• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. GAMBARAN SITUASI PENDAMPINGAN

A. Gambaran Umum Prodi IPPAK USD

4. Situasi Mahasiswa Prodi IPPAK

Berdasarkan data yang diperoleh dari data sekretriat serta penyebaran kuesioner pada para mahasiswa berhasil dikumpulkan data yang menggambarkan situasi mahasiswa IPPAK tahun ajaran 2011/2012. Responden yang diteliti berjumlah 44 responden yang terdiri dari 8 orang mahasiswa semester I, 14 orang mahasiswa semester III, 9 orang mahasiswa semester V, 5 orang mahasiswa semester VII dan 8 orang mahasiswa semester IX Prodi IPPAK tahun ajaran

2011/2012 dengan menggunakan kuesioner terbuka. Melalui dua sumber di atas diperoleh gambaran sebagai berikut:

a. Jumlah Mahasiswa IPPAK 2011-2012

Mahasiswa IPPAK terdiri dari kaum biarawan-biarawati dan awam. Dari tahun ke tahun jumlah mahasiswa Prodi IPPAK selalu berubah. Berdasarkan data sekretariat kampus yang tercatat dalam buku Daftar dan Jumlah Mahasiswa IPPAK tahun 2011/2012, mahasiswa IPPAK untuk tahun ajaran 2011-2012 berjumlah 253 orang. Jumlah tersebut dirinci sebagai berikut:

Tabel.1

Jumlah Mahasiswa IPPAK Berdasarkan Jenis Kelamin No. Tahun Angkatan Semester Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. 2011/2012 (2011) I 22 23 45 2. 2010/2011 (2010) III 20 41 61 3. 2009/2010 (2009) V 11 29 40 4. 2008/2009 (2008) VII 16 36 52 5. 2007/2008 (2007) IX 12 22 34 6. 2006/2007 (2006) XI 2 14 16 7. 2005/2006 (2005) XIII 3 2 5 2011/2012 JUMLAH 86 167 253 Tabel. 2

Jumlah Mahasiswa IPPAK Berdasarkan Status

No. Tahun Angkatan Semester Jenis Kelamin

Biarawan Awam Jumlah

1. 2011/2012 (2011) I 12 33 45

2. 2010/2011 (2010) III 13 48 61

3. 2009/2010 (2009) V 10 30 40

4. 2008/2009 (2008) VII 12 40 52

6. 2006/2007 (2006) XI 5 11 16

7. 2005/2006 (2005) XIII 0 5 5

2011/2012 JUMLAH 61 192 253

Meski memiliki status yang berbeda yaitu sebagai awam dan biarawan/biarawati, namun dalam proses pendidikan di IPPAK mereka menyandang status yang sama yaitu sebagai mahasiswa. Dengan demikian mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam kampus IPPAK.

b. Tingkat Usia

Dari data kuesioner, dapat ditemukan tingkat usia mahasiswa IPPAK bervariasi. Usia mahasiswa berkisar antara 18-35. Namun kisaran usia terbanyak adalah 18-24 tahun [Lampiran 3: (4)]. Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa tergolong sebagai kaum muda (Tangdilintin 1984: 5). Kelompok usia ini memiliki ciri-ciri: dinamik, penuh dengan emosi dan semangat meluap, jiwa yang penuh gairah dan gelora hidup. Mereka adalah kelompok yang sedang berada dalam masa transisi, mereka memang telah memiliki skala nilai sendiri dan mampu memandang persoalan dari berbagai segi, namun belum memiliki pegangan yang jelas. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa mereka masih sangat labil.

c. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

Indeks prestasi adalah tingkat keberhasilan mahasiswa yang dinyatakan dalam bilangan. Dari hasil kuesioner diketahui bahwa Indeks Prestasi Kumulatif

(IPK) mahasiswa rata-rata di atas 3,0 [Lampiran 3: (4)]. Bila melihat data ini, dari segi kognitif mahasiswa dapat menangkap apa yang diajarkan oleh dosen. Mereka tidak memiliki kesulitan dalam memahami kuliah. Sebagai calon katekis akademik, dasar pengetahuan mereka bisa menjadi bekal untuk tugasnya kelak.

