• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di salah satu desa yang merupakan salah satu sentra ubi jalar di Kabupaten Kuningan, yaitu di Desa Gandasoli, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) atas pertimbangan karena Kabupaten Kuningan adalah salah satu sentra ubi jalar terbesar di Jawa Barat. Selain itu, pemilihan Desa Gandasoli sebagai lokasi penelitian disebabkan karena Desa Gandasoli merupakan salah satu sentra ubi jalar terbesar di Jawa Barat (DP3K Kab. Kuningan, 2014). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2014.

Metode Pengambilan Sampel

Penelitian dilaksanakan di Desa Gandasoli, Kabupaten Kuningan, jawa Barat. Jumlah sampel petani responden adalah 64 orang yang terdiri dari 32 orang petani mitra dan 32 orang petani non-mitra. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode pengambilan secara tidak acak dengan tekhnik

purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kriteria yang telah dipertimbangkan oleh peneliti secara subjektif dan berdasarkan rekomendasi dari pihak terkait, dalam hal ini bagian divisi penanaman dari PT Galih Estetika. Kriteria sampel yang dijadikan responden untuk petani mitra dan non-mitra adalah petani yang mengusahakan ubi jalar dengan masa panen pada bulan Agustus 2013-Agustus 2014 dan bersedia untuk diwawancarai.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data input dan output usahatani ubi jalar, harga input, harga output, dan data lain yang berhubungan dengan tujuan penelitian (Tabel 6). Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan hasil wawancara dengan petani ubi jalar.

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data luas panen, produksi, dan produktivitas ubi jalar nasional; data luas panen, produksi, dan produktivitas ubi jalar di Jawa Barat; data produksi tanaman palawija di Kabupaten Kuningan. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian, antara lain Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, dan Kantor Desa Gandasoli.

Selainitu data sekunder juga diperoleh dari literatur atau buku serta media elektronik yaitu internet.

Tabel 6 Jenis data dan sumber data penelitian

Jenis Data Sumber PIC Ket.

Primer - Penggunaan Input - Harga Input - Kegiatan Usahatani - Produksi/Panen - Harga Output - Keuangan Petani

- Karakteristik Petani dan

Keluarga Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Juli-Agustus 2014 Juli-Agustus 2014 Juli-Agustus 2014 Juli-Agustus 2014 Juli-Agustus 2014 Juli-Agustus 2014 Juli-Agustus 2014 Sekuder

- Data Luas Panen, Produksi, Produktivitas Ubi Jalar Nasional

- Data Luas Panen, Produksi, Produktivitas Ubi Jalar Jawa Barat

- Data KonsumsiUbi Jalar di Kabupaten Nasional. BPS Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat Pusdatin Peneliti Peneliti Peneliti Februari 2014 Februari 2014 Februari 2014 Keterangan : PIC (Person In Chart)

Metode Pengumulan Data

Data primer diperoleh dengan cara diskusi dan wawancara langsung dengan petani responden dan pihak-pihak lain yang terkait dan mengerti mengenai budidaya ubi jalar. Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan acuan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian. Data sekunder diperoleh melalui pencarian data dari internet dan pencarian pustaka yang terkait dengan penelitian di perpustakaan.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dari lapang dilakukan dengan cara menghitung dan merata- ratakan seluruh data dari 64 responden yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu 32 orang petani ubi jalar yang bermitra dan 32 orang petani non mitra yang selanjutnya akan dianalisis. Hasil analisis data dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

Analisis kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk mengambarkan keadaan umum petani ubi jalar dan pola kemitraan antara petani mitra dan perusahaan mitra di Desa Gandasoli, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Data kuantitatif dianalisis dengan statistik desktiptif. Statistik deskriptif sendiri adalah metode- metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna (Walpole 1995). Statistik deskriptif yang digunakan diantaranya rata-rata, nilai minimum, nilai maksimum, dan standar deviasi. Selain itu, data kuantitatif juga akan dianalisis dengan menngunakan skala likert,regresi logistik, analisis pendapatan, dananalaisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio). Data kuantitatif diolah dengan menggunakan alat hitung atau kalkulator dan dengan bantuan komputer yaitu menggunakan softwareSPSS dan microsoft excel 2007.

