[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas tanaman krisan 2009-2013. Jakarta: BPS pusat.
Cempaka, Dessy Ratna. 2013. Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran di Desa Panundaan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Dalimunthe, Siti Fatimah. 2008. Analisis Usahatani Nenas (Ananas Cosmosus (l.) Merr) dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) (KASUS: Desa Cipelang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten. 2013. Kelompok Tani Krisan Kabupaten Sukabumi. Sukabumi. Indonesia.
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. 2013. Profil Krisan. Jakarta. Indonesia.
---.2014. Pedoman Budidaya Florikultura yang baik (good agricultural practices on floriculture). Jakarta. Indonesia.
Hartati, Dewi Sri. 2010. Implikasi Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) terhadap Pendapatan Petani Mangga Gedong Gincu di Kecamatan Sedong, Kabupaten Cirebon Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Hernanto F. 1991. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Kementrian Pertanian.2013. Profil Krisan. Jakarta. Indonesia.
Lisanti, Yudithia. 2014. Analisis Usahatani Tomat Berbasis Standar Operasional Prosedur (SOP) di Kecamatan Lembang, Bandung Barat. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Maharani, Ariq Dewi. 2012. Pengaruh SOP terhadap Pendapatan Petani Pisang Mas Kirana di Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang Jember [skripsi]. Jember (ID). Universitas Jember.
Marwoto, Budi. 2012. Standar Operasional Prosedur Budidaya Krisan Potong. Jakarta. Indonesia.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Oktavia, Nurul Zulfah. 2002. Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Budidaya Tanaman Krisan di Pt. Agrobumi Puspa Sari Sukabumi. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Poetryani, Antari. 2011. Analisis Perbandingan Efisiensi Usahatani Padi Organik dengan Anorganik. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Purwono, Joko, et al. 2014. Analisis Tataniaga Bunga Krisan di Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur [jurnal]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Indonesia. 2014. Neraca Perdagangan Subsektor Florikultura Indonesia. Jakarta. Indonesia.
Sandriawati, et al. 2013. faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi budidaya bunga krisan potong di desa hargobinangun kecamatan pakem kabupaten sleman. [Jurnal]. Surakarta (ID). Universitas Sebelas Maret.
Sari, Ayu Nina. 2010. Pencapaian Standar Mutu dan Kualitas Produksi Bunga Pot Krisan di PT. Saung Mirwan. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. Malang: Penerbit Universitas Brawijaya. Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta: Penerbit UI.
Soekartawi, et al. 2011. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: Penerbit UI.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed methods). Bandung: Alfabeta.
Suradinata, Yayat Rochayat. 2012. Penggunaan Benzyl Amino Purine (BAP) untuk Meningkatkan Kesegaran Bunga Krisan [jurnal]. Bandung (ID). Universitas Padjadjaran.
Suratiyah, Ken. 2011. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.
Syifaurrahmah. 2011. Pengelolaan Panen dan Pasca Panen Bunga Krisan Potong di PT. Alam Indah Bunga Nusantara, Cipanas – Cianjur Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Widianingsih, Artati. 2008. Analisis Usahatani dan Pemasaran Pepaya California Berdasarkan Standar Operasional Prosedur (Kasus di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Wiraatmaja, I Wayan, et al. Memperpanjang Kesegaran Bunga Potong Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev.) dengan Larutan Perendam Sukrosa dan Asam Sitrat [Jurnal]. Denpasar (ID). Universitas Undayana.
