• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di lahan petani yang terletak di Desa Cibatok, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Deteksi dan diagnosis penyakit dilakukan di Laboratorium Virologi dan Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Januari sampai dengan Agustus 2009.

Bahan dan Alat

Dalam penelitian ini digunakan tiga genotipe (C. annuum L.), yaitu genotipe IPB C10 (cabai kecil) dan IPB C5 (cabai besar) koleksi Laboratorim Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor, dan satu varietas komersial dari Sumatera Barat yaitu Kopay (cabai keriting).

Bahan lain yang digunakan adalah starter solution berupa larutan pupuk daun dengan kandungan 20%N-15%P2O5-15%K2O dan pupuk kandang. Media tanam yang digunakan untuk persemaian adalah tanah, pupuk kandang, dan sekam.

Alat yang digunakan selama kegiatan penelitian terdiri atas peralatan per-semaian (ember, tray semai, panel bibit isi 128 tanaman, handsprayer), peralatan pengolahan tanah dan penanaman (cangkul, ember, kored, mulsa plastik, ajir, tali rafia, dan takaran 50 ml), peralatan pemeliharaan (kored, handsprayer), peralatan pengamatan (meteran, alat tulis), peralatan panen dan pasca panen (plastik dan timbangan).

Metode Rancangan Percobaan

Dalam penelitian ini digunakan rancangan petak terbagi (split plot design) anak kelompok dengan starter solution sebagai petak utama dan genotipe cabai sebagai anak petak. Tiga taraf petak utama yaitu konsentrasi 0 g/l, 15 g/l, dan 30 g/l. Tiga taraf anak petak yaitu IPB C5, IPB C10, dan Kopay. Terdapat sembilan kombinasi perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari tiga ulangan, sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari 20 tanaman, dengan jumlah keseluruhan adalah 540 tanaman uji.

Penyemaian Benih Cabai

Penyemaian dilakukan sebelum penanaman di lahan. Media semai berupa tanah, pupuk kandang, dan sekam yang dicampur dahulu dalam ember. Setelah siap digunakan, media dimasukkan ke dalam tray semai dan diisikan sampai padat, kemudian benih ditanam pada masing-masing lubang tray semai (Gambar 2A&B). Selama masa penyemaian dilakukan pemeliharaan berupa penyiraman. Bibit cabai yang telah siap ditanam, yaitu memiliki empat pasang daun, kemudian di pindah tanam ke bedengan-bedengan di lahan.

Persiapan Lahan

Lahan yang digunakan terdiri dari 27 anak petak (Gambar 2C). Percobaan dibagi ke dalam tiga kelompok. Dari setiap kelompok tersebut dibagi lagi menjadi tiga petak utama, sesuai dengan taraf konsentrasi yang digunakan yaitu 0 g/l, 15 g/l, dan 30 g/l. Pengacakan taraf pertama dilakukan untuk me-nempatkan taraf konsentrasi ke dalam petak utama tersebut. Setiap sembilan petak utama (tiga petak utama dari tiga kelompok) dibagi ke dalam tiga anak petak, sesuai dengan taraf genotipe dan varietas yang digunakan yaitu IPB C10, IPB C5, dan Kopay. Pengalokasian taraf faktor genotipe dan varietas ke dalam setiap petak utama dilakukan secara acak. Tanaman yang ditanam pada masing-masing anak petak adalah 20 tanaman. Setelah tanah diolah, kemudian diberikan pupuk kandang dengan langsung mencampurkannya dengan tanah.

14  Pembuatan Starter Solution

Startersolution dibuat dengan melarutkan pupuk daun anorganik (20-15-15) sebanyak 15 g/l dan 30 g/l. Pupuk tersebut ditimbang kemudian dilarutkan dalam 10 liter air, diaduk hingga merata. Starter solution ditakar dengan takaran 50 ml untuk diaplikasikan langsung pada perakaran tanaman. Larutan pupuk daun anorganik diaplikasikan pada saat pindah tanam sebagai startersolution dan pada umur 12, 25, dan 72 HST (hari setelah pindah tanam) sebagai pupuk susulan.

