• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persiapan Panen

Pelaksanaan pemeliharaan pasar rintis, pasar tengah, dan piringan di Mandah Estate dilakukan secara manual dan kimiawi. Pada pasar rintis, kegiatan ini telah berjalan dengan baik sehingga memperlancar pemanen dalam mengangkut TBS ke TPH dengan menggunakan angkong. Pengangkutan TBS mengalami hambatan pada musim hujan, karena air kanal meluap masuk ke seksi panen. Hal ini disebabkan bendungan yang masih konvensional sehingga drainase air kurang lancar. Kondisi piringan yang kurang bersih dan lebar piringan kurang dari 1.5 meter dari batang menghambat pemanen untuk menentukan kriteria matang dan mengutip brondolan. Hal ini disebabkan rotasi pengendalian gulma yang tidak tepat waktu. Pemeliharaan TPH belum dilakukan secara maksimal. Hal ini terlihat di beberapa TPH kondisi tanah yang longsor ke dalam kanal karena permukaan air yang turun.

Pada pasar rintis, gulma permukaan tanah dibiarkan tidak terlalu bersih. Tujuannya untuk menahan roda angkong tidak masuk ke dalam tanah gambut sehingga pemanen tidak kesulitan mengangkut TBS terutama pada musim hujan. Gulma di gawangan mati sengaja tidak dibersihkan, hal ini bertujuan untuk megurangi evapotranspirasi.

Pengangkutan TBS menuju PKS di Mandah Estate melalui proses bongkar muat yang terlalu banyak. Proses pengangkutan tersebut dapat dibagi dua yaitu: (1) pengangkutan TBS di areal kebun dan (2) pengangkutan TBS dari kebun menuju PKS. Proses bongkar muat TBS yang terlalu banyak berdampak terhadap penurunan bobot buah, mutu buah, jumlah HK, waktu, biaya, dan jenis angkutan buah. Proses pengangkutan TBS menuju PKS dapat dilihat pada Gambar 7.

Pengangkutan TBS di areal gambut sering mengalami masalah, terutama pada musim kemarau. Hal ini disebabkan turunnya permukaan air tanah dan permukaan air ditutupi oleh gulma sehingga kipas mesin yang menggerakkan unit angkut buah sering menyentuh tanah di dasar kanal dan tersangkut oleh gulma air. Selain itu proses bongkar muat di CP menjadi terhambat karena permukaan

luncuran bertambah tinggi. Kondisi ini menyebabkan CP di pusat kebun tidak dapat digunakan, sehingga proses bongkar muat dipindahkan ke collector I.

Gambar 7. Proses Pengangkutan TBS Menuju PKS

Beberapa usaha yang telah dilakukan adalah membersihkan gulma air dengan menggunakan jaring dan melakukan pemeliharaan kanal menggunakan

excavator. Tetapi kegiatan tersebut mengalami hambatan karena banyaknya gulma, bendungan tidak memakai sistem buka tutup, tenaga kerja terbatas, dan kondisi mesin excavator sering rusak. Pada areal gambut masalah sarana pengangkutan harus diperhatikan, karena berdampak pada produksi. Kondisi kanal yang ditutupi oleh gulma dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Kanal yang Ditutupi Gulma Air

Sistem Panen dan Rotasi Panen

Sistem panen yang diterapkan di Mandah Estate merupakan pengabungan dari sistem hanca tetap dan hanca giring yang disebut Block Harvesting System. Penggunaan Block Harvesting System bertujuan untuk memperbaiki

Pengangkutan TBS dari kebun menuju PKS Pengangkutan TBS di areal kebun

Bargas Pohon angkong TPH CP Pompong Lori Perebusan

kekurangan-kekurangan yang ada pada sistem sebelumnya seperti kualitas hanca dan kualitas panen.

Kualitas hanca berkaitan dengan kebersihan hanca yang telah dipanen seperti buah tertinggal, buah matang tidak dipanen, brondolan tidak dikutip, jumlah pelepah, pelepah sengkleh, dan pelepah yang ditunas tidak dirumpuk di gawangan mati. Pengaturan hanca pada setiap seksi panen diatur oleh mandor panen. Setiap pemanen tergabung dalam kelompok kecil pemanen (KKP) yang terdiri dari 4 pemanen. Masing-masing KKP memiliki kewajiban untuk menyelesaikan hanca panennya dan hanca pemanen KKP-nya yang tidak selesai.