Wulandari, Sekar Nur. 2009. Pendapatan Usahatani dan Pembangunan Usaha Hias Daun Potong di Bogor [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Syarat Mutu Bunga Krisan Potong
No Jenis Uji Satuan Kelas Mutu
AA A B C
1 Panjang Tangkai Minimum
-tipe spray cm 76 70 61 Asalan
-tipe standar cm
*aster cm 76 70 61 Asalan
*kancing cm 76 70 61 Asalan
*santini cm 60 55 50 Asalan
2 Diameter tangkai bunga
-tipe standar, aster dan kancing
mm >5 4.1-5 3--4 Asalan
-santini mm >4 3.5-4 3-3.5 Asalan
3 Diameter bunga setengah menkar
-tipe standar mm >80 71-80 60-70 Asalan
-tipe spray mm
*aster mm >40 >40 >40 Asalan
*kancing mm >35 >35 >35 Asalan
*santini mm >30 >30 >30 Asalan
4 jumlah kuntum bunga 1/2 mekar per tangkai
-tipe spray kuntum >6 >6 >6 Asalan
5 kesegaran bunga segar segar segar Asalan
6 Benda asing/kotoran maksimal
% 3 5 10 >10
7 keadaan tangkai bunga kuat,
lurus tidak pecah kuat, lurus tidak pecah kuat, lurus tidak pecah Asalan
8 kesegaran kultivar seragam seragam seragam Seragam
9 daun pada 2/3 bagian tangkai bunga lengkap dan seragam lengkap dan seragam lengkap dan seragam Asalan
10 penanganan pasca panen mutlak
sperlu
Lampiran 2 Kriteria Waktu Panen
Varietas Warna Normal
(hari) Musim Kemarau (hari) Musim Penghujan (hari)
Reagan (spray) putih, kuning,
pink, salem, ungu, orange
100 90 105-110
Puma (spray) putih, kuning 100 85 105
Fiji (standar) putih, kuning,
pink, orange
100 85 105
Jaguar (standar) merah, ungu 90 80 100
Euro (spray) putih 95 85 105
Captiva (standar) ungu 110 100 125
Remix (spray) merah, putih,
pink
100 90 110
Yoko Ono (spray) hijau 100 90 110
Tawn Talk (spray) kuning 100 90 110
Sheena (standar) putih, kuning 110 95 120
Shamrock (standar) hijau 110 95 120
Lampiran 3 Luas Lahan Budidaya Krisan Kab. Sukabumi Nama Kelompok
Tani Desa
Jumlah
Anggota Luas Lahan (m
2)
Palasari Jaya Ds. Sudajaya Girang 16 20 000
Anugerah Ds. Sudajaya Girang 44 10 000
Sinar Pelangi Ds. Sudajaya Girang 15 5 000
Mustika Bumi Ds. Perbawati 15 30 000
Lembur Tani Ds. Perbawati 37 5 000
Tani Jaya II Ds. Sukajaya 61 15 000
Asri Tani Ds. Langensari 20 11 000
Sedap Malam Ds. Sukamekar 20 7 000
Tunas Bunga Ds. Langensari 20 5 000
Sakura Ds. Langensari 20 30 000
Itikurih Ds. Langensari 20 50 000
Albino Ds. Langensari 20 20 000
KWT krisan Ds. Langensari 20 2 500
Abadi Ds. Langensari 20 50 000
Sejati Tani Ds. Limbangan 20 4 000
Florist Ds. Girijaya 11 50 000
Rahayu Ds. Girijaya 13 40 000
Rukun Tani Ds. Girijaya 7 30 000
Jabon Ds. Tangkil 8 20 000
Mekar Sari Ds. Girijaya 9 20 000
Mandiri Ds. Girijaya 9 10 000
Lampiran 4 Investasi peralatan sarana pendukung per 500 m2greenhouse Sarana Pendukung Greenhouse Jumlah Harga (Rp/satuan) Nilai (Rp) Umur Ekonomis (tahun) Penyusutan Per Musim Produksi (Rp) Petani SOP Jaring (Kg) 9.9 45 000 445 500 3.80 34 194 Pancuh/tiang jaring (btg) 242.71 1 313 318 678 1.40 66 391 Net Screen (m) 199.43 6 000 1 196 580 5.40 64 630 Kabel dalam greenhouse
- kabel 2,5 inchi (m) 60 2 000 120 000 4.50 7 778 - Kabel 1,5 inchi (m) 228.81 1 643 375 935 2.13 51 599 Kepala lampu (unit) 33.39 3 889 129 854 3.80 9 967 Lampu
