• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK NANAS PADA PAKAN DAN PROBIOTIK TERHADAP EFISIENSI PEMANFAATAN PAKAN DAN PERTUMBUHAN PADA MEDIA PEMELIHARAAN BENIH IKAN LELE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK NANAS PADA PAKAN DAN PROBIOTIK TERHADAP EFISIENSI PEMANFAATAN PAKAN DAN PERTUMBUHAN PADA MEDIA PEMELIHARAAN BENIH IKAN LELE"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

MEDIA PEMELIHARAAN BENIH IKAN LELE (Clarias batrachus)

SKRIPSI

VERA MELINDA SILABAN 160302034

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(2)

MEDIA PEMELIHARAAN BENIH IKAN LELE (Clarias batrachus)

SKRIPSI

VERA MELINDA SILABAN 160302034

Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajamen Sumberdaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(3)
(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Vera Melinda Silaban

NIM : 160302034

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak nanas Pada Pakan dan Probiotik Terhadap Efesiensi Pemanfaatan Pakan dan Pertumbuhan pada Media Pemeliharaan Ikan Lele” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, Desember 2020

Vera Melinda Silaban NIM. 160302034

(5)

ABSTRAK

VERA MELINDA SILABAN

.

Pengaruh Pemberian Ekstrak Nanas pada Pakan dan Probiotik Terhadap Efesiensi Pemanfaatan Pakan dan Pertumbuhan pada Media Pemeliharaan Benih Ikan Lele (Clarias batrachus). Dibimbing oleh ERI YUSNI.

Ikan lele (Clarias batrachus) merupakan ikan konsumsi air tawar yang memiliki ukuran kepala hampir mencapai seperempat dari panjang tubuhnya.

Efesiensi pemanfaatan pakan dan pertumbuhan ikan merupakan faktor penting dalam usaha budidaya ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak nanas pada pakan dan probiotik pada media pemeliharaan ikan lele (Clarias batrachus). dan mengetahui dosis pemberian ekstrak nanas pada pakan dan probiotik yang optimum untuk pada ikan lele (Clarias batrachus). Penelitian ini berlangsung pada bulann Juli dan September 2020. Selama Penelitian Ikan diberi pakan yang dikombinasi dengan ekstrak nanas dan probiotik pada media pemeliharaan. Pakan yang diberikan 5 % dari bobot ikan. Frekuensi pemberian pakan 3 kali dalam sehari pada pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB, dan 17.00 WIB. Penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu faktor pertama terdiri dari tiga taraf perlakuan dan faktor kedua terdiri atas dua taraf perlakuan dan diulang sebanyak tiga kali. Faktor pertama adalah dengan P1 pemberian ekstrak nanas dosis 0,75 %/kg pakan, P2 dosis 1,5 %/kg pakan dan dosis 2,25 %/kg pakan P3, Sedangkan faktor kedua adalah pemberian probiotik dosis 1 mL/L F1 dan dosis 1,5 mL/L F2. Analisis statistik menggunakan ANOVA. Hasil menunjukkan bahwa pengkombinasian pakan dan ekstrak nanas dan pemberian probiotik berpengaruh nyata terhadap efesiensi pemanfaatan pakan. Efesiensi pemanfaatan pakan dan pertumbuhan yang baik adalah perlakuan P2F2 dengan penambahan ekstrak nanas P2 dengan dosis 1,5 %/kg pakan dan probiotik F2 dengan dosis 1,5 mL/L.

(6)

ABSTRACT

VERA MELINDA SILABAN. The Effect of Pineapple Extract and Probiotic Feed on Efficiency of Feed Utilization and Growth in Media Catfish (Clarias batrachus) Seed Maintenance. Guided by ERI YUSNI.

Catfish (Clarias batrachus) is a freshwater consumption fish which has a head size of almost a quarter of its body length. Efficient use of feed and fish growth are important factors in fish farming. This study aims to determine the effect of pineapple extract on feed and probiotics catfish (Clarias batrachus) culture media.

and knowing the optimum dose of pineapple extract in feed and probiotics for catfish (Clarias batrachus). This research in July until September 2020. During the study, fish were fed combined with pineapple extract and probiotics in the maintenance medium. The feed is given 5% of the fish weight. Frequency of feeding 3 times a day at 07.00 WIB, 12.00 WIB, and 17.00 WIB. This research using RAL with two factors, the first factor consisting of three levels of treatment and the second factor consisting of two levels of treatment and repeated three times. The first factor is administration of pineapple extract with a dose of 0.75%/kg of feed P1, a dose of 1.5%/kg of feed P2 and a dose of 2.25%/kg of feed P3, while the second factor is the provision of probiotic doses. 1 mL/L F1 and a dose of 1.5 mL/L F2. Statistical analysis using ANOVA. The results showed that the combination of feed and pineapple extract and provision of probiotics significantly affected the efficiency of feed utilization. The efficiency of feed utilization and good growth is P2F2 treatment with the addition of P2 pineapple extract at a dose of 1.5%/kg of feed and probiotic F2 at a dose of 1.5 mL/ L.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sei Rampah pada tanggal 06 Mei 1998 dari Bapak Pelita Silaban, S.Pd, M.Pd dan Ibu Sonti Hutasoit, S.Pd, M.Pd. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 102028 Sei Parit pada tahun 2004-2010, pendidikan menengah pertama ditempuh dari tahun 2010-2013 di SMP Negeri 1 Sei Rampah.

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Sei Rampah dengan Jurusan IPA pada tahun 2013-2016.

Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2016. Selain mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Asisten Laboratorium Reproduksi Perikanan 2019/2020, Asisten Laboratorium Teknologi Pembenihan 2020/2021, Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Silalahi 3 Dairi tahun 2019, Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) di Sibolga tahun 2020.

Dalam rangka menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Nanas pada Pakan dan Probiotik Terhadap Efesiensi Pemanfaatan Pakan dan Pertumbuhan pada Media Pemeliharaan Benih Ikan Lele (Clarias batrachus)”. yang dibimbing oleh

(8)

Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc dan diuji oleh Bapak Rizky Febriansyah, S.Pi, M.Si, dan Ibu Vindy Rilani Manurung S.Pi., M.P

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Nanas pada Pakan dan Probiotik Terhadap Efesiensi Pemanfaatan Pakan dan Pertumbuhan pada Media Pemeliharaan Benih Ikan Lele (Clarias batrachus)”. yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan proposal penelitian ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Pelita Silaban S.Pd., M.Pd dan Ibu Sonti Hutasoit S.Pd., M.Pd yang selalu senantiasa memberikan doa dan membimbing penulis baik secara moril dan materil. Serta kakak tercinta Gloria Silaban, S.Si, abang Asbel Pangaribuan S.Kep, abang Harun Silaban S.Si, adik Putri Silaban, adik Jenius Silaban dan keponakan Ishak Pangaribuan yang selalu memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan Bapak Rizky Febriansyah Siregar S.Pi., M.Si selaku sekretaris Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

3. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc selaku dosen pembimbing, Ibu Vindy Rilani Manurung S.Pi., M.P dan Bapak Rizky Febriansyah, S.Pi., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan ilmu yang berharga bagi penulis.

(10)

4. Seluruh Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Sumatera Utara, dan staf tata usaha Bapak.

5. Pegawai Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan yang telah memberikan izin sehingga penulis dapat melaksanakan pembuatan ekstrak di laboratorium PPKS.

6. Terkhusus Kepada Keluarga Bapak KOMPOL Oloan Siahaan S,IK, Ibu Britania Kusmaningrum S.Psi, Kak Firda, Xavier, Xavea, dan Xander yang telah memberikan bantuan materil, motivasi dan menyemangati penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Sahabat Tercinta Putri Zai, Agatha Manik, Yati, Iis Nababan, Fanny Nur Hidayah Ningsih, Riati, Devi Situmorang, Kak Ayu boangmanalu dan Kristin butar-butar yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari berbagai pihak guna mendapatkan hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang manajemen sumberdaya perairan.

