• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Keadaan Umum

Penelitian dilakukan pada bulan April-Agustus 2010. Penanaman kedelai dilakukan pada bulan Mei 2010. Pada bulan tersebut salinitas belum mempengaruhi pertumbuhan kedelai. Hal ini karena pada bulan tersebut air yang berada dalam saluran masih merupakan sisa air hujan, namun kadar kation dan anion sudah dipengaruhi air laut, sehingga kation dan anion didominasi oleh Na dan Cl.

Pada percobaan ini air mulai di alirkan ke parit-parit di antara petak-petak percobaan sejak awal tanam. Kecambah kedelai mulai muncul di permukaan pada umur 5 hari setelah tanam (HST), tetapi kurang merata. Hal ini karena benih ditanam terlalu dalam dengan kondisi tanah lahan pasang surut mempunyai kadar liat tinggi 57% (Tabel 1) sehingga pertumbuhan kecambah kedelai ke permukaan tanah terhambat, kemudian dilakukan penyulaman dengan cara benih kedelai ditanam dangkal 1-2 cm sehingga menjadi merata pemunculannya di seluruh petakan percobaan pada umur 10 HST. Daun trifoliat pertama terbentuk sempurna pada umur 14 HST.

Pada 21 HST mulai terlihat gejala daun menguning, terutama daun yang muda dan daun tua tetap berwarna hijau. Menurut Ghulamahdi (1999) hal ini karena kedelai beraklimatisasi dan selanjutnya tanaman memperbaiki pertumbuhannya. Pada awal aklimatisasi, kandungan N dalam daun menurun dan tanaman menjadi khlorotis. Hal ini disebabkan berkurangnya penyerapan nitrogen dan terjadinya alokasi hasil fotosintesis ke bagian bawah tanaman (ke perakaran baru dan bintil akar). Gejala daun menguning tersebut berangsur-angsur berkurang setelah pemberian N 100% melalui daun pada umur 30 HST. Daun berangsur-angsur membaik dengan munculnya pucuk baru. Tanaman mulai muncul bunga pada umur 40 HST. Umur panen tanaman menjadi lebih lama untuk semua perlakuan.

Tinggi tanaman merata pada lebar bedengan 2 dan 4 m, sedangkan tinggi tanaman pada lebar bedengan 6 dan 8 m, tanaman pinggir relatif lebih tinggi dibandingkan tanaman tengah (Gambar 8). Ini terjadi diduga karena laju gerakan air dari parit ke tengah bedengan kurang mampu mengimbangi kehilangan air karena evapotranspirasi dan perkolasi. Kondisi kurangnya air di tengah bedengan menyebabkan pirit teroksidasi sehingga tanah menjadi masam, menghambat pertumbuhan tanaman dan produksi rendah.

Hasil analisis tanah sebelum tanam memperlihatkan tingkat kesuburan yang relatif baik dengan kandungan bahan organik, P2O5,dan K2O yang cukup tinggi. Akan tetapi tanah memiliki kemasaman yang tinggi dengan pH 4.90 dan Al3+ 3.56 cmol(+)/kg. Nilai tukar kation K dan Na rendah, namun nilai tukar kation Ca dan Mg tergolong tinggi. Kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa sedang. Tekstur tanah adalah liat berdebu dengan komposisi pasir 1%, debu 42%, dan liat 57%. Kelarutan alumunium dan besi yang cukup tinggi, kondisi ini menyebabkan tanah memerlukan tambahan input dalam bentuk kapur dan pupuk agar tanaman kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik (Tabel 1). Tanah juga mengandung pirit dan Fe yang cukup tinggi. Kedalaman pirit di lahan penelitian adalah kurang lebih 30 cm (Gambar 6).

