• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kaitan Pengembangan Ekspor Komoditas Ikan Hias Kabupaten Bogor dengan Perekonomian Kabupaten Bogor

Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 84 tahun 2009 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan dan Peraturan Bupati Nomor 62 Tahun 2010 tentang Peningkatan Daya Saing Produk Kabupaten Bogor, ikan hias air tawar ditetapkan sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Bogor dan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 telah menetapkan Kecamatan Cibinong Sebagai Kawasan Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan Ikan Hias akan tetapi pengembangan potensi ikan hias di Kabupaten Bogor sebagai komoditas ekspor masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Kota Bogor . Komitmen pemerintah daerah untuk mengembangkan ikan hias air tawar sebagai komoditas unggulan perlu ditingkatkan mengingat alokasi APBD yang dipergunakan untuk pengembangan ikan hias di Kabupaten Bogor pada anggaran Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor selama ini relatif minim jika dibandingkan dengan alokasi APBD yang dipergunakan untuk pengembangan perikanan konsumsi. Tahun 2011 dari total anggaran: Rp. 9,550,775,000 yang dialokasikan untuk pengembangan ikan hias air tawar 0.61%, tahun 2012 dari total anggaran: Rp. 12,969,344,000 yang dialokasikan untuk pengembangan ikan hias air tawar 0.74%, tahun 2013 dari total anggaran: Rp. 21,242,356,000 yang dialokasikan untuk pengembangan ikan hias air tawar sekitar 0.18%.

Kontribusi Kabupaten Bogor dalam ekspor ikan hias nasional adalah 19.77%. Sementara itu Jika dibandingkan jumlah ikan hias yang diekspor melalui Kabupaten Bogor pada tahun 2011 yaitu 1,986,241 ekor (Diskopukmperindag Kab. Bogor, 2011) dengan data jumlah produksi ikan hias Kabupaten Bogor tahun 2011 yaitu 156,618.83 ekor (Disnakan Kab. Bogor , 2011) menggambarkan bahwa Kabupaten Bogor berkontribusi sekitar 7.8 % terhadap ekspor nasional ikan hias air tawar. Kondisi ini menggambarkan bahwa pasar ekspor ikan hias yang sangat potensial belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pembudidaya di Kabupaten Bogor .

Hasil analisis regresi linier berganda dengan program SPSS 20 dimaksudkan untuk menganalisis tentang besarnya pengaruh dari variabel

independent terhadap variable dependent dengan melihat besar nilai koefisien determinasi (R Square). Analisis regresi dilakukan terhadap 2 model keterkaitan antar variabel. Pada model 1 menganalisa pengaruh faktor-faktor jumlah eksportir (JEK), jumlah pembudidaya ikan hias (JPB), kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah (KUR), harga ikan hias lokal (HLOK), harga ekspor (HEK) terhadap perbandingan antara jumlah ekspor ikan hias dengan produksi ikan hias (SHE). Sedangkan pada model 2 menganalisa pengaruh nilai ekspor ikan hias (NEK), jumlah eksportir (JEK), Kurs dolar terhadap rupiah (KUR) dan harga ekspor (HEK) terhadap PDRB Kabupaten Bogor.

Pada Analisis regresi berganda model 1, persamaan yang digunakan adalah persamaan dengan menggunakan model Cobb Douglas. Variabel yang digunakan sebagai variabel endogen adalah perbandingan antara jumlah ekspor ikan hias dengan produksi ikan hias di Kabupaten Bogor (SHE). Sedangkan

variabel eksogennya adalah jumlah eksportir ikan hias di Kabupaten Bogor (JEK), jumlah pembudidaya ikan hias (JPB), kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah (KUR), harga ikan hias lokal di Kabupaten Bogor (HLOK) dan harga ekspor ikan hias (HEK). Data yang digunakan adalah data time series dari tahun 2000 hingga 2012.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan program SPSS, didapat nilai F sebesar 4.295 yang signifikan pada tingkat 5 persen, ini berarti model yang digunakan sudah cukup baik. Sementara itu nilai koefisien determinasinya (R2) adalah 0.754 atau 75.4 persen, ini berarti variabel-variabel yang digunakan pada persamaan ini signifikan hingga 75.4 persen. Sisanya ditentukan oleh variabel- variabel lain diluar persamaan.

