• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Ekspor Komoditas Ikan Hias Air Tawar dan Kaitannya dengan Pembangunan Ekonomi di Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Ekspor Komoditas Ikan Hias Air Tawar dan Kaitannya dengan Pembangunan Ekonomi di Kabupaten Bogor"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN EKSPOR KOMODITAS IKAN HIAS AIR TAWAR

DAN KAITANNYA DENGAN PEMBANGUNAN EKONOMI

DI KABUPATEN BOGOR

HESTY DHARMANITA WIANGGAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengembangan Ekspor Komoditas Ikan Hias Air Tawar dan Kaitannya dengan Pembangunan Ekonomi di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Hesty Dharmanita Wianggawati

(3)

RINGKASAN

HESTY DHARMANITA WIANGGAWATI. Pengembangan Ekspor Komoditas Ikan Hias Air Tawar dan Kaitannya dengan Pembangunan Ekonomi di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS dan ANNA FARIYANTI.

Potensi ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor sangat besar. Hal ini terlihat dari data ekspor ikan hias Kabupaten Bogor yang terus meningkat. Namun kalangan pembudidaya ikan hias justru merasa diabaikan, permintaan ikan hias untuk ekspor terus naik, tapi pembudidaya tidak mampu memenuhi karena keterbatasan modal, disisi lain sering terjadi kelangkaan beberapa jenis ikan hias tertentu dan keberlimpahan jenis lainnya sehingga eksportir sering kesulitan memenuhi order atau harus membeli dari luar Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kaitan program pengembangan perikanan Kabupaten Bogor dengan pembangunan ekonomi di Kabupaten Bogor, menganalisis faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor, kemudian menyusun alternatif strategi pengembangan, dan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor tentang prioritas strategi yang dapat digunakan dalam rangka pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor.

Dari hasil penelitian terungkap bahwa meskipun ikan hias air tawar telah ditetapkan sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Bogor dan menyumbangkan kontribusi yang cukup besar pada ekspor nasional ikan hias air tawar, akan tetapi pada kenyataannya belum diikuti dengan penetapan kebijakan yang jelas dalam pengembangannya sehingga besarnya potensi pasar ekspor belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hasil analisis dengan menggunakan metode regresi linear dengan model Cobb Douglass mengenai faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi perbandingan antara jumlah ekspor ikan hias dengan produksi ikan hias di Kabupaten Bogor adalah jumlah eksportir ikan hias, jumlah pembudidaya dan harga ekspor ikan hias. Sementara itu, faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi PDRB Kabupaten Bogor adalah nilai ekspor ikan hias Kabupaten Bogor dan jumlah eksportir ikan hias di Kabupaten Bogor.

Analisis matriks SWOT menghasilkan 7 strategi pengembangan yang berdasarkan Total Attractiveness Score (TAS) QSPM urutan prioritasnya adalah : (I) Pemantapan kelembagaan dalam rangka integrasi pengelolaan pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor; (II) Pendidikan dan Pelatihan ekspor ikan hias air tawar; (III) Regional Branding dan Promosi; (IV) Penerapan teknologi produksi dan pakan dengan prioritas utama ikan hias yang menjadi unggulan dan ikon Kabupaten Bogor; (V) Pemetaan Potensi dan Jaringan Distribusi Pemasaran Ikan Hias Air Tawar Kabupaten Bogor; (VI) Fasilitasi Pengembangan UKM Ikan Hias; dan (VII )Riset Inovasi Budidaya Ikan Hias Air Tawar.

(4)

SUMMARY

HESTY DHARMANITA WIANGGAWATI. The Export Development of

Freshwater Ornamental Fish Commodity and its Relation with The Economic Development in Bogor Regency. Supervised by MUHAMMAD FIRDAUS and ANNA FARIYANTI.

The export potential of freshwater ornamental fish in Bogor Regency are very large. This clearly seen from the freshwater ornamental fish export data. However, the freshwater ornamental fish farmers said that they felt being neglected, the demand of freshwater ornamental fish for export continues to rise, but the farmers were not able to met the demand due to lack of capital. On the other hand, there were a frequent scarcity of some particular types of fishes and the abundances of other types at the same time. This condition made exporters difficult to met orders so that they have to bought fish from outside of Bogor Regency. This study aimed to analyze the relation of the development of export commodity freshwater ornamental fish and its relation with the economic development in Bogor Regency, analyze the strengths, weaknesses, opportunities and threats factors in the development, formulate an alternative of a development strategies, and then provide recommendations to the Government of Bogor Regency of priority strategies that can be used for the development of export commodities freshwater ornamental fish in Bogor Regency.

The study revealed that although freshwater ornamental fish has been established as a leading commodity in Bogor Regency and had a substantial contribution to the national export of freshwater ornamental fish, but in fact, it has not been followed by the establishment of a clear policies in its development, so that the huge potential of the export markets has not been used optimally. The results of the analysis using multiple linear regression method with Cobb Douglass model shows that the number of fish exporters, farmers and fish export prices, significantly affect the ratio between the number of fish exported and fish production, while the significant factors affecting GDP value of the Bogor Regency are the ornamental fish exports value and the number of ornamental fish exporters in Bogor Regency.

SWOT matrix analysis resulted in 7 development strategies which are according to Total Attractiveness Score (TAS) QSPM the priority sequences : (I) Strengthening the institutional framework of integration management in the development of export commodities freshwater ornamental fish in Bogor Regency; (II) Export education and training ; (III) Regional branding and promotion; (IV) Training of Application of Freshwater ornamental fish production and feeding technology; (V) Mapping of potential and marketing distribution network of freshwater ornamental fish in Bogor Regency; (VI) Facilitation of ornamental fish SME’s ddevelopment; and (VII) Research and innovation of the cultivation of freshwater ornamental fish.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)

35

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional

pada

Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

PENGEMBANGAN EKSPOR KOMODITAS IKAN HIAS AIR TAWAR

DAN KAITANNYA DENGAN PEMBANGUNAN EKONOMI

DI KABUPATEN BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(7)
(8)

Judul Kajian : Pengembangan Ekspor Komoditas Ikan Hias Air Tawar dan Kaitannya dengan Pembangunan Ekonomi di Kabupaten Bogor Nama : Hesty Dharmanita Wianggawati

NIM : H252110045

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Muhammad Firdaus SP, M.Si Ketua

Dr. Ir. Anna Fariyanti M.Si Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak November 2012 sampai dengan Mei 2013 ini adalah pengembangan ekspor komoditas dengan judul Pengembangan Ekspor Komoditas Ikan Hias Air Tawar dan Kaitannya dengan Pembangunan Ekonomi di Kabupaten Bogor.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyelesaian tesis ini khususnya dan juga selama menempuh pendidikan di MPD IPB, yaitu kepada: Bapak Prof. Dr. Muhammad Firdaus SP, MSi dan Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi selaku Ketua Komisi dan Anggota Pembimbing atas kesabaran dan bimbingannya dalam menyelesaikan tesis ini.

Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor yang telah memberikan ijin belajar sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini, kedua orang tua, suami tercinta Cecep Jamhuri dan kedua putri penulis Adlin dan Sofia atas doa, kasih sayang, dan keikhlasan kehilangan waktu bersama, rekan satu angkatan MPD 13, serta seluruh civitas akademika di MPD IPB atas bantuan, saran, dan kebersamaannya selama ini sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ekspor Kabupaten Bogor kedepan.

