• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan United Nation Children's Fund (UNICEF) Dalam Penanganan Masalah Pendidikan Dasar Di Jawa Barat (Studi Program Depdiknas Manajemen Berbasis Sekolah )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan United Nation Children's Fund (UNICEF) Dalam Penanganan Masalah Pendidikan Dasar Di Jawa Barat (Studi Program Depdiknas Manajemen Berbasis Sekolah )"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Program DEPDIKNAS: Manajemen Berbasis Sekolah)

Role Of United Nations Children's Fund (UNICEF) In Handling Problems Of Primary Education In West Java

(Programs Study Ministry of National Education: School-Based Management)

Diajukan untuk memenuhi Syarat Kelulusan Sarjana (S-1) Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Rendi Hardian 44305021

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

(2)
(3)

iii

dan penyertaan-NYA yang tiada henti-hentinya sehingga penulis dapat senantiasa memperoleh semangat, kekuatan dan kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peranan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dalam Penanganan Masalah Pendidikan Dasar di Jawa Barat – (Studi Program DEPDIKNAS: Manajemen Berbasis Sekolah)”. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi ujian Strata-1 (S-1) Program Disiplin Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Dalam penulisan skripsi ini peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak banyak kekurangan masih perlu penyempurnaan baik dalam hal penulisan maupun dalam hal mengemukakan permasalahan beserta pembahasannya. Semua ini tidak terlepas dari pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman peneliti yang masih terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan dan kebaikan skripsi ini sangat peneliti harapkan.

Di dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat bantuan dari berbagai pihak yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati peneliti sampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

(4)

iv

memberikan banyak masukan dan dorongan dalam skripsi ini.

5. Dewi Tri Wahyuni S.IP., M.Si., Budi Mulyana S.IP., dan Sylvia Octaputri S.IP., selaku staf dosen Pengajar Jurusan Hubungan Internasional. Terimakasih banyak untuk semua ilmu-ilmu dan pengalaman yang berharga yang telah bapak dan ibu berikan.

6. Dwi Endah Susanti S.E., selaku Sekretaris Jurusan Hubungan Internasional yang telah membantu dalam segala urusan akademik. Hatur nuhun nya teh.

7. Neti Rustiawati M.Pd serta H. Eep Syaeful M.Pd dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan Suhaeni Kudus selaku Education Officer UNICEF Indonesia yang telah meluangkan waktunya bersedia untuk diwawancarai dan memberikan materi-materi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Mamah dan Bapa tercinta, terimakasih atas doa, kasih sayang, kesabaran serta dukungan moral dan materilnya. Akhirnya Rendi jadi sarjana juga niy mah, pa. 9. Buat Aa dan teteh terima kasih atas dukungan dan supportnya.

10.Buat Desty beserta keluarga makasih atas doa, pengertian, dan dukungannya. 11.Buat teman-teman 2003, 2005 & 2006 senasib seperjuangan: Fuqoha, Rama,

(5)

v

Ika, tablo, andre, dll makasih yahhh atas dukungannya.

14.Temen-temen 2006, 2007, dan 2008 makasih juga atas dukungannya. Good bless you all.

15.Buat Hepi, Arief, Aji, Dedem, Komar dan buat semua teman-teman yang tidak disebut namanya, terima kasih atas segala bantuannya, semoga Allah melimpahkan balasan melebihi bantuan yang telah diberikan kepada peneliti.

Bandung, Agustus 2010

(6)

vi LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN

ABSTRAK... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1

1.2 Permasalahan... 15

1.2.1 Identifikasi Masalah... 15

1.2.2 Pembatasan Masalah... 16

1.2.3 Perumusan Masalah... 17

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 17

1.3.1 Tujuan Penelitian... 17

1.3.2 Kegunaan Penelitian... 18

3.2.1 Kegunaan Teoritis... 18

3.2.2 Kegunaan Praktis... 18

1.4 Kerangka Pemikiran, Hipotesis dan Definisi Operasional... 18

(7)

vii

1.5.1 Metode Penelitian... 30

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data... 30

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian... 31

1.6.1 Lokasi Penelitian... 31

1.6.2 Waktu Penelitian... 32

1.7 Sistematika Pembahasan... 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional... 34

2.2 Kerjasama Internasional... 37

2.3 Organisasi Internasional... 40

2.3.1 Definisi dan Klasifikasi Organisasi Internasional... 40

2.3.2 Fungsi Organisasi Internasional... 46

2.3.3 Teori dan Peranan Organisasi Internasional... 48

2.3.3.1 Teori Peranan... 48

2.3.3.2 Peranan Organisasi Internasional... 49

2.4 Pendidikan... 52

2.4.1 Pengertian Pendidikan... 53

(8)

viii

3.1.2 Fungsi United Nations Childen’s Fund (UNICEF)... 57

3.1.3 Struktur Organisasi United Nations Childen’s Fund (UNICEF)... 59

3.1.4 Sumber Dana United Nations Childen’s Fund (UNICEF)... 64

3.1.4.1 Sumber Dana Umum... 64

3.1.4.2 Sumber Dana Khusus... 64

3.1.5 Hubungan United Nations Childen’s Fund (UNICEF) dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)... 65

3.1.6 Mitra Kerja United Nations Childen’s Fund (UNICEF)... 66

3.1.6.1 Negara-negara Berkembang... 66

3.1.6.2 Komite-komite Nasional... 67

3.1.6.3 Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat... 67

3.1.6.4 Badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)... 68

3.1.7 Program United Nations Childen’s Fund (UNICEF) Secara Universal.... 69

3.1.8 Prioritas United Nations Childen’s Fund (UNICEF)... 72

3.2 United Nations Childen’s Fund (UNICEF) di Indonesia... 73

3.2.1 Program-program United Nations Childen’s Fund (UNICEF) di Indonesia... 76

3.2.1.1 Sekilas lima program United Nations Childen’s Fund (UNICEF) di Indonesia... 79

(9)

ix

3.3.1.3 Kurangnya Perhatian Pada Output Pendidikan... 88

3.3.2 Upaya Pemerintah Provinsi Dalam Penanganan Masalah Pendidikan Dasar di Jawa Barat... 89

3.3.3 Program UNICEF Dalam Penanganan Masalah Pendidikan Dasar di Jawa Barat... 90

3.3.3.1 Program Manajemen Berbasis Sekolah... 91

3.3.3.2 Program Pendidikan Dasar Untuk Semua... 92

3.3.3.3 Program Pendidikan Anak Usia Dini... 94

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Bantuan United Nations Childen’s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan Program MBS di Jawa Barat... 96

4.1.1 Bantuan Teknis... 97

4.1.2 Bantuan Dana... 98

4.2 Kendala Yang di Hadapi United Nations Childen’s Fund (UNICEF) Dalam Penerapan Program Manajemen Berbasis Sekolah di Jawa Barat... 100

4.2.1 Pengaruh Kebijakan Pemerintah... 101

4.2.2 Kesiapan Kepala Sekolah... 101

4.2.3 Budaya Mengajar... 102

(10)

x

Berbasis Sekolah di Jawa Barat... 104

4.3.1 Pengaruh Kebijakan Pemerintah... 105

4.3.2 Kesiapan Kepala Sekolah... 106

4.3.3 Budaya Mengajar... 106

4.3.4 Kurangnya Kecakapan Pengawas Sekolah... 107

4.3.5 Pola Pikir Masyarakat... 107

4.4 Kebarhasilan Penerapan Program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Jawa Barat... 108

4.4.1 Keberhasilan di Tingkat Sekolah ... 109

4.4.2 Keberhasilan di Tingkat Komunitas Sekolah... 110

4.4.3 Keberhasilan di Tingkat Dinas Terkait... 111

4.5 Analisa Peranan United Nations Childen’s Fund (UNICEF) Dalam Penanganan Masalah Pendidikan Dasar di Jawa Barat... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 115

5.2 Saran ... 117

5.2.1 Substansi... 117

(11)
(12)

xii

Jawa Barat Tahun 2009... 4 Tabel 1.2 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Provinsi Jawa Barat Tahun 2009... 5 Tabel 1.3 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Dasar menurut

Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009... 5 Tabel 1.4 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Menengah Pertama

Menurut Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009... 5 Tabel 1.5 Waktu Penelitian... 32 Tabel 3.1 Kronologi Sejarah UNICEF di Indonesia... 74 Tabel 3.2 Perbandingan Jumlah Sekolah, Murid dan Guru SD menurut

Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat di Tahun 2005 dan 2009... 83 Tabel 3.3 Perbandingan Jumlah Sekolah, Murid dan Guru SMP menurut

Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat di Tahun 2005 dan 2009... 84 Tabel 4.1 Bantuan Dana Yang UNICEF Berikan Dalam Kurun Waktu

5 (lima) Tahun... 99 Tabel 4.2 Jumlah Kecamatan Yang Didanai UNICEF Pada Program

(13)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan hal yang utama dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), yang pada akhirnya dapat mempengaruhi berbagai bidang di dalam perkembangan dan kemajuan suatu negara seperti bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya bangsa. Maka dari itu pendidikan sangat mempengarauhi seluruh aspek kehidupan suatu negara.