Skala Likert

Skala Likert dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur persepsi petani terhadap manfaat yang dapat dirasakan dengan adanya jalinan kemitraan. Hal ini juga yang menjadi alasan petani untuk menjalin kemitraan.Dalam penelitian, terdapat beberapa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata berikut (Riduwan & Sunarto 2009):

Pernyataan Positif : Pernyataan Negatif :

Sangat setuju 5 Sangat setuju 5

Setuju 4 Setuju 4

Netral 3 Netral 3

Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 1

Penelitian ini menggunakan pernyataan positif dan pernyataan yang akan digunakan untuk mengukur persepsi petani terhadap kemitraan adalah 11 buah pernyataan. Pernyataan mengenai manfaat kemitraan yang akan dinilai oleh petani diantaranya meliputi aspek bimbingan teknologi yang terdiri dari dua pernyataan, input yang terdiri dari empat pernyataan, output yang terdiri dari dua pernyataan, pemasaran yang terdiri dari dua pernyataan, dan pendapatan yang terdiri dari satu pernyataan. Petani responden akan digiring untung menilai mengenai adanya manfaat yang dirasakan setelah menjalin kemitraan dibandingkan sebelum menjalin kemitraan. Tujuan mengukur persepsi petani akan manfaat kemitran disebabkan karena pada dasarnya di Desa Gandasoli para petani mengusahakan ubi jalar. Kemitraan bisa saja dinilai tidak memberikan perubahan yang positif karena pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki oleh petani mitra lebih banyak, namun sebaliknya kemitraan juga dapat menyebabkan perubahan yang positif terhadap petani mitra. Sebagai contoh, untuk pernyataan mengenai aspek teknologi. Pernyataan yang pertama adalah “dengan kemitraan pengetahuan anda mengenai budidaya ubi jalar lebih bertambah”. Jawaban dari setiap petani bisa saja berbeda. Bagi petani yang telah

memiliki pengalaman membudidayakan ubi jalar cukup lama, mungkin hal tersebut tidak akan berpengaruh namun bagi petani yang memiliki pengalaman budidaya ubi jalar sebentar hal tersebut berpengaruh. Berdasarkan hal tersebut, maka jawaban petani bisa saja berbeda antara sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Semua jawaban petani dari setiap pernyataan kemudian akan dijumlahkan dan dibuat persentase. Kemudian dirata-ratakan sesuai dengan aspek pernyataan tersebut. Semakin besar persentase suatu pernyataan maka persepsi atau sikap petani terhadap pernyataan tersebut semakin positif. Dengan kata lain, petani semakin puas terhadap manfaat kemitraan yang dirasakan.

Regresi Logistik

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani ubi jalar untuk bermitra dengan perusahaan pengolah akan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi logistik atau logit. Alpha yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 persen. Karena menurut pendapat Nazir (2011), jika penelitian sosial ekonomi lebih sulit dari penelitian natura karena sulit melakukan pengontrolan, tidak mungkin melakukan percobaan dan sumber informasi diperoleh dari daya ingat responden sehingga sulit untuk menetapkan tingkap kepercayaan data yang tinggi.

Regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis ini mengkaji hubungan pengaruh peubah penjelas terhadap peubah respon (Firdaus 2013) atau dapat dikatakan juga regresi logistik menggambarkan hubungan antara variabel tak bebas (dependent) dengan sejumlah variabel bebas (independent) yang mempengaruhinya. Variabel tak bebas pada model logit berupa kategori biner, yaitu memiliki nilai “1” dan “0” atau “ya” dan “tidak”. Kelebihan model regresi logistik adalah lebih fleksibel dibanding teknik regresi biasa yaitu regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas, heteroskedastisitas dan aoutokorelasi dikarenakan variabel yang terikat pada regresi logistik merupakan variabel dummy (1 dan 0) sehingga residualnya tidak memerlukan ketiga pengujian tersebut.

