Pengaruh Starter Solution dan Genotipe Cabai terhadap Jumlah Daun
Pemberian konsentrasi starter solution pada masing-masing genotipe cabai tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada jumlah daun berdasarkan hasil analisis ragam selama 6 minggu pengamatan (Lampiran 1). Hal tersebut menunjukkan tidak ada interaksi antara starter solution dan genotipe cabai. Selanjutnya analisis statistik dilakukan secara terpisah untuk starter solution dan genotipe cabai. Terdapat pengaruh konsentrasi starter solution yang berbeda nyata terhadap jumlah daun berdasarkan pengamatan mingguan yaitu sejak 3 sampai 6 MST (minggu setelah tanam). Pemberian starter solution (15 g/l dan 30 g/l) mampu meningkatkan jumlah daun sejak 3 sampai 6 MST (Tabel 1).
Tabel 1 Pengaruh startersolution terhadap jumlah daun tanaman cabai Waktu pengamatan (MST) Konsentrasi starter solution (g/l)*
0 15 30
1 5.93a 7.26a 5.70a
2 7.15a 12.20a 10.48a
3 15.28b 29.13a 25.54a
4 29.78b 53.57a 49.09a
5 54.20b 80.45a 82.37a
6 89.41b 118.39a 118.93a
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan perhitungan laju pertambahan jumlah daun pada konsentrasi
starter solution, terlihat besarnya pertambahan pada tanaman yang diberi perlakuan starter solution (15 g/l dan 30 g/l) dibandingkan tanaman tanpa pemberian starter solution (0 g/l) (Gambar 3). Walaupun demikian pertambahan jumlah daun antara konsentrasi 15 g/l dengan 30 g/l tidak memberikan pengaruh yang berbeda, kecuali pertambahan antara minggu ke 4 dan 5.
18 0 5 10 15 20 25 30 35 40 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 La ju pe rt am ba ha n j um la h da un (c m )
Konsentrasi starter solution
Waktu pengamatan (MST)
0 g/l 15g/l 30g/l
Gambar 3 Laju pertambahan jumlah daun dengan perlakuan starter solution
selama 6 minggu pengamatan
Laju pertambahan jumlah daun meningkat lebih tinggi pada konsentrasi 15 g/l dan 30 g/l dibandingkan 0 g/l karena bertambahnya kandungan N, P, dan K pada tanaman yang diberi starter solution. Hal ini sesuai dengan penyataan Soedomo (2006) bahwa Nitrogen yang diambil oleh daun dalam bentuk N2, Fosfor, dan Kalium saling berkaitan dalam membantu pertumbuhan tanaman. Soedomo (2006) juga menyatakan bahwa penambahan pupuk daun bersifat sebagai penambah unsur hara yang lebih lengkap, terutama dalam unsur hara mikro.
Demikian pula jumlah daun antar genotipe berbeda selama pengamatan mingguan (Tabel 2). Genotipe IPB C5 memiliki jumlah daun tertinggi selama pengamatan (129 daun), diikuti oleh genotipe Kopay (116 daun), sedangkan genotipe IPB C10 memiliki jumlah daun terendah (82 daun). Hasil analisis ragam saat 6 MST disajikan pada Lampiran 7.
Tabel 2 Pengaruh genotipe cabai terhadap jumlah daun tanaman cabai
Waktu pengamatan (MST) Genotipe*
Kopay IPB C5 IPB C10
1 5.43b 7.72a 5.74b
2 10.09a 10.87a 8.87a
3 24.76a 26.02a 19.17a
4 48.07a 52.28a 32.09b
5 77.11ab 86.43a 53.48b
6 115.70a 128.80a 82.22b
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Laju pertambahan jumlah daun pada ketiga genotipe cenderung sama (Gambar 4). Genotipe IPB C5 laju pertambahannya meningkat lebih tajam dibandingkan genotipe Kopay dan IPB C10. Genotipe IPB C10 memiliki laju per-tambahan jumlah daun yang terendah mulai awal hingga akhir pengamatan.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 la ju p er ta m ba ha n jum la h da un (c m ) Genotipe cabai Waktu pengamatan (MST) Kopay IPB C5 IPB C10
Gambar 4 Laju pertambahan jumlah daun pada tiga genotipe cabai selama 6 minggu pengamatan
Pengaruh Starter Solution dan Genotipe Cabai terhadap Jumlah Cabang Pemberian konsentrasi starter solution pada masing-masing genotipe cabai memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada jumlah cabang berdasarkan hasil analisis ragam selama 6 minggu pengamatan (Lampiran 8). Namun demikian, tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap interaksi antara starter solution dan genotipe cabai. Pengaruh yang berbeda nyata tampak pada pengamat-an minggupengamat-an yaitu saat 5 dpengamat-an 6 MST pada perlakupengamat-an tpengamat-anpa starter solution (0 g/l) dan dengan starter solution (15 g/l dan 30 g/l). Pada akhir pengamatan, perlakuan
starter solution meningkatkan jumlah cabang sebesar 11 dan 9 cabang berturut-turut untuk konsentrasi 30 g/l dan 15 g/l, dibandingkan tanpa perlakuan starter solution sebesar 6 cabang.