d. Latar Belakang Mahasiswa IPPAK

Sebagian besar mahasiswa berasal dari keluarga bukan katekis [Lampiran

3: (4)]. Melihat kenyataan ini, sangat wajar bila mahasiswa IPPAK di masa-masa awal perkuliahan banyak yang tidak mengenal apa itu katekis dan tidak bermotivasi untuk menjadi katekis.

e. Situasi Tempat Tinggal

Mahasiswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Sebagian besar dari mereka berasal dari daerah luar Yogyakarta. Oleh karena itu, kebanyakan dari mereka harus tinggal indekost atau tinggal di asrama ataupun tinggal bersama saudara [Lampiran 3: (4)]. Mahasiswa yang berasal dari daerah Yogyakarta dan sekitarnya hidup dan tinggal di tengah keluarganya sendiri. Dari seluruh mahasiswa yang menjadi responden sebagian besar merasa nyaman dengan tempat tinggal mereka. Meskipun di awal-awal mereka tetap memerlukan waktu dan usaha untuk menyesuaikan diri. Hal ini adalah hal yang positif bagi mereka karena keadaan yang nyaman adalah syarat untuk dapat belajar dengan maksimal.

f. Keterlibatan dalam Hidup Menggereja

Hasil penelitian menunjukkan keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan hidup menggereja masih kurang. Sebagian besar keterlibatan mereka masih sebatas sebagai partisipan. Kegiatan yang dilibati di antaranya PIA, mudika dan koor. Namun demikian ada sebagian kecil dari mereka yang telah melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan lain, seperti: pendampingan katekumen, lektor, pendalaman iman, doa bersama, rosario, pendampingan rekoleksi serta keterlibatan sebagai anggota Dewan Paroki dan anggota petugas parkir di gereja [Lampiran 3: (4) - (5)].

Faktor dominan pendukung keterlibatan mereka di lingkungan adalah dukungan dan penerimaan dari teman serta dukungan dari keluarga. Selain itu semangat untuk belajar dan penerimaan umat juga memotivasi keterlibatan mereka. Di samping itu, kemauan untuk mencoba, adanya semangat untuk melayani, keinginan untuk mengenal lingkungan, serta adanya kesempatan, fasilitas serta kemampuan berkomunikasi juga turut mendukung keterlibatan mereka [Lampiran 3: (5)].

Faktor penghambat terbesar dalam keterlibatan mahasiswa adalah rasa malas dan bosan karena kegiatan yang ada menurut mereka kurang menarik. Selain itu, manajemen waktu yang kurang baik juga menjadi penghambat. Di sisi lain masalah-masalah pribadi seperti: sikap pesimis, merasa malu dan kurang diterima, relasi dengan teman yang kurang baik, merasa kurang diterima umat atau umat kurang kooperatif, kurang bisa memprioritaskan kegiatan menggereja

antara di tempat asal dan di kost. Selain itu, kondisi cuaca yang tidak menentu juga terkadang menjadi hambatan [Lampiran 3: (4)].

g. Motivasi Kuliah di Prodi IPPAK

Motivasi mahasiswa IPPAK ketika memasuki lembaga ini amat beragam. Pertama, memang ada yang masuk lembaga ini karena berkeinginan untuk menjadi guru agama, baik karena motivasi pribadi, dorongan orang tua maupun tawaran atau perutusan. Kedua, karena tidak diterima di prodi lain. Ketiga, karena mencari sekolah yang terjangkau atau murah. Sebagian kecil dari mereka menyebutkan karena ingin memperdalam pengetahuan tentang agama Katolik Selain alasan-alasan tersebut, ada yang melihat adanya keprihatinan terhadap keadaan umat, dan tertarik untuk menanggapi panggilan sebagai katekis, ada yang ingin dekat dengan pacar, dan ada pula yang penting kuliah [Lampiran 3: (5)-(6)].

h. Masalah-Masalah yang Dihadapi Mahasiswa

Berdasarkan data dari lapangan yang didapat melalui penyebaran kuesioner serta pengamatan langsung ditemukan beberapa permasalahan. Selama menjalani proses perkuliahan, mahasiswa memiliki beberapa masalah. Masalah-masalah yang sering mereka hadapi di antaranya: adaptasi atau penyesuaian yang mencakup adaptasi dengan teman, materi kuliah, dosen, lingkungan kampus dan lingkungan kost. Masalah berikutnya menyangkut niat, minat, mood, kesiapan mental, manajemen waktu, kesehatan. Selain itu, tuntutan nilai/prestasi studi, banyaknya tugas kuliah yang menyita pikiran, waktu, tenaga dan biaya. Masalah

lainnya yaitu masalah fasilitas, baik transportasi maupun buku referensi kuliah yang terbatas. Terakhir adalah masalah biaya, baik biaya kuliah maupun biaya hidup [Lampiran 3: (6)].

