• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Kemitraan PT Galih Estetika dengan Petani Ubi Jalar Bentuk Kemitraan

Maksud dan tujuan kemitraan pada dasarnya adalah win-win solution.

Kesadaran dan saling menguntungkan dalam kemitraan tidak berarti para partisipan dalam kemitraan harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang lebih penting yaitu adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing (Hafsah 1999). Kemitraan antara PT Galih Estetika dengan petani ubi jalar dilatarbelakngi karena adanya kebutuhan petani akan kepastian pasar dan harga jual yang lebih baik sehingga dapat berimplikasi pada pendapatan yang lebih tinggi. Sedangkan kebutuhan PT Galih Estetika yaituketersediaan ubi jalar sebagai bahan baku produknya, namun PT Galih Estetika tidak memiliki lahan dan tenaga kerja lapang untuk membudidayakan ubi jalar. Beberapa jenis ubi jalar yang dibutuhkan oleh PT Galih Estetika adalah varietas Ace Merah dan Ace Putih, Varietas Bogor, dan Varietas Jepang. Awalnya kemitraan tersebut hanya untuk memenuhi pasokan bahan baku ubi jalar varietas Jepang yang memang belum dikembangkan secara luas di Kabupaten Kuningan. Namun seiring meningkatnya permintaan PT Galih Estetika juga menjalin kemitraan dengan petani yang menanam ubi jalar varietas Ace Merah dan Ace Putih.

Kemitraan yang terjalin antara PT Galih Estetika berlangsung sejak tahun 1997. Bentuk kemitraan yang terjalin antara kedua bela pihak tersebut adalah Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA). Menurut Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/1997, pola KOA merupakan hubungan kemitraan, yang didalamnya kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga,

sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal dan/atau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi pertanian.

PT Galih Estetika sebagai perusahaan mitra bersedia untuk menyediakan bantuan berupa bibit yang dibutuhkan oleh petani terutama bibit ubi jalar varietas Bogor dan Jepang. Kedua varietas tersebut belum secara luas dikembangkan oleh para petani di Kabupaten Kuningan sehingga PT Galih Estetika harus menyediakannya. PT Galih Estetika memiliki lahan khusus untuk pembenihan sehingga dapat memenuhi kebutuhan bibit petani. Selain itu, perusahaan mitra juga melakukan bimbingan teknologi terhadap petani mitra. Data mengenai fasilitas kemitraan yang diperoleh petani dapat dilihat pada Lampiran 7. Petani ubi jalar sebagai kelompok mitra berkewajiban untuk menyediakan lahan, tenaga kerja, dan sarana produksi lain speerti pupuk, obat-obatan, dan alat-alat produksi. Petani mitra akan membudidayakan ubi jalar sesuai dengan ketentuan yang berlaku baik secara teknis maupun jenis atau varietas ubi jalar yang dibudidayakan. Biasanya bagian divisi penanaman akan memberikan bimbingan teknis kepada petani mitra terutama kepada petani yang baru mengusahakan ubi jalar varietas selain varietas Ace Merah dan Ace Putih. Namun, ketentuan ini dilakukan tidak secara menyeluruh hanya meliputi pada ukuran guludan dan penanaman yang digunakan. Guludan yang dikehendaki oleh PT Galih Estetika adalah dengan ukuran panjang 4 m, lebar 60-70 cm, dan tinggi 30-40 cm. Jarak penanaman yang dikehendaki oleh PT Galih Estetika adalah 20-25 cm.

Keuntungan yang diperoleh petani dengan adanya kemitraan ini adalah adanya kontrak hasil. Kontrak hasil memungkinkan PT galih estetika membeli semua hasil budidaya petani mitra yang memenuhi ketetapan atau spesifikasi perusahaan sehingga dengan adanya kontrak hasil perusahaan menjamin kepastian pasar bagi petani. Spesifikasi ubi jalar yang telah disepakati diantaranya adalah standar kualitas ubi yang disepakati minimum 200 gram dengan diameter 4 cm serta bebas dari hama dan penyakit. Sedangkan untuk harga, PT Galih Estetika tidak menetapkan harga beli di awal perjanjian. Harga pembelian ditetapkan pada saat panen karena harga perusahaan ditetapkan berdasarkan harga pasar yang berlaku saat itu. Namun, untuk melindungi petani pada saat panen raya PT galih Estetika telah menetapkan harga minimum. Harga minimum untuk setiap varietas ubi jalar berbeda. Varieta ubi jalar Ace memiliki harga minimum Rp 800/Kg, ubi jalar varietas Jepang memiliki harga minimum Rp 1300/Kg, dan ubi jalar varietas Bogor memiliki harga minimum Rp 900/Kg.