Medan, Desember 2020

Vera Melinda Silaban

(11)

DAFTAR ISI

Isi Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

Kerangka Pemikiran ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele (Clarias batrachus) ... 6

Pakan ... 8

Ekstrak Nanas... 10

Probiotik ... 13

Efisiensi Pemanfaatan Pakan ... 15

Pertumbuhan Benih Ikan Lele ... 16

Kelangsungan Hidup Ikan Lele ... 17

Kualitas Air ... 19

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

Alat dan Bahan ... 21

Rancangan Percobaan ... 22

Persiapan ekstrak nanas ... 23

Persiapan wadah pemeliharaan ... 23

Persiapan air media pemeliharaan ... 23

Persiapan ikan uji... 24

Persiapan pakan uji ... 24

Pemeliharaan ikan uji ... 26

Pengamatan Hasil ... 27

Pertumbuhan panjang ... 27

Peningkatan bobot ... 27

Efesiensi pemanfaatan pakan... 28

Tingkat kelangsungan hidup ... 28

Pengukuran kualitas air ... 29

Analisa Data ... 29

(12)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 30 Pembahasan ... 39 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 46 Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kualitas air media hidup ikan lele………. 19

2. Kandungan pakan pelet komersial 781-1……….. 24

3. Analisis variansi terhadap panjang rata-rata ikan lele dari hari

ke 0 sampai hari ke 40 selama pemeliharaan……...………. 31 4. Hasil rata-rata dan standart error pada perlakuan ekstrak nanas

dan probiotik pertumbuhan panjang (cm) ikan lele selama

pemeliharaan………. 32 5. Analisis variansi terhadap berat (g) ikan lele dari hari ke 0

sampai hari ke 40 selama pemeliharaan……...………. 33 6. Hasil rata-rata dan standart error pada perlakuan ekstrak nanas

dan probiotik pertambahan bobot (g) ikan lele selama

pemeliharaan………. 34 7. Analisis variansi terhadap efesiensi pemanfaatan pakan ikan lele

dari hari ke 0 sampai hari ke 40 selama pemeliharaan……...……... 35 8. Hasil rata-rata dan standart error pada perlakuan ekstrak nanas

dan probiotik efesiensi pemanfaatan pakan ikan lele selama

pemeliharaan………. 36 9. Analisis variansi terhadap kelangsungan hidup ikan lele dari

hari ke 0 sampai hari ke 40 selama pemeliharaan……...……... 37 10. Data kualitas media air pemeliharaan ikan lele ………….………. 39

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan kerangka pemikiran penelitian ...………. 5

2. Ikan lele (Clarias batrachus) ...………. 30

3. Pertambahan panjang rata-rata ikan lele ...………. 30

4. Peningkatan berat rata-rata ikan lele ...………. 33

5. Efesiensi pemanfaatan rata-rata ikan lele ...………. 35

6. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele...………. 37

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Halaman

1. Denah penempatan akuarium yang berisikan ikan lele dengan

masing-masing perlakuan………. 51

2. Perhitungan pakan ikan, pakan uji , dan probiotik………... 52

3. Hasil panjang (cm) rata-rata ikan lele………... 53

4. Hasil perhitungan statistik pertambahan panjang ikan lele ... 53

5. Analisis varians panjang ikan lele pada program SPSS ... 55

6. Data bobot (g) rata-rata ikan lele ... 58

7. Hasil perhitungan statistik peningkatan berat ikan lele... 59

8. Analisis varians berat ikan lele pada program SPPS ... 61

9. Data efesiensi pemanfaatan pakan ikan lele... 64

10. Perhitungan statistik efesiensi pemanfaatan pakan ikan lele ... 66

11. Analisis varians efesiensi pemanfaatan pakan ikan lele ... 66

12. Data tingkat kelangsungan hidup ikan lele ... 69

13. Perhitungan statistik tingkat kelangsungan hidup ikan lele ... 70

14. Tabel pemberian ekstrak nanas 7,5 gram pada pakan dan probiotik dengan dosis 1 mL/L pada media pemeliharaan... 71

15. Tabel pemberian ekstrak nanas 7,5 gram pada pakan dan probiotik dengan dosis 1,5 mL/L pada media pemeliharaan…………... 71

16. Tabel pemberian ekstrak nanas 15 gram pada pakan dan probiotik dengan dosis 1 mL/L pada media pemeliharaan……….. 72

17. Tabel pemberian ekstrak nanas 15 gram pada pakan dan probiotik dengan dosis 1,5 mL/L pada media pemeliharaan………….. 72

18. Tabel pemberian ekstrak nanas 22,5 gram pada pakan dan probiotik dengan dosis 1 mL/L pada media pemeliharaan……….. 73

(16)

19. Tabel pemberian ekstrak nanas 22,5 gram pada pakan dan

probiotik dengan dosis 1,5 mL/L pada media pemeliharaan…………... 73 20. Data kualitas air pemeliharaan ikan lele selama 40 hari……… 74 21. Dokumentasi ... 75

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor perikanan budidaya ikan air tawar di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi. Menurut data Dinas Perikanan dan Kelautan menunjukkan bahwa komoditas budidaya ikan air tawar seperti lele memiliki permintaan cukup tinggi yaitu mencapai 124.947 ton/tahun di pasar domestik. Ikan lele banyak digemari oleh masyarakat, selain memiliki rasa yang enak, dan memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga para pembudidaya harus memenuhi kebutuhan lele yang cukup tinggi.

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis dan sangat mudah untuk dibudidayakan. Ikan lele memiliki beberapa kelebihan, seperti dapat dipelihara dengan lebih mudah, dapat dipelihara dalam lahan yang sempit, dan mampu hidup di lingkungan yang kurang baik. Selain itu, ikan lele memliki cita rasa daging yang cukup gurih dan mengandung gizi yang tinggi sehingga sangat banyak diminati oleh masyarakat; budidaya ikan lele terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat (Tarigan et al., 2019).

Tingkat konsumsi pakan salah satunya diduga dipengaruhi oleh kualitas air.

Ikan yang berada pada lingkungan dengan kualitas air yang baik diduga memiliki tingkat konsumsi pakan yang tinggi dan pemanfaatan pakan yang baik. Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi setelah energi yang digunakan untuk pemeliharaan tubuh, metabolisme basal, dan aktivitas. Oksigen sangat diperlukan oleh ikan untuk pernapasan dan proses metabolisme. Metabolisme atau pertukaran

(18)

zat ini kemudian akan menghasilkan energi untuk pertumbuhan. Rendahnya kadar oksigen dalam air dapat mengganggu kehidupan biota air, berpengaruh terhadap fungsi biologis termasuk pertumbuhannya, bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Ketersediaan oksigen bagi biota air juga menentukan lingkaran aktivitasnya, konversi pakan, laju pertumbuhan, dengan ketentuan faktor kondisi lainnya berada dalam kondisi optimum. Hanya ikan-ikan yang memiliki alat pernapasan tambahan yang mampu hidup pada perairan dengan kandungan oksigen rendah, salah satunya adalah ikan lele (Primaningtyas et al., 2015).

Pakan merupakan aspek utama dalam kegiatan budidaya. Hal ini dikarenakan 40-70% biaya produksi digunakan untuk pakan sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkan efisiensi pakan melalui peningkatan efisiensi protein. Salah satu enzim yang dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi protein adalah enzim bromelin yang bisa didapatkan pada ekstrak nanas. Bromelin memiliki kemampuan untuk menghidrolisis ikatan peptida pada protein atau polipeptida menjadi molekul yang lebih kecil yaitu asam amino. Kualitas air juga menjadi faktor penting keberhasilan. Bakteri probiotik dapat digunakan untuk menguraikan bahan organik atau bahan beracun di dalam air sehingga meningkatkan kualitas air. Penggunaan ekstrak nanas pada pakan dan probiotik pada media diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pakan, pertumbuhan dan kualitas air (Setiyani et al., 2017)

Pemberian pakan perlu dioptimalkan untuk memperoleh pertumbuhan ikan lele yang baik. Beberapa cara dilakukan yaitu dengan meningkatkan efisiensi pakan termasuk mengoptimalkan pencernaan dan penyerapan pakan. Daya cerna ikan terhadap pakan perlu ditingkatkan melalui penambahan bahan pada formulasi pakan yang fungsinya untuk memudahkan daya serap ikan, sehingga proses pencenaan

(19)

menjadi lebih mudah dan pertumbuhan ikan akan meningkat. Penanggulangan dari kurang mampunya ikan memanfaatkan pakan secara optimum adalah dengan penambahan enzim bromelin. Enzim bromelin merupakan enzim yang dapat menghidrolisis ikatan peptida pada kandungan protein menjadi asam amino. Enzim bromelin memiliki sifat yang mirip dengan enzim proteolitik, yakni memiliki kemampuan untuk menghidrolisis protein (Delima et al., 2017).

