juga melibatkan para dosen dengan peran mereka masing-masing. Ada pembagian pendamping bagi mahasiswa. Pendamping spiritualitas pribadi melalui DPA yang sekaligus bertindak sebagai dosen wali. Pendamping spiritualitas per angkatan adalah tim dosen yang sudah dibagi sesuai angkatan. Masing-masing angkatan paling tidak didampingi oleh minimal 2-3 orang dosen. Selain itu, ada pendamping khusus untuk pendampingan kegiatan kemahasiswaan, diantaranya pendamping Himpunan Mahasiswa Kateketik (HIMKA). Di samping pembagian yang ada ini, sebagai dosen biasa, pengampu mata kuliah, semua dosen memiliki peran yang secara tidak langsung dalam menanamkan nilai-nilai spiritualitas pada mahasiswa melalui proses perkuliahan yang mereka ampu masing-masing [Lampiran 5: (66)]. Dalam proses pendampingan spiritualitas di prodi IPPAK, refleksi dan evaluasi menjadi unsur yang penting karena paradigma yang digunakan dalam rangka pendampingan didasarkan pada pedagogi refleksi. Maka dalam setiap kegiatan, baik yang menyangkut perkuliahan maupun kemahasiswaan, selalu

dilengkapi dengan refleksi dan evaluasi. Hal ini tidak lepas dari spiritualitas yang dihidupi oleh lembaga yaitu Spiritualitas Ignatian [Lampiran 5: (66)].

Berdasarkan Panduan Program Studi IPPAK (2010: 29), pola penumbuhkembangan spiritualitas yang dilaksanakan di IPPAK mengacu pada dinamika Latihan Rohani yang telah disesuaikan dengan kebutuhan khusus mahasiswa IPPAK, yakni:

1) Membangun kekaguman kepada realitas dunia yang secara hakiki mengungkapkan keagungan penciptanya.

2) Membangun kesadaran akan penyimpangan yang terus terjadi akibat kedosaan.

3) Mendorong untuk terlibat khususnya di dalam proses penebusan yang terus berlangsung melalui disiplin ilmu yang ada.

4) Mendorong pengembangan diri yang selaras dengan penciptaan tersebut yaitu semakin menjadi “men and women for/with others”.

Pola-pola di atas, diwujudkan dalam program pendampingan spiritualitas. Berikut ini akan dipaparkan sejumlah kegiatan yang termasuk dalam program pendampingan spiritualitas di kampus IPPAK yang telah dialami oleh mahasiswa khususnya angkatan 2007 yaitu antara lain:

a) Pertemuan Pengembangan Spiritualitas

Program ini terealisir dalam mata kuliah pembinaan spiritualitas yang diintegrasikan dengan jadwal perkuliahan secara reguler. Mata kuliah ini,

meskipun tidak memiliki beban sks namun berbobot setara dengan dengan 2 sks/semester dan berlangsung selama 8 semester berturut-turut. Mata kuliah ini bertujuan untuk memperkembangkan kedalaman batin dan jati diri sebagai calon katekis sehingga menjadikan pribadinya semakin mantap untuk menjadi seorang katekis. Tujuan tersebut diupayakan lewat tujuan khusus pada masing-masing semester. Metode yang digunakan cukup variatif yaitu dengan pengolahan pengalaman, praktik doa, latihan meditasi atau dengan media audio visual sehingga pertemuan menjadi menarik. Dalam proses ini, mahasiswa didampingi oleh tim dosen sehingga mereka mendapat banyak nilai dan ilmu dari sharing-sharing para pendamping yang meneguhkan serta memantapkan spiritualitas mereka.

Pada tahun pertama, mahasiswa diajak untuk lebih mengenal teman-teman angkatannya, merasa krasan dengan lingkungannya, makin mantab dengan pilihan program studinya dan makin menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan serta religiositasnya. Mereka juga diajak untuk makin menyadari kerinduan hatinya yang terdalam sehingga jati dirinya yang terarah pada Tuhan dan sesamanya juga makin berkembang. Pada tahun kedua, diharapkan mahasiswa dapat mencapai dan mengembangkan kedewasaan kristiani dengan ciri-ciri sebagai berikut: mengenal Allah secara pribadi dan mendalami pribadi Yesus dan karya-Nya melalui: pengenalan fase-fase panggilan kristiani seperti halnya yang dialami para murid Yesus termasuk di dalamnya krisis yang terjadi dalam “fase Yerusalem” untuk bisa sampai ke “fase kebangkitan” sehingga mahasiswa semakin tertarik pula untuk mengikuti-Nya.

