• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Penerapan SOP Budidaya Krisan Petani Desa Langensari Penerapan SOP budidaya krisan petani Desa Langensari umumnya masih rendah. Bentuk tidak diterapkannya SOP dapat dilihat mulai dari proses penyiapan sarana prasaran, proses produksi, panen hingga pascapanen. Dalam penyiapan sarana prasarana contoh tidak diterapkannya SOP dapat terlihat pada penyiapan greenhouse, masih banyak petani yang tidak mengikuti anjuran SOP terutama pada penggunaan dinding greenhouse. Menurut anjuran SOP dinding greenhouse seharusnya adalah bahan yang dapat menjaga sirkulasi udara sekaligus dapat menahan serangga perusak bunga, bahan dinding greenhouse anjuran adalah net screen atau ram kawat. Namun kenyataannya saat ini banyak petani yang hanya menggunakan plastik sebagai dinding greenhousenya bahkan ada yang tidak berpenutup dinding sama sekali. Tentu dengan hanya menggunakan plastik sebagai dinging greenhouse pertumbuhan bunga krisan menjadi tidak optimal karena sirkulasi udara dalam greenhouse menjadi tidak baik, apalagi greenhouse yang tidak berpenutup sama sekali, serangga perusak bunga krisan akan sangat mudah keluar masuk kedalam greenhouse tanpa ada yang menghalangi. Banyak dinding greenhouse petani Desa Langensari yang tidak sesuai anjuran SOP dikarenakan net screen atau ram kawat (bahan anjuran SOP) harganya relatif mahal sehingga banyak petani yang tidak mampu membelinya. Kemudian pada proses produksi bentuk tidak diterapkannya SOP terlihat dari pemberian pupuk tidak sesuai dosis anjuran, penggunaan bibit yang tidak berkualitas dan sanitasi lingkungan yang belum dilakukan dengan benar. Dari kegiatan panen dan pascapanen bentuk tidak diterapkannya SOP dapat terlihat dari perlakuan bunga krisan yang kurang baik yang menyebabkan bunga banyak yang rusak sebelum sampai ke konsumen.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penerapan SOP masih banyak tidak diterapkan. Pertama, anjuran SOP masih dianggap kurang praktis untuk dilaksanakan. Banyak petani mengganggap anjuran dalam SOP terlalu banyak kegiatan dan bertele-tele sehingga mengakibatkan petani merasa tidak perlu mengikutinya. Kedua, penerapan SOP dianggap hanya menambah biaya tanpa memberikan imbalan pendapatan yang seimbang jika diterapkan. Ketiga, lemahnya pengetahuan petani mengenai manfaat penerapan SOP budidaya krisan.

Proses introduksi SOP budidaya krisan di Desa Langensari sebenarnya telah dilakukan oleh beberapa pihak yaitu diantaranya Balithi, BP3K dan juga Gapoktan Asri Tani Jaya. Bahkan sampai saat ini Gapoktan Asri Tani Jaya bekerja sama dengan pihak BP3K Kecamatan Sukaraja Sukabumi rutin melaksanakan pertemuan dan penyuluhan pada hari rabu yang dimulai sejak awal tahun 2014. Pertemuan dan penyuluhan tersebut salah satunya bertujuan memperkenalkan SOP budidaya krisan agar terwujud budidaya krisan yang baik dan benar.

Walaupun introduksi SOP rutin dilaksanakan setiap minggu namun tetap saja budidaya krisan petani Desa Langensari masih banyak yang belum sesuai SOP. Akibatnya kualitas bunga krisan yang dihasilkan petani Desa Langensari menjadi kurang baik, hal ini akhirnya menyebabkan usaha budidaya krisan yang

dijalankan petani Desa Langensari menjadi kurang menguntungkan. Dampak lebih lanjut, karena usaha budidaya krisan kurang menguntungkan banyak petani krisan Desa Langensari meninggalkan usahanya dan mengganti dengan menanam komoditas lain. Bahkan ada sebagian petani yang beralih profesi menjadi tukang ojek, karyawan pabrik dan kerja cathering. Keadaan ini menambah rentetan masalah yang dihadapi petani, karena dengan trend beralih profesi menyebabkan tenaga kerja menjadi sulit didapatkan terutama untuk budidaya tanaman krisan. Tidak hanya sampai disitu, sulitnya mendapatkan tenaga kerja membuat tenaga kerja yang sudah ada menjadi naik harganya. Hasilnya untuk memproduksi bunga krisan akan membutuhkan biaya lebih tinggi dari sebelumnya. Jika diasumsikan modal petani tetap maka dengan semakin tingginya harga tenaga kerja akan membuat produksi secara keseluruhan menurun di Desa Langensari.