20 Tabel 3 Pengaruh startersolution terhadap jumlah cabang tanaman cabai
Waktu pengamatan (MST) Konsentrasi starter solution (g/l)*
0 15 30
1 1.00a 1.00a 1.00a
2 1.00a 1.00a 1.00a
3 1.00a 1.17a 1.13a
4 1.20a 2.67a 2.59a
5 3.33b 5.78a 6.69a
6 6.13c 9.19b 10.96a
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Laju pertambahan jumlah cabang pada perlakuan starter solution me-ningkat mulai dari pengamatan minggu kedua (Gambar 5). Pada konsentrasi 15 g/l dan 30 g/l, laju pertambahannya lebih tinggi dibandingkan konsentrasi 0 g/l. Per-tambahan jumlah cabang dengan perlakuan starter solution pada selang 3 MST ke 4 MST meningkat sekitar 2 cabang dibandingkan tanpa perlakuan starter solution. Sampai akhir pengamatan terlihat bahwa pertambahan jumlah cabang lebih banyak meningkat pada tanaman yang diberi perlakuan starter solution.
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 L aju pe rt am ba ha n jum la h c aba ng (c
m) Konsentrasi starter solution
Waktu pengamatan (MST)
0 g/l 15g/l 30g/l
Gambar 5 Laju pertambahan jumlah cabang dengan perlakuan starter solution
selama 6 minggu pengamatan
Pengaruh genotipe cabai terhadap jumlah cabang terlihat berbeda nyata mulai 4 MST (Lampiran 12). Jumlah cabang genotipe Kopay dan IPB C5 tidak berbeda nyata selama pengamatan, dengan genotipe Kopay memiliki jumlah cabang paling banyak yaitu 10 cabang, sedangkan IPB C10 memiliki jumlah cabang yang sedikit yaitu 6 cabang (Tabel 4).
Tabel 4 Pengaruh genotipe cabai terhadap jumlah cabang tanaman cabai
Waktu pengamatan (MST) Genotipe*
Kopay IPB C5 IPB C10
1 1.00a 1.00a 1.00a
2 1.00a 1.00a 1.00a
3 1.30a 1.00a 1.00a
4 2.06ab 3.28a 1.13b
5 6.02a 6.33a 3.45b
6 10.06a 9.94a 6.28b
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Laju pertambahan jumlah cabang pada genotipe Kopay lebih banyak meningkat pada selang 4 MST sampai 6 MST (4 cabang). Pertambahan cabang genotipe IPB C5 meningkat pada selang 3 MST menuju 4 MST. Pada akhir pengamatan, terlihat bahwa pertambahan jumlah cabang genotipe IPB C10 lebih rendah dibandingkan genotipe Kopay dan IPB C5.
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 La ju p er ta m ba ha n ju m la h c aba ng (cm ) Genotipe cabai Waktu pengamatan (MST) Kopay IPB C5 IPB C10
Gambar 6 Laju pertambahan jumlah cabang pada tiga genotipe cabai selama 6 minggu pengamatan
Perbedaan laju pertambahan jumlah cabang tanaman disebabkan oleh karakteristik masing-masing genotipe tanaman. Selain karakteristik genotipe tanaman, aplikasi starter solution juga dapat meningkatkan jumlah cabang. Menurut Soedomo (2006), penambahan pupuk daun dapat berpengaruh terhadap kenaikan jumlah tunas.