Gambar 6. Kedalaman Pirit dari Permukaan Tanah 30 cm

Tabel 1. Data Analisis Tanah Sebelum Tanam

No Peubah Analisis Hasil Analisis Kriteria

1 Tekstur (pipet)

a. Pasir a. 1% Liat berdebu

b. Debu b. 42%

c. Liat c. 57%

2 Eksrak 1:5

a. pH H2O a. 4.90 Sangat masam

b. pH KCl b. 4.00 3 Bahan Organik a. C a. 5.24% a. Tinggi b. N b. 0.24% b. Sedang c. C/N c. 22% c. Tinggi 4 P2O5 Bray 1 a. 5.2 mg/100g a. Tinggi 5 K2O Morgan a. 0.5 mg/100g a. Rendah 6

Nilai Tukar Kation (NH4-Acetat 1 M. pH 7) a. K a. 0.15 cmol(+)/kg a. Rendah b. Ca b. 4.72 cmol(+)/kg b. Tinggi c. Mg c. 4.67 cmol(+)/kg c. Tinggi d. Na d. 0.64 cmol(+)/kg d. Rendah e. KTK e. 20.24 cmol(+)/kg e. Sedang f. KB f. 50% f. Sedang 7 Ekstrak KCl 1M a. AL3+ a. 3.56 cmol(+)/kg a. Tinggi b. H+ b. 0.27 cmol(+)/kg b. Rendah 8 a. Pirit a. 0.16% (1600 ppm) a. Tinggi b. Ca a. 110 mg/100g b. Tinggi c. Mg b. 270 mg/100g c. Tinggi d. Fe c. 154.2 mg/100g d. Tinggi e. Mn d. 32.4 mg/100g e. Sedang f. S e. 90 mg/100g f. Tinggi

*Balai Penelitian Tanah (2010)

Sumber air untuk budidaya jenuh air (BJA) pada penelitian ini adalah dengan memanfaatkan air yang berada di saluran drainase yang telah dipengaruhi pasang surut air laut. Hal ini berpengaruh pada kandungan kation dan anion dalam

air yang didominasi oleh Na dan Cl, namun daya hantar listrik masih rendah 0.488 mmhos/cm sehingga dapat mengairi semua tanaman, tidak merusak tanah dan tanaman. Air ini juga memiliki kemasaman yang tinggi dengan pH 5.4. Kadar lumpur yang ada di air 0.20 mg/l (Tabel 2).

Tabel 2. Data Analisis Air

No. Peubah Analisi Hasil Analisis Kriteria

1 DHL 0.488 mmhos/cm Rendah

2 pH 5.4

Sangat masam

3 Kation

a. NH4 a. 0.81 mg/l air bebas lumpur Rendah b. Ca b. 11.65 mg/l air bebas lumpur Tinggi c. Mg c. 4.87 mg/l air bebas lumpur Sedang d. Na d. 19.63 mg/l air bebas lumpur Tinggi e. Fe e. 0.19 mg/l air bebas lumpur Rendah

f. Mn f. 0.00 mg/l air bebas lumpur Rendah g. Cu g. 0.03 mg/l air bebas limpur Rendah h. Zn h. 0.00 mg/l air bebas lumpur Rendah i. Jumlah kation i. 37.18 mg/l air bebas lumpur Sedang

4 Anion

a. PO43- a. 0. 56 mg/l air bebas lumpur Rendah b. SO42- b. 111 mg/l air bebas lumpur Tinggi c. Cl- c. 2.69 mg/l air bebas lumpur Sedang d. HCO3- d. 0.32 mg/l air bebas lumpur Rendah e. CO3- e. 0.00 mg/l air bebas lumpur Rendah f. Jumlah anion f. 112.57 mg/l air bebas lumpur Sedang 5 Kadar lumpur 0.20 mg/l air bebas lumpur Rendah *Balai penelitian tanah (2010)

Air berasal dari pengaruh pasang surut air laut. Daerah lahan pasang surut ini dibuka dengan cara membuat jaringan drainase, namun saluran-saluran belum dilengkapi pintu-pintu air, sehingga sistem pengelolaan dan tata air hanya tergantung dengan fluktuasi pasang surut air laut. Jaringan drainase terdiri dari saluran primer, sekunder, tersier, dan kuarter (Gambar 7).

