Hasil
Hasil pengambilan sampel ikan lele dilakukan setiap 10 hari sekali selama 40 hari masa pemeliharaan yang menghasilkan panjang rata-rata, berat rata-rata, efisiensi pemanfaatan pakan, kelangsungan hidup dan kualitas air. Dari pengolahan data diperoleh data pertambahan panjang, peningkatan berat, efisiensi pemanfaatan pakan, tingkat kelangsungan hidup serta data parameter kualitas air sebagai data penunjang.
Pertambahan panjang ikan lele
Pertambahan panjang ikan lele selama 40 hari pemeliharaan menunjukkan, pada masing-masing perlakuan setiap pengukuran panjang rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan P2F2 sebesar 7,2 cm, kemudian diikuti perlakuan P2F1 sebesar 5,8 cm, kemudian diikuti perlakuan P1F2 sebesar 5,2 cm, kemudian diikuti perlakuan P1F1 sebesar 5,0 cm, kemudian diikuti perlakuan P3F2 sebesar 4,1 cm dan panjang terendah pada perlakuan P3F1 sebesar 4,0 cm.
Gambar 3. Pertambahan panjang rata-rata ikan lele
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh setiap perlakuan ekstrak nanas dan probiotik terhadap panjang ikan, maka dilanjutkan dengan uji ANOVA yang hasilnya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Analisis variansi terhadap panjang (cm) ikan lele dari hari ke 0 sampai hari ke 40 selama pemeliharaan
Sumber variansi df Sum of squares Mean square F Sig Ekstrak nanas 2 17,853 8,927 159,089 0,00**
Probiotik 1 1,389 1,389 24,752 0,00**
Ekstrak nanas*probiotik 2 1,364 0,682 12,158 0,01**
Total 5
** (Sangat berbeda nyata) (p≤ 0,05) * (Berbeda nyata) (p≤ 0,01) ns (Tidak berbeda nyata)
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai signifikan sumber variansi ekstrak nanas dan probiotik dan interaksi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa semua sumber variansi tersebut memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap panjang ikan.
Analisis Variansi (ANOVA) pertambahan panjang benih ikan lele dengan menggunakan SPSS yang dapat menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap pertambahan panjang benih ikan lele dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil rata-rata dan standart error pada perlakuan ekstrak nanas dan
Peningkatan berat ikan lele selama 40 hari pemeliharaan menunjukkan peningkatan berat rata-rata yang didapat dari setiap perlakuam terdapat peningkatan berat tertinggi yaitu pada perlakuan P2F2 sebesar 17,15 g, kemudian diikuti perlakuan P2F1 sebesar 15,10 g, kemudian diikuti perlakuan P1F2 sebesar 13,21 g, kemudian diikuti perlakuan P1F1 sebesar 12,26 g, kemudian diikuti perlakuan P3F2 sebesar 11,27 g, dan berat terendah pada perlakuan P3F1 sebesar 10,59 g, seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Peningkatan berat rata-rata ikan lele
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh setiap perlakuan ekstrak nanas dan probiotik terhadap bobot ikan, maka dilanjutkan dengan uji ANOVA, yang hasilnya disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisis variansi terhadap berat (g) ikan lele dari hari ke 0 sampai hari ke 40 selama pemeliharaan.
Sumber variansi df Sum of squares Mean square F Sig Ekstrak nanas 2 83,409 41,704 1082,13 0,00**
Probiotik 1 6,796 6,796 176,335 0,00**
Ekstrak nanas*probiotik 2 1,56 0,779 20,214 0,00**
Total 5
** (Sangat berbeda nyata) (p≤ 0,05) * (Berbeda nyata) (p≤ 0,01) ns(Tidak berbeda nyata)
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai signifikan sumber variansi ekstrak nanas, probiotik dan interaksi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa semua sumber variansi tersebut memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot ikan.
Dari hasil penelitian diperoleh peningkatan berat ikan lele pada setiap perlakuan yang kemudian data tersebut dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik ragam dan uji F menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh meningkatkan bobot ikan adalah perlakuan P2F2 (karena memiliki nilai yang lebih besar).