Responden pada penelitian ini dibedakan menjadi dua kategori yaitu petani mitra dan non- mitra. Keputusan untuk menjadi petani mitra dan non mitra dianggap sebagai variabel tak bebas dan ditransformasikan dalam dalam dua variabel nominal yaitu “1” untuk petani yang bermitra dan “0” untuk petani yang tidak bermitra. Sedangkanfaktor-faktor yang diduga mempengaruhi petani ubi jalar untuk bermitra atau tidak adalah variabel bebas. Keputusan petani untuk bermitra diduga dipengaruhi oleh pengalaman berusahatani, tingkat pendidikan, jumlah keluarga, pendapatan luar usahatani ubi jalar,pendapatan petaninon-ubi jalar,luas lahan, usia petani, dan produktivitas.Berdasarkan hal tersebut, model persamaan regresi logistik untuk analisi faktor-faktor yang mempengaruhi kemitraan dapat dijabarkan sebagai berikut :

Dimana :

Pi = Peluang petani untuk bermitra

(Pi = 0 jika tidak bermitra, Pi = 1 jika bermitra)

X0 = Konstanta

X1 = Tingkat pendidikan

X2 = Jumlah keluarga (jiwa)

X3 = Usia petani (tahun)

X4 = Pengalaman usahataniubi jalar (tahun)

X5 =Luas lahan tanam ubi jalar (Ha)

X6 = Pendapatan petaninonubi jalar (Rp)

X7 = Pendapatan luar usahatani (Rp)

Faktor-faktor tersebut sebagian besar diduga memiliki koefisien positif terhadap keputusan petani dalam menjalankan kemitraan atau pendorong petani dalam menjalankan kemitraan. Namun ada juga faktor-faktor yang diduga berpengaruh negarif atau pendorong petani untuk tidak bermitra.

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh positif terhadap keputusan petani dalam menjalankan kemitraan dalam penelitian ini diantaranya adalah tingkat pendidikan petani, jumlah keluarga petani, luas lahan yang digarap petani, dan usia petani. Sedangkan faktor-faktor yang diduga berpengaruh negarif terhadap keputusan petani dalam menjalankan kemitraan dalam penelitian ini adalah pengalaman berusahatani, pendapatan luar usahatani nonubi jalar dan pendapatan luar usahatani.

Sebelum dilakukan pengujian secara parsial, terlebih dulu harus dilakukan pengujian terhadap parameter model.Pengujian ini dilakukan untuk memeriksa kebaikan model. Uji statistik yang digunakan adalah dengan menggunakan metode maximum likehood estimatoratau uji G. Uji G adalah suatu metode yang secara iteratif akan memilih koefisien model yang memaksimumkan fungsi kemungkinan, statistik uji yang digunakan yaitu :

G = − 2 lnlikelihoodlik elihood Model H Model H

Hipotesis yang digunakan dalam melakukan pengujian model dengan menggunakan uji G adalah sebagai berikut :

H0 : β1=…….. βn = 0

H1 : minimal ada satu nilai βitidak sama dengan nol

Statistik uji G akan mengikuti sebaran X2 dengan derajat bebas α. Hipotesis H0ditolak jika G> X2 atau p-value <α yang artinya model signifikan pada taraf nyata α.Sebaliknya jika G< X2 atau p-value >α maka terima H

0.

Uji nyata parsial bagi masing-masing koefisien variabel dilakukan dengan menggunakan uji Wald. Uji ini dilakukan untuk mengetahui faktor mana yang berpengaruh nyata terhadap pilihannya. Statistik uji Wald dapat dinyatakan sebagai berikut :

Hipotesis yang digunakan dalam melakukan pengujian model dengan menggunakan uji Wald adalah sebagai berikut :

Ho: βi = 0 (variabel bebas ke i tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel tak bebas)

Hi: βi≠ 0 (variabel bebas ke i mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel tak bebas)

Uji Wald mengikuti sebaran normal baku dengan kaidah keputusan menolak H0 jika W> Zα/2 atau p-value <α, yang berartivariabel bebas Xi(faktor-faktor yang mempengaruhi kemitraan) secara parsial mempengaruhi variabel tidak bebas Y (keputusan untuk bermitra atau tidak).

Hasil regresi logistik dapat diinterpretasikan dengan melihat nilai rasio odd.