Gambar 7. Jaringan Drainase di Desa Banyu Urip Pertumbuhan dan Produksi

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tinggi muka air berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 8, 10, dan 12 MST, jumlah cabang pada saat panen, bobot kering daun, batang, akar, bintil, produksi biji, buku produktif dan tidak produktif dan jumlah polong isi. Tinggi muka air tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun pada umur 2, 4, 6, 8, dan 10 MST, jumlah polong hampa dan bobot 100 biji. Lebar bedengan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 dan 4 MST, jumlah daun pada umur 6 MST, jumlah cabang saat panen, bobot kering daun, batang, akar, bintil, produksi biji, buku produktif dan tidak produktif, jumlah polong isi dan bobot 100 biji. Interaksi tinggi muka air dan lebar bedengan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST, jumlah daun pada umur 2 dan 6 MST, jumlah cabang pada

b. Saluran Sekunder

d. Saluran Kuarter c. Saluran Tersier

saat panen, bobot kering daun, batang, akar, bintil, produksi biji, buku produktif dan tidak produktif, jumlah polong isi, dan bobot 100 biji (Lampiran 1).

Pola pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 6 MST sama dengan pola pertumbuhan pada umur 2 dan 4 MST. Puncak pertumbuhan tanaman adalah pada umur 8 dan 10 MST. Jumlah daun pada umur 8 dan 10 MST relatif sama dan daun sudah mulai gugur. Pertambahan tinggi tanaman dari umur 2-6 MST mencapai 100% dari tinggi 2 dan 4 MST, dari umur 6-8 MST mencapai 39% dari tinggi 6 MST, sedangkan dari umur 8-10 MST hanya bertambah 2%. Pertambahan jumlah daun dari umur 2-4 MST rata adalah 4 daun, dari umur 4-6 MST rata-rata adalah 7 daun dan dari umur 6-8 MST rata-rata-rata-rata adalah 3 daun (Tabel 3, 7, dan 11).

Pertumbuhan tanaman tidak terlalu tertekan selama masa aklimatisasi di awal pertumbuhan. Hal ini karena pertumbuhan tanaman stabil sejak awal pertumbuhan hingga umur 10 MST yang ditunjukkan oleh peubah tinggi tanaman, jumlah daun, dan cabang yang relatif baik (Tabel 3, 7, dan 11). Menurut Ghulamahdi et al. (2006), pertumbuhan kedelai mengalami tekanan pada awal pemberian jenuh air. Akar dan bintil akar menjadi mati dan selanjutnya tumbuh di atas muka air. Pertumbuhan meningkat setelah melewati masa aklimatisasi.

Pertumbuhan tanaman mulai berhenti pada umur 10 MST. Pada saat umur 10 MST tanaman telah berada pada fase generatif. Hal ini sesuai dengan tipe varietas tersebut yang tergolong dalam tipe determinit yaitu berbunga hanya sekali dalam satu periode. Berdasarkan pertumbuhan tanaman yang stabil sejak awal pertumbuhan, tanaman dapat beradaptasi dengan baik di lahan pasang surut dengan teknologi BJA. Hal ini sesuai dengan deskripsi varietas tanggamus yang dirakit untuk adaptasi lahan masam (Lampiran 3).

Terdapat pengaruh tinggi muka air terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 8, dan 10 MST, tetapi tidak terdapat pengaruh pada umur 4 dan 6 MST. Tinggi tanaman pada umur 2 MST nyata lebih tinggi pada tinggi muka air 10 cm DPT dibandingkan pada tinggi muka air 20 cm DPT. Namun tinggi tanaman pada umur 8 dan 10 MST nyata lebih tinggi pada tinggi muka air 20 cm DPT dibandingkan pada tinggi muka air 10 cm DPT. Tidak terdapat pengaruh tinggi muka air terhadap jumlah daun pada umur 2, 4, 6, 8, dan 10 MST (Tabel 3).