Penilaian Tingkat Penerapan SOP Petani Krisan Desa Langensari Petani digolongkan SOP apabila memenuhi minimal 40 persen kriteria anjuran (A), 60 persen kriteria sangat anjuran (SA) dan 100 persen kriteria wajib (W). Setelah dilakukan penilaian penerapan SOP terhadap 35 petani krisan di Desa Langensari, terdapat sepuluh petani yang dinyatakan lulus dan 25 lainnya dinyatakan tidak lulus. Sepuluh petani yang lulus penilaian itulah yang kemudian disebut sebagai petani SOP sedangkan 25 petani lainnya yang tidak lulus digolongkan sebagai petani non-SOP.

Secara keseluruhan skor penilaian kriteria anjuran petani SOP lebih tinggi dibanding petani non-SOP. Tabel 9 menunjukan skor petani SOP untuk kriteria anjuran (A) rata-rata sebesar 54 persen sedangkan pada petani non-SOP 50 persen. Pada kriteria sangat anjuran (SA) rata-rata skor petani SOP 65 persen sedangkan pada petani non-SOP hanya 49 persen. Pada kriteria wajib skor petani SOP senilai 100 persen sedangkan pada petani non-SOP senilai 67 persen.

Tabel 9 Perbandingan rata-rata penerapan anjuran petani SOP dan non-SOP

Kriteria anjuran Kriteria kelulusan (%) Petani Desa Langensari (%) Lulus Tidak lulus Petani SOP Petani non-SOP Anjuran (A) ≥ 40 < 40 54 50 Sangat anjuran (SA) ≥ 60 < 60 65 49 Wajib (W) 100 < 100 100 67

Secara keseluruhan terdapat 101 anjuran yang terdapat dalam pedoman budidaya florikultura yang baik (good agricultural practices on floriculture). Dari 101 anjuran tersebut dibagi menjadi tiga kriteria yaitu A, SA dan W. Kriteria A artinya dianjurkan untuk dilaksanakan, kriteria ini minimal 40 persen harus diikuti petani untuk menjadi SOP. Kriteria SA artinya sangat dianjurkan untuk dilaksanakan, kriteria ini minimal 60 persen harus diikuti petani untuk menjadi SOP. Kemudian yang terakhir kriteria W yang artinya wajib dilaksanakan, kriteria ini harus 100 persen diikuti petani untuk menjadi petani SOP, apabila terdapat satu saja anjuran kriteria W tidak dilaksanakan petani dapat menjadikannya menjadi tidak SOP. Secara lengkap semua isi anjuran pedoman budidaya

florikultura yanb baik (good agricultural practices on floriculture) dapat dilihat pada Lampiran 6 sampai Lampiran 8. Pada Lampiran 6 sampai Lampiran 8 terlihat setiap anjuran telah diberi nomor urut dari 1 sampai 101, dimana setiap anjuran telah memiliki kriteria masing-masing yaitu A, SA dan W. Adapun untuk hasil penilaian penerapan setiap anjuran berdasarkan kriteria (A, SA dan W) oleh petani responden dapat dilihat pada Tabel 10, 11 dan 12. Tabel 10 menampilkan hasil penilaian anjuran untuk yang kriteria A, Tabel 11 menampilkan hasil penilaian anjuran kriteria SA dan Tabel 12 menampilkan penilaian anjuran untuk kriteria W.