Masalah-masalah di atas dapat dikelompokkan ke dalam masalah internal dan eksternal. Kedua masalah tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Berkaitan dengan masalah internal yang sering dihadapi mahasiswa antara lain:

Pertama, motivasi belajar. Tugas utama mahasiswa adalah belajar, maka motivasi belajar menjadi hal yang penting. Namun, sebagian mahasiswa nampaknya masih bermasalah dengan motivasi/semangat belajarnya. Hal ini nampak dalam kenyataan bahwa sebagian mahasiswa yang bolos kuliah hanya karena malas, mahasiswa yang tidak hadir dalam kuliah hingga terkena kasus presensi, mahasiswa yang terlambat, mahasiswa yang tidur di kelas, mahasiswa yang tidak memperhatikan dosen di kelas (berbicara sendiri dengan teman/asyik sendiri), mahasiswa yang hanya belajar saat menjelang ujian, mengerjakan tugas pada saat akan dikumpulkan pada dosen (sistem kebut semalam), mahasiswa pasif (tidak pernah bertanya), mahasiswa tidak terlibat secara penuh dalam kerja kelompok. Kenyataan yang memprihatinkan adalah ada beberapa mahasiswa yang tidak menyelesaikan kuliah tanpa alasan yang jelas. Kenyataan-kenyataan tersebut menunjukkan bahwa di kalangan mahasiswa masih ada yang kurang memiliki motivasi; motivasi yang setengah-setengah, atau bahkan tidak bermotivasi sama sekali. Beberapa penyebab yang menimbulkan munculnya masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut: bagi mahasiswa tingkat bawah, umumnya disebabkan karena mereka belum mengenal dan mencintai mata kuliah-mata

kuliah yang ada, dan merasa bahwa menjadi katekis itu bukan panggilan hidupnya. Sedangkan bagi mahasiswa tingkat atas, motivasi menurun karena merasa jenuh, bosan dan merasa tidak bisa memecahkan kesulitan yang dihadapi.

Kedua, manajemen diri dan manajemen waktu adalah salah satu faktor yang mendukung keberhasilan seorang mahasiswa dalam belajar. Beberapa kenyataan yang terjadi di antaranya mahasiswa mengutamakan kegiatan di luar kuliah, menggunakan lebih banyak waktu untuk sekedar menggunakan jejaring sosial; facebook, tweeter, friendster dari pada belajar, khusus mahasiswa laki-laki yang lebih banyak menggunakan waktu untuk main game online dan download lagu atau menonton film daripada mencari bahan untuk melengkapi tugas. Ada pula mahasiswa yang memilih menghabiskan sebagian besar waktu bersama pacar atau teman satu geng untuk sekedar bersenang-senang atau rekreasi. Masih banyak mahasiswa yang kesulitan membagi waktusecara seimbang antara kuliah, belajar, dan kegiatan lainnya di luar kuliah. Hal tersebut dipengaruhi oleh kemampuan untuk memilih dan melakukan kegiatan yang dipandang penting meskipun belum mendesak untuk dilakukan. Akibatnya, sebagian mahasiswa mengalami masalah dengan nilai kuliah dan harus mengulang mata kuliah pada semester berikutnya.

Ketiga, masalah adaptasi. Masalah yang dihadapi mahasiswa meliputi adaptasi dengan teman yang berasal dari berbagai suku dan daerah dengan segala budaya dan karakternya, adaptasi dengan cara belajar yang baru, adaptasi dengan dosen sekaligus gaya mengajar mereka, adaptasi dengan mata kuliah teori maupun praktek. Selain itu, adaptasi dengan lingkungan kampus, maupun tempat tinggal