Tabel 3. Pengaruh Tinggi Muka Air pada Komponen Pertumbuhan Kedelai pada Umur 2, 4, 6, 8, dan 10 MST

Peubah Tinggi Muka Air (cm)

10 20 Tinggi Tanaman: 2 MST 11.35a 10.83b 4 MST 21.09a 21.71a 6 MST 48.84a 51.00a 8 MST 67.93b 71.58a 10 MST 69.66b 72.85a Jumlah Daun: 2 MST 1.83a 1.92a 4 MST 5.29a 5.61a 6 MST 12.05a 12.60a 8 MST 15.80a 16.75a 10 MST 15.45a 16.39a

Ket: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata dengan uju jarak berganda Duncan 5%

Tabel 4. Pengaruh Tinggi Muka Air terhadap Kandungan dan Serapan Hara N, P, K, Fe dan Mn dalam Daun Kedelai pada Umur 6 MST

Peubah N P K Fe Mn

Tinggi Muka Air (cm)

Kandungan Hara (g/100g)

10 7.0600a 0.316667b 1.43750b 0.048542b 0.0241167a 20 7.3542a 0.332500a 1.54083a 0.052583a 0.0241667a

Serapan Hara (mg/tanaman)

10 246.52b 11.136b 50.200b 1.200b 0.83957b

20 325.78a 15.055a 68.999a 2.2440a 1.07021a

Ket: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji jarak berganda Duncan 5%

Terdapat pengaruh tinggi muka air terhadap kandungan hara P, K, dan Fe, tetapi tidak terdapat pengaruh tinggi muka air terhadap kandungan hara N dan Mn. Kandungan hara P, K, dan Fe nyata lebih tinggi pada tinggi muka air 20 cm DPT. Kandungan N dan Mn lebih tinggi pada tinggi muka air 20 cm DPT, tetapi secara statistik tidak berbeda nyata. Terdapat pengaruh tinggi muka air terhadap serapan hara N, P, K, Fe, dan Mn. Serapan hara N, P, K, Fe dan Mn nyata lebih

tinggi pada tinggi muka air 20 cm DPT dan berbeda nyata dengan tinggi muka air 10 cm (Tabel 4).

Terdapat pengaruh tinggi muka air terhadap bobot kering daun, batang, akar, dan bintil pada umur 6 MST. Bobot kering daun, batang, akar, dan bintil nyata lebih tinggi pada tinggi muka air 20 cm DPT dibandingkan pada tinggi muka air 10 cm DPT (Tabel 5). Menurut Suwarto et al. (1994) tinggi muka air berpengaruh nyata pada bobot kering daun, batang, akar, dan bintil.

Tabel 5. Pengaruh Tinggi Muka Air terhadap Bobot Kering Daun, Batang, Akar, dan Bintil pada Umur 6 MST

Peubah Tinggi Muka Air (cm)

10 20

Bobot Kering Daun (g) 3.52b 4.51a

Bobot Kering Batang (g) 3.64b 4.84a

Bobot Kering Akar (g) 0.73b 0.99a

Bobot Kering Bintil (g) 0.33b 0.48a

Ket: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata dengan uji jarak berganda Duncan 5%

Tabel 6. Pengaruh Tinggi Muka Air terhadap Komponen Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Saat Panen

Peubah Tinggi Muka Air (cm)

10 20

Tinggi Tanaman 70.66b 73.86a

Jumlah Cabang 4.22b 4.55a

Buku Produktif 20.09b 22.86a

Buku tidak Produktif 4.05a 3.63b

Polong Isi 67.83b 71.83a

Polong Hampa 1.11a 1.09a

Produksi Biji (ton/ha) 2.33b 2.58a

Bobot 100 Biji (g) 11.17a 11.39a

Ket: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata dengan uji jarak berganda Duncan 5%

Terdapat pengaruh tinggi muka air terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, buku produktif, buku tidak produktif, polong isi, dan produksi kedelai. Namun tidak terdapat pengaruh tinggi muka air terhadap jumlah polong hampa dan bobot 100 biji kedelai. Tinggi tanaman, jumlah cabang, buku produktif, jumlah polong

isi, dan produksi kedelai nyata lebih tinggi pada tinggi muka air 20 cm DPT dibandingkan pada tinggi muka air 10 cm DPT (Tabel 6).