Ubi jalar yang diperoleh dari kelompok petani mitra biasanya akan diolah kembali menjadi produk setengah jadi dan dipasarkan ke beberapa Negara Asia sepeerti Jepang dan Korea.

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa bentuk kemitraan antara kedua belah pihak yaitu PT Galih Estetika dan petani ubi jalar adalah Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA) dan telah sesuai dengan ketetapan yang diatur dalam Keputusan Menteri Pertanian (1997) dimana perusahaan mitra harus memberikan bimbingan teknologi, menyediakan sarana produksi (dalam hal ini berupa bibit), melakukan pengolahan hasil, menampung dan memasarkan hasil kelompok mira. Namun, perusahaan mitra pada penelitian ini sama sekali belum bisa memberikan bantuan berupa permodalan atau kredit kepada kelompok petani mitra.

Kontrak Kerjasama

Menurut Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/1997, kemitraan usaha pertanian dilakukan dengan penandatanganan perjanjian kemitraan terlebih dahulu. Isi perjanjian kerjasama mencakup jangka waktu, hak dan kewajiban, pembagian resiko bila terjadi perselisihan, dan klausa lain.

Kemitraan antara PT Galih Estetika dengan petani mitra dilakukan dengan penandatanganan perjanjian kemitraan atau kontrak kerjasama. Kontrak kerjasama antara PT Galih Estetika dengan petani mitra dilakukan ketika telah ada kesepakatan antara kedua belah pihak. Kontrak kerjasama ini dituangkan dalam surat perjanjian kontrak kerjasama penanaman ubi jalar yang dikeluarkan oleh PT Galih Estetika. Surat perjanjian kontrak kerjasama ini memuat beberapa ketetapan baku dan tidak baku.

Ketetapan baku dalam hal ini adalah perjanjian yang tidak dapat lagi dirubah karena telah disepakati oleh kedua belah pihak. Ketetapan baku diantaranya adalah jenis varietas dan periode tanam.Selain itu terdapat ketetapan lain seperti standar kualitas ubi jalar yang disepakati yaitu minimum 200 gram dengan diameter 4cm serta bebas dari hama dan penyakit serta waktu pembayaran hasil panen yaitu PT Galih Estetika akan membayar hasil panen ubi jalar kepada petani paling cepat tujuh hari atau satu minggu setelah ubi jalar diterima oleh pihak perusahaan.

Ketetapan tidak baku adalah ketetapan yang tidak dapat dipastikan kepastiannya seperti pemberian bantuan, waktu panen dan harga beli ubi jalar oleh pihak perusahaan. Waktu panen ubi jalar biasanya bisa kurang dari lima bulan atau lebih dari lima bulan. Pemberian bantuan bibit termasuk ke dalam ketetapan tidak baku karena pada dasarnya tidak semua petani yang akan meminta bantuan bibit kepada pihak perusahaan. Jika petani tersebut telah memiliki bibit sendiri yang diperoleh dari hasil tanam sebelumnya biasanya petani tidak akan membeli lagi dari perusahaan. Namun bagi petani yang tidak memiliki bibit, perusahaan akan meminjamkan bbit dengan harga yang harus dibayar perkilogramnya adalah Rp 1000. Harga ini berlaku untuk semua jenis varietas. Sedangkan untuk harga ubi jalar, pihak perusahaan menyesuaikan dengan harga pasar yang berlaku saat panen.

Beberapa hal lain yang dicantumkan dalam kontak perjanjian kerjasama ini adalah penjelasan mengenai penyelesain konflik yang mungkin terjadi antara kedua belah pihak. Jika terjadi hal seperti itu, penyelesaian akan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan kekeluargaan atau bahkan dengan jalur hukum.