Pada tahun ketiga mahasiswa diajak untuk mendalami hidup doa. Mahasiswa diharapkan mencapai kedewasaan religius personal dengan ciri-ciri: memiliki ketertiban dalam hal doa, baik dalam hal keajegan, frekuensi maupun kedalamannya; memiliki kebiasaan dan kebutuhan untuk berdoa pribadi; mampu menemukan Tuhan dalam hidup dan kegiatan sehari-harinya. Pada tahun terakhir, mahasiswa diajak untuk mendalami panggilan dan spiritualitas hidupnya sebagai katekis.

b) Rekoleksi Angkatan

Program ini diselenggarakan pada akhir setiap semester berperan sebagai puncak kegiatan pertemuan pengembangan spiritualitas pada semester yang bersangkutan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini diatur oleh mahasiswa sendiri dengan bimbingan dosen pendamping spiritualitas pada semester yang bersangkutan. Dalam kegiatan ini mahasiswa merefleksikan kembali pengalaman perjalanan pembinaan spiritualitas selama satu semester.

Rekoleksi angkatan lebih umum dikenal sebagai Penutupan Pembinaan Spiritualitas. Melalui kegiatan ini, mahasiswa mengendapkan nilai-nilai yang didapat selama pembinaan spiritualitas. Salah satu nilai yang diperjuangkan lewat kegiatan ini adalah nilai kebersamaan. Pada prakteknya, bentuk kegiatan penutupan Pembinaan Spiritualitas bervariasi, seperti: ziarah bersama, rekreasi rohani bersama atau sekedar berkumpul bersama untuk merefleksikan pengalaman dalam pembinaan spiritualitas. Bentuk kegiatan ini muncul sesuai

dengan kreativitas dan kebutuhan mahasiswa. Pada akhir kegiatan selalu ditutup dengan Perayaan Ekaristi.

c) Camping Rohani

Camping Rohani dilaksanakan pada semester IV. Dalam kegiatan ini mahasiswa selain dilatih untuk berorganisasi, bekerjasama dan menghormati alam, diajak pula untuk menyadari bahwa Allah pun senantiasa hadir menyertai dan mendampingi mereka lewat kebersamaan dengan orang lain dan kesatuan dengan alam. Oleh karena itu dengan mengikuti camping rohani diharapkan mahasiswa semakin dekat dengan Allah sekaligus terampil dalam berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain sesama, memiliki ketahanan baik fisik maupun mental, melatih kepekaan serta belajar menjadi pemimpin terutama bagi diri sendiri.

Selain itu, mahasiswa juga belajar bagaimana menerima diri dan orang lain, mendengarkan orang lain dan menyesuaikan diri terhadap orang lain, belajar bertanggungjawab, bekerjasama, berorganisasi dan berkoordinasi. Yang tidak kalah penting adalah kegiatan camping rohani juga diarahkan untuk membina kekompakan angkatan. Camping rohani yang diadakan oleh mahasiswa angkatan 2007 dilaksanakan pada 27-29 Maret 2009. Proses persiapan camping menjadi tahap yang penting karena dalam tahap inilah mahasiswa dituntut untuk berusaha keras mengumpulkan dana yang akan digunakan untuk pembiayaan camping rohani. Rapat koordinasi, pencarian dana dan persiapan sarana camping semua diupayakan disela-sela kegiatan perkuliahan.

d) Rekoleksi Bersama

Selain rekoleksi angkatan, diadakan juga rekoleksi bersama tingkat prodi yang ditujukan bagi segenap warga kampus baik dosen, mahasiswa maupun karyawan. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kepekaan terhadap karya Allah dengan melihat kembali rahmat dan bimbingan Allah serta menanggapinya dalam pengalaman hidup sehari-hari. Rekoleksi ini diselenggarakan sekali dalam setahun. Pada kesempatan ini pihak kampus mengundang pendamping sekaligus narasumber dari luar.