22 Pengaruh Starter Solution dan Genotipe Cabai terhadap Tinggi Tanaman Perlakuan starter solution pada masing-masing genotipe tanaman cabai tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata berdasarkan hasil analisis ragam selama 6 minggu pengamatan (Lampiran 15). Hal tersebut menunjukkan tidak ada interaksi antara starter solution dan genotipe cabai. Aplikasi starter solution pada konsentrasi 15 g/l dan 30 g/l memberikan pengaruh yang besar dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberikan starter solution. Pada awal pertumbuhannya yaitu 1 dan 2 MST, perlakuan starter solution memberikan pengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman. Walaupun demikian perlakuan starter solution tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman karena pada konsentrasi 15g/l tanaman cabai lebih tinggi dibandingkan konsentrasi 30 g/l. Pada akhir pengamatan (8 MST), tanaman cabai yang diberikan starter solution dengan konsentrasi 30 g/l mencapai tinggi 42.38 cm, konsentrasi 15 g/l memiliki tinggi 42.73 cm, dan tanaman cabai yang tidak diberikan starter solution mencapai tinggi 39.57 cm.
Tabel 5 Pengaruh startersolution terhadap tinggi tanaman cabai
Waktu pengamatan (MST) Konsentrasi starter solution (g/l)*
0 15 30
1 7.44a 8.20a 8.02a
2 7.92a 9.39a 9.20a
3 10.37a 12.96a 12.71a
4 13.75a 17.16a 16.49a
5 19.50a 23.51a 22.55a
6 25.54a 29.39a 28.25a
7 32.11a 35.77a 34.66a
8 39.57a 42.73a 42.38a
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Tinggi tanaman dengan starter solution pada selang 3 menuju 5 MST, me-ningkat sekitar 4 cm. Pada tanaman tanpa perlakuan starter solution, tinggi tanam-an htanam-anya bertambah sekitar 3 cm. Saat akhir 5 MST sampai awal 6 MST, laju per-tambahan tinggi tanaman untuk ketiga konsentrasi starter solution menurun sekitar 1 cm. Pada minggu terakhir pengamatan laju pertambahan tinggi tanaman dari yang tertinggi hingga yang terendah yaitu konsentrasi 30 g/l, 0 g/l, dan 15 g/l (Gambar7).
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 la ju pe rt am ba ha n t inggi ta na m an ( cm)
Konsentrasi starter solution
Waktu pengamatan (MST)
0 g/l 15g/l 30g/l
Gambar 7 Laju pertambahan tinggi tanaman dengan perlakuan starter solution
selama 6 minggu pengamatan
Tinggi tanaman masing-masing genotipe berbeda. Saat 1 dan 2 MST genotipe Kopay lebih tinggi dibandingkan genotipe IPB C5, tetapi memasuki minggu keempat tinggi kedua genotipe tersebut sama. Pada 5 MST genotipe IPB C5 lebih tinggi dibandingkan dengan Kopay dan IPB C10 (Tabel 6). Di akhir pengamatan tinggi tanaman genotipe IPB C5, Kopay, dan IPB C10 secara ber-turut-turut yaitu 47.95 cm, 45.27 cm, dan 31.46 cm. Hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 16-23.