- lampu pijar (unit) 1.5 3 500 5 250 1.00 1 531 - Lampu Neon (unit) 31.89 32 625 1 040 411 1.60 189 658 Stop kontak (unit) 1.04 9 167 9 534 2.80 993 Timer (unit) 0.2 100 000 20 000 2.50 2 333 MCB (unit) 1.04 36 429 37 886 1.50 7 367 Total 3 699 628 436 442 Petani non-SOP Jaring (Kg) 9.58 47 083 451 055 3.60 36 544 Pancuh/tiang jaring (btg) 239.22 1 339 320 316 1.72 54 317 Net Screen (m) 39.33 5 800 228 114 5.29 12 587 Kabel dalam greenhouse 0
- kabel 2,5 inchi (m) 12 1 967 23 604 4.00 1 721 - Kabel 1,5 inchi (m) 254.02 1 482 376 458 2.17 50 677 Kepala lampu (unit) 30.3 3 870 117 261 3.72 9 194
Lampu 0
- lampu pijar (unit) 3.8 2 667 10 135 1.00 2 956 - Lampu Neon (unit) 26.25 31 333 822 491 1.35 177 985 Stop kontak (unit) 1.2 7 525 9 030 2.72 968 Timer (unit) 0 0 0
MCB (unit) 1.2 39 091 46 909 1.32 10 365
Lampiran 5 Format Penilaian GAP Dasar-dasar Usahatani
Kriteria Kegiatan Anjuran Penerapan Y T Lahan Pemilihan lokasi 1. Lahan usaha berada di daerah sentra
produksi sesuai RUTR/RDTRD komoditas (A).
2. Lokasi lahan usaha sesuai dengan peta perwilahan komoditas (A).
3. Ada catatan riwayat penggunaan lahan (SA)
Pemetaan 4. Tersedia peta/denah lokasi lahan (A). Kesuburan lahan 5. Tingkat kesuburan lahan cukup baik (A) Penyiapan lahan 6. Lahan bebas dari bahan B3 (W)
7. Kemiringan lahan kurang dari 30 persen atau bila sampai 40 persen harus diikuti dengan melakukan tindakan konservasi (W)
8. Penyiapan lahan atau media tanam dilakukan dengan cara menghidarkan terjadinya erosi (SA)
Kelestarian lingkungan
Analisis dampak lingkungan
9. Dilakukan analisis dampak lingkungan sebelum pembukaan lahan (A)
Isu lingkungan 10. Petani memahami dampak usahataninya terhadap kelestarian lingkungan
11. Penambahan bahan kimia dalam penyiapan lahan dan media tidak mencemari lingkungan (SA)
Pengolahan limbah
12. Tersedia tempat pembuangan limbah yang letaknya terpisah dari lokasi produksi untuk mencegah terjadinya risiko cemaran pada produk dan lingkungan (W). Tenaga kerja, keselamatan dan kesehatan Kompetensi tenaga kerja
13. Tenaga kerja memiliki keahlian, keterampilan dan kompetensi dibidang budidaya dan keselamatan kerja (SA). 14. Tenaga kerja mendapat pelatihan sesuai
bidang dan tanggung jawabnya (SA) 15. Tenaga kerja memenuhi peraturan
ketenagakerjaan (SA) Keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja
16. Pekerja yang menangani peralatan berbahaya harus mengikuti pelatihan keamanan dan keselamatan kerja (SA) 17. Prosedur penanganan kecelakaan kerja
dipajang di tempat kerja (SA)
18. Tersedia fasilitas sanitasi dan P3K di lokasi tempat produksi kebun (SA). 19. Pekerja mengetahui peraturan tentang
keselamatan kerja, dan tata cara pencegahann (SA)
20. Pekerja yang menangani pestisida menjalani pengecekan kesehatan secara berkala (SA)
21. Pekerja harus menggunakan peralatan dan perlengkapan atau pelindung keselamatan kerja sesuai dengan anjuran (W)
22. Tersedia tempat untuk menyimpan baju/perlengkapan pelindung kerja (A). Sumber: Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura Ditjen Hortikultura
Lampiran 6 Format Penilaian GAP Dasar-dasar Budidaya
Kriteria Kegiatan Anjuran
Penerapan
Y T
Lahan Penyiapan lahan 23. Dilakukan tindakan untuk mempertahankan
kesuburan tanah (SA).