Saat ini jelas terlihat bahwa banyak negara-negara maju memiliki sumber daya manusia yang sangat berkualitas dan mampu mencapai tingkat kehidupan yang dalam perkembangan serta pembangunan negaranya, hal tersebut tentunya dikarenakan sumber daya manusia yang dimilikinya mampu menguasai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mempunyai masalah tersendiri yang harus dihadapi dalam berbagai aspek kehidupan bernegaranya, seperti dalam bidang ekonomi yang hingga kini masih terpuruk, masalah politik, sosial budaya, HAM, serta masalah anak-anak sebagai tunas bangsa yang harus dibekali dengan pendidikan yang layak agar menjadi sumber daya yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa.

(14)

bukan hanya untuk beberapa golongan tertentu saja. Maka tugas negaralah yang harus mengatur hal tersebut untuk proses pencerdasan bangsa.

Sejak adanya proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 para pendiri bangsa ini telah menyadari pentingnya usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemikiran ini diperkuat dengan kenyataan pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 yang menekankan bahwa tiap warganegara berhak mendapatkan pengajaran. Untuk itu, Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Sehubungan dengan tuntutan konstitusi dimaksud, Pemerintah berketetapan untuk membentuk lembaga yang bertanggung jawab pada usaha pencerdasan kehidupan bangsa (http://www.depdiknas.go.id/content.php?-content=file_sejarah - Diunduh 04 oktober 2009).

Tantangan terbesar dalam menghadapi pendidikan umum di Indonesia adalah untuk dapat meningkatkan kualitas belajar dan mengajar. Bagaimana cara agar para murid dapat memperoleh dan menyerap ilmu-ilmu yang diberikan para pengajar, serta bagaimana cara agar para murid tidak merasa jenuh / bosan terhadap ilmu pengetahuan.

(15)

membudayakan semua komponen masyarakat melalui peranserta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan (http://www.depdiknas.go.id/publikasi/pmptk/pedoman_gvplb2008.swf – Diunduh 02 Desember 2009).

Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (http://www.depdiknas.go.id /content.php?content=file_sispen – Diunduh 04 Oktober 2009).

Sekolah dan pendidikan diadakan bagi semua anak dan warga masyarakat sebagai hak yang insani, untuk mempersiapkan mereka menjadi dewasa, mampu mandiri, mengenali identitas sendiri, serta mempunyai tanggung jawab moral dan sosial yang tinggi. Perolehan pendidikan diharapkan mampu mempertahankan ekstitensinya, sanggup menesuaikan diri di tengah hantaman glombang perubahan politik, sosial, ekonomi, dan budaya bangsa.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki 33 Propinsi, tentunya di tiap-tiap Propinsinya memiliki masalah pendidikan masing-masing yang harus dihadapi disamping perkembangannya.

(16)

Selain itu perkembangan lainnya dapat dilihat juga dari kenaikan jumlah murid, guru, dan sekolah per tahunnya di tiap-tiap Kabupaten / Kota.

Hal tersebut tidak terlepas dari usaha-usaha yang ditempuh oleh Dinas Pendidikan Jawa Barat yang secara terus-menerus berusaha meningkatkan kualitas dan produktivitas SDM. Usaha tersebut dituangkan dalam program-program prioritas seprti program-program pendidikan anak usia dini (PAUD), program-program percepatan wajib beajar 9 (sembilan) tahun, program pendanaan rehabilitasi sekolah, program manajemen berbasis sekolah (MBS), serta program rintisan wajib belajar 12 (duabelas) tahun.

Selain itu, tidak terlepas juga dari 3 (tiga) pilar kebijakan strategis Nasional, yaitu pertama kebijakan dalam pemerataan dan perluasan akses pendidikan, kedua kebijakan dalam peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing, serta yang ketiga kebijakan dalam penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik (Interview:Rustiawati-Dinas Pendidikan Jawa Barat).

Berikut ini adalah kulasan tentang jumlah sekolah, murid, dan guru di Propinsi Jawa Barat secara keseluruhan dan 5 Kabupaten / Kota yang diteliti oleh penulis:

Tabel 1.1

Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Dasar (SD) Propinsi Jawa Barat (2009)

Sekolah

Murid Guru

Negeri Swasta

(17)

Tabel 1.2

Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Propinsi Jawa Barat (2009)

Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Dasar (SD) menurut Kabupaten / Kota Propinsi Jawa Barat (2009)

(18)

Disamping perkembangan tersebut, tentu juga ada masalah-masalah yang dihadapinya oleh Propinsi Jawa Barat. Secara garis besar yang menjadi masalah pendidikannya yaitu diantaranya:

Pengelolaan pendidikan bersifat sentralistik

Keputusan banyak ditentukan dari pemerintah pusat sehingga sekolah-sekolah di Propinsi Jawa Barat dan masyarakat kurang diberi tempat dalam ikut serta membangun pendidikan. Dalam konteks ini, anak didik condong dijadikan objek belajar yang mengakibatkan terisolasi dari lingkungan fisik dan sosialnya. Selain itu pengelolaan pendidikan menjunjung jiwa uniformitas, sehingga rasa kepemilikan masyarakat terhadap pengelolaan pendidikan menjadi amat rendah.

Kurangnya perhatian pada output pendidikan

Dalam proses pembelajaran, guru tidak berfokus pada hasil (output) yang harus dicapai, namun hanya sekedar memenuhi target administrative sesuai petunjuk pelaksanaan (juklak), dan petunjuk teknis (juknis). Hal ini mengakibatkan komponen input dan proses pembelajaran yang dilaksanakan kurang efektif, sehingga hasilnya tidak optimal karena pembangunan kurang terfokus

Kurangnya Akses Terhadap Pendidikan Dasar

(19)

duduk di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) masih berada di Sekolah Dasar (SD) (Wawancara: Kasi Perencanaan-Dinas Pendidikan,tanggal 02 Februari 2010).

Untuk masalah pengelolaan pendidikan yang sentralistik, semua diatur dari pusat, yaitu di Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) - Jakarta (Nurkolis,2006:20). Dalam hal ini pemerintah daerah, sekolah dan masyarakat terabaikan dalam memberdayakan pembangunan pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia disekelilingnya (Musaheri,2007:73).

Birokrasi pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan sangatlah dominan dalam proses pembuatan keputusan, tanpa memperhatikan para guru dan masyarakat sekitar sekolah yang bersangkutan. Hal seperti ini menjadikan lambannya perkembangan pendidikan karena dalam segala hal haruslah atas dasar pertimbangan pusat.

Hal tersebut tidak terlepas dari era Orde Baru, walaupun pada era tersebut ada pengaturan tentang otonomi daerah dalam UU No. 5 tahun 1974 namun segala kebijakan lebih condong kearah sentralistik, karena segala hal diatur oleh pemerintah pusat. Pasca lengsernya Soeharto tahun 1998, terjadi perombakan dalam kebijakan, salah satunya perubahan sistem menjadi kearah desentralisasi yaitu dengan ditandai dengan diterapkannya UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang otonomi daerah (Yamin,2009:111).

(20)

negara maju seperti di Amerika Serikat yang dikenal dengan nama Site-Based Management (SBM), di Inggris dengan nama Grant Manintained School (GMS), di Kanada dengan nama Schools-Site Decission Making (SSDM), dan sebagainya (Nurkolis,2006:88-92).

Di Indonesia program ini baru dimulai sejak tahun 1999 sesaat setelah terjadinya krisis ekonomi dan pasca lengsernya era orde baru. Pengembangan program ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui pengembangan model untuk memberdayakan sekolah dasar melalui pelaksanaan Manajemen Sekolah, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), dan Peran Serta Masyarakat (PSM) dalam lingkungan sekolah dalam rangka desentralisasi pendidikan.

