SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Sidang Sarjana Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia
Eka Octaviana 44303024
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
iii ABSTRAK
Eka Octaviana 44303024. Peranan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dalam Penanganan. Bandung, Prodi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia 2011.
India memperoleh keuntungan tambahan dari sektor pariwisata yang menyumbang banyak kepada ekonomi India dengan meningkatkan pekerja seks terhadap anak dengan kajiannya anak sebagai pekerja prostitusi yang menghubungkan dengan bidang pariwisata yang dikenal dengan sebutan child sex tourism.
UNICEF sebagai salah satu Organisasi Internasional yang menangani masalah Hak Asasi Manusia khususnya Hak-hak Anak. UNICEF membantu pemerintah India dalam penanganan pekerja seks anak. UNICEF melaksanakan program-programnya, di antaranya adalah program child protection and children
rights. Berdasarkan masalah tersebut, dirumuskan masalah sebagai berikut
“Bagaimana peranan yang dilakukan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dalam penanganan pekerja seks anak di India?”
Sebagai acuan terhadap masalah penelitian, dikemukakan teori-teori dalam permis mayor dan minor. Adapun permis mayor yang digunakan adalah hubungan Internasional, pluralism, Kerjasama Internasional, Organisasi Internasional dan
Organized Crime. Sedangkan premis minornya adalah UNICEF dan prostitusi
anak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu menggambarkan masalah kemudian menganalisa permasalahan yang ada melalui data-data yang telah dikumpulkan kemudian diolah serta di susun dengan berlandaskan teori-teori dan konsep-konsep yang
digunakan, maka hipotesis yang diambil sebagai berikut “UNICEF berperan
melalui program Child Protection and children’s Rights dapat mengurangi
pekerja seks anak di India”.
Berdasarkan perolehan dan pengolahan data, dapat disimpulkan bahwa UNICEF kurang memberikan peranan dalam menjalankan program child
protection and children’s rights.
iv
International Relation, the School Sciences And Politics, the Indonesia computer University 2011.
India obtained the additional profit from the sector tourism that contributed many to Indian economics with the increase in the sex worker against the child by being made the child as the prostitution worker by him that connected with the tourism field that was know with term child sex tourism.
UNICEF as one of the International organization that handled the
problem of human rights especially the child’s rights. UNICEF helped the Indian government in the handling of the worker of the child’s sex, the child’s sex.
UNICEF carried out his program, including being the program child protection and the protection and children right. Was based on this problem, was formulated
by the problem as follows “how the role that was carried out United National
Childrens Found (UNICEF) in the handling” of the “worker of the child’s sex in
India?”.
As reference towards the problem of the research, was raised by theories
in the major’s premiss and minor. As for the major’s premiss that was used was
international relations. Pluralisme, The International co-operation, the International Organisation and Organized Crime. Whereas his minor premiss was
UNICEF and the child’s prostitution. The research method that was used in this
research was the descriptive method analytical, that is depicting the problem afterwards was processed as available problem thought the data that was gathered afterwards was processed as well as in compiled by being based on theories and the concepts that were used, then the hypothesis that was taken as
follows ”UNICEF played a role thought the child Protection program and
Children Right could reduce the worker of the child’s sex in India”.
Based n the receipt and data processing, could be concluded that UNICEF not all the gave the role in undertaking the program child protection, for children who became casualties of the sex worker.
The key word : the International Organisation of the Government, the Worker
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirabbil a’lamin dengan memanjatkan puji syukur kehadirat
Illahi Rabbi, atas segala rahmat, hidayah dan magfirahnya, akhirnya Penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Tidak lupa semoga salawat serta salam senantiasa
tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan
Sahabatnya.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Hubungan Internasional dijurusan Hubungan Internasional
Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung. Dengan keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan tersebut, peneliti tidak akan dapat menyelesaikan
tugas akhir ini tanpa peran serta pihak lain. Karena itu sudah sepantasnya peneliti
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Pembantu Rektor III Kemahasiswaan, Ibu Dr. Hj. Aelina Surya.
2. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs.,M.A, selaku Dekan
Fakultas Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Komputer
Indonesia.
3. Bapak Andrias Darmayadi, S.IP., M.Si, selaku Ketua Prodi Ilmu
Hubungan Internasional Universitas Komputer Indonesia.
4. Dosen pembimbing Ibu Yesi Marince, S.IP., M.Si. Terima kasih
banyak atas segala bantuan dan bimbingannya selama penyusunan
skripsi ini sehingga peneliti dapat menyelesaikannya.
5. Dosen-dosen tetap HI UNIKOM bapak Budi Mulyana, S.IP.,
vi
6. Kesekretariatan jurusan HI UNIKOM Dwi Endah Susanti, SE,
yang banyak membantu dalam hal penyelesaian kelengkapan
administrasi.
7. Bapak dan mamah terima kasih atas kasih saying dan doanya
selama ini, sehingga peneliti dapat menyelesaikannya.
8. Buat adik-adikku Kries Andieka, Abyan Fadhil. Terimakasih buat
doa dan support kalian.
9. Buat “BALIMOON” Theodorus Albertus, Jemmy Eclast, Indriani
Susanti, Oki Aditia, Martin Permana. Yang sudah support dan
doanya, yang sudah temenin aku maupun senang atau sedih. “We
Are Soulmate…”
10.Buat anak-anak kosan Bang Eko, Bang Dodi, Adit, Edi, Mira,
makasih udah support dan doanya.
11.Teman-teman HI angkatan 2003 Fransisca, Dadit, Endah, Nia,
Toar, Jaja, Irwan, Hendarsyah, Salman, Alied. Makasih buat
semuanya.
12.Buat Rizky Akbar, Elvin Oktavianus, Edo Aswara, Garry, Yogi,
Bobi. Makasih buat support dan doanya.
13.Terimakasih buat para “sang mantan” yang udah support dan
vii
14.Terimakasih buat tante aku “Ibu Tiri” yang suka marah-marah tapi
baik hati. Makasih atas support dan doanya.
15.Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikan skripsi
ini.
Bandung, Februari 2011
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Melihat perkembangan yang terjadi di dalam isu-isu kajian ilmu
Hubungan Internasional sekarang ini, masalah seputar politik dan keamanan (high
politic) mulai beralih ke masalah yang menyangkut lingkungan hidup,
permasalahan ekonomi, hak asasi manusia, dan juga buruh. Masalah mengenai
buruh atau ketenagakerjaan ini mulai menjadi masalah global karena banyak
masalah yang dihadapi oleh kaum buruh. Dari sekian banyak aspek kehidupan
manusia di atas, dirasakan bahwa masalah pekerja pada umumnya dan pekerja
anak pada khususnya perlu mendapat perhatian yang lebih mendalam. Dengan
pertimbangan bahwa memperkerjakan seorang anak yang masih berada dibawah
batas manusia minimum bekerja dapat diartikan sebagai salah satu bentuk
pelanggaran Hak Asasi Manusia. Dimana anak masih dibawah usia bekerja,
belum dapat memenuhi persyaratan untuk menjadi seorang pekerja baik secara
fisik maupun secara moral. Anak karena umumnya, baik laki-laki maupun
perempuan, dianggap belum mampu memberikan persetujuan secara sadar
terhadap berbagai hal yang dianggap membutuhkan pilihannya. Mereka
seharusnya belajar daripada bekerja, tetapi dalam kenyataan ekonomi dan
kebudayaan diberbagai bangsa didunia terutama di Asia menyarankan dan
2
Selain itu, saat ini banyak sekali anak-anak yang terlibat dalam jaringan
bisnis seksual komersial, yang berada disekitar publik, tetapi jenis kegiatannya
bersifat domestik. Isu-isu ini akan terangkat ke atas bukan oleh penderitaan
anak-anak itu didalam kamar-kamar dirumah pelacuran, tetapi biasanya lebih oleh
sindikasi dan modus operandi perdagangan anak-anak untuk keperluan itu,
lingkungan tidak dapat melakukan kontrol sosial terhadap hal ini karena dianggap
sebagai domestic affair yang tidak dapat di intervensi oleh pihak luar.
Terlibatnya anak-anak dalam jaringan bisnis seks komersial ini hampir
terjadi disetiap negara di dunia ini. Ternyata masalah ini belum cukup mendapat
perhatian dan penanganan yang serius dari negara yang bersangkutan.