Bogor, Oktober 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL………. iii

DAFTAR GAMBAR……….. iv

DAFTAR LAMPIRAN………/ v

1 PENDAHULUAN Latar Belakang……….. 1

Perumusan Masalah……….. 5

Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 6

2 TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Teoritis………. Pengembangan Wilayah Berbasis Perikanan……….. 7

Komoditas Unggulan……….. 9

Karakteristik Ikan Hias Air Tawar……….. 10

Pasar Ikan Hias Indonesia di Mancanegara ……… 14

Manajemen Strategis……… 15

Kebijakan Perikanan Existing di Kabupaten Bogor……….. 18

Visi dan Misi……… 18

Sasaran Strategis………. 19

Strategi Kebijakan……… 20

Program dan Kegiatan……….…….... 20

Penelitian Terdahulu ……….………... 22

Kerangka Pemikiran... 25

3 METODE KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian………... 26

Jenis Data……….. 26

Metode Pengumpulan Data……….…………... 26

Tehnik Pengumpulan Data………... 26

Tehnik Pengambilan Contoh………... 26

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data………. 27

Regresi Linear………..……… 28

Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)……… 30

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)……… 31

Matriks I-E…….……….. 31

Matriks SWOT……… 33

Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)………... 33

4 GAMBARAN UMUM Kondisi Umum………. 35

Kondisi Demografis………. 36

Kondisi Ekonomi………... 38

Kondisi Kesejahteraan Masyarakat………... 40

(12)

Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Dalam Pengembangan Komoditas Ekspor Ikan Hias Air Tawar Kabupaten

Bogor……….. 51

Kekuatan 51 Kelamahan 52 Peluang 54 Ancaman 56 Analisis Matriks IFE(Internal Factor Evaluation)...…………... 58

Analisis Matriks Faktor Ekternal (EFE)…...……….... 61

Analisis Matriks Internal-Eksternal (I-E)…..………... 65

Alternatif Strategi Pengembangan Komoditas Ekspor Ikan Hias Air Tawar Di Kabupaten Bogor………... 67

Strateg S-0……….. 69

Strateg W-0……….. 69

Strateg S-T……….. 71

Strateg W-T……….. 71

QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)………... 72

Perancangan Program Kegiatan ………..……... 72

VI SIMPULAN DAN SARAN Simpulan………... 75

Saran……… 76

DAFTAR PUSTAKA………... 77

LAMPIRAN……….. 80

(13)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan Produksi Ikan Air Tawar di Kabupaten Bogor

2009-2012 ………... 2

2 Pencapaian Produksi Perikanan Tahun 2011………. 2

3 Perkembangan Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar di Kabupaten Bogor 2010 – 2013……… 3

4 Sasaran Strategis Tujuan Pertama Disnakan Kab. Bogor 2009-2013……….. 19

5 Sasaran Strategis Tujuan Kedua Disnakan Kab. Bogor 2009-2013……….. 20

6 Presentase Alokasi Anggaran Disnakan Kabupaten Bogor untuk Pengembangan Ikan Hias Air Tawar……… 22

7 Rancangan Kajian untuk Membahas Tujuan……… 26

8 Distribusi Responden SWOT dan QSPM……… 27

9 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)………... 30

10 Matriks External Factor Evaluation (EFE).……… 31

11 Matriks SWOT ……… 32

12 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)……… 33

13 Kondisi Demografi Kabupaten Bogor Tahun 2008-2011………... 37

14 Realisasi Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun 2009-2011 ……….. 38

15 Potensi Unggulan Daerah ……….. 40

16 Realisasi Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor Tahun 2009-2011……… 41

17 Perkembangan Perikanan 2009-2011………. 43

18 Sebaran Pasar Ekspor Ikan Hias Kabupaten Bogor Tahun 2012… 47 19 Sebaran Pasar Ekspor Ikan Hias Kabupaten Bogor Tahun 2013.... 48

20 Hasil Analisis Regresi Berganda Faktor- Faktor yang mempengaruhi terhadap perbandingan antara jumlah ekspor ikan hias dengan produksi ikan hias Air Tawar Kabupaten Bogor…… 50

21 Hasil Analisis Regresi Berganda terhadap Faktor – Faktor yang Mempengaruhi PDRB Kabupaten Bogor ………. 51

22 Analisis Matrik Evaluasi Faktor Internal ……….. 58

23 Analisis Matrik Evaluasi Faktor Eksternal ……… 62

24 Analisis Matriks SWOT ……… 68

(14)

DAFTAR GAMBAR

1 Perkembangan Nilai Ekspor Ikan Hias Indonesia 2007-2011 (US$

000) ……… 3

2 Kerangka Pemikiran ………... 25

3 Matriks IE………... 32

4 Perkembangan Nilai Impor Ikan Hias Dunia 2006-2010……… 45

5 10 Negara Pelaku Utama Importir Ikan Hias Dunia 2010………….. 45

6 Perbandingan Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar Nasional dan Kabupaten Bogor 2010-2012 (USD 000).……….. 46

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis Regresi Model 1 dengan SPSS 82

2 Analisis Regresi Model 2 dengan Program SPSS 20 85

3 Kuesioner Penelitian untuk Responden 88

(16)

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Strategi Pembangunan ekonomi di daerah pada hakekatnya diarahkan pada kebijakan yang dapat mendorong peningkatan kemampuan pemerintah daerah dalam menentukan sektor-sektor kunci yang mempunyai keterkaitan kuat dengan aspek-aspek pembangunan lainnya serta pemanfaatan sumberdaya daerah secara optimal dalam rangka peningkatan produktifitas dengan tujuan yang diarahkan untuk kepentingan jangka panjang.

Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian nasional, terutama jika dikaitkan dengan upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi yang diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pembudidaya ikan, meningkatkan ekspor, memperluas lapangan kerja dan keempatan berusaha, serta mendukung pembangunan daerah dengan memperhatikan kelestarian dan fungsi lingkungan hidup. Budidaya perikanan merupakan salah satu alternatif mata pencaharian bagi sebagian masyarakat Indonesia. Selain karena mudah dan tergolong cepat panen, usaha budidaya ikan memiliki prospek keuntungan yang cukup menjanjikan. Salah satunya adalah usaha budidaya ikan hias. Ikan hias air tawar merupakan komoditas perikanan air tawar yang saat ini banyak menghasilkan devisa.

Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah produksi ikan terbesar ke- 4 di Indonesia (KKP RI, 2011) dan Kabupaten Bogor merupakan salah satu dari 26 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat yang tidak mempunyai laut, namun memiliki potensi perikanan air tawar yang cukup besar. Produksi ikan air tawar Kabupaten Bogor jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Jawa Barat menempati urutan ke-7 (BPS Jawa Barat, 2010). Kabupaten Bogor memiliki keunggulan komparatif sebagai daerah yang memiliki sumber daya air yang melimpah, lokasi geografis yang cukup strategis serta aksesibilitas yang memadai untuk pengembangan kegiatan perikanan khususnya komoditas air tawar. Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI menetapkan Kabupaten Bogor sebagai kawasan minapolitan perikanan budidaya1. Komoditas unggulan perikanan budidayanya adalah ikan lele. Produksi ikan lele hasil budidaya di Kabupaten Bogor telah mencapai 18,312.9 ton (Dinas Kelautan Dan Perikanan Jawa Barat, 2009). Produksi sebesar tersebut menempatkan Kabupaten Bogor sebagai penghasil dan sentra budidaya lele terbesar di Jawa Barat. Kawasan minapolitan di Kabupaten Bogor mencakup 4 (empat) wilayah yaitu Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Kemang dan Kecamatan Gunungsindur yang telah ditetapkan melalui keputusan Bupati Bogor nomor 523.31/227/kpts/huk/2010, di dalam kawasan tersebut, segala aktivitas

1

(17)

perikanan dilaksanakan secara terpadu mulai dari hulu sampai hilir, dari mulai produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran (BPT Kab. Bogor, 2011)

Tabel 1 Perkembangan Produksi Ikan Air Tawar di Kabupaten Bogor 2009-2012

Jenis Produksi 2009 2010 2011 2012

Ikan Konsumsi (Ton) 28,758.72 36,062.44 55,386.00 73,416.00 Ikan Hias (Ribu Ekor) 104,603.55 112,085.82 156, 618.83 185,273.45 Benih Ikan 847,112.06 920,352.39 1,362,425.00 1,907,395.00 Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor, 2012

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi ikan air tawar di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan jumlah produksi yang signifikan setiap tahunnya. Perikanan di Kabupaten Bogor tersebar di semua kecamatan. Budidaya perikanan yang ada di Kabupaten Bogor berupa budidaya perikanan air tawar, baik itu berupa pembenihan, kolam air tenang (KAT), kolam air deras (KAD), sawah (minapadi), karamba, kolam jaring apung (KJA) maupun budidaya ikan hias. Adapun cabang usaha perikanan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pembesaran (ikan konsumsi), pembenihan dan ikan hias (Disnakan Kab. Bogor, 2011). Rincian data pencapaian produksi perikanan di Kabupaten Bogor disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Pencapaian Produksi Perikanan Tahun 2011.