Kualitas buah berperan untuk menjaga rendemen dan kualitas minyak sawit tetap tinggi .Faktor yang mempengaruhi kualitas panen adalah tingkat kematangan buah dan kecepatan pengangkutan TBS ke pabrik. Penerapan Block Harvesting System di Mandah Estate sangat sesuai dengan areal perkebunan yang luas, seksi panen yang dipisahkan oleh kanal, sarana pengangkutan TBS, jumlah tenaga panen yang terbatas, dan topografi yang datar.

Kelebihan sistem ini adalah Mandor tidak terlalu banyak menyediakan waktu untuk membagi hanca, pemanen tidak perlu berpindah-pindah, administrasi pencatatan lebih mudah dan sederhana, pengawasan panen lebih efektif, setiap seksi panen dapat selesai dalam satu hari panen, pemanen lebih giat untuk menyelesaikan hancanya, dan buah terkonsentrasi di satu seksi panen. Selain itu khusus di lahan gambut pengangkutan buah lebih efektif dan lamanya buah menginap dapat dipersingkat

Rotasi panen yang berlaku di Mandah Estate yaitu 6/7. Dalam satu minggu terdapat 6 hari kerja dengan interval 7 hari, sehingga satu bulan setiap seksi di panen sebanyak 4 kali. Walaupun telah ditetapkan rotasi 6/7, rotasi 8/9 kadang- kadang terjadi di lapangan. Hal ini disebabkan hari libur dan kondisi cuaca pada musim hujan dan musim kemarau. Pada musim hujan air sering meluap masuk ke dalam seksi panen sehingga menyulitkan pemanen untuk mengambil buah dan mengangkut buah ke TPH, sedangkan pada musim kemarau, permukaan air turun sehingga pengangkutan buah menjadi terhambat dan rotasi panen buah meningkat.

Rotasi panen yang tepat akan mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan. Rotasi yang terlambat mengakibatkan buah terlalu masak (over ripe)

bahkan bisa mendekati janjang kosong (empty bunch). Hal ini berdampak negatif di lapangan seperti akan meningkatkan jumlah brondolan sehingga memperlambat penyelesaian hanca, basis borong sulit untuk terpenuhi (output kg/hk turun dan Rp/kg panen naik), kehilangan hasilmeningkat, dan kualitas minyak (CPO) yang dihasilkan rendah.

Tenaga Panen

Tenaga pemanen harus dipersiapkan dengan baik sehingga kualitas buah dan kualitas hanca tetap terjaga. Selain itu akan memudahkan penilaian kerja baik kualitas maupun kuantitasnya. Berdasarkan data di Kantor Mandah Estate kebutuhan tenaga kerja panen dapat dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan (Yahya, 1990). B E x D x C x A T=

Keterangan : T = Jumlah Tenaga Pemanen (HK) A = Luas seksi panen rata-rata (ha) B = Rata-rata kapasitas pemanen (kg/HK) C = Kerapatan panen (tandan/pokok) D = Bobot janjang rata-rata (kg) E = Populasi (pokok/ha)

Berdasarkan rumus perhitungan di atas kebutuhan tenaga panen berdasarkan bobot buah divisi I di Mandah Estate yaitu :

orang 25 kg 833 pokok/ha 142 x kg/tandan 165 4. x 4 :: 1 x ha 138.7 T = =

Sedangkan jumlah tenaga pemanen yang berdasarkan jumlah basis panen/ha dapat dihitung dengan: panen basis basis/ha x A T= ∑

g oran 47 tandan 200 tandan 67 x ha 138.7 T= =

Tenaga panen yang dimiliki Divisi I Mandah Estate sebanyak 48 orang. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan bobot TBS dan basis panen terjadi perbedaan jumlah tenaga panen sebanyak 22 orang. Perhitungan tenaga panen dengan menggunakan jumlah tandan yang dipanen lebih sesuai diterapkan di Divisi I. Hal ini disebabkan oleh bobot TBS yang bervariasi, luas hanca panen yang cukup luas (± 3 ha), dan penggunaan BHS di Mandah Estate. Berdasarkan jumlah TBS yang dipanen/ha jumlah tenaga panen di Divisi I sudah optimal. Tenaga pemanen yang mencukupi akan berpengaruh terhadap penyelesaian hanca dan seksi panen.