Negara-negara di asia selatan, khususnya di india juga tidak luput dari masalah ini,
ternyata jaringan bisnis seks komersial anak-anak ini justru banyak terjadi di India
dalam segala bentuknya. Masalah jaringan bisnis seksual komersial anak-anak di
india seperti dibiarkan terus berkembang tanpa adanya usaha dari pemerintah
India untuk menyelesaikannya. Adapun organisasi yang di maksud adalah
UNICEF (United Nations Children’s Fund) yang merupakan organisasi yang
khususnya dalam membantu masalah anak-anak diseluruh dunia, baik itu yang
berkaitan dengan masalah anak-anak diseluruh dunia. Baik itu berkaitan dengan
masalah kesehatan, pendidikan, malnutrisi, dan juga masalah eksploitasi seksual
terhadap anak ini.
UNICEF memiliki keyakinan bahwa pembangunan dan perhatian terhadap
anak-anak adalah dasar dari pembanguna manusia itu sendiri. UNICEF di
bekerjasama khususnya dengan negara-negara di dunia ini untuk mengentaskan
kemiskinan, kekerasan, penyakit dan eksploitasi anak menjadi prioritas utama
untuk diselesaikan.
Sektor pariwisata menjadi tumpuan bagi pemulihan dan pembangunan
perekonomian selanjutnya. Perekonomian India memperoleh keuntungan
tambahan dari sektor pariwisata yang menyumbang banyak kepada ekonomi India
dengan meningkatnya eksploitasi seks terhadap anak dengan dijadikannya anak
sebagai pekerja prostitusi yang menghubungkan dengan bidang pariwisata yang
dikenal dengan sebutan child sex tourism (Pariwisata Seks Anak). Pekerja anak
merupakan suatu kenyataan hidup yang terjadi diberbagai belahan dunia. Akan
tetapi definisi dari pariwisata, adalah sebagai kegiatan bepergian keluar dari
daerah tempat tinggalnya ke suatu tempat yang jaraknya cukup jauh dan melewati
suatu batas Negara dengan tujuan mencari ketenangan dan liburan.
Terdapat berbagai macam faktor mendukung meningkatnya jumlah
pekerja seks anak di India, tetapi yang paling utama adalah faktor budaya dan
pembangunan perekonomiannya. Pembangunan perekonomian India yang
sekarang ini berorientasi pada sektor pariwisata. Dimana hal tersebut mendorong
pertumbuhan pekerja seks anak di India. Karena, kebanyakan wisatawan yang
datang ke India adalah laki-laki yang datang dengan satu tujuan yaitu seks,
termasuk didalamnya adalah phedofilia (Pelaku seksual yang berorientasi pada
anak-anak dibawah usia 18 tahun).
Terlibatnya anak-anak dalam jaringan bisnis seksual komersial ini hampir
4
tidak luput dari masalah ini. Ternyata jaringan bisnis seksual komersial anak-anak
ini justru banyak terjadi di India dalam segala bentuknya. Masalah jaringan
bisnins seksual komersial anak-anak ini bukan merupakan masalah yang
tersembunyi di India. Justru sudah menjadi suatu hal yang bersifat umum.
Bahkan, masalah jaringan bisnis seksual komersial anak-anak India seperti di
biarkan terus berkembang tanpa ada usaha dari pemerintah India untuk
menyelesaikannya.
Adanya anggapan bahwa di India mempunyai seorang anak perempuan
dianggap berkah yang tak ternilai harganya, karena anak perempuan mereka dapat
mengangkat kondisi perekonomian keluarga mereka, walaupun anak
perempuannya tersebut harus bekerja sebagai pekerja seks. Mereka tidak peduli
dengan konsekuensi yang harus diterima oleh anak mereka yang bekerja sebagai
pekerja seks. Ini merupakan lingkaran yang seolah-olah mendukung para
phedofilia melakukan tindakan yang sangat tidak terpuji.
UNICEF adalah sebuah organisasi internasional yang bernaung dibawah
bendera PBB yang menangani masalah seputar kehidupan anak-anak. Tujuan
yang paling utama dari UNICEF adalah menjungjung tinggi hak asasi manusia
khususnya hak anak-anak dan mengatur serta memelihara jalannya pendidikan
dan kesejahteraan anak-anak didunia maka UNICEF membantu menangani
permasalahan yang ada di negara India dalam masalah eksploitasi seks komersial
terhadap anak.
Ada beberapa program-program penting dan mendasar yang dilakukan
1. Membuat suatu kebijakan-kebijakan dan solusi-solusi alternative untuk
membantu mengatasi masalah-masalah yang menimpa anak-anak,
khususnya berkaitan dengan bantuan advokasi
2. Memberikan nasehat-nasehat dan bantuan sebagai bentuk dan
implementasi pelayanan UNICEF
3. Mendukung pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh agen-agen nasional
suatu Negara
4. Mendukung proyek-proyek percobaan yang berkaitan dengan perluasan
program-program UNICEF
5. Bekerjasama untuk membuat proyek yang berskala lebih besar
6. Bekerja sama dengan badan-badan bantuan internasional.
Syarat suatu organisasi dapat dikatakan sebagai Organisasi Internasional
yaitu:
a. Mempunyai organ permanent.
b. Obyeknya harus untuk kepentingan semua orang atau Negara, bukan untuk
mencari keuntungan.
c. Keanggotaannya terbuka untuk setiap individu atau kelompok dari setiap
Negara. (Bowet D.W. 1985:19)
UNICEF bergabung dengan negara India pada tahun 1949, salah satu
program UNICEF di India di fokuskan pada child health and nutrition. Sebagai
contoh UNICEF menyediakan air minum dan menjaga kesehatan di daerah
pedesaan untuk memperbaiki gizi anak melalui pemberian susu kedelai dan garam
6
Program UNICEF India, UNICEF telah bekerja di India sejak tahun 1949.
Organisasi PBB terbesar di negeri ini. UNICEF berkomitmen penuh untuk bekerja
sama dengan Pemerintah India untuk memastikan bahwa setiap anak yang lahir di
negara yang sangat luas dan kompleks mendapatkan awal yang terbaik dalam
hidup, berkembang dan untuk mengembangkan potensi penuh nya.
Tantangannya adalah besar tetapi juga ditempatkan UNICEF untuk
memenuhi kebutuhan itu. Organisasi menggunakan kualitas penelitian dan data
untuk memahami masalah, menerapkan intervensi baru dan inovatif yang
menjawab situasi anak-anak, dan bekerja dengan para mitra untuk membawa
mereka inovasi untuk fruitition.
UNICEF menggunakan pengetahuan di tingkat masyarakat untuk
mengembangkan intervensi yang inovatif untuk memastikan bahwa perempuan
dan anak-anak dapat mengakses layanan dasar seperti air bersih, pengunjung
kesehatan dan fasilitas pendidikan, dan bahwa layanan ini berkualitas tinggi. Pada
saat yang sama, UNICEF menjangkau langsung ke keluarga untuk membantu
mereka untuk memahami apa yang harus mereka lakukan untuk memastikan
anak-anak mereka berkembang.Adapun program UNICEF di India yaitu:
1. Program Kesehatan
Kesehatan Ibu
Kesehatan Anak
2. Program Nutrisi
Gizi Ibu dan Anak
Fertifikasi tepung terigu
Garam beryodium
3. Pendidikan
Manajemen berbasis sekolah
Kampanye pendidikan dasar
Life skills education
4. Perlindungan Anak
Perundang-undangan
Pencacatan kelahiran
Perlindungan Hukum
Peningkatan kapasitas institusi
Memerangi, seperti eksploitasi seksual komersial pada anak dan
pekerja anak.
UNICEF bekerja di India untuk melindungi hak-hak semua anak di India,
ini berarti hak untuk setiap anak yang tinggal di India. Langkah UNICEF dalam
membahas pekerja seks anak di India, UNICEF mengkategorikan masalah
prostitusi anak sebagai masalah yang berhubungan dengan perlindungan anak
(child protection), dan mempertegas Hak Asasi seorang anak (children rights).
Oleh karena itu program bantuan yang diberikan oleh UNICEF berkaitan erat
dengan Hak Anak, Program Perlindungan Anak, Pekerja Anak, dan apa yang
diberikan dan dikerjakan oleh UNICEF pada dasarnya disesuaikan dengan
8
secara garis besar program yang diberikan oleh UNICEF hampir sama dengan
program bantuan di Negara lainnya.