Efisiensi pemanfaatan pakan
Dari data efisiensi pemanfaatan ikan lele rata-rata yang didapat dari setiap perlakuam terdapat efisiensi pemanfaatan ikan lele tertinggi yaitu pada perlakuan P2F2 sebesar 44,5%, kemudian diikuti perlakuan P2F1 sebesar 39,5 %, kemudian
diikuti perlakuan P1F2 sebesar 38,3%, kemudian diikuti perlakuan P1F1 sebesar 36,6%, kemudian diikuti perlakuan P3F2 sebesar 33,8% dan efisiensi pemanfaatan ikan lele terendah pada perlakuan P3F1 sebesar 33,6% , seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Efisiensi pemanfaatan rata-rata ikan lele
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh setiap perlakuan ekstrak nanas dan probiotik terhadap bobot ikan, maka dilanjutkan dengan uji ANOVA, yang hasilnya disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Analisis variansi terhadap efesiensi pemanfaatan pakan ikan lele dari hari ke 10 sampai hari ke 40 selama pemeliharaan.
Sumber variansi df Sum of squares Mean square F Sig Ekstrak nanas 2 207,980 103,999 53,048 0,00**
Probiotik 1 23,167 23,167 11,818 0,05**
Ekstrak nanas*probiotik 2 17,368 8,684 4,430 0,03**
Total 5
** (Sangat berbeda nyata) (p≤ 0,05) * (Berbeda nyata) (p≤ 0,01) ns (Tidak berbeda nyata)
Berdasarkan Tabel 7 dapat dapat diketahui bahwa nilai signifikan sumber variansi ekstrak nanas, probiotik, serta interaksi ekstrak nanas dan probiotik masing-masing sebesar 0,00, 0,05, dan 0,03. Hal ini menunjukkan bahwa semua sumber variansi tersebut memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap efesiensi pemanfaatan ikan.
Analisis variansi (ANOVA) efesiensi pemanfaatan pakan pada ikan lele dengan menggunakan SPSS yang dapat menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap pertambahan efesiensi pemanfaatan ikan lele dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil rata-rata dan standart error pada perlakuan ekstrak nanas dan meningkatkan bobot ikan adalah perlakuan P2F2 (karena memiliki nilai yang lebih besar).
Kelangsungan hidup ikan lele
Tingkat kelangsungan hidup ikan lele dari total 180 ekor tiap perlakuan yang di pelihara selama 40 hari. Perlakuan yang menunjukkan lele tertinggi dicapai pada perlakuan P2F2 sebesar 80,00%, kemudian diikuti perlakuan P2F1 sebesar 76,67%, kemudian diikuti perlakuan P1F2 sebesar 76,67%, kemudian diikuti perlakuan P1F1 sebesar 73,33%, kemudian diikuti perlakuan P3F2 sebesar 76,67% dan terendah pada perlakuan P3F1 sebesar 73,33%. Dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh setiap perlakuan ekstrak nanas dan probiotik terhadap bobot ikan, maka dilanjutkan dengan uji ANOVA, yang hasilnya disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Analisis variansi terhadap kelangsungan hidup ikan lele dari hari ke 0 sampai hari ke 40 selama pemeliharaan
Sumber variansi df Sum of square Mean square F Sig Ekstrak nanas 2 44,444 22,222 0,800 0,472 Probiotik 1 50,000 50,000 1,800 0,205 Ekstrak nanas*probiotik 2 0,000 0,000 0,000 1,00 Total 5
** (Sangat berbeda nyata) (p≤ 0,05) * (Berbeda nyata) (p≤ 0,01) ns (Tidak berbeda nyata)
Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa nilai signifikan sumber variansi ekstrak nanas, probiotik, serta interaksi ekstrak nanas dan probiotik masing-masing sebesar 0,472, 0,205, dan 1,00 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sumber variansi tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kelansungan hidup ikan lele.
Kualitas Air
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian adalah suhu, pH dan DO. Data yang diperoleh relatif stabil karena pemeliharaan dilakukan secara terkontrol. Selama pengamatan kualitas air ikan lele diperoleh suhu 27,1 – 28,30C,
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai kualitas air hampir sama. Hal ini dikarenakan masing-masing perlakuan berada pada lokasi yang sama dan mendapatkan faktor lingkungan yang sama. Juga dikarenakan adanya bantuan dari
aerator sehingga suplai oksigen tetap terjaga dan adanya penambahan probiotik sehingga mampu memperbaiki kualitas air dan menghindari bakteri patogen pada media pemeliharaan.