Selama menempuh studi di IPPAK, mahasiswa angkatan 2007 mengalami 3 kali rekoleksi bersama. Rekoleksi yang pertama bertema: “Persaudaraan sejati” yang dilaksanakan pada hari Minggu, 4 Mei 2008 dengan nara sumber dua suster dari konggregasi FCJ. Rekoleksi yang kedua dengan nara sumber Rm. Suharjanto, SJ dilaksanakan pada tahun 2010. Rekoleksi yang ketiga dilaksanakan pada hari Jumat, 18 Mei 2012 dengan tema “Kebersamaan dalam Keluarga IPPAK” dengan narasumber Rm. Antonius Hari Kustono, Pr. dan Rm. Budi Sambodo, Pr.

e) Retret

Retret adalah salah satu program pengembangan spiritualitas yang bertujuan mengembangkan dan memperkaya hidup rohani mahasiswa sebagai calon katekis. Retret merupakan latihan rohani dengan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara teratur, seperti: doa, pemeriksaan batin, kontemplasi, meditasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan setahun sekali, biasanya jatuh pada semester genap, secara faktual mahasiswa mengalami 4 kali retret selama

menjadi mahasiswa. Materi retret disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa. Retret bertujuan untuk memperdalam kehidupan rohani serta mempererat relasi dengan Allah. Dengan demikian diharapkan bahwa setelah mengikuti retret, mahasiswa memiliki perubahan dalam hidupnya menuju hal yang lebih positif demi perkembangan hidup bersama baik sebagai mahasiswa maupun sebagai calon katekis.

Pada tahun pertama, retret angkatan 2007 diadakan di Wisma Salam pada tanggal 15-17 Februari 2008 dalam bentuk CHOICE bertujuan untuk membangun relasi antar mahasiswa agar semakin akrab; terbuka menerima orang lain dengan melepas kedok-kedok dalam diri, dan menyadari serta memahami arti menjadi bagian dari orang lain.

Pada retret tahun kedua dan ketiga, retret dilaksanakan secara gabungan antara mahasiswa semester IV dan VI. Adapun pelaksanaannya mahasiswa dibagi ke dalam dua kelompok yaitu mahasiswa religius dan mahasiswa awam. Pelaksanan retret untuk masing-masing kelompok diadakan secara terpisah dan dengan tema yang berbeda. Hal ini dilakukan agar masing-masing kelompok dapat menemukan penegasan panggilan hidupnya, mahasiswa religius semakin mantap dengan panggilan hidupnya dan mahasiswa awam makin yakin pada panggilan hidupnya sebagai katekis. Dampak positif dari pemisahan ini adalah memungkinkan pembauran mahasiswa antar angkatan serta meningkatkan keakraban.

Retret tahun kedua untuk mahasisa awam diadakan di RR. Sangkal Putung pada tanggal 07-10 Maret 2009 dengan tema “Dipanggil untuk Diutus” bertujuan

untuk meneguhkan panggilan mereka sebagai katekis atau mahasiswa. Retret ini dibimbing oleh Rm. Mardi Kartono, SJ. Sedangkan bagi mahasiswa religius retret diadakan di Wisma Fransiskus, Muntilan dengan tema “Menemukan Tuhan dalam Perutusan Studi sebagai Religius” yang dibimbing oleh Rm. Paul Suparno, SJ.

Retret mahasiswa awam tahun ketiga dengan tema “Membangun Spiritualitas Injili di Zaman Konsumerisme” mahasiswa diajak untuk menjernihkan kembali spiritualitas yang dihidupi di tengah tantangan zaman. Mahasiswa selalu diajak memperbaharui spiritualitas katekis seiring kemajuan zaman. Retret ini diadakan di RR. Sangkal Putung pada tanggal 6-9 Maret 2010, dipimpin oleh Rm. Abdi Pranoto, SJ. Sementara itu, retret bagi mahasiswa religius bertema “Menemukan Tuhan Lewat Alam Ciptaan” yang didampingi oleh Rm. Iswarahadi, SJ dan dilaksanakan di Wisma Fransiskus, Muntilan.