Rasio oddmerupakn rasio peluang terjadinya pilihan 1 terhadap terjadinya pilihan 0. Peubah penjelas jika mempunyai tanda positif maka nilai rasio oddnya akan lebih besar dari satu. Sebaliknya, jika tanda koefisiennya negatif, maka nilai rasio

oddsnya akan lebih kecil dari satu. Koefisien model regresi logistik dapat ditulis sebagai βi=g(X+1)-g(X). Koefisien model logit βi mencerminkan perubahan dalam fungsi logit g(X) untuk perubahan satu unit peubah bebas yang disebut log

odds.Log odds merupakan beda antara dua penduga logit yang dihitung pada dua nilai(misal X=a dan X=b), dinotasikan sebagai:ln[ψ (a,b)] = g(X= a) − g(X= b) =β

a –b.Sedangkan penduga rasio oddsnya adalah:ψ(a,b)= exp[βi(a −b)], sehingga jika a-b=1 maka expψ = (βi).

Interpretasi dari nilai rasio odds ini adalah kecenderungan Y=1 pada kondisi X=1 sebesar ψ kali dibandingkan dengan X=0. Rasio odds untuk peubah kontinu dapat diinterpretasikan sebagai kecenderungan peluang individu untuk kategori Y=1 dengan peningkatan X sebesar satu unit sebesar ψ kali sebelum terjadi peningkatan. Sebagai contoh, Y menunjukan keputusan petani dalam bermitra yang ditransformasikan ke dalam variabel dikotomi yaitu 1=mitra dan 0=non- mitra. Sedangkan X menunjukan umur masing-masing petani mitra dengan nilai perubahan adalah 1 tahun. Variabel umur petani misalnya memiliki nilai rasio oddsebesar 2. Maka dapat diinterpretasikan bahwa setiap peningkatan 1 tahun pada umur petani, maka peluang petani untuk bermitra meningkat menjadi 2 kali dari semula.

Perhitungan Produktivitas

Perhitungan produktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan dua jenis tolak ukur yaitu produk marginal (PM) dan produk rata-rata (PR). Produk marginal adalah tambahan satuan input yang akan memberikan tambahan atau pengurangan satuan output. Produk rata-rata adalah perbandingan antara produk total dengan jumlah input. Secara matematis produk marginal dan produk rata-rata dapat dirumuskan sebagai berikut :

PM = ∆ PR =

Produktivitas pada penelitian ini akan dilakukan dengan meggunakan tolak ukur produk rata-rata. Produktivitas rata-rata ubi jalar merupakan hasil perbandingan antara total produksi ubi jalar dengan total luas lahan yang digunakan. Hasil analisis produktivitas ubi jalar dilakukan terhadap petani ubi jalar di Kabupaten Kuningan yang bermitra dan tidak bermitra. Hal ini bertujuan untuk membandingkan adanya kemitraan dapat meningkatkan produktivitas ubi jalar atau tidak. Jalinan kemitraan petani dengan perusahaan diduga akan mampu meningkatkan produktivitas sehingga pendapatan petani pun diduga akan meningkat.

Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan petani ubi jalar di Kabupaten Kuningan pada penelitian ini akan dilakukan terhadap petani mitra dan perani non mitra. Analisis ini dilakukan untuk membandingkan apakah petani mitra memperoleh pendapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani non mitra, atau sebaliknya yaitu petani mitra memperoleh pendapatan lebih rendah dibandingkan dengan petani non mitra.

Besarnya pendapatan dipengaruhi oleh komponen biaya dan besarnya penerimaan yang diperoleh petani. Biaya adalah semua nilai input produksi yang digunakan dalam kegiatan usahatani untuk menghasilkan output pada periode waktu tertentu. Biaya usahatani yang digunakan dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah semua biaya yang dibayarkan dengan uang. Biaya tunai yang dikeluarkan dalam budidaya ubi jalar oleh petani mitra dan non-mitra di desa Gandasoli secara umum meliputi biaya pembelian sarana produksi yang terdiri dari pupuk, obat-obatan, sewa lahan, irigasi, pajak, dan upah tenaga kerja luar keluarga. Biaya untuk pembelian bibit hanya dikeluarakan oleh petani mitra. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung pendapatan petani yang sebenarnya jika nilai tenaga kerja dalam keluarga diperhitungkan.