No Cabang usaha Luas Areal (Ha)

RTP (orang)

Produksi (Ton/RE)

Nilai Produksi (RP. 000)

I IKAN KONSUMSI (TON) 1 505.59 8 176 56 576.67 861 257 139.50

A. Budidaya Air Tawar

- Kolam Air Tenang (KAT) 966.57 6,334 50,277.36 861,257,139.50 - Kolam Air Deras (KAD) 13.64 494 5,561.75 96,341, 000.00

- Perikanan Sawah 15.43 107 201.65 3, 364, 400.00

- Jaring Apung 0.81 204 408.30 6, 793, 900.00

- Keramba 0.06 67 37.75 672, 150.00

B. Perairan Umum 509.00 970 89.87 1, 229, 611.50

II IKAN HIAS (RE) 33.09 468 156, 618.83 2, 626, 996 427.00

III PEMBENIHAN (RE) 830.14 1,980 1, 378, 014.50 235, 145, 210.00

Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor, 2011

(18)

Sumber: DJPEN, 2012

Gambar 1 Perkembangan Nilai Ekspor Ikan Hias Indonesia 2007-2011 (US$ 000) Gambar 1 menjelaskan bahwa perkembangan ekspor ikan hias Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat: tahun 2007 adalah US$ 1.92 juta, tahun 2008 naik 32.78% menjadi US$ 2.85 juta, tahun 2009 naik lagi 49.46% menjadi US$ 5.64 juta, tahun 2010 naik lagi 40.04% menjadi US$ 9.41 juta, tahun 2011 turun -3.99% menjadi US$ 9.05 juta. Potensi ikan hias air tawar yang dimiliki daerah Kabupaten Bogor sangat besar, Hal ini terungkap melalui data ekspor komoditas ikan hias air tawar (freshwater ornamental fish) yang terekam di IPSKA Cibinong - Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor2. Beberapa tahun belakangan ini pengusaha ikan hias air tawar Kabupaten Bogor secara rutin mengekspor ikan hias ke berbagai Negara: Belanda, Jerman, Italia, Polandia, Switzerland, Jepang, Iran, Uni Emirat Arab, Korea, Saudi Arabia, Singapura, dan Thailand.

Tabel 3 Perkembangan Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar di Kabupaten Bogor

Sumber: Diskopukmperindag Kabupaten Bogor, 2013

Berdasarkan pada Tabel 3 nilai ekspor ikan hias Kabupaten Bogor dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 63%, sedangkan dari tahun 2012 ke tahun 2013 hanya naik sekitar 17%. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya krisis global pada tahun 2012 dimana nilai ekspor

2

(19)

Indonesia secara keseluruhan mengalami penurunan. Perbandingan nilai ekspor ikan hias nasional tahun 2011 US$ 9.05 juta (DJPEN, 2011) dengan nilai ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor berdasarkan penerbitan SKA Tahun 2011 US$ 1.79 juta (Diskopukmperindag Kab. Bogor, 2011) menunjukan bahwa share

Kabupaten Bogor dalam ekspor ikan hias nasional adalah 19.77%. Sementara itu Jika dibandingkan jumlah ikan hias yang diekspor melalui Kabupaten Bogor pada tahun 2011 yaitu 1,986,241 ekor (Diskopukmperindag Kab. Bogor, 2011) dengan data jumlah produksi ikan hias Kabupaten Bogor tahun 2011 yaitu 156,618.83 ekor (Disnakan Kab. Bogor, 2011) menggambarkan bahwa kabupaten Bogor berkontribusi sekitar 7.8 % terhadap ekspor ikan hias air tawar dari Kabupaten Bogor. Adapun eksportir ikan hias Kabupaten Bogor yang mengekspor ikan hias melalui Diskopukmperindag Kab. Bogor, adalah PT. Maram Aquatic, CV. Maju Aquarium, CV. Borneo Fish Farm, CV. Harlequin Aquatic, CV. Aquarium Indonesia, PD. Indokreasi, PT. Sunny Indo Pramita dan PT.Qianhu Joe Aquatic (Diskopukmperindag, 2012)

Ikan Hias Air Tawar telah ditetapkan sebagai komoditas unggulan Kabupaten Bogor (LKPJ Kabupaten Bogor, 2010), dan Kecamatan Cibinong ditetapkan sebagai kawasan sentra pengembangan komoditas unggulan ikan hias.3 Berbagai program kegiatan juga telah dilakukan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Bogor dalam rangka pengembangan komoditas ikan hias di Kabupaten Bogor seperti: Pengadaan Depo Ikan Hias di Cibinong, bantuan bibit dan Pengendalian penyakit ikan (Disnakan Kab. Bogor, 2011) akan tetapi disisi lain, pembudidaya ikan hias Kabupaten Bogor justru merasa diabaikan. Permintaan ikan hias untuk ekspor terus naik, tapi pembudidaya ikan tak sanggup melayani karena keterbatasan modal4. Ikan hias yang dijual kepada eksportir di Kabupaten Bogor harus dijual melalui pihak ketiga (supplier). Akses pembudidaya ikan untuk dapat berhubungan langsung dengan eksportir masih sangat terbatas. Ini yang dipandang sebagai salah satu kendala yang menjadi pengganjal usaha para pembudidaya ikan hias di Kabupaten Bogor.5 eksportir sendiri seringkali kesulitan untuk memenuhi order berbagi jenis ikan. Seringkali terjadi kelangkaan beberapa jenis tertentu dan keberlimpahan beberapa jenis lainnya, padahal pemintaan ekspor cenderung stabil. Sebagaimana dinyatakan oleh Handoko Yudha, anggota Dewan Pembina Perhimpunan Ikan Hias Indonesia (PIHI), Indonesia merupakan Home for Hundreds of Exotic Ornamental Fish Species, tetapi dengan potensi yang luar biasa, pembudidaya ikan hias di berbagai daerah di seluruh Indonesia masih menghadapi masalah, yaitu keuntungan yang sangat minim. Hal ini disebabkan oleh panjangnya mata rantai distribusi, dari peternak sampai ke konsumen, baik dalam dan luar negeri.6 Pengembangan potensi ikan hias di Kabupaten Bogor masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Kota Bogor terutama dalam menciptakan branding (Haryono, 2012), padahal ikan hias yang diekspor dari wilayah Jabodetabek kebanyakan berasal dari wilayah Kabupaten Bogor, yang

3

Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025

4

Peternak-Butuh-Modal-Bukan-Pelatihanhttp://www.poskota.co.id/berita-terkini/2011/07/13/

diakses 29 November 2012, Jam 10.30 WIB.

5

www. indosiar.com, Reporter : Asep Syaifullah, Juru Kamera: Deddy Effendi Lokasi : Bogor, Jawa Barat, Tayang Rabu, 10 Mei 2006, Jam 12:00 wib

6

(20)

dijual pembudidaya ke suplier diluar Bogor, kemudian dijual kembali oleh suplier ke Eksportir di Kabupaten Bogor, ini menjadikan potensi ikan hias Kabupaten Bogor ibarat Raksasa Tidur (Haryono, 2012). Berdasarkan hal tersebut diatas, maka sangat penting untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor dan menyusun alternatif strategi bagi pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor.

Perumusan Masalah

Ikan hias air tawar memang telah ditetapkan sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Bogor dan berkontribusi sebesar 19.77% pada ekspor nasional ikan hias air tawar, akan tetapi pada kenyataannya belum diikuti dengan penetapan aturan dan kebijakan yang jelas untuk pengembangannya. . Jika dibandingkan jumlah ikan hias yang diekspor melalui Kabupaten Bogor pada tahun 2011 yaitu 1,986,241 ekor dengan data jumlah produksi ikan hias Kabupaten Bogor tahun 2011 yaitu 156,618.83 ekor menggambarkan bahwa kabupaten Bogor berkontribusi sekitar 7.8% terhadap ekspor ikan hias air tawar dari Kabupaten Bogor. Pengembangan perikanan di Kabupaten Bogor selama ini lebih banyak diprioritaskan pada sektor perikanan konsumsi sehingga pembudidaya ikan hias Kabupaten Bogor merasa diabaikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor sehingga kondisi tersebut menjadi pertanyaan pertama dalam kajian ini yaitu bagaimana kaitan pengembangan ekspor komoditas ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor dengan pembangunan ekonomi Kabupaten Bogor?

Permintaan ikan hias untuk ekspor terus naik, tapi pembudidaya ikan tidak dapat memenuhi permintaan karena keterbatasan modal. Disamping itu belum terdapat jalinan kemitraan antara eksportir, pemerintah dengan pembudidaya ikan hias sehingga seringkali terjadi kelangkaan beberapa jenis ikan tertentu dan keberlimpahan beberapa jenis lainnya, padahal pemintaan ekspor cenderung stabil sehingga eksportir seringkali kesulitan untuk memenuhi order berbagi jenis ikan dan harus mencari ke luar Bogor. Meningkatnya ekspor ikan hias air tawar belum dapat meningkatkan kesejahteraan di tingkat pembudidaya ikan hias di Kabupaten Bogor. Berdasarkan hal tersebut maka yang menjadi pertanyaan kedua dalam kajian ini adalah faktor-faktor apa saja yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor?