Di Propinsi Jawa Barat sendiri, program Manajemen Berbasis Sekolah ini dijalankan dalam 2 (dua) fase. Fase pertama dilaksanakan pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, dan fase kedua dilaksanakan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mendatang. Semenjak diterapkannya program MBS, perkembangan pendidikan dasar di Jawa Barat mengalami peningkatan (Wawancara:Rustiawati-Dinas Pendidikan).

(21)

kewenangan yang cukup besar untuk mengelola urusannya sendiri, termasuk perencanaan dan pengelolaan keuangan sekolah, proses belajar mengajar menjadi aktif dan menarik, para pendidiknya lebih ditingkatkan kemampuannya dan masyarakat sekitar sekolah ikut aktif dalam urusan persekolahan secara umum (http://www.depdiknas.go.id/content.php?-content=file_mbs - Diunduh 04 oktober 2009).

Dalam pelaksanaan program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini Departemen Pendidikan melakukan kerjasama dengan United Nations Children’s

Fund (UNICEF) dan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) (http://www.depdiknas.go.id/content.php?content:file_ edupedia&id=20081027134949 - Diunduh 07 Desember 2009).

Dalam penelitian ini yang diteliti oleh penulis adalah kerjasama yang dilakukan DEPDIKNAS dengan UNICEF yang merupakan salah satu organisasi internasional yang khusus membantu anak-anak di dunia yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan, perlindungan anak, dan kebersihan air & lingkungan.

Pendidikan merupakan masalah yang relatif besar, karena bukan hanya menjadi masalah daerah saja tapi menjadi masalah nasional dan bahkan merupakan masalah internasional. Disinilah UNICEF yang merupakan salah satu organisasi internasional yang khusus membantu anak-anak di dunia mulai masuk dan menawarkan berbagai bantuan dan kerjasama.

(22)

dan keamanan saja, akan tetapi bergeser ke isu-isu lainnya seperti ekonomi, lingkungan hidup, sosial, dan budaya. Oleh karena itu, para aktor internasional baik itu negara berkembang ataupun negara maju dituntut untuk melakukan kerjasama untuk memenuhi kepentingannya. Dan organisasi internasional merupakan salah satu wadah untuk melakukan kerjasama Internasional tersebut.

UNICEF sebagai organisasi internasional, merupakan aktor non-negara yang merupakan bagian yang cukup penting dalam Hubungan Internasional. Dimana UNICEF merupakan salah satu organisasi internasional yang bersifat Low Politic dan berperan sebagai duta PBB untuk anak-anak di seluruh dunia.

Melihat hal tersebut, Negara Indonesia sebagai negara berkembang telah banyak bergabung dengan berbagai organisasi internasional untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Salah satunya yaitu bergabung dan bekerjasama dengan UNICEF.

UNICEF adalah organisasi yang didirikan oleh Majelis Umum PBB pada 11 Desember 1946. Bermarkas besar di Kota New York, UNICEF memberikan bantuan kemanusiaan dan perkembangan jangka panjang kepada anak-anak di negara-negara berkembang (http://id.wikipedia.org/indonesia/id/unicef - Diunduh 04 Oktober 2009).

(23)

mengembangkan bantuan dan aktifitasnya, bukan hanya sekedar bantuan kemanusiaan. Di Indonesia sendiri UNICEF memeiliki 5 (lima) program, yaitu:

1. Kesehatan dan Gizi

Dalam menjalankan rogram ini, UNICEF bekerja sama dengan Departemen Kesehatan, terutama direktorat Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Menular. UNICEF memberi bantuan teknis pada program-program pemerintah yang di prioritaskan secara nasional. (http://www.unicef.org/indonesia/id/health_nutrition.html - Diunduh 02 Januari 2010)

2. Perlindungan Anak

Sebagai lembaga internasional yang dikenal piawai dalam perlindungan anak, program-program UNICEF terfokus pada masalah-masalah pelanggaran, kekerasan, eksploitasi anak dan pencatatan kelahiran.

Bekerja sama dengan pemerintah Indonesia, UNICEF merumuskan kebijakan-kebijakan perlindungan anak dan implementasi pengesahan anak secara hukum terutama anak yang tinggal di daerah konflik dan bencana. (http://www.unicef.org/indonesia/id/protection_3146.html - Diunduh 02 Januari 2010).

3. Pendidikan dasar untuk semua

(24)

Dalam upayanya mencapai tujuan “Pendidikan untuk Semua” pada 2015,

pemerintah Indonesia saat ini menekankan pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun bagi seluruh anak Indonesia usia 6 sampai 15 tahun. Dalam hal ini, UNICEF dan UNESCO memberi dukungan teknis dan dana (http://www.unicef.org/indonesia/id/education_3141.html - Diunduh 02 Januari 2010).

4. Memerangi HIV/AIDS

Program HIV/AIDS bertujuan memberi pendidikan dan pencegahan bagi kaum muda dan masyarakat umum melalui berbagai cara. Misalnya melalui sekolah-sekolah, lembaga-lembaga keagamaan, klub-klub dan kelompok kepemudaan. Target utama pencegahan adalah perempuan dan pasangan mereka. Tujuan utama program UNICEF adalah untuk mengurangi stigma dan diskriminasi yang akan disampaikan melalui advokasi dan penyuluhan. (http://www.unicef.org/indonesia/id/hiv_aids_3154.html - Diunduh 02 Januari 2010).

5. Kebersihan Air & Lingkungan

(25)

mempersatukan segala kemampuan dan sumber daya antar organisasi (http://www.unicef.org/indonesia/id/wes_3161.html - Diunduh 02 Januari 2010).

Dari pemaparan program-program tersebut, dilihat dari program pendidikan UNICEF tersebut yaitu pendidikan dasar untuk semua, sangatlah tepat dengan program pendidikan dasar di Indonesia yang sudah dikampanyekan mulai tahun 1994 yang dikenal dengan program wajib belajar 9 (sembilan) tahun untuk melakukan kerjasama disektor pendidikan dasar, salah satunya kerjasama yang dilakukan dalam menjalankan program Manajemen Berbasis Sekolah(MBS).

Pendidikan dasar merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dalam pendidikan dasar anak-anak belajar mengerti untuk saling menghargai, karena pendidikan dasar merupakan interaksi yang pertama dengan individu-individu (selain keluarga).

Pendidikan dasar di Indonesia adalah selama 9 (sembilan) tahun yang terbagi kedalam 2 (dua) tahap, yaitu 6 (enam) tahun Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan 3 (tiga) tahun Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs) (http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan_dasar - Diunduh 04 Oktober 2009).

(26)

UNICEF berkarya di 12 kantor wilayah untuk membantu melaksanakan program yang sejauh ini ada di 15 Propinsi di Indonesia yang salah satunya di Propinsi Jawa Barat yang ditempatkan di Ibu Kota Propinsi Jawa Barat, yaitu Bandung (http://www.unicef.org/indonesia/id/overview_3108.html - Diunduh 04 Oktober 2009).

Dari seluruh pemaparan-pemaparan tersebut penulis menyimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia harus dapat menjadi tolak ukur dalam peningkatan sumber daya manusia. Disisi lainnya, nampak ada program-program yang dilaksanakan UNICEF bagi negara-negara berkembang yang salah satunya berkaitan dengan pendidikan. Dari kerjasamanya dengan pemerintah Indonesia, UNICEF masuk sampai ke Propinsi-Propinsi di Indonesia, salah satunya di Propinsi Jawa Barat

Berdasarkan latar belakang inilah, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang peranan UNICEF dalam bantuan penanganan masalah pendidikan dasar di Propinsi Jawa Barat. Dan judul yang diangkat peneliti adalah:

“Peranan United Nations Children’s Fund (UNICEF) Dalam Penanganan Masalah Pendidikan Dasar di Jawa Barat (Studi Program DEPDIKNAS: Manajemen Berbasis Sekolah)”

(27)

1. Pengantar hubungan internasional

Pada mata kuliah ini diperkenalkan tentang studi ilmu hubungan internasional sebagai suatu bidang studi pembelajaran, sejarah perkembangan, serta para aktor yang terlibat di dalamnya.

2. Organisasi dan administrasi internasional

Membahas sejauhmana peran suatu aktor ilmu hubungan internasional Dalam hal ini untuk mengetahui bagaimana peranan Organisasi Internasional.

3. Informasi dan Komunikasi Internasional

Membahas langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan kerjasama internasional yang tentunya harus ada komunikasi yang terarah antara pemerintah Indonesia dengan organisasi internasional, yaitu UNICEF.