Penggunaan pakan yang tinggi dalam budidaya intensif akan berakibat pada menurunnya kualitas media pemeliharaan budidaya. Sisa pakan maupun kotoran yang tidak terurai dengan sempurna akan menyebabkan buruknya kualitas media.

Oleh karena itu diperlukan bahan pengurai untuk menjaga dan mempertahankan kualitas media. Salah satu bahan yang bisa digunakan adalah probiotik. Probiotik berguna untuk memperbaiki kualitas air melalui penyeimbangan populasi mikroba dan mengurangi jumlah patogen dan secara bersamaan mengurangi penggunaan senyawa-senyawa kimia dan meningkatkan pertumbuhan serta kesehatan hewan inang. Probiotik sebagai agen pengurai merupakan kelompok mikroorganisme atau mikroba terpilih yang menguntungkan seperti: Bacillus spp. Bacillus sp.

menghasilkan antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang dominan dan menghasilkan enzim yang dapat mendegradasi lendir dan biofilm yang dihasilkan oleh bakteri patogen (Pratama et al., 2017).

Rumusan Masalah

Salah satu enzim yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan adalah enzim bromelin. Enzim bromelin bisa didapatkan dari ekstrak nanas.

Selain pakan, kualitas air juga menentukan keberhasilan suatu kegiatan budidaya.

Namun penambahan probiotik dalam kegiatan budidaya akan meningkatkan

(20)

kekebalan inang terhadap patogen serta dapat memperbaiki kualitas air. Penggunaan ekstrak nanas pada pakan dan probiotik pada media diharapkan meningkatkan efisiensi pakan, pertumbuhan dan kualitas air.

Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah yang dapat diambil adalah:

1. Seberapa besar pengaruh pemberian ekstrak nanas pada pakan dan probiotik pada media pemeliharaan benih ikan lele (Clarias batrachus).

2. Seberapa besar dosis yang tepat pada pengkombinasian ekstrak nanas pada pakan dan probiotik pada media pemeliharaan ikan lele (Clarias batrachus).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh ekstrak nanas pada pakan dan probiotik pada media pemeliharaan ikan lele (Clarias batrachus).

2. Mengetahui dosis pemberian ekstrak nanas pada pakan dan probiotik yang optimum untuk pada ikan lele (Clarias batrachus).

Hipotesa Penelitian

Diduga dengan penambahan ekstrak nanas pada pakan dan probiotik komersial dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan dan pertumbuhan ikan lele (Clarias batrachus)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi kepada pembudidaya atau masyarakat mengenai adanya enzim bromelin yang terdapat pada ekstrak nanas yang dicampur dengan pakan dan probiotik yang dapat mempengaruhi efisiensi pemanfaatan pakan dan pertumbuhan ikan lele.

(21)

Kerangka Pemikiran

Budidaya ikan lele secara intensif memerlukan pakan sebagai faktor utama dalam pemeliharaan ikan lele. Hal ini dikarenakan ikan lele membutuhkan pakan sebagai pertumbuhan bagi ikan. Budidaya ikan lele (Clarias batrachus) secara intensif dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain padat tebar, pakan dan kualitas air. Pemberian ekstrak nanas dengan dosis yang sesuai untuk meningkatkan laju efisiensi pemanfaatan pakan dan pertumbuhan ikan lele (Clarias batrachus), dan pemberian probiotik pada media pemeliharaan untuk menjaga kualitas air.

Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran penelitian Kebutuhan ikan lele di pasar

Budidaya ikan lele ya

Efisiensi pemanfaatan pakan dan pertumbuhan ikan lele (Clarias sp)

Budidaya intensif

Kualitas Air -pH

-Suhu -DO

Penambahan/pemgkombinasian Pakan

Ekstrak nanas ya Pakan

ya

Probiotik ya Media pemeliharaan

ya

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Lele (Clarias batrachus)

Menurut Saanin (1984), Klasifikasi ikan lele sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies : Clarias batrachus

Gambar 2. Ikan lele (Clarias batrachus)

Lele lokal (Clarias batrachus) merupakan jenis ikan air tawar yang bersifat karnivora. Ikan ini membutuhkan kandungan protein jauh lebih tinggi dibandingkan ikan herbivora karenanya, ikan ini lebih mudah mencerna protein daripada karbohidrat, dengan demikian maka pakan yang dibutuhkan juga harus memiliki kandungan protein yang tinggi. Ikan lele memiliki habitat seperti sungai dengan arus yang pelan, rawa, telaga, waduk, dan sawah yang tergenang air serta bersifat

(23)

nocturnal, yaitu aktif bergerak mencari makan pada malam hari dan berdiam diri di

tempat-tempat gelap pada siang hari (Andini et al., 2017).

Clarias batrachus merupakan ikan konsumsi air tawar yang memiliki ukuran

kepala hampir mencapai seperempat dari panjang tubuhnya. Kepala pipih ke bawah dan tertutup oleh tulang pelat. Tulang pelat ini membentuk ruangan rongga di atas insang, pada ruangan ini terdapat alat bantu pernapasan berupa Arborescent Organ.

Mulut Clarias batrachus terletak pada ujung (terminal) serta dilengkapi gigi nyata, atau hanya berupa permukaan kasar di mulut bagian depan. Clarias batrachus juga memiliki empat pasang sungut yang terletak di sekitar mulut. Sepasang sungut hidung, sepasang sungut mandibular luar, sepasang sungut mandibular dalam, dan sepasang sungut maxilar (Putra, 2014).

Bagian kepala ikan lele pipih ke bawah (depressed), bagian tengahnya membulat dan bagian belakang pipih ke samping (compressed). Pergerakan ikan lele tidak terlalu agresif, patilnya mengandung racun, warna kulitnya berubah menjadi hitam bila terkejut atau stress, dan dapat membuat lubang di kolam atau pematang.

Secara alami lele bersifat nokturnal, tetapi dalam usaha budidaya akan beradaptasi (diurnal). Secara periodik lele akan muncul ke permukaan untuk mengambil oksigen

bebas. Lele mampu bergerak di darat menggunakan sirip dada. Padat penebaran yang relatif tinggi dan keadaan lapar dapat memacu sifat kanibalisme (Wardhani, 2014).

Habitat ikan lele di sungai dengan arus yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Pada siang hari ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat gelap. Di Indonesia ikan lele merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang penting. Lele lokal atau yang sering disebut walking catfish merupakan lele

(24)

habitat asli di Indonesia. Dinamakan walking catfish karena kemampuanya untuk berjalan didaratan untuk mencari makanan atau lingkungan yang cocok. Lele ini berjalan dengan menggunakan sirip pektoral untuk mengangkat tubuhnya dan berjalan (Heri, 2019).

Lele terkenal rakus, karena mempunyai ukuran mulut yang cukup lebar hingga mampu menyantap makanan alami di dasar perairan dan buatan misalnya pelet. Lele sering digolongkan pemakan segala (omnivora). Di kolam budidaya, lele mau menerima segala jenis makanan yang diberikan. Ditinjau dari karakteristik saluran pencernaannya, terdiri dari mulut, rongga mulut, esophagus, lambung usus dan anus. Usus yang dimiliki ikan lele lebih pendek dari panjang tubuhnya, sementara itu lambungnya relatif besar dan panjang (Habibi, 2016).

Ikan lele sangat toleransi terhadap suhu air yang cukup tinggi yaitu 20o – 35oC, disamping itu ikan lele dapat hidup pada kondisi lingkungan perairan yang jelek. Kondisi air dengan kandungan oksigen yang sangat minim lele masih dapat bertahan hidup, karena memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut organ arborescent Di alam bebas, ikan lele lebih menyukai air yang arusnya mengalir

perlahan-lahan atau lambat. Ikan lele kurang menyukai aliran air arus yang deras (Wardhani, 2014).

Pakan

Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan budidaya yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan budidaya. Pakan pada kegiatan budidaya umumnya adalah pakan komersial yang menghabiskan sekitar 60- 70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan. Hal inilah yang menyebabkan

(25)

pentingnya pakan sehingga perlu dilakukan penelitian untuk memperbaiki nilai nutrisi pakan (Arief et al., 2014).

Pakan merupakan faktor yang memegang peranan sangat penting dan menentukan dalam keberhasilan usaha perikanan dan ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor utama untuk menghasilkan produksi maksimal. Syarat pakan yang baik adalah mempunyai nilai gizi yang tinggi, mudah diperoleh, mudah diolah, mudah dicerna, harga relatif murah, tidak mengandung racun. Jenis pakan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan, dimana semakin kecil bukaan mulut ikan maka semakin kecil ukuran pakan yang diberikan, dan juga disesuaikan dengan umur ikan (Arief et al., 2009).