Pembahasan
Pertambahan panjang ikan lele
Berdaarkan hasil pengamatan selama 40 hari benih ikan lele pada perlakuan P2F2 dengan penambahan 1,5% ekstrak nanas menghasilkan pertumbuhan panjang tertinggi. Pertumbuhan panjang tertinggi dengan rata – rata pertumbuhan 7,2 cm diikuti perlakuan P2F1 sebesar 5,8 cm, kemudian diikuti perlakuan P1F2 sebesar 5,2 cm, kemudian diikuti perlakuan P1F1 sebesar 5,0 cm, kemudian diikuti perlakuan P3F2 sebesar 4,1 cm dan panjang terendah pada perlakuan P3F1 sebesar 4,0 cm. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pemberian enzim bromelin pada pakan memiliki kemampuan untuk mencerna pakan lebih tinggi. Menurut Delima et al. (2017) Konsentrasi enzim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pemecahan protein, sehingga akan meningkatkan daya cerna ikan terhadap pakan.
Laju pertumbuhan pada ikan dipengaruhi oleh penyerapan nutrien pakan yang diberikan. Pakan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan, juga sebagai sumber energi, gerak dan reproduksi. Pakan yang dimakan ikan akan diproses dalam tubuh dan unsur-unsur nutrisi atau gizinya akan diserap untuk dimanfaatkan membangun jaringan sehingga terjadi pertumbuhan.
Penambahan Probiotik dalam media pemeliharaan benih ikan lele selama 40 hari pada P2F2 yaitu dosis 1,5 mL/L mempengaruhi pertumbuhan panjang tertinggi.
Probiotik yang digunakan terdapat bakteri hidup yang dapat menghasilkan enzim pencernaan dan memacu pertumbuhan panjang pada tubuh ikan yang akan
menghasilkan enzim dalam tubuhnya. Kandungan bakteri yang terdapat pada probiotik dapat memperperbaiki saluran pencernaan ikan sehingga ikan dapat mencerna makanan dengan baik. Kandungan bakteri probiotik pada penelitian ini adalah Bacillus subtilis, Bacillus meganterium, dan Bacillus polimyxa. Menurut Wardika et al. (2014) Probiotik adalah pemanfaatan kemampuan mikroorganisme dalam memecah atau menguraikan rantai panjang karbohidrat, protein dan lemak yang menyusun pakan yang diberikan. Bakteri dalam saluran pencernaan terutama hewan akuatik telah diketahui memiliki peran baik diantaranya bakteri pada genus Bacillus, Bifidobacteri, Pseudomonas, Lactobacillus, dan Micrococcus telah terbukti
sebagai bakteri yang menguntungkan dan dapat hidup berasosiasi sebagai flora normal pada organisme baik di dalam maupun di luar tubuh.
Dari hasil variansi (ANOVA) pada pertambahan panjang didapatkan F hitung lebih besar dari F Tabel sehingga analisis dilanjutkan dengan Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) karena berbeda sangat nyata dengan koefisien Keragaman (KK) yang dihasilkan 4,5%. Pada Uji Lanjut BNT diketahui bahwa perlakuan berbeda sangat nyata terhadap peningkatan berat ikan lele (P<0,01) pada masing – masing perlakuan. Hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan P2F2 memberikan respon yang lebih baik terhadap peningkatan berat ikan lele dibandingkan pada perlakuan P1F1, P1F2, P2F1, P3F1, dan P3F2.
Peningkatan berat ikan lele
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa peningkatan berat ikan lele tertinggi selama pemeliharaan yaitu pada perlakuan P2F2 yaitu sebesar 17,15 g. Berat tubuh ikan lele mengalami peningkatan pada setiap 10 hari pada masing-masing perlakuan.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya pertumbuhan pada berat ikan lele dalam 40 hari
pemeliharaan. Menurut Rahmalia (2014) menyatakan pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Pertambahan berat ikan lele tertinggi terjadi pada perlakuan P2F2 yaitu . Hal ini disebabkan oleh jumlah pemberian ekstrak nanas dengan dosis 1,5% pada pakan yang optimum. Kebutuhan asam amino pada tubuh ikan sangat diperlukan dalam pembentukan massa otot tubuh sehingga berat tubuh ikan meningkat. Ikan lele yang meningkat juga diduga karena adanya pengaruh komponen penyusun pakan. Ekstrak nanas pada pakan dapat dimanfaatkan oleh ikan lele sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan bobot yang baik dengan dosis yang optimum. Menurut Wulandhari et al., (2017) pemanfaatan protein pada ikan dapat ditingkatkan dengan menggunakan suplemen pakan seperti enzim bromelin. Enzim bromelin yang terdapat dalam ekstrak nanas dapat menghidrolisis protein pakan menjadi unsur yang lebih sederhana. Penambahan dosis yang tepat mempengaruhi pertumbuhan (Wulandhari et al. 2017).