Terdapat pengaruh lebar bedengan terhadap tinggi tanaman pada umur 2 dan 4 MST, tetapi tidak terdapat pengaruh pada umur 6, 8, dan 10 MST. Tinggi tanaman nyata lebih tinggi pada lebar bedengan 2 m. Terdapat pengaruh lebar bedengan terhadap jumlah daun pada umur 6 MST, tetapi tidak terdapat pengaruh pada umur 2, 4, 8, dan 10 MST (Tabel 7).

Tabel 7. Pengaruh Lebar Bedengan terhadap Komponen Pertumbuhan Kedelai pada Umur 2, 4, 6, 8, dan 10 MST

Peubah Lebar Bedengan (m)

2 4 6 8

Tinggi Tanaman:

2 MST 11.57a 10.78b 11.22ab 10.78b

4 MST 22.45a 21.04ab 21.26ab 20.84b

6 MST 50.89a 50.44a 49.92a 48.43a

8 MST 70.14a 70.44a 69.70a 68.74a

10 MST 71.96a 71.62a 71.52a 69.44a

Jumlah Daun:

2 MST 1.94a 1.90a 1.81a 1.85a

4 MST 5.71a 5.37a 5.27a 5.45a

6 MST 13.06a 12.19ab 12.17ab 11.87b

8 MST 16.94a 16.40a 16.50a 15.27a

10 MST 16.35a 16.22a 16.02a 15.80a

Ket: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata dengan uji jarak berganda Duncan 5%

Terdapat pengaruh lebar bedengan terhadap kandungan hara N, Fe, dan Mn, tetapi tidak terdapat pengaruh lebar bedengan terhadap kandungan hara P dan K. Kandungan hara N, Fe, dan Mn nyata lebih tinggi pada lebar bedengan 8 m dan berbeda nyata dengan lebar bedengan 2 m. Terdapat pengaruh lebar bedengan terhadap serapan hara P, tetapi tidak terdapat pengaruh lebar bedengan terhadap serapan hara N, K, Fe dan Mn. Serapan hara P nyata lebih tinggi pada lebar bedengan 2 m dan berbeda nyata dengan lebar bedengan 4, 6, dan 8 m (Tabel 8).

Tabel 8. Pengaruh Lebar Bedengan terhadap Kandungan dan Serapan Hara N, P, K, Fe dan Mn dalam Daun Kedelai pada Umur 6 MST

Peubah N P K Fe Mn Lebar Bedengan (m) Kandungan Hara (g/100g) 2 6.2217c 0.326667a 1.3833a 0.038500d 0.021817b 4 6.8317bc 0.320000a 1.3817a 0.045917c 0.022367b 6 7.3033b 0.325000a 1.5333a 0.055250b 0.024550b

8 8.4717a 0.326667a 1.6583a 0.062583a 0.027833a

Serapan Hara (mg/tanaman)

2 289.82a 15.184a 65.76a 1.8111a 0.9984a

4 291.57a 13.759ab 59.90a 1.9650a 0.9540a

6 295.61a 13.066ab 60.48a 2.1752a 0.9965a

8 267.61a 10.375b 52.26a 1.9766a 0.8707a

Ket: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji jarak berganda Duncan 5%

Menurut Indradewa et al. (2002) menyatakan bahwa dengan LPT lebih tinggi. tanaman yang mendapat genangan dalam parit mempunyai bobot kering tanaman (BKT) saat panen nyata lebih berat. karena terdapat korelasi antara LPT dengan BKT. Pada Tabel 9 terlihat bahwa terdapat pengaruh lebar bedengan terhadap bobot kering daun, batang, akar, dan bintil. Bobot kering daun, batang, akar, dan bintil nyata lebih berat pada lebar bedengan 2 m.