Pakan buatan merupakan pakan yang dibuat untuk ikan budidaya dan harus memenuhi kebutuhan gizi ikan. Pakan buatan dibuat dari campuran bahan-bahan alami dan atau bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan serta dibuat dalam bentuk tertentu sehingga memiliki daya tarik yang dapat merangsang ikan untuk memakannya dengan mudah dan lahap. Sedangkan pelet adalah bentuk pakan buatan yang dibuat dari beberapa macam bahan yang diramu dan dijadikan adonan, kemudian dicetak sehingga merupakan batangan atau bulatan kecil-kecil dengan ukuran tertentu. Jadi pelet tidak berupa tepung, tidak berupa butiran, dan tidak berupa larutan. Pelet dikenal sebagai bentuk massa dari bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa dengan cara menekan melalui lubang cetakan secara mekanis (Yunaidi et al., 2019).

Ikan juga mempunyai keterbatasan dalam mencerna pakan berkualitas rendah dengan kandungan serat yang tinggi, sehingga membutuhkan protein pakan yang tinggi untuk pertumbuhannya. Kemampuan ikan untuk mencerna pakan yang

(26)

dikonsumsi bergantung kepada ada atau tidaknya enzim yang sesuai dan kondisi yang dibutuhkan enzim tersebut untuk bereaksi dengan substrat dalam saluran pencernaan ikan. Cara alternatif untuk meningkatkan efisiensi pakan agar dapat mudah dicerna dan enzim dapat bekerja lebih efektif adalah dengan penambahan probiotik penghasil enzim dalam pakan buatan (Putri et al., 2012).

Aspek nutrisi pakan ikan lele yang baik tidak hanya sekedar ditinjau dari segi teknis semata, melainkan juga melibatkan segi ekonomis. Agar memperoleh produksi daging ikan sesuai dengan harapan dibutuhkan kualitas pakan yang lebih baik dibandingkan dengan pakan ikan yang sekedar dipelihara untuk hobi. Pakan utama untuk ikan lele harus memiliki kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Protein sangat esensial bagi keperluan tubuh ikan berfungsi sebagai sumber energi utama, jenis ikan karnivora semacam lele membutuhkan protein tinggi yaitu lebih dari 35% dari berat ikan, zat gizi yang dibutuhkan adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin,mineral dan air (Habibi, 2016).

Ekstrak Nanas

Nanas mengandung enzim pencernaan yang disebut enzim bromelin yang terdiri dari enzim proteolitik. Studi mengenai enzim bromelin menunjukan bahwa enzim bromelin yang berasal dari ekstrak nanas mengandung berbagai macam enzim proteinase. Enzim bromelin merupakan enzim proteolitik yang mempunyai sifat menghidrolisis protein menjadi unsur-unsur penyusunnya. Hidrolisis yang terjadi dengan enzim proteolitik adalah putusnya ikatan peptida dari ikatan substrat, dimana enzim proteolitik bertugas sebagai katalisator di dalam sel. Hidrolisis protein dilakukan oleh enzim endogenus dan dibantu oleh enzim eksogenus. Enzim bromelin dapat berperan sebagai enzim eksogenus. Enzim bromelin juga dapat

(27)

melarutkan kolagen yang terdapat di dalam protein kolagen dengan cara menghidrolisis protein tersebut (Pratama et al., 2017).

Bahan aktif dari ekstrak buah nanas segar mengandung karbohidrat, tanin, fenol, saponin, protein dan alkaloid. Tanaman nanas mengandung setidaknya empat sistein proteinase yang berbeda (Ananas comosus) yaitu bromelin buah, bromelin batang, ananin dan komasin. Bromelin buah berjumlah kira-kira 30-40% dari total protein buah dan mewakili hampir 90% enzim proteolitik aktif nanas. Pemberian ekstrak nanas pada pakan yang mengandung bromelin secara langsung dapat meningkatkan daya cerna pakan sehingga mempengaruhi efisiensi pemanfaatan pakan dan rasio efisiensi protein. Bromelin merupakan satu dari dua enzim protease yang didapat dari kelompok tanaman Bromeliacea (Setiyani et al., 2017).

Bromelin adalah enzim proteolitik seperti papain, rennin dan fisin yang mempunyai sifat menghidrolisis protein menjadi unsur-unsur penyusunnya.

Bromelin termasuk golongan protease yang dihasilkan dari ekstrak buah nanas yang dapat mendegradasi kolagen daging, sehingga membuat daging menjadi tidak keras.

Enzim bromelin juga dapat mendegradasi kolagen yang terdapat di dalam protein kolagen dengan cara menghidrolisis protein tersebut. Bromelin dapat mengkatalisis reaksi hidrolisis dari protein. Faktor yang berpengaruh terhadap kecepatan hidrolisis diantaranya konsentrasi enzim dan waktu inkubasi. Bromelin menjadi komponen penting yang diperlukan dalam metabolisme protein dan karbohidrat. Mengingat peran bromelin yang sangat penting dalam proses pencernaan protein, maka perlu dilakukan penelitian pengaruh ekstrak buah nanas terhadap tingkat pemanfaatan protein pakan dan pertumbuhan ikan (Anugraha et al., 2014).

(28)

Enzim bromelin merupakan enzim yang dapat menghidrolisis ikatan peptida pada kandungan protein menjadi asam amino. Enzim bromelin memiliki sifat yang mirip dengan enzim proteolitik, yakni memiliki kemampuan untuk menghidrolisis protein. Semakin banyak enzim yang ditambahkan ke dalam pakan akan menghasilkan lebih banyak protein yang dihidrolisis menjadi asam amino, sehingga akan meningkatkan pertumbuhan dan daya cerna ikan terhadap pakan. Namun jika telah melewati titik optimum dapat memberikan efek negatif sehingga menghambat pertumbuhannya. Hal tersebut terjadi karena kelebihan asam amino akan berdampak terhadap daya cerna protein ikan, sehingga protein yang telah dihidrolisis menjadi asam amino tidak digunakan sebagai pertumbuhan melainkan akan digunakan sebagai energi (Delima et al., 2017).

Pemanfaatan protein pada ikan dapat ditingkatkan dengan menggunakan suplemen pakan seperti enzim bromelin. Nanas membantu beberapa enzim hadir dalam tubuh untuk menghasilkan energi karena mengandung magnesium dan vitamin B1 yang penting untuk fungsi normal beberapa enzim. Kelebihan energi setelah dipakai untuk pemeliharaan, metabolisme dasar dan aktifitas akan disimpan dalam tubuh yang diekpresikan dalam bentuk pertumbuhan. Berdasarkan pernyataan diatas, diketahui bahwa penambahan enzim bromelin dalam pakan dapat merubah protein menjadi asam amino akibat aktivitas proteolitik dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ikan. Enzim bromelin yang terdapat dalam ekstrak nanas dapat menghidrolisis protein pakan menjadi unsur yang lebih sederhana. Penambahan dosis yang tepat mempengaruhi pertumbuhan (Wulandhari et al., 2017).

(29)

Probiotik

Probiotik merupakan jenis bakteri yang ditambahkan ke dalam lingkungan untuk memperbaiki mutu lingkungan dengan mengurai bahan organik menjadi mineral dan mengubah senyawa beracun menjadi tidak beracun seperti senyawa amonia dan nitrit menjadi senyawa nitrogen bebas. Aplikasi probiotik melalui media pemeliharaan bertujuan memperbaiki kualitas air melalui proses biodegradasi, menjaga keseimbangan mikroba dan mengendalikan bakteri patogen. Pemberian probiotik pada media pemeliharaan diharapkan dapat memperbaiki kualitas air dengan mengurai sisa pakan yang mengendap dan feses ikan pada dasar perairan.

Selain itu, probiotik dapat menguntungkan inang yang mengkonsumsinya (Sumule, 2017).