Pemberian probiotik pada media pemeliharaan ikan lele memberikan efek terhadap peningkatan bobot rata-rata pertumbuhan mutlak seiring dengan bertambahnya waktu 40 hari pemeliharaan. Dosis tertinggi terdapat pada probiotik P2F2 yaitu 1,5 mL/L yang ditambahkan ke dalam media pemeliharaan. Pemanfaatan nutrisi secara maksimal dan peningkatan metabolisme oleh bakteri probiotik dapat mengakibatkan peningkatan berat badan. Menurut Khotimah et al. (2016) probiotik mampu berperan sebagai imunostimulan, mempunyai daya hambat pertumbuhan bakteri patogen, menghasilkan antibiotik, serta peningkatan kualitas air probiotik
digunakan untuk peningkatan produksi akuakultur, meningkatkan resistensi terhadap penyakit dan membantu dalam peningkatan pertumbuhan.
Efesiensi Pemanfaatan Pakan
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan adalah lingkungan dan pemberian pakan. Ekstrak nanas pada pakan yang mengandung enzim bromelin berperan meningkatkan daya cerna pertumbuhan pada ikan disebabkan adanya kandungan bahan aktif yang terkandung pada buah nanas. Menurut Setiyani (2017) Bahan aktif dari ekstrak buah nanas segar mengandung karbohidrat, tanin, fenol, saponin, protein dan alkaloid. Tanaman nanas mengandung setidaknya empat sistein proteinase yang berbeda (Ananas comosus) yaitu bromelin buah, bromelin batang, ananin dan komasin.
Efisiensi pemanfaatan pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P2F2 yaitu 44,5% dimana ikan lele lebih mampu memanfaatkan ekstrak nanas dengan dosis 1,5 % yang dikonsumsi memiliki kualitas yang baik, karena pakan yang dicampur dengan ekstrak nanas lebih dapat dicerna dan diserap oleh ikan lele dan dapat dimanfaatkan secara efisien untuk membantu proses pemecahan protein dalam pencernaan, sehingga mempengaruhi proses penyerapan protein dan berdampak pada peningkatan efisiensi pakan. Menurut Pratama (2017) Semakin tinggi nilai efisiensi pakan menunjukkan pemanfaatan pakan yang efisien oleh ikan, sehingga protein yang terkandung dalam pakan tidak banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam proses metabolisme, osmoregulasi dan reproduksi, tetapi lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan. Pertumbuhan akan terjadi apabila ada kelebihan energi dari pakan yang dikonsumsi setelah kebutuhan energi minimumnya
(untuk hidup pokok sudah terpenuhi seperti respirasi, aktivitas bergerak, proses metabolisme dan perawatan (maintenance).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak nanas pada pakan dan probiotik pada media pemeliharaan memberikan pengaruh nyata terhadap efesiensi pemanfaatan pakan. Kombinasi penambahan ekstrak nanas pada pakan dan probiotik pada media berguna untuk membantu proses pemecahan protein pada pakan dalam pencernaan, sehingga mempengaruhi proses penyerapan protein dan berdampak pada peningkatan efisiensi pakan. Pada faktor probiotik dosis pada P2F2 yaitu 1,5 mL/L pada media membantu berperan untuk memperbaiki kualitas air media pemeliharaan ikan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ikan.
Pemberian probiotik akan menambah nafsu makan ikan sehingga pertumbuhan ikan pun terjadi lebih cepat. Mikroba yang masuk ke sistem pencernaan ikan akan membantu proses pencernaan ikan menjadi lebih baik dalam menyerap pakan.
Menurut Sumule (2017) merupakan jenis bakteri yang ditambahkan ke dalam lingkungan untuk memperbaiki mutu lingkungan dengan mengurai bahan organik menjadi mineral dan mengubah senyawa beracun menjadi tidak beracun seperti senyawa amonia dan nitrit menjadi senyawa nitrogen bebas. Aplikasi probiotik melalui media pemeliharaan bertujuan memperbaiki kualitas air melalui proses biodegradasi, menjaga keseimbangan mikroba dan mengendalikan bakteri patogen.