Tabel 9. Pengaruh Lebar Bedengan terhadap Bobot Kering Daun, Batang, Akar, dan Bintil Kedelai pada Umur 6 MST

Peubah Lebar Bedengan (m)

2 4 6 8

Bobot Kering Daun (g) 4.57a 4.29ab 4.03ab 3.17b

Bobot Kering Batang (g) 5.27a 4.48ab 4.09ab 3.11b

Bobot Kering Akar (g) 1.09a 0.83ab 0.78ab 0.72b

Bobot Kering Bintil (g) 0.58a 0.40b 0.34cb 0.29c

Ket: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata dengan uji jarak berganda 5%

Pada saat panen terdapat pengaruh lebar bedengan terhadap jumlah cabang, buku produktif, buku tidak produktif, polong isi, bobot 100 biji, dan produksi kedelai, tetapi tidak terdapat pengaruh terhadap tinggi tanaman dan polong

hampa. Jumlah cabang, buku produktif, polong isi, bobot 100 biji, dan produksi kedelai nyata lebih tinggi pada lebar bedengan 2 m (Tabel 10). Indradewa et al. (2002) menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh lebar bedengan terhadap laju pertumbuhan kedelai.

Tabel 10. Pengaruh Lebar Bedengan terhadap Komponen Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Saat Panen

Peubah Lebar Bedengan (m)

2 4 6 8

Tinggi Tanaman 72.96a 72.62a 72.52a 70.94a

Jumlah Cabang 4.71a 4.41ab 4.33ab 4.05b

Buku Produktif 3.63a 22.73ab 21.18ab 20.47b

Buku tidak Produktif 3.44b 3.98ab 3.72ab 4.25a

Polong Isi 80.17a 73.50b 65.17c 60.17d

Polong Hampa 0.92a 1.09a 1.06a 1.32a

Produksi Biji (ton/ha) 3.79a 2.52b 1.79c 1.71d

Bobot 100 Biji (g) 11.89a 11.30ab 10.98b 10.96b

Ket: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata dengan uji jarak berganda Duncan 5%

Terdapat pengaruh interakasi antara tinggi muka air dan lebar bedengan terhadap pertumbuhan kedelai pada umur 2, 4, 6, 8, dan 10 MST. Tinggi tanaman nyata lebih tinggi pada interaksi tinggi muka air 20 cm DPT dengan lebar bedengan 2 m. Terdapat pengaruh interaksi tinggi muka air dan lebar bedengan terhadap jumlah daun pada umur 2 dan 6 MST. tetapi tidak terdapat pengaruh pada umur 4, 8, dan 10 MST (Tabel 11).

Terdapat pengaruh interaksi tinggi muka air dan lebar bengan terhadap serapan hara P. Serapan hara P nyata lebih tinggi pada perlakuan tinggi muka air 20 cm DPT dengan lebar bedengan 2 m dan berbeda nyata dengan perlakuan tinggi muka air 20 cm DPT dengan lebar bedengan 4, 6, dan 8 m. Serapan hara P lebih kecil pada perlakuan tinggi muka air 10 cm DPT dengan lebar bedengan 8 m meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan tinggi muka air 10 cm DPT dengan lebar bedengan 4, 6, dan 8 m ( Tabel 12).

Tabel 11. Pengaruh Interaksi Tinggi Muka Air dan Lebar Bedengan terhadap Komponen Pertumbuhan Kedelai pada Umur 2, 4, 6, 8, dan 10 MST Tinggi Muka Air (cm) Lebar Bedengan (m) Pengamatan 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST Tinggi Tanaman (cm) 10

2 11.68a 21.76ab 47.97b 65.19b 72.60ab

4 11.11abc 20.26b 47.55ab 65.82b 71.91ab 6 11.61ab 21.55ab 51.28ab 65.15b 67.15b 8 10.98abc 20.79b 49.11ab 64.44b 66.99b 20