Probiotik merupakan sel-sel mikroba yang diberikan dengan cara tertentu agar masuk kedalam saluran gastrointestinal yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroba intestinalnya dan dengan tujuan memperbaiki kesehatan. Probiotik adalah pemanfaatan kemampuan mikroorganisme dalam memecah atau menguraikan rantai panjang karbohidrat, protein dan lemak yang menyusun pakan yang diberikan. Bakteri dalam saluran pencernaan terutama hewan akuatik telah diketahui memiliki peran baik diantaranya bakteri pada genus Bacillus, Bifidobacteri, Pseudomonas, Lactobacillus, dan Micrococcus telah terbukti sebagai

bakteri yang menguntungkan dan dapat hidup berasosiasi sebagai flora normal pada organisme baik di dalam maupun di luar tubuh. Bakteri kandidat probiotik yang ditemukan pada usus lele adalah Bacillus subtilis, Pseudomonas putida dan Bacillus licheniformis (Wardika et al., 2014).

(30)

Probiotik mampu berperan sebagai imunostimulan, meningkatkan rasio konversi pakan, mempunyai daya hambat pertumbuhan bakteri patogen, menghasilkan antibiotik, serta peningkatan kualitas air probiotik digunakan untuk peningkatan produksi akuakultur, meningkatkan resistensi terhadap penyakit dan membantu dalam peningkatan pertumbuhan. Pertumbuhan menjadi baik karena kondisi lingkungan media pemeliharaan baik, hal ini dikarenakan mikroba dari probiotik dapat membantu memperbaiki kondisi perairan (Khotimah et al., 2016).

Probiotik mampu memperbaiki kualitas media pemeliharaan karena probiotik mengandung bakteri yang dapat menekan pertumbuhan bakteri pathogen, selain itu probiotik mengandung bakteri pengurai yang dapat menguraikan kotoran yang ada di dasar bak pemeliharaan. Media yang baik nafsu makan benih menjadi meningkat dan ikan terkecukupi nutrisinya sehingga kesehatan benih meningkat. Probiotik merupakan segala bentuk preparasi sel mikroba yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi kesehatan dan kehidupan inang. Pada akuakultur , probiotik digunakan pula untuk menjaga keseimbangan mikroba dan pengendalian pathogen dalam saluran pencernaan , air serta untuk perbaikan kualitas lingkungan perairan melalui biodegradasi (Soemarjati et al., 2016).

Pemberian probiotik pada media pemeliharaan dapat membantu memperbaiki kualitas perairan, dikarenakan mikroba yang terdapat dalam probiotik mampu mengurai bahan-bahan yang dapat meningkatkan kandungan amoniak di perairan. bakteri probiotik akan menguraikan bahan-bahan organik yang tidak berguna dan beracun serta menurunkan kadar total amoniak yang ada di perairan.

Pemberian probiotik pada media pemeliharaan sangat membantu dalam

(31)

memperbaiki kualitas perairan karena bakteri yang diberikan mampu mendegradasi sisa pakan dan feses benih ikan (Khotimah et al., 2017).

Efesiensi Pemanfaatan Pakan

Efisiensi pakan adalah nilai perbandingan antara pertambahan bobot dengan pakan yang dikonsumsi yang dinyatakan dalam persen. Penghitungan efisiensi pakan, setiap hari dilakukan penimbangan pakan yang diberikan dan penghitungan kematian hewan uji. Efisiensi pakan juga dapat diartikan dengan banyaknya jumlah pakan yang dapat diubah menjadi bobot tubuh. Bila nilai efisiensi pakan tinggi maka kualitas pakan baik, dan sebaliknya apabila nilai efisiensi pakan rendah maka kualitas pakan buruk. Efisiensi pakan juga berfungsi untuk menilai kualitas pakan (Permana et al., 2015).

Efesiensi pakan menunjukan seberapa besar pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ikan. Nilai efisiensi pakan yang rendah menunjukkan bahwa ikan memerlukan pakan dengan jumlah yang lebih banyak untuk dapat meningkatkan beratnya karena hanya sebagian kecil energi dari pakan yang diberikan digunakan oleh ikan untuk pertumbuhan. Penambahan enzim bromelin dalam pakan dapat meningkatkan kecernaan pakan sehingga pemanfaatan pakan ikan (Delima et al., 2017).

Semakin tinggi nilai efisiensi pakan menunjukkan pemanfaatan pakan yang efisien oleh ikan, sehingga protein yang terkandung dalam pakan tidak banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam proses metabolisme, osmoregulasi dan reproduksi, tetapi lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan.

Pertumbuhan akan terjadi apabila ada kelebihan energi dari pakan yang dikonsumsi setelah kebutuhan energi minimumnya (untuk hidup pokok sudah terpenuhi seperti respirasi, aktivitas bergerak, proses metabolisme dan perawatan (maintenance). Nilai

(32)

efisiensi pemanfataan pakan yang rendah menunjukkan bahwa ikan memerlukan pakan dengan jumlah yang lebih banyak untuk dapat meningkatkan beratnya karena hanya sebagian kecil energi dari pakan yang diberikan digunakan oleh ikan untuk pertumbuhan, selain itu kepadatan ikan dan kadar protein dalam pakan juga dapat mempengaruhi efisiensi pemanfaatan pakan (Pratama et al., 2017).

Efisiensi pakan memperlihatkan bahwa ikan yang diberi pakan dengan penambahan enzim memiliki nilai efisiensi pakan yang lebih besar dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan tanpa penambahan enzim. Penggunaan bahan baku nabati sebagai sumber protein dihadapkan pada permasalahan adanya selulosa dan hemiselulosa yang sukar dicerna oleh ikan, sehingga ketersediaan energi dan nutrien pakan menjadi rendah. Oleh karena itu ikan yang diberi pakan tanpa penambahan enzim akan memakan lebih banyak pakan agar kebutuhan energi tubuh terpenuhi.

Sedangkan penambahan enzim pada pakan berperan dalam meningkatkan ketersediaan energi dan nutrien dalam pakan. Kelebihan energi akan digunakan untuk pertumbuhan (Wulandhari et al., 2017).

Pertumbuhan Benih Ikan Lele

Pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan, dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas (Rahmalia, 2014).

(33)

Pertumbuhan ikan berhubungan erat dengan padat tebar, pakan dan lingkungan. Peningkatan padat tebar akan diikuti dengan peningkatan jumlah pakan, buangan metabolisme tubuh, konsumsi oksigen dan dapat menurunkan kualitas air.

Padat tebar ikan mempengaruhi derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, sehingga memungkinkan terjadinya kegagalan dalam proses produksi. Tingkat kematian ikan akan dapat ditekan jika didukung oleh cara pengelolaan yang tepat.

Dengan pengelolaan yang baik dalam budidaya seperti penentuan padat tebar yang tepat maka tingkat kelangsungan hidup ikan akan maksimal (Prasetio et al., 2016).

Konsentrasi enzim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pemecahan protein, sehingga akan meningkatkan daya cerna ikan terhadap pakan.

Laju pertumbuhan pada ikan dipengaruhi oleh penyerapan nutrien pakan yang diberikan. Pakan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan, juga sebagai sumber energi, gerak dan reproduksi. Pakan yang dimakan ikan akan diproses dalam tubuh dan unsur-unsur nutrisi atau gizinya akan diserap untuk dimanfaatkan membangun jaringan sehingga terjadi pertumbuhan (Delima et al., 2017).

Kelangsungan Hidup Ikan Lele

Kelangsungan hidup yang rendah diakibakan oleh padat penebaran yang tinggi, dimana kepadatan ikan yang tinggi dapat mempengaruhi lingkungan budidaya dan interaksi ikan. Kepadatan yang terlalu tinggi ini menyebabkan kualitas air menurun. Akibat lain dari tingginya kepadatan adalah interaksi antara ikan.

Interaksi antara ikan sangat tinggi, dikarenakan ruang hidup yang semakin sempit.

Ikan lele merupakan ikan kanibal, maka dengan makin tingginya interaksi dari ikan maka makin tinggi juga kanibalismenya, sehingga kelangsungan hidup juga menjadi

(34)

rendah. Ikan lele ini kepadatannya terlalu tinggi sehingga menghasilkan kelangsungan yang rendah. Hal lain yang membedakan adalah ikan lele ini kanibal pada setiap stadia kecuali larva (Rosmawati dan Muarif, 2012).

Faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kelangsungan hidup adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari ikan lele itu sendiri.

Ikan mengalami stress karena perlakuan yang kurang hati-hati sehingga mortalitasnya tinggi dan adanya persaingan makanan. Persaingan terhadap makanan yang sama mempengaruhi besarnya populasi dan ukuran individu. Persaingan dalam hal makanan akan mengurangi ketersediaan makanan, sehingga yang diperlukan oleh ikan lele menjadi pembatas. Faktor eksternal yang berpengaruh antara lain kondisi lingkungan seperti, amoniak yang tinggi dan kondisi laboratorium yang kurang mendukung dalam pemeliharaan (Anugraha et al., 2014).