Kerapatan Panen

Perhitungan angka kerapatan panen digunakan untuk mengetahui produksi yang dihasilkan pada suatu blok pertanaman. Di Mandah Estate perhitungan kerapatan panen tidak selalu dilakukan. Hal ini disebabkan oleh penggunaan Block Harvesting System dapat meminimalkan kegiatan perhitungan kerapatan panen. Kegiatan perhitungan kerapatan panen dilakukan hanya pada saat produksi menurun dan tidak sesuai dengan estimasi produksi.

Estimasi Produksi

Peramalan produksi yang dilakukan di Mandah Estate dibagi menjadi beberapa bagian yaitu peramalan produksi tahunan, semesteran, dan bulanan. Peramalan untuk 1 bulan dilakukan berdasarkan data jumlah produksi tahunan pada suatu blok yang kemudian didistribusikan sesuai kecenderungan sebaran panen bulanan. Persentase persebaran produksi panen di Mandah Estate untuk tahun 2005 adalah, bulan Januari : 5.36 %, Februari: 5.36 %, Maret : 6.84 %, April : 7.39 %, Mei : 7.92 %, Juni : 8.41 %, Juli : 9.93 %, Agustus : 8.33 %, September : 10.33 %, Oktober : 7.44 %, November : 12.75 %, dan Desember : 9.67 %. Persentase penyebaran panen ini didapat dari data produksi 5 tahun terakhir. Persebaran produksi dipengaruhi oleh faktor iklim, jenis tanah, umur tanaman, bahan tanaman, pemeliharaan, dan manajemen.

Peramalan produksi semesteran di Mandah Estate didapat dengan melakukan sensus produksi semester. Sensus produksi dilakukan dengan menghitung tandan buah dan bunga pada titik sensus dan pokok sensus. Bunga yang dihitung yaitu bunga betina yang seludangnya telah terbuka. Data sensus produksi ini akan didistribusikan ke setiap bulan pada semester tersebut. Sensus produksi semester I dilakukan pada bulan Desember, sedangkan sensus produksi semester II dilakukan pada bulan Juni. Peramalan produksi bertujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya produktivitas sehingga terdapat kesesuaian antara TBS yang dipanen, jumlah tenaga kerja dan jumlah unit angkut.

Produksi

Produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh bahan tanaman, tanah, topografi, musim kering, umur tanaman, kultur teknis, koordinasi panen, pengamanan produksi dan premi panen (Risza, 1995). Data produktivitas kelapa sawit di Mandah Estate dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Produktivitas TBS Kelapa Sawit Mandah Estate, PT. BNS Periode 2000-2005

Luas Aktual (ton/ha/tahun) Tahun Tanam ( ha ) 2003 2004 s.d Mei 2005 1996 141 3.04 4.86 3.03 2.01 1997 792 5.83 5.75 3.39 2.54 1998 769 2.00 2.14 1.19 1.14 1999 741 1.73 1.47 0.79 0.74 2000 764 - 2.34 1.25 0.97 Total 3.207 2.45 2.98 1.70 1.36 Sumber : Kantor Besar Kebun Mandah

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa aktual produktivitas kelapa sawit di Mandah Estate mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini dapat disebabkan oleh umur tanaman dan aspek teknis budidaya terutama pemeliharaan tanaman sampai dengan pemanenan berjalan baik. Kondisi keamanan di Mandah Estate yang relatif aman juga berpengaruh terhadap pencapaian produksi. Peningkatan produktivitas diduga juga karena pengaruh curah hujan yang tinggi pada setiap tahunnya mendukung untuk perkembangan bunga dan buah. Produktivitas kelapa sawit mengalami kenaikan setiap tahunnya, hal ini sesuai dengan kecenderungan

produktivitas kelapa sawit yang semakin meningkat dengan bertambahnya umur tanaman kelapa sawit.

Peningkatan produksi di tanah gambut Mandah Estate secara komersial kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari produktivitas di Mandah Estate jauh lebih rendah dibandingkan produktivitas ditanah gambut Kebun Ajamu. Dari Tabel 6 dapat dilihat produktivitas di Mandah Estate berada di bawah standar lahan kelas IV. Hal ini diakibatkan tebalnya tanah gambut lebih dari 2 meter. Semakin tebal gambut dan semakin tinggi bahan kasar memberikan produksi yang lebih rendah terhadap produktivitas kelapa sawit (Koedadiri, et al., 1997)

Tabel 6. Rata-rata Produksi TBS Kelapa Sawit pada Tanah Gambut di Mandah Estate dan Kebun Ajamu serta Menurut Kelas Lahan.