Seluruh variabel eksogen yang ada pada persamaan memiliki tanda koefisien yang sesuai dengan hipotesa, yaitu jumlah eksportir ikan hias di Kabupaten Bogor (JEK), jumlah pembudidaya ikan hias (JPB), kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah (KUR) dan harga ekspor ikan hias (HEK) berkorelasi positif, artinya semakin meningkat nilai koefisien variabel-variabel tersebut maka akan meningkatkan jumlah share ekspor terhadap produksi di Kabupaten Bogor. Sedangkan harga ikan hias lokal di Kabupaten Bogor (HLOK) berkorelasi negatif, ini berarti jika ada peningkatan harga lokal ikan hias di Kabupaten Bogor maka akan menurunkan share jumlah ekspor terhadap produksi.

Variabel-variabel yang berpengaruh nyata adalah variabel jumlah eksportir ikan hias (JEK) yang signifikan pada tingkat 15 %, dengan nilai koefisien 2.397 yang berarti jika ada peningkatan 1 persen dari eksportir ikan hias, maka akan meningkatkan share ekspor (SHE) terhadap produksi ikan hias di Kabupaten Bogor sebesar 2.397 %. Selanjutnya adalah jumlah pembudidaya (JPB) yang berpengaruh nyata pada tingkat 5 persen, dengan nilai koefisien 0.062 yang berarti jika ada peningkatan 1 persen dari pembudidaya ikan hias, maka akan meningkatkan share ekspor terhadap produksi ikan hias di Kabupaten Bogor sebesar 0.062 %. Begitu juga dengan harga ekspor ikan hias (HEK) yang berpengaruh nyata pada tingkat 5 persen, dengan nilai koefisien 0.005 yang berarti jika ada peningkatan 1 persen dari eksportir ikan hias, maka akan meningkatkan

share ekspor terhadap produksi ikan hias di Kabupaten Bogor sebesar 0.005 persen. Sementara itu variabel kurs dolar terhadap rupiah (KUR) dan harga ikan hias lokal (HLOK) di Kabupaten Bogor tidak berpengaruh nyata.

Tabel 20 Hasil Analisis Regresi Berganda Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Terhadap Perbandingan Antara Jumlah Ekspor Ikan Hias Dengan Produksi Ikan Hias Air Tawar Kabupaten Bogor

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -82.493 44.629 -1.848 .107 JEK 2.397 1.360 1.459 1.762 .121 JPB .062 .020 1.590 3.027 .019 KUR .000 .001 .063 .279 .789 HLO -.006 .004 -.963 -1.369 .213 HEK .005 .002 1.042 2.413 .047

Adapun pada analisis regresi berganda model 2, variabel yang digunakan sebagai variabel endogen adalah PDRB Kabupaten Bogor (PDRB). Sedangkan

variabel eksogennya adalah variable nilai ekspor ikan hias Kabupaten Bogor (NEK), jumlah eksportir di Kabupaten Bogor (JEK), kurs dolar terhadap rupiah (KUR) dan harga ekspor ikan hias (HEK).

Berdasarkan hasil analisa regresi menggunakan model Cobb Douglas, pada program SPSS versi 20, didapat nilai F adalah 23.285 yang berpengaruh nyata pada tingkat 1 persen, ini berarti model yang digunakan sudah baik. Selanjutnya dari nilai koefisien determinasi didapat nilai R2 adalah 92.1 persen, ini berarti bahwa nilai PDRB Kabupaten Bogor, jika dikaitkan dengan beberapa variabel yang berhubungan dengan ekspor ikan hias Kabupaten Bogor, 92.1 persen dari variabel-variabel yang digunakan berpengaruh terhadap PDRB Kabupaten Bogor, sedangkan selebihnya disebabkan oleh faktor lain diluar persamaan.

Jika dilihat dari variabel-variabel yang digunakan dalam model, semua variabel memiliki tanda yang sesuai dengan hipotesa, yaitu berkorelasi positif. Tetapi hanya variabel nilai ekspor ikan hias Kabupaten Bogor (NEK), jumlah eksportir di Kabupaten Bogor (JEK) berpengaruh nyata pada tingkat 5 persen. Pada hasil analisis tersebut tidak didapati multikolinear, ini dapat dilihat nilai dari VIF yang kurang dari 10.