Retret tahun keempat yang dibimbing oleh Rm. Sarjumunarsa SJ, di RR. Parakan pada tanggal 5-8 Maret 2011 bertemakan “Menelusuri Jejak-jejak Panggilan Tuhan Yesus Memberitakan Kabar Baik”. Dalam rangka mendalami hal itu mahasiswa diajak untuk melihat kembali pengalaman-pengalaman para nabi yang dipanggil oleh Allah untuk memberitakan Kabar Baik. Dengan mendalami hal tersebut diharapkan mahasiswa dapat meneladani mereka dalam membina diri menjadi seorang pelayan.

f) Perayaan Ekaristi Kampus

Perayaan Ekaristi Kampus diselenggarakan pada setiap hari Sabtu minggu I dalam setiap bulan sepanjang tahun ajaran dan ditujukan bagi segenap warga

kampus. Sebagai lembaga pendidikan yang mempersiapkan mahasiswanya menjadi pendidik iman, Perayaan Ekaristi menjadi salah satu program yang bertujuan untuk memelihara iman sekaligus membangun kebersamaan warga kampus. Ekaristi dirayakan oleh seluruh warga kampus, mulai dari dosen, mahasiswa hingga karyawan.

Perayaan Ekaristi Kampus dikoordinir oleh Seksi Liturgi HIMKA (Himpunan Mahasiswa Kateketik). Tema yang diangkat dalam misa biasanya berangkat dari keprihatinan terhadap dunia sekitar yakni keprihatinan kampus secara khusus dan keprihatinan dalam masyarakat secara umum. Dengan Perayaan Ekaristi ini, mahasiswa diajak untuk membangun kebiasaan merayakan iman yang akan menjadi sumber kekuatan rohani bagi mereka.

g) Bimbingan Pribadi

Setiap mahasiswa memiliki dosen pembimbing akademik yang telah ditetapkan oleh lembaga. Dosen Pembimbing Akademik (DPA) juga dikenal sebagai Dosen Wali. Istilah ini mau menunjuk bahwa Dosen Wali memiliki peran penting yaitu sebagai pembimbing akademik, pembimbing spiritualitas sekaligus pembimbing kepribadian bagi mahasiswa. Jadi DPA/Dosen Wali, selain menyediakan waktu yang cukup longgar bagi mahasiswa yang memerlukan konsultasi dalam bidang akademik, mereka juga siap mendampingi dan membantu mahasiswa yang sedang menghadapi permasalahan pribadi, baik yang menyangkut spiritualitas maupun kepribadian.

Setiap mahasiswa berhak mendapat bimbingan dari dosen wali atau dosen pembimbing akademik yang telah ditetapkan dari kampus. Walaupun dalam kenyataannya, mahasiswa memiliki kebebasan untuk memilih dan meminta bimbingan kepada dosen lain yang dikehendakinya. Seorang mahasiswa memiliki kesempatan untuk mensharingkan pengalamannya secara terbuka kepada dosen wali atau dosen lain yang dipercaya. Melalui sharing yang bersifat informal, (artinya; dilakukan di luar jam kerja, sesuai dengan kesepakatan dosen dan mahasiswa) mahasiswa mendapatkan peneguhan sekaligus pemecahan masalah, baik masalah akademik maupun non akademik, contoh: permasalahan pribadi, konflik pribadi, dan masalah keuangan.

h) Re-entry

Re-entry merupakan pengendapan seluruh proses studi. Kegiatan ini diselenggarakan pada akhir masa studi atau akhir semester VIII untuk secara khusus mempersiapkan mahasiswa memasuki dunia kerja dan pelayanan pastoral-kateketis. Kegiatan ini juga dapat dikatakan sebagai rekoleksi akhir studi bagi calon wisudawan-wisudawati. Melalui kegiatan ini mahasiswa diajak mengevaluasi dan merefleksikan kembali pengalaman belajarnya baik untuk kepentingan diri maupun sebagai feedback bagi lembaga. Mereka juga diperkenalkan berbagai bidang karya dan pelayanan seorang katekis beserta berbagai informasi baru yang terkait dengan bidang karya tersebut. Lewat kegiatan ini mahasiswa memantapkan cita-cita/orientasi panggilan hidupnya

berlandaskan tuntutan spiritualitas dan profesionalitas sebagai pewarta Kabar Gembira/Guru Agama/Pendidik Iman.

Re-entry mahasiswa angkatan 2007 dilaksanakan pada tanggal 23-24 Juli 2011 di Wisma Maria, Sedayu. Bersama 3 orang dosen yaitu: Rm. Suhardiyanto, SJ, Bp. Yoseph Kristianto dan Bp. Dapiyanta, mahasiswa diajak mengevaluasi dan merefleksikan kembali pengalaman belajarnya baik untuk kepentingan diri

Dokumen terkait