1.2 Permasalahan

1.2.1 Identifikasi Masalah

Melihat fenomena tersebut, penulis merumuskan Identifikasi Masalah sebagai berikut:

1. Bantuan apa saja yang diberikan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dalam mensukseskan program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Jawa Barat?

(28)

3. Upaya-upaya apa yang dilakukan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dalam membatu mengatasi kendala dalam penerapan program Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) di Jawa Barat?

4. Bagaimanakah keberhasilan penerapan program Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) di Jawa Barat?

1.2.2 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ini berupaya untuk menentukan batas-batas permasalahannya dengan jelas yang memungkinkan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup permasalahan. Sebagai variabel dependen, penelitian ini akan memusatkan pada peranan UNICEF. Sedangkan untuk variabel independen yang dipilih adalah upaya penanganan masalah Pendidikan dasar di Jawa Barat.

Peneliti menganggap bahwa UNICEF sangat tepat untuk menjadi aktor utama, karena merupakan organisasi internasional yang fokus terhadap masalah anak-anak dan sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian ini penulis meneliti peranan UNICEF dalam penanganan masalah pendidikan dasar di Jawa Barat melalui program Manajemen Berbasis Sekolah(MBS).

(29)

UNICEF (DEPDIKNAS,2006:16). Pembatasan waktu dilakukan untuk menghindari luasnya rentang waktu yang diteliti sehingga mempermudah penelitian.

Selain itu, yang penulis teliti di Jawa Barat adalah 5 Kabupaten / Kota antara lain Garut, Sukabumi, Cirebon, Indramayu, dan Tasikmalaya. Dengan alasan dalam membantu program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Jawa Barat, UNICEF hanya membantu secara langsung di lima Kabupaten / Kota tersebut.

1.2.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka diajukan perumusan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana Peranan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dalam Penanganan Masalah Pendidikan Dasar di Jawa Barat Melalui Program Manajemen Berbasis Sekolah”

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bantuan yang diberikan United Nations Children’s

Fund (UNICEF) dalam mensukseskan program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Jawa Barat

(30)

3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan United Nations

Children’s Fund (UNICEF) dalam membantu mengatasi kendala dalam

penerapan program Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) di Jawa Barat. 4. Untuk mengetahui keberhasilan dalam penerapan program Manajemen

Berbasis Sekolah(MBS) di Jawa Barat.

1.3.2 Kegunaan Penelitian 1.3.2.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan penelitian ini adalah hasil yang ada dapat dipergunakan sebagai bahan masukan atau referensi serta sebagai tambahan informasi dan pembelajaran untuk memperluas wawasan para penstudi tentang hal-hal yang menyangkut studi hubungan internasional.

1.3.2.2 Kegunaan Praktis

1. Mengetahui peranan organisasi internasional dalam membantu meringankan masalah yang dihadapi negara anggotanya.

2. Melatih penulis untuk membuat karya ilmiah yang lebih baik lagi. 3. Mendorong peneliti lainnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

1.4 Kerangka Pemikiran, Hipotesis dan Definisi Operasional. 1.4.1 Kerangka Pemikiran

(31)

suatu negara dengan negara lainnya. Pada kenyataannya Hubungan Internasional tidak terbatas hanya pada hubungan antar negara saja, tetapi juga merupakan hubungan antar individu dengan kelompok kepentingan, sehingga negara tidak selalu sebagai aktor utama tetapi merupakan aktor yang rasional yang dapat melakukan hubungan melewati batas negara.

Mc.Clelland mendefinisikan hubungan internasional secara jelas sebagai studi tentang interaksi antara jenis-jenis kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan-keadaan relevan yang mengelilingi interaksi (Mc.Clelland dalam Perwita & Yani, 2005:4).

Hubungan Internasional adalah interaksi aktor-aktor yang tindakan dan kondisinya memiliki kosekuensi penting terhadap aktor lain diluar jurisdiksi efektif unit politiknya (Steve Chan dalam Perwita dan Yani, 2005: 7). Dari definisi diatas terkaji bahwa negara bangsa dapat dipandang sebagai pelaku utama dari Hubungan Internasional. Hal itu karena yang melakukan tindakan dan dampak dari tindakan itu adalah unit politik walaupun tidak tertutup kemungkinan yang melakukan tindakan itu adalah aktor-aktor non-negara (Perwita & Yani, 2005:7).

Menurut Perwita dan Yani, hubungan internasional dalam arti umum diartikan sebagai berikut:

Hubungan internasional dalam arti umum tidak hanya mencakup unsur-unsur politik saja, tetapi juga mencakup unsur-unsur-unsur-unsur ekonomi, social, budaya, hankam, dan sebagainya. Disamping Negara ada juga pelaku internasional, transnasional, atau supranasional yang lain seperti

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Eropa (UE), Multi Nasional Coporation (MNC), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),

Inter-governmental Organizations (IGOs), Inter Non-Governmental

(32)

Hubungan internasional merupakan hubungan semua aspek internasional dari kehidupan sosial manusia, hal ini dapat ditunjukkan bahwa terdapat 12 substansi yang mewakili hubungan internasional yaitu bangsa dan dunia, proses transnasional dan interdependensi internasional, perang dan damai, kekuatan dan kelemahan, politik internasional dan masyarakat internasional, kependudukan versus pangan serta sumber daya alam dan lingkungan, kemakmuran dan kemiskinan, kebebasan dan penindasan persepsi dan ilusi, aktivitas dan antipati, revolusi dan stabilitas, identitas dan transformasi (Mas’oed, 1994:29).

Dalam bukunya Pengantar Hubungan Internasional, Suwardi Wiriatmadja menjelaskan tentang arti hubungan internasional bahwa:

“Hubungan internasional lebih kepada untuk mencakup segala macam

hubungan antar bangsa dan kelompok-kelompok bangsa dalam masyarakat dunia, dan kekuatan-kekuatan, tekanan-tekanan, proses-proses yang menentukan cara hidup, cara bertindak dan cara berpikir

dari manusia” (1967:36).

Pengkajian hubungan internasional termasuk di dalamnya pengkajian terhadap aktor-aktor hubungan internasional dan kaitannya dengan berbagai kerjasama yang dilakukan dalam sebuah wadah, yaitu organisasi internasional yang merupakan salah satu aktor dalam hubungan internasional.

(33)

organisasi internasional. Berkaitan dengan organisasi internasional, telah banyak definisi mengenai salah satu aktor hubungan internasional ini.

Kerjasama internasional merupakan suatu perwujudan kondisi masyarakat yang saling tergantung satu dengan yang lain. Dalam melakukan kerjasama ini dibutuhkan suatu wadah yang dapat memperlancar kegiatan kerjasama tersebut. tujuan dari kerjasama ini ditentukan oleh persamaan kepentingan dari masing-masing pihak yang terlibat. Kerjasama internasional dapat terbentuk karena kehidupan internasional meliputi bidang, seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan dan keamanan (Perwita & Yani, 2005:34).

Dari pemaparan tersebut, maka jelaslah bahwa dalam penelitian ini Pemerintah Indonesia melakukan kerjasama dengan salah satu organisasi internasioal, yaitu UNICEF tentunya terdapat kepentingan masing-masing di dalamnya. Dan UNICEF adalah salah satu organisasi internasional yang merupakan sarana dalam melakukan kerjasama internasional dan sarana untuk mendapatkan kepentingan nasional pemerintah Indonesia.

Sedangkan menurut Koesnadi Kartasasmita dalam bukunya Organisasi dan Administrasi Internasional, dijelaskan pengertian kerjasama internasional yang dapat dipahami sebagai:

(34)

Dalam memberikan definisi organisasi internasional, perlu juga diperhatikan makna dari dua kata, yaitu internasional dan organisasi, Clive Archer dalam bukunya International Organizations mencoba meberikan penjelasan mengenai organisasi internasional dengan melihat arti dari tiap-tiap kalimat.

Organisasi internasional berasal dari dua kata yaitu organisasi dan internasional. Kata internasional diartikan dalam beberapa makna,

pertama, intergovernmental yang berarti interstate atau hubungan antarwakil resmi dari negara – negara yang berdaulat. Kedua, aktivitas antar individu – individu dan kelompok – kelompok di negara lain serta juga termasuk hubungan intergovernmental yang disebut dengan hubungan transnasional. Ketiga, hubungan antara suatu cabang pemerintahan disuatu negara (seperti : departeman pertahanan) dengan suatu cabang pemerintahan di suatu negara lain (seperti : badan pertahana atau badan intelegen) dimana hubungan tersebut tidak melalui jalur kebijakan luar negeri disebut transgovernmental. Ketiga hubungan ini termasuk dalam hubngan internasional (Perwita & Yani, 2005:92-93). T. May Rudi memberikan definisi tersendiri mengenai organisasi internasional beserta dengan unsur-unsurnya.

Organisasi internasional secara sederhana dapat didefinisiskan sebagai pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara negara

– negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar, untuk melaksanakan fungsi – fungsi yang meMBSri manfaat timbal – balik yang diejahwantahakan melalui pertmuan – pertemuan serta kegiatan – kegitana staf secara berkala (Cheever & Haviland dalam Rudy, 2009:2).

Organisasi internasional juga diartikan sebagai pola kerjasama yang melintas batas – batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan – tujuan yang diperlukan serta disepekati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda. Secara sederhana Organisasi internasional terdiri dari unsur – unsur : 1. Kerjasama yang ruang lingkupnya melintas batas negara.

2. Mencapai tujuan – tujuan yang disepakati bersama. 3. Baik antarpemerintah atau non-pemerintahan. 4. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap.

(35)

Selain itu menurut Bennet organisasi internasional dapat digolongkan kedalam dua kategori utama, yaitu:

1. Organisasi antar pemerintah (inter-Governmental Organizations / IGO), anggotanya terdiri dari delegasi resmi pemerintah negara-negara.

2. Organisasi non-pemerintah (Non-Governmental Organizations / NGO), terdiri dari kelompok-kelompok swasta di bidang keilmuan, keagamaan, kebudayaan, bantuan teknik atau ekonomi, dan sebagainya (Bennet dalam Perwita dan Yani, 2005:93-94).

Dari penggolongan organisasi internasional tersebut, UNICEF merupakan Organisasi antar pemerintah (inter-Governmental Organizations / IGO), karena beranggotakan pemerintah atau instansi-instansi pemerintah yang mewakli pemerintah suatu negara secara resmi. Dalam penelitian ini UNICEF bekerjasama dengan instansi pemerintah di Indonesia yaitu Departemen Pendidikan Nasional dalam menangani masalah pendidikan.

Adapun fungsi dari organisasi internasional menurut Peter Toma dan Robert F. Gorman, yaitu meliputi:

1. Saluran untuk kontak diplomatic secara berkesinambungan. 2. Pencegahan dan pengendalian konflik antar-negara anggota.

3. Fasilitas bagi interaksi ekonomi antar-negara anggota (Rudy, 2000:29-30). Sedangkan menurut Michael Haas, fungsi organisasi internasional yaitu:

1. Fungsi artikulasi dan agregasi kepentingan. 2. Fungsi sosialisasi.

3. Fungsi rekrutmen. 4. Fungsi transaksi.

5. Funsi pembuatan aturan; a) prosedral; b) substansial. 6. Fungsi penerapan aturan.

7. Fungsi pengawasan aturan (Rudy, 2009:30).

(36)

dititik beratkan pada penanganan masalah sosial yang menyangkut masalah kesejahteraan anak-anak. Di bawah UNICEF, ada UNICEF Indonesia yang terdapat berbagai unit yang bertugas menangani masalah-masalah seperti kesehatan, air bersih, perlindugan anak, pendidikan dasar, dan sebagainya.

Jika berbicara tentang organisasi internasional, tentunya ada peranan-peranan yang dimiliki oleh organisasi internasional tersebut.

Setiap organisasi internasional tentunya dibentuk untuk melaksanakan peran-peran dan fungsi-fungsi sesuai dengan tujuan pendirian organisasi internasional tersebut oleh para anggotanya. Peran organisasi internasional adalah sebagai berikut: 1) Wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mencegah atau mengurangi intensitas konflik (sesama anggota); 2) Sebagai sarana untuk perundingan dan menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan; 3) Lembaga yang mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan (antara lain kegiatan sosial, kemanusiaan, bantuan pelestarian lingkungan hidup, peace keeping operation dan lain-lain) (Perwita & Yani, 2005:27).

Sedangkan menurut Clive Archer paling tidak ada 3 (tiga) peranan yang secara umum dimiliki oleh organisasi internasional, antara lain yaitu ;

1. Sebagai instrumen. Organisasi Internasional digunakan oleh negara – negara anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan politik luar negerinya.

2. Sebagai arena. Organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi anggota – anggotanya untuk membicarakan dan membahas masalah – masalah yang dihadapi. Tidak jarang organisasi internasional digunakan oleh beberapa negara untuk mengangkat masalah – masalah dalam negerinya, ataupun masalah dalam negeri negara lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internasional.

3. Sebagai aktor independen. Organisasi internasional dapat membuat keputusan – keputusan sendiri tanpa dipengaruhi olleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi (Archer, 1983:130-147).

(37)

berbagai bantuan terhadap pendidikan di Indonesia yang bisa memberikan konstribusi yang berarti bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Salah satu bantuannya yaitu melakukan kerjasama dengan DEPDIKNAS dalam program Manajemen Berasis Sekolah (MBS).

Pada prosesnya, permasalahan pendidikan merupakan pergeseran dari isu nasional yang berkembang menjadi isu global. Dapat dipaparkan bahwa isu global merupakan permasalahan dan tantangan yang secara berkaitan dengan unsur-unsur atau keperluan dasar akan perkembangan dan kemajuan internasional. Permasalahan pendidikan merupakan permasalahan politik, ekonomi, sosial, dan budaya bangsa. Hal tersebut dikarenakan pendidikan merupakan hal yang utama dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), yang pada akhirnya dapat mempengaruhi berbagai bidang di dalam perkembangan dan kemajuan suatu negara di bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya bangsa (Tirtahardja, 2005:9).

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana guna mewujudkan suasana belajar dan proses pembangunan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

(38)

Pendidikan adalah media mencerdaskan kehidupan bangsa dan membawa bangsa ini pada era aufklarung (Pencerahan). Pendidikan bertujuan untuk membangun tatanan bangsa yang berbalut dengan nilai-nilai kepintaran, kepekaan, dan kepedulian terhadap kehidupan bernegara (2009:15).

Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses sosialisasi, yaitu sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Oleh karena itu, pendidikan haruslah mampu menjawab persoalan-persoalan yang berada di tengah masyarakat (Gunawan, 2000:54).

Program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam hal ini ditanganai oleh DEPDIKNAS yang dijalankan untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang merkualitas (Hadiyanto, 2004:63).

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan personil pendidikan, anggota komite sekolah & tokoh masyarakat dalam mengelola sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kegiatan ini berlandaskan asumsi bahwa sekolah akan meningkat mutunya jika kepala sekolah, guru, dan masyarakat termasuk orang tua siswa diberikan kewenangan yang cukup besar untuk mengelola urusannya sendiri, termasuk perencanaan dan pengelolaan keuangan sekolah, proses belajar mengajar menjadi aktif dan menarik, para pendidiknya lebih ditingkatkan kemampuannya dan masyarakat sekitar sekolah ikut aktif dalam urusan persekolahan secara umum (http://www.depdiknas.go.id/content.php?-content=file_mbs - Diunduh 04 oktober 2009).

(39)

harus menggunakan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Hal ini menunjukkan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah merupakan strategi yang harus digunakan oleh semua sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan (http://www.depdiknas.go.id/undang-undang_pendidikan&id - Diunduh 04 oktober 2009).

Pengembangan program ini secara garis besar dijalankan melalui pengembangan model untuk memberdayakan pendidikan dasar melalui Manajemen Sekolah; pelaksanaan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM); dan Peran Serta Masyarakat (PSM) dalam lingkungan sekolah.

Dalam menjalakan program MBS ini, Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS), melakukan kerjasama dengan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization

(UNESCO) (http://www.depdiknas.go.id/content.php?content:file_ edupedia&id= 20081027134949 - Diunduh 07 Desember 2009).

(40)

Dari berbagai kerjasama yang dilakukan, salah satunya adalah kerjasama dibidang pendidikan. UNICEF memiliki program pendidikan dasar untuk semua /

Educations For All (EFA). Dalam hal ini UNICEF mendukung langkah-langkah pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses pendidikan dasar melalui sistem informasi pendidikan berbasis masyarakat. Sistem ini memungkinkan penelusuran semua anak usia di bawah 18 tahun yang tidak bersekolah (http://www.unicef.org/indonesia/id/education_3141.html - Diunduh 02 Januari 2010).

Selain itu, UNICEF juga membantu pemerintah yang dalam hal ini DEPDIKNAS dalam menjalankan program-program unggulan pendidikannya, salah satunya UNICEF membantu pemerintah Indonesia dalam menjalankan program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dalam program MBS ini, UNICEF berkarya di sebanyak 12 Propinsi yang salah satunya di Propinsi Jawa Barat.

Dalam kerjasamanya membantu menerapkan program MBS di Jawa Barat, UNICEF memberikan bantuan berupa bimbingan teknis, pendanaan, dan konsultasi kepada Dinas Pendidikan Propinsi, Dinas Pendidikan Kota / Kabupaten, dan Sekolah-sekolah di Jawa Barat yang ditangani oleh UNICEF (Wawancara:Education Office-UNICEF).

1.4.2 Hipotesis

(41)

United Nations Children’s Fund (UNICEF) berperan dengan pemberian bantuan teknis dan pendanaan dalam penanganan masalah pendidikan dasar di Jawa Barat melalui program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)”

1.4.3 Definisi Operasional

Untuk dapat memahami dan mengukur variable-variabel yang terdapat dalam hipotesis maka variabel-variabel tersebut akan didefinisikan secara operasional sebagai berikut:

Peranan UNICEF memiliki tujuan untuk membantu Indonesia dan memperbaiki prosesnya untuk penyelesaian masalah Pendidikan Dasar agar dapat mencapai tujuannya dan meningkatkan kualitas dan keefektifan keseluruhannya.

United Nations Children’s Fund (UNICEF) adalah organisasi internasional

yang berada dibawah naungan PBB. Berdasarkan struktur organisasi dan fungsinya, UNICEF lebih memfokuskan pada penanganan masalah yang berhubungan dengan anak-anak.

(42)

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah salah satu program yang dikeluarkan oleh DEPDIKNAS atas kerjasama dengan UNICEF dan UNESCO untuk menangani peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Menurut Wohlstetter dan Mohrman, secara luas MBS berarti:

“Pendekatan politis yang mendesain ulang organisasi sekolah dengan memberikan kewenangan dan kekuasaan kepada partisipan sekolah pada tingkat local guna memejukan sekolahnya. Partisipan local tersebut adalah

kepala sekolah, guru, orang tua siswa, siswa, dan masyarakat sekitar.”

(Wohlstetter & Mohrman dalam Nurkolis,2006:2-3).

Jawa Barat adalah salah satu Propinsi di Indonesia, yang terdiri atas 17 kabupaten dan 9 kota, dan Ibu kotanya berada di Kota Bandung. Jawa Barat merupakan Propinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.

1.5 Metodelogi Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data. 1.5.1 Metodologi Penelitian.

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Deskriptif (Descriptive Research),

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunaan beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu;

(43)

berdasarkan literature atau referensi, yang didapat dari berbagai sumber seperti buku-buku, majalah, surat kabar, artikel, jurnal dan fasilitas situs internet yang terkait dengan masalah yang diteliti.

2. Teknik wawancara, yaitu dengan mendapatkan sejumlah keterangan dan fakta secara akurat yang diperoleh langsung secara lisan dari pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian

1. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Jalan Dipati Ukur 116 Bandung.

2. Perpustakaan Pusat FISIP Universitas Parahyangan (UNPAR), Jalan Cimbuleuit - Bandung.

3. Perpustakaan FISIP Universitas Padjajaran (UNPAD), Jalan Jatinangor – Sumedang.

4. Perpustakaan FISIP Universitas Pasundan (UNPAS), Jalan Lengkong – Bandung.

5. Kantor pusat UNICEF Indonesia, Wisma Metropolitan II, Jl Jend Soedirman kavling 31 – Jakarta.

6. Kantor cabang UNICEF untuk wilayah Jawa Barat, Jalan Salam No 86 – Bandung

(44)

8. Badan Pusat Statistik (BPS) JABAR, Jalan Purwakarta No. 169 / 173, Antapani - Bandung

1.6.2 Waktu Penelitian

TABEL 1.5 WAKTU PENELITIAN

No. Kegiatan

Waktu Penelitian

Tahun 2009 Tahun 2010

Sept. Okt. Nov. Des. Jan. Feb. Maret April Mei Juni Juli Agust

1 Pengajuan

Judul

2 ACC Judul

3 Bimbingan

4 Seminar

UP

5 Penelitian

6 Sidang

Skripsi

1.7 Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi ini dibagi atas lima bab, dimana setiap bab terdiri dari sub-sub bab yang disesuaikan dengan keperluan penelitian, secara sistematis penulisan ini ditulis sebagai berikut;

(45)

Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data, serta Lokasi dan Lama Penelitian.

`Bab II, Tinjauan Pustaka, merupakan hasil telusuran tentang kepusatakaan yang mengupas topik penelitan yang sama, hal ini merupakan bukti pendukung bahwa topik atau materi yang diteliti memang suatu permasalahan yang penting, sebagaimana ditunjukan oleh kepustakaan yang dirujuk. Teori-teori yang berkaitan dalam penelitian ini, yaitu: Hubungan Internasional, Kerjasama Internasional, dan Organisasi Internasional.

Bab III, Objek Penelitian, yang memberikan gambaran umum mengenai objek penelitian, khususnya keadaan objek penelitian dihubungkan dengan judul skripsi atau permasalahan yang diteliti. Objek Penelitian ini menyangkut masalah Variabel Bebas dan Variabel terikat, yang akan membahas: Peranan United

Nations Children’s Fund (UNICEF) dalam Penanganan Masalah pendidikan dasar

di Jawa Barat.

Bab IV, Analisis hasil penelitian dan interpretasi, yang mencerminkan hubungan antara dua variabel (bebas dan terikat) yang diangkat dalam penelitian. Yaitu membahas Peranan United UNICEF dalam Penanganan Masalah pendidikan dasar di Jawa Barat.

(46)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hubungan Internasional

Salah satu pembahasan dalam memaparkan berbagai hubungan yang terjadi di dunia ini adalah hubungan internasional, yaitu dengan mempelajari manusia dan kebudayaan yang berbagai masyarakat diseluruh dunia. Hubungan internasional adalah kunci utama negara atau dasar–dasar negara sebagai dari salah satu bagian dari interaksi negara-negara dalam dunia internasional, dimana negara sebagai aktor utama.

Menurut Robert Jackson & George Sorenson dalam buku “Pengantar Studi Hubungan Internasional”, mengemukakan bahwa:

Alasan utama mengapa kita harus mempelajari hubungan interasional adalah adanya fakta bahwa seluruh penduduk dunia terbagi kedalam wilayah komunitas politik yang terpisah, atau negara-negara merdeka, yang sangat mempengaruhi cara hidup manusia. Secara bersama-sama negara-negara tersebut membentuk system internasional yang akhirnya menjadi sistem global (2005:3).

Dari pemaparan tersebut bisa disimpulkan bahwa hubungan internasional merupakan suatu kebutuhan yang harus di pelajari dan dipahami, karena kebutuhannya sangatlah komplek pada dewasa ini dengan frekuensi yang tinggi.

Menurut Holsti yang dikutip oleh T. May Rudy dalam buku “Administrasi dan

(47)

Pola interaksi Hubungan Internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional, baik oleh pelaku negara-negara (state-actors) maupun oleh pelaku-pelaku bukan negara (non-state actors) (2003:2).

Suatu interaksi dilakukan karena adanya saling membutuhkan diantara negara-negara tersebut. Melalui interaksi ini, akan terjalin suatu pola hubungan yaitu hubungan internasional. Pola hubungan atau interaksi tersebut dapat berupa kerjasama, persaingan dan pertentangan. Tentunya dalam berlangsungnya hubungan internasional yang diharapkan adalah berlangsungnya pola-pola kerjasama.

Terjadinya hubungan internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdepedensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar.

Hubungan internasional pada masa lampau berfokus pada kajian mengenai perang dan damai serta kemudian meluas untuk mempelajari perkembangan, perubahan dan kesinambungan yang berlangsung dalam hubungan antar negara atau antar bangsa dalam konteks sistem global tetapi masih bertitik berat kepada hubungan

politik yang lazim disebut “high politics”. Sedangkan hubungan internasional

(48)

Seperti yang dinyatakan oleh DR. A. Agung Banyu Perwita dan DR. Yayan Mochamad Yani dalam buku “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional” menjelaskankan bahwa hubungan internasional dalam arti umum tidak hanya mencakup unsur politik saja, tapi juga mencakup unsur-unsur ekonomi, sosial, budaya, hankam, dan sebagainya (2005:1).

Menurut Evans & Newham dalam bukunya The Dictionary of World Poiltics

yang dikutip di dalam buku Perita & Yani mengartikan hubungan internasional sebagai suatu istilah yang digunakan untuk melihat seluruh interaksi antara aktor-aktor negara dengan melewati batas-batas negara (2005:4).

Mochtar Masoed mengemukakan hubungan internasional sebagai suatu prilaku, yang dijelaskan bahwa:

Hubungan internasional juga mempelajari prilaku internasional, yaitu prilaku para aktor negara maupun non-negara, di dalam arena transaksi internasional. Prilaku tersebut bisa berwujud perang, konflik, kerjasama, pembentukan aliansi, interaksi dalam organisasi internasional dan sebagainya (1990,28). Walaupun pada dasarnya aktor yang efektif adalah negara, sehingga prilaku internasional yang paling banyak mendapat perhatian para analisis adalah prilaku negara, namun harus diperhatikan juga prilaku aktor-aktor non-negara.

(49)

dijelaskan oleh para pakar hubungan internasional di atas, akan tetapi juga pada unsur-unsur sosial, budaya, pendidikan, dan ekonomi.

Hubungan Internasional menurut M. Maso’ed yang dikutip dalam buku Perwita & Yani, mengartikan bahwa:

Hubungan internasional didefinisikan sebagai studi tentang interaksi antar beberapa aktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang meliputi negara-negara, organisasi internasional,, organisasi non-pemerintah, serta individu-individu. Tujuan dasar studi hubungan internasional adalah mempelajari perilaku internasional, yaitu perilaku para actor negara maupun non-negara, di dalam arena transaksi internasional (2005:4-5).

Walaupun pada dasarnya aktor yang efektif adalah negara, sehingga perilaku internasional yang paling banyak mendapatkan perhatian para analisis adalah perilaku negara, namun harus juga diperhatikan aktor-aktor lain seperti aktor non-negara dan organisasi internasional.

2.2 Kerjasama Internasional

(50)

Sejak awal, fokus dari hubungan internasional mempelajari penyebab-penyebab konflik dan kondisi-kondisi yang menciptakan kerjasama-kerjasama yang dapat tercipta sebagai akibat dari adanya penyesuaian-penyesuaian prilaku oleh para aktor dalam rangka merespon dan mengantisipasi pilihan-pilihan yang diambil oleh aktor lainnya.

Menurut James E. Dougherty dan Robert L. Pfaltzgraff dalam bukunya

“Contending Theories”, mengemukakan bahwa:

Kerjasama dapat dilakukan dalam suatu proses perundingan secara nyata diadakan atau karena masing-masing pihak sudah saling tahu, sehingga tidak perlu lagi diadakan suatu perundingan (1997:418).

Saat ini, sebagian besar transaksi dan interaksi antar negara dalam sistem internasional sekarang bersifat rutin dan hampir bebas dari konflik. Berbagai jenis masalah nasional, regional, ataupun global yang bermunculan memerlukan perhatian dari berbagai pihak. Dalam kebanyakan kasus yang terjadi, pemerintah saling berhubungan dengan mangajukan alternatif pemecahan, perundingan atau pembicaraan mengenai masalah yang dihadapi, mengemukakan berbagai bukti teknis untuk menopang pemecahan masalah tertentu, dan mengakhiri perundingan dengan membentuk suatu perjanjian atau saling pengertian yang memuaskan bagi semua pihak, proses seperti ini biasa disebut kerjasama.

(51)

Kerjasama Internasional dapat terbentuk karena kehidupan internasional meliputi berbagai bidang, seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan, dan keamanan. Hal tersebut memunculkan kepentingan yang beraekaragam sehingga mengakibatkan berbagai masalah sosial. Untuk mencari solusi atas berbagai macam masalah tersebut maka beberapa negara membentuk suatu kerjasama internasional (2005:34).

Kerjasama dapat berlangsung dalam berbagai konteks yang berbeda. Kebanyakan hubungan dan interaksi yang berbentuk kerjasama terjadi langsung diantara dua pemerintah yang memiliki kepentingan atau menghadapi masalah yang sama secara bersamaan. Bentuk kerjasama lainnya dilakukan antara negara yang bernaung dalam organisasi dan kelembagaan internasional.

Menurut T. May Rudy dalam buku “Administrasi dan Organisasi Internasional” ada 2 (dua) bentuk dan pola kerjasama, yaitu:

1. Kerjasama Pertahanan-Keamanan (Collective Security) 2. Kerjasama Fungsional (Functional Co-operation) (2009:8).

Sedangkan menurut Koesnadi Kartasasmita dalam bukunya “Organisasi dan Administrasi Internasional”, dijelaskan pengertian kerjasama internasional yang dapat dipahami bahwa:

(52)

Isu utama dari kerjasama internasional yaitu sejauh mana keuntungan bersama yang diperoleh melalui kerjasama dapat mendukung konsepsi dari kepentingan tindakan yang unilateral yang kompetitif. Dengan kata lain, kerjasama internasional dapat terbentuk karena kehidupan internasional meliputi berbagai bidang, seperti ideology, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan, dan keamanan.

Penulis menyimpulkan bahwa Kerjasama internasional adalah salah satu usaha negara-negara untuk menyelaraskan kepentingan-kepentingan yang sama dan juga merupakan suatu perwujudan kondisi masyarakat yang saling tergantung satu sama lain. Kerjasama internasional pada umumnya berlangsung pada situasi-situasi yang bersifat desentralisasi yang kekurangan institusi-institusi dan norma-norma yang efektif bagi unit-unit yang berbeda secara kultur dan terpisah secara geografis, sehingga kebutuhan untuk mengatasi masalah yang menyangkut kurang memadainya informasi tentang motivasi-motivasi dan tujuan-tujuan dari berbagai pihak sangatlah penting.

2.3 Organsasi Internasional

2.3.1 Definisi dan Klasifikasi Organsasi Internasional

(53)

internasional. Hal tersebut dikarenakan keberadaan organisasi internasional telah diakui keberhasilannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Organisasi internasional dapat diartikan sebagai ikatan formal yang melampaui batas-batas wilayah nasional yang ditetapkan untuk membentuk suatu mesin kelembagaan agar dapat memudahkan kerjasama di antara pihak yang terkait dalam berbagai bidang. Organisasi internasional sebagai aktor internasional dianggap memberikan keuntungan terhadap negara, dimana ia berperan aktif didalamnya.

Pada masa sekarang ini, dengan adanya perkembangan teknologi terutama dibidang transportasi, informasi, dan komunikasi memacu individu-individu dan kelompok lain yang tidak bergerak sebagai aktor negara untuk melakukan kerjasama dengan pihak-pihak lain di luar negara mereka baik itu aktor negara maupun aktor non-negara lainnya. Semakin besarnya frekuensi kerjasama ditambah dengan adanya suatu kesamaan maksud dan tujuan dalam kerjasama tersebut membuat para aktor tersebut membentuk suatu organisasi internasional.

Menurut Clive Archer dalam bukunya International Organizations, Organisasi internasional adalah:

Suatu struktur formal dan berkelanjutan yang dibentuk atas suatu kesepakatan antara anggota-anggota (pemerintah dan non-pemerintah) dari dua atau lebih negara berdaulat dengan tujuan untuk mengejar kepentingan bersama para anggotanya (1983:35).

Dari pengertian organisasi internasional menurut Clive Archer diatas, United

Nations Children’s Fund (UNICEF) sebagai organisasi internasional yang

(54)

organisasi yang formal yang dibentuk berdasarkan kesepakatan negara-negara anggotanya yang bertujuan untuk mengejar kepentingan para anggotanya yaitu untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan perkembangan jangka panjang kepada anak-anak sesuai dengan mandatnya.

Sedangkan menurut Duverger yang dikutip dalam buku Clive Archer mengatakan bahwa:

Organisasi internasional merupakan suatu bentuk dari hubungan internasional yang berbentuk kolektif atau struktur dasar dari suatu organisasi sosial yang dibentuk atas dasar hukum atau tradisi manusia yang dapat berupa pertukaran, perdagangan, diplomasi, konferensi (1983:2).

Berdasarkan kutipan tersebut, bisa digambarkan bahwa UNICEF sebagai organisasi internasional yang didirikan oleh Majelis Umum PBB adalah suatu bentuk hubungan internasional, karena beranggotakan pemerintah dari negara-negara yang berbadan hukum.

Viotti dan Kauppi menjelaskan organisasi internasional dalam konteks pemegang peran. Mereka mengemukakan:

Organisasi internasional dalam isu-isu tertentu berperan sebagai aktor yang independen dengan hak-haknya sendiri. Organisasi internasional juga memiliki peranan penting dalam mengimplementasikan, memonitor dan menengahi perselisihan yang timbul dari adanya keputusan-keputusan yang dibuat oleh negara-negara (1990: 228).

(55)

diambilnya berdasarkan kerangka konsepnya sendiri tanpa pengaruh dari negara / pihak manapun.

Teuku May Rudy berpendapat lebih lengkap dan menyeluruh tentang organisasi internasional, menurutnya definisi organisasi internasional adalah:

Suatu pola kerja sama yang melintasi batas-batas negara dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda (2009:3).

Berdasarkan pengertian tersebut, dikemukakan bahwa organisasi menurut Rudy terdiri dari beberapa unsur, yaitu:

1. Kerjasama yang ruang lingkupnya melintas batas negara. 2. Mencapai tujuan – tujuan yang disepakati bersama. 3. Baik antar pemerintah atau non-pemerintahan. 4. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap.

5. Melaksanakan fungsi secara berkesinambungan (2009:4).

Dari unsur-unsur organisasi internasional menurut T. Rudy tersebut bila dikaitkan dengan UNICEF sebagai salah satu organisasi internasional, tentunya mencakupi unsur-unsur tersebut. Hal tersebut dikarenakan UNICEF ruang lingupnya melintas batas negara; memiliki prioritas untuk mencapai tujuan-tujuannya; memiki struktur organisasi yang lengkap dan jelas; dan UNICEF menjalankan fungsinya sebagai organisasi internasional yang memberikan bantuan kemanusiaan dan perkembangan jangka panjang kepada anak-anak dan ibunya.

(56)

Organization“, klasifikasi organisasi internasional berdasarkan keanggotaannya

terbagi manjadi 2 (dua) macam, yaitu:

1. Type of membership (tipe keanggotaan)

a. Inter-Governmental Organizations (IGO), yaitu organisasi internasional dengan wakil pemerintahan-pemerintahan sebagai angota.

b. International Non-Governmental Organizations (INGO), yaitu organisasi internasional dimana anggotanya bukan mewakili pemerintahan.

2. Extent of membership (jangkauan keanggotaan) a. Keanggotaan yang terbatas dalam wilayah tertentu.

b. Keanggotaan yang mencakup seluruh wilayah di dunia (1983:66). Dari pemaparan klasifikasi organisasi internasional berdasarkan keanggotaannya tersebut bisa disimpulkan bahwa UNICEF merupakan Inter-Governmental Organizations (IGO), karena beranggotakan wakil pemerintahan-pemerintahan suatu negara. Selain itu dalam jangkauan keanggotaannya, UNICEF memiliki anggota yang mencakup seluruh wilayah di dunia tanpa terbatas pada suatu wilayah terntentu.

Klasifikasi organisasi internasional menurut tujuan dan aktivitasnya berkisar dari yang bersifat umum hingga yang khusus dan terbagi menurut orientasinya, yaitu menuju pada hubungan kerjasama para anggotannya, menurunkan tingkat konflik atau menghasilkan konfrontasi antar anggota atau yang bukan anggota.

(57)

anggotannya. Selain itu, struktur juga dapat melihat tingkat kemandirian institusi dari anggotannya yang berupa pemerintahan dan melihat keseimbangan antara elemen pemerintahan dan yang bukan pemerintahan.

Struktur lembaga IGOs memiliki pola khusus, misalnya dengan adanya pegawai-pegawai permanen yang dipimpin oleh orang-orang profesional, dimana birokrasi-birokrasi permanen ini disebut sekretariat. Karyawannya dapat dianggap sebagai pegawai sipil internasional, dan diharapkan dapat mengembangkan kesetiaan yang bersifat supranasional atau kesetiaan terhadap organisasi dan bukan terhadap negaranya.

T. May Rudy memberikan penggolongan terperinci mengenai organisasi internasional menurut segi tinjauan berdasarkan 8 hal yaitu sebagai berikut :

1. Kegiatan administrasi : organisasi internasional antarpemerintah (inter- governmental organization/IGO) dan organisasi internasional

nonpemerintahan (nongovernmental organization / NGO)

2. Ruang lingkup (wilayah) kegiatan dan keanggotaan : organisasi internasional global dan organisasi internasional regional

3. Bidang kegiatan (oprasional) organisasi, seperti bidang ekonomi, lingkungan hidup, pertambangan, komoditi (pertanian, industri), bidang bea cukai, perdagangan internasional dan lain – lain

4. Tujuan dan luas bidang kegiatan organisasi : organisasi internasional umum dan organisasi internasional khusus.

5. Ruang lingkup (wilayah) dan bidang kegiatan : global – umum, global -khusus, regional - umum dan regional – khusus.

6. Menurut taraf kewenangan (kekuasaan) : organisasi supranasional dan orgaisasi kerjasama.

7. Bentuk dan pola kerjasama : kerjasama pertahanan keamanan dan kerjasama fungsional.

(58)

dan organisasi peradilan yaitu organisasi yang menyangkut penyelesaian sengketa pada berbagai bidang atau aspek (politik, ekonomi, sosial dan budaya) menurut prosedur hukum dan melalui proses peradilan (sesuai dengan ketantuan internasional dan perjanjian internasional) (2005:7-10). Menurut Theodore A. Coulombis & James H. Wolfe dalam buku Introduction to International Relations: Power and Justice, IGOs dapat diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kategori berdasarkan keanggotaan dan tujuannya, yaitu:

1. Organisasi yang keanggotaan dan tujuannya bersifat umum

Organisasi ini memiliki ruang lingkup global dan melakukan berbagai fungsi, seperti keamanan, sosial-ekonomi, perlindungan hak asasi manusia, pertukaran kebudayaan, dan lain sebagainya. Contohnya adalah PBB.

2. Organisasi yang keanggotaannya umum tetapi tujuannya terbatas Organisasi ini dikenal juga sebagai organisasi fungsional karena diabdikan untuk satu fungsi spesifik. Contohnya International Labour Organization (ILO), World Health Organization (WHO), United Nations on AIDS (UNAIDS), dan lain sebagainya.

3. Organisasi yang keanggotaannya terbatas tetapi tujuannya umum Organisasi seperti ini biasanya adalah organisasi yang bersifat regional yang fungsi dan tanggung jawab keamanan, politik dan social-ekonominya berskala luas. Contohnya adalah Uni Eropa, Organisasi Negara-negara Amerika (OAS), Uni Afrika, dan lain sebagainya. 4. Organisasi yang keanggotaan dan tujuannya terbatas

Organisasi ini dibagi atas organisasi sosial-ekonomi, contohnya adalah Asosiasi Perdagangan Bebas Amerika Latin (LAFTA), serta organisasi militer/pertahanan, contohnya adalah North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan Pakta Warsawa (1999: 281).

2.3.2 Fungsi Organisasi Internasional

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.4
TABEL 1.5 WAKTU PENELITIAN
Tabel 3.2
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat dalam upaya meningkatkan Penerimaan Pajak Daerah Provinsi Jawa

Tujuan Humas Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat melalui media relations dalam memberikan informasi kepada wartawan media cetak yaitu memberikan

Kantor Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat telah berupaya untuk meningkatkan prestasi kerja karyawannya dengan mengurangi tingkat stres dan juga

Hasil uji dari aplikasi website ini menunjukkan bahwa aplikasi ini dapat digunakan untuk membantu Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat mengelola data bencana dan dapat diakses

Tujuan kelompok kami membangun sistem informasi kepegawaian di Diskominfo Bandung Provinsi Jawa Barat adalah untuk membantu pihak diskominfo dalam membangun sebuah

Dalam upaya meningkatkan peranan sektor industri pengolahan dalam pembangunan ekonomi Provinsi Jawa Barat, hendaknya pemerintah Provinsi Jawa Barat lebih memprioritaskan

Gedung Kantor Badan Perencanaan Pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat akan menerapkan tema arsitektur POST-modern atas perkembangan berbagai aktivitas dan pengguna di Gedung dinas itu

Selain itu dengan menerapkan perancangan EA pada Dinas Sosial SPBE Provinsi Jawa Barat, diyakini dapat mendukung program pemerintah dalam membuat rencana induk SPBE yang termasuk di