24. Penyiapan lahan tanam dilakukan dengan cara yang dapat menghindari terjadinya pemadatan tanah (SA)
Media tanam 25. Media tanam diketahui sumbernya (A)
26. Media tanam tidak mengandung cemaran B3 (W) 27. Media tanam yang digunakan tidak mengandung
OPT (A) Penggunaan
benih
Mutu benih 28. Benih yang ditanam merupakan varietas unggul komersial (A)
29. Benih memiliki surat keterangan mutu (A) 30. Label benih disimpan (A)
Perlakuan benih 31. Penggunaan bahan kimia untuk perlakuan benih sesuai anjuran (SA)
Penanaman Teknik menanam 32. Penanaman sudah dilakukan sesuai dengan teknik budidaya anjuran (SA)
Pemupukan Jenis pupuk 33. Pupuk terdaftar atau diizinkan oleh pemerintah (SA)
34. Penggunaan pupuk organik yang telah terdekompoisisi dan layak digunakan (SA) 35. Pemupukan sesuai anjuran (SA)
36. Penggunaan pupuk tidak mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan (SA)
37. Kotoran manusia tidak digunakan sebagai pupuk (W)
Penyimpanan pupuk 38. Pupuk disimpan pada tempat yang bersih, bersih dan tidak lembab (A)
39. Pupuk disimpan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari, hujan, air dan api (SA)
40. Pupuk disimpan pada tempat yang aman dan terpisah dari produk pertanian (W)
41. Pupuk yang berbentuk cair, granular, dan bubuk disipan pada tempat yang benar yang meminimalkan risiko pencemaran lahan produksi dan sumber air (SA)
42. Pupuk disimpan dengan cara yang benar dan mengurangi risiko pencemaran lingkungan (SA). kompetensi 43. Petani mampu menunjukan pengetahuan dan
keterampilan pemupukan (SA)
44. Aplikasi cara pemupukan berdasarkan rekomendasi para ahli, dosis/konsentrasi, jenis, frekuensi (SA) Perlindungan
tanaman
prinsip perlindungan 45. Pengendalian OPT sesuai prinsip PHT (SA) 46. Penggunaan pestisida sesuai dengan anjuran
rekomendasi dan aturan pakai (SA)
kompetensi 47. Pelaku mampu menunjukan pengetahuan dan keterampilan mengaplikasi pestisida (W)
pestisida 48. Pestisida yang digunakan terdaftar dan diijinkan, bila untuk tujuan ekspor disesuaikan dengan peraturan negara tujuan (SA)
penyimpanan pestisida 50. Pestisida disimpan di tempat yang kokoh (SA) 51. Pestisida disimpan di tempat yang berventilasi baik
(SA)
52. Pestisida disimpan di tempat aman dan terpisah dari produk pertanian (W)
53. Pestisida disimpan di tempat dengan pencahayaan baik untuk memastikan agar label dapat dibaca jelas (SA)
54. Pestisida disimpan pada kemasan asli (SA) 55. Pestisida cair diletakan terpisah dari pestisida
bubuk (SA)
56. Tempat penyipanan pestisida mampu menahan tumpahan (SA)
57. Terdapat pedoman penanggulangan kecelakaan akibat keracunan pestisida yang terletak pada lokasi yang mudah dibaca (SA).