Penanaman Bibit ke Lahan

Kegiatan yang pertama dilakukan yaitu melubangi mulsa plastik sebagai lubang penanaman. Lubang dibuat dengan menggunakan kaleng bekas yang di-panasi dengan arang. Jarak tanam yang digunakan adalah 60 cm antar barisan dan 50 cm dalam barisan dengan posisi lubang lubangnya berhadapan. Penanaman di-lakukan untuk bibit yang sudah mempunyai 3-5 helai daun. Satu lubang tanam diisi satu bibit tanaman cabai (Gambar 2D).

Pemanenan

Penentuan waktu panen dilakukan berdasarkan kriteria petik optimal, yaitu kulit buah telah berubah dari hijau menjadi merah. Pemetikan buah cabai dilaku-kan setiap selang 2-3 hari atau dua kali seminggu, sehingga buah yang dipanen tidak hanya yang telah 100% berwarna merah. Buah yang 75% ber-warna merah ikut dipanen. Pemetikan buah cabai dilakukan pada pagi hari saat cuaca cerah.

Gambar 2 Penyemaian, persiapan lahan dan bibit yang baru ditanam. Penyemaian benih cabai di dalam tray semai (A); Bibit yang siap pindah tanam (B); Persiapan lahan yang sudah ditutupi mulsa plastik (C); Penanaman bibit ke lahan (D).

Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama fase pertumbuhan vegetatif dan generatif, di-lanjutkan pada saat panen. Pengamatan pertumbuhan pada fase vegetatif meliputi (1) tinggi tanaman, diukur mulai batas kotiledon pada permukaan tanah sampai pucuk tanaman tertinggi sampai umur 8 MST (minggu setelah pindah tanam); (2) jumlah daun, meliputi seluruh jumlah daun yang tumbuh tiap minggunya sampai umur 6 MST; (3) jumlah cabang, menghitung jumlah cabang yang muncul tiap minggunya sampai umur 6 MST. Pengamatan pada fase generatif meliputi waktu antesis yaitu umur tanaman saat 50% berbunga dalam satu petakan, dihitung sejak hari penanaman hingga bunga mekar di buku kedua. Pengamataan saat panen dilakukan pada keseluruhan hasil panen yang meliputi (1) bobot buah hasil panen, meliputi bobot buah per petak dari tiap panen, serta bobot buah yang di-hasilkan per tanaman sampai delapan kali masa panen; (2) jumlah buah hasil panen, meliputi jumlah buah per petak dan jumlah buah per tanaman sampai delapan kali panen.

Pengamatan penyakit penting meliputi (1) pengamatan gejala layu dan busuk bakteri pada buah, antraknosa, dan mosaik atau belang sejak mulai pindah tanam

(C) (A)

(D) (B)

16  hingga saat panen; (2) deteksi penyebab penyakit dilakukan melalui isolasi propagul (cendawan dan bakteri) dan pengujian ELISA; (3) kejadian penyakit di-hitung berdasarkan proporsi tanaman yang terinfeksi patogen dalam suatu populasi tanaman, tanpa memperhitungkan berat atau ringannya tingkat serangan. Penghitungan kejadian penyakit dimulai dari tanaman mulai menunjukkan gejala sampai akhir panen.

Analisis Data

Data pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan Statistical Analysis System(SAS). Apabila data menunjukkan pengaruh nyata maka dilanjut-kan dengan uji lanjut DMRT (DuncanMultipleRangeTest) pada taraf 5%.

Laju pertambahan jumlah daun, jumlah cabang, dan tinggi tanaman dihitung dengan rumus:

Laju pertambahan = P(n+1) – P(n) Keterangan:

P = jumlah daun, jumlah cabang, tinggi tanaman n = watu pengamatan minggu ke-1, 2, …

Dokumen terkait