Tabel 6 Pengaruh genotipe cabai terhadap tinggi tanaman cabai
Waktu pengamatan (MST) Genotipe*
Kopay IPB C5 IPB C10
1 9.56a 7.92b 6.17c 2 10.59a 9.17a 7.05b 3 13.66a 13.12a 9.25b 4 17.58a 17.88a 11.95b 5 23.47a 26.03a 16.06b 6 29.82a 32.88a 20.47b 7 36.77a 40.20a 25.58b 8 45.27a 47.95a 31.46b
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Laju pertambahan tinggi tanaman genotipe IPB C5 meningkat dari peng-amatan minggu pertama hingga minggu keempat, kemudian menurun hingga
24 minggu kelima. Pada akhir pengamatan, genotipe Kopay memiliki laju per-tambahan yang paling tinggi kemudian diikuti genotipe IPB C5 dan IPB C10.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 la ju pe rt am ba ha n ti nggi ta na m an (cm ) Genotipe cabai Waktu pengamatan (MST) Kopay IPB C5 IPB C10
Gambar 8 Laju pertambahan tinggi tanaman pada tiga genotipe cabai selama 6 minggu pengamatan
Pemberian starter solution pada ketiga genotipe cabai dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman mulai dari 3 MST. Sesuai dengan hasil penelitian Sari (2007) bahwa pertumbuhan tinggi tanaman dapat ditingkatkan dengan pemberian starter solution mulai 3 MST. Berdasarkan hasil penelitian Alviana et al (2009) kandungan unsur P dan K pada lahan percobaan hanya mampu menunjang pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi tanaman) hingga umur 5 MST. Perlakuan konsentrasi pemupukan tidak akan berpengaruh terhadap tanaman bilamana kandungan hara yang tersimpan dalam tanah dapat menjamin kebutuhan hara selama pertumbuhan tanaman (Alviana et al 2009). Tanaman dengan per-lakuan konsentrasi 15 g/l lebih tinggi dibandingkan perper-lakuan konsentrasi 30 g/l. Hal tersebut diduga disebabkan aplikasi konsentrasi yang berbeda (15 g/l dan 30 g/l) tidak berpengaruh terhadap meningkatnya pertumbuhan tinggi tanaman. Dalam penelitian Sari (2007), penggunaan starter solution tanpa diketahui konsentrasinya meningkatkan tinggi tanaman pada umur 3-8 MST.
Pengaruh Starter Solution dan Genotipe Cabai terhadap Waktu Antesis Pemberian starter solution memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu antesis tanaman cabai (Lampiran 24), tetapi tidak berbeda nyata terhadap interaksi antara konsentrasi starter solution dan genotipe cabai. Tanaman cabai tanpa pemberian starter solution memiliki waktu antesis lebih panjang dibanding-kan dengan tanaman yang diberi starter solution. Waktu antesis tanaman cabai dengan konsentrasi 0 g/l yaitu 32 hari setelah tanam (HST), sedangkan konsentrasi 15 g/l dan 30 g/l yaitu 23 HST (Tabel 7).
Tabel 7 Pengaruh startersolution terhadap waktu antesis tanaman cabai
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Genotipe cabai yang berbeda menunjukkan waktu antesis yang sangat ber-beda pula (Lampiran 24). Waktu antesis genotipe Kopay dan IPB C5 lebih cepat (24 HST) dibandingkan IPB C10 (30 HST) (Tabel 8).
Tabel 8 Pengaruh genotipe cabai terhadap waktu antesis tanaman cabai
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Pemberian konsentrasi starter solution pada masing-masing genotipe cabai memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu antesis. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Sari (2007) yang menunjukkan bahwa penggunaan starter solution tidak dapat mempercepat waktu antesis. Pupuk daun yang mengandung unsur hara makro dan mikro dengan komposisi yang tepat mempunyai manfaat mempercepat pertumbuhan, menyuburkan pertumbuhan daun, mempercepat pertunasan dan pembuahan (Kelpitna 2009). Diduga dengan adanya penambahan
starter solution, unsur hara tersedia dalam tanah dengan komposisi yang tepat. Konsentrasi starter solution (g/l) Waktu antesis (HST)*
0 31.66a 15 23.26b 30 23.37b
Genotipe Waktu antesis (HST)*
Kopay 23.88b
IPB C5 24.29b
26 Pengaruh Starter Solution dan Genotipe Cabai terhadap Infeksi Virus
Menurut laporan AVRDC (1993) di antara berbagai penyakit yang mempengaruhi cabai, virus dianggap sebagai kendala produksi terbesar. Kebanyakan tanaman cabai terinfeksi oleh dua atau lebih virus dengan gejala mosaik, distorsi daun, vein banding, dan menguning. Infeksi tidak hanya menyebabkan pengurangan dalam hasil panen, tetapi juga mengakibatkan kerusakan tanaman. Kerugian akibat infeksi CMV dalam cabai dapat meningkat 97% untuk cabai, sedangkan infeksi TMV dapat mengurangi hasil panen sekitar 45-75%.