58. Terdapat fasilitas untuk mengatasi keadaan darurat (SA)
59. Tanda-tanda peringatan potensi bahaya pestisida diletakan pada tempat yang mudah dilihat dan strategis (SA)
penanganan wadah pestisida
60. Wadah bekas pestisida ditangani dengan benar agar tidak mencemari lingkungan (SA)
61. Wadah bekas pestisida dirusak afar tidak digunakan untuk keperluan lain (SA)
62. Kelebihan pestisida dalam tabung penyemprotan digunakan untuk pengendalian di tempat lain (SA) peralatan 63. Peralatan aplikasi pestisida dirawat secara teratur
agar selalu berfungsi dengan baik (SA)
64. Peralatan aplikasi pestisda dikalibrasi secara berkala untuk menjaga keakurasian (SA)
65. Tersedia peralatan yang memadai untuk menakar dan mencampur pestisida (SA)
66. Tersedia panduan penggunaan peralatan dan aplikasi pestisida (A)
Pengairan pengairan 67. Ketersedian air sesuai dengan kebutuhan tanaman (SA)
68. Air yang digunakan untuk irigasi tidak mengandung limbah B3 (SA)
69. Terdapat fasilitas pengelolaan limbah (A)
70. Penggunaan air pengairan tidak bertentangan dengan kepentingan umum (SA)
Pengawasan pengawasan 71. Tersedia dokumen hasi pengawasan internal terhadap penerapan GAP florikultura (SA)
pencatatan 72. Tersedia catatan tentang kegiatan mulai dari jenis varietas, mutu benih, tnggal kadaluarsa, jenis, dosis pupuk, waktu dan frekuensi pemupukan, bahan aktif pestisida, cara aplikasi, dosis, waktu pengairan, frekuensi, penggunaan bahan kimia, dosis, waktu, aplikasi, alasan penggunaan (SA)
Lampiran 7 Format penilaian GAP Kegiatan budidaya tanaman hias dan bunga
Kriteria Kegiatan Anjuran Penerapan
Y T
Benih/varietas Pemilihan benih 73. Petani memahami kualitas dan spesifikasi benih (W)
74. Pemilihan benih sesuai dengan preferensi pasar (A)
Pengolahan lahan dan media tanam
Sterilisasi media 75. Dilakukan sterilisasi media (A)
Fumigasi tanah 76. Tersedia rekomendasi tanah di fumigasi (A) 77. Interval fumigasi dan waktu tanam harus dicatat
(A) Penggunaan
pupuk
Kebutuhan nutrisi
78. Tanaman dan tanah diberi pupuk untuk meminimalkan kekurangan nutrisi. Tersedia hasil analisa tanah sebelum dilakukan pemupukan (A) 79. Aplikasi pemupukan berdasarkan perhitungan
kebutuhan tanaman (A)
Panen Kebersihan 80. Tersedia fasilitas toilet dan tempat mencuci tangan yang bersih (SA)
81. Wadah hasil panen yang digunakan dalam keadaan baik, bersih dan tidak terkontaminasi (SA)
Perlakuan pasca panen
Kualitas air pascapanen
82. Pencucian menggunakan air bersih (tidak berwarna, tidak berbau, tidak terkontaminasi) (SA)
Penanganan bahan kimia
83. Bahan kimia yang digunakan dalam proses pascapanen terdaftar dan diijinkan (SA)
84. Penggunaan bahan kimia untuk perlakuan pascapanen hanya dilakukan jika tidak ada alternatif lain (A)
85. Tersedia dokumen yang jelas dan memadai tentang penggunaan perlakuan pascapanen (SA) Pengemasan 86. Pengemasan dan pengepakan yang dilakukan bisa
melindungi produk dari kerusakan dan kontaminan (A)
87. Tempat pengemasan bersih, bebas dari hama dan kontaminasi (SA)
88. Kemasan diberi label yang menjelaskan identitas produk (W)
Penyimpanan 89. Ruang penyimpanan mampu melindungi produk dari kerusakan dan kontaminan (SA)
Kompetensi 90. Petani mampu menunjukan pengetahuan dan keterampilan mengaplikasi bahan kimia (SA) Tempat
pengemasan
91. Tepat pengemasan terpisah dari tempat penyimpanan pupuk dan pestisida (SA)
Lampiran 8 Format Penilaian GAP Alsintan, Pengaduan, Pencatatan dan Evaluasi Internal
Kriteria Kegiatan Anjuran Penerapan