2 11.46abc 23.14a 53.88a 75.09a 76.77a

4 10.46c 21.82ab 53.81a 75.07a 76.25a

6 10.82abc 20.98ab 48.56ab 69.14b 70.44b 8 10.58bc 20.89ab 47.75b 67.04b 69.96b

Jumlah Daun 10

2 1.90ab 5.45a 12.72ab 16.80a 16.60a

4 1.86ab 5.21a 11.76b 15.28a 16.33a

6 1.68b 5.20a 12.02ab 16.40a 15.71a

8 1.88ab 5.30a 11.76b 14.73a 14.93a

20

2 1.98a 5.97a 13.42a 17.51a 16.71a

4 1.93a 5.53a 12.62ab 17.08a 16.62a

6 1.93a 5.35a 12.35ab 16.62a 16.00a

8 1.81ab 5.60a 12.03ab 15.81a 15.82a

Ket: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji jarak berganda Duncan 5%

Tabel 12. Pengaruh Interaksi Tinggi Muka Air dan Lebar Bedengan terhadap Serapan Hara P dalam Daun Kedelai pada Umur 6 MST

Tinggi Muka Air (cm) Lebar Bedengan (m) Serapan Hara P (mg/tanaman) 10 2 9.978c 4 11.306bc 6 13.479bc 8 9.781c 20 2 20.389a 4 16.212ab 6 12.652bc 8 10.968bc

Ket: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji jarak berganda Duncan 5%

Terdapat pengaruh interaksi tinggi muka air dan lebar bedengan terhadap bobot kering daun, batang, akar, dan bintil. Bobot kering daun, batang, akar, dan bintil nyata lebih tinggi pada perlakuan tinggi muka air 20 cm DPT dengan lebar bedengan 2 m (Tabel 13).

Tabel 13. Pengaruh Interaksi Tinggi Muka Air dan Lebar Bedengan terhadap Bobot Kering Daun, Batang, Akar, dan Bintil Kedelai pada Umur 6 MST Tinggi Muka Air (cm) Lebar Bedengan (m) Bobot Kering (g)

Daun Batang Akar Bintil

10 2 3.22bc 3.58bc 0.69b 0.34bc 4 3.68bc 3.79bc 0.71b 0.44b 6 4.14bc 4.16bc 0.84b 0.30cd 8 3.90b 3.06c 0.65b 0.22d 20

2 5.92a 6.96a 1.50a 0.82a

4 4.91ab 5.17ab 0.94b 0.37bc

6 3.92bc 4.02bc 0.72b 0.37bc

8 3.29bc 3.19bc 0.82b 0.36bc

Ket: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji jarak berganda Duncan 5%

Tabel 14. Pengaruh Interaksi Tinggi Muka Air dan Lebar Bedengan terhadap Komponen Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Saat Panen Tinggi Muka Air (cm) Lebar Bedengan (m) Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Cabang Buku Produktif Buku tidak Produktif 10

2 73.55ab 4.30ab 23.25ab 4.04ab

4 72.83ab 4.31ab 22.21b 4.11ab

6 68.06b 4.25ab 21.00b 3.58b

8 67.65b 3.90b 20.05b 4.48a

20

2 77.70a 4.68a 25.93a 2.83c

4 77.23a 4.48ab 21.33b 3.83ab

6 71.14a 4.41ab 21.36b 3.85ab

8 70.23b 4.18ab 20.88b 4.02ab

Ket: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji jarak berganda Duncan 5%

Tinggi tanaman. jumlah cabang. buku produktif. buku tidak produktif. jumlah polong isi. produksi biji dan bobot 100 biji kedelai lebih rendah pada interaksi tinggi muka air 10 cm DPT dengan lebar bedengan 8 m (Tabel 14 dan 15). Hal ini diduga karena dengan lebar bedengan 8 m kemampuan air meresap dari parit ke tengah bedengan kurang merata di seluruh areal bedengan.