Ikan yang stres akan mengalami penurunan daya imun dalam tubuhnya, sehingga ikan mudah diinfeksi penyakit. Kelangsungan hidup ikan sangat bergantung pada daya adaptasi ikan terhadap makanan dan lingkungan, status kesehatan ikan, padat tebar, dan kualitas air yang cukup mendukung pertumbuhan.

Faktor probiotik diketahui memberikan pengaruh terhadap kelulushidupan. Probiotik pada budidaya ikan banyak dilakukan misalnya penggunaan jenis Bacillus spp.

sebagai prebion dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air melalui penyeimbangan populasi mikroba dan mengurangi jumlah patogen dan secara bersamaan mengurangi penggunaan senyawa-senyawa kimia dan meningkatkan pertumbuhan serta kesehatan hewan inang (Pratama et al., 2017).

(35)

Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan.

Sumber air yang baik dalam kegiatan budidaya seharusnya memenuhi kriteria baku mutu air sehingga ikan dapat tumbuh dan berkembang dengan semestrinya. Kualitas air diukur untuk mengetahui kelayakan perairan yang digunakan sebagia media pemeliharaan ikan. Sumber air yang baik dalam kegiatan budidaya seharusnya memenuhi kriteria baku mutu air sehingga ikan dapat tumbuh dengan baik. Hasil pengukuran kualitas air yang dilakukan selama pemeliharaan diantaranya adalah suhu, oksigen terlarut (DO), dan derajat keasaman (pH) pengukuran (Nuraeni et al., 2018).

Tabel 1. Kualitas air media hidup ikan lele Parameter Nilai yang dianjurkan

Suhu 25°C - 30°C

pH 6,5 – 8,6

DO >5 Mg/L

Sumber : (SNI : 01- 6484.4 – 2000)

Kualitas air lingkungan pemeliharaan yang diukur selama penelitian adalah, oksigen terlarut (DO), pH, dan suhu. Parameter kualitas air sangat penting artinya dalam kegiatan budidaya karena dapat mempengaruhi kesehatan kultivan dan produktivitas budidaya. Suhu merupakan faktor lingkungan yang secara langsung mempengaruhi kehidupan ikan. Suhu berpengaruh terhadap laju metabolisme dan kelangsungan hidup. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian menunjukan hasil yang optimal (Anugraha et al., 2014).

(36)

Kelulushidupan ikan tidak dipengaruhi secara langsung oleh pakan.

Ketersediaan makanan dalam penelitian ini diduga cukup untuk memenuhi kebutuhan ikan. Tingginya kelangsungan hidup menunjukkan kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok bahkan dapat meningkatkan pertumbuhan. Tingkat kelangsungan hidup dapat dipengaruhi oleh kualitas air terutama suhu dan kandungan oksigen. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Suhu air sangat berkaitan dengan konsentrasi oksigen terlarut dan laju konsumsi oksigen ikan (Delima et al., 2017).

Oksigen merupakan satu parameter yang sangat penting bagi selurah organisme dalam kehidupannya, dimana oksigen sangat diperlukan untuk pernapasan dan metabolisme ikan. Kandungan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ikan dapat menyebabkan penurunan daya hidup ikan yang mencakup seluruh aktifitas ikan, seperti berenang, pertumbuhan dan reproduksi. Oksigen terlarut dalam air yang ideal untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan lele dumbo adalah 5 mg/L. Dengan demikian kandungan oksigen dalam perairan pemeliharaan ikan lele dumbo masih memenuhi persyaratan (Permana et al., 2015).

Derajat keasaman (pH) selama penelitian berkisar antara 6.6 – 6.8 dimana nilai pH tersebut masih sesuai dengan baku mutu dimana nilai standar baku mutu adalah 6.5 – 8.5 . pH berpengaruh besar terhadap kehidupan organsime air, sehingga pH dari suatu perairan dipakai sebagai parameter untuk menyatakan baik buruknya suatu kualitas perairan. Jika nilai pH tidak berada pada kisaran tersebut dalam waktu relatif lama, reproduksi dan pertumbuhan ikan akan berkurang serta dapat menimbulkan gejala fisiologis (Nuraeni et al., 2018).

(37)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2020 di Rumah yang beralamat di Jalan Flamboyan Raya, Komplek Flamboyan Mas No.

B23, Medan. Pembuatan ekstrak nanas dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Medan.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18 buah akuarium dengan ukuran 30 cm x 25 cm x 17 cm yaitu sebagai wadah pemeliharaan ikan lele.

Timbangan digital untuk menimbang bobot ikan uji. Kertas milimeter block dan penggaris untuk mengukur panjang ikan uji. Tanggok untuk menangkap ikan uji

yang akan diamati. Aerator sebagai pensuplai oksigen. Termometer untuk mengukur suhu. pH meter untuk mengukur kadar asam dan basa uji media uji. DO meter untuk mengukur kandungan oksigen. Spray untuk menyemprotkan pakan. Blender untuk pengadukkan enzim dan air. Selang sipon untuk melakukan penyiponan. Kamera digital untuk mengambil dokumentasi. Mesin sentrifugasi untuk pemisahan ekstrak kasar dan supernatan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan lele (Clarias batrachus) ukuran panjang ± 8 cm sebanyak 180 ekor dengan padat tebar

sebanyak 1 ekor/liter. Air bersih untuk media hidup ikan uji. Pakan buatan berupa pelet ikan lele pelet komersil 781-1.Daging buah nanas. Buffer Fosfat pH 7,0, dan probiotik yang digunakan berupa probiotik merk aquaenzim.

(38)

Rancangan Percobaan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor yaitu faktor pertama terdiri dari tiga taraf perlakuan dan faktor kedua terdiri atas dua taraf perlakuan dan diulang sebanyak tiga kali (ordo 3x2x3). Faktor pertama adalah dengan pemberian ekstrak nanas dosis 0,75 %/kg pakan (P1), dosis 1,5 %/kg pakan (P2) dan dosis 2,25 %/kg pakan (P3) sedangkan faktor kedua adalah pemberian probiotik dosis 1 mL/L (F1) dan dosis 1,5 mL/L (F2). Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Wadah untuk setiap ulangan ditempatkan secara acak (random).

Menurut Gasperz (1991) model linear yang digunakan dari Rancangan Acak Lengkap adalah sebagai berikut :

Xij = μ + σi + ԑij

Dimana :Xij : Hasil pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangaan ke-j μ : Rataan Umum

σi : Pengaruh perlakuan ke-i

ԑij : Pengaruh faktor random pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j Dengan perlakuan seperti berikut :

Perlakuan P1F1 : Pakan uji 0,75 %/kg ekstrak nanas dan 1 mL/L probiotik.

Perlakuan P1F2 : Pakan uji 0,75 %/kg ekstrak nanas dan 1,5 mL/L probiotik.

Perlakuan P2F1 : Pakan uji 1,5 %/kg ekstrak nanas dan 1 mL/L probiotik.

Perlakuan P2F2 : Pakan uji 1,5 %/kg ekstrak nanas dan 1,5 mL/L probiotik.

Perlakuan P3F1 : Pakan uji 2,25 %/kg ekstrak nanas dan 1 mL/L probiotik.

Perlakuan P3F2 : Pakan uji 2,25 %/kg ekstrak nanas dan 1,5 mL/L probiotik.

(39)

Prosedur Penelitian Persiapan ekstrak nanas

Bagian batang dan daging buah nanas sebagai sumber enzim bromelin dihancurkan dengan mortar porselen. Sebanyak 5 mL cairan dari batang dan daging buah nanas dilarutkan dalam 50 mL 0,5 M buffer fosfat pH 7,0. Campuran tersebut dibiarkan selama 1-2 jam pada suhu 40C. Selanjutnya disentrifugasi pada suhu dingin untuk memisahkan bagian-bagian yang tidak terlarut pada 3000 g selama 15 menit. Supernatan didekantasi dan merupakan ekstrak kasar atau crude enzim bromelin dari buah nanas.