Dari rumusan permasalahan kedua diatas akan diperoleh suatu model yang berguna dalam penentuan strategi pengembangan komoditas unggulan ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor, sehingga perumusan permasalahan yang ketiga dalam kajian ini adalah bagaimana alternatif strategi pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor?

(21)

Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis kaitan program pengembangan perikanan Kabupaten Bogor dengan pembangunan ekonomi di Kabupaten Bogor.

2. Menganalisis faktor-faktor yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangann komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor.

3. Menyusun alternatif strategi pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor.

4. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor tentang prioritas strategi yang dapat digunakan dalam rangka pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor.

Adapun penelitian tentang pengembangan ekspor komoditas ikan hias air tawar dan kaitannya dengan pembangunan ekonomi di Kabupaten Bogor ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak terkait yaitu :

1. Memberikan informasi tambahan dalam penentuan kebijakan pembangunan sub sektor perikanan bagi instansi terkait baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Kabupaten Bogor.

(22)

II TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Teoritis

Pengembangan Wilayah Berbasis Perikanan

Menurut Alkadri (1999), Pengembangan wilayah memiliki dua makna, yaitu: 1) Makna sosial ekonomi yaitu kegiatan pengembangan wilayah dengan jalan meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dengan menciptakan sentra-sentra produksi sekaligus membangun prasarana dan adanya dukungan logistik. 2) Makna ekologis yaitu pengembangan wilayah bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan akibat terlalu banyak campur tangan manusia terhadap lingkungan. Komet (2000) dalam Daryanto (2002) menyatakan bahwa konsep pengembangan wilayah secara garis besar terbagi atas empat yaitu: 1. Pengembangan wilayah berbasis sumberdaya. Sumberdaya merupakan semua

potensi yang dimiliki oleh alam dan manusia. Bentuk sumberdaya tersebut yaitu: tanah, bahan mentah, modal, tenaga kerja, keahlian, keindahan alam maupun aspek sosial budaya.

2. Pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan. Penekanan konsep ini pada motor penggerak pembangunan wilayah pada komoditas yang dinilai dapat menjadi unggulan atau andalan, baik pada tingkat domestik maupun internasional.

3. Pengembangan wilayah berbasis efisiensi. Penekanan pada konsep ini adalah pengembangan wilayah melalui pembangunan bidang ekonomi yang mempunyai porsi lebih besardibandingkan bidang lainnya. Pembangunan ekonomi tersebut dijalankan dalam kerangka pasar bebas atau pasar persaingan sempurna.

4. Pengembangan wilayah berbasis pelaku pembangunan. Strategi pengembangan wilayah ini mengutamakan peranan setiap pelaku pembangunan ekonomi (rumah tangga, lembaga sosial, lembaga keuangan dan bukan keuangan, pemerintah maupun koperasi.

Pembangunan Kelautan dan Perikanan diarahkan pada pendayagunaan potensi sumber daya laut secara serasi dan seimbang dengan memperhatikan daya dukung serta kelestariannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha dengan mengikutsertakan seluruh pelaku yang memiliki kepentingan langsung terhadap pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya kelautan dan perikanan. Tampubulon (2002) menjelaskan ada tiga alasan pentingnya pemahaman dan perancangan tentang perwilayahan pertanian dengan pengembangan agribisnis, yaitu:

1. Pembangunan wilayah dan pengembangan agribisnis yang mengacu pada perwilayahan pertanian terkait erat dengan penggunaan sumberdaya agribisnis secara efisien dan optimal berdasarkan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

(23)

kesempatan kerja, maupun dalam rangka memaksimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pelestarian sumber daya alam daerah.

3. Berkaitan dengan identifikasi skala ekonomi, antar pemerintah daerah bisa ditata kerjasama dalam rangka maksimalisasi PAD yang adil.

Saragih (2001) menyatakan bahwa salah satu strategi pembangunan wilayah yang potensial mengintegrasikan antar sektor dan antar wilayah adalah pengembangan agribisnis karena pengembangan agribisnis bukan sekedar pengembangan bisnis komoditas pertanian yang sudah kita kenal selama ini, lebih dari itu pembangunan agribisnis dianggap sebagai paradigma baru pembangunan ekonomi berbasis pertanian.

Menurut Dahuri (1999), setiap pengembangan usaha dari suatu sub sektor ekonomi di suatu kawasan harus dikaitkan dengan program pengembangan wilayah dan pengembangan masyarakat. Kalau tidak maka hal tersebut akan menimbulkan kerusakan pada lingkungan (sumberdaya alam dan ekosistem) dan masalah sosial (pemerataan kesempatan kerja dan berusaha, kecemburuan sosial serta friksi sosial). Dengan demikian, upaya untuk mengembangkan sektor perikanan hendaknya ditempuh melalui penciptaan atau pengembangan kegiatan-kegiatan ekonomi yang bersifat berkelanjutan (sustainable economic basis). Dalam hal ini, yang dimaksud dengansustainable economic basis adalah bahwa kegiatan ekonomi termaksud hendaknya secara sosial-ekonomi menguntungkan masyarakat lokal dan secara ekologis aman, sehingga dapat memenuhi kebutuhan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan serta aspirasinya.

Dalam rangka mewujudkan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan, maka pengembangan perikanan di Kabupaten Bogor hendaknya dilaksanakan melalui pendekatan sistem sumberdaya (resources system). Pendekatan ini mengartikan bahwa suatu kegiatan pembangunan (ekonomi) merupakan kombinasi yang terpadu dan holistic antara sumberdaya alam beserta ekosistemnya dengan sumberdaya manusia, mulai dari tahap produksi sampai pemasaran hasil kepada masyarakat konsumen. Menurut Asyad (1999), strategi pengembangan wilayah yang berkaitan dengan komoditas unggulan, yaitu:

1. Pengembangan fisik/lokalitas, untuk kepentingan pembangunan industri dan perdagangan. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas hidup masyarakat, memperbaiki daya tarik pusat kota dan menciptakan identitas pusat kota. Tujuan ini dapat tercapai dengan pengendalian, perencanaan dan pembangunan, penataan kota, pengaturan tata ruang, penyediaan infrastruktur dan lain lain.

2. Pengembangan dunia usaha. Tujuannya untuk menghasilkan daya tarik, kreasi, dan daya tahan pada kegiatan dunia usaha berupa pengaturan dan kebijakan dunia usaha, pembuatan pusat informasi terpadu. Pendirian pusat konsultasi pengembangan usaha kecil, pembuatan sistem pemasaran, dan pembuatan lembaga penelitian dan pengembangan.

3. Pengembangan sumberdaya manusia yang dapat dilakukan dengan cara pembuatan bank keahlian, lembaga pendidikan, keterampilan dan lain-lain. 4. Strategi pengembangan ekonomi masyarakat. Tujuannya adalah untuk

(24)

Komoditas Unggulan

Penetapan suatu komoditas sebagai komoditas unggulan daerah harus didasarkan pada potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki dan mengkaji prospek pengembangannya serta prospek pasarnya. Komoditas yang ditetapkan sebagai komoditas unggulan daerah adalah komoditas yang memiliki produktifitas tinggi dan dapat memberikan nilai tambah sehingga berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Disamping itu penetapan komoditas unggulan juga harus melihat kontribusi suatu komoditas terhadap pertumbuhan ekonomi dan aspek pemerataan pembangunan pada suatu daerah.

Kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu komoditas sebagai komoditas unggulan menurut Alkadri dalam Daryanto (2002) antara lain: 1. Harus mampu menjadi penggerak utama (prime mover) pembangunan

perekonomian atau dengan kata lain komoditas tersebut dapat memberikan kontribusi yang sigifikan pada peningkatan produksi, pendapatan dan pengeluaran.

2. Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang kuat, baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas lainnya.

3. Mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain (competitiveness) di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi dan kualitas pelayanan.

4. Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain (complementary), baik dalam hal pasar (konsumen) maupun pasokan bahan baku.