Di India, anak-anak terpapar kerentanan dan pelanggaran hak-hak
perlindungan mereka tetap menyebar dan banyak di alam. Manifestasi
pelanggaran ini adalah berbagai, berkisar dari kerja anak, anak
memperdagangkan, sampai eksploitasi seksual yang komersial dan banyak bentuk
lain kekerasan dan penyalahgunaan. Manifestasi dari pelanggaran ini beragam,
mulai dari buruh anak, perdagangan anak, eksploitasi seksual komersial dan
banyak bentuk-bentuk dibohongi kekerasan dan pelecehan. Dengan 12,6 juta anak
yang diperkirakan dilibatkan di pekerjaan berbahaya, untuk kejadian, India
mempunyai jumlah yang paling besar anak labourers di bawah umur sebanyak 14
pada dunia. Dengan perkiraan 12.6 juta anak-anak terlibat dalam pekerjaan
berbahaya, misalnya, India memiliki jumlah terbesar pekerja anak di bawah usia
14 tahun di dunia. Walaupun kemiskinan sering disebutkan sebagai sebab yang
mendasari kerja anak, faktor lain seperti diskriminasi, tidak diikutkannya sosial,
serta kekurangan pendidikan mutu atau orang-tua yang sudah ada sikap dan
persepsi tentang anak. Perdagangan anak-anak juga terus menjadi masalah serius
di India. Sifat dan jangkauan memperdagangkan jajaran dari kerja industri dan
rumah tangga, sampai perkawinan awal yang paksa dan eksploitasi seksual yang
komersial. Sifat dan ruang lingkup berkisar dari industri perdagangan dan tenaga
kerja dalam negeri, untuk memaksa awal pernikahan dan eksploitasi seksual
komersial. Ada studi menunjukkan bahwa di atas 40 persen dari wanita
umur sebanyak 18 tahun. Studi yang ada menunjukkan bahwa lebih dari 40 persen
perempuan pekerja seks masuk ke dalam prostitusi sebelum usia 18 tahun. Selain
itu, bagi anak yang sudah diperdagangkan dan diselamatkan, kesempatan untuk
rehabilitasi tetap jarang dan re-integrasi proses sukar. Selain itu, untuk anak-anak
yang telah diperdagangkan dan diselamatkan, kesempatan untuk rehabilitasi tetap
langka dan proses re-integrasi sulit.
Data Sementara yang sistematis dan informasi tentang masalah-masalah
perlindungan anak masih tidak selalu tersedia, bukti menunjukkan bahwa
anak-anak membutuhkan perlindungan khusus milik masyarakat yang menderita
kerugian dan pengucilan sosial seperti dijadwalkan gips dan suku, dan miskin.
Kekurangan servis yang ada, serta celah yang berkanjang di pelaksanaan hukum
dan di siasat rehabilitasi juga merupakan sebab utama keprihatinan. Kurangnya
layanan yang tersedia, serta kesenjangan bertahan dalam penegakan hukum dan
dalam skema rehabilitasi juga merupakan penyebab utama keprihatinan.
Anak-anak memiliki hak untuk kebebasan berekspresi, untuk membentuk
dan bergabung asosiasi dan mencari dan menerima informasi yang tepat. Hak-hak
ini seharusnya memberdayakan anak-anak untuk membawa tentang perubahan
dalam hidup mereka sendiri, untuk membangun masa depan yang lebih baik.
(http://www.unicef.org/india/children_2360.htm(08 april 2010))
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
meneliti masalah tersebut dan memilih Organisasi Internasional sebagai bahan
seminar ujian penelitian dengan tema pokok UNICEF sebagai bahan penulisan.
10
“Peranan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dalam penanganan
pekerja seks komersial anak di India”
Pembahasan dalam penelitian ini berdasarkan beberapa mata kuliah terkait
dalam program studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Komputer Indonesia. Yaitu:
1. Hubungan Internasional, mata kuliah ini berisi kajian tentang hubungan
interaksi antar aktor satu dengan aktor lain dimana hubungan internasional
tidak hanya pada negara saja tetapi kerjasama dengan organisasi seperti
UNICEF juga dapat menjadi aktor dalam hubungan internasional.
2. Organisasi dan Administrasi Internasional, mata kuliah ini di pakai untuk
menganalisa UNICEF sebagai salah satu organisasi internasional yang di
dalamnya termasuk struktur dan fungsi organisasi internasional maupun
perannya dalam menangani prostitusi anak di India.
3. Organized Crime, mata kuliah ini digunakan untuk menjelaskan adanya
situasi kejahatan yang berkisar kepada peranan hubungan individu dan
masyarakat, terlepas dari peranan hubungan antara negara dan
masyarakatnya. Terjadinya prostitusi anak merupakan penyimpangan
tingkah laku yang disebabkan kondisi ekonomi dalam masyarakat.
4. Isu-Isu Global, mata kuliah ini digunakan untuk menjelaskan mengenai
isu-isu global yang terjadi saat ini, termasuk salah satunya isu Hak Asasi
Manusia (HAM) yang mana didalamnya juga terdapat hak perlindungan
terhadap prostitusi anak yang saat ini telah menjadi suatu fenomena di
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
mengidentifikasikan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kondisi dan penanganan pekerja seks komersial anak oleh
pemerintahan India?
2. Program-program apakah yang menjadi prioritas UNICEF dalam
penanganan pekerja seks komersial anak di India?
3. Kendala-kendala apakah yang dihadapi UNICEF dalam penanganan
pekerja seks komersial anak di India?
4. Bagaimana tingkat keberhasilan program UNICEF child protection dan children’s rights dalam penanganan pekerja seks komersial anak di India?
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah
Berkaitan dengan peranan UNICEF dalam penanganan masalah pekerja
seks komersial anak di India ini, maka penulis akan membatasi masalah tersebut,
yaitu dengan melakukan pembatasan tempat, dimana yang menjadi obyek
penelitian penulis disini hanya salah satu kota di India, bombaylah yang memiliki
red light area terbanyak dalam kasus pekerja seks komersial anak ini. yaitu akan
dibicarakan disini hanya mengenai masalah peranan UNICEF dalam penanganan
masalah pekerja seks komersial anak di India dari tahun 2001 sampai dengan
2004 pembatasan tahun ini berkaitan dengan program Master Plan of Operation
yang merupakan program kerjasama UNICEF dengan pemerintah India dan
12
Selain itu, penulis memilih topik pekerja seks komersial anak ini bukan lagi
masalah tersembunyi di India, tapi sudah diketahui publik.
1.3.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut diatas,
maka penulis mengajukan perumusan masalah penelitian ini adalah
“Bagaimana peranan yang dilakukan United Nations Children’s Fund
(UNICEF) dalam penanganan pekerja seks komersial anak di India?”.
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimanakah kondisi dan penanganan pekerja seks
komersial anak di India
b. Untuk menggambarkan dan menganalisa peranan UNICEF dalam
penanganan pekerja seks komersial anak di India.
c. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi UNICEF
dalam penanganan pekerja seks anak di India
d. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program UNICEF dalam
penanganan pekerja seks komersial anak di India
1.4.2 Kegunaan Penelitian
1.4.2.1Kegunaan Teoritis
Dalam penelitian secara teoritis ini diharapkan sebagai bahan tambahan
informasi dan pembelajaran bagi para penstudi masalah-masalah internasional
berguna juga bagi peneliti sendiri untuk menambah informasi dan pengetahuan
Hubungan Internasional.
1.4.2.2Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah data-data empiris bagi para
penstudi Hubungan Internasional yang berminat untuk melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai peranan UNICEF dalam mengatasi masalah pekerja seks
komersial anak di India.
1.5 Kerangka Pemikiran,Hipotesis dan Definisi Operasional
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Pada umumnya studi Hubungan Internasional merupakan suatu pola
hubungan atau interaksi antar aktor yang melintasi suatu batas negara. Hubungan
internasional juga berkaitan dengan politik, sosial, ekonomi, budaya dan interaksi
lainnya di antara state actor dan non state actor.
Menurut Mc. Clelland, dalam Perwita, mendefinisikan bahwa Hubungan
Internasional sebagai berikut:
“Hubungan Internasional sebagai studi tentang interaksi antara jenis-jenis
kesatuan-kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan-keadaan
relevan yang mengelilingi interaksi.”