Produksi Berdasarkan Kelas Lahan (ton/ha/tahun) Umur (tahun) Produksi Mandah Estate (ton/ha/tahun) Produksi Kebun Ajamu (ton/ha/tahun) I II III IV 4 2,34 18.0 17.0 16.0 14.0 12.0 5 1,47 20.0 22.5 21.0 18.0 16.0 6 2,14 22.8 27.0 24.5 21.0 19.0 7 5,75 24.7 29.5 27.0 24.0 23.0 8 4,86 23.1 31.5 29.5 26.5 24.0 Rata- rata 3.312 21.72 25.5 23.6 20.7 18.8 Sumber : Lubis, et al. 1989

Sangat rendahnya produksi kelapa sawit di Mandah Estate juga disebabkan oleh buruknya sifat fisik tanah, kimia tanah, kurang tersedianya unsur mikro, unsur K dan kurang optimalnya saluran drainase. Sifat fisik tanah yang berpengaruh adalah struktur tanah gambut yang tidak mampu menahan tanaman kelapa sawit yang sudah tinggi sehingga mengakibatkan tanaman menjadi doyong dan mudah tumbang. Sifat kimia tanah mempengaruhi pH, hara yang tersedia ada di tanah menjadi tidak tersedia karena dikelat oleh tanah. Hasil analisis tanah di PT. Bhumureksa Nusasejati dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3. Sifat tanah yang buruk mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelapa sawit secara morfologi. Defisiensi unsur hara pada TM 5 dapat dilihat pada Gambar 9. Kondisi tanaman

seperti Gambar 9 sangat mempengaruhi produksi, hal ini disebabkan bobot TBS rata-rata dan kerapatan panen yang rendah.

Gambar 9.Defisiensi Unsur Hara pada TM 5 Penurunan Bobot TBS

Jumlah TBS, bobot TBS, dan bobot brondolan merupakan komponen yang mempengaruhi jumlah produksi. Pada Tabel 7 terlihat bahwa terjadi penurunan bobot TBS maupun bobot brondolan dari TPH ke collection point dan sampai di PKS. Pada Tabel 7 dapat dilihat penurunan bobot TBS yang terjadi mulai dari TPH sampai ke PKS

Tabel 7. Penurunan Bobot TBS

Bobot (kg) Bobot (kg) Berat TBS + Brondolan di PKS (kg) No Jumlah TBS TBS di TPH Brondolan di TPH TBS di CP Brondolan di CP 1 227 1190 132.5 1186.5 115.0 2 275 1183 128.0 1234.5 124.0 3 257 1186 140.5 1179.0 127.0 4 247 2001 130.5 1145.0 117.5 Total 1006 4760 531.5 4745.0 483.5 TBS + Brondolan 5291 5228.5 4760 Sumber : Pengamatan Lapangan April

. Penurunan bobot rata-rata TBS dan brondolan dari TPH sampai di

collection point sebesar 1.18 % sehingga akumulasi penurunan bobot TBS dari TPH sampai ke PKS sebesar 10.03 %. Dari data Tabel 7 terlihat bahwa terjadi penurunan bobot TBS dari TPH sampai PKS sebesar 10.04%. Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan bobot tersebut antara lain adalah, jarak transportasi yang jauh dan lamanya waktu perjalanan untuk membawa TBS sampai ke PKS, lamanya pembongkaran TBS di PKS, dan banyaknya overskip yang terjadi mulai dari TPH sampai PKS. Proses overskip yang terjadi di collection point dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar10. Overskip di Collection Point

Angkutan Panen

Pengangkutan buah sawit ke pabrik harus dilakukan setelah pemanenan pada hari yang sama, agar kontinuitas datangnya buah tetap terjamin. Sarana transportasi yang digunakan untuk pengangkutan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit bergantung pada kondisi areal perkebunan. Sarana pengangkutan TBS umumnya menggunakan truk, kapal dan bargas. Pengangkutan TBS dengan bargas dan pompong (kapal) digunakan untuk areal perkebunan kelapa sawit di lahan gambut karena tidak memungkinkan untuk penggunaan truk atau sarana transportasi darat.