Berdasarkan penghitungan kejadian penyakit dapat disimpulkan bahwa gejala yang diamati pada tanaman di lapangan berasosiasi dengan infeksi CMV, ChiVMV, dan TMV (Tabel 9). Infeksi CMV dan TMV dapat mencapai 100% sementara infeksi ChiVMV hanya mencapai 33,33%. Kejadian penyakit 0% di-kategorikan sebagai tanaman tahan terhadap virus dan menjadi kriteria ketahanan paling tinggi (Riyanto 2007). Tiap genotipe cabai memiliki respon kejadian penyakit yang berbeda-beda terhadap infeksi CMV, ChiVMV, dan TMV.
Tabel 9 Kejadian penyakit pada masing-masing genotipe cabai dengan pemberian konsentrasi starter solution terhadap infeksi virus
Starter solution Genotipe Kejadian Penyakit (%)
CMV ChiVMV TMV 0 g/l Kopay 0 0 0 IPB C5 0 0 0 IPB C10 0 33.33 0 15 g/l Kopay 66.67 0 100 IPB C5 0 0 100 IPB C10 100 33.33 100 30 g/l Kopay 0 0 0 IPB C5 0 0 33.33 IPB C10 0 0 0
Starter solution pada masing-masing genotipe cabai memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap infeksi CMV, ChiVMV dan TMV (Lampiran 25-27). Perlakuan dengan dan tanpa starter solution tidak memberikan pengaruh terhadap nilai absorban ELISA (NAE) (Tabel 10). Berdasarkan analisis statistik terhadap NAE dapat disimpulkan bahwa perlakuan konsentrasi 15 g/l menghasilkan NAE yang lebih tinggi. Genotipe Kopay cenderung lebih mudah terinfeksi oleh CMV dan ChiVMV, sedangkan genotipe IPB C5 lebih mudah terinfeksi oleh TMV (Tabel 11).
Tabel 10 Pengaruh startersolution terhadap infeksi virus pada tanaman cabai Nilai Absorban ELISA (NAE) Konsentrasi starter solution (g/l)*
0 15 30
CMV 0.25b 0.42a 0.28b
ChiVMV 0.86a 0.98a 0.19b
TMV 0.19c 1.09a 0.45b
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Tabel 11 Pengaruh genotipe cabai terhadap infeksi virus
Nilai Absorban ELISA (NAE) Genotipe*
Kopay IPB C5 IPB C10
CMV 0.41a 0.30ab 0.24b
ChiVMV 1.01a 0.39b 0.63b
TMV 0.50a 0.51a 0.71a
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Pengaruh Starter Solution dan Genotipe Cabai terhadap Colletotrichum spp. Menurut Don et al (2007) antraknosa merupakan salah satu penyakit utama pada cabai yang menyebabkan kehilangan hasil panen dan mengurangi kuantitas buah yang dipasarkan. Insiden penyakit dicatat mencapai 20-80% pada buah C. annuum dan 5-20% pada buah C. frutescens.
28
Gambar 9 Gejala buah yang terinfeksi dan konidia Colletotrichum spp. Buah yang terinfeksi Colletotrichum spp. menunjukkan gejala bintik-bintik kehitaman yang menyatu (A); Konidia Colletotrichum spp. perbesaran 400x (B)
Perlakuan starter solution memberikan hasil yang tidak berbeda nyata ter-hadap persentase jumlah buah terinfeksi Colletotrichum spp. (Lampiran 28). Walaupun demikian ada kecenderungan perlakuan tanpa starter solution memiliki persentase jumlah buah terinfeksi lebih kecil dibandingkan perlakuan dengan
starter solution.
Tabel 12 Pengaruh starter solution terhadap persentase jumlah buah terinfeksi
Colletotrichum spp.
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Berbeda dengan perlakuan starter solution, tampaknya terdapat perbedaan respon genotipe terhadap infeksi Colletotrichum spp. (Tabel 13). Genotipe IPB C10 memiliki persentase jumlah buah terinfeksi lebih rendah (25.10%). Persentase jumlah buah terinfeksi Colletotrichum spp. tertinggi terjadi pada genotipe IPB C5 (75.45%). Syukur et al (2007) melaporkan bahwa respon ke-tahanan yang berbeda diantara genotipe cabai terhadap antraknosa dikendalikan oleh faktor genetik.