Y T
Sarana, peralatan dan mesin pertanian
Penggunaan alsintan 92. Penggunaan alsintan dilakukan secara tepat (A) Perawatan alsintan 93. Alsintan dirawat secara teratur (A)
Kalibrasi alat 94. Peralatan dan mesin terkait dengan pengukuran dikalibrasi secara berkala (SA)
Pengaduan Catatan keluhan konsumen
95. Tersedia catatan tentang keluhan konsumen (SA)
Catatan langkah koreksi keluhan konsumen
96. Tersedia catatan mengenai langkah koreksi dari keluhan konsumen (SA)
Dokumen tindak lanjut
97. Terdapat dokumen tindak lanjut dari pengaduan (SA)
Pencatatan Sistem pencatatan yang mudah ditelusuri
98. Tersedia sistem pencatatan yang mudah ditelusuri (SA)
Kebaharuan catatan 99. Catatan dan dokumentasi selalu diperbaharui (SA)
Evaluasi internal
Bukti evaluasi internal 100.Terdapat bukti bahwa evaluasi internal dilakukan secara periodik (SA)
Bukti tindak perbaikan 101.Tersedia catatan tindakan perbaikan sesuai dengan hasil evaluasi (A)
Lampiran 9 Perbandingan struktur biaya petani SOP dan non-SOP
No Keterangan Satuan
Petani SOP Petani non-SOP
Unit Harga (Rp/satuan) Nilai (Rp/500 m2) Unit Harga (Rp/satuan) Nilai (Rp/500 m2) A Tunai 1 Lahan m2 500 1 963 981 250 500 1 307 653 667
2 Bibit krisan (stek
pucuk) tangkai 29 357 49 1 438 500 25 733 61 1 570 505 3 Pupuk organik Padat kg 982.98 241 236 897 1 017.02 244 247 900 Cair liter 0.60 47 667 28 600 0.54 21 556 11 640 4 Pupuk kimia Padat kg 71.32 3 125 222 902 58.76 3 424 201 211 5 Kapur pertanian kg 68.81 890 61 240 46.43 889 41 270 6 Obat-obatan - Pestisida Padat gr 525.00 98 51 400 263.33 142 37 340 Cair ml 797.71 488 389 546 716.26 452 323 972 - ZPT Padat gr 16.90 2 500 42 250 4.10 2 500 10 250 Cair ml 76.00 316 23 998 110.00 343 37 722 7 Listrik kwh 90.55 1 352 122 427 131.35 1 352 177 581 8 Perlengkapan 47.92 10 207 489 138 14.29 11 284 161 242 9 TKLK HKP HOK 30.72 55 200 1 695 701 11.28 51 048 575 815 HKW HOK 4.76 55 200 262 953 3.37 51 048 171 918
Total Biaya Tunai 6 046 803 4 222 033
B Non-Tunai 1 TKDK HKP HOK 14.86 55 200 820 503 30.12 51 048 1 537 681 HKW HOK 1.36 55 200 75 228 1.60 51 048 81 443 2 Penyusutan Peralatan produksi 115 612 65 804 Peralatan pendukung GH 436 442 357 315 Greenhouse 992 719 904 161
Total Biaya Non-Tunai 2 440 504 2 946 403
Lampiran 10 SOP Penyiapan Sarana dan Prasarana Produksi krisan
Kriteria Langkah-langkah
Penyiapan Lokasi
Ketinggian tempat yang dianjurkan 600-1200 m dpl. Keadaan bertekstur liat, subur, berdrainase baik, tidak mengandung OPT, pH tanah 6,2-6,7. Suhu lokasi yang optimum untuk pertumbuhan krisan siang hari rata-rata 22-28o C. Kelembaban udara pertumbuhan awal 90-95 % dan pada tanaman muda-dewasa 70-85%. Kemiringan tanah harus kurang dari 10%
Penyiapan
Green house
Bentuk atap green house bisa melengkung, segitiga, bentuk A, gergaji atau setengah silinder. Bahan penuup atap dapat berasal dari kaca, plastik UV, plastik gelombang PVC, acrylic, dan policarbonate. Kemudian untuk bahan kerangka bisa dari kayu, bambu, besi,alumunium atau beton. Ketinggian yang disarnkan 3-4,5 m dari permukaan tanah, lebar dan penjang menyesuaikan keadaan lahan. Untuk bahan penutup dinding bisa dari net atau ram kawat.
Penyiapan Sarana Irigasi
Saluran irigasi meliputi saluran primer, sekunder, dan tertier. Penyiapan sarana irigasi juga meliputi penyiapan sumber air, saluran pemberian air, dan saluran air. Alat yang digunakan dalam proses ini meliputi cangkul, garpu tanah, water pas, gergaji besi, selang, tang, obeng, nozle.