(2004 : 4)
Kerjasama yang dibentuk tersebut, diharapkan dapat menjadi salahsatu
14
merupakan perwujudan kondisi masyarakat yang saling tergantung satu sama lain,
seperti yang dikatakan oleh Koesnadi Kartasasmita bahwa:
“Kerjasama Internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat
adanya hubungan interdependensi dan bertambahnya kehidupan manusia
dalam masyarakat Internasional.” (Koesnadi Kartasasmita 1997:19)
Hal ini seperti yang telah dikemukakan oleh Bowett, dimana:
“Tidak ada suatu batasan mengenai organisasi internasional yang dapat
diterima secara umum. Pada umumnya, bagaimanapun juga organisasi ini adalah organisasi permanent (misalnya, dibidang postel atau administrasi kereta api), yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional yang kebanyakan merupakan perjanjian multilateral daripada perjanjian bilateral
dan dengan tujuan tertentu.” (Bowett, 1985:3)
Menurut Starke dalam bukunya “An Introduction to International Law”
juga tidak memberikan batasan yang khusus mengenai pengertian organisasi
internasional. Ia hanya membandingkan fungsi, hak, dan kewajiban serta
wewenang berbagai organ lembaga internasional dengan negara yang modern.
Pada awalnya seperti fungsi suatu negara moderns mempunyai hak, kewajiban, dan kekuasaan yang dimiliki beserta alat perlengkapannya, semua itu diatur oleh hukum nasional yang dinamakan hokum konstitusi negara sehingga dengan demikian organisasi internasional sama halnya dengan alat perlengkapan negara modern yang diatur oleh hukum konstitusi internasional. (Starke 1986: 3-4)
UNICEF (United Nation Children’s Fund) termasuk dalam IGO yang
terbentuk pada tanggal 11 Desember 1946 untuk melindungi jiwa anak-anak dan
mengatur segala hal mengenai kesejahteraan anak-anak di dunia dan bernaung di
bawah PBB serta bermarkas besar di New York, melihat kenyataan dan tindakan
pelanggaran Hak Asasi Manusia, khususnya hak anak dan hal tersebut harus
secepat mungkin ditekan agar kelangsungan hidup anak-anak di India dapat
berjalan sebagaimana mestinya anak-anak di dunia.
Peranan UNICEF terhadap pekerja seks anak di India sangat membantu
bagi pemerintah India dalam mengatasi pekerja seks anak, pengaruh UNICEF
secara nyata memberi dukungan kepada kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
India terhadap kelangsungan hidup anak-anak.
Berdasarkan materi hukum yang tercakup ke dalam 54 Pasal Konvensi
Hak Anak, dapat dikualifikasikan beberapa isi konvensi, yaitu :
Penegasan Hak-hak Anak.
Perlindungan Anak oleh Negara.
Peran serta berbagai pihak (pemerintah, masyarakat dan swasta) dalam
menjamin penghormatan terhadap Hak-hak Anak (Hadisuprapto,
1996:35).
Program UNICEF child protection, membangun lingkungan pelindung yaitu adanya jutaan anak-anak di seluruh dunia mengalami kekerasan,
eksploitasi dan pelecehan termasuk bentuk-bentuk terburuk pekerja anak di
masyarakat, sekolah dan lembaga, konflik bersenjata selama, dan praktek-praktek
berbahaya seperti mutilasi genital perempuan atau pemotongan dan perkawinan
anak. Jutaan lebih, belum korban, juga tetap tanpa perlindungan yang memadai.
Melindungi anak dari kekerasan, eksploitasi dan pelecehan merupakan
komponen yang tidak terpisahkan dari melindungi hak-hak mereka untuk
16
Komitmen melindungi anak-anak kami digaris bawahi dalam rencana strategis
Jangka Menengah dan Strategi Perlindungan Anak. Kami menggambar pada kami
Core Komitmen Perusahaan, yang Konvensi Hak Anak, yang Deklarasi Milenium, dan berbagai perjanjian internasional Hak Asasi Manusia sebagai dasar
untuk respon kami.
Program children right untuk mencegah dan menanggapi kekerasan,
eksploitasi dan pelecehan terhadap anak-anak termasuk eksploitasi seksual
komersial, perdagangan, pekerja anak dan praktek-praktek tradisional yang
merugikan, seperti perkawinan anak. Perlindungan anak juga menargetkan unik
anak-anak yang rentan terhadap pelanggaran tersebut, seperti ketika hidup tanpa
pengasuhan, bertentangan dengan hukum dan dalam konflik bersenjata
pelanggaran terhadap hak anak untuk perlindungan terjadi di setiap negara dan
besar, di bawah diakui dan tidak dilaporkan hambatan untuk kelangsungan hidup
dan perkembangan anak, selain pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Perlindungan anak merupakan masalah di setiap negara dan prioritas tinggi
untuk UNICEF. Bawah Konvensi tentang Hak-hak Anak dan Perjanjian
Internasional lainnya, semua anak mempunyai hak untuk dilindungi dari bahaya.
Kegiatan UNICEF dipandu oleh kerangka normatif internasional yang ada
terhadap Hak-hak anak, serta keputusan dan kebijakan Perserikatan
Bangsa-Bangsa sepakat dalam Badan-badan antar pemerintah.
Organize crime adalah bentuk kejahatan yang terselubung dan terorganisir,
kriminologi yang memandang bahwa Negara (kekuasaan) adalah penyebab dari
masyarakat yang dikenal sebagai kriminologi kritis, ini merupakan perkembangan
studi kejahatan yang berkisar kepada peranan hubungan individu dan masyarakat,
terlepas dari peranan hubungan antara negara dan masyarakatnya. (Atmasasmita,
1992: 3)
1.5.2 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah
dijelaskan diatas, maka penulis mengambil hipotesis sebagai berikut :
“UNICEF berperan melalui program Child Protection dan Children Rights dapat mengurangi pekerja seks komersial anak di India”.
1.5.3 Definisi Operasional
Dan adanya definisi operasional yang ada didalam hipotesis dengan
menggunakan variabel yaitu:
1. UNICEF merupakan sebuah Organisasi Internasional yang bernaung
dibawah PBB dibentuk pada tanggal 11 Desember 1949 untuk menangani
masalah kehidupan anak-anak dan hak-hak anak yang ada di dunia.
Program UNICEF yang ada di India untuk masa depan anak-anak di India.
2. Child Protection, merupakan suatu program yang dijalankan oleh UNICEF
untuk melindungi anak-anak dari pekerja seks komersial yang ada di India.
Maka anak-anak berhak mendapatkan perlindungan dari UNICEF.
3. Children’s Rights, merupakan suatu program yang dijalankan oleh
UNICEF untuk meningkatkan kelangsungan hidup bagi anak-anak dari
18
1.6 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.6.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam peneliti ini adalah metode deskriptif
analitis, yaitu menggambarkan masalah kemudian menganalisa permasalahan
yang ada melalui data-data yang telah dikumpulkan kemudian diolah serta di
susun dengan berlandaskan pada teori-teori dan konsep-konsep yang
dipergunakan. Dan bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai gejala
itu dengan maksud untuk merumuskan masalah secara terperinci atau
mengembangkan hipotesis.
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk menghimpun
data, info, atau fakta yang berhubungan dan relevan dengan masalah yang hendak
diteliti. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisa data sekunder yaitu
dengan penelusuran literatur atau data-data dan berbagai informasi dengan
berbagai macam materi melalui studi kepustakaan dan penelusuran data melalui
internet.
Teknik pengumpulan data melalui studi dokumen atau kepustakaan, yakni
bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-
macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya berupa:
buku-buku, majalah, naskah-naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen, dan
lain-lain. Pada hakekatnya, data yang diperoleh dengan jalan penelitian
perpustakaan tersebut dijadikan fondasi dasar dan alat utama bagi praktek
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.7.1 Lokasi Penelitian
1. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM ) Bandung.
Jl. Dipati Ukur 112 Bandung.
2. Perpustakaan Universitas Parahyangan (UNPAR ) Bandung.
Jl. Ciumbuleuit Bandung.
3. Perpustakaan Universitas Pasundan (UNPAS ) Bandung.
Jl. Lengkong Besar 68 Bandung.