Angkutan panen merupakan salah satu sarana yang sangat penting dalam kegiatan pemanenan karena berperan untuk mengirimkan buah dari TPH ke PKS. Di Mandah Estate tersedia 10 bargas untuk mengangkut buah di areal pemanenan

yang digerakkan oleh mesin OB dengan kekuatan 15 HP. Setiap divisi memiliki 2 unit bargas dan 1 unit OB. Bargas digunakan untuk mengangkut TBS dari TPH menuju collection point. Pengangkutan TBS dari kebun (colecction point) menuju PKS menggunakan pompong dengan kapasitas 5-13 ton. Setiap seksi panen memerlukan waktu yang berbeda untuk mengangkut buah dari kebun menuju pabrik. Keperluan waktu angkut buah pada setiap seksi panen dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 .Keperluan Waktu Unit Angkut Buah Bargas Uraian

kosong bermuatan TPH CP Kecepatan (km/jam) 9.5 3.25 - - Waktu muat (menit) - - 45

Waktu bongkar (menit) - - 23

Jumlah armada (unit) 2

Sumber : Pengamatan Lapang Maret 2005

Dari Tabel 8 dapat dihitung waktu yang diperlukan satu unit angkutan untuk mengangkut buah dari setiap seksi panen sampai proses over skip di

collection point dengan menggunakan rumus :

• t = S 1 + S 2 + t muat + t bongkar

V1 V2 Keterangan : • t = Waktu (jam) t = Waktu S 1 = Jarak pergi

S 2 = Jarak Pulang

V 1 = Kecepatan rata-rata bargas kosong (km/jam) V 2 = Kecepatan rata-rata bargas bermuatan (km/jam)

Misal : Jarak ke seksi panen F= 5 km (S 1=S 2), V 1= 9.5 km/jam, V 2= 3.25 km/jam, waktu muat di TPH = 0.75 jam, waktu bongkar di CP= 0.38 jam. Jadi total waktu yang diperlukan :

•t = 5 + 5 + 0.75 + 0.38 = 3.2 jam 9.5 3.25

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas maka dapat dihitung kebutuhan unit angkutan setiap seksi (7 jam kerja). Sebagai contoh produksi TBS di seksi F= 25 ton/rotasi, kapasitas angkutan = 5 ton, waktu yang diperlukan untuk mulai dari pergi sampai bongkar muat di collection point = 3.2 jam, jadi jumlah armada yang diperlukan :

(

ton/unit

)

HK/t angkut Kapasitas (ton/hari) harian produksi rata Rata angkut unit Jumlah = − armada 2.3 3.2jam 7jam/hari/ x ton/armada 5 ton/hari 25 angkut unit Jumlah = =

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas maka pengaturan unit angkut buah di Mandah Estate sudah cukup tepat. Kekurangan jumlah unit angkut pada seksi F dapat diatasi dengan memberikan premi kepada SKU. Namun hasil pengamatan di lapang sering dijumpai keterlambatan pembongkaran buah di collection point. Hal ini disebabkan tidak ada cadangan OB pada saat rusak sehingga unit angkut (bargas) ditarik dengan menggunakan tenaga manusia.

Sistem Pengawasan dan Denda Panen

Mandah Estate belum menerapkan sistem pengawasan dan denda panen dengan baik. Kesalahan yang dilakukan pemanen akan mendapatkan sanksi berupa teguran dan skor dari mandor ataupun asisten. Penerapan sanksi belum dapat dilaksanakan efektif, disebabkan adanya sikap kurang tegas dalam menerapkan aturan di lapangan. Denda panen belum diterapkan di Mandah Estate, karena baru terjadi pergantian manajemen dari Salim Plantation group ke

Minamas Gemilang Plantation.

Administrasi Panen

Administrasi Panen di Kebun Mandah telah dilaksanakan dengan teratur dan berjalan baik. Laporan-laporan harian produksi terkumpul dan dibukukan setiap hari, mingguan dan bulanan. Setiap hari laporan panen mengenai produksi, jumlah HK, rotasi, seksi yang akan dipanen dilaporkan langsung kepada manajer kebun. Laporan harian ini bertujuan agar masalah yang akan timbul dapat segera

diantisipasi. Laporan harian, mingguan direkapitulasi oleh setiap divisi menjadi laporan bulanan. Sebagian pemanen telah memiliki buku catatan hasil panen dan premi setiap hari sehingga pemanen dapat mengetahui pendapatan panennya setiap hari.

Dokumen terkait