Persiapan wadah pemeliharaan

Wadah media uji atau tempat pemeliharaan Ikan Lele yang digunakan adalah akuarium dengan ukuran 30 cm x 25 cm x 17 cm sebanyak 18 buah. Akuarium yang digunakan untuk adaptasi dicuci bersih terlebih dahulu dengan larutan desinfektan yang diperbolehkan bagi perikanan kemudian di bilas dengan air bersih. Setelah dicuci bersih alat-alat tersebut dijemur selama 1 hari dibawah sinar matahari. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan atau memutus rantai bibit penyakit pada alat-alat yang digunakan. Akuarium yang sudah bersih dan kering disusun sesuai tata letak percobaan yang ada pada denah penempatan pada akuarium yang berisikan ikan lele dengan masing-masing perlakuan.

Persiapan air media pemeliharaan

Air merupakan sebagai media hidup dalam pemeliharaan ikan, sehingga diperlukan persiapan air media yang baik sebelum dilakukan penelitian. Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air yang berasal dari sumur galian yang dinaikkan menggunakan pompa. Air diendapkan ± 48 jam atau dua hari sampai

(40)

kadar keasaman air mencapai 7 (tujuh) hal ini bertujuan untuk menghindari kematian ikan dan menghindari zat-zat berbahaya. Selanjutnya, air diisi kedalam akuarium sebanyak 10 liter sehingga menyisakan 5 cm dari tinggi akuarium.

Selanjutnya air diaerasi menggunakan aerator selama 4 (empat) hari untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut. Setelah itu air dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan. Kemudian penambahan probiotik dengan dosis yang ditentukan.

Probiotik F1 ditambahkan pada media pemeliharaan dengan dosis pemberian 1 mL probiotik untuk 1 L air dan Probiotik F2 pemberian 1,5 mL probiotik untuk 1 L air.

Persiapan ikan uji

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan lele yang memiliki ukuran ±8 cm dan bobot ikan ±3 gram. Jumlah Total ikan lele yang digunakan dalam penelitian ini adalah 180 ekor. Ikan lele yang digunakan berasal dari pembudidaya ikan lele, ikan diletakkan ke dalam wadah sementara dan sebelum dimasukkan ke dalam media pemeliharaan, ikan di aklimitasi selama 7 (tujuh) hari sehingga ikan dapat beradaptasi dengan lingkungan baru dan tidak mengalami stress.

Persiapan pakan uji dan probiotik

Pakan di timbang sebanyak 5% dari total bobot biomassa ikan pada setiap perlakuan, kemudian pakan yang digunakan penelitian ini adalah pelet ikan lele yaitu pelet komersial 781-1 yang akan dicampurkan dengan bahan enzim bromelin berupa ekstrak nanas di siapkan dengan dosis yang telah di tentukan. Adapun kandungan dari pakan komersial 781-1 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan pakan pelet komersial 781-1

Protein Lemak Serat Abu Kadar Air

33% 5% 6% 13% 13%

(41)

Selanjutnya, pakan komersil 781-1 ditambahkan ekstrak nanas pada setiap perlakuan diberikan dosis tertentu. Pakan pelet komersial 781-1 yang akan dicampurkan dengan bahan enzim bromelin berupa ekstrak nanas di siapkan dengan dosis yang telah di tentukan untuk setiap perlakuan Perlakuan P1=7,5 gram ekstrak nanas untuk 1 kg pakan sebagai campuran dan akan menjadi pakan uji, P2=15 gram ekstrak nanas untuk 1 kg pakan sebagai campuran dan akan menjadi pakan uji, P3=22,5 gram ekstrak nanas untuk 1 kg pakan sebagai campuran dan akan menjadi pakan uji. Pemberian ekstrak nanas pada pakan dilakukan dengan menimbang jumlah enzim sesuai dosis menggunakan timbangan elektrik dengan ketelitian 0,01 gram, kemudian penambahan air sebanyak 100 mL.Pengadukan enzim dan air menggunakan blender hingga homogen, kemudian disemprotkan pada pakan menggunakan sprayer dan diaduk hingga rata. Kemudian dikeringan dengan diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara langsung yang telah dilarutkan kemudian di tutup dengan rapat dan di jauhi dari sinar matahari.

Probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah probiotik komersial untuk media air dengan merek dagang Aquaenzim. Pengaktifan probiotik mengikuti petunjuk dalam kemasan produk yaitu dengan cara menyiapkan air steril sebanyak 7,5 L lalu ditambahkan molase 250 mL dan ragi 20 g dan selanjutnya dimasukkan kedalam wadah jerigen dan didiamkan selama 1 hari. Campuran yang sudah didiamkan selama 1 hari selanjutnya dicampurkan kembali dengan probiotik 20 g dan tepung terigu 125 g. Campuran diaduk secara merata dan didiamkan kembali selama 1 hari kemudian dapat digunakan untuk ditambahkan ke media pemeliharaan. Maka dalam perlakuan F1 yaitu 10 mL untuk 10 L air dan F2 yaitu 15 mL untuk 10 L air.

(42)

Pemeliharaan ikan uji

Pemeliharaan benih ikan dilakukan selama 40 hari. Ikan lele ditebarkan ke dalam akuarium berisikan air masing sebanyak kepadatan dalam wadah pemeliharaan 1 ekor/ L air. Jumlah benih yang ditebar untuk tiap perlakuan dan ulangan sebanyak 10 ekor, jumlah total ikan uji yang digunakan sebanyak 180 ekor.

Setelah proses aklimitasi ikan dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh sisa pakan yang ada dalam tubuh ikan. Selanjutnya, pengukuran panjang, bobot ikan sebagai data awal sebelum ikan dimasukkan pada akuarium penelitian. Kualitas air juga diukur pada tiap akuarium penelitian sebelum ikan dimasukkan. Pemeliharaan dan pengamatan terhadap ikan uji dilakukan selama 40 hari dengan pemberian pakan pada ikan lele dilakukan secara at satiation dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali yaitu pada pagi, siang dan sore hari (07.00, 12.00 dan 17.00 WIB). pada masing-masing perlakuan. Jumlah pakan yang diberikan per perlakuan yaitu sebanyak 5% dari bobot ikan dengan dosis pakan uji.

Pemberian probiotik dilakukan setiap tiga hari sekali dengan dosis yang telah ditentukan.

Pada proses pemeliharaan ikan, pengontrolan kualitas air harus terjaga agar ikan uji sehat dan tumbuh dengan baik serta memperhatikan tinggi air didalam akuarium. Setiap hari ikan uji akan mengeluarkan kotoran atau sisa pakan yang menyebabkan air menjadi kotor, oleh sebab itu dilakuan penyifonan setiap harinya.

Penyifonan air dilakukan setelah aerator dimatikan, ini bertujuan untuk kotoran dan sisa makanan ikan turun kedasar wadah pemeliharaan. Jumlah volume air yang akan tersifon ±10 % dari volume awal. Kemudian, air yang terbuang akan diganti

(43)

kembali dengan air bersih sebanyak jumlah volume air yang terbuang saat proses penyifonan.

Parameter kualitas air yang juga diamati diantaranya adalah pengukuran suhu, pengukuran pH media uji dan mengukur kandungan oksigen terlarut.

Pengukuran pH dan DO ini dilakukan setiap 10 hari sekali agar kondisi media uji tetap dalam keadaan yang terkontrol dan pengukuran suhu dilakukan setiap hari.

Pengamatan Hasil

Pengamatan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi data pertumbuhan panjang, efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), tingkat kelangsungan hidup dan kualitas air.

Pertumbuhan panjang

Pengukuran panjang dilakukan setiap 10 hari. Pengukuran dilakukan dengan cara ikan diletakkan diatas millimeter kemudian dicatat panjang ikan. Pertumbuhan Panjang Mutlak (L) dihitung dengan menggunakan rumus menurut Effendie (1997):

L = Lt– L0 Keterangan :

L = Pertumbuhan panjang (cm)

Lt = Rata-rata panjang pada akhir penelitian (cm) L0 = Rata-rata panjang pada awal penelitian (cm) Peningkatan bobot

Pengukuran bobot ikan menggunakan timbangan analitik. Bobot ikan yang telah ditimbang kemudian dicatat. Pengukuran dilakukan setiap 10 hari sekali.