Sarana Instalasi Pencahayaan
Tanaman krisan membutuhkan fotoperioditas lebih dari 14.5 jam untuk menjaga pertumbuhan vegetatif. Maka diperlukan pencahayaan tambahan pada malam hari 4-5 jam. Penyiapan sarana pencahaayaan meliputi penyiapan sumber arus listrik, distribusi aliran, panel listrik, distribusi listrik, sistem penyinaran dan pemutusan arus di kebun. Jaringan penyinaran dihitung berdasarkan kebutuhan, disesuaikan dengan kondisi lahan dan kondisi tanaman. Jarak lampu diatur dengan jarak 2 m x 2,5 m.
Sumber: Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura Ditjen Hortikultura
Lampiran 11 SOP Proses Produksi budidaya krisan
Kriteria Langkah-Langkah
Pengolahan tanah
Pengolahan tanah meliputi pembersihan gulma dan sisa tanaman, pencangkulan dan pembajakan dan perataan tanah. Alat yang digunakan berupa cangkul, atau traktor dan garpu tanah. Pada tahap ini meliputi pengaturan drainase dan aerasi anah ditujukan agar tidak terjadi genangan dan mempermudah pertukaran udara. Lahan dicangkul dengan kedalaman 30 cm kemudian bongkahan tanahnya dihancurkan.
Sterilisasi tanah
Membersihkan OPT pada tanah menggunakan bahan kimia volatile, uap panas, perendaman, solarisasi tanah. Bahan kimia dipilih yang tidak membahayakan kehidupan mikroflora dan mikrofauna tanah. Pembuatan
bedengan
Lebar bedengan 1.0-1.25 m panjang bedengan menyesuaikan luas lahan, sarana jalan antar bedengan 40-50 cm.
irigasi dan alat pemasangan dipilih sesuai jenis dan fungsi. Panjang saluran irigasi mempertimbangkan kondisi lahan dan karakteristik tanaman. Pemasangan
net
Net berguna untuk menopang batang krisan agar tidak mudah rebah. Menjaga krisan tetap lurus guna memnuhi standar mutu yang ditetapkan. Net dipasang berdasarkan jarak tanam krisan potong dan dinaikan sesuai dengan stadia dan umur tanaman.
Pengoprasian jaringan penyinaran
Waktu pengoprasian pukul 22.00-02.00 atau 23.00-03.00. Intensitas cahaya 75-100 lux atau setara dengan cahaya lampu pijar 75-100 watt. Pengaturan pola siklik 7.5 menit terang, 22.5 menit gelap. Dilakukan selama 8 periode siklus.
Pengukuran sifat kimia tanah
Pengukuran dilakukan meliputi pH, EC dan kelembaban tanah. Peralatan terdiri dari pH meter, EC meter dan hydrometer. EC (Electric conductivity) menunjukan kandungan garam dalam tanah dan atau kadar air tanah akibat pelarutan bahan kimia. pH menunjukan derajat keasaman tanah. Hygrometer mengukur kelembaban tanah. Pemberian
kapur pertanian
Kapur yang digunakan adalah dolomit yang mengandung Ca dan Mg. Pemberian dilakukan dengan cara disebar rata dan diinkubasi selama dua minggu. Dolomit diberikan sebanyak 5.02 ton/ha untuk pH tanah awal 5.2, 4.08 ton untuk pH tanah awal 5.4.
Pemberian pupuk kandang
Bertujuan memperbaiki sifat fisik tanah, menyediakan hara makro dan mikro bagi tanaman, serta merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang menguntungkan tanaman. Pupuk kandang berupa kotoran kuda, kambing maupun kotoran ayam yang telah terdekomposisi. Pupuk kandang diberikan 20-30 ton/ha yang diberikan pada bedengan.
Pemilihan varietas dan penyiapan stek pucuk
Varietas yang digunakan adalah yang tahan terhaadap OPT, produktif dan diterima pasar yaitu bertipe standar, spray, berbunga tunggal, anemone, pompon, atau dekoratif.