Tabel 21 Hasil Analisis Regresi Berganda terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PDRB Kabupaten Bogor

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -3.210 21.749 -.148 .886 NEK .532 .164 .536 3.246 .012 .363 2.757 JEK .574 .203 .537 2.832 .022 .275 3.641 KUR .051 .691 .008 .074 .943 .961 1.040 HEK .655 1.967 .060 .333 .748 .302 3.310

Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Dalam Pengembangan Komoditas Ekspor Ikan Hias Air Tawar Kabupaten Bogor

Mengenali kekuatan dan kelemahan, serta pemahaman akan ancaman dan peluang yang ada, merupakan hal yang amat penting dilakukan dalam penyusunan strategi pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor

sehingga dapat diketahui secara spesifik masalah yang dihadapi, cara mengatasinya, serta tindakan yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan kekuatan dan merebut peluang yang ada serta mengatasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Faktor kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) merupakan faktor-faktor yang berasal dari internal Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.

Kekuatan

Identifikasi faktor kekuatan dalam pengembangan komoditas ikan hias air tawar Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut:

1. Adanya komitmen dan upaya pemerintah daerah untuk melakukan pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar. Meskipun komoditas ikan hias air tawar belum mendapatkan perhatian yang memadai pada sektor hulu, sejak tahun 2010 pemerintah daerah Kabupaten Bogor via Diskopukmperindag telah mulai melakukan pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar, dengan adanya perencanaan pengembangan yang lebih

komprehensif dan terintegrasi antar sektor akan semakin memudahkan pemerintah daerah untuk melakukan upaya pengembangan komoditas ekspor ini kedepan.

2. Sumberdaya air dan lahan yang dimiliki oleh pemda Kabupaten Bogor cukup memadai untuk pengembangan sektor perikanan. Sumber daya air dan lahan merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan oleh petani budidaya ikan hias. Hal ini dikarenakan ikan hias membutuhkan sumber daya air yang kualitas baik agar ikan hias dapat hidup dengan baik serta dapat berkembang biak dengan baik juga. Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 84 tahun 2009 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan dan Peraturan Bupati nomor 62 tahun 2010 tentang Peningkatan Daya saing Produk Kabupaten Bogor, Ikan Hias Air Tawar ditetapkan sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Bogor, dan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 telah menetapkan Kecamatan Cibinong Sebagai Kawasan Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan Ikan Hias, ditambah dengan kecamatan Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Cibungbulang, Pamijahan yang kedepan diperuntukan untuk pengembangan Agroekowisata yang didukung oleh sektor pertanian tanaman pangan dan perikanan. Pola pengembangan komoditas strategis: agropolitan dan minapolitan.

3. Pengurusan Surat Keterangan Asal (SKA) barang ekspor di Diskopukmperindag Kabupaten Bogor menghemat waktu, memudahkan dan melancarkan pengiriman ekspor ikan hias. Dalam pemasaran ikan hias ke luar negeri perlu memperhatikan aspek perizinan dalam pengurusan SKA barang ekspor. Dalam pengurusan barang ekspor tersebut Diskopukmperindag Kab. Bogor dapat menghemat waktu memudahkan dan melancarkan pengiriman ekspor ikan hias dikarenakan ikan hias airv tawar hidup sebagai komoditas ekspor memerlukan memerlukan perlakuan khusus yaitu waktu pengiriman yang secepat mungkin untuk menjaga kelangsungan hidup komoditas ikan hias selama dalam perjalanan menuju negara tujuan ekspor.

Kelemahan

Beberapa kelemahan yang diindikasikan sebagai faktor yang memperlemah upaya pencapaian tujuan pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut:

1. Belum adanya peta informasi jaringan pasar dan peta produksi jenis ikan hias di Kabupaten Bogor. Salah satu kendala yang menjadi faktor penghambat dalam pengembangan ikan hias di Kabupaten Bogor adalah belum adanya peta informasi jaringan pasar dan distribusi ikan hias air tawar sampai ke mancanegara dan peta produksi jenis ikan hias di Kabupaten Bogor sehingga menyulitkan untuk pengembangan komoditas ini kedepan karena ketiadaan informasi yang integratif mengenai jaringan pemasaran ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor selama ini.