4. Gedung UNICEF Wisma Metropolitan II, lantai 10, 11 & 12
Jalan Jenderal Sudirman kavling 31, Jakarta 12920
5. Kedutaan India Jl. H.R. Rasuna Said, S-1, Kuningan, Jakarta 12950
1.7.2 Waktu Penelitian
TABEL 1.1 WAKTU PENELITIAN No
Waktu
Kegiatan
Oktober 2010
November 2010
Desember 2010
Januari 2011
20
1.8 Sistematika Penelitian
Penulisan terdiri dari lima bab, setiap bab terdiri dari sub bab yang
disesuaikan dengan pembahasan yang dilakukan. Sistematika penulisan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Awal pembahasan dalam penelitian ini, dimulai dari : Latar Belakang
Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, dan Perumusan Masalah.
Pada bagian selanjutnya peneliti akan membahas mengenai Tujuan dan Kegunaan
Penelitian yang akan diikuti dengan kerangka pemikiran (teori-teori yang
digunakan dalam penelitian ini). Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan
Data, serta lokasi dan Lama Penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini, penulis akan membahas gambaran tentang penjelasan teori teori dan
konsep-konsep yang berkaitan dengan penyebab terjadinya pekerja seks komersial
anak di India.
Bab III Obyek Penelitian
Penulis berusaha mendeskripsikan Latar Belakang, Fungsi, Tujuan
dibentuknya organisasi tersebut, serta program yang dijalankan oleh UNICEF dari
cara kerja sampai pada pelaksanaan program perlindungan anak.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam penulisan ini, penulis membahas peranan UNICEF sebagai aktor
kaum anak-anak. Sebagai aktor penting UNICEF dalam menangani pekerja seks
komersial anak di India melakukan kerjasama dengan lembaga sosial yang ada di
India.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Merupakan bab yang berisikan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
22 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Hubungan Internasional
Hubungan Internasional menurut Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad
Yani Hubungan Internasional, adalah cabang dari Ilmu Politik, merupakan suatu
studi tentang persoalan-persoalan luar negeri dan isu-isu global di antara
negara-negara dalam Sistem Internasional, termasuk peran negara-negara-negara-negara,
organisasi-organisasi antar-pemerintah, organisasi-organisasi-organisasi-organisasi non-pemerintah atau lembaga
swadaya masyarakat, dan perusahaan-perusahaan multinasional. (2005:47-50)
Konsep hubungan internasional berkaitan erat dengan subjek-subjek,
seperti organisasi internasional, diplomasi, hukum internasional, dan politik
internasional. Organisasi-organisasi seperti Persatuan Bangsa-bangsa (PBB),
Perkumpulan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), Organisasi perdangangan
dunia (WTO), dan sebagianya berperan besar untuk menjembatani kepentingan
berbagai Negara.
Menurut Mas’oed pada tahun 1920-an sampai 1930-an, studi Hubungan
Internasional berjalan menurut tiga jalur, yaitu :
1. Hubungan Internasional dipelajari melalui penelaahan kejadian-kejadian yang sedang jadi berita utama dan dari bahan itu dicoba dibuat semacam pola umum kejadian.
2. Hubungan Internasional dipelajari melalui studi tentang Organisasi Internasional.
Pada tahun 1980-an, pola Hubungan Internasional masih bersifat state
centric (dalam arti masih bipolar), tetapi muncul kekuatan-kekuatan sub groups
yang mengemuka. Studi Hubungan Internasional adalah interaksi yang terjadi
antara negara-negara yang berdaulat di dunia, juga merupakan studi tentang actor
bukan negara yang perilakunya mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsa.
Hubungan Internasional mengacu pada segala aspek bentuk interaksi.
Kemudian pada tahun 1990-an, runtuhnya Uni Soviet sebagai Negara
komunis utama telah memunculkan corak perkembangan ilmu Hubungan
Internasional yang khas. Menurut Perwita dan M. Yani, Berakhirnya Perang
Dingin telah mengakhiri semangat sistem internasional bipolar dan berubah pada
multipolar atau secara khusus telah mengalihkan persaingan yang bernuansa
militer ke arah persaingan atau konflik kepentingan ekonomi di antara
negara-negara di dunia ini. (2005: 2-5).
Pengertian Ilmu Hubungan Internasional menurut Mc. Clelland, adalah :
“Studi tentang interaksi antara jenis-jenis kesatuan sosial tertentu,
termasuk studi tentang keadaan-keadaan relevan yang mengelilingi
interaksi” (1986:27).
Dalam Hubungan Internasional ini merupakan salah satu sejalan dengan
perkembangan waktu dan ilmu pengetahuan, ruang lingkup HI pun berkembang.
Pada awalnya, para pemikir yang tertarik pada masalah-masalah internasional,
memfokuskan kajiannya hanya pada interaksi antar negara dan
fenomena-fenomena militer (keamanan). Hubungan internasional bukan hanya mencakup
24
meliputi berbagai transaksi ekonomi dan perdagangan, strategi atau penggunaan
kekuatan militer, serta langkah diplomasi yang dilakukan oleh
pemerintah-pemerintah maupun pemerintah-pemerintah.
Sepanjang menyangkut aspek internasional adalah bidang hubungan
internasional dengan kemungkinan dengan ekonomi, hukum, komunikasi, politik,
dan lainnya. Demikian juga untuk menelaah Hubungan Internasional dapat
meminjam dan menerapkan konsep-konsep sosiologi, psikologi, bahkan
matematika untuk diterapkan dalam kajian hubungan internasional.
2 .2Paradigma Pluralis (Pluralism)
Paradigma bisa diartikan sebagai aliran pemikiran yang memiliki
kesamaan asumsi dasar tentang suatu bidang studi, termasuk kesepakatan tentang
kerangka konseptual, petunjuk metodelogis dan teknik analisis. Paradigma
berfungsi untuk menentukan masalah-masalah mana yang penting untuk diteliti,
menunjukkan cara bagaimana masalah itu harus di konseptualisasikan, metode
apa yang cocok untuk penelitian dan bagaimana cara menginterpretasikan hasil
penelitian. Selain itu, menurut Mas’oed paradigma juga berfungsi untuk
menentukan batas-batas ruang lingkup suatu disiplin atau kegiatan keilmuan dan
menetapkan ukuran untuk menilai keberhasilan disiplin tersebut. (1990: 8)
Salah satu pandangan dalam Hubungan Internasional adalah pandangan
pluralisme, yang menyatakan bahwa Hubungan Internasional tidak hanya terbatas
dan kelompok kepentingan dimana negara tidak selalu sebagai aktor utama.
Paradigma pluralisme mempunyai 4 asumsi yaitu:
1. Aktor-aktor non-negara adalah entitas penting dalam Hubungan Internasional yang tidak dapat diabaikan, contohnya Organisasi Intrenaisonal baik yang pemerintahan maupun non-pemerintahan, actor tansnasional (MNCs), kelompok-kelompok bahkan individu.
2. Negara bukanlah aktor Unitarian, melainkan ada aktor-aktor lainnya yaitu individu-individu, kelompok kepentingan dan para birokrat.
3. Menentang asumsi realis yang menyatakan negara sebagai aktor rasional, dimana pluralis menganggap pengambilan keputusan oleh suatu Negara tidak selalu didasarkan pada pertimbangan yang rasional, akan tetapi demi kepentingan-kepentingan tertentu.
4. Agenda dalam Politik Internasional adalah luas, pluralis menolak bahwa ide Politik Internasional sering didominasi oleh dengan militer. Agenda Politik Luar Negeri saat ini sudah berkembang dan militer bukanlah satu-satunya hal yang paling utama, tetapi ada hal-hal utama lain didalam Hubungan Internasional seperti ekonomi dan sosial (Viotti dan Kauppi, 1990: 215).
Berdasarkan asumsi pluralisme, maka dalam perkembangan Hubungan
Internasional semakin merebaknya isu-isu global yang terus merebak adalah
pembangunan di Negara-negara berkembang, kegagalan pembangunan yang
memunculkan kemiskinan, serta masalah-masalah yang kemudian timbul akibat
semakin banyaknya masyarakat yang hidup dalam kemiskinan.
2.2.1 Kerjasama Internasional
Kerjasama yang dibentuk diharapkan dapat menciptakan suatu stabilitas
yang dapat menunjang kepentingan nasional masing-masing negara dan sekaligus
dapat meredakan permasalahan yang sedang terjadi.