Biaya yang dikeluarkan oleh setiap petani umunya berbeda tergantung pada jumlah input yang digunakan. Namun harga dari setiap input tersebut relative sama. Pupuk yang digunakan oleh petani ubi jalar diantaranya SP-36 dengan harga Rp 2 500/Kg, urea dengan harga Rp 2 200/Kg, KCL dengan harga Rp 3 000, ZA dengan harga Rp 2 000/Kg, dan ponska dengan harga Rp 2 500/Kg. Obat-obatan yang digunakan diantaranya adalah pestisida, herbisida, dan fungisida. Harga dari ketiga jenis obat tersebut berbeda tergantung pada merk yang digunakan, namun berkisar antara Rp 17 500/Liter – Rp 160 000/Liter. Sewa lahan yang berlaku di Desa Gandasoli umumnya adalah Rp 1 000 000/0.14 hektar. Sedangkan untuk biaya pajak dan irigasi besarnya tergantung pada lokasi lahan. Biaya pembelian bibit hanya dikeluarkan oleh petani mitra dengan harga Rp 1 000/Kg untuk semua varietas ubi jalar.

Penerimaan usahatani merupakan nilai produk dari usahatani, yaitu hasil perkalian antara total produksi dengan harga produk pada suatu periode tertentu. Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan tidak tunai. Penerimaan yang diperoleh petani mitra pada umumnya terdiri dari penerimaan tunai dan tidak tunai. Penerimaan tunai diperoleh dari hasil produksi yang dijual

sedangkan penerimaan tidak tunai diperoleh dari hasil produksi yang dikonsumsi sendiri atau diberikan kepada para pekerja yang berasal dari luar keluarga. Petani mitra terikat kontrak yang berupa kontrak hasil dengan perusahaan mitra atau PT Galih Estetika. Kontrak hasil mewajibkan petani menyerahkan semua hasil produksinya namun dengan catatan harus sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan oleh PT Galih Estetika. Produk yang tidak sesuai dengan hasil biasanya tidak akan diterima dan dikonsumsi sendiri. Hasil produksi inilah yang termasuk ke dalam pendapatan tidak tunai. Selanjutnya untuk petani non-mitra semua pendapatan termasuk kedalam pendapatan tunai. Hal ini disebabkan

karena petani non-mitra umumnya menjual semua hasil produksi kepada

tengkulak dengan sistem borongan. Sehingga semua hasil produksi akan dibeli semua oleh tengkulak.

Perhitungan penerimaan dibedakan berdasarkan jenis varietas yang dibudidayakan oleh petani ubi jalar. Karena pada pelaksanaannya, ubi jalar yang dibudidayakan oleh petani mitra dan non-mitra berbeda. Harga dari setiap varietas tersebut juga berbeda. Petani mitra pada umumnya mebudidayakan ubi

jalar varietas Ace, Bogor, dan Jepang. Sedangkan petani non-mitra

membudidayakan varietas Manohara dan Ace. Harga ubi jalar varietas Ace dan Manohara saat penelitian dilakukan sama yaitu Rp 2 100/ Kg. Sedangkan harga ubi jalar varietas Bogor adalah Rp 2 500/Kg dan harga ubi jalar varietas Jepang adalah Rp 2 200/Kg.

Selanjutnya adalah pendapatan petani. Pendapatan petani diperoleh dari selisih antara seluruh penerimaan usahatani dan pengeluaran usahatani (biaya) dalam satu musim tanam. Pendapatan dalam penelitian ini akan dihitung dengan mengurangkan total penerimaan dengan biaya.

Pendapatan = Penerimaan - Biaya Total

= ( P x Y ) - (BT+BD)

Keterangan : P = Harga output (Rp/Kg)

Y = Jumlah output (Kg)

BT = Biaya tunai (Rp)

BD = Biaya diperhitungkan (Rp)

Pendapatan usahatani merupakan langkah antara untuk menghitung keuntungan lainnya yang mampu memberikan penjelasan lebih banyak (Soekartawi 1986). Penjelasan lain yang dimaskud diantaranya adalah penghasilan bersih usahatani atau net farm income. Penghasilan bersih usahatani dapat diperoleh dari hasil pengurangan antara pendapatan dengan biaya bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman. Apabila penghasilan bersih ditambahkan dengan pendapatan rumah tangga yang berasal dari luar usahatani maka akan diperoleh penghasilan keluarga atau family earning.