Stek pucuk berasal dari tanaman induk sehat yang masih produktif. Stek pucuk dipanen setelah berukura 6 cm, diameter tangkai 4 mm, berdaun minimal 3 helai dengan pucuk sempurna, bebas OPT dan virus. Stek pucuk kemudian direndam dalam larutan Chlorotalonyl (2 g/l). Media pengakaran terbuat daru campuran kompos, sekam bakar dan pupuk kandang (1:1:1). Media tersebut disterilkan dengan uas panas 80o C selama 4 jam dan dikeringkan selama 2 x 24 jam kemudian letakan pada bak berukuran lebar 80 cm. Pangkal stek pucuk dicelupkan pada campuran hormon IBA dan IAA (1:1) dengan konsentrsi 0.1 mg/l. Stek pucuk dipanen 14 hari setelah benih ditanam. Penanaman
stek pucuk
Penanaman mencakup kegiatan penyiraman, penyiapan stek pucuk siap tanam dan penanaman stek pucuk. Peralatan yang digunakan berupa koret, wadah, nampan, dan skop. Sebelum stek ditanam terlebih dahulu lahan disiram hingga basah sampai kedalaman 20 cm. Metode penanaman dapat dengan cara tangan atau alat tanam, stek pucuk ditanam dengan jarak 12.5 x 12.5 cm. Pada tahap ini juga diberikan pupuk NPK (1:1:1) dengan dosis 250 kg/ha.
Penyiraman tanaman
Penyiraman dilakukan dengan tujuan mengganti air yang hilang akibat respirasi dan transpirasi serta menjaga kelembaban media dan udara guna menjaga kesegaran tanaman. Penyiraman dilakukan hingga basah di bagian sistem perakaran. Metode penyiraman dapat dilakukan
dengan irigasi tetes, rembes dan atau curahan.
Pemupukan Pupuk meliputi pupuk makro, pupuk mikro dan pupuk organik. Jenis pupuk yang diberikan terdiri dari unsur hara makro yang mengandung (N, P, K, Ca, Mg, S, Na, Cl, Fe, Mn, Mo, Cu, Zn dan Bo). Pupuk didistribusikan melalui jaringan irigasi atau diberikan langsung ke bedengan khusunya jenis granul yang tidak larut.
Pengendalian OPT
Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan pestisida yang mencakup fungisida, insektisida, bakterisida, akarisida, dan nematisida. Penyemprotan mengikuti arah angin.
Pengendalian gulma
Kegiatan meliputi penyiangan gulma di petakan pertanaman dan sekitarnya dengan metode fisik/mekanik atau menggunakan bahan kimia selektif. Peralatan yang diunakan meliputi koret, pacul, golok, wadah penampungan, sprayer.
Pemberian ZPT
Tujuan pemberian ZPT menyeragamkan masa pembungaan, memperbaiki penampilan tanaman dan meningkatkan mutu. ZPT yang diberikan mencakup sitokinin, auksin, kinetin, giberelin, dan golongan retardan (penghambat tumbuh.
Pemotesan kuncup bunga
Pemotesan kuncup dapat dilakukan dengan ujung jari degngan cara memlintir dan menarik kuncup bunga. Kumpulkan dan buang kuncup bunga yang telah dipotes. Tujuan pemotesan memperbaiki kondisi dan kualitas keragaan bunga selama masa pertumbuhan dan perkembangan lapangan.
Perompesan daun
senescens
Daun senescens adalah daun tua, menguning dan biasanya terserang penyakit karat. Daun daun diperiksa pada setiap tanaman dan yang menunjukan penguningan dirompes. Perompesan dilakukan bersamaan dengan pengendalian penyakit.
Sanitasi lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah kegiatan memilihara kebersihan lingkungan produksi krisan potong agar kesehatan tanaman terjaga dan mengurangi akumulasi OPT. Lahan dibersihkan secara mekanik dari gulma dan kotoran, pembersihan lahan dapat dilakukan dengan mengaplikasikan bahan kimia dengan mengikuti prosedur K3 (kesehatan, kemanan dan keselamatan).
Sumber: Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura Ditjen Hortikultura
Lampiran 12 SOP Panen dan Pascapanen
Kriteria Langkah-langkah
Penentuan waktu panen
Kriteria saat panen ditetapkan berdasarkan persentase kemekaran bunga. Bunga tipe spray dipanen ketika kemekaran telah mencapai 70