baru, entah kost atau asrama. Beradaptasi dengan orang di sekitar seperti sesama mahasiswa, baik yang seangkatan maupun bukan, dengan dosen dan warga kampus lainnya merupakan hal yang penting. Relasi dengan mereka akan sangat mempengaruhi kenyamanan mahasiswa selama berproses di kampus. Banyak kasus bahwa antar mahasiswa atau antar dosen-mahasiswa kurang memiliki relasi yang baik, hanya karena mahasiswa kurang mampu untuk beradaptasi. Misalnya dalam hal bimbingan pribadi dengan dosen pembimbing akademik, mahasiswa lebih memilih mengadakan bimbingan dengan dosen lain karena tidak bisa beradaptasi dengan karakter atau pola pikir mereka. Hal tersebut tentu menjadi masalah tersendiri bagi mahasiswa. Mata kuliah yang ada serta dosen pengampunya yang beragam menuntut mahasiswa untuk mampu beradaptasi supaya mereka dapat mengikuti kuliah dengan nyaman. Namun, hal ini tentu bukan hal yang mudah mengingat kemampuan mahasiswa dalam beradaptasi yang berbeda-beda.

Sementara itu, masalah ekternal yang dihadapi mahasiswa antara lain: Pertama, masalah keluarga, yakni: keluarga yang kurang harmonis membawa pengaruh tersendiri pada semangat dan konsentrasi mahasiswa serta cara bersosialisasi dengan orang lain.

Kedua, masalah ekonomi, yakni: persoalan terbatasnya biaya kuliah atau biaya hidup sehari-hari yang disebabkan oleh kondisi ekonomi keluarga yang sulit atau ketidakmampuan mereka mengelola keuangan.

Ketiga, lingkungan tempat tinggal/kost/asrama, misalnya: tempat tinggal yang berada di lingkungan yang bising (rel kereta), pemilik kost yang kurang memahami situasi anak kost, teman asrama yang tidak bisa diajak kerjasama.

Keempat, masalah transportasi, yakni: jarak tempat tinggal yang jauh dan tidak memiliki fasilitas kendaraan sehingga menjadi kendala.

Kelima, terbatasnya fasilitas belajar seperti: buku referensi kuliah, komputer/laptop. Masalah-masalah tersebut secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi keberhasilan belajar mahasiswa.

i. Pemahaman Mahasiswa terhadap Spiritualitas Katekis

Pemahaman mahasiswa terhadap kata spiritualitas begitu beragam [Lampiran 3: (7)]. Dari hasil kuesioner pemahaman tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:

Pertama, spiritualitas dipahami sebagai semangat atau dorongan dari dalam diri yang mendasari dan menggerakkan seseorang untuk berbuat seuatu. Kedua, mereka memahami bahwa spiritualitas merupakan daya Roh Kudus atau Api Ilahi yang menyemangati, menggerakkan dan memberi kekuatan untuk melakukan hal yang baik. Ketiga, mereka memahami bahwa spiritualitas itu berhubungan dengan inti hidup atau hidup rohani seseorang, berkaitan dengan suatu keyakinan dan kepercayaan yang diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara itu pemahaman mengenai figur katekis juga beragam. Sebagian besar menyebut bahwa katekis adalah seorang pewarta kabar gembira/Injil. Yang lain menggambarkan bahwa katekis adalah orang yang memberikan pendampingan iman, pengajar agama, pembina iman, pelayan umat, pendamping rohani, pemelihara iman, dan orang yang perduli terhadap perkembangan iman umat. Mereka adalah perenung dan pelaksana sabda yang menjadi saksi hidup terhadap apa yang diimaninya.

Berdasarkan kedua pemahaman di atas, mahasiswa mengungkapkan pemahaman mengenai spiritualitas katekis yaitu: semangat Roh Kudus yang menjiwai katekis untuk mewartakan Kabar Gembira dan bersumber dari Yesus Kristus.

Gambaran mengenai katekis yang berspiritualitas bagi mahasiswa adalah katekis yang menghayati dan mempraktekkan imannya dalam kehidupan sehari-hari yang nampak dalam sikap hidupnya, yang rajin berdoa, penuh semangat dan sukacita, memiliki daya juang, rela berkorban dan menderita, sabar dan bijaksana, rendah hati dan ramah, terbuka dan peka, bertanggung jawab serta selalu percaya dan taat pada Tuhan.

Melalui pemahaman yang disebutkan oleh para mahasiswa di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa secara kognitif sudah memahami dengan baik mengenai gambaran katekis yang berspiritualitas.

B. Penelitian tentang Pendampingan Spiritualitas Mahasiswa Calon

Dokumen terkait