Konsentrasi starter solution (g/l) Jumlah buah (%)*
0 44.96a 15 45.24a 30 46.38a
Tabel 13 Pengaruh genotipe cabai terhadap persentase jumlah buah terinfeksi
Colletotrichum spp.
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Tenaya et al (2001) menyatakan bahwa secara genotipe apabila terdapat kandungan capsaicin pada buah dan aktivitas enzim peroksidase yang tinggi pada daun di lapangan, maka tanaman cabai akan lebih tahan terhadap serangan antraknosa. Apabila persentase jumlah buah terserang dan kandungan fruktosa lebih tinggi, maka tanaman cabai mempunyai kerentanan yang lebih tinggi ter-hadap penyakit antraknosa.
Pengaruh Starter Solution dan Genotipe Cabai terhadap E. carotovora
Erwinia carotovora menginfeksi tanaman saat dua minggu pertama tanam-an cabai berbuah. Busuk buah bakteri ini btanam-anyak menyertanam-ang genotipe IPB C5 (cabai besar).
Perlakuan starter solution pada masing-masing genotipe cabai memberi-kan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap persentase jumlah buah terinfeksi
E. carotovora dan interaksi antara konsentrasi starter solution dan genotipe cabai (Lampiran 29). Persentase jumlah buah terinfeksi yang paling rendah terjadi pada perlakuan 30 g/l (Tabel 14).
Tabel 14 Pengaruh starter solution terhadap persentase jumlah buah terinfeksi
E. carotovora
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Genotipe IPB C5 memiliki persentase paling tinggi terhadap jumlah buah yang terinfeksi E. carotovora yaitu 61.11%. Persentase jumlah buah terinfeksi
E. carotova terendah yaitu genotipe Kopay sebesar 3.70% (Tabel 15).
Genotipe Jumlah buah (%)*
Kopay 36.04b
IPB C5 75.45a
IPB C10 25.10b
Konsentrasi starter solution (g/l) Jumlah buah (%)*
0 27.78a 15 27.16a 30 18.52a
30 Tabel 15 Pengaruh genotipe cabai terhadap persentase jumlah buah terinfeksi
E. carotovora
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Pengaruh Starter Solution dan Genotipe Cabai terhadap Jumlah Buah Per Tanaman
Pengaruh starter solution pada masing-masing genotipe cabai memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap persentase jumlah buah cabai dan interaksi antara konsentrasi starter solution dan genotipe cabai (Lampiran 30).
Starter solution dengan konsentrasi 30 g/l memiliki jumlah buah cabai paling rendah (21 buah). Jumlah buah tertinggi terdapat pada konsentrasi 15 g/l (29 buah). Perlakuan konsentrasi starter solution antara 15 g/l dengan 30 g/l tidak ber-pengaruh terhadap jumlah buah.
Tabel 16 Pengaruh startersolution terhadap jumlah buah cabai
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Genotipe cabai memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah buah cabai. Genotipe IPB C5 memiliki jumlah buah terendah (13 buah), sedang-kan genotipe IPB C10 memiliki jumlah buah tertinggi (37 buah).
Tabel 17 Pengaruh genotipe cabai terhadap jumlah buah cabai
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Hasil penelitian Kelpitna (2009) menyatakan bahwa pemberian pupuk daun berpengaruh positif terhadap jumlah buah yang terbentuk dan tinggi
tanam-Genotipe Jumlah buah (%)*
Kopay 3.70b
IPB C5 61.11a
IPB C10 8.64b
Konsentrasi starter solution (g/l) Jumlah buah (g)*
0 24.34a 15 29.34a 30 20.85a
Genotipe Jumlah buah (g)*
Kopay 24.17ab
IPB C5 12.92b
an. Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian karena jumlah buah pada tanaman dengan perlakuan starter solution hampir sama dengan tanaman tanpa starter solution.