26
“Kerjasama Internasional merupakan akibat dari adanya
Hubungan Internasional dan karena bertambah kompleksnya
kehidupan manusia didalam masyarakat internasional”. (1997: 9)
Pada masa sekarang ini tidak salah satu negara yang sanggup memenuhi
kebutuhannya sendiri. Untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya, suatu
negara harus melakukan interaksi dengan negara lain atau aktor lain. Tanpa
melakukan interaksi, maka negara akan sulit untuk mencapai dan memenuhi
kepentingan nasionalnya. Suatu negara mengadakan interaksi dengan negara lain
karena ingin mencapai tujuan nasionalnya ke arah luar batas negaranya.
Kerjasama yang dibentuk tersebut, diharapkan dapat menjadi salah satu usaha
negara-negara untuk menyelaraskan kepentingan yang sama dan juga merupakan
perwujudan kondisi masyarakat yang saling tergantung satu sama lain, seperti
yang dikatakan oleh Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr., dalam May T.
Rudy, bahwa:
“Pengaturan bentuk kerja sama internasional yang melembaga antara
negara-negara, umumnya berlandaskan suatu perjanjian dasar, untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberi manfaat timbal-balik yang dijawantahkan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf
secara berkala.” (1998: 2)
2.2.2 Organisasi Internasional
Organisasi internasional adalah suatu bentuk dari gabungan beberapa
negara atau bentuk unit fungsi yang memiliki tujuan bersama mencapai
persetujuan yg juga merupakan isi dari perjanjian. UNICEF merupakan sebuah
beranggotakan pemerintah atau non pemerintah menurut William, dapat
didefinisikan sebagai:
“Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara dengan didasari pada struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada negara
yang berbeda”. (1992: 195-197)
Hubungan Internasional yang terjalin semakin berkembang, tidak hanya
melibatkan Negara sebagai aktor utama tetapi juga individu, kelompok, organisasi
internasional dan lain-lain.
Fungsi Organisasi Internasional sebagai:
1. National Interest articulation and aggregation: Organisasi juga menjalankan mekanisme alokasi nilai-nilai dan sumber-sumber daya yang dimiliki yang lebih banyak disandarkan pada perjanjian-perjanjian yang dihasilkan melalui perundingan oleh masing-masing negara anggota. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa organisasi internasional berfungsi sebagai instrument bagi negara untuk mengartikulasikan kepentingannya sendiri.
2. Norms: Terdiri dari norma-norma seperti penetapan, nilai-nilai, atau
prinsip-prinsip non diskriminasi, perdagangan bebas, mendelegitimasikan kolonialisme barat, mendorong pelucutan dan pengendalian senjata, dan lain-lain.
3. Rekruitmen: Merekrut partisipan baru ke dalam sistem internasional
dengan menyatukan kelompok dan individu untuk tujuan yang sama, mendukung pemerintah, mempromosikan aktivitas perdagangan, menyebarkan kepentingan komersial atau kepercayaan religius.
4. Sosialisasi: Bertujuan untuk menanamkan kesetiaan seseorang dalam sistem dimana dia tinggal atau untuk memperoleh penerimaan dari sistem itu dan institusinya.
5. Pembuatan Keputusan: Kebanyakan Organisasi Internasional mendasarkan pembuatan keputusan (menurut Paul Thurman) mereka seperti:
a. Pembuatan keputusan di formulasikan berdasarkan suara bulat atau mendekati dari konsensus anggota.
28
c. Walaupun dibatasi kenggotaan Negara dapat menyatakan hak untuk mengartikan peraturan unilateral yang di ijinkan.
d. Struktur birokratik eksekutif dari organisasi sedikit atau tidak memiliki kekuasaan untuk memformulasikan peraturan.
e. Delegasi organisasi badan pembuatan keputusan diatur oleh pemerintah mereka dan tidak bertindak sebagai perwakilan bebas. f. Organisasi internasional tidak memiliki hubungan langsung
dengan penduduk Negara anggota.
6. Penerapan keputusan: Dalam sistem politik Dalam Negeri penerapan keputusan dijalankan oleh sebagian besar agensi pemerintah dan dalam ekstremis oleh polisi, militer, dan pasukan bersenjata. Dalam sistem politik internasional, penerapan keputusan ditinggalkan sebagian besar Negara yang berkuasa karena tidak ada kewenangan dunia pusat dengan agen-agen untuk menjalankan bagian itu.
7. Pengawasan keputusan: Dibawa oleh kehakiman-pengadilan hukum, panel arbitrasi, pengadilan dan sebagainya. Tujuan utamanya untuk memperjelas keberadaan hukum dan institusi pengadilan yang tidak dilibatkan dalam proses politik pembuatan keputusan.
8. Informasi: Melalui peranan organisasi internasional sebagai forum dimana para anggota dapat saling bertemu dan bertukar pendapat dan para aktor memperkenalkan ide mereka mengenai informasi.
9. Pelaksanaan: Dapat berupa banking, pelayanan bantuan, pelayanan pengungsi, berkaitan dengan komoditi, dan menjalankan pelayanan teknis, (Archer, 1984: 154-168)
Dari kesembilan fungsi organisasi internasional diatas, secara spesifik
UNICEF memiliki fungsi sebagai: informasi untuk dapat memberikan ide-ide dan
pesan-pesan melalui pemerintah dengan bantuan diplomatis mereka dan juga melalui
komunikasi media, serta sebagai pelaksanaan dengan membuat kontribusi khususnya
dalam daerah yang memerlukan pertolongan.
Organisasi internasional juga memiliki fungsi ideal. Pada umumnya fungsi
ideal setiap organisasi ini sama, menurut Syahmin antara lain yaitu:
1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional
2. Memajukan kepentingan umum dari warga masyarakat internasional dan mengembangkan kesejahteraan umum umat manusia
4. Mengembangkan penghormatan atas hak dan kebebaan asasi manusia dan menghormati Rule of Law serta keadilan
5. Menyelenggarakan tata kehidupan masyarakat internasional sedemikian rupa sehingga memberikan kemungkinan bagi umat manusia untuk menyempurnakan kepribadiannya dan memajukan derajat kehidupannya di segala bidang bangsa yang beradab dan berbudaya. (1985: 10)
Organisasi internasional didefinisikan dari sudut institusinya, Menurut
Steven organisasi internasional dikelompokkan menjadi 2 bagian besar, yaitu:
1. Organisasi Antar Pemerintah (International Governmental
Organization/IGO). IGO merupakan institusi yang beranggotakan
pemerintah atau instansi pemerintah suatu Negara secara resmi, yang mana kegiatannya berkaitan dengan masalah konflik, krisis dan penggunaan kekerasan yang menarik perhatian masyarakat internasional. Anggotanya terdiri dari delegasi resmi pemerintah Negara-negara.
2. Organisasi Non Pemerintah (International Non-Governmental
Organization/INGO)
3. INGO merupakan institusi yang terdiri dari atas kelompok-kelompok di bidang agama, kebudayaan, dan ekonomi. Anggotanya terdiri dari kelompok-kelompok swasta di bidang keilmuan, keagamaan, kebudayaan, bantuan teknik atau ekonomi dan sebagainya. (1995:408)
Berdasarkan keanggotaan dan tujuan, menurut Columbis dan Wolfe, IGO
dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori, yaitu:
1. Organisasi yang keanggotaan dan tujuannya bersifat umum, ruang lingkupnya global dan melakukan berbagai fungsi, seperti keamanan, kerjasama sosial-ekonomi, perlindungan hak-hak asasi manusia, dan pembangunan serta pertukaran kebudayaan. Contohnya PBB.
2. Organisasi yang keanggotaannya umum dan tujuannya terbatas, organisasi ini dikenal sebagai organisasi fungsional yang spesifik. Contohnya ILO, WHO, UNICEF,UNESCO.
3. Organisasi yang keanggotaannya terbatas dan tujuannya umum, organisasi ini merupakan organisasi regional yang fungsi dan tanggung jawab keamanan, politik, sosial, dan ekonomi berskala luas. Contohnya Organization of America States (OAS), Organization of
Africa Unity (OAU).