Secara umum, kontrak kerjasama antara PT Galih Estetika dengan kelompok petani mitra telah sesuai dengan ketetapan yang diatur dalam Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/1997 seperti jangka waktu, hak dan kewajiban, dan pembagian resiko bila terjadi perselisihan.

Pandangan Petani Terhadap Kemitraan Alasan Petani Menjalin Kemitraan

Beberapa alasan petani bersedia bermitra dengan PT Galih Estetika dikategorikan berdasarkan kategori yang dianggap paling penting. Pengurutan mengenai alasan petani ini dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan semua responden petani mitra yang kemudian dijumlahkan. Kategori dengan jumlah yang paling besar dianggap alasan yang utama. Beberapa alasan petani bermitra berdasarkan jumlah petani mitra dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Alasan Petani bermitra berdasarkan jumlah petani mitra

Alasan Bermitra Jumlah Petani

(Orang) Persentase (%)

Jaminan Pasar 29 90.62

Bantuan Benih 26 81.25

Harga Lebih Baik 24 75.00

Bantuan Teknis 17 53.12

Alasan utama (pertama) petani memutuskan untuk menjalin kemitraan dengan PT Galih Estetika adalah adanya jaminan pasar. Dengan adanya kemitraan petani tidak perlu khawatir hasil budidayanya akan terbuang karena tidak adanya pasar yang dapat menampung apalagi saat terjadi panen raya. Kerjasama kemitraan antara PT Galih Estetika adalah kontrak hasil dimana pihak perusahaan akan membeli semua hasil budidaya ubi jalar petani dengan catatan telah memenuhi spesifikasi yang sebelumnya telah ditetapkan atau ubi jalar yang termasuk ke dalam Grade A dan B. Sedangkan ubi jalar yang termasuk ke dalam

afkir tidak akan dibeli oleh perusahaan.

Alasan kedua petani untuk bermitra dengan PT Galih Estetika adalah adanya bantuan benih. Ubi jalar yang dibutuhkan oleh perusahaan adalah ubi jalar varietas Ace Merah dan Putih, Bogor, serta Jepang. Bibit ubi jalar varietas lokal atau Ace biasanya masih mudah untuk diperoleh petani namun untuk bibit ubi jalar Jepang dan Bogor sedikit sulit untuk diperoleh karena budidaya varietas tersebut di Kabupaten Kuningan belum meluas. Untuk memperoleh bibit tersebut biasanya petani diberikan pinjaman oleh perusahaan. Pinjaman bibit tersebut harus dikembalikan dalam bentuk uang dengan harga per kilogramnya adalah Rp 1000 untuk semua varietas. Pembayaran bibit dari petani kepada perusahaan dilakukan pada saat perusahaan membayar ubi yang telah dikurangi dengan biaya pinjaman bibit.

Alasan petani bermitra yang selanjutnya atau yang ketiga adalah adanya harga yang lebih baik jika dibandingkan petani menjual ke pasar bebas. Harga yang ditetapkan pihak perusahaan untuk membeli ubi jalar dari petani memang mengikuti harga pasar. Harga yang lebih baik disini adalah ketika adanya panen raya dimana harga ubi biasanya jatuh hingga petani banyak yang mengalami kerugian. Untuk mencegah kerugian yang sangat besar, telah disepakati adanya harga minimum bagi petani untuk setiap varietas ubi jalar yang berbeda. Harga

ubi jalar varietas Ace Merah dan Putih adalah Rp 800/Kg, harga ubi jalar varietas Bogor adalah Rp 900/Kg, dan harga ubi jalar varietas Jepang adalah Rp 1300/Kg. Alasan yang terakhir adalah karena adanya bantuan atau bimbingan teknis. Bimbingan teknis ini terutama dirasakan oleh petani mitra yang belum lama mengusahakan ubi jalar. Biasanya perusahaan akan melakukan kunjungan kepada petani mitra minimal sebulan sekali atau sesuai dengan keadaan dan masalah yang terjadi di lapangan. Namun, secara umum teknik budidaya ubi jalar diserahkan kepada petani mitra karena dianggap lebih memiliki pengetahuan dan pengalaman.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 32 orang petani mitra, alasan utama petani tertarik untuk menjalin kemitraan adalah adanya jaminan pasar. Kemitraan diharapkan akan memberikan kemudahan petani dalam memasarkan hasil produksinya karena petani tidak perlu khawatir lagi hasil produksinya tidak akan terjual karena adanya pembeli yang tetap yaitu PT Galih Estetika. Petani mitra akan bertahan dalam kemitraan apabila tujuannya tercapai, oleh karena itu dilakukan analisis terhadap persepsi petani terhadap manfaat kemitraan yang sedang berlangsung dan akan dibahas pada pembahasan selanjutnya.