Pengaruh Starter Solution dan Genotipe Cabai terhadap Bobot Buah Per Tanaman
Aplikasi starter solution pada masing-masing genotipe cabai memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap bobot buah cabai dan interaksi antara konsentrasi starter solution dan genotipe cabai (Lampiran 31). Dengan pemberian
starter solution (15 g/l dan 30 g/l) bobot buah dapat meningkat sekitar 20 gram dibandingkan tanpa starter solution (0 g/l). Starter solution dengan konsentrasi 0 g/l memiliki bobot buah cabai paling kecil yaitu 61.11 gram. Perlakuan dengan konsentrasi 15 g/l dan 30 g/l tidak memberikan pengaruh terhadap bobot buah karena bobot buah tertinggi terdapat pada konsentrasi 15 g/l seberat 84.51 gram.
Tabel 18 Pengaruh startersolution terhadap bobot buah cabai
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Genotipe IPB C5 memiliki bobot buah (112.76 gram), sedangkan genotipe IPB C10 memiliki bobot buah terkecil (49.66 gram). Perbedaan besar bobot buah pada tiap genotipe cabai disebabkan oleh karakteristik masing-masing genotipe. Genotipe IPB C5 (cabai besar) memiliki ukuran dan bentuk buah lebih besar dibandingkan genotipe Kopay dan IPB C10 (cabai rawit).
Tabel 19 Pengaruh genotipe cabai terhadap bobot buah cabai
*nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Konsentrasi starter solution (g/l) Bobot buah (g)*
0 61.11a 15 84.51a 30 81.26a
Genotipe Bobot buah (g)*
Kopay 64.46b
IPB C5 112.76a
32 Bobot buah per tanaman tidak dipengaruhi oleh pemberian konsentrasi
starter solution. Hal ini berlawanan dengan laporan AVRDC (1998) yang menyatakan bahwa penerapan starter solution efektif dalam meningkatkan berat kering tanaman dan dapat mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Aplikasi starter solution tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap beberapa komponen fase vegetatif tanaman yang mencakup jumlah daun dan tinggi tanaman, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang dan waktu antesis. Peningkatan komponen fase vegetatif tanaman tersebut paling tinggi tercapai pada perlakuan konsentrasi 15 g/l.
Dapat disimpulkan bahwa dua galur (IPB C5 dan IPB C10) dan satu varietas (Kopay) cabai yang digunakan memiliki karakter agronomi yang berbeda berdasarkan pengukuran jumlah daun, jumlah cabang, dan tinggi tanaman. Potensi produksi galur IPB C5 lebih tinggi dibandingkan galur IPB C10 dan varietas Kopay.
Aplikasi starter solution tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kejadian penyakit. Perkembangan penyakit sangat ditentukan oleh genotipe cabai. Galur IPB C5 lebih banyak terinfeksi oleh Colletotrichum spp. dan E. carotovora, sementara varietas Kopay lebih banyak terinfeksi oleh CMV dan ChiVMV. Kejadian penyakit antraknosa, CMV dan TMV pada galur IPB C10 cenderung lebih rendah dibandingkan kedua genotipe yang lain.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambah taraf konsentrasi yang diuji dan menggunakan genotipe cabai yang telah diketahui ketahanannya terhadap penyakit-penyakit penting pada cabai.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios GN. 1988. Plant Pathology. 3rd edition. San Diego, California: Academic Press Inc.
Alviana VF, Anas DS. 2009. Optimasi Dosis Pemupukan Pada Budidaya Cabai (Capsicum annuum L.) Menggunakan Irigasi Tetes dan Mulsa
Polyethylene. Jurnal Agronomi Indonesia 37 (1). Hlm 28-33.
AVRDC. 1993. Vegetable Research And Development In Southeast Asia: The AVNET Final Report. http://www.avrdc.org [16 Nov 2009].
. 1998. Project 4: Improvement And Stabilization Of Year Round Vegetable Supplies. http://www.avrdc.org [16 Nov 2009].
. 2004. The World Vegetable Center In Asia. http://www.avrdc.org [16 Nov 2009].
. 2004. AVRDC Report 2003 Publication Number 04-599. http://www.avrdc.org [15 Des 2009].
[CABI] Central for Agricultural and Bioscience International. 2005. Crop Protection Compendium [CD-ROM]. Wallingford: CAB International. Cerkauskas R. 2004a. Anthracnose on pepper. Di dalam: Kalb T, editor. AVRDC –
The World Vegetable Center Fact Sheet Publication. Shanhua: AVRDC.