Penampilan usahatani petani mitra dan non-mitra selanjutnya dinilai dari ukuran imbalan terhadap seluruh modal (return to total capital), imbalan kepada modal petani (return to farm equity capital), dan imbalan kepada seluruh tenaga kerjan keluarga (return to family labour).

Ukuran imbalan terhadap seluruh modal dan terhadap modal petani dapat digunakan untuk menilai keuntungan investasi. Imbalan terhadap seluruh modal dapat dihitung dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari pendapatan bersih

usahatani sedangkan imbalan terhadap modal petani dapat dihitung dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari penghasilan bersih usahatani (Soekartawi 1986). Penghasilan bersih usahatani sendiri adalah selisih antara pendapatan bersih usahatani dengan bunga modal pinjaman. Imbalan terhadap tenaga kerja keluarga dapat dihitung dari penghasilan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga modal petani. Bunga modal dapat dibayarkan dalam bentuk sewa berupa barang atau uang kepada pemilik modal yang dapat berupa lahan maupun uang. Selain itu, pajak tanah juga termasuk ke dalam bentuk sewa yang dibayarkan kepada pemerintah.

Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Ratio R/C)

Analisis rasio R/C dilakukan untuk menunjukan besar penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan usahatani. Nilai ratio R/C juga digunakan untuk mengukur kedudukan usahatani yang sedang dijalankan sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan dan rencana pengembangan usahatani. R/C ratio dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu R/C ratio atas biaya tunai dan R/C ratio atas biaya total. Secara matematis, perhitungan ratio R/C dapat dirumuskan sebagai berikut :

R/C Ratio atas Biaya Tunai = . R/C Ratio atas Biaya Total = .

Keterangan : R = Penerimaan (Rp) C = Biaya (Rp) P = Harga output (Rp) Y = Output (Kg) BT = Biaya tunai (Rp) BD = Biaya diperhitungkan (Rp)

Kriteria keputusan yang digunakan untuk menilai hasil analisis R/C yaitu jika nilai R/C ratio > 1 maka dapat diketahui bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan untuk usaha akan memberikan tambahan penerimaan lebih besar pengeluarannya, sehingga dapat dikatakan bahwa usahatani tersebut efisien karena mendapat keuntungan. Sebaliknya, bila nilai R/C rasio lebih kecil dari satu (R/C rasio < 1) maka setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan kurang dari pengeluarannya, sehingga usahatani tersebut tidak efisien karena petani menderita kerugian. Jika R/C rasio sama dengan satu (R/C rasio = 1) berarti kegiatan usahatani berada pada kondisi keuntungan normal. Analisis struktur biaya, pendapatan, dan R/C ratio secara rinci dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Analisis biaya, pendapatan, dan R/C ratio usahatani ubi jalar

Komponen Kebutuhan Harga (Rp) Nilai (Rp)

1. Total Penerimaan 2. Biaya Tunai a. Benih b. Pupuk - Urea - TSP - KCL - NPK - ZA - ….. c. Obat-obatan

d. Tenaga kerja luar keluarga e. Biaya pengairan

f. Pajak tanah

g. Biaya pengangkutan

Total Biaya Tunai

3. Biaya diperhitungkan

a. Tenaga kerja dalam keluarga

Total Biaya Diperhitungkan 4. Total Biaya

5. Total Biaya Tanpa TKDK

6. Pendapatan Bersih Usahatani/net

farm income (1-5)

7. Bunga Modal

8. Penghasilan Bersih/net farm earning

(6-7)

9. Pendapatan Luar Usahatani

10.Penghasilan Keluarga/family

earning (8+9) 11.Return to Total Capital (6-3) 12.Return to Farm Equity Capital (8-3) 13.Return to Family Labour (8-7) 14.R/C atas Biaya Tunai 15.R/C atas Biaya Total

Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1. Petani ubi jalar adalah petani yang melakukan usahatani ubi jalar di Desa

Dokumen terkait