Pertumbuhan bobot menggunakan rumus pertumbuhan menurut Wulandari (2019) yaitu :

(44)

∆W= Wt – Wo

Keterangan:

ΔW = Pertumbuhan mutlak (g) Wt = Bobot akhir (g)

W0 = bobot awal (g)

Efisiensi pemanfaatan pakan

Perhitungan nilai efisiensi pemanfaatan pakan (EPP) dihitung dengan menggunakan rumus pertumbuhan menurut Tacon (1993) yaitu :

Keterangan:

EPP = Efisiensi pemanfaatan pakan (%)

Wt = Bobot total hewan uji pada akhir penelitian (g) Wo = Bobot total hewan uji pada awal penelitian (g) F = JumLah pakan yang dikonsumsi selama penelitian (g) Tingkat kelangsungan hidup

Kelangsungan hidup ikan diamati berdasarkan jumlah total ikan lele pada saat awal pemeliharaan sampai saat akhir percobaan yang dilakukan pada setiap perlakuan. Tingkat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) diukur dengan menggunakan rumus menurut Efendie (1979) yaitu:

SR = Nt x 100%

N0

Keterangan :

SR = Kelangsungan hidup ikan (%)

Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor) N0 = Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)

EPP = Wt – Wo x 100%

F

(45)

Pengukuran Kualitas Air

Pengukuran Kualitas Air Parameter kualitas air yang diukur yaitu suhu, pH, dan DO. Pengukuran suhu dilakukan setiap hari selama penelitian. Pengukuran DO dan pH dilakukan setiap 10 hari sekali selama penelitian.

Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama penelitian akan dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel dan hasil data percobaan ditabulasi secara statistik dengan menggunakan analyisis of variance (ANOVA). Analisis tersebut menggunakan program komputer SPSS. Apabila terdapat pengaruh nyata maka akan dilakukan uji lanjutan dengan uji F. Selanjutnya data akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik..

(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pengambilan sampel ikan lele dilakukan setiap 10 hari sekali selama 40 hari masa pemeliharaan yang menghasilkan panjang rata-rata, berat rata-rata, efisiensi pemanfaatan pakan, kelangsungan hidup dan kualitas air. Dari pengolahan data diperoleh data pertambahan panjang, peningkatan berat, efisiensi pemanfaatan pakan, tingkat kelangsungan hidup serta data parameter kualitas air sebagai data penunjang.

Pertambahan panjang ikan lele

Pertambahan panjang ikan lele selama 40 hari pemeliharaan menunjukkan, pada masing-masing perlakuan setiap pengukuran panjang rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan P2F2 sebesar 7,2 cm, kemudian diikuti perlakuan P2F1 sebesar 5,8 cm, kemudian diikuti perlakuan P1F2 sebesar 5,2 cm, kemudian diikuti perlakuan P1F1 sebesar 5,0 cm, kemudian diikuti perlakuan P3F2 sebesar 4,1 cm dan panjang terendah pada perlakuan P3F1 sebesar 4,0 cm.

Gambar 3. Pertambahan panjang rata-rata ikan lele

(47)

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh setiap perlakuan ekstrak nanas dan probiotik terhadap panjang ikan, maka dilanjutkan dengan uji ANOVA yang hasilnya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Analisis variansi terhadap panjang (cm) ikan lele dari hari ke 0 sampai hari ke 40 selama pemeliharaan

Sumber variansi df Sum of squares Mean square F Sig Ekstrak nanas 2 17,853 8,927 159,089 0,00**

Probiotik 1 1,389 1,389 24,752 0,00**

Ekstrak nanas*probiotik 2 1,364 0,682 12,158 0,01**

Total 5

** (Sangat berbeda nyata) (p≤ 0,05) * (Berbeda nyata) (p≤ 0,01) ns (Tidak berbeda nyata)

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai signifikan sumber variansi ekstrak nanas dan probiotik dan interaksi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa semua sumber variansi tersebut memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap panjang ikan.

Analisis Variansi (ANOVA) pertambahan panjang benih ikan lele dengan menggunakan SPSS yang dapat menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap pertambahan panjang benih ikan lele dapat dilihat pada Tabel 4.

(48)

Tabel 4. Hasil rata-rata dan standart error pada perlakuan ekstrak nanas dan probiotik pertumbuhan panjang (cm) ikan lele selama pemeliharaan.

Pertumbuhan panjang (cm) Perlakuan

H0 H10 H20 H30 H40 P1F1 8,500 b± 9,300 a± 10,500 a± 12,233 b± 13,533 b±

(0,115) (0,057) (0,057) (0,145) (0,145) P1F2 8,333c± 9,300 a± 10,366 a± 12,300 c± 13,566 b±

(0,202) (0,057) (0,088) (0,152) (0,120)

P2F1 8,400 b± 9,266 a± 10,633 c± 12,400 c± 14,233 b± (0,115) (0,088) (0,202) (0,208) (0,145)

P2F2 8,366 c± 9,500 b± 11,233 b± 13,233 b± 15,533 c± (0,185) (0,115) (0,145) (0,145) (0,176)

P3F1 8,233 b± 8,966 c± 10,233 b± 11,233 b± 12,233 b± (0,145) (0,185) (0,120) (0,145) (0,145)

P3F2 8,166 b± 9,366 a± 10,400 b± 11,300c± 12,300 b± (0,120) (0,088) (0,115) (0,152) (0,115)

a,b,c

: Perbedaan notasi huruf menyatakan bahwa adanya perbedaan yang signifikan Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa ekstrak nanas dengan dosis 1,5%/kg dan probiotik dosis 1,5 mL pada perlakuan P2F2 yang paling efektif meningkatkan panjang ikan adalah perlakuan P2F2 (karena memiliki nilai yang lebih besar).

Peningkatan berat ikan lele

Peningkatan berat ikan lele selama 40 hari pemeliharaan menunjukkan peningkatan berat rata-rata yang didapat dari setiap perlakuam terdapat peningkatan berat tertinggi yaitu pada perlakuan P2F2 sebesar 17,15 g, kemudian diikuti perlakuan P2F1 sebesar 15,10 g, kemudian diikuti perlakuan P1F2 sebesar 13,21 g, kemudian diikuti perlakuan P1F1 sebesar 12,26 g, kemudian diikuti perlakuan P3F2 sebesar 11,27 g, dan berat terendah pada perlakuan P3F1 sebesar 10,59 g, seperti pada Gambar 4.

(49)

Gambar 4. Peningkatan berat rata-rata ikan lele

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh setiap perlakuan ekstrak nanas dan probiotik terhadap bobot ikan, maka dilanjutkan dengan uji ANOVA, yang hasilnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Analisis variansi terhadap berat (g) ikan lele dari hari ke 0 sampai hari ke 40 selama pemeliharaan.

Sumber variansi df Sum of squares Mean square F Sig Ekstrak nanas 2 83,409 41,704 1082,13 0,00**

Probiotik 1 6,796 6,796 176,335 0,00**

Ekstrak nanas*probiotik 2 1,56 0,779 20,214 0,00**

Total 5

** (Sangat berbeda nyata) (p≤ 0,05) * (Berbeda nyata) (p≤ 0,01) ns(Tidak berbeda nyata)

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai signifikan sumber variansi ekstrak nanas, probiotik dan interaksi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa semua sumber variansi tersebut memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot ikan.

Gambar

Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran penelitian Kebutuhan ikan lele di pasar
Gambar 2. Ikan lele (Clarias batrachus)
Tabel 1. Kualitas air media hidup ikan lele    Parameter  Nilai yang dianjurkan
Gambar 3. Pertambahan panjang rata-rata ikan lele
+4

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang perlu dikaji adalah kurang berkembangnya wisata alam goa jika dibandingkan dengan wisata religi di Kabupaten Tuban. Karena jika dijangkau dari lokasi,

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan

Masalah-masalah yang dihadapi termasuklah: pengangguran dan tiada jaminan pekerjaan kerana permohonan permit kerja tidak dapat dilakukan; generasi kedua Rohingya yang dilahirkan

Berdasarkan kelayakan finansial usaha (Ekonomi) usaha penangkapan sondong ini juga layak untuk di kembangkan.Aalat tangkap sondong sudah dilarang di operasikan di

Post partum atau puerpurium (masa nifas) adalah masa penyesuaian fisik dan fisiologis tubuh kembali mendekati sebelum hamil.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak buah sirsak

Tujuan penelitian ini adalah (1)Mendekripsikan pola pekerjaan “urang kandang ” (2)Menganalisis pola ekonomi kekerabatan Minangkabau dan pemberdayaan pada usaha

Dalam penelitian ini terdapat hipotesis yang akan diuji, dengan menggunakan bantuan SPSS 20 yakni Tingkat pemahaman mahasiswa STAKN Kupang Semester V mengenai