2. Lemahnya koordinasi kelembagaan pengelolaan komoditas ikan hias di Kabupaten Bogor. Lemahnya koordinasi antara Dinas Peternakan dan Perikanan yang menangani pengelolaan ikan hias di sektor hulu (teknologi produksi, pakan) dengan Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Bogor disektor hilir (promosi, pemasaran ekspor) menyulitkan pengembangan komoditas ekspor potensial ini. Sehingga diperlukan revitalisasi kelembagaan dalam rangka integrasi pengelolaan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor dari hulu ke hilir. 3. Rendahnya penerapan teknologi produksi ikan hias petani/pembudidaya

Kabupaten Bogor sehingga produktifitas rendah dan kurangnya inovator untuk menciptakan ikan hias jenis baru/membudidayakan ikan hias yang berkualitas tinggi sehingga mampu meningkatkan market share ikan hias Indonesia di pasar internasional. Pemerintah daerah masih kurang dalam memberikan pelatihan dan intensifikasi penerapan teknologi produksi sehingga teknologi produksi ikan hias yang digunakan oleh para petani masih bersifat sederhana yang mengakibatkan produktivitas rendah dan kurang inovator dalam menghasilkan ikan hias jenis baru yang memiliki kualitas tinggi. Pemerintah daerah perlu mendorong modernisasi teknologi produksi ikan hias agar mampu meningkatkan kualitas ikan hias dan meningkatkan

market share ikan hias Indonesia di pasaran internasional.

4. Kurangnya keberpihakan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bogor dibidang anggaran. Kebijakan pemerintah khususnya di bidang anggaran merupakan salah satu aspek yang mendukung terhadap pengembangan budidaya ikan hias di Kabupaten Bogor. Pada anggaran Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, tahun 2011 dari total anggaran: Rp. 9,550,775,000 yang dialokasikan untuk pengembangan ikan hias air tawar adalah Rp. 58,000,000 (0.61%), tahun 2012 dari total anggaran: Rp. 12,969,344,000 yang dialokasikan untuk pengembangan ikan hias air tawar adalah Rp. 96,200,000 (0.74%), tahun 2013 dari total anggaran: Rp. 21,242,356,000 yang dialokasikan untuk pengembangan ikan hias air tawar adalah Rp. 37,600,000 (0.18%). Data tersebut menunjukan minimnya alokasi anggaran yang digunakan untuk pengembangan komoditas ekspor potensial ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor.

5. Rendahnya penerapan teknologi pakan sehingga masih banyak tergantung pada cacing sutra di sungai. Penerapan teknologi pakan yang digunakan masih rendah. Petani ikan dan eksportir ikan hias Kabupaten Bogor masih mengandalkan cacing sutra di sungai untuk pakan ikan hias, pada waktu- waktu tertentu terutama di muysim hujan sering terjadi kelangkaan cacing sutra di sungai, sehingga eksprotir dan petani ikan kesulitan mencari pakan. Kekurangan pakan, atau kualitas pakan yang kurang baik menyebabkan kualitas ikan hias yang dihasilkan relative rendah dan daya tahan hidupnya pun menjadi rendah. Untuk menghasilkan kualitas ikan hias yang baik perlu pemerintah daerah perlu lebih intensive dalam memberikan pelatihan penerapan teknologi pakan ikan hias untuk menjamin pasokan pakan yang berkualitas sehingga bisa menghasilkan ikan-ikan hias yang berkualitas. 6. Sulitnya pemerintah daerah mendapatkan Indukan ikan hias yang unggul

sehingga sulit memproduksi benih yang berkualitas. Kesulitan dalam memperoleh indukan ikan hias yang unggul menjadi suatu masalah. Pemerintah Daerah kerap kesulitan mencari indukan unggul untuk disalurkan kepada petani. Para petani tidak bisa memproduksi benih yang berkualitas. Hal ini dikarenakan sulitnya mendapatkan indukan yang unggul untuk pembibitan yang baik yang dapat menghasilkan benih yang berkualitas.

Indukan ikan hias yang unggul pada umumnya bisa didapatkan dari pasar luar negeri.

7. Belum adanya dukungan promosi dan publikasi dari pemerintah Bogor Dukungan promosi dan publikasi terhadap usaha budidaya ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor masih kurang. Tidak ada promosi khusus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bogor untuk menciptakan regional branding. Hal ini sebabkan masih banyak permasalahan di sektor hulu khususnya masalah kuantitas dan kualitas produksi ikan hias. Promosi komoditas ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor di pasar internasional dipandang perlu untuk meningkatkan kinerja ekspor daerah.