Tabel 15. Pengaruh Interaksi Tinggi Muka Air dan Lebar Bedengan terhadap Komponen Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Saat Panen Tinggi Muka Air (cm) Lebar Bedengan (m) Pengamatan Polong Isi Polong Hampa Poduksi Biji (ton/ha) Bobot 100 Biji 10 2 78.33b 0.95a 3.43b 11.45ab 4 72.33d 1.05a 2.46d 11.54ab 6 62.33f 0.98a 1.75f 10.62b 8 58.33g 1.06a 1.68g 11.17b 20

2 82.00a 0.90a 4.15a 12.32a

4 74.67c 1.13a 2.59c 11.06b

6 68.00e 1.15a 1.84e 11.23b

8 62.67f 1.18a 1.74f 10.85b

Ket: angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji jarak berganda Duncan 5%

Pada saat panen terdapat pengaruh interaksi tinggi muka air dan lebar bedengan terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, buku produktif, buku tidak produktif, polong isi, dan bobot 100 biji kedelai. Tidak terdapat pengaruh interaksi tinggi muka air dan lebar bedengan terhadap jumlah polong hampa. Tinggi tanaman, jumlah cabang, buku produktif, buku tidak produktif, polong isi, bobot 100 biji kedelai, dan produksi kedelai nyata lebih tinggi pada perlakuan tinggi muka air 20 cm DPT dengan lebar bedengan 2 m (Tabel 14 dan 15).

Gambar 8. Pertumbuhan Kedelai Varietas Tanggamus pada Umur 6 MST a. Lebar Bedengan 2 m,

Tinggi Muka Air 20 cm DPT b. Lebar Bedengan 4 m,Tinggi Muka Air 20 cm DPT

c. Lebar Bedengan 6 m,

Tinggi Muka Air 20 cm DPT

d. Lebar Bedengan 8 m,

Gambar 9. Jumlah Polong Varietas Tanggamus pada Umur 8 MST Pembahasan

Pengaruh Tinggi Muka Air dan Lebar Bedengan terhadap Kandungan dan Serapan Hara N, P, K, Fe, dan Mn dalam Daun Kedelai pada Umur 6 MST

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tinggi muka air berpengaruh nyata terhadap kandungan hara P dan Fe dan serapan hara N, P, K, Fe, dan Mn, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan N, K dan Mn. Lebar bedengan berpengaruh nyata terhadap kandungan hara N, Fe, dan Mn, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan P dan K dan serapan hara N, P, K, Fe, dan Mn. Interaksi tinggi muka air hanya berpengaruh nyata pada serapan P (Lampiran 2).

Dari penelitian dapat diketahui bahwa Serapan hara N, P, K, Fe dan Mn daun nyata lebih tinggi pada tinggi muka air 20 cm DPT dan berbeda nyata dengan tinggi muka air 10 cm. Hal ini diduga karena pada tinggi muka air 20 cm DPT, akar memiliki ruang tumbuh yang lebih luas sehingga volume akar tinggi dan dapat menyerap unsur hara N, P, K, Fe dan Mn daun secara maksimal dibandingkan tinggi muka air 10 cm DPT.

b. Lebar Bedengan 4 m,

Tinggi Muka Air 20 cm DPT a. Lebar Bedengan 2 m,

Kandungan hara N, Fe, dan Mn daun nyata lebih tinggi pada lebar bedengan 8 m dan berbeda nyata dengan lebar bedengan 2 m. Hal ini diduga karena pada lebar bedengan 8 m, kondisi di tengah bedengan relatif kering sehingga terjadi proses oksidasi senyawa pirit yang menyebabkan tanah menjadi masam dan kelarutan unsur Fe dan Mn dalam tanah meningkat. Kondisi tersebut dapat menghambat pertumbuhan tanaman, produksi kedelai menjadi rendah dan menyebabkan ketersediaan hara P dalam tanah menjadi rendah, sehingga serapan unsur hara P oleh kedelai dan produksi kedelai pada lebar bedengan 8 m sangat rendah.

Serapan hara P daun nyata lebih tinggi pada lebar bedengan 2 m dan berbeda nyata dengan lebar bedengan 4, 6, dan 8 m. Hal ini diduga karena pada

Dokumen terkait