Kelangsungan hidup ikan lele
Kematian yang terjadi selama pemeliharaan 40 hari diduga karena ikan stres akibat proses penelitian, karena beberapa ikan mati saat setelah dilakukan sampling 10 hari sekali. Selama proses sampling, ikan lele harus diangkat dari wadah akuarium kemudian dipindahkan ke timbangan digital untuk dilakukan penimbangan
bobot. Proses ini diduga menyebabkan ikan lele mengalami stres, karena saat diangkat ikan tidak dapat bernafas. Ikan bernafas dengan menghirup oksigen yang terlarut dalam air, sedangkan saat diangkat ikan tidak dapat menghirup oksigen dari udara. Ikan yang stres akan mengalami penurunan daya imun dalam tubuhnya, sehingga ikan mudah diinfeksi penyakit hingga menebabkan kematian.
Menurut Anugraha et al. (2014) menyatakan faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kelangsungan hidup adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari ikan lele itu sendiri. Ikan mengalami stress karena perlakuan yang kurang hati-hati sehingga mortalitasnya tinggi. Faktor eksternal yang berpengaruh antara lain kondisi lingkungan seperti, amoniak yang tinggi dan kondisi laboratorium yang kurang mendukung dalam pemeliharaan.
Hasil analisis kelangsungan hidup ikan lele secara statistik tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perlakuan yang diberikan. Faktor ekstrak nanas dan probiotik tidak mempengaruhi kelulusan hidup ikan dan tidak mempengaruhi antar kedua faktor. Hal ini diduga kematian ikan yang terjadi tidak diakibatkan oleh kedua faktor tersebut dan dapat disebabkan faktor lain. Kualitas air selama penelitian pada semua perlakuan layak dan optimal untuk kehidupan ikan lele sehingga kematian tidak berbeda nyata. Menurut Pratama et al. (2017) ikan yang stres akan mengalami penurunan daya imun dalam tubuhnya, sehingga ikan mudah diinfeksi penyakit.
Kelangsungan hidup ikan sangat bergantung pada daya adaptasi ikan terhadap makanan dan lingkungan, status kesehatan ikan, padat tebar, dan kualitas air yang cukup mendukung pertumbuhan.
Kualitas Air
Pengukuran kualitas air yang dilakukan selama masa penelitian adalah suhu, pH, dan DO. Penyifonan juga dilakukan selama 1 hari sekali dengan volume sebanyak 10% dari total air yang ada dan membersihkan sisa-sisa pakan yang tersisa didasar media uji. Sumber air yang digunakan yaitu air sumur galian yang sudah diendapkan terlebih dahulu selama ±48 jam atau lebih dan selanjutnya dilakukan aerasi untuk mensuplai oksigen pada media pemeliharaan.
Berdasarkan pada Tabel 10 kondisi kualitas air pada saat penelitian yaitu suhu antara 27,1 – 28.3°C. Berdasarkan kondisi parameter suhu kualitas air tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas air selama penelitian dapat mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele. Kondisi suhu masih dikategorikan optimum bagi ikan. Menurut Delima et al. (2017) tingkat kelangsungan hidup dapat dipengaruhi oleh kualitas air terutama suhu dan kandungan oksigen. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Suhu air sangat berkaitan dengan konsentrasi oksigen terlarut dan laju konsumsi oksigen ikan.
Kualitas air memiliki peran yang penting dalam budidaya ikan karena diperlukan sebagai media hidup ikan. Kualitas air yang baik mampu menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Berdasarkan Tabel 10 diketahui perhitungan bahwa rata–rata pH pada saat penelitian dalam kisaran pH antara 7,0-7,6 dan kisaran suhu tersebut merupakan kisaran suhu yang termasuk dalam kategori normal dan dalam keaadan baik. Menurut Nuraeni (2018) derajat keasaman (pH) dimana nilai standar baku mutu adalah 6.5 – 8.5 . pH berpengaruh besar terhadap kehidupan organsime air, sehingga pH dari suatu perairan dipakai sebagai parameter untuk menyatakan baik buruknya suatu kualitas perairan.