Selain Faktor kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor internal Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, terdapat juga faktor peluang dan ancaman yang menjadi faktor eksternal Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam upaya pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar, sebagai berikut:

Peluang

1. Banyaknya perusahaan eksportir ikan hias beroperasi di Kabupaten Bogor. Cukup banyaknya perusahaan eksportir ikan hias yang beroperasi di Kabupaten Bogor seperti: PT. Maram Aquatic, CV. Maju Aquarium, CV. Borneo Fish Farm, CV. Harlequin Aquatic, CV. Aquarium Indonesia, PD. Indokreasi, PT.Sunny Indo Pramita dan PT.Qianhu Joe Aquatic menjadi peluang bagi petani ikan hias Kabupaten Bogor untuk memasarkan ikan hias ke eksportir dan peluang bagi suplier ikan hias untuk meningkat menjadi eksportir.

2. Jenis ikan hias air tawar yang bervariasi di Kabupaten Bogor. Beraneka ragamnya jenis ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor menjadi peluang yang menguntungkan bagi para petani ikan hias untuk bisa membudidayakan berbagai jenis ikan. Dikarenakan permintaan importer akan berbagai jenis ikan hias sangat tinggi, sehingga eksportir harus selalu memiliki stok berbagai jenis ikan hias sepanjang tahun.

3. Terdapatnya sarana dan parasarana: Raiser Cibinong.Tersedianya sarana dan prasarana di Cibinong menjadi suatu peluang yang sangat baik dalam menunjang pengembangan komoditas ikan hias di Kabupaten Bogor. Raiser Ikan Hias (RIH) Cibinong dibangun diatas lahan milik LIPI pada tahun anggaran 2003 melalui APBN Ditjen PK2P serta diresmikan pada tanggal 14 Maret 2004 oleh Presiden R.I Megawati Soekarnoputri. Dasar pemikiran pembangunan RIH Cibinong adalah tertinggalnya Indonesia dari negara- negara lain adalah karena manajemen pengelolaan industri ikan hias mereka lebih baik dibandingkan dengan yang ada di dalam negeri, sedangkan di negara-negara seperti Singapura dan Malaysia, pembeli dapat dengan mudah mencari ikan yang mereka butuhkan dengan jaminan kontinuitas suplai, kualitas ikan yang baik serta ukuran yang seragam.

Tujuan pembangunan RIH Cibinong adalah: a) sebagai pusat pemasaran ikan hias sebagai penghela kebangkitan industri ikan hias Indonesia, b) memfasilitasi pemasaran ekspor ikan hias Indonesia, c) menampilkan citra Indonesia sebagai produsen dan eksportir ikan hias dan d) mengambil alih peran Singapura dalam perdagangan ekspor ikan hias Indonesia. Fungsi RIH Cibinong diharapkan sebagai: a) tempat stok berbagai jenis ikan hias/buffer

stock, b) tempat pembesaran, c) tempat peningkatan mutu, d) etalase, e) tempat rekreasi, f) sarana edukasi, g) sarana riset dan h) pusat informasi. Rencana operasional RIH Cibinong saat itu adalah dikontrakan kepada pihak ketiga dalam bentuk KSO dengan pembagian profit sesuai dengan yang tertuang dalam peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia. Selain itu pihak ketiga dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain seperti eksportir, pembudidaya ikan serta raiser-raiser skala kecil sebagai pensuplai bahan baku ikan hias.

Fasilitas fisik yang existing saat ini adalah: 3 Gedung Raiser, 1 Gedung Karantina, 1 Gedung Pengelola, 1 Gedung Exhibition, 1 Mushalla, 1 Mess Operator, 10 Dormitory, 1 Reservoar, 1 Gedung Laboratorium, 2 mini laboratorium, 1 Kendaraan truk pengangkut ikan hias, 1 Mobil pick up, 1 Mobil sedan dan peralatan akuarium, kolam, assesories lainnya. Perjanjian kerjasama antara DKP dengan LIPI tentang pembangunan dan pengelolaan pusat pengembangan dan pemasaran (Raiser) ikan hias nomor 093/DJ- PK2P/HK.213/VIII/2003 dan 01/BO/KS/VIII/2003 tanggal 28 Agustus 2003 oleh Wakil Kepala LIPI dan Dirjen PK2P, dan pada tahun 2008 dilakukan amandemen perjanjian kerjasama antara LIPI dan Ditjen PK2P oleh Wakil Kepala LIPI dengan Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) nomor PK.025/P2HP/HK.155/IX/2008 dan 09/KS/LIPI/2008 tanggal 25 September 2008 yang mencakup pengelolaan dan pemanfaatan RIH sebagaimana tercantum dalam kesepakatan kerjasama, pengembangan penelitian ilmiah tentang ikan hias, dan masa berlaku kesepakatan kerjasama ini (selama 15 tahun).