5. Memiliki status teknologi (state of the art) yang terus meningkat, terutama melalui inovasi teknologi.

6. Mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai skala produksinya.

7. Dapat bertahan dalam jangka panjang tertentu, mulai dari fase kelahiran (increasing), pertumbuhan (growth) hingga fase kejenuhan (maturity) dan fase penurunan (decreasing).

8. Tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal

9. Pengembangannya harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan misalnya : keamanan, sosial, budaya, informasi, dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif/disinsentif, dan lain-lain.

10.Pengembangannya berorientasi pada kelestarian sumber daya dan lingkungan. Terdapat beberapa cara atau tehnik kuantifikasi untuk mengidentifikasi atau mengetahui suatu sektor atau komoditas dikatakan sebagai sektor atau komoditas unggulan diantaranya adalah:

1. Tehnik analisis Tabel Input Output yaitu dengan menghitung besarnya indeks

forward linkage dan backward linkage. Keterkaitan kedepan menyatakan akibat dari suatu sektor atau komoditas tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan output bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan, sedangkan keterkaitan ke belakang menyatakan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input bagi sektor tersebut per unit kenaikan permintaan total. 2. Penentuan komoditas unggulan didasarkan pada kriteria tertentu kemudian

(25)

sunyektifitas tiap orang berbeda maka pemberian skor yang dilakukan juga berbeda dan pada akhirnya kesimpulan yang ditarik juga belum tentu sama. 3. Menurut Suprapto (1998) salah satu cara untuk mengetahui kondisi dan

potensi sumber daya unggulan adalah dengan pendekatan identifikasi potensi sumber daya alam, identifikasi sosial ekonomi, khususnya peluang pasar suatu komoditas dan opini pakar. Melalui pendekatan tersebut dapat dikembangkan beberapa kriteria seleksi dalam penentuan komoditas unggulan dan wilayah penyebarannya antara lain: 1) prospek pasar, potensinya sebagai penghasil devisa, produk suntitusinya dan komoditas strategis, 2) Kesesuaian dengan sumberdaya alam, ketersediaan sumberdaya manusia serta ketersediaan sarana prasarana penunjang.

Saragih (2001), menyatakan bahwa komoditas unggulan dalam konsep pembangunan wilayah merupakan komoditas basis yaitu komoditas yang dihasilkan secara berlebihan dalam pengertian lebih untuk digunakan oleh masyarakat dalam suatu wilayah tertentu sehingga kelebihan tersebut dapat dijual keluar wilayah tersebut. Sebagai akibat upaya transfer keluar wilayah tersebut maka terciptalah kegiatan-kegiatan pendukung yang dapat meningkatkan nilai tambah serta memperluas lapangan kerja. Dalam bahasa pembangunan wilayah, dampak tersebut dikenal sebagai dampak pengganda (multiplier effect), dalam bentuk dampak pengganda pada peningkatan nilai tambah atau added value multiplier dan dampak pengganda pada penyerapan tenaga kerja atau employment multiplier. Semakin besar dampak pengganda tersebut semakin besar pula peranan komoditas tersebut sebagai komoditas basis atau komoditas unggulan.

Ikan hias air tawar memang telah ditetapkan sebagai salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Bogor dan menyumbangkan kontribusi yang cukup besar pada ekspor nasional ikan hias air tawar, akan tetapi pada kenyataannya tidak diikuti dengan penetapan aturan dan kebijakan yang jelas untuk pengembangannya. Pengembangan perikanan di Kabupaten Bogor selama ini lebih banyak diprioritaskan pada sektor perikanan konsumsi, yaitu ikan lele sebagai komoditas unggulan yang dipilih untuk dikembangkan dalam program minapolitan kabupaten Bogor.

Karakteristik Komoditas Ikan Hias Air Tawar

Ikan hias adalah ikan yang umumnya mempunyai bentuk, warna, dan karakter khas sehingga mampumenciptakan suasana akuarium yang mendukung tata ruang serta mampumemberikan suasana tenteram. (Badan Pengembangan Ekspor Nasional,1994). Di dunia perdagangan internasional, ikan hias Indonesia dikenal sebagai tropical fish dan diekspor keberbagai belahan dunia dengan HS

Chapter: 0301 (Live Tropical Fish). Live Tropical Fish, dapat terdiri dari: 1. Ikan Hias Air Tawar (freshwater ornamental fish)

2. Ikan Hias Air Laut (marine tropical fish)

3. Tanaman Hias Air Tawar (freshwater aquatic plant)

(26)

menjadi ladang bisnis internasional yang banyak menghasilkan devisa bagi yang menguasai teknologi budidayanya (Susanto, dan Lingga 2003).

Sistem distribusi yang berkembang dalam perdagangan ikan hias melibatkan petani, pengumpul, dan eksportir. Petani mengkhususkan diri dalam hal budidaya ikan hias dan pengembangan varietas species ikan baru, memelihara dan membesarkan ikan sampai dengan ukuran pasar dipeternakan mereka, kemudian Ikan dijual, baik langsung kepada eksportir atau pengumpul. Biasanya, Pedagang pertama (Pengumpul/Bandar) membeli ikan dalam jumlah besar dari petani lokal di suatu wilayah, kemudian melakukan karantina atau langsung dibungkus (packing), lalu dikirim kepada eksportir. Eksportir kemudian menjual ikan kepada pembeli di luar negeri, atau dapat juga Petani menjual ikan pada suplier kecil, suplier kecil menjual pada bandar besar, bandar besar menjual kepada eksportir, dan eksportir menjual ke luar negeri, sehingga rantai distribusi menjadi lebih panjang.

Belakangan ini terdapat kecenderungan dimana eksportir mulai melakukan proses farming sendiri yaitu melakukan breeding dan pembesaran dengan alasan untuk menjamin pasokan ikan lebih stabil serta memiliki kontrol yang lebih baik atas kualitas ikan (Ling dan Lim, 2005). Hal ini menimbulkan permasalahan tersendiri sebab Eksportir Ikan Hias selaku perusahaan bisnis yang didirikan disuatu wilayah, semestinya memiliki interaksi dengan masyarakat sekitar, karena secara sosial perusahaan eksportir tersebut memiliki kewajiban untuk memajukan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat dimana perusahaan tersebut didirikan (Saputro, 2008).

Menurut Saksono (2000) dalam Indrianingsih (2002), yang berperan dalam jaringan agribisnis ikan hias adalah importir → eksportir → raiser breeder, tidak ada supplier. Bila di Indonesia memiliki raiser yang baik dan besar niscaya siap bersaing dengan negara lain yang juga mengekspor ikan hias. Raiser

berperan menyiapkan barang yang diminta eksportir dan bertanggungjawab dengan kualitas serta kuantitas ikan yang dibutuhkan. Lebih lanjut dikemukakan, bahwa syarat untuk menjadi raiser antara lain memiliki kredibilitas yang baik, reputasi baik di bidang ikan, diakui keahliannya serta telah lama berkecimpung dalam mengelola ikan hias.

(27)

tingkat produksi yang diciptakannya dinamakan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi seperti yang telah dijelaskan dapat dibedakan kepada empat golongan yaitu: tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian keusahawaan.

Ikan hias air tawar untuk ekspor memiliki kriteria tertentu dan lebih spesifik dibandingkan dengan ikan hias air tawar yang dipasarkan secara local. Kriteria tersebut mengikuti selersa dan keinginan negara pengimpor atau negara tujuan ekspor. Menurut Bachtiar (2004) ada 6 kriteria yang harus dipenuhi untuk menentukan kualitas ikan hias air tawar yang akan diekpor, yaitu:

1. Ukuran Ikan. Ikan yang diminta oleh negara-negara tujuan ekspor tentunya mengikuti nselera konsumen negara tersebut. Umumnya negara – negara tersebutn menginginkan ikan berukuran kecil, missal 2 inci atau 5 cm. namun, ada pula negara yang menginginkan ikan dengan ukuran lebih besar dari 5 cm, misalnya untuk ikan Black Ghost.

2. Jenis Ikan. Sama halnya dengan ukuran, jenis ikan yang diekspor juga mengikuti selera konsumen negara tujuan ekspor. Negara kawasan Asia dan Amerika lebih menyukai jenis ikan berukuran besar, sedangkan negara-negara di daratan Eropa lebih menyukai jenis ikan berukuran kecil.