Kriteria Anjuran (A)

Kriteria anjuran (A) yang banyak tidak diterapkan oleh petani baik dari kelompok SOP maupun non-SOP adalah nomor 4, 9, 22, 29, 30, 76, 77, 100 dan 101. Terlihat dari nilai persentasenya yang bernilai nol (Tabel 10). Begitu pula dengan anjuran nomor 69 juga belum banyak diterapkan oleh petani, terlihat dari nilainya yang hanya 3 persen. Anjuran SOP nomor 4 adalah kegiatan pemetaan dalam usaha budidaya krisan, dalam SOP menganjurkan petani memiliki peta lokasi budidaya krisan yang mereka miliki. Namun keadaan dilapangan menunjukan semua petani Desa Langensari baik dari kelompok SOP maupun non- SOP belum ada yang memiliki peta lokasi lahan budidaya krisan, sehingga nilai anjuran nomor 4 bernilai nol. Anjuran nomor 9 adalah kegiatan analisis dampak lingkungan, anjuran nomor 9 bernilai nol karena semua petani Desa Langensari belum ada yang melakukan analisis dampak lingkungan sebelum pembukaan lahan budidaya krisan. Anjuran nomor 22 adalah kegiatan penanganan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, anjuran tersebut bernilai nol karena semua petani Desa Langensari belum ada yang memiliki tempat khusus penyimpanan baju dan perlengkapan perlindungan kerja. Anjuran nomor 30 adalah kegiatan penggunaan benih yaitu pada aspek mutu, anjuran tersebut bernilai nol karena semua petani Desa Langensari tidak ada yang menyimpan label benih yang digunakannnya, sedangkan pada SOP budidaya krisan menganjurakan agar label benih yang digunakan disimpan agar dapat menjadi bukti petani menggunakan benih bersertifikasi. Anjuran SOP nomor 76 dan 77 adalah kegiatan fumigasi tanah, dalam SOP menganjurakan waktu, bahan aktif, metode aplikasi, operator dan interval fumigasi tanaman harus dicatat. Namun keadaan dilapangan menunjukan semua petani krisan Desa Langensari yang menjadi responden tidak ada yang memiliki catatan fumigasi sehingga nilai anjuran nomor 76 dan 77 bernilai nol. Kemudian kegiatan nomor 100 dan 101 adalah evaluasi internal, SOP budidaya krisan menganjurkan terdapat bukti atau catatan evaluasi internal yang dilakukan secara periodik. Namun semua petani Desa Langensari yang menjadi responden dalam penelitian tidak ada yang memiliki catatan atau bukti lainnya mengenai evaluasi internal, sehingga nilai anjuran nomor 100 dan 101 bernilai nol.

Anjuran SOP yang juga masih rendah penerapannya adalah nomor 66, 69 dan 78. Anjuran nomor 66 adalah kegiatan mengenai penanganan peralatan, SOP budidaya menganjurkan tersedianya panduan penggunaan peralatan aplikasi pestisida untuk menjamin proses pencampuran dilakukan dengan prosedur yang benar. Namun untuk saat ini masih sedikit petani yang memiliki panduan tersebut,

dari kelompok SOP sebesar 20 persen dan kelompok non-SOP sebanyak 16 persen atau dari seluruh petani yang menjadi responden hanya sebanyak 17 persen yang memiliki panduan penggunaan peralatan seperti yang diajurkan SOP. Kemudian anjuran nomor 69 adalah kegiatan pengairan yaitu aspek penanganan limbah, SOP budidaya menganjurkan tersedianya fasilitas pengelolaan limbah. Namun saat ini masih sedikit petani yang memiliki fasilitas tersebut, dari kelompok petani SOP sekalipun hanya 10 persen yang memiliki fasilitas tersebut, sedangkan dari kelompok non-SOP tidak ada yang memiliki fasilitas penanganan limbah seperti yang dianjurkan SOP budidaya. Secara keseluruhan petani yang menjadi responden hanya 3 persen yang memiliki fasilitas penangan limbah seperti yang dianjurkan SOP budidaya. Kemudian anjuran 78 adalah kegiatan pemupukan dalam pemenuhan nutrisi tanaman, SOP budidaya menganjurkan tersedianya hasil analisa tanah sebelum melakukan pemupukan. Namun petani krisan Desa Langensari hanya sedikit yang melakukan analisa seperti yang dianjurkan SOP sebelum melakukan pemupukan dari kelompok petani SOP sebanyak 40 persen dan dari kelompok petani non-SOP sebenyak 16 persen atau dari seluruh petani yang menjadi responden hanya sebanyak 23 persen yang melakukan analisa tanah sebelum pemupukan (Tabel 10).