RIH Cibinong berangsur-angsur terbengkalai. RIH tidak berjalan sesuai fungsi dan tujuan awal pembangunannya disebabkan berbagai macam permasalahan diantaranya tidak adanya lembaga pengelola raiser yang solid yang menjadikan sulitnya koordinasi antara pemerintah, asosiasi, dan pelaku usaha serta menimbulkan berbagai macam konflik internal. Perkembangan terakhir yang terjadi di tahun 2013 adalah adanya wacana KKP RI akan memberdayakan kembali RIH sebagai UPT KKP RI. Ini menjadi peluang ketersediaan infrastruktur untuk menunjang pengembangan ikan hias di Kabupaten Bogor.

4. Banyak peneliti yang memfokuskan penelitiannya pada ikan hias di Kabupaten Bogor. Adanya peneliti yang banyak yang melakukan penelitian pada ikan hias menjadi suatu peluang untuk mengembangkan variasi ikan hias melalui teknologi terapan hasil penelitian-penelitian para peneliti tersebut. Keberadaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) di Kabupaten Bogor dapat mendorong lebih banyak kerjasama penelitian di bidang ikan hias, sehingga dapat menghasilkan hasil penelitian yang bermanfaat bagi pengembangan budidaya ikan hias misalnya teknologi produksi, pembibitan, pembenihan dan pembesaran yang baik bisa menghasilkan varietas unggulan dari ikan hias, dan teknologi pakan sehingga menunjang pengembangan komoditas ekspor daerah.

5. Pangsa pasar ekspor luas.Ikan hias air tawar merupakan komoditas perikanan air tawar yang saat ini banyak menghasilkan devisa. Beberapa tahun belakangan ini pengusaha ikan hias air tawar Kabupaten Bogor secara rutin mengekspor ikan hias ke berbagai Negara: Belanda, Jerman, Italia, Polandia, Switzerland, Jepang, Iran, Uni Emirat Arab, Korea, Saudi Arabia, Singapura, dan Thailand. Nilai ekspornya cenderung meningkat dari tahun ketahun. 6. Pangsa pasar domestik mulai terbuka. Dilihat dari pasar domestik maka

pangsa pasar dari ikan hias ini mulai terbuka. Para konsumen lokal mulai menyukai ikan hias ini sehingga menjadi potensi yang menguntungkan untuk memasarkanikan hias pada konsumen lokal. Pada umumnya konsumen lokal ini berasal dari berbagai wilayah Indonesia seperti dari luar Jawa, Sumatera dan Kalimantan.

7. Pelanggan setia diluar negeri (hobbyst). Para pelanggan di luar negeri membeli ikan hias ini sebagai hobby mereka untuk mengkoleksi berbagai macam ikan hias. Banyak jenis ikan yang bertahan dari kepunahan semata- mata karena dibudidayakan oleh para hobbyst. Keberadaan para hobbyst ini menjadi peluang bagi para pelaku usaha ikan hias air tawar untuk terus mengembangkan usaha ikan hias yang lebih berkualitas.

8. Permintaan ikan hias semakin meningkat. Banyaknya permintaan ikan hias dari para konsumen baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri mendorong para pelaku usaha ikan hias di Kabupaten Bogor untuk terus mengembangkan budidaya ikan hias untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri yang selalu meningkat.

9. Adanya komitmen dan upaya pemerintah pusat meningkatkan sasaran ekspor hasil perikanan terutama ikan hias. Kementrian Kelautan dan Perikanan RI dan Kementrian Perdagangan RI terus berupaya meningkatkan kinerja ekspor Indonesi melalui berbagai macam program dan kegiatan peningkatan ekspor ikan hias. Upaya dan dukungan dari pemerintah pusat ini akan menjadi peluang yang sangat menguntungkan bagi para pelaku usaha ikan hias air tawar Kabupaten Bogor untuk menembus pasar ekspor ataupun memperluas pasar ekspor yang sudah ada.

Ancaman

1. Kurangnya kualitas komoditas ekspor ikan hias Kabupaten Bogor rentan hama, penyakit, dan sortirannya buruk.Kurangnya kualitas komoditas ekspor ikan hias merupakan ancaman yang paling nyata. Kualitas ikan hias yang diproduksi oleh para petani ikan hias di Kabupaten Bogor cenderung rentan terhadap hama, penyakit dan juga sortirannya buruk. Oleh sebab itu perlu

Dokumen terkait