30
Salah satu bentuk dari IGO adalah UNICEF. UNICEF yang dibentuk pada
tanggal 11 Desember 1946 bertujuan membantu anak-anak memperoleh
pengertian dan stimulasi yang mereka butuhkan pada tahun-tahun awal kehidupan
mereka. UNICEF berusaha mengurangi angka kematian dan penyakit anak,
melindungi anak-anak yang berada dalam kodisi perang dan bencana alam serta
berusaha keras untuk membangun sebuah dunia dimana semua anak hidup dalam
kondisi yang aman. (The United Nations and Human Rights, Departement of
Public Information, 1984: 12)
2.2.3 Peranan Organisasi Internasional
Peranan Organisasi Internasional menurut Perwita, dapat dibagi ke dalam
tiga kategori, yaitu: Sebagai instrumen.
1. Organisasi Internasional digunakan oleh negara-negara anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan politik luar negerinya.
2. Sebagai arena. Organisasi Internasional merupakan tempat bertemu bagi anggota saja untuk membicarakan dan membahas masalah dalam negeri lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internasional. 3. Sebagai aktor independen. Organisasi Internasional dapat membuat
keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi (2005: 95).
Peranan merupakan aspek dinamis. Apabila seseorang melaksanakan Hak
dan Kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu
peranan (Soekanto, 2001: 268).
Peranan (role) menurut Kantaprawira, dapat dikatakan sebagai berikut :
“Seperangkat perilaku yang diharapkan dari seorang atau struktur tertentu
fungsi-fungsinya, maka organisasi itu telah menjalankan peranan tertentu. Dengan demikian, Peranan dianggap sebagai fungsi dalam rangka mencapai tujuan-tujuan kemasyarakatan” (1987: 32).
Menurut Mochtar Mas’oed dalam Perwita menyatakan bahwa peranan
(role) adalah :
“Peranan adalah perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang
yang menduduki suatu posisi. Ini adalah perilaku yang dilekatkan pada
posisi tersebut, diharapkan berperilaku sesuai dengan sifat posisi tersebut.”
(2005: 30)
2.3 Organized Crime
Menurut Artasasmita Organized crime adalah bentuk kejahatan yang
terselubung dan terorganisir, kriminologi yang memandang bahwa negara
(kekuasaan) adalah penyebab dari kejahatan dan seharusnya bertanggung jawab
atas merebaknya kejahatan dalam masyarakat yang dikenal sebagai kriminologi
kritis, ini merupakan perkembangan studi kejahatan yang berkisar kepada peranan
hubungan individu dan masyarakat, terlepas dari peranan hubungan antara negara
dan masyarakatnya.(1992: 3)
Hal ini mungkin terjadi dalam masyarakat menghadapi masa-masa
kekacauan politik, ekonomi atau sosial atau transisi, seperti perubahan pemerintah
atau periode perkembangan ekonomi yang pesat, terutama jika masyarakat tidak
memiliki institusi yang kuat dan mapan dan aturan hukum. Dalam organisasi
kriminal terakhir telah alami terbatas diri dengan kebutuhan mereka untuk
32
dengan dukungan dan dorongan dari organisasi formal dan ditujukan setidaknya
sebagian untuk memajukan tujuan organisasi tersebut. Hal ini menempatkan
mereka dalam kompetisi dengan satu sama lain. Kompetisi ini, yang sering
menimbulkan kekerasan, menggunakan sumber daya yang berharga seperti tenaga
kerja, peralatan dan keuangan. Transnasional kejahatan terorganisir dianggap
sebagai salah satu ancaman utama bagi keamanan manusia, menghambat
perkembangan sosial, ekonomi, politik dan budaya masyarakat di seluruh dunia.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Organized_crime, diakses 09 Desember 2010))
Transnasional kejahatan terorganisir dianggap sebagai salah satu ancaman
utama bagi keamanan manusia, menghambat perkembangan sosial, ekonomi,
politik dan budaya masyarakat di seluruh dunia. Ini adalah fenomena
multi-faceted dan telah terwujud dalam kegiatan yang berbeda, antara lain, perdagangan
narkoba, perdagangan manusia, perdagangan senjata api, penyelundupan migran;
pencucian uang dan lain-lain. Dalam perdagangan obat tertentu merupakan salah
satu kegiatan utama kejahatan terorganisir kelompok, menghasilkan keuntungan
yang sangat besar. Adanya kejahatan yang terorganisir yaitu Keanggotaan
eksklusif, Non-ideologis, Hirarkis, Pembagian kerja atau spesialisasi, Mengabadi
Kesediaan mempergunakan kekerasan atau penyuapan, Monopolistik. UNODC
bekerja erat dengan Pemerintah, organisasi internasional dan masyarakat sipil
untuk memperkuat kerjasama untuk melawan pengaruh meresap kejahatan
terorganisir dan perdagangan narkoba.
Sebagai globalisasi telah memperluas perdagangan internasional, sehingga
Bentuk hirarki tradisional kelompok kejahatan terorganisir telah berkurang;
diganti dengan jaringan longgar yang bekerja sama untuk mengeksploitasi
peluang pasar baru. Untuk kelompok kejahatan terorganisir contoh yang terlibat
dalam perdagangan narkoba umumnya terlibat dalam penyelundupan barang
ilegal lainnya. Hubungan antara perdagangan narkoba dan bentuk-bentuk
kejahatan terorganisir transnasional panggilan untuk pendekatan yang lebih
terintegrasi untuk menangani perhubungan ini. Penandatanganan Konvensi PBB
terhadap Kejahatan Transnasional Terorganisir pada tahun 2000 adalah langkah
maju bersejarah dalam melawan ancaman ini. Perdagangan manusia adalah ilegal
perdagangan pada manusia untuk tujuan komersial eksploitasi seksual atau kerja
paksa , suatu hari bentuk modern dari perbudakan.
2.3.1 Perlindungan terhadap Anak dalam Hukum Internasional
Anak, demi pengembangan kepribadiannya secara penuh dan serasi, harus
tumbuh dalam suatu lingkungan keluarga, dalam iklim kebahagiaan, cinta kasih
dan pengertian. Mengingat bahwa perlunya perluasan perawatan khusus bagi anak
telah dinyatakan dalam Deklarasi Jenewa tentang Hak-Hak Anak tahun 1924 dan
dalam Deklarasi Hak-Hak Anak yang disetujui Majelis Umum PBB pada tahun
1959 dan diakui dalam Dekiarasi Universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia,
dalam Perjanjian Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik, dalam
Perjanjian Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi Sosial dan Budaya dan dalam
ketentuan-ketentuan dan perangkat-perangkat yang terkait dan badan-badan
khusus dan organisasi-organisasi internasional yang berkepentingan dengan
34
Hak-hak untuk anak-anak diakui dalam Konvensi Hak Anak yang
dikeluarkan oleh badan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1989. Menutur
konvensi tersebut, semua anak, tanpa membedakan ras, suku bangsa, agama, jenis
kelamin, asal usul keturunan maupun bahasa memiliki 4 hak dasar yaitu:
1. Hak atas kelangsungan hidup (survival)
Termasuk di dalamnya adalah hak atas tingkat kehidupan yang layak, dan pelayanan kesehatan. Artinya anak-anak berhak mendapatkan gizi yang baik, tempat tinggal yang layak dan perawatan kesehatan yang baik bila ia jatuh sakit.
2. Hak untuk berkembang (development)
Termasuk di dalamnya adalah hak untuk mendapatkan pendidikan, informasi, waktu luang, berkreasi seni dan budaya, juga hak asasi untuk anak-anak cacat, dimana mereka berhak mendapatkan perlakuan dan pendidikan khusus.
3. Hak partisipasi (participation)
Termasuk di dalamnya adalah hak kebebasan menyatakan pendapat, berserikat dan berkumpul serta ikut dalam pengambilan keputusan yang menyangkut dirinya. Jadi, seharusnya oang-orang dewasa khususnya orang tua tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada anak karena bisa jadi pemaksaan kehendak dapat mengakibatkan beban psikologis terhadap diri anak.
4. Hak perlindungan (protection)
Termasuk di dalamnya adalah perlindungan dari segala bentuk eksploitasi, perlakuan kejam dan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana maupun dalam hal lainnya. Contoh eksploitasi yang paling sering kita lihat adalah memperkerjakan anak-anak di bawah umur. (UNICEF, 1995: 4)
Mencakup juga dalam hak-hak tersebut untuk kesejahteraan dan kesehatan
anak. UU No. 4 tahun 1979 mengatur tentang kesejahteraan anak, mendefinisikan:
“Kesejahteraan anak merupakan suatu tata kehidupan anak yang dapat
menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik
secara rohani, jasmani, maupun sosial”.