3. Keseragaman. Keseragaman yang dimaksud adalah keseragaman dalam hal ukuran. Kriteria ini ditentukan oleh para eksportir. Tujuannya agar mereka bisa menentukan secara pasti jumlah ikan yang dikirim dalam satu kemasan (kotak atau boks). Misalnya, ikan yang berukuran 2,5 cm dikirim sebanyak 1000 ekor dalam satu boks atau ikan dengan panjang 4 cm dikirim sebanyak 600 ekor dalam 1 boks. Selain keseragaman dalam ukuran, keseragaman warna dan bentuk ikan pun menentukan harga ekspor. Karenanya, warna ikan harus benar sama satu sama lain. Keseragaman warna memiliki nilai lebih tinggi dari keseragaman jenis. Misalnya ikan diskus, dikelompokkan berdasarkan warnanya, yaitu diskus neon blue, diskus pearl pigeon, atau diskus pigeon blood.

4. Bebas penyakit. Sudah menjadi ketentuan bahwa barang hidup yang keluar masuk dari dan ke suatu negara harus bebas penyakit. Demikian juga dengan ikan hias air tawar untuk ekspor.

5. Keunikan tubuh ikan. Keunikan tubuh ikan berkaitan dengan jenis ikan itu sendiri. Setiap jenis ikan memiliki keunikan tersendiri.

6. Toleran terhadap lingkungan. Hampir semua jenis ikan hias untuk ekspor telah toleran terhadap lingkungan, karena biasanya eksportir telah menyilangkan atau mengawinkan secara khusus ikan hias yang akan diekspor.

Menurut Ling dan Lim (2005) Untuk tetap kompetitif di pasar global, sangat penting bagi petani dan eksportir untuk terus bekerjasama dalam mencapai produktivitas yang lebih tinggi dan kualitas ikan yang lebih baik. Hal ini dapat dicapai melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dalam budidaya ikan hias dan pengelolaan ekspor ikan hias air tawar. Agri-Food and Veterenary Authority of Singapore (AVA) bekerjasama dengan lembaga riset dan perguruan tinggi telah melakukan berbagai studi penelitian yang menghasilkan berbagai perkembangan teknologi baru dalam pembudidayaan dan ekspor ikan hias, sebagaimana telah banyak diterapkan oleh petani dan eksportir di Singapura, diantaranya :

(28)

pembudidaya ikan khususnya penggemar ikan hias di perkotaan. Tempat hidup ikan budidaya merupakan suatu lingkungan tertutup, karena ikan menjalani aktivitas kehidupan termasuk membuang kotoran pada media yang sama. Sisa metabolisme dan sisa pakan yang terdapat di media pemeliharaan merupakan penyebab menurunnya kualitas air sehingga perlu dibuang keluar lingkungan. Salah satu cara untuk membuang kotoran ikan dengan melakukan penggantian air, penggantian air dengan frekuensi tinggi menyebabkan pemborosan bagi pembudidaya karena pada umumnya mereka menggunakan pompa untuk mengalirkan air. Recirculating Aquaculture Systems (RAS) adalah sebuah system produksi ikan yang menggunakan system tertutup dimana penggantian air hanya dilakukan karena adanya penguapan atau pembersihan. Sistem RAS telah berkembang di negara maju seperti di Amerika serikat dan Negara-negara uni eropa dimana biaya lahan dan tenaga kerja sangat mahal. Beberapa keuntungan menggunakan system RAS dibanding dengan budidaya ikan secara konvensional atau tradisional adalah: kebutuhan air yang minim. Sarana budidaya yang dirancang dan dioperasikan dapat mengurangi kebutuhan air lebih dari 5% setiap hari; membutuhkan sedikit lahan. Kebutuhan lokasi kurang dari 1/20 dibanding dengan kebutuhan untuk tambak tradisional; membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja; meningkatkan produktivitas ikan dengan kualitas yang lebih baik.

2. Sistem evaluasi kualitas ikan (fish quality evaluation system). Sistem

osmoregulatory stress test yang belakangan banyak diterapkan di Singapura memungkinkan para petani dan eksportir untuk menyaring perlawanan dari m ikan terhadap stress. Osmoregulasi adalah upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungannya, atau proses pengaturan tekanan osmose (Yushita, 2008). Dengan melakukan tes ini, petani dan eksportir dapat terhindar dari memilih ikan yang lemah atau sakit dan rentan terhadap kematian dalam perjalanan.

3. Peningkatan kualitas ikan (fish quality enhancement). AVA bekerjasama dengan industri farmasi dalam rangka pemberantasan parasit ikan sebelum ekspor. Penggunaan prosedur pemberantasan parasit dengan obat tertentu sebelum ekspor telah meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan pasca pengiriman ke luar negeri.

4. Peningkatan ketahanan ikan terhadap stress (enhancement of fish stress resistance). Ikan hias kerap mengalami stres akibat dari penanganan, pengobatan profilaksis, kondisi selama pengemasan, dan kualitas air yang merugikan selama transportasi. Studi yang dilakukan oleh AVA menunjukkan bahwa ketahanan stres ikan dapat ditingkatkan melalui profilaksis gizi menggunakan vitamin C. AVA melakukan penelitian lanjutan untuk menerapkan temuan ini untuk meningkatkan kelangsungan hidup ikan pasca-pengiriman ke luar negeri.

(29)

6. Produksi varietas ikan baru (Production Of New Fish Varieties). AVA bekerjasama dengan peternakan komersial telah mengembangkan hibrida Ikan arowana baru yang dikenal sebagai Dragon Fish hybrid. Peternak di Singapura juga aktif dalam mengembangkan varietas ikan baru jenis Guppy, Discus, Swordtail, Molly, dan Platy melalui pembiakan selektif.

Menurut Ling dan Lim (2005) Tantangan utama bagi industri ikan hias dewasa ini adalah:

1. Produksi spesies dan varietas ikan baru (production of new fish species and varieties). Salah satu faktor penting yang berkontribusi bagi keberhasilan industri ikan hias adalah kemampuan untuk memasok beragam jenis dan varietas ikan hias secara kontinu untuk pelanggan luar negeri, dimana hal ini lah yang menjadikan Singapura sebagai pusat perdagangan (onestop hub)

untuk perdagangan ikan hias global.

2. Produksi pakan hidup yang baik untuk larva ikan hias (production of suitable live food for ornamental fish larvae)

3. Pasokan Ikan Berkualitas Tinggi (supply of high quality fish). Kemampuan untuk menghasilkan ikan berkualitas tinggi dan memastikan ikan tiba di negara tujuan ekspor dalam kondisi baik dengan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi merupakan tantangan besar bagi industri ikan hias. Selain itu manajemen kualitas air yang baik, makanan yang cocok dengan kualitas gizi tinggi merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas budidaya ikan hias.

Pasar Ikan Hias Indonesia di Mancanegara

Ikan hias merupakan komoditas ekspor,sebagaimana dikatakan oleh Ling and Lim (2005) bahwa ikan hias merupakan usaha yang berorientasi ekspor. Di Indonesia,sebagian dari pemanfaatan sumberdaya ikan hias tersebut diekspor (95%) dan sisanya (5%) diperdagangkan secara lokal (Maarif, 1999). Ikan hias sebagai komoditas ekspor masih memerlukan upaya pengembangan yang lebih intensif di Indonesia, mengingat pasar internasional yang cerah dan potensi sumberdaya yang melimpah. Saat ini, ikan hias dibudidayakan dari perairan Indonesia menguasai 7,5 persen pasar dunia. Tapi, para pemain domestik mulai menyadari bahwa potensi mereka sebenarnya jauh lebih besar dari itu.Pemerintah dan instansi terkait ternyata belum puas dengan posisi negara saat ini di pasar global. Mereka menyadari sepenuhnya bahwa ikan hias Indonesia, dengan perkiraan potensi sumber daya sekitar 1,5 miliar ikan, harus memiliki pangsa pasar lebih besar dari Singapura, yang 90% ikan hias dipasok dari Indonesia, namun menguasai 22,8% pasar dunia. (DJPEN, 2012).

Ikan hias air tawar merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang banyak menghasilkan devisa. Namun perdagangan ikan hias air tawar Indonesia mengalami berbagai kendala, diantaranya (DJPEN, 2012):

1. Infeksi ektoparasit yang dapat menyebabkan kerusakan organ luar dan penurunan kualitas ekspor. oleh karena itu, penelitian ini dianggap perlu untuk memonitoring serangan infeksi ektoparasit.