Tabel 10 Perbandingan penerapan kriteria anjuran (A) petani SOP dan non-SOP

Kegiatan Nomor Anjuran Petani SOP Petani Non-SOP Total Petani

Pemilihan lokasi 1 100 100 100 2 100 100 100 Pemetaan 4 0 0 0 Kesuburan lahan 5 100 96 97 AMDAL 9 0 0 0 Keselamatan dan Kesehatan tenaga kerja 22 0 0 0 Media tanam 25 100 100 100 27 100 100 100 Mutu benih 28 100 100 100 29 0 0 0 30 0 0 0 Penyimpanan pupuk 38 80 80 80 Kompetensi pemupukan 43 90 96 94 Peralatan perlindungan tanaman 66 20 16 17 Pengairan 69 10 0 3 Pemilihan benih 74 100 100 100 Sterilisasi media 75 100 100 100 Fumigasi tanah 76 0 0 0 77 0 0 0 Penggunaan pupuk (kebutuhan nutrisi) 78 40 16 23

Lanjutan Tabel 10 Perbandingan penerapan kriteria anjuran (A) petani SOP dan non- SOP

Kegiatan Nomor Anjuran Petani SOP Petani Non-SOP Total Petani

Penggunaan pupuk (kebutuhan nutrisi) 79 90 92 91 Penanganan bahan kimia 84 90 20 40 Pengemasan 86 100 32 51 Penggunaan alsintan 92 100 100 100 Perawatan alsintan 93 90 68 74 Bukti evaluasi internal 100 0 0 0 Bukti tindak perbaikan 101 0 0 0

Kriteria Sangat Anjuran (SA)

Seperti diperlihatkan pada Tabel 9, petani SOP untuk kriteria sangat anjuran sudah menerapkan 65 persen dan dapat dinyatakan lulus untuk kriteria ini. Sedangkan petani kelompok non-SOP untuk kriteria sangat anjuran baru menerapkan sebanyak 49 persen dan belum dapat dinyatakan lulus SOP karena minimal kriteria sangat anjuran harus diterapkan sebesar 60 persen. Pada Tabel 11 menunjukan anjuran SOP yang termasuk dalam kriteria sangat anjuran umumnya masih banyak yang belum diterapkan oleh petani Desa Langensari. Dari 63 anjuran yang termasuk dalam kriteria sangat anjuran terdapat 13 anjuran yang tidak diterapkan sama sekali oleh semua petani baik itu dari kelompok petani SOP maupun kelompok petani non-SOP. Kemudian terdapat 9 kriteria sangat anjuran yang penerapannya masih kurang dari 20 persen. Adapun anjuran SOP yang tidak diterapkan sama sekali petani krisan Desa Langensari misalnya anjuran nomor 17 yaitu kegiatan mengenai penanganan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, dalam SOP budidaya menganjurkan prosedur penanganan kecelakaan kerja dipajang di tempat kerja, namun tidak ada petani Desa Langensari yang memajang prosedur seperti yang dianjurkan SOP budidaya tersebut. Kemudian anjuran SOP nomor 57, 58 dan 59 menganjurkan petani memiliki pedoman penanggulangan kecelakaan akibat keracunan pestisida, fasilitas untuk mengatasi keadaan darurat dan tanda pereingatan potensi bahaya yang terletak di lokasi kerja dan mudah dibaca, namun tidak ada petani Desa Langensari yang memiliki pedoman seperti dianjurkan SOP dilokasi kerja/kebunnya. Begitu juga anjuran nomor 64 tidak ada petani Desa Langensari yang menerapkannya, anjuran nomor 64 mengintruksikan petani harus mengkalibarasi peralatan aplikasi pestisida secara berkala, namun tidak ada petani yang melakukan kalibrasi terhadap peralatan aplikasi pestisida yang mereka miliki. Kemudian anjuran nomor 71 dan 72 juga tidak ada peteni responden yang menerapkannya, anjuran 71 dan 72 menginstruksikan petani memiliki dokumen tertulis hasil pengawasan berupa catatan kegiatan selama proses budidaya, namun tidak ada petani responden yang memiliki dokumen seperti yang diinstruksikan SOP budidaya tersebut. Anjuran nomor 80 menginstruksikan petani memiliki toilet sebagai tempat mencuci tangan dan peralatan agar kebersihannya selalu terjaga, namun tidak ada petani yang memiliki