Selain itu, ada juga UU No.23 tahun 2002 mengenai undang-undang
“Perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada anak
dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik ataupun mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban
perlakuan salah dan penelataran”.
PBB dan UNICEF merupakan suatu wadah dari Kerjasama Internasional
yang melibatkan aktor-aktor Negara. Menurut Charles H. Cooley, kerjasama dapat
diartikan sebagai:
“Kerjasama timbul apabila orang-orang yang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut, kesadaran akan kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta
penting dalam kerjasama yang berguna”.
2.3.2 Konvensi Internasional Hak Anak
Konvensi Hak-Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations
Convention on the Rights of the Child) adalah sebuah Konvensi Internasional
yang mengatur hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan kultural anak-anak.
Negara-negara yang meratifikasi konvensi internasional ini terikat untuk
menjalankannya sesuai dengan hukum internasional. Pemerintah Negara yang
telah meratifikasi konvensi ini diharuskan untuk melaporkan dan hadir di hadapan
Komite Hak-Hak Anak secara berkala untuk mengevaluasi kemajuan-kemajuan
yang dicapai dalam mengimplementasikan konvensi ini dan status hak-hak anak
dalam negara tersebut. Selain itu konvensi tersebut juga menyebutkan hak
perlindungan atas eksploitasi ekonomi maupun seksual, hak perlindungan dari
36
masa perang dan kerusuhan maupun tidak. Selain itu juga dirinci hak-hak anak
yang menjadi pengungsi, anak-anak korban perang, anak-anak korban kerusuhan,
dan anak-anak terlantar lain. Pelaksanaan konvensi ini diawasi oleh Komite
Hak-Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa yang anggota-anggotanya terdiri dari
berbagai negara di seluruh dunia. Setiap tahun, Komite ini memberikan laporan
kepada Komite Ketiga Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang juga
akan mendengar pernyataan ketua Komite Hak-Hak Anak dan mengadopsi
resolusi mengenai Hak-Hak Anak.
2.3.3 Isi Konvensi Hak Anak
Konvensi Hak Anak merupakan instrumen internasional dibidang Hak
Asasi Manusia dengan cakupan hak yang paling komprehensif. Terdiri atas 54
pasal, Konvensi Hak Anak hingga saat ini dikenal sebagai satu-satunya konvensi
di bidang Hak Asasi Manusia yang mencakup baik Hak-hak Sipil dan Politik
maupun Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Dalam Hak Asasi Manusia,
manusia memiliki hak, sedang kewajiban berada di tangan Negara. Kekhususan
Konvensi-Konvensi di bidang Hak Asasi Manusia sebagai suatu bentuk Perjanjian
Internasional ialah bahwa Negara yang melakukan ratifikasi konvensi dimaksud
saling berjanji untuk terikat pada kewajibannya guna memberikan hak kepada
manusia yang berada di dalam wilayah hukum negara bersangkutan.
Bidang hak asasi manusia yang mencakup baik hak-hak sipil dan politik
maupun hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya. Konvensi ini merupakan
instrument internasional di bidang Hak Asasi Manusia dengan cakupan hak yang
keluarga dalam upaya pemenuhan hak anak. Oleh karena itu, maka lingkungan
keluarga memperoleh perhatian khusus dalam Konvensi.
Berdasarkan strukturnya, Konvensi Hak Anak dibagi menjadi 4 bagian
sebagai berikut:
a.Mukadimah : Berikan konteks Konvensi Hak Anak
b.Bagian 1 (pasal 1-41) : Mengatur hak bagi semua anak
c.Bagian 2 (pasal 42-45) : Mengatur masalah pemantauan dan
pelaksanaan Konvensi Hak Anak
d.Bagian 3 (pasal 46-54) : Mengatur masalah pemberlakuan
Konvensi
Bagian isinya, setidaknya ada 4 dalam Konvensi Hak Anak, yaitu:
1. Kategori yang didasarkan atas konvensi induk hak asasi manusia,
dikatakan bahwa Konvensi Hak Anak mengandung:
a. Hak-hak sipil dan politik, meliputi:
Hak untuk memperoleh identitas (pasal 7)
Hak untuk mempertahankan identitas (pasal 8)
Kebebasan berekspresi (pasal 13)
Kebebasan berpikir, beragama, dan berhati nurani (pasal 4)
Kebebasan berserikat (pasal 15)
Perlindungan atas kehidupan pribadi (pasal 16)
38
b. Perlindungan dari aniaya dan perenggutan kemerdekaan (pasal 37a)
c. Hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.
2. Kategori yang didasarkan pada sisi yang berkewajiban melaksanakan
Konvensi Hak Anak dan bertanggung jawab untuk memenuhi hak anak.
Untuk memahami isi Konvensi Hak Anak, maka ada tiga kata kunci yang
dapat dipakai untuk memahaminya, yaitu:
a. Penuhi (fulfil)
b. Lindungi (protect)
c. Hargai (respect)
3. Kategori berdasarkan cakupan hak yang terkandung dalam Konvensi Hak
Anak, yaitu:
a. Hak atas kelangsungan hidup (survival), yaitu Hak-hak Anak untuk
mempertahankan hidup dan hak untuk memperoleh standar kesehatan
dan perawatan yang sebaik-baiknya.
b. Hak untuk berkembang (development), yang meliputi hak-hak untuk
mendapatkan pendidikan dan untuk mendapatkan standar hidup yang
layak bagi perkembangan fisik, mental, moral, dan spiritual anak.
c. Hak untuk mendapatkan perlindungan (protection), yang meliputi
perlindungan dari diskriminasi, tindak kekerasan dan keterlantaran
bagi anak-anak yang tidak mempunyai keluarga dan bagi anak-anak
d. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat (participation),
yang meliputi hak-hak untuk menyatukan pendapat dalam segala hal
yang mempengaruhi anak.
4. Kategori berdasarkan cara bagian yang dirumuskan oleh Komite Hak
Anak PBB. Konvensi Hak Anak dibagi menjadi 8 kategori, yaitu:
a. Langkah-langkah implementasi umum
b. Definisi anak
c. Prinsip-prinsip umum
d. Hak sipil dan kemerdekaan
e. Lingkungan keluarga dan pengasuhan alternative
f. Kesehatan dan kesejahteraan dasar
g. Pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya
h. Langkah-langkah perlindungan khusus.
(UNICEF, 1990:4)
Pasal 1 Konvensi Hak Anak secara umum mendefinisikan anak sebagai
orang yang belum mencapai usia 18 tahun, namun dalam pasal tersebut juga
mengakui kemungkinan adanya perbedaan atau variasi dalam penentuan batas
usia kedewasaan di dalam peraturan perundang-undangan dari tiap-tiap Negara
Peserta. Misalnya, untuk bekerja, untuk ikut pemilihan umum, untuk
mengkonsumsi minuman beralkohol, untuk bertanggung jawab secara pidana atau
untuk bisa dijatuhi hukuman mati dan sebagainya. Idealnya negara peserta
40
sebagai standar terendah dan sedikit demi sedikit mulai menyesuaikan batasan
umur anak yang terdapat dalam perundang-undangan nasional agar sesuai dengan
standar Konvensi Hak Anak. Negara berarti pihak yang diberi mandat untuk
mewakili negara untuk menyelenggarakan negara, untuk membuat atau mengubah
undang-undang dan peraturan-peraturan, untuk merumuskan dan menjalankan
kebijakan administrative serta mengatur kehidupan masyarakat. Ini berarti
mencakup pihak eksekutif (pemerintah), legislatif dan yudikatif. Suatu Negara
yang meratifikasi Konvensi Hak Anak wajib memenuhi semua ketentuan dalam
Konvensi Hak Anak, kecuali bila negara tersebut melakukan reservasi ketentuan
Gambar
Garis besar
Dokumen terkait
tahun 2010-2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kerjasama antara UNICEF dengan pemerintah India, menganalisa efektifitas peran UNICEF dalam menangani
Jadi, yang dimaksud dengan peran ibu yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial dalam membina sikap religius anak dalam proposal penelitian ini adalah suatu tindakan
Penjelasan konsep keamanan menurut UNDP 1994 diawali dengan penjelasan; 1 konsep keamanan ekonomi yang diartikan sebagai hak manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup, bebas dari ancaman