(30)

3. Promosi dan branding masih dirasakan kurang, sehingga pengenalan ikan hias air tawar indonesia masih kurang

4. Kesulitan para petani ikan hias indonesia untuk mendapatkan bibit yang berkualitas, sehingga permintaan tidak dapat dilayani karena keterbatasan produksi dan,

5. Mahalnya transportasi udara merupakan salah satu kendala dalam perdagangan ikan hias air tawar.

Manajemen Strategis

Manajemen strategis: Manajemen merupakan suatu keteraturan, ketertiban dan kejelasan untuk mempermudah anggota organisasi dalam melaksanakan tugas dan mengatasi masalah yang ada pada organisasi. Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus. Serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan (masyarakat) dimasa yang akan datang. Sebuah strategi dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan apa yang terjadi.

Argyris (1985) dalam Rangkuti (2000) menyatakan bahwa strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi. Menurut David (2002) manajemen strategis adalah seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai sasaran obyektifnya. Manajemen strategis memungkinkan suatu organisasi untuk mengawali mempengaruhi ketimbang hanya memberi respon terhadap aktifitas dan dengan demikian dapat berusaha keras mengendalikan tujuan organisasi.

Formulasi strategi dapat dikatakan sebagai perencanaan strategi atau perencanaan jangka panjang. lebih lanjut dikatakan bahwa manajemen strategis bertujuan meningkatkan prestasi organisasi dimana lewat keterlibatan dalam aktifitas manajemen strategis pimpinan dan staf mencapai pemahaman yang lebih baik mengenai prioritas dan operasi organisasi. Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap, yaitu: Perumusan Strategi, Pelaksanaan Strategi, dan Evaluasi Strategi. Perumusan Strategi mencakup kegiatan mengembangkan misi dan visi organisasi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi alternatif untuk organisasi, dan memilih strategi tertentu untuk digunakan.

Implementasi strategi menurut david (2002) merupakan tahap tindakan dari manajemen strategi. Implementasi strategi berarti memobilisasi karyawan untuk merubah strategi yang dirumuskan menjadi tindakan dan menetapkan obyektif tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya, mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah usaha pemasaran (pelayanan), menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan system informasi dan menghubungkan kompensasi karyawan dengan prestasi organisasi.

(31)

tentang strategi yang telah dilaksanakan. Tiga aktifitas dasar yang perlu dilakukan dalam mengevaluasi strategi yaitu: 1) meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi yang sekarang, 2) mengukur prestasi, dan 3) mengambil tindakan korektif (David, 2002).Proses perumusan strategi dilakukan dengan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap masukan, tahap analisis dan tahap keputusan. Tahap akhir analisis kasus adalah menformulasikan keputusan yang akan diambil. Keputusannya didasarkan atas justifikasi yang dibuat secara kualitatif maupun kuantitatif, terstruktur maupun tidak terstruktur, sehingga dapat diambil keputusan yang signifikan dengan kondisi yang ada. Kerangka kerja analisis perumusan strategi yaitu:

1. Tahap Masukan

Tahap masukan merupakan tahap yang membantu perencana strategi menuliskan berbagai penilaian atau asumsi secara kuantitatif pada tahap awal proses perumusan strategi. Membuat keputusan – keputusan kecil dalam matriks masukan mengenai pentingnya faktor – faktor eksternal dan internal membantu perencana strategi membuat dan mengevaluasi strategi – strategi alternative secara lebih efektif dengan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal, matriks Evaluasi Faktor Internal dan Matriks Kompetitif. Penilaian intuitif yang baik selalu diperlukan dalam menentukan pembobotan dan pemeringkatan yang tepat. Tindakan untuk mengetahui dan menganalisis lingkungan eksternal menjadi sangat penting karena pada hakekatnya kondisi lingkungan ekesternal berada diluar kendali organisasi. Selain pemahaman lingkungan eksternal, pemahaman terhadap lingkungan internal secara luas dan mendalam perlu juga dilakukan. Oleh karena itu strategi yang dibuat perlu bersifat konsisten dan realistis sesuai situasi dan kondisinya. Berdasarkan pemahaman lingkungan internal, hendaknya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki organiasi dapat diketahui (Umar, 2001).

Analisis External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE) digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam penentuan strategi yang akan digunakan. Faktor yang berasal dari luar merupakan peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi dan faktor yang berasal dari dalam merupakan kekuatan dan kelemahan organisasi. Menurut David (2002), tujuan dari analisis faktor eksternal yaitu untuk mengembangkan daftar terbatas peluang yang dapat dimanfaatkan dan ancaman yang harus dihindari. Analisis faktor eksternal tidak bertujuan untuk mengembangkan daftar panjang dan lengkap dari setiap faktor yang berpengaruh, tapi untuk mengenali variabel kunci yang menawarkan respon yang dapat dilakukan. Analisis faktor eksternal mengungkapkan peluang kunci dan ancaman yang dihadapi suatu organisasi sehingga manajer dapat merumuskan strategi untuk memanfaatkan peluang dan menghindari atau mengurangi dampak ancaman. Kekuatan kunci eksternal dapat dibagi menjadi 5 (lima) kategori besar yaitu; (1) kekuatan ekonomi, (2) kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan, (3) kekuatan pemerintah dan hukum, (4) kekuatan teknologi, (5) kekuatan pesaing. Matriks External Factor Evaluation (EFE) memungkinkan ahli strategi untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan kunci tersebut.

(32)

manajemen, pemasaran, keuangan/akunting, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan. Seluruh personal mulai dari manajer sampai karyawan harus dilibatkan dalam menentukan kekuatan dan kelemahan di mana faktor-faktor kunci harus mendapat prioritas.

Langkah penutup dari analisis faktor internal adalah membuat matriks

Internal Factor Evaluation (IFE) untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional dari suatu usaha serta memberikan dasar untuk mengenali dan mengevaluasi hubungan di antara bidang-bidang fungsional. Penilaian intuitif diperlukan dalam mengembangkan matriks IFE.

2. Tahap Pencocokan

Strategi kadang didefinisikan sebagai upaya memadukan sumber daya dan keterampilan internal dan peluang resiko yang diciptakan oleh faktor-faktor eksternal. Tahap pencocokan dari kerangka perumusan strategi dapat menggunakan matriks (IE), Matriks SWOT, Matriks Space, Matriks BCG dan matriks Grand Strategy. Perangkat – perangkat ini tergantung pada informasi yang diperoleh dari tahap masukan untuk memcocokan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Mencocokan faktor – faktor keberhasilan eksternal dan internal merupakan kunci untuk membuat strategi alternatif yang dapat dijalankan.

3. Tahap Keputusan

Analisis Quantitative Strategy Planning Matrix (QSPM) digunakan untuk menentukan alternatif strategi secara objektif berdasarkan faktor kunci sukses internal-eksternal yang diidentifikasi sebelumnya. Tehnik analisis ini dirancang untuk menetapkan daya tarik relatif (relative attractiveness)dari berbagai alternatif strategi yang dipilih, untuk menetapkan rekomendasi strategi yang dianggap paling tepat dan layak untuk diimplementasikan. Menurut David (2002) Analisis

Quantitative Strategy Planning (QSP) memiliki beberapa kelebihan :

a. Merupakan satu-satunyanya tehnik analisis yang dirancang untuk menetapkan daya tarik relatif yang layak dikembangkan dan memungkinkan evaluasi strategi alternative dilakukan secara objektif; b. Faktor kunci dan strategi dapat dipertimbangkan secara berurutan atau

bersamaan dan tidak ada batas untuk jumlah strategi yang dapat dievaluasi c. Dapat memadukan faktor eksternal dan internal yang terkait dalam proses

keputusan.

d. Memperkecil kemungkinan faktor kunci terabaikan atau pemberian bobot yang tidak sesuai.

e. Bisa diterapkan pada organisasi apapun Sedang kelemahannya adalah :

a. Prosesnya memerlukan penilaian intuitif tetapi asumsi yang digunakan harus masuk akal dan bermasalah;

b. Pemberian peringkat dan daya tarik diputuskan secara subjektif sementara prosesnya memerlukan informasi objektif sehingga dapat menimbulkan perbedaan interpretasi informasi atau opini.