fasilitas toilet di kebunnya. Anjuran nomor 94 masih terkait dengan kalibrasi peralatan dan mesin yang dimiliki petani, anjuran nomor 94 juga masih belum ada petani yang menerapkan seperti yang dianjurkan SOP budidaya sehingga nilainya masih nol. Kemudian anjuran nomor 95, 96, 97 dan 99 adalah anjuran SOP budidaya yang menginstruksikan petani memiliki catatan, dokumen, sistem pencatatan yang selalu diperbarui secara berkala, namun tidak ada petani responden yang memiliki catatan, dokumen maupun sistem pencatatan seperti yang dianjurkan SOP budidaya tersebut.

Tabel 11 Perbandingan penerapan kriteria sangat anjuran (SA) petani SOP dan non-SOP

Kegiatan No Anjuran Petani SOP Petani Non-SOP Total Petani Kegiatan No anjura n Petani SOP Petani Non- SOP Total Petani Pemilihan lokasi 3 10 0 3 Penyimpanan

pestisida 55 50 48 49 Penyiapan lahan 8 100 100 100 56 0 4 3 Isu lingkungan 10 100 96 97 57 0 0 0 11 80 84 83 58 0 0 0 Kompetensi tenaga kerja 13 100 100 100 59 0 0 0 14 60 8 23 Penanganan wadah pestisida 60 80 8 29 15 100 100 100 61 10 0 3 Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja 16 50 0 14 62 100 100 100 17 0 0 0 Peralatan penyemprotan 63 100 96 97 18 20 0 6 64 0 0 0 19 90 76 80 65 100 100 100 20 10 4 6 Pengairan 67 100 96 97 Penyiapan lahan 23 100 100 100 68 100 100 100 24 100 100 100 70 100 100 100

Perlakuan benih 31 100 68 77 Pengawasan 71 0 0 0 Teknik

menanam

32 70 24 37 72 0 0 0 Jenis pupuk 33 100 100 100 Kebersihan 80 0 0 0 34 100 92 94 81 90 68 74 35 90 60 69 Kualitas air pascapanen 82 100 68 77 36 100 100 100 Penanganan bahan kimia 83 90 56 66 Penyimpanan pupuk 39 100 72 80 85 20 4 9 41 100 68 77 Pengemasan 87 100 32 51 42 100 28 49 Penyimpanan 89 90 36 51 Kompetensi pemupukan 44 100 84 89 Kompetensi 90 100 44 60 Jenis pestisida 45 20 0 6 Tempat

pengemasan 91 100 40 57 46 100 100 100 Kalibrasi alat 94 0 0 0 48 100 100 100 Catatan pengaduan 95 0 0 0 49 100 100 100 96 0 0 0 Penyimpanan pestisida 50 100 88 91 97 0 0 0 51 100 84 89 pencatatan 98 50 0 14 53 90 84 86 99 0 0 0 54 100 96 97

Kriteria Wajib (W)

Secara keseluruhan terdapat 11 anjuran SOP yang termasuk dalam kriteria wajib untuk dilaksanakan. Wajib untuk dilaksanakan artinya setiap petani harus mengikuti semua anjurannya agar dapat menjadi petani SOP, apabila ada satu saja dari anjuran yang bersifat wajib ini tidak dilaksanakan dapat menjadikan petani menjadi tidak SOP, karena anjuran yang besifat wajib ini harus 100 persen dilaksanakan. Untuk petani SOP semua anjuran wajib umumnya sudah semua petaninya melaksanakan sesuai anjuran, namun untuk petani non-SOP ada beberapa anjuran yang masih banyak tidak diterapkan oleh petaninya, bahkan ada pula anjuran yang tidak diterapkan sama sekali oleh petaninya seperti anjuran nomor 12 dan 88. Anjuran nomor 12 adalah kegiatan mengenai penanganan limbah, SOP budidaya menganjurkan petani memiliki tempat pembuangan limbah yang letaknya terpisah dari lokasi produksi untuk mencegah risiko pencemaran. Namun banyak petani dari kelompok non-SOP yang tidak memiliki tempat pembuangan limbah seperti yang dianjurkan SOP, sehingga pembuangan limbah seperti daun yang terserang penyakit masih dibuang dalam greenhouse sebagai tempat produksi krisan. Tentu hal ini membahayakan tanaman krisan, karena semakin tinggi kemungkinan terkontaminasi oleh penyakit dari limbah daun berpenyakit tersebut. Kemudian anjuran nomor 88 adalah kegiatan pengemasan, SOP budidaya menganjurkan produk diberikan label yang menjelaskan identitas produk. Namun tidak ada petani dari kelompok non-SOP yang melakukan pelabelan pada saat penanganan pascapanen sehingga nilai anjuran nomor 88 bernilai nol. Secara umum anjuran nomor 12 dan 88 adalah anjuran kriteria wajib yang paling banyak tidak diterapkan oleh petani Desa Langensari, terlihat dari nilai persentasenya yang hanya 29 persen. Anjuran nomor 12 dan 88 dari kriteria wajib juga merupakan anjuran SOP yang menyebabkan banyak petani krisan Desa Langensari menjadi tidak SOP (Tabel 12).

Anjuran SOP lainnya dari kriteria wajib yang masih banyak tidak diterapkan petani Desa Langensari adalah nomor 21 dan 52 yang terlihat dari persentase petani yang menerapkannya masih kurang dari 70 persen dari total petani krisan Desa Langensari yang menjadi responden. Anjuran nomor 21 adalah kegiatan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, SOP budidaya menganjurkan pekerja harus menggunakan peralatan dan perlengkapan pelindung keselamatan. Namun masih banyak petani Desa Langensari yang tidak menggunakan peralatan pelindung saat melakukan pekerjaannya di kebun, terutama dari kelompok petani non-SOP. Kemudian anjuran nomor 52 adalah kegiatan penyimpanan pestisida, SOP menganjurkan pestisida harus disimpan ditemapat aman dan terpisah dari produk pertanian. Namun masih banyak petani yang menyimpan pestisida di sembarang tempat seperti di lemari rumah, ruang tamu, wc dan tempat lainnya yang dapat membahayakan petani dan keluarganya. Anjuran SOP wajib yang belum 100 persen diterapkan petani namun sudah cukup banyak adalah anjuran nomor 37, 40 dan 73. Anjuran tersebut sudah cukup banyak diterapkan terlihat dari nilai persentase petani yang menerapkannya sudah lebih dari 70 persen dari total petani Desa Langensari yang menjadi responden. Adapun anjuran SOP wajib yang sudah seluruhnya diterapkan petani krisan Desa Langensari adalah anjuran nomor 6,7 26 dan 47 (Tabel 12).

Tabel 12 Perbandingan penerapan kriteria wajib (W) petani SOP dan non-SOP

Kegiatan Nomor Anjuran Petani SOP Petani non-SOP Total Petani

Penyiapan lahan 6 100 100 100 7 100 100 100 Pengolahan limbah 12 100 0 29 Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja 21 100 48 63 Media tanam 26 100 100 100 Jenis pupuk 37 100 96 97 Penyimpanan pupuk 40 100 88 91 Kompetensi perlindungan tanaman 47 100 100 100 Penyimpanan pestisida 52 100 40 57 Pemilihan benih 73 100 68 77 pengemasan 88 100 0 29

Perbandingan Kegiatan Usahatani dan Pascapanen

Secara umum kegiatan usahatani krisan terdiri dari penyiapan lokasi budidaya, penyiapan greenhouse, penyiapan lahan, penyiapan stek pucuk, penanaman, pemeliharaan dan panen. Sedangkan kegiatan pascapanen terdiri dari sortasi, grading, pengikatan, perendaman, pembungkusan koran tangkai bunga, pembungkusan kuntum bunga dan pengepakan. Adapun perbandingan kegitan usahatani dan pascapanen krisan petani SOP dan non-SOP dijelaskan dibawah ini.

Penyiapan Lokasi Budidaya Krisan

Penyiapan lokasi budidaya krisan baik petani SOP maupun non-SOP umumnya sudah sesuai anjuran SOP. Karena lokasi budidaya terletak pada daerah agroekologi yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan krisan. Desa Langensari adalah salah satu lokasi budidaya cukup baik untuk tanaman krisan. Kondisi tanah yang subur di Desa Langensari sangat mendukung tumbuh dan perkembangan bunga krisan. Selain itu suhu yang dingin yang berkisar antara 15- 30 oC, curah hujan yang cukup yaitu berkisar antara 2 805 mm per tahun serta intensitas peninaran matahari yang baik di desa ini juga menjadikan pertumbuhan krisan berlangsung baik. Selain itu belum adanya pabrik serta masih sedikitnya lahan yang digunakan untuk pemukiman penduduk membuat kondisi lahan Desa Langensari masih belum banyak tercemar oleh limbah bahan berbahaya dan beracun. Keadaan ini juga membuat lahan di Desa Langensari masih produktif untuk ditanami krisan dan juga komoditas pertanian lainnya. Umumnya tidak

terdapat perbedaan yang berarti antara kelompok petani SOP maupun non-SOP dalam penyiapan lokasi budidaya krisan. Karena baik petani SOP maupun non- SOP lokasi budidayanya masih terletak pada daerah yang sama yaitu Desa Langensari.

Penyiapan Greenhouse

Umumnya baik petani SOP maupun non-SOP seluruhnya sudah menggunakan greenhouse dalam budidaya bunga krisan. Perbedaannya terletak pada konstruksi bangunan serta sarana pendukung greenhouse pada keduanya. Dari segi penggunaan bahan konstruksi greenhouse petani SOP menggunakan gombong lebih banyak dari pada petani non-SOP. Gombong itu sendiri adalah bambu berukuran besar yang digunakan sebagai tiang kerangka greenhouse. Penggunaan gombong pada petani SOP lebih banyak disebabkan sebagian besar kerangka tiang greenhousenya menggunakan gombong atau bambu besar sedangkan pada petani non-SOP kerangka tiang greenhousenya tidak seluruhnya menggunakan gombong melainkan dicampur dengan menggunakan bambu kecil. Oleh karena itu penggunaan bambu kecil petani non-SOP lebih banyak yaitu 384.06 batang sedangkan pada petani SOP sebanyak 379.29 batang. Bambu kecil itu sendiri umumnya digunakan untuk keperluan atap greenhouse karena ukurannya yang lebih kecil. Namun karena alasan ekonomis ada sebagian petani yang menggunakannya untuk keperluan tiang kerangka greenhouse (Tabel 13). Proses penyiapan greenhouse diperlihatkan Gambar 1.

Gambar 1 Penyiapan greenhouse

Bahan penutup atap greenhouse petani bunga krisan Desa Langensari umumnya menggunakan plastik UV. Tabel 13 menunjukan petani SOP rata-rata menggunakan jumlah yang lebih tinggi yaitu 152.86 kg sedangkan petani non- SOP sebanyak 144.78 kg. Hal ini disebabkan perbedaan jenis plastik UV yang digunakan petani SOP dan non-SOP. Dari segi jenis umumnya plastik UV yang digunakan petani adalah UV 8 dan UV 12. Rata-rata petani SOP menggunakan UV 12 sedangkan petani non-SOP menggunakan UV 8 sebagai penutup atap

greenhousenya. Kedua jenis plastik UV ini memiliki ketebalan yang berbeda dimana plastik UV 12 lebih tebal dibanding plastik UV 8. Sehingga penggunaan pada luasan yang sama, plastik UV 12 akan lebih berat dibandingkan plastik UV 8. Tambang, kawat dan paku adalah bahan yang digunakan untuk mengikat dan menyambung antar kerangka bangunan greenhouse. Penggunaan untuk ketiga

bahan ini baik petani SOP maupun non-SOP tidak jauh berbeda seperti yang diperlihatkan pada Tabel 13.

Tabel 13 Investasi konstruksi greenhouse petani SOP dan non-SOP

Jenis Investasi Rataan Penggunaan per 500 m

2

Petani SOP Petani non-SOP

Gombong / bambu besar (btg) 42.98 39.17 Bambu kecil (btg) 379.29 384.06 Plastik UV (Kg) 152.86 144.78 Tambang (kg) 0.70 0.10 Kawat (Kg) 7.24 8.95 Paku (Kg) 13.76 14.40

Tabel 14 menunjukan petani SOP menggunakan net screen jauh lebih tinggi yaitu 199.43 m sedangkan petani non-SOP hanya menggunakan 39.33 m. Net screen itu sendiri adalah bahan penutup dinding greenhouse yang terbuat dari net

Dokumen terkait