Persepsi Petani Mengenai Manfaat Kemitraan

Jalinan kemitraan antara petani mitra dan perusahaan diharapkan akan memberikan manfaat terhadap petani mitra. Manfaat kemitraan kali ini dianalisis berdasarkan sudut pandang atau persepsi petani mitra sendiri. Persepsi petani mitra terhadap manfaat kemitraan antara PT Galih Estetika dan petani ubi jalar di Desa Bandora dihitung dengan menggunakan Skala Likert. Pernyataan yang digunakan dalam pengukuran manfaat kemitraan ini menggunakan skala positif. Pernyataan tersebut digunakan untuk mengukur kepuasan petani terhadap manfaat yang sebelumnya telah ditetapkan dan termasuk ke dalam beberapa aspek seperti bantuan teknis, input, output, jaminan pasar, dan pendapatan petani mitra. Tabel 19 memuat data hasil pengukuran beberapa manfaat tersebut.

Tabel 19 Penilaian persepsi petani mitra terhadap kemitraan

Manfaat Kemitraan Rata-rata

Bantuan Teknis 3.05

Input 3.48

Output 3.22

Jaminan Pasar 3.56

Pendapatan 3.53

Berdasarkan Tabel 19, manfaat bimbingan teknologi memiliki nilai rata-rata sebesar 3.05. Hal ini menunjukan bahwa persepsi petani mitra terhadap manfaat bimbingan teknologi positif. Bimbingan teknologi yang dilakukan oleh perusahaan mitra pada pelaksanaannya tidak dilakukan secara menyeluruh. Pihak perusahaan melakukan kunjungan pada petani pada umumnya saat petani akan memulai penanaman dan pada saat petani akan panen. Pihak perusahaan hanya memberikan informasi mengenai kualitas bibit dan pengontrolan umbi agar

memenuhi spesifikasi yang diharapkan oleh perusahaan. Namun, untuk teknik budidaya ubi jalar perusahaan menyerahkan semuanya pada petani karena menganggap petani lebih tahu mengenai teknik budidaya. Namun, bagi petani yang baru memiliki pengalaman budidaya ubi jalar yang masih sedikit pihak perusahaan biasanya melakukan kunjungan pada petani minimal satu bulan sekali. Hal ini disebabkan karena lokasi petani mitra tidak berada dalam satu wilayah yang berdekatan maupun dalam satu gapoktan yang sama sehingga petani kurang memiliki akses informasi mengenai ubi jalar yang dibutuhkan oleh pabrik.

Manfaat selanjutnya yaitu manfaat karena adanya bantuan input yang berupa bibit ubi jalar. Input dalam pembahasan kali ini meliputi adanya ketersediaan atau kecukupan input, kualitas yang lebih baik, serta harga input yang lebih rendah yang dapat diperoleh petani mitra dengan adanya jalinan kemitraan. Persepsi petani terhadap aspek input memiliki nilai rata-rata sebesar 3.48. Hal ini menunjukan bahwa persepsi petani terhadap manfaat kemitraan yang dirasakan positif. Petani yang bermitra dengan perusahaan umumnya memperoleh bibit ubi jalar dari perusahaan. Perusahaan memberikan pinjaman bibit sesuai dengan kebutuhan petani dengan harga per kilogram bibit adalah Rp 1000. Pembayaran untuk pinjaman bibit tersebut akan dilakukan oleh petani pada saat pemanenan ubi jalar. Bibit yang diberikan oleh perusahaan biasanya berasal dari hasil pembenihan yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Namun, karena keterbatasan jumlah bibit untuk memenuhi kebutuhan petani terkadang perusahaan mencari bibit dari petani lain dengan catatan bibit tersebut haruslah bibit yang berkualitas. Artinya bibit tersebut hasil dari penanaman tidak lebih dari tiga kali penanaman. Sebelum bermitra, umumnya para petani memperoleh input dari hasil pemanenan ubi jalar sebelumnya atau bahkan membeli dari petani lain. Hal ini memiliki kelemahan yaitu bibit yang diperoleh belum tentu bibit yang memiliki kualitas baik serta harganya cenderung lebih mahal.

Manfaat selanjutnya adalah adanya peningkatan kuantitas dan kualitas output. Persepsi petani mitra terhadap jumlah dan kualitas output ubi jalar memiliki nilai rata-rata positif. Hal ini menunjukan bahwa persepsi petani terhadap kemitraan positif. Adanya penjaminan kualitas, bimbingan teknologi, dan ketersediaan bibit yang disediakan oleh perusahaan mitra dianggap akan mempengaruhi kualitas output yang dihasilkan, meskipun ada faktor lain yang mempengaruhi seperti iklim, keadaan tanah, pemberian pupuk dan lain-lain. Adanya spesifikasi yang telah ditetapkan perusahaan terhadap ubi jalar juga dianggap mempengaruhi hal tersebut, karena petani lebih teliti dalam membudidayakan ubi jalar. Karena biasanya harga ubi jalar yang tidak memenuhi spesifikasi perusahaan akan dibeli dengan harga yang jauh lebih rendah terutama untuk ubi jalar varietas Bogor dan Jepang.

Manfaat pemasaran memiliki nilai rata-rata 3.54. Pemasaran dalam pembahasan ini adalah adanya kepastian pembeli bagi para petani mitra. Nilai 3.54 menunjukan bahwa persepsi petani terhadap manfaat kemitraan dalam kemudahan pemasaran dan harga jual ubi jalar positif. Petani mitra umunya memiliki luas lahan yang penanama ubi jalar yang lebih luas dibandingkan dengan petani non-mitra. Semakin luas lahan penanaman maka jumlah produksinya semakin tinggi. Perusahaan mitra biasanya membeli semua ubi jalar yang dihasilkan oleh petani mitra yang memenuhi standar kualitas perusahaan. Adanya pembelian yang dilakukan oleh perusahaan mitra terhadap semua ubi jalar

menjamin ketersediaan pasar bagi petani ubi jalar sehingga tidak perlu khawatir adanya produk yang terbuang. Selain itu, perusahaan juga telah menetapkan harga minimum bagi ubi jalar yang berasal dari petai mitra sehingga ada jaminan harga terutama ketika terjadi panen raya. Namun, ketika kondisi normal harga yang ditetapkan oleh perusahaan mitra masih mengikuti harga pasar yang berlaku. Manfaat yang terakhir adalah pendapatan. Persepsi petani terhadap pendapatan yang diperoleh setelah menjamin kemitraan memiliki nilai rata-rata 3.53. Nilai ini menunjukan bahwa persepsi petani cukup positif. Harga jual yang ditawarkan oleh perusahaan kepada petani untuk varietas Ace selama ini memang selalu mengikuti perkembangan atau mekanisme pasar. Sehingga harga jual ubi jalar baik ketika menjual ke pabrik maupun pasar bebas selalu sama. Namun, untuk varietas lain dan merupakan varietas utama yang dibutuhkan oleh perusahaan, yaitu varietas Bogor dan Jepang biasanya perusahaan menawarkan harga yang lebih tinggi. Selain itu, perusahaan juga telah menetapkan harga minimal untuk melindungi petani ketika musim raya. Harga minimal ubi jalar varietas Ace adalah Rp 800/Kg, harga ubi jalar varietas Bogor Rp 900/Kg, dan harga ubi jalar varietas Jaepang adalah Rp 1300/Kg. Atas dasar tersebut, petani menganggap bahwa menjual ubi jalar ke perusahaan akan menguntungkan.

Berdasarkan analisis persepsi petani terhadap manfaat jalinan kemitraan antara petani mitra dengan PT Galih Estetika maka dapat disimpulkan bahwa manfaat paling besar yang dirasakan petani dengan adanya jalinan kemitraan dengan perusahaan adalah adanya jaminan pasar. Hal ini telah sesuai dengan alasan yang melatarbelakangi kenapa petani tertarik untuk menjalin kemitraan yaitu keinginan petani untuk memperoleh kepastian pasar. Tercapainya tujuan petani dalam menjalin kemitraan bukan merupakan satu-satunya indikator yang pasti petani akan bertahan menjadi mitra PT Galih Estetika, karena pada pelaksanaannya masih ada kekurangan pada pelaksanaan kemitraan tersebut. Hal ini akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.

Keluhan dan Saran Petani Mitra terhadap Kemitraan

Adanya kontrak kerjasama yang telah disepakati sebelum proses penanaman tidak membuat petani puas dengan kemitraan yang ada. Sebanyak34.37 persen petani responden yang bermitra memiliki keluhan akan adanya sortir yang menyebabkan hasil produksi yang tidak sesuai dengan standar perusahaan tidak terjual. Sedangkan keluhan yang paling besar adalah keterlambatan pembayaran. Sebanyak 78.12 persen petani responden yang bermitra memiliki keluhan yang menyangkut pada masalah pembayaran yang dilakukan oleh PT Galih Estetika. Surat perjanjian kontrak kerjasama menetapkan bahwa pembayaran akan dilakukan oleh PT Galih Estetika tujuh hari setelah ubi jalar diserahkan kepada perusahaan. Namun pada kenyataannya sering terjadi adanya keterlambatan dalam pembayaran. Keterlambatan tersebut biasanya mulai dari seminggu bahkan sebulan setelah batas waktu perjanjian yang telah disepakati.

Keterlambata dalam pembayaran yang dilakukan oleh PT Galih Estetika juga adalah alasan petani mitra berhenti menjalin kemitraan dengan perusahaan. Petani lebih memilih menjual langsung ke pasar bebas daripada kepada perusahaan meskipun ada beberapa keuntungan yang ditawarkan oleh pihak

perusahaan. Hal ini disebabkan karena petani sangat membutuhkan uang, terutama bagi petani yang memiliki lahan terbatas dan tidak memiliki usaha lain selain budidaya ubi jalar.

Keterlambatan pembayaran yang dilakukan oleh PT Galih Estetika dapat menjadi salah satu penghambat pelaksanaan kemitraan. Masalah tersebut dapat menjadi pertimbangan petani untuk tidak bertahan menjadi mitra perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan perlu memperbaiki system pembayaran hasil produksi terhadap petani mitra.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kemitraan

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam bermitra dianalisis dengan menggunakan model regresi logistik. Dalam analisis faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam bermitra menggunakan regresi logistik perlu memperhatikan nilai (indikator) dari setiap variabel. Indikatorvariabel tak bebas (Y) adalah keputusan petani dimana1= keputusan petani untuk bermitra dan 0=keputusan petani untuk tidak bermitra. Indikator variabel bebas (X) terdiri dari tujuh variabel yaitu :

X1 = Tingkat Pendidikan

X2 = Jumlah keluarga (jiwa)

X3 = Usia petani

X4 = Pengalaman berusahatani ubi jalar (tahun)

X5 = Luas lahan tanam ubi jalar (Ha)

X6 = Pendapatan petani non-ubi jalar (Rp)

X7 = Pendapatan luar usahatani (Rp)

Sebelum melakukan pengujian secara parsial terhadap model, dalam analisis regresi logistik terlebih dahulu harus dilakukan pengujian terhadap kelayakan model. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah model mampu menerangkan bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas.Pengujian kelayakan model dapat dilihat pada hasil output SPSS tepatnya pada TabelOmnibus Tests of Model Coefficients atau Tabel Hosmer and Lemeshow Test.

Berdasarkan Tabel Omnibus Test, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi adalah 0.000 dimana sig=0.000 < alpha (0.05) yang berarti bahwa tolak H0 atau dengan kata lain pada tingkat keyakinan 95 persen, ada minimal satu variabel bebas yang berpengaruh pada variabel tak bebas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut. Selanjutnya adalah

pengujian Hosmer Lameshow yang dapat dilihat pada TabelHosmer and

Lemeshow Test. Berdasarkan Tabel tersebut, dapat diketahui bahwa bahwa nilai signifikansinya adalah 0.992. Karena nilai signifikansi model adalah 0.992

Dokumen terkait