(33)

Kebijakan Existing Di Kabupaten Bogor Visi dan Misi

Visi merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana suatu organisasi harus dibawa berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis, antisipatif, inovatif dan produktif. Visi dapat membantu organisasi untuk mendefinisikan kemana organisasi akan dibawa dan membantu mendefinisikan bagaimana pelayanan harus dilaksanakan. Pengertian visi menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2009, sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011 tentang Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun 2008-2013, Visi Kabupaten Bogor adalah “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor Yang Bertakwa, Berdaya

Dan Berbudaya Menuju Sejahtera“. Dalam rangka mendukung Visi Kabupaten Bogor tersebut dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta masukan-masukan dari stakeholders, maka Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor

menetapkan Visi: “Terwujudnya Pembangunan Peternakan dan Perikanan Yang Berdaya Saing dan Berwawasan Lingkungan.” Visi ini bermakna :

1. Setiap upaya Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dalam pembangunan daerah diarahkan untuk membangun peternakan dan perikanan yang mandiri dan berdaya saing dengan menciptakan suatu lingkungan usaha yang kondusif.

2. Pembangunan peternakan dan perikanan dilakukan dengan mengoptimalkan seluruh potensi dan sumberdaya yang ada dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan sehingga pembangunan peternakan dan perikanan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan (stakeholders)

dapat mengetahui dan mengenal keberadaan dan peran instansi pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Misi suatu instansi harus jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Misi juga terkait dengan kewenangan yang dimiliki oleh instansi pemerintah. Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Berdasarkan visi dan misi Kabupaten Bogor Tahun 2008-2013 dan visi Dinas Peternakan dan Perikanan, tugas pokok dan fungsi Dinas Peternakan dan Perikanan serta masukan-masukan dari pihak yang berkepentingan (stakeholders), maka ditetapkan misi pertama Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor adalah Meningkatkan ketersediaan bahan pangan asal ternak dan ikan secara berkesinambungan. Misi ini mengandung makna meningkatkan usaha bidang peternakan dan perikanan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani. Sedangkan misi kedua adalah Menjaga lingkungan yang kondusif bagi masyarakat peternakan dan perikanan serta masyarakat veteriner. Misi ini mengandung makna menciptakan rasa aman bagi masyarakat peternakan dan perikanan dari penularan penyakit hewan menular dan zoonosis serta melindungi masyarakat veteriner dari pangan/ hasil pangan asal hewan dan ikan yang mengandung bahan tambahan makanan berbahaya.

Sasaran Strategis

Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan oleh lembaga dalam jangka waktu tertentu. Sasaran adalah salah satu dasar di dalam penilaian dan pemantauan kinerja sehingga merupakan alat pemicu bagi organisasi terhadap sesuatu yang harus dicapai. sejalan dengan hal tersebut sasaran jangka menengah Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor yang telah dirumuskan dalam RPJMD adalah Berkembangnya agribisnis pertanian dan aquabisnis perikanan.

Perumusan tujuan dan sasaran Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor tahun 2009-2013 selanjutnya dijabarkan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Misi Pertama adalah meningkatkan ketersediaan bahan pangan asal ternak dan ikan secara berkesinambungan dan tujuannya adalah meningkatkan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis dan aquabisnis pedesaan (Tabel 4).

Tabel 4 Sasaran Strategis Tujuan Pertama Disnakan Kab. Bogor 2009-2013

(34)

perikanan 3.

Konsumsi Protein Hewani asal ternak Konsumsi Ikan Sumber: Renstra Disnakan Kabupaten Bogor, 2009

Misi kedua adalah menjaga lingkungan yang kondusif bagi masyarakat peternakan dan perikanan serta masyarakat veteriner dengan tujuan menciptakan rasa aman bagi masyarakat peternakan dan perikanan dari penularan penyakit hewan menular dan zoonosis serta melindungi masyarakat veteriner dari pangan asal hewan dan ikan yang mengandung bahan tambahan makanan berbahaya. Adapun sasaran strategis tujuan 2 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Sasaran Strategis Tujuan Kedua Disnakan Kabupaten Bogor 2009-2013

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Berkembangnya agribisnis Sumber: Renstra Disnakan Kabupaten Bogor, 2009

Strategi Kebijakan

Merujuk pada tujuan dan sasaran tersebut diatas maka rumusan strategi pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor adalah meningkatkan sistem agribisnis dan aquabisnis, sedangkan arah kebijakan yang akan diterapkan sebagai berikut:

1. Penguatan sistem agribisnis dan aquabisnis serta penerapan hasil inovasi teknologi terkini dalam lingkup pertanian, perikanan dan kehutanan;

2. Peningkatan produksi,produktivitas dan nilai tambah produk pertanian dan perikanan pada tatanan agribisnis dan aquabisnis;

(35)

Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Dalam Renstra Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor tahun 2009-2013, program dan kegiatan dikategorikan kedalam Program/Kegiatan lokalitas SKPD, Program/ Kegiatan Lintas SKPD dan Program/Kegiatan Kewilayahan. Program/ kegiatan SKPD adalah sekumpulan rencana kerja suatu SKPD. Program Lintas SKPD adalah sekumpulan rencana kerja beberapa SKPD. Program Kewilayahan dan Lintas Wilayah adalah sekumpulan rencana kerja terpadu antar-Kementerian/Lembaga dan SKPD mengenai suatu atau beberapa wilayah, Daerah, atau kawasan. Berikut disajikan Program dan Kegiatan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor khusus untuk sektor perikanan tahun 2009-2013.

Program dan kegiatan lokalitas SKPD untuk misi pertama yaitu :

1. Program Pengembangan Budidaya Perikanan. Program ini dimaksudkan dalam rangka meningkatkan produksi ikan konsumsi, ikan hias, benih ikan dan peningkatan konsumsi ikan. Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai berikut :

a. Pengembangan Bibit Ikan Unggul

b. Pembinaan dan Pengembangan Perikanan c. Pengelola Data Perikanan

d. Pemberdayaan Rumah Tangga Sangat Miskin di lokasi PKH e. Peningkatan Sarana dan Prasarana BBI

f. Pengawasan dan Pelayanan Usaha Perikanan g. Fasilitasi Kelompok Kerja Minapolitan h. Penyusunan DED Kawasan Minapolitan

i. Pembangunan/Rehabilitas Sarana Prasarana Fisik Pengembangan Kawasan Budidaya Air Tawar (DAK)

j. Penyediaan dan Rehabilitas Sarana dan Prasarana Produksi Perikanan Budidaya (DAK)

k. Penyediaan dan Rehabilitas Sarana dan Prasarana Pengolahan, Penigkatan Mutu dan Pemasaran Hasil Perikanan (DAK)

l. Penyediaan Sarana Statistik Kelautan dan Perikanan (DAK) m. Penyediaan Sarana dan Prasarana Penyuluhan Perikanan (DAK)

2. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan, dimaksudkan dalam rangka meningkatkan pengelolaan usaha, sentra budidaya dan pemasaran hasil perikanan. Program ini dilaksanakan melalui kegiatan pokok sebagai berikut :

a. Promosi atas Hasil Produksi Perikanan Unggulan Daerah b. Temu Usaha Perikanan

c. Pengembangan usaha Perikanan

d. Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan.

Gambar

Gambar 2  Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 7 Rancangan Kajian untuk Membahas Tujuan
Gambar 3 Matriks IE
Tabel 14 Realisasi Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun 2009-2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rendemen minyak sawit kasar (Rcpo) dan inti sawit (Ris) adalah berat minyak sawit kasar dan inti sawit yang dihasilkan pabrik dibagi dengan berat TBS yang diolah dan dikalikan

Aktivitas antioksidan juga dipengaruhi oleh faktor struktur antioksidan, dapat dilihat pada pengaruh kadar tokoferol terhadap aktivitas antioksidan minyak bekatul kasar

Kecamatan tersebut berpotensi besar untuk terkena penyebaran penyakit Kusta, sehingga pada Tahun 2017 Kecamatan tersebut berada di Kuadran HL, yaitu daerah yang

Berdasarkan pada Tabel 4 bahwa hasil pengukuran rata-rata lampu fluorescent terhadap meja jahit (bidang kerja) pada waktu pagi mulai dari meja jahit satu, meja jahit

tempat : Ruang Pertemuan Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Negeri Semarang lantai 2 Sehubungan dengan hal itu, maka kami memohon kepada Saudara untuk menjadi pembicara

sampai akhir beserta pengelolaannya (kegiatan ini berisi aturan main dalam pelaksanaan tugas proyek), (d) peserta didik di bawah pendampingan guru melakukan

Bilamana dalam kegiatan upacara piodalan di pura Pamangku mendapat halangan kematian salah seorang anggota keluarganya, maka agar Pamangku tersebut tidak

Hal ini sejalan dengan penelitian Diky (2011) yang telah melakukan penelitian dalam 1 tahun, dimana dari hasil penelitian menunjukkan belum adanya